39
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi 2.1.1 Konsep Strategi Menurut Rangkuti (2014:3) strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Menurut Daft (2010:249) mendefinisikan strategi (strategy) secara eksplisit, yaitu rencana tindakan yang menerangkan tentang alokasi sumber daya serta berbagai aktivitas untuk menghadapi lingkungan, memperoleh keunggulan bersaing, dan mencapai tujuan perusahaan. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat. Pengertian strategi lainnya seperti yang diutarakan Craig & Grant (2002) adalah strategi merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2018. 7. 25. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Strategi 2.1.1 Konsep Strategi . Menurut . Rangkuti (2014:3) strategi adalah alat untuk mencapai tujuan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 11

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Strategi

    2.1.1 Konsep Strategi

    Menurut Rangkuti (2014:3) strategi adalah alat

    untuk mencapai tujuan. Menurut Daft (2010:249)

    mendefinisikan strategi (strategy) secara eksplisit, yaitu

    rencana tindakan yang menerangkan tentang alokasi

    sumber daya serta berbagai aktivitas untuk

    menghadapi lingkungan, memperoleh keunggulan

    bersaing, dan mencapai tujuan perusahaan. Strategi

    adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan

    dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan

    eksekusi sebuah aktifitas dalam kurun waktu tertentu.

    Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim

    kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor

    pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip

    pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam

    pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan

    secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang

    memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu

    yang lebih singkat.

    Pengertian strategi lainnya seperti yang

    diutarakan Craig & Grant (2002) adalah strategi

    merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka

    panjang sebuah perusahaan dan arah tindakan serta

    alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai

    sasaran dan tujuan.

  • 12

    Jadi, dari beberapa definisi di atas dapat

    disimpulkan bahwa strategi adalah gabungan dari

    kegiatan yang direncanakan dan diimplementasikan

    dalam sebuah aktivitas untuk mengantisipasi

    persaingan dan perkembangan yang tidak terduga.

    2.1.2 Manajemen Strategis

    Manajemen strategis semakin penting arti dan

    manfaatnya apabila diingat bahwa lingkungan

    organisasi mengalami perubahan yang semakin cepat

    dan komplek, sehingga keberhasilan manajemen

    strategis ditentukan oleh para menejer atau

    pimpinannya. Menurut Siagian (2004:15) menyatakan

    pengertian manajemen strategi adalah serangkaian

    keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh

    manajemen puncak dan diimplementasikan oleh

    seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka

    pencapaian tujuan organisasi tersebut. Menurut

    Rindaningsih (2009) pengertian manajemen strategis

    adalah proses atau rangkaian kegiatan pengambilan

    keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh,

    disertai penetapan cara pelaksanaannya, yang dibuat

    oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh

    seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk

    mencapai tujuannya.

    Lebih lanjut menurut Akdon (dalam

    Rindaningsih, 2009) menuturkan manajemen strategik

    berkaitan dengan upaya memutuskan persoalan

    strategi dan perencanaan, dan bagaimana strategik

    tersebut dilaksanakan dalam praktiknya. Manajemen

    strategik dapat dipandang sebagai hal yang mencakup

  • 13

    tiga macam elemen utama. Pertama, terdapat adanya

    analisis strategik dimana penyusunan strategi yang

    bersangkutan berupaya untuk memahami posisi

    strategik organisasi yang bersangkutan. Kedua,

    terdapat pula adanya pilihan strategik yang

    berhubungan dengan perumusan aneka macam arah

    tindakan, evaluasinya, dan pilihan antara mereka.

    Ketiga, terdapat pula implementasi strategi yang

    berhubungan dengan merencanakan bagaimana

    pilihan strategi dapat dilaksanakan.

    2.1.3 Rencana Strategis

    Menurut Edward (Umar, 2002), rencana strategis

    adalah rencana yang dilakukan oleh para manager

    paling atas dan menengah untuk mencapai tujuan

    organisasi yang lebih luas. Menurut Tjokroamidjojo

    (2000) rencana strategis adalah suatu cara bagaimana

    mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan menggunakan

    sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan

    efektif, dengan menentukan tujuan apa yang akan

    dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana,

    bilamana dan oleh siapa.

    Untuk itu dalam penerapannya di sekolah, kepala

    sekolah perlu membuat suatu rencana strategis yang

    mana dikoordinasikan dengan para guru dan komite

    untuk dijalankan bersama demi mencapai tujuan yang

    diharapkan. Rencana strategis merupakan bagian yang

    penting dalam Total Quality Managenent (TQM). Tanpa

    adanya perencanaan baik itu jangka panjang maupun

    jangka pendek yang jelas dan terukur, maka institusi

  • 14

    atau lembaga tidak akan bisa merencanakan

    peningkatan mutu.

    Rencana strategis suatu lembaga pendidikan

    menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: mampu

    memperbaiki hasil pendidikan, membawa perubahan

    yang lebih baik, prioritas kebutuhan, partisipasi,

    keterwakilan, realitas sesuai dengan hasil analisis

    SWOT, mendasarkan pada hasil review dan evaluasi,

    keterpaduan menyeluruh, transparan, dan keterkaitan

    serta kesepadanan secara vertikal dan horizontal

    dengan rencana-rencana lain (Tilaar, 2000).

    Dari beberapa pendapat di atas maka rencana

    strategis pengelolaan laboratorium dalam penelitian ini

    adalah rencana yang dilakukan oleh stakeholder

    sekolah dengan memperhatikan prinsip perbaikan hasil

    pengelolaan laboratorium, membawa perubahan yang

    lebih baik, prioritas kebutuhan, partisipasi,

    keterwakilan, realitas sesuai dengan hasil analisis

    SWOT, mendasarkan pada hasil review dan evaluasi,

    keterpaduan menyeluruh, transparan, dan keterkaitan

    serta kesepadanan secara vertikal dan horizontal

    dengan rencana-rencana lain.

    2.1.4 Tahap-tahap Penyusunan Rencana Strategis

    Tim SP4 UGM (Somantri, 2014) mengemukakan

    bahwa proses penyusunan rencana strategis

    pendidikan dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu :

    1. Diagnosis

    Tahap diagnosa dimulai dengan pengumpulan

    berbagai informasi perencanaan sebagai bahan

    kajian. Kajian lingkungan internal bertujuan untuk

  • 15

    memahami kekuata-kekuatan (strengths) dan

    kelemahan (weakness) dalam pengelolaan

    pendidikan. Sementara kajian lingkungan eksternal

    bertujuan untuk mengungkap peluang-peluang

    (opportunities) dan tantangan-tantangan (threats)

    dalam penyelenggaraan pendidikan.

    2. Perencanaan

    Tahap perencanaan dimulai dengan menetapkan

    visi dan misi. Visi (vision) merupakan gambaran

    (wawasan) tentang keadaan yang diinginkan di

    masa depan. Sementara misi (mission) ditetapkan

    dengan jalan mempertimbangkan rumusan

    penugasan, yang merupakan tuntutan tugas dari

    luar organisasi dan keinginan dari lembaga

    berkaitan dengan visi masa depan dan situasi yang

    dihadapi saat ini. Setelah menetapkan visi, misi,

    tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan

    dirumuskan berdasarkan misi yang diemban dan

    dalam rangka menghadapi isu utama (isu strategis).

    Urutan strategis pengembangan disusun sesuai

    dengan isu-isu utama. Dalam rumusan strategi

    pengembangan dapat dibedakan menurut kelompok

    strategi, dengan rincian terdiri atas tiga tingkat

    (strategi utama, substrategi, dan rincian strategi).

    Jadi dapat dirangkum bahwa dalam tahap

    perencanaan terlebih dahulu dilakukan penetapan visi

    dan misi, selanjutnya visi dan misi tersebut

    dikembangkan kedalam bentuk isu-isu strategis, dari

    masing-masing isu strategis maka dibuat strategi

    untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.

  • 16

    3. Menyusun dokumen rencana strategis

    Tahap penyusunan dokumen rencana strategis

    dirumuskan secara singkat, tidak terlalu tebal

    supaya dipahami dan dapat dilaksanakan oleh tim

    manajemen secara luwes. Perumusannya dapat

    dilakukan sejak saat pengkajian telah menghasilkan

    temuan. Rumusan visi yang disepakati bersama

    akan dijadikan sebagai panduan dalam

    merumuskan misi dan tujuan organisasi

    pendidikan. Hasil kajian tentang kekuatan dan

    kelemahan organisasi pendidikan serta peluang dan

    tantangan eksternalnya di suatu sisi serta rumusan

    visi, misi dan tujuan organisasi pendidikan dapat

    menghailkan isu-isu utama dalam pembangunan

    pendidikan dalam konteks masing-masing. Di

    antara isu-isu yang dikaji, pemilihan terhadap

    strategi pengembangan kegiatan dan pembangunan

    pendidikan. Alternatif rencana yang terbaik adalah

    alternatif perencanaan yang paling memungkinkan

    adanya perubahan manakala dalam proses

    implementasinya memerlukan adanya penyesuaian

    keadaaan.

    2.2 Pengelolaan

    Kata “Pengelolaan” dapat disamakan dengan

    manajemen, yang berarti pula pengaturan atau

    pengurusan (Arikunto, 1993: 31). Banyak orang yang

    mengartikan manajemen sebagai pengaturan,

    pengelolaan, dan pengadministrasian, dan memang

    itulah pengertian yang populer saat ini. Pengelolaan

  • 17

    diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau

    usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk

    melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan

    tertentu.

    Manajemen adalah kemampuan dan

    keterampilan khusus untuk melakukan suatu

    kegiatan, baik bersama orang lain maupun melalui

    orang lain dalam mencapai tujuan organisasi (Sudjana,

    2000:17). Stoner (Handoko, 2005: 50) menyatakan

    bahwa manajemen merupakan proses perencanan,

    pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan,

    usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna

    sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai

    tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Oleh karena

    itu, apabila dalam sistem dan proses perencanaan,

    pengorganisasian, pengarahan, penganggaran, dan

    sistem pengawasan tidak baik, proses manajemen

    secara keseluruhan tidak lancar sehingga proses

    pencapaian tujuan akan terganggu atau mengalami

    kegagalan (Qalyubi, 2007: 271).

    Perencanaan merupakan proses dasar dari suatu

    kegiatan pengelolaan dan merupakan syarat mutlak

    dalam suatu kegiatan pengelolaan. Kemudian

    pengorganisasian berkaitan dengan pelaksanaan

    perencanaan yang telah ditetapkan. Sementara itu

    pengarahan diperlukan agar menghasilkan sesuatu

    yang diharapkan dan pengawasan yang dekat. Dengan

    evaluasi, dapat menjadi proses monitoring aktivitas

    untuk menentukan apakah individu atau kelompok

    memperolah dan mempergunakan sumber-sumbernya

    secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

  • 18

    Proses merencanakan, mengorganising, memimpin, dan

    mengendalikan upaya organisasi dengan segala

    aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif

    dan efisien.

    Slameto (2009:2) berpendapat bahwa dalam

    proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang

    ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu

    perencanaan (planning), pengorganisasian (organising),

    pemimpin (leading), dan pengawasan (controlling). Oleh

    karena itu, manajemen diartikan sebagai upaya

    organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan

    organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Henry

    Fayol (dalam Salirawati, 2009) menyatakan bahwa

    pengelolaan laboratorium hendaknya dijalankan

    berkaitan dengan unsur atau fungsi-fungsi manajer,

    yakni perencanaan, pengorganisasian, pemberian

    komando, pengkoordinasian, dan pengendalian

    Menurut Luther M. Gullick (dalam Rosbiono, 2004:24)

    menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang penting

    adalah perencanaan, pengorganisasian, pengadaan

    tenaga kerja, pemberian bimbingan, pengkoordinasian,

    pelaporan, dan penganggaran. Pendapat lain

    dikemukakan oleh Terry (dalam Salirawati, 2009) yang

    mengemukakan fungsi manajemen menjadi empat,

    yaitu perencanaan (Planning), organisasi (Organizing),

    pelaksanaan (Actuating ), dan pengawasan (Controlling).

    Berdasarkan definisi manajemen di atas secara

    garis besar dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap

    dalam melakukan manajemen meliputi melakukan

    perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

  • 19

    pengawasan dengan memanfaatkan sumber daya yang

    ada secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

    2.3 Laboratorium IPA

    2.3.1 Konsep Laboratorium IPA

    Menurut Poerwodarminto (1999:75), laboratorium

    berarti tempat untuk mengadakan percobaan/

    penyelidikan, dan sebagainya segala sesuatu yang

    berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan

    sebagainya. Subiyanto (1998:79), menyatakan secara

    sempit laboratorium diartikan sebagai ruangan yang

    dibatasi oleh dinding yang di dalamnya terdapat alat-

    alat dan bahan-bahan beranekaragam yang dapat

    digunakan untuk melakukan eksperimen. Sudaryanto,

    dkk (1998:2) mendefinisikan laboratorium sebagai

    salah satu sarana pendidikan IPA, sebagai tempat

    peserta didik berlatih dan kontak dengan objek yang

    dipelajari secara langsung, baik melalui pengamatan

    maupun percobaan.

    Laboratorium adalah tempat riset ilmiah,

    eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah

    dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk

    memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan

    tersebut secara terkendali (Anonim, 2007:75).

    Sementara menurut Emha (2006:89), laboratorium

    diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan

    percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang

    berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi

    atau bidang ilmu lain. Pengertian lain menurut Sukarso

    (2005), laboratorium ialah suatu tempat dimana

  • 20

    dilakukan kegiatan kerja untuk menghasilkan sesuatu.

    Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup,

    kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan

    lain-lain.

    Secara lebih umum laboratorium diartikan

    sebagai suatu tempat dilakukannya percobaan dan

    penelitian (Depdikbud,1994:7). Pengertian ini bermakna

    lebih luas, karena tidak membatasi laboratorium

    sebagai suatu ruangan, artinya kebun, lapangan, ruang

    terbuka pun dapat menjadi laboratorium.

    Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium

    adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakukan

    percobaan maupun pelatihan yang berhubungan

    dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu

    lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar

    atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.

    2.3.2 Fungsi Laboratorium

    Menurut Sukarso (2005), secara garis besar

    laboratorium dalam proses pendidikan adalah sebagai

    berikut:

    1)Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan

    keterampilan intelektual melalui kegiatan

    pengamatan, pencatatan dan pengkaji gejala-

    gejala alam; 2) Mengembangkan keterampilan motorik siswa. Siswa akan bertambah

    keterampilannya dalam mempergunakan alat-alat

    media yang tersedia untuk mencari dan

    menemukan kebenaran; 3) Memberikan dan

    memupuk keberanian untuk mencari hakekat

    kebenaran ilmiah dari sesuatu objek dalam lingkungn alam dan sosial; 4) Memupuk rasa

    ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah

    seseorang calon ilmuan; dan 5) Membina rasa

    percaya diri sebagai akibat keterampilan dan

    pengetahuan atau penemuan yang diperolehnya.

  • 21

    Lebih jauh dijelaskan dalam Anonim (2003),

    bahwa fungsi dari laboratorium adalah sebagai berikut:

    1) Laboratorium sebagai sumber belajar. Tujuan

    pembelajaran IPA dengan banyak variasi dapat digali, diungkapkan, dan

    dikembangkan dari laboratorium.

    Laboratorium sebagai sumber untuk

    memecahkan masalah atau melakukan

    percobaan. Berbagai masalah yang berkaitan

    dengan tujuan pembelajaran terdiri dari tiga ranah yakni: ranah pengetahuan, ranah

    sikap, dan ranah keterampilan/afektif;

    2) Laboratorium sebagai metode pembelajaran.

    Di dalam laboratorium terdapat dua metode

    dalam pembelajaran yakni metode percobaan dan metode pengamatan; dan

    3) Laboratorium sebagai prasarana pendidikan

    atau wadah proses pembelajaran.

    Laboratorium terdiri dari ruang yang

    dilengkapi dengan berbagai perlengkapan

    dengan bermacam-macam kondisi yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan untuk

    melakukan percobaan.

    2.3.3 Peranan Laboratorium Sekolah

    Menurut Emha (2002) menyatakan peranan

    laboratorium sekolah antara lain:

    1. Laboratorium sekolah sebagai tempat timbulnya berbagai masalah sekaligus sebagai

    tempat untuk memecahkan masalah tersebut.

    2. Laboratorium sekolah sebagai tempat untuk

    melatih keterampilan serta kebiasaan

    menemukan suatu masalah dan sikap teliti.

    3. Laboratorium sekolah sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta didik

    untuk memperdalam pengertian dari suatu

    fakta yang diselidiki atau diamatinya.

    4. Laboratorium sekolah berfungsi pula sebagai

    tempat untuk melatih peserta didik bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur, serta

    berpikir kritis dan cekatan.

    5. Laboratorium sebagai tempat bagi para peserta

    didik untuk mengembangkan ilmu

    pengetahuannya.

  • 22

    Lebih lanjut Sudaryanto, dkk (1998:7)

    menyatakan peranan dan fungsi laboratorium ada tiga,

    yaitu sebagai (1) sumber belajar, artinya laboratorium

    digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan

    dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor atau

    melakukan percobaan, (2) metode pendidikan, meliputi

    metode pengamatan dan metode percobaan, dan (3)

    sarana penelitian, tempat dilakukannya berbagai

    penelitian sehingga terbentuk pribadi peserta didik

    yang bersikap ilmiah.

    2.4 Pengelolaan Laboratorium IPA

    Pengelolaan atau manajemen laboratorium

    (laboratory management) adalah usaha untuk mengelola

    laboratorium. Manajemen laboratorium merupakan

    suatu proses pendayagunaan sumber daya secara

    efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang

    diharapkan secara optimal dengan memperhatikan

    keberlanjutan fungsi sumber daya. Manajemen

    laboratorium berkaitan dengan pengelola dan

    pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan

    laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan

    aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang

    menjaga keberlanjutan fungsinya. Dalam konteks

    laboratorium pengelolaam nencakup kegiatan

    perencanaan, penataan, pengadministrasian,

    perawatan, keselamatan dan kesehatan kerja, serta

    monitoring dan evaluasi.

  • 23

    Manajemen laboratorium dapat diartikan sebagai

    kegiatan menata, mulai dari perencanaan, penataan,

    pengadministrasian, pengamanan, perawatan dan

    pengawasan. Dapat disimpulkan bahwa manajemen

    laboratorium adalah sebagai proses perencanaan,

    pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian/

    evaluasi pengelolaan laboratorium dalam rangka untuk

    menunjang proses pembelajaran guna mencapai tujuan

    pendidikan secara efektif dan efisien.

    1. Perencanaan (Planning)

    Menurut Sutarno (2004:109), perencanaan

    diartikan sebagai perhitungan dan penentuan tentang

    apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai

    tujuan tertentu, dimana menyangkut tempat, oleh

    siapa pelaku itu atau pelaksana dan bagaimana tata

    cara mencapai itu. Cropper (1998:1) berpendapat:

    Planning is the basis from which all other function are

    spawned. Without a congruent plan, organizations

    usually lack a central focus. Bahwa perencanaan adalah

    dasar yang akan dikembangkan menjadi seluruh fungsi

    berikutnya. Tanpa rencana yang tepat dan padu

    sebuah organisasi akan kehilangan fokus sentral

    berpijak bukan sekedar daftar kegiatan yang harus

    dilakukan.

    Perencanaan merupakan suatu proses

    mempersiapkan serangkaian pengambilan keputusan

    untuk dilakukanya tindakan dalam mencapai tujuan

    organisasi, dengan dan tanpa menggunakan sumber-

    sumber yang ada. Rencana formal merupakan rencana

    bersama anggota korporasi, artinya setiap anggota

    harus mengetahui dan menjalankan rencana itu.

  • 24

    Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas

    dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang

    harus dilakukan.

    Menurut Griffin (2010), kegiatan dalam fungsi

    perencanaan meliputi:

    1) Menetapkan tujuan dan target organisasi. 2) Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan

    dan target organisasi tersebut.

    3) Menentukan sumber-sumber daya yang

    diperlukan.

    4) Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target

    organisasi.

    Adapun aspek perencanaan meliputi:

    1. Apa yang dilakukan?

    2. Siapa yang melakukan?

    3. Di mana akan melakukan?

    4. Apa saja yang diperlukan agar tercapainya

    tujuan dapat dilakukan? 5. Bagaimana melakukannya?

    6. Apa aja yang dilakukan agar tercapainya

    tujuan dapat maksimum? (Arikunto,1993:

    38)

    Dengan demikian kunci keberhasilan dalam

    suatu pengelolaan atau manajemen tergantung atau

    terletak pada perencanaanya. Perencanaan merupakan

    suatu proses dan kegiatan pimpinan (manager) yang

    terus menerus, artinya setiap kali timbul sesuatu yang

    baru. Perencanaan merupakan langkah awal setiap

    manajemen. Perencanaan merupakan kegiatan yang

    akan dilakukan di masa depan dalam waktu tertentu

    untuk mencapai tujuan tertentu pula. Sebuah

    perencanaan yang baik adalah yang rasional, dapat

    dilaksanakan dan menjadi panduan langkah

    selanjutnya. Oleh karena itu, perencanaan tersebut

  • 25

    sudah mencapai permulaan pekerjaan yang baik dari

    proses pencapaian tujuan organisasi.

    Berdasarkan uraian di atas, perencanaan pada

    hakekatnya merupakan proses pemikiran yang

    sistematis, analisis, dan rasional untuk menentukan

    apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya,

    siapa pelaksananya, dan kapan kegiatan tersebut

    harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah

    ditentukan.

    Perencanaan laboratorium IPA meliputi

    perencanaan dan pemeliharaan alat-alat dan bahan-

    bahan serta sarana/prasarana, perencanaan kegiatan

    yang akan dilaksanakan, serta rencana pengembangan

    laboratorium. Beberapa hal yang perlu direncanakan

    dalam manajemen laboratorium adalah :

    a. Pengadministrasian Alat-alat dan Bahan-bahan

    Laboratorium

    Tujuan pengadministrasian alat-alat dan bahan-

    bahan lababoratorium ini adalah agar dapat dengan

    mudah diketahui : (1) jenis alat atau bahan yang ada,

    (2) jumlah masing-masing alat dan bahan, (3) jumlah

    pembelian atau tambahan, dan (4) jumlah yang pecah,

    hilang, atau habis (Depdikbud, 1979 : 41).

    Untuk keperluan pencatatan alat dan bahan

    laboratorium ini diperlukan format atau buku

    perangkat administrasi yang meliputi buku inventaris,

    kartu stok, kartu permintaan/ peminjaman

    alat/bahan, buku catatan harian, kartu alat/bahan

    yang rusak, kartu reparasi, dan format label

    (Depdikbud, 1999 : 26). Buku lainnya yang dapat

    melengkapi perangkat administrasi antara lain daftar

  • 26

    alat dan bahan yang sesuai dengan LKS, jadwal

    kegiatan laboratorium, dan program semester kegiatan

    laboratorium.

    b. Pengadaan Alat/Bahan Laboratorium

    Untuk melengkapi atau mengganti alat/bahan

    kimia yang rusak, hilang, atau habis dipakai

    diperlukan pengadaan. Sebelum pengusulan

    pengadaan alat/bahan, maka perlu dipikirkan: (1)

    percobaan apa yang akan dilakukan, (2) alat/bahan

    apa yang akan dibeli (dengan spesifikasi jelas), (3) ada

    tidaknya dana/anggaran, (4) prosedur pembelian (lewat

    agen, langganan, beli sendiri), dan (5) pelaksanaan

    pembelian (biasanya awal tahun pelajaran baru)

    (Depdikbud, 1999:32).

    Prosedur pengadaan dimulai dengan penyusunan

    alat/bahan yang akan dibeli yang dikumpulkan dari

    usulan masing-masing guru IPA yang dikoordinasi oleh

    penanggung jawab laboratorium. Sebelum pembelian,

    hendaknya ditentukan terlebih dahulu di toko atau

    perusahaan mana alat/bahan itu akan dibeli.

    Sebaiknya setiap sekolah telah membuat jalinan kerja

    sama dengan perusahaan atau toko alat dan bahan

    kimia tertentu, sehingga akan memperoleh harga yang

    relatif murah dan sewaktu-waktu memerlukan

    tambahan alat/bahan kimia di luar jadwal pengadaan

    dapat dengan mudah dikontak dan disuplai.

    c. Alokasi Dana Laboratorium

    Bagi sekolah Negeri, sumber dana sekolah dibagi

    menjadi dua, yaitu dana dari Pemerintah yang

    umumnya berupa dana rutin (biaya operasional dan

    perawatan fasilitas) dan dana dari masyarakat yang

  • 27

    dapat berasal dari orang tua peserta didik maupun

    sumbangan masyarakat luas/dunia usaha (Depdikbud,

    1999:95). Dana laboratorium diperoleh dari proyek OPF

    (Operasional dan Perawatan Fasilitas) yang dituangkan

    dalam APBS (Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Sekolah) yang disediakan untuk membiayai kegiatan

    yang bersifat teknis edukatif dan kegiatan penunjang

    proses belajar-mengajar.

    2. Pengorganisasian (Organizing)

    Organisasi laboratorium adalah suatu sistem

    kerja sama dari kelompok orang, barang, atau unit

    tertentu tentang laboratorium untuk mencapai tujuan

    (Sudaryanto, 1998:5). Mengorganisasikan laboratorium

    berarti menyusun sekelompok orang/petugas dan

    sumber daya lain untuk melaksanakan suatu rencana

    atau program dalam rangka mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan dengan cara yang berdaya guna

    terhadap laboratorium. Pengorganisasian laboratorium

    meliputi pengaturan dan pemeliharaan alat-alat dan

    bahan-bahan laboratorium, pengadaan alat-alat dan

    bahan-bahan, dan menjaga kedisiplinan dan

    keselamatan laboratorium.

    Orang-orang yang terlibat langsung dalam

    organisasi laboratorium adalah Kepala Sekolah, Wakil

    Kepala Sekolah Urusan Kurikulum, koordinator

    laboratorium, penanggung jawab teknis laboratorium,

    laboran, dan guru-guru mapel IPA (Kimia, Fisika,

    Biologi). Tugas Kepala Sekolah adalah memberikan

    bimbingan, motivasi, pemantauan, dan evaluasi kepada

    seluruh staf yang terlibat dalam pengelolaan

    laboratorium, menyediakan dana keperluan operasional

  • 28

    laboratorium. Dalam menjalankan tugas ini dibantu

    oleh Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum yang

    juga bekerja sama dengan koordinator laboratorium

    dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium.

    Tugas koordinator laboratorium adalah

    mengkoordinasikan masing-masing guru mapel IPA

    segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan

    laboratorium dan mengusulkan kepada penanggung

    jawab laboratorium untuk pengadaan alat/bahan

    praktikum. Penanggung jawab teknis laboratorium

    bertanggung jawab atas kelengkapan administrasi

    laboratorium, kelancaran kegiatan laboratorium,

    mengusulkan kepada Kepala Sekolah tentang

    pengadaan alat/bahan laboratorium, dan bertanggung

    jawab atas kebersihan, penyimpanan, perawatan, dan

    perbaikan alat-alat laboratorium. Tugas laboran adalah

    mengerjakan administrasi laboratorium, mempersiap-

    kan alat/bahan yang diperlukan untuk praktikum, dan

    bertanggung jawab atas kebersihan alat/bahan dan

    ruangan laboratorium beserta perlengkapannya

    sebelum dan sesudah praktikum.

    a. Penyimpanan Alat/Bahan Laboratorium Setelah

    Pemeliharaan

    Penyimpanan alat/bahan kimia dapat

    dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu : (1)

    alat/bahan yang sering dipakai, (2) alat/bahan dimana

    peserta didik diijinkan untuk mengambil sendiri,

    seperti beaker glass, gelas ukur, pipet, larutan encer

    garam, asam, basa, (3) alat/bahan yang jarang dipakai,

    dan (4) alat/bahan yang berbahaya, seperti alat yang

  • 29

    peka, mahal, dan mudah rusak, dan bahan yang

    beracun, radioaktif, mudah terbakar/meledak.

    Penyimpanan masing-masing alat/bahan

    tergantung pada keadaan dan susunan laboratorium,

    serta fasilitas ruangan (termasuk luas sempitnya

    laboratorium). Alat/bahan yang sering digunakan

    sebaiknya diletakkan di almari yang dapat dibuka dan

    diambil sendiri oleh peserta didik, sehingga efisien

    waktu dan tenaga. Namun jika pertimbangan

    keamanan dan kedisiplinan peserta didik diragukan,

    maka jumlah yang tersedia dibatasi.

    Bahan-bahan kimia yang beracun, eksplosif

    (mudah meledak), dan mudah terbakar sebaiknya

    ditempatkan terpisah dari bahan yang lain dan

    diusahakan diletakkan di tempat yang tidak mudah

    dilihat peserta didik (di ruangan khusus dan hanya

    laboran yang tahu). Hal ini untuk mengantisipasi

    terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, jika ada

    peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

    Demikian juga dengan alat-alat laboratorium,

    diletakkan sesuai jenis dan bahannya, seperti alat dari

    kaca, porselin, kayu, atau logam diletakkan secara

    terpisah. Hal ini untuk mempermudah jika akan

    digunakan, juga mempermudah inventarisasi ulang.

    Prinsip dari penyimpanan alat/bahan laboratorium

    adalah alat/bahan tersebut dalam keadaan aman,

    mudah dicari dan diambil sewaktu-waktu dibutuhkan.

    Seringkali terjadi kerusakan alat-alat

    laboratorium disebabkan salah menangani alat

    tersebut. Oleh karena itu sangat penting bagi guru

    sebelum praktikum diadakan dilakukan asistensi, yaitu

  • 30

    kegiatan pengenalan mulai dari pengenalan alat/bahan

    yang akan digunakan dalam praktikum, baik fungsi

    dan cara penggunaannya, sampai pada mata

    praktikum yang akan dijalani untuk kurun waktu satu

    semester dengan penjelasan garis besarnya, serta

    bagaimana cara berpraktikum yang baik, tata tertib

    praktikum, dan format penyusunan laporan praktikum.

    Dengan demikian peserta didik memperoleh bekal yang

    cukup untuk bekerja di laboratorium.

    Hal penting lainnya adalah penanaman

    kesadaran pada diri peserta didik bahwa laboratorium

    adalah juga bagian dari sekolah yang membantu

    prestasi belajar mereka, sehingga mereka harus ikut

    merawat dan menjaga. Sebagai contoh, setiap kali

    selesai praktikum, mereka membersihkan alat dan

    meja praktikum seperti sebelum praktikum, termasuk

    lantai dan bak air. Agar semua peserta didik mengerti

    tanggung jawab menjaga kebersihan laboratorium,

    maka dibuatkan jadwal piket, sehingga semua

    mendapat giliran.

    b. Disiplin di Laboratorium

    Dalam rangka menjaga keamanan dan

    keselamatan kerja di laboratorium, maka penegakan

    disiplin bagi semua yang terlibat harus diterapkan, baik

    itu peserta didik, guru, laboran, maupun asisten (jika

    ada). Kebebasan memang diperlukan bagi peserta didik

    yang berpraktikum, namun kebebasan yang dimaksud

    bukan kebebasan tanpa batas. Hal ini disebabkan di

    dalam laboratorium sangat banyak alat/bahan yang

    berbahaya jika digunakan tanpa disiplin sesuai aturan

    penggunaan alat/bahan yang bersangkutan. Jika

  • 31

    hanya kerusakan alat atau kelebihan pemakaian bahan

    mungkin masih dapat ditoleransi, namun jika yang

    terjadi kesalahan pemakaian alat/bahan yang

    menimbulkan kebakaran/ledakan atau bahaya lainnya

    akan sangat fatal akibatnya.

    Berkaitan dengan disiplin di laboratorium, maka

    peserta didik sebelum beraktivitas (praktikum) di

    laboratorium perlu mengetahui tata tertib yang harus

    ditaati ketika bekerja di laboratorium. Namun

    demikian, disiplin yang diterapkan di laboratorium

    hendaknya tidak terlalu kaku dalam beberapa hal yang

    tidak berbahaya, misalnya larangan berbicara ketika

    berpraktikum. Jika memang peserta didik ingin

    mendiskusikan dengan temannya karena ada hasil

    percobaan yang tidak sesuai dengan teori, maka perlu

    diberi kelonggaran agar mereka menemukan penyebab

    kegagalannya dengan segera.

    Pelanggaran terhadap tata tertib yang berlaku

    perlu diberikan sanksi, mulai dari peringatan secara

    halus, peringatan keras, sampai pada pelarangan

    mengikuti praktikum maupun mengikuti pelajaran di

    sekolah (scorsing). Selain tata tertib untuk peserta

    didik, juga ada peraturan semacam tata tertib untuk

    guru. Sebenarnya tata tertib untuk peserta didik

    sebagian juga berlaku untuk guru, seperti larangan

    makan dan minum di laboratorium, merokok. Tata

    tertib dan peraturan tersebut dibuat oleh koordinator

    laboratorium beserta guru-guru mapel IPA.

    3. Pelaksanaan (Actuating)

    Pelaksanaan merupakan salah satu fungsi

    manajemen yang sangat penting, karena tanpa

  • 32

    pelaksanaan terhadap apa yang telah direncanakan

    dan diorganisasikan tidak akan pernah menjadi

    kenyataan.

    Kegiatan laboratorium IPA diartikan sebagai

    kegiatan yang berkaitan dengan pengamatan atau

    percobaan yang menunjang kegiatan belajar-mengajar

    IPA. Untuk melaksanakan kegiatan laboratorium IPA

    perlu perencanaan secara sistematis agar dicapai

    tujuan pembelajaran secara optimal (Depdikbud,

    1999:13).

    Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan

    laboratorium IPA adalah :

    a. Setiap guru IPA pada awal semester/tahun

    pelajaran baru sebaiknya menyusun program

    semester/tahunan sesuai kegiatan laboratorium

    yang ditandatangani Kepala Sekolah. Tujuan

    penyusunan program ini adalah mengidentifikasi

    kebutuhan alat/bahan yang dibutuhkan untuk

    kegiatan praktikum selama satu semester/tahunan

    dan menyusun jadwal bagi penanggung jawab

    teknis untuk ketiga mapel (Kimia, Fisika, Biologi)

    agar tidak terjadi tumbukan dalam pemakaian

    laboratorium. Selain itu berguna untuk keperluan

    supervisi/ pengawasan bagi Kepala Sekolah.

    b. Setiap akan melaksanakan praktikum, setiap guru

    sebaiknya mengisi format permintaan/peminjaman

    alat/bahan yang kemudian diserahkan kepada

    laboran minimal seminggu sebelum pelaksanaan,

    sehingga laboran secara dini dapat mempersiapkan

    dan mengecek ada tidaknya alat/bahan yang

    dibutuhkan.

  • 33

    c. Setelah kegiatan laboratorium selesai sebaiknya

    guru mengisi buku harian untuk mengetahui

    kejadian-kejadian selama kegiatan laboratorium

    serta untuk keperluan supervisi.

    d. Alat/bahan yang telah selesai digunakan segera

    dibersihkan dan disimpan kembali di tempat

    semula.

    Dalam kegiatan praktikum, penilaian terhadap

    hasil belajar peserta didik harus dilakukan, baik

    kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk

    aspek kognitif, biasanya dilakukan melalui pre-test

    sebelum praktikum diadakan, bisa dilakukan secara

    lisan maupun tertulis, tergantung waktu yang tersedia.

    Pre-test terutama dilakukan untuk mengetahui

    sejauhmana pemahaman peserta didik terhadap

    konsep yang akan dipraktikumkan. Sebaiknya pre-test

    tidak berisi pertanyaan teoretis, tetapi lebih difokuskan

    pada konsep yang berkaitan dengan praktikum.

    Penilaian dari aspek afektif dapat dilakukan guru

    dengan menggunakan lembar observasi khusus yang

    telah dipersiapkan guru yang berisi nilai-nilai atau

    sikap yang harus dimiliki oleh seorang praktikan,

    seperti kejujuran menulis data percobaan, kebersihan,

    dan teliti dalam pengamatan. Pada kenyataannya,

    sebagian besar guru tidak mempersiapkan lembar

    observasi ini, sehingga penilaian aspek afektif ini hanya

    ditinjau secara sepintas yang kemudian disimpulkan

    sebagai nilai afektif, baik dinyatakan sebagai

    kedisiplinan/ketelitian.

  • 34

    Penilaian aspek psikomotor adalah yang utama

    dalam suatu praktikum, karena salah satu tujuan

    utama praktikum adalah melatih keterampilan dan

    mengukur penguasaan teknik peserta didik dalam

    menggunakan alat/bahan kimia/IPA ketika

    melaksanakan praktikum. Penilaian ini dapat

    dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang

    telah dipersiapkan sebelumnya oleh guru yang meliputi

    aspek-aspek penting yang harus dikuasai peserta didik

    dalam melaksanakan suatu mata praktikum. Dengan

    demikian, setiap mata praktikum akan memiliki

    tekanan aspek psikomotor yang berbeda.

    Secara umum, dalam praktikum guru terutama

    menilai ketrampilan peserta didik dalam menggunakan

    alat/bahan, ketepatan, baik dalam hal ketepatan

    pemilihan alat, pengambilan data yang tepat,

    pengendalian variabel, perumusan hipotesis dan

    pengujiannya, serta penyimpulan berdasarkan data

    yang diperoleh, dan ketelitian yang sangat menentukan

    keberhasilan praktikum yang berupa pembuktian

    kebenaran suatu konsep (Dahar, 1986: 5.22).

    4. Pengawasan (Controlling)

    Pengawasan adalah kegiatan membandingkan

    atau mengukur yang sedang atau sudah dilaksanakan

    dengan kriteria, norma-norma standar atau rencana-

    rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya (Sutarno,

    2004:128). Sementera menurut Terry (dalam Salirawati,

    2009), pengawasan atau sering disebut pula supervisi

    ditentukan oleh apa yang telah dilakukan, yaitu

    evaluasi terhadap tindakan dan bila perlu

  • 35

    menggunakan pengukuran koreksi sehingga tindakan

    tersebut sesuai dengan rencana.

    Pengawasan atau kontrol yang merupakan bagian

    terakhir dari fungsi manajemen dilaksanakan untuk

    mengetahui:

    1. Apakah semua kegiatan telah dapat berjalan sesuai

    dengan rencana sebelumnya.

    2. Apakah didalam pelaksanaan terjadi hambatan,

    kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan

    wewenang, penyimpangan dan pemborosan.

    3. Untuk mencegah terjadinya kegagalan, kerugian,

    penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang

    penyimpangan, dan pemborosan.

    4. Untuk meningkatkan efisien dan efektifitas

    organisasi.

    Adapun tujuan pengawasan dalam manajemen

    sebagai berikut:

    a) Menentukan dan menghilangkan sebab-sebab yang

    menimbulkan kesulitan sebelum kesulitan itu

    terjadi.

    b) Mengadakan pencegahan dan perbaikan terhadap

    kesalahan-kesalahan yang terjadi.

    c) Mendapatkan efisiensi dan efektifitas.

    Proses pengawasan terdiri atas beberapa

    tindakan pokok, yaitu: (1) penentuan ukuran/pedoman

    baku sebagai pembanding/alat ukur untuk menjawab

    pertanyaan dari hasil pelaksanaan, (2)

    penilaian/pengukuran terhadap tugas yang sudah atau

    yang sedang dikerjakan, baik secara lisan maupun

    tertulis, atau pertemuan langsung dengan petugas, (3)

    perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan

  • 36

    ukuran/pedoman yang telah ditetapkan untuk

    mengetahui penyimpangan/perbedaan yang terjadi dan

    perlu tidaknya perbaikan, (4) perbaikan terhadap

    penyimpangan yang terjadi agar pekerjaan sesuai

    dengan apa yang direncanakan.

    Ada beberapa prinsip dasar pengawasan yang

    harus diterapkan agar manajemen laboratorium

    menjadi baik, yaitu :

    1. Pengawasan bersifat membimbing dan membantu

    mengatasi kesulitan dan bukan mencari kesalahan.

    Kepala Sekolah harus menfokuskan perhatian pada

    usaha mengatasi hambatan yang dihadapi guru,

    bukan sekedar mencari kesalahan. Kekeliruan guru

    harus disampaikan Kepala Sekolah sendiri dan

    tidak di depan orang lain.

    2. Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak

    langsung, artinya diupayakan agar yang

    bersangkutan mampu mengatasi sendiri, sedangkan

    Kepala Sekolah hanya membantu. Hal ini penting

    untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang pada

    akhirnya menumbuhkan motivasi kerja yang lebih

    baik.

    3. Balikan atau saran perlu segera diberikan, agar

    yang bersangkutan dapat memahami dengan jelas

    keterkaitan antara balikan dan saran tersebut

    dengan kondisi yang dihadapi. Dalam memberikan

    balikan sebaiknya dalam bentuk diskusi, sehingga

    terjadi pembahasan terhadap masalah yang terjadi

    secara bersama.

    4. Pengawasan dilakukan secara periodik/berkala,

    artinya tidak menunggu sampai terjadi hambatan.

  • 37

    Jika tidak ada hambatan, kehadiran Kepala Sekolah

    akan dapat menumbuhkan dukungan moral bagi

    guru yang sedang mengerjakan tugas.

    Pengawasan dilaksanakan dalam suasana

    kemitraan, agar guru dengan mudah dan tanpa takut

    menyampaikan hambatan yang dihadapi, sehingga

    dapat segera dicari jalan keluarnya. Suasana kemitraan

    juga akan menumbuhkan hubungan kerja yang

    harmonis, sehingga tercipta tim kerja yang kompak.

    2.4.1 Standar Ruang Laboratorium IPA

    Dalam lampiran peraturan menteri pendidikan

    nasional nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana

    dan prasarana ruang laboratorium harus memenuhi

    kriteria sebagai berikut:

    1. Ruang laboratorium IPA berfungsi sebagai tempat

    berlangsungnya kegiatan pembelajaran IPA secara

    praktik yang memerlukan peralatan khusus.

    2. Ruang laboratorium IPA hanya dapat menampung

    minimum satu rombongan belajar

    3. Rasio minimum luas ruang laboratorium 2,4 m2 per

    peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan

    peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum

    ruang yang diperlukan adalah 48 m2 termasuk

    ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2, dengan

    lebar minimim sebesar 5 m.

    4. Ruang laboratotium IPA dilengkapi dengan

    pencahayaan yang memadai untuk membaca buku

    dan mengamati obyek percobaan.

    5. Dilengkapi dengan air bersih

  • 38

    6. Ruang laboratorium IPA dilengkapi dengan sarana

    yang tercantum dalam tabel berikut.

    2.4.2 Standar tenaga laboratorium sekolah

    Tenaga laboratorium sekolah merupakan salah

    satu tenaga kependidikan yang sangat diperlukan

    untuk mendukung peningkatan kualitas proses

    pembelajaran di sekolah melalui kegiatan laboratorium.

    Sebagaimana tenaga kependidikan lainnya, tenaga

    laboratorium sekolah juga merupakan tenaga

    fungsional. Oleh karena itu diperlukan adanya

    kualifikasi, standar kompetensi, dan sertifikasi.

    Menurut Permendiknas No. 26 tahun 2008, tenaga

    laboratorium terdiri dari Kepala Laboratorium Sekolah

    (Kompetensi: kepribadian, sosial, manajerial,

    profesional);Teknisi Laboratorium Sekolah (Kompetensi:

    kepribadian, sosial, administratif, profesional); dan

    Laboran Laboratorium Sekolah (Kompetensi:

    kepribadian, sosial, administratif, profesional)

    2.5 Analisa SWOT

    SWOT merupakan akronim dari Strength

    (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity

    (kesempatan), dan Threats (ancaman, rintangan, dan

    halangan). Rangkuti (2009: 55) menjelaskan Strengths

    adalah beberapa hal yang merupakan kelebihan dari

    sekolah yang bersangkutan. Weaknesses adalah

    komponen-komponen yang kurang menunjang

    keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang ingin

    dicapai sekolah. Opportunity adalah kemungkinan-

  • 39

    kemungkinan yang dapat dicapai apabila potensi-

    potensi yang ada di sekolah mampu dikembangkan

    secara optimal. Threats adalah kemungkinan yang

    mungkin terjadi atau pengaruh terhadap

    kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan

    penyelenggaraan sekolah.

    Hisyam (1998), mengemukakan langkah-langkah

    analisis SWOT adalah sebagai berikut :

    1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi

    kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman yang

    dihadapi.

    2. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan,

    kelemahan, peluang dan ancaman.

    3. Menetukan bobot relatif masing-masing faktor

    berdasarkan tingkat kepentingannya sebagai

    penentu keberhasilan dalam pengembangan

    4. Menentukan rating atau skor (1 sampai dengan 5)

    dari masing-masing faktor yang menggambarkan

    kondisi internal dan eksternal

    5. Menghitung total skor dengan mengalikan bobot

    dan rating untuk masing-masing faktor kekuatan,

    kelemahan, peluang dan ancaman.

    6. Menghitung total skor akhir faktor internal

    (kekuatan- kelemahan) dan faktor eksternal

    (peluang - ancaman).

    7. Menentukan posisi strategis dari faktor internal dan

    faktor eksternal.

    8. Menentukan rencana strategis berdasarkan posisi

    dari hasil analisis SWOT.

  • 40

    Kekuatan dan kelemahan akan dimasukkan ke

    dalam tabel IFAS. Sementara itu untuk faktor peluang

    dan ancaman akan dimasukkan ke dalam tabel EFAS,

    kemudian dihitung bobot dan skornya.

    Tabel 2.1 Internal Factors Analysis Summary (IFAS)

    NO STRENGTHS SKOR BOBOT TOTAL

    1

    2 Dst

    Dst Total

    kekuatan

    NO WEAKNESS SKOR BOBOT TOTAL

    1

    2

    Dst Total

    Kelemahan

    SELISIH TOTAL KEKUATAN - TOTAL KELEMAHAN = S - W = X

    Sumber: Hisyam, 1998 (http:/daps.bps.go.id)

    Tabel 2.2 External Factors Analysis Summary (EFAS) NO OPPORTUNITY SKOR BOBOT TOTAL

    1

    2 Dst

    Dst Total Peluang

    NO THREAT SKOR BOBOT TOTAL

    1

    2

    Dst Total Ancaman Total Ancaman

    Total Ancaman

    Total Ancaman

    SELISIH PELUANG - TOTAL KELEMAHAN =

    O - T = Y

    Sumber: Hisyam, 1998 (http:/daps.bps.go.id)

    Setelah dihitung dari masing-masing faktor

    internal dan faktor eksternal, maka dapat diketahui

    skor IFAS dan skor EFAS, selanjutnya dimasukkan ke

    dalam diagram SWOT untuk mengetahui posisi strategi

    berada pada kuadran I, II, III, atau IV. Berikut

  • 41

    dijelaskan strategi dari masing-masing kuadran yang

    ada di diagram analisis SWOT.

    Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT

    Sumber: Rangkuti, 2009

    Dari diagram analisis SWOT diatas yang

    dimaksudkan dengan strategi agresif (SO) sebuah

    strategi yang digunakan dengan memanfaatkan seluruh

    kekuatan sekolah untuk merebut dan memanfaatkan

    peluang sebesar-besarnya. Strategi diversifïkasi (ST)

    dilakukan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan

    yang dimiliki sekolah untuk mengatasi masalah.

    Strategi turn-around (WO) dilakukan dengan

    meminimalkan kelemahan yang ada di sekolah untuk

    menangkap peluang. Sedangkan Strategi defensif (WT)

    dilakukan dengan meminimalkan kelemahan yang ada

    di sekolah untuk menghindari ancaman.

  • 42

    Kuadran I (positif, positif). Posisi ini menandakan

    sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang.

    Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif,

    artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap

    sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan

    ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih

    kemajuan secara maksimal.

    Kuadran II (positif, negatif). Posisi ini

    menandakan sebuah organisasi yang kuat namun

    menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi

    strategi yang diberikan adalah Strategi Diversifikasi,

    artinya organisasi dalam kondisi mantap namun

    menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga

    diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan

    untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada

    strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi

    disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi

    taktisnya.

    Kuadran III (negatif, positif). Posisi ini

    menandakan sebuah organisasi yang lemah namun

    sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang

    diberikan adalah turn-around (Ubah Strategi), artinya

    organisasi disarankan untuk mengubah strategi

    sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan

    sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada

    sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

    Kuadran IV (negatif, negatif). Posisi ini

    menandakan sebuah organisasi yang lemah dan

    menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi

    yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya

    kondisi internal organisasi berada pada pilihan

  • 43

    dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk

    menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja

    internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini

    dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

    Jika pihak stakeholder sekolah memahami dan

    terbuka dengan strategi tersebut di atas maka sekolah

    akan sangat tertolong dalam menyelesaikan

    permasalahan-permasalahan yang muncul, baik dari

    pihak internal ataupun dari eksternal.

    2.6 Penelitian yang Relevan

    Nyoman, dkk (2014) melakukan penelitian

    mengenai Analisis Standarisasi Laboratorium Biologi

    dalam Proses Pembelajaran di SMA Negeri Kota

    Denpasar. Penelitian ini relevan karena variabel yang

    digunakan sama walaupun tidak sama persis, yaitu

    tentang laboratorium, hanya saja Nyoman dkk

    melakukan penelitian di delapan sekolah SMA Negeri

    yang ada di kota Denpasar sementara penulis hanya

    melakukan penelitian di satu sekolah yaitu SMA Negeri

    1 Boja. Jenis penelitian yang digunakan juga berbeda,

    Nyoman dkk menggunakan korelasi sedangkan penulis

    menggunakan R&D. Hasil penelitian Nyoman dkk

    menunjukkan bahwa kondisi daya dukung fasilitas

    alat-alat laboratorium IPA/Biologi yang ada di delapan

    sekolah negeri kota denpasar menunjukkan bahwa

    kondisinya belum memenuhi standar minimal 100%

    yang telah ditetapkan yakni. 1)Fasilitas daya dukung

    sarana prasarana yang ada di ruang laboratorium

    IPA/Biologi yang ada di delapan sekolah SMA Negeri

  • 44

    Kota Denpasar belum memenuhi standar minimal

    100% (80.56%). 2)Kompetensi pengelolaan laboratorium

    yang di delapan sekolah SMA Negeri Kota Denpasar

    86.04% dengan kualifikasi sangat baik baik. 3)

    efektivitas dalam pemanfaatan laboratorium a)

    efektivitas dalam pemanfaatan laboratorium yang ada

    di delapan sekolah SMA Negeri yang ada di Kota

    Denpasar berada pada kisaran 94.24%, b) used factor

    dalam intesnitas pemanfaatan pada kegiatan pratikum

    biologi berda pada kisaran 28.12% dengan kualifikasi

    rendah.

    Indriastuti, dkk (2013) melakukan penelitian

    dengan judul Kesiapan laboratorium biologi dalam

    Menunjang Kegiatan Praktikum SMA Negeri di

    Kabupaten Brebes. Hasil dari penelitian ini

    menunjukkan bahwa, tingkat kesiapan laboratorium

    dalam menyediakan sarana dan prasarana, kesiapan

    pengelolaan penyelenggaraan praktikum dan kesiapan

    kegiatan laboratorium secara berturut-turut

    memperoleh skor 67,40%, 83,75% dan 68,72%.

    Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Indriastuti

    dkk adalah, laboratorium biologi SMA Negeri di

    Kabupaten Brebes siap dalam menunjang kegiatan

    praktikum pada pembelajaran biologi dengan rata-rata

    tingkat kesiapan sebersar 73,29%. Penelitian ini relevan

    karena sama-mana melakukan penelitian terhadap

    laboratorium biologi pada tingkat SMA namun jenis

    penelitiannya yang berbeda yaitu menggunakan

    deskriptif kualitatif sedangkan penulis menggunakan

    pendekatan penelitian pengembangan.

  • 45

    Penelitian yang dilakukan Nur Riana Novianti

    (2011) tentang Kontribusi Pengelolaan Laboratorium

    dan Motivasi Siswa terhadap Efektivitas Proses

    Pembelajaran (Penelitian pada SMP Negeri dan Swasta

    di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat). Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa 1) Pengelolaan

    laboratorium IPA berkriteria baik, 2) Motivasi belajar

    siswa berkriteria sangat baik, 3) Efektivitas proses

    pembelajaran IPA berkriteria sangat baik, 4) Kontribusi

    pengelolaan laboratorium IPA terhadap efektivitas

    proses pembelajaran menunjukkan tingkat kontribusi

    yang rendah; 5) Kontribusi motivasi belajar siswa

    terhadap efektivitas proses pembelajaran menunjukkan

    tingkat kontribusi yang kuat; 6) Kontribusi pengelolaan

    laboratorium IPA dan motivasi belajar siswa terhadap

    efektivitas proses pembelajaran menunjukkan tingkat

    kontribusi yang cukup kuat. Penelitian ini hampir mirip

    dengan yang dilakukan peneliti yaitu mengenai

    pengelolaan laboratorium, hanya saja peneliti

    kemudian mengembangkan strategi pengembangan

    pengelolaan laboratorium sedangkan dalam penelitian

    ini lebih pada menganalisis kontribusi pengelolaan

    laboratorium IPA dan motivasi belajar siswa terhadap

    efektivitas proses pembelajaran IPA.

    E. Peniati, dkk (2013), melakukan penelitian

    tentang Model Analisis Evaluasi Diri Untuk

    Mengembangkan Kemampuan Mahasiswa Calon Guru

    IPA Dalam Merancang Pengembangan Laboratorium Di

    Sekolah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

    model analisis evaluasi diri laboratorium yang

    dikembangkan dinyatakan layak berdasarkan penilaian

  • 46

    pakar laboratorium IPA. Kemampuan mahasiswa dalam

    merancang pengembangan laboratorium dapat

    ditingkatkan melalui penerapan model analisis diri

    laboratorium. Penelitian ini sama dengan yang

    dilakukan peneliti yaitu pengembangan laboratorium

    hanya saja peneliti dalam menganalisis potensi dan

    masalah laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja

    menggunakan analisis SWOT sedangkan yang

    dilakukan E. Peniati dkk adalah pengembangan model

    analisis evaluasi diri laboratorium.

    Dhirendra Sharma and Vikram Singh (2010)

    melakukan penelitian dengan judul ICT in Universities

    of the Western Himalayan Region of India II : A

    Comparative SWOT Analysis. Hasil dari penelitian ini

    adalah kegiatan ICT memiliki peran penting sebagai

    perngarah / kebijakan yang didiadopsi oleh perguruan

    tinggi untuk mencapai kualitas dan keunggulan dalam

    sistem pendidikan tinggi di wilayah tersebut. Hal ini

    menunjukkan bahwa, konsistensi relatif antara tiga

    kategori universitas, dengan penelitian sebelumnya.

    Penelitian yang dilakukan Dhirendra dan Vikram sama

    dengan yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan

    analisis SWOT hanya saja peneliti menganalisis

    pengembangan laboratorium sedangkan Dhirendra dan

    Vikram menganalisis mengenai ICT.

    Christian ugwuda dan Adegbite A Ayoade (2015)

    melakukan penelitian tentang The Perception of Dental

    Practitioners on Laboratory Management for Effective

    Dental Health Care Deliveri : A Case Study of Some

    Selected Dental Laboratories in Lagos State, Negeria.

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keadaan

  • 47

    laboratorium perlu ditingkatkan dalam rangka

    memenuhi standar negara digital dari peralatan global

    saat ini, maka pengelolaan laboratorium dengan

    persepsi staf mempengaruhi kualitas layanan

    perawatan gigi yang diberikan kepada pasien. Analisis

    SWOT menunjukkan bahwa peluang dalam profesi

    adalah kecukupan pelatihan dan profesionalisme,

    sedangkan bahaya pekerja dukun, usangnya peralatan,

    pasokan listrik yang tidak memenuhi untuk

    menjalankan peralatan dan kurangnya pemerintah

    memungkinkan lingkungan yang ancaman dan

    kelemahan yang mempengaruhi kegiatan laboratorium

    gigi. Studi ini menyimpulkan bahwa keadaan

    laboratorium gigi masih membutuhkan lebih banyak

    perbaikan dengan menggunakan peralatan modern dan

    digital, perlunya pelatihan ulang merupakan kekuatan

    dan peluang. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk

    lokakarya, konferensi dan untuk mendidik professional

    pada peralatan terbaru pada tingkat global. Kemudian,

    Pemerintah harus memulai infrastruktur

    pengembangan fasilitas gigi yang ada dan mendorong

    individu-individu. Penelitian ini sama yaitu tentang

    manajemen laboratorium dengan melakukan analisis

    SWOT hanya saja penelitian yang dilakukan Christian

    ugwuda dan Adegbite A Ayoade pada manajemen

    laboratorium gigi sedangkan yang dilakukan peneliti

    pada laboratorium IPA.

  • 48

    2.7 Kerangka Pikir

    Berikut ini adalah kerangka pikir dari alternatif

    Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA

    di SMA Negeri 1 Boja.

    Gambar 2.2 Kerangka pikir

    Strategi pengembangan pengelolaan laboratorium

    IPA adalah suatu rencana yang komprehensif dengan

    melibatkan segala sumber kemampuan untuk

    meningkatkan fungsi dan peran laboratorium yang

    optimal. Indentifikasi visi, misi dan tujuan laboratorium

    IPA adalah bagian yang sangat penting untuk

    mewujudkan alternatif strategi pengelolaan

    laboratorium IPA. Selanjutnya yang harus dilakukan

    adalah menganalisis lingkungan internal dan

    eksternalnya untuk mengukur atau mengidentifikasi

    faktor kekuatan, kelemahan dan faktor peluang,

    ancaman. Dari faktor-faktor tersebut jika dianalisa

    Validasi Draf Renstra

    Perbaikan Draf Renstra

    Menyusun

    Draf Renstra

  • 49

    secara komprehensif maka akan menghasilkan

    informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk

    menyusun alternatif strategi pengembangan

    pengelolaan laboratorium IPA. Jika alternatif strategi

    tersebut dilaksanakan maka akan ada monitoring dan

    evaluasi yang berkelanjutan dengan tujuan untuk

    memperbaiki strategi dimasa yang akan datang. Namun

    dalam penelitian ini penulis hanya akan melakukan

    pembahasan sampai pada perumusan rencana

    strategis.

    Dengan adanya rencana strategis (renstra) baru

    ini diharapkan bisa menjadi strategi alternatif bagi

    laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja dalam rangka

    memberikan layanan yang lebih baik bagi para

    pengguna jasa laboratorium IPA.