33
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan sekelompok perubahan yang mengacu pada kelainan yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula dalam darah atau yang dikenal dengan hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut kriteria diagnostik dalam Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2006) seseorang dikatakan menderita diabetes melitus jika memiliki kadar gula darah puasa ≥126 mg/dL dan pada tes kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin yang berdampak pada terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes Melitus adalah kumpulan dari suatu gejala penyakit metabolik yang diakibatkan oleh penurunan jumlah insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi atau hiperglikemia (Guyton and Hall, 2008). 2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus Terdapat 2 jenis diabetes melitus yang utama yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan sekelompok perubahan yang mengacu pada

kelainan yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula dalam darah atau yang

dikenal dengan hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2002).

Menurut kriteria diagnostik dalam Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

(PERKENI, 2006) seseorang dikatakan menderita diabetes melitus jika memiliki

kadar gula darah puasa ≥126 mg/dL dan pada tes kadar gula darah sewaktu ≥200

mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat

setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Diabetes melitus

merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau

penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin yang berdampak pada

terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa Diabetes Melitus adalah kumpulan dari suatu gejala penyakit metabolik

yang diakibatkan oleh penurunan jumlah insulin atau penurunan sensitivitas

jaringan terhadap insulin yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi atau

hiperglikemia (Guyton and Hall, 2008).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Terdapat 2 jenis diabetes melitus yang utama yaitu :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

11

1. Diabetes melitus tipe I yang dikenal dengan diabetes melitus tergantung

insulin (IDDM), terjadi dikarenakn oleh kurangnya sekresi insulin.

2. Diabetes melitus tipe II yang juga dikenal dengan diabetes melitus tidak

tergantung insulin(NIDDM), terjadi dikarenakan oleh penurunan sensitivitas

jaringan target terhadap efek metabolik insulin, yang dikenal dengan istilah

resistensi insulin pada jaringan (Guyton and Hall, 2008).

2.1.3 Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II

Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya

insulin akan berikatan dengan reseptor khusus pada permukaan sel yang dikenal

dengan istilah RIS (receptor insulin substrate). Kemudian sebagai akibat

terikatnya insulin dengan reseptor tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi yang

akan memberikan sinyal yang berguna dalam proses regulasi atau metabolisme

gula, dimana rangsangan sinyal ini akan berperan dalam meningkatkan jumlah

GLUT-4 (glucose transporter-4), dan sebagai pendorong dalam translokasi

GLUT-4 ke membrane sel, yang berfungsi seperti “kendaraan” bagi gula untuk

masuk ke dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak

efektif untuk menstimulasi penyerapan gula oleh jaringan (Smeltzer & Bare, 2002

; Sudoyo, 2006).

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah tertumpuknya gula dalam

darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan, sehingga

pankreas mengkompensasi kondisi ini dengan meningkatkan sekresi insulin

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

12

sehingga akan terjadi kondisi toleransi gula terganggu (TGT). Pada pasien TGT,

keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar gula akan

dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian,

setelah sel-sel beta pankreas sudah tidak dapat mengimbangi peningkatan

kebutuhan akan insulin maka kadar gula akan meningkat dan terjadilah diabetes

melitus tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri

khas diabetes melitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang

adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang

menyertainya, sehingga ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes melitus

tipe II (Smeltzer & Bare, 2002).

Diabetes Melitus Tipe II sering terjadi pada usia diatas 30 tahun dan

obesitas, akibat dari kondisi TGT yang berlangsung lambat (selama bertahun-

tahun) dan progresif maka kondisi DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.

Walaupun pasien DM mengalami gejalanya, namun gejalnya sering bersifat

ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama

sembuhnya, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosa terlalu

tinggi). Penanganan primer diabetes mellitus tipe II adalah dengan menurunkan

berat badan, karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas. Latihan

merupakan unsur yang penting untuk meningkatkan efektivitas insulin. (Smeltzer

& Bare, 2002).

Sedangkan pada DM tipe I, permasalahan utamanya adalah tidak adanya

insulin yang disekresikan terkait dengan kerusakan pada sel-sel beta pankreas.

Sel-sel beta pankreas yang merupakan salah satu dari empat pulau-pulau

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

13

Langerhans pankreas yang bertugas untuk mensekresikan insulin. Insulin

merupakan hormon anabolik atau hormon untuk menyimpan kalori (storage

hormone). Setelah seseorang memakan makanan maka akan terjadi pengeluaran

insulin atau sekresi insulin akan meningkat yang selanjutnya akan menggerakkan

gula ke dalam sel-sel otot, hati serta lemak. Insulin di dalam sel akan

menimbulkan beberapa efek, antara lain menstimulasi penyimpanan gula dalam

bentuk glikogen di hati dan otot, meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan

dalam jaringan adipose, mempercepat pengangkutan asam-asam amino (yang

berasal dari protein makanan) ke dalam sel, dan menghambat pemecahan

pemecahan gula, protein dan lemak. Hal ini terjadi berkesinambungan sehingga

kebutuhan gula akan terpenuhi untuk metabolism sel, dalam proses menghasilkan

kalori atau energi (Smeltzer & Bare, 2002).

Patofisiologi Diabetes Tipe I terkait dengan ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

autoimun. Hiperglikemia puasa pada DM tipe I ini terjadi akibat produksi glukosa

oleh hati yang tidak terukur. Asupan glukosa yang berasal dari makanan juga

tidak dapat disimpan dalam hati dan tetap berada dalam darah sehingga hal ini

menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan) (Smeltzer & Bare,

2002).

Konsentrasi glukosa darah yang tinggi menyebabkan ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, yang mengakibatkan

glukosa muncul dalam urin (glukosuria). Saat glukosa dikeluarkan dalam urin, hal

ini akan disertai dengan pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebih yang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

14

dikenal dengan diuresis osmotic. Kehilangan cairan yang berlebih pada pasien ini

akan berakibat pada peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus

(polidipsi) yang meningkat. Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme

protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Hal ini akan

berdampak pada penurunan simpanan kalori yang berdampak pada pasien yang

mengalami peningkatan selara makan (polifagia) dimana gejalanya meliputi

kelelahan dan kelemahan (Smeltzer & Bare, 2002).

Insulin dalam kondisi normal berfungsi untuk mengendalikan jalannya

glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis

(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain), namun

pada penderita defisisensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan, yang

lebih lanjut ikut berperan dalam menimbulkan kondisi hiperglikemia. Selain itu

akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan

keton sebagai hasil sampingan dari pemecahan lemak. badan keton merupakan

asam yang mengganggu keseimbangan asam-basa tubuh bila konsentrasinya

berlebih. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan beberapa tanda

yaitu nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton, dan bila

tidak ditangani akan mengakibatkan terjadiya penurunan kesadaran, koma bahkan

kematian. Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai

kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan tersebut dan mengatasi gejala

hiperglikemia serta ketoasidosis. Diit dan latihan disertai pemantauan yang sering

merupakan komponen terapi yang penting (Smeltzer & Bare, 2002).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

15

2.1.4 Etiologi Diabetes Melitus Tipe II

Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin pada diabetes melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Berikut penyebab dan faktor-faktor risiko tertentu yang diperkirakan berhubungan

dengan proses terjadinya diabetes melitus tipe II :

a. Genetik

Factor keturunan atau genetik memang memegang peranan penting

terhadap penyakit ini. Bila terjadi mutasi gen yang menyebabkan kekacauan

metabolisme yang berujung pada timbulnya diabetes melitus tipe II (Kaban,

2007). Risiko seorang anak mendapat DM tipe II adalah 15% bila salah satu orang

tuanya menderita DM. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko anak untuk

menderita DM akan meningkat mencapai 75%. Orang yang memiliki ibu dengan

DM memiliki risiko 10-30% lebih besar daripada orang yang memiliki ayah

dengan DM. hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih

besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita

DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik

(Diabetes UK, 2010)

b. Usia

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun sesuai

dengan hasil penelitian di Negara maju menunjukkan bahwa kelompok umur yang

berisiko terkena DM tipe II adalah usia 65 tahun keatas. Di ngara berkembang

kelompok umur yang berisiko untuk menderita DM tipe II adalah usian 46-64

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

16

tahun karena pada usia tersebut terjadi intoleransi gula atau TGT. Proses penuaan

menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan sel beta pankreas dalam

memproduksi insulin (Budhiarta dalam Sanjaya, 2009).

c. Gaya Hidup

Gaya hidup yang dapat berdampak pada terjadinya diabetes melitus

khususnya yang tipe II adalah gaya hidup yang kurang gerak, konsumsi makanan

yang tinggi lemak, karbohidrat dan rendah serat dengan kata lain kesalahan pada

pola makan sehingga berdampak kegemukan, bahkan obesitas yang selanjutnya

mengurangi sensitivitas jaringan terhadap insulin (Nidia, 2012).

d. Obesitas

Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Penentu yang

digunakan adalah indeks massa tubuh (IMT). Sedangkan Overweight adalah tahap

sebelum dikatakan obesitas secara klinis (Guyton, 2007). Obesitas dikatakan

terjadi kalau terdapat kelebihan berat badan 20% karena lemak para pria dan 25%

pada wanita (Ganong,2002). Kondisi kelebihan lemak tubuh ini dapat

berpengaruh pada sensitivitas insulin terhadap jaringan yang berdampak jangka

panjang pada penumpukan gula dalam darah sehingga terjadi gula darah tinggi

atau hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2002).

Sedangkan diabetes melitus tipe I ditandai dengan penghancuran sel-sel

beta pankreas yang etiologinya kombinasi antara faktor genetik, imunologi dan

kemungkinan pula berkaitan dengan faktor lingkungan. Pasien DM tipe I tidak

mewarisi DM tipe I itu sendiri melainkan faktor predisposisi atau kecenderungan

genetik kearah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

17

individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu.

HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantai

dan proses imun lainnya (Smeltzer & Bare, 2002).

Faktor imunologi pada DM tipe I berkaitan dengan proses autoimun.

Autoimun merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang seola-olah

sebagai jaringan asing. Autoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin

endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa

tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis DM tipe I (Smeltzer & Bare, 2002).

2.1.5 Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II

a Komlipasi akut, terdiri dari :

1) Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik

Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik (HHNK) merupakan keadaan yang

didominsi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia yang disertai perubahan

tingkat kesadaran (sense of awerness). Pada saat yang sama tidak terjadi atau

kadang terjadi kondisi ketosis ringan. Keadaan hiperglikemia persisten

menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan

elektrolit. Kekurangan jumlah insulin efektif merupakan kelainan mendasar

pada sindrom ini. Berbeda dengan KAD (ketoasidosis diabetik) yang tidak

terdapat insulin pada kasus HHNK masih ada insulin walau jumlahnya sedikit

dan tidak dapat mencegah terjadinya hiperglikemia, sehingga dapat mencegah

terjadinya penguraian simpanan glukosa, protein, dan lemak yang

menghasilkan badan keton (Smeltzer &Bare, 2002).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

18

2) Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan keadaan penurunan kadar glukosa darah kurang dari

60 mg/dL. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat

oral yang berlebihan, asupan karbohidrat kurang atau aktivitas fisik yang

berlebihan. Ditandai degan tremor, takikardi, palpitasi, gelisah, dan rasa lapar

pada tahap hipoglikemia ringan. Hipoglikemia sedang akan menimbulkan

dampak susah berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, penurunan daya ingat,

gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional dan perasaan ingin pingsan.

Pada hipoglikemia berat terjadi disorientasi, serangan kejang, sulit

dibangunkan dari tidur atau bahkan kehingan kesadaran (Smeltzer &Bare,

2002).

b Komplikasi kronik meliputi penyakit makrovaskuler dan penyakit

mikrovaskuler berupa neuropatik diabetik (gangguan pada saraf), nefropatik

diabetik (gangguan pada nefron atau ginjal), dan retinopati diabetik (gangguan

pada mata) (Smeltzer &Bare, 2002).

2.1.6 Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe II

Dalam penatalaksanaan atau pengelolaan modalitas bagi diabetes melitus,

terdiri dari dua poin utama yaitu yang pertama terapi non farmakologi dan yang

kedua adalah terapi farmakologi. Dimana terapi non farmakologis ini meliputi

perubahan gaya hidup dengan melakukan perencanaan diit, meningkatkan latihan

jasmani, edukasi berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit diabetes

melitus dan pemantauan gula darah yang dilakukan secara terus menerus dan

konsisten. Penanganan lebih lanjut adalah terapi farmakologi yang meliputi

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

19

pemberian obat anti diabetes oral dan juga injeksi insulin. Pemberian terapi

farmakologis ini, tetap tidak meninggalkan terapi non farmakologi yang telah

dijalani sebelumya, karena pada prinsipnya terapi farmakologis baru akan

diberikan jika penerapan terapi non farmakologis yang telah dilakukan tidak dapat

mengendalikan kadar gula darah seperti yang diharapkan (Yunir & Soebardi,

2009).

Menurut Konsensus Perkeni (2011), ada empat penatalaksanaan diabetes melitus.

a. Edukasi

Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi aktif

pasien dalam merubah prilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus

mendampingi pasien dalam perubahan perilaku tersebut, yang berlangsung

seumur hidup. Keberhasilan dalam mencapai perubahan perilaku, membutuhkan

edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan upaya peningkatan motivasi.

b. Terapi gizi medis

Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan

anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai

dengan kebutuhan kalori masing-masing individu. Perlu ditekankan pentingnya

keteraturan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan terutama pada

pasien yang menggunakan obat penurun glucosa darah dan insulin.

c. Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena

efeknya dapat menurunkan kadar gula darah dan mengurangi risiko

kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

20

pengambilan gula oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah

dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga. Latihan jasmani sebaiknya

disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang

relative sehat latihan jasmani dapat ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat

komplikasi dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan yang kurang gerak.

d. Terapi Farmakologi

Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka

panjang untuk mengendalikan kadar gula darah jika diet dan obat hipoglikemia

oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu, sebagian pasien diabetes tipe II

yang biasanya mengendalikan kadar gula darah dengan diet dan obat kadang

membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi,

kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya.

2.2 Konsep Dasar Kadar Gula Darah

2.2.1 Definsi Kadar Gula Darah

Menurut kamus kedokteran Dorland (2002), gula darah adalah produk

akhir dan merupakan sumber energi utama organisme hidup yang kegunaannya

dikontrol insulin. Gula darah adalah gula yang terdapat pada darah yang terbentuk

dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan di otot

rangka (Joyce LeeFever, 2007). Gula merupakan bentuk paling sederhana dari

molekul gula, yang merupakan produk akhir dari pencernaan karbohidrat dan

bentuk dimana karbohidrat diserap dari usus kedalam aliran darah. Terkadang

orang menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa. Banyak dijumpai dialam,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

21

terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup, jagung dan tetes tebu. Di

dalam tubuh gula didapat dari hasil akhir pencernaan amilum, sukrosa, maltosa

dan laktosa (Erliensty, 2009).

Pada kondisi normal, tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif

untuk mempertahankana keseimbangan di dalam tubuh. Level gula di dalam darah

dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi gula menurun, karena dikonsumsi untuk

memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang

menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen

menjadi gula (proses ini disebut glikogenolisis). Gula dilepaskan kedalam aliran

darah, hingga meningktakan level gula darah (Herman dalam Purba, 2009).

Apabila level gula darah meningkat, baik karena perubahan glikogen atau karena

pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang

terdapat didalam pankreas. Hormon ini yang disebut insulin, menyebabkan hati

mengubah lebih banyak gula menjadi glikogen (proses ini disebut glikogenosis)

yang mengurangi level gula (Herman dalam Purba, 2009). Sehingga dengan

berjalannya kedua mekanisme ini dengan optimal maka akan terjadi

keseimbangan gula darah yang dapat selalu terkontrol.

2.2.2 Metabolisme Gula Darah

Metabolisme gula berawal dari proses pemecahan karbohidrat menjadi

beberapa bentuk sederhana seperti gula, fruktosa dan galaktose. Dimana gula

merupakan perwakilan dari sekitar rata-rata 80 persen produk akhir dari

pemecahan karbohidrat. Terdapat dua macam transport gula melalui membrane

sel untuk masuk ke dalam sel dan dimetabolisme untuk menghasilkan energi. Di

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

22

membrane usus akan terjadi transport aktif dengan memanfaatkan ikatan dengan

natrium, yang dikenal dengan mekanisme active co-transfer natrium glucose,

yaitu transport aktif natrium menyediakan energi untuk mengabsorbsi gula

melawan perbedaan konsentrasi. Mekanisme difusi terfasilitasi yaitu gula

diangkut hanya dari konsentrasi yang lebih tinggi menuju ke konsentrasi yang

lebih rendah, yang dimungkinkan dengan ikatan khusus dari protein pembawa

gula di membrane. Kemudian peranan insulin dalam keterkaitannya yang sangat

erat dengan metabolism gula diamana insulin akan meningkatkan difusi gula

terfasilitasi. Kecepatan pengangkutan gula dan kecepatan pengangkutan

monosakarida lainnya sangat meningkat dengan keberadaan insulin. Kecepatan

pengangkutan gula ke dalam sel akan meningkat sampai 10 kali atau dalam

sebagian sel dibandingkan dengan pengangkutan tanpa adanya sekresi insulin.

Segera setelah masuk ke dalam sel gula akan bergabung dengan satu radikal fosfat

yang sesuai dengan reaksi berikut :

Gula glukokinase atau heksokinase

Gula-6-Fosfat +ATP

Fosforilasi ini ditingkatkan terutama oleh enzim glukokinase di dalam hati

dan heksokinase di dalam sel lainnya. Fosforilasi gula pada umumnya irreversible

kecuali di sel hati, epitel tubulus ginjal, dan sel epitel usus. Di dalam sel-sel

tersebut ada suatu enzim yang lain, glucose fosfatase dan bila enzim ini aktif

reaksi dapat berjalan berkebalikan.

Pada kondisi diabetes melitus tipe II yang berhubungan dengan rendahnya

sensitivitas insulin atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap insulin, akan

berdampak pada regulasi gula darah, tidak hanya pada jaringan perifer tapi juga di

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

23

jaringan hepar. Dalam hal ini jaringan hepar berperan dalam mengatur

homeostasis gula tubuh. Peningkatan kadar gula darah puasa, lebih ditentukan

oleh peningkatan produksi gula secara endogen yang berasal dari proses

glukoneogenesis dan glikogenolisis di jaringan hepar. Saat jaringan (hepar)

resisten terhadap insulin, maka efek inhibisi hormon insulin terhadap mekanisme

produksi gula endogen secara berlebihan menjadi tidak lagi optimal (Manaf,

Asman 2009).

2.2.3 Pengaturan Metabolisme Gula Oleh Insulin

Metabolisme karbohidrat dan diabetes melitus adalah mata rantai yang

tidak dapat dipisahkan. Keterkaitan antara metabolisme karbohidrat dan diabetes

melitus dijelaskan oleh keberadaan hormone insulin. Pasien diabetes melitus

mengalami kerusakan dalam produksi maupun system kerja insulin, sedangkan

insulin sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi metabolisme karbohidrat.

Akibatnya pasien diabetes melitus akan mengalami gangguan pada metabolisme

karbohidrat (Suriani, 2012).

Insulin berupa polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel β pankreas. Insulin

terdiri atas dua rantai polipeptida. Insulin manusia terdiri atas 21 residu asam

amino pada rantai A dan 30 residu pada rantai B. Kedua rantai ini dihubungkan

oleh adanya dua buah rantai disulfida. Insulin disekresi sebagai respon atas

meningkatnya konsentrasi gula dalam plasma darah. Konsentrasi ambang untuk

sekresi tersebut adalah kadar gula pada saat puasa yaitu antara 80-100 mg/dL.

Respon maksimal diperoleh pada kadar gula yang berkisar dar 300-500 mg/dL.

Insulin yang disekresikan dialirkan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Umur

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

24

insulin dalam aliran darah sangat cepat, waktu paruhnya kurang dari 3-5 menit

(Suriani, 2012).

Sel-sel tubuh menangkap insulin pada suatu reseptor glikoprotein spesifik

yang terdapat pada membran sel. Reseptor insulin tersebut merupakan suatu

kombinasi empat subunit yang dihubungkan bersama-sama oleh ikatan disulfide :

dua subunit alfa (α) yang terletak di luar membran sel dan dua subunit beta (β)

yang menembus membran dan menonjol ke dalam sel mengalami aktivitas tirosin

kinase dan autofosforilasi (Guyton and Hall, 2008).

Terikatnya insulin subunit (α) menyebabkan subunit (β) mengalami

autofosforilasi pada residu tirosin. Reseptor yang terfosforilasi akan mengalami

perubahan bentuk, membentuk agregat, internalisasi dan menghasilkan lebih dari

satu sinyal. Dalam kondisi dengan kadar insuli tinggi, misalnya pada obesitas

ataupun akromegali, jumlah reseptor insulin berkurang dan terjadi resistansi

terhadap insulin. Resistansi ini mengakibatkan terjadinya regulasi ke bawah.

Reseptor insulin mengalami endositosis ke dalam vesikel berbalut klatrin. Insulin

mengatur metabolisme gula dengan memfosforilasi substrat reseptor insulin (RIS)

melalui aktivitas tirosin kinase subunit (β) pada reseptor insulin. RIS

terfosforilasi memicu serangkaian rekasi kaskade yang efek nettonya adalah

mengurangi kadar gula dalam darah (Suriani, 2012).

Menurut Suriani (2012), pengaturan metabolisme gula oleh insulin melalui

berbagai mekanisme kompleks yang efek nettonya adalah peningkatan kadar gula

dalam darah. Oleh karena itu, pasien diabetes melitus yang jumlah insulinnya

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

25

tidak mencukupi atau bekerja tidak efektif akan mengalami hiperglikemia. Ada 4

mekanisme yang terlibat yaitu :

1) Meningkatkan difusi gula ke dalam sel

Pengangkutan gula ke dalam sel melalui proses difusi dengan bantuan

protein pembawa. Protein ini telah diidentifikasi melalui teknik kloning

molekular. Ada 5 jenis protein pembawa tersebut yaitu GLUT1, GLUT2, GLUT3,

GLUT4 dan GLUT 5. GLUT1 merupakan pengangkut gula yang ada pada otak,

ginjal, kolon dan eritrosit. GLUT2 terdapat pada sel hati, pankreas, usus halus dan

ginjal. GLUT3 berfungsi pada sel otak, ginjal dan plasenta. GLUT4 terletak di

jaringan adiposa, otot jantung dan otot skeletal. GLUT5 bertanggung jawab

terhadap absorpsi gula dari usus halus. Insulin meningkatkan secara signifikan

jumlah protein pembawa terutama GLUT4. Sinyal yang ditransmisikan oleh

insulin menarik pengankut gula ke tempat yang aktif pada membran plasma.

Translokasi protein pengangkut ini bergantung pada suhu dan energi serta tidak

bergantung pada sintesis protein. Efek ini tidak terjadi pada hati.

2) Peningkatan aktivitas enzim

Pada orang yang normal, sekitar separuh dari gula yang dimakan diubah

menjadi energi lewat glikolisis dan separuh lagi disimpan sebagai lemak atau

glikogen. Glikolisis akan menurun dalam keadaan tanpa insulin dan proses

glikogenesis ataupun lipogenesis akan terhalang.

Hormon insulin meningkatkan glikolisis sel-sel hati dengan cara meningkatkan

aktivitas enzim-enzim yang berperan termasuk glukokinase, fosfofruktokinase dan

piruvat kinase. Bertambahnya glikolisis akan meningkatkan penggunaan gula dan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

26

dengan demikian secara tidak langsung menurunkan pelepasan gula ke plasma

darah. Insulin juga menurunkan aktivitas glucose-6-fosfatase yaitu enzim yang

ditemukan di hati dan berfungsi mengubah gula menjadi gula 6-fosfat.

Penumpukan glucose-6-fosfat dalam sel mengakibatkan retensi gula yang

mengarah pada diabetes melitus tipe II.

Banyak efek metabolik insulin, khususnya yang terjadi dengan cepat

dilakukan dengan mempengaruhi reaksi fosforilasi dan defosforilasi protein yang

selanjutnya mengubah aktivitas enzimatik enzim tersebut. Kerja insulin

dilaksanakan dengan mengaktifkan protein kinase, menghambat protein kinase

lain atau meransang aktivitas fosfoprotein fosfatase. Defosforilasi meningkatkan

aktivitas sejumlah enzim penting. Modifikasi kovalen ini memungkinkan

terjadinya perubahan yang hampir seketika pada aktivitas enzim tersebut.

Mekanisme defosforilasi enzim dilakukan melalui reaksi kaskade yang dipicu oleh

fosforilasi substrat reseptor insulin. Sebagai contoh adalah pengeruh insulin pada

enzim glikogen sintase dan glikogen fosforilase.

3) Menghambat kerja cAMP

Dalam menghambat atau meransang kerja suatu enzim, insulin memainkan

peran ganda. Selain menghambat secara langsung, insulin juga mengurangi

terbentuknya cAMP yang memiliki sifat antagonis terhadap insulin. Insulin

meransang terbentuknya fosfodiesterase-cAMP. Dengan demikian insulin

mengurangi kadar cAMP dalam darah.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

27

4) Mempengaruhi ekspresi gen

Kerja insulin yang dibicarakan sebelumnya semuanya terjadi pada tingkat

membran plasma atau di dalam sitoplasma. Di samping itu, insulin mempengaruhi

berbagai proses spesifik dalam nukleolus. Enzim fosfoenolpiruvat karboksikinase

mengkatalisis tahap yang membatasi kecepatan reaksi dalam glukoneogenesis.

Sintesis enzim tersebut dikurangi oleh insulin dengan demikian glukoneogenesis

akan menurun. Hasil penelitian menunjukkan transkripsi enzim ini menurun

dalam beberapa menit setelah penambahan insulin. Penurunan transkripsi tersebut

menyebabkan terjadinya penurunan laju sintesis enzim ini.

Pasien diabetes melitus memiliki jumlah protein pembawa yang sangat

rendah, terutama pada otot jantung, otot rangka dan jaringan adiposa karena

insulin yang mentranslokasikannya ke situs aktif tidak tersedia. Kondisi ini

diperparah pula dengan peranan insulin pada pengaturan metabolisme gula.

Glikolisis dan glikogenesis akan terhambat akan enzim yang berperan dalam

kedua jalur tersebut diinaktivasi tanpa kehadiran insulin. Sedangkan tanpa insulin,

jalur metabolisme yang mengarah pada pembentukan gula diransang terutama

oleh glukagon dan epinefrin yang bekerja melalui cAMP yang memiliki sifat

antagonis terhadap insulin. Oleh karena itu, pasien diabetes melitus baik tipe I

atau tipe II kurang dapat menggunakan gula yang diperolehnya melalui makanan.

Gula akan terakumulasi dalam plasma darah (hiperglikemia).

Pasien dengan kadar gula yang sangat tinggi mengakibatkan tubuh

berespon, maka gula tersebut akan dikeluarkan melalui urin. Gula disaring oleh

glomerolus ginjal secara terus menerus, tetapi kemudian akan dikembalikan ke

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

28

dalam sistem aliran darah melalui sistem reabsorpsi tubulus ginjal. Kapasitas

ginjal mereabsorpsi gula terbatas pada laju 350 mg/menit. Ketika kadar gula amat

tinggi, filtrat glomerolus mengandung gula di atas batas ambang untuk

direabsorpsi. Akibatnya kelebihan gula tersebut dikeluarkan melalui urin. Gejala

ini disebut glikosuria, yang mrupakan indikasi lain dari penyakit diabetes melitus.

Glikosuria ini megakibatkan kehilangan kalori yang sangat besar.

Kadar gula yang amat tinggi pada liran darah maupun pada ginjal,

mengubah tekanan osmotik tubuh. Secara otomatis, tubuh akan mengadakan

osmosis untuk menyeimbangkan tekanan osmotik. Ginjal akan menerima lebih

banyak air, sehingga pasien akan sering buang air kecil. Konsekuensi lain dari hal

ini adalah, tubuh kekurangan air. Pasien mengalami dehidrasi (hiperosmolaritas)

bertambahnya rasa haus dan gejala banyak minum (polidipsia).

Gejala yang diterima oleh pasien diabetes tipe I biasanya lebih komplek,

karena mereka kadang tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Akibatnya

gangguan metabolik yang dideritanya juga mempengaruhi metabolisme lemak dan

bahkan asam amino. Pasien tidak dapat memperoleh energi dari katabolisme gula.

Energi adalah hal wajib yang harus dimiliki oleh sel tubuh, sehingga tubuh akan

mencari alternatif substrat untuk menghasilkan energi tersebut. Cara yang

digunakan oleh tubuh adalah dengan merombak simpanan lemak pada jaringan

adiposa. Lemak dihidrolisis sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserol.

Asam lemak dikatabolisme lebih lanjut dengan melepas dua atom karbon yang

satu persatu menghasilkan asetil-KoA. Penguraian asam lemak terus menerus

mengakibatkan terjadi penumpukan asam asetoasetat dalam tubuh. Asam

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

29

asetoasetat dapat terkonversi membentuk aseton, ataupun dengan adanya

karbondioksida dapat dikonversi membentuk asam (β) -hidroksibutirat. Ketiga

senyawa ini disebut sebagai badan keton yang terdapat pada urin pasien serta

dideteksi dari bau mulut seperti keton. Pasien mengalami ketoasidosis dan dapat

meninggal dalam keadaan koma diabetik. Ketidaktersediaan gula dalam sel juga

mengakibatkan terjadinya glukoneogenesis secara berlebihan. Sel-sel hati akan

meniungkatkan produksi gula dari substrat lain, salah satunya adalah dengan

merombak protein. Asam amino hasil perombakan ditransaminasi sehingga dapat

menghasilkan substrat atau senyawa antara dalam pembentukan gula. Peristiwa

berlangsung terus-menerus karena insulin yang membatasi glukoneogenesis

sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Gula yang dihasilkan kemudian akan

terbuang melalui urin. Akibatnya, terjadi pengurangan jumlah jaringan otot dan

jaringan adiposa secara signifikan. Pasien akan kehilangan berat tubuh yang hebat

kendati terdapat peningkatan selera makan (polifagia) dan asupan kalori normal

atau meningkat.

Pasien diabetes tipe I juga mengalami hipertrigliseridemia, yaitu kadar

trigliserida dan VLDL dalam darah yang tinggi. Hipertrigliseridemia terjadi

karena VLDL yang disintesis dan dilepaskan tidak mampu diimbangi oleh kerja

enzim lipoproteinlipase yang merombaknya. Jumlah enzim ini diransang oleh

rasio insulin dan glukagon yang tinggi. Defek pada produksi enzim ini juga

mengakibatkan hipersilomikronemia, karena enzim ini juga dibutuhkan dalam

katabolisme silomikron pada jaringan adiposa.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

30

Berbeda dengan pasien diabetes tipe I, pada pasien diabetes tipe II,

ketoasidosis tidak terjadi karena penguraian lemak (lipolisis) tetap terkontrol,

namun terjadi hipertrigliseridemia yang menghasilkan peningkatan VLDL tanpa

disertai hipersilomikronemia. Hal ini terjadi karena peningkatan kecepatan sintesis

de novo dari asam lemak tidak diimbangi oleh kecepatan penyimpanannya pada

jaringan lemak. Asam lemak yang dihasilkan tidak semuanya mampu

dikatabolisme, kelebihannya diesterifikasi menjadi trigliserida dan VLDL. Hal ini

diperparah oleh aktivitas fisik pasien diabetes melitus tipe II yang pada umumnya

sangat kurang. Akibatnya kadar lemak dalam darah akan meningkat. Pada pasien

yang akut, akan terjadi penebalan pada pembuluh darah terutama pada bagian

mata, sehingga dapat menyebabkan rabun atau bahkan kebutaan.

Kelainan tekanan darah akibat kadar gula yang tinggi menyebabkan kerja

jantung, ginjal dan organ dalam lain untuk mempertahankan kestabilan tubuh

menjadi lebih berat. Akibatnya pada pasien diabetes akan mudah dikenai berbagai

komplikasi diantaranya penurunan sistem imune tubuh, kerusakan sistem

kardivaskular, kealinan trombosis, inflamasi, dan kerusakan sel-sel endothelia

serta kerusakan otak, yang biasanya ditandai dengan penglihatan yang kabur.

2.3 Diit Pasien Diabetes Melitus

2.3.1 Prinsip Diit Diabetes Melitus

Terapi gizi medis pada pasien diabetes merupakan salah satu terapi

nonfarmakologi yang dianjurkan, dimana terapi gizi ini dilakukan dengan

melakukan pengaturan pola diit yang didasari oleh status gizi pasien diabetes, dan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

31

melakukan modifikasi diit berdasarkan kebutuhan kalori perhari secara individu.

Status gizi ini ditentukan berdasarkan dengan nilai IMT (indeks massa tubuh), dan

kebutuhan kalori perhari dengan menggunakan rumus Brocca. Prinsip diit

diabetes melitus adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat sehingga

tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan kadar gula darah dengan anjuran

mengkonsumsi karbohidrat komplek dan makanan yang mengandung serat

(Tjokroprawiro, 2001).

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan

tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi

dengan kuardrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang

dewasa tidak bergantung pada umur maupun jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin

tidak berkorenspondensi untuk derajat kegemukan pada populasi yang berbeda,

pada sebagian, dikarenakan perbedaan proporsi tubuh mereka (WHO, 2000).

Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2006) berat badan dan Obesitas

dapat diklasifikasikan berdasarkan IMT, yaitu :

Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT

Menurut Kriteria Asia Pasifik

Klasifikasi obesitas

Klasifikasi IMT

Berat badan kurang

Kisaran normal

Berat badan lebih

Beresiko obes

Obese I

Obese II

<18,5

18,5-22,9

>23,0

23,0-24,9

25,0-29,9

>30,0

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

32

Kriteria di atas merupakan kriteria untuk kawasan Asia Pasifik. Kriteria

ini berbeda dengan kawasan lain, hal ini berdasarkan meta-analisis beberapa

kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender

yang sama, menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi

4,5 kg/m2 dibandingkan dengan etnik kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT bangsa

Cina, Ethiopia, Indonesia, dan Thailand masing-masing adalah 1.9, 4.6, 3.2, dan

2.9 kg/m2 lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Ini menunjukkan adanya nilai cut

off IMT untuk obesitas yang spesifik untuk populasi tertentu (Sugondo, 2006)

2.3.2 Tujuan Diit Diabetes Melitus

Tujuan diit penyakit Diabetes Melitus adalah membantu pasien diabetes

memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol

metabolik yang lebih baik. Tujuan diit diabetes melitus ini yaitu :

1) Mempertahankan kadar gula darah supaya mendekati normal.

2) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

3) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan

normal.

4) Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien diabetes melitus.

5) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal

(Instalasi Gizi RSCM, 2004).

2.3.3 Syarat Diit Diabetes Melitus

Syarat – syarat diit penyakit diabetes melitus adalah :

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

33

1) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.

Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%),

dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing

10-15%).

2) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total.

3) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energy total, dalam

bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari

lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.

Asupan makanan kolesterol dibatasi, yaitu ≤ 300 mg per hari.

4) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%.

5) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan

kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar gula darah sudah

terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari

kebutuhan energy total.

6) Penggunan gula alternatif dalam jumlah terbatas.

7) Asupan serat dianjurkan 25 gr per hari dengan mengutamakan serat larut air

yang terdapat didalam sayur dan buah.

8) Pasien DM dengan tekanan darah normal dapat mengkonsumsi natrium dalam

bentuk garam dapur seperti orang sehat yaitu 3000 mg/hari. Jika pasien DM

mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi (lihat Diet Rendah

Garam)

6) Cukup vitamin dan mineral (Instalasi Gizi RSCM, 2004).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

34

2.3.4 Contoh Daftar Menu Diabetes Melitus

Tabel 2. Jenis Diit Diabetes Melitus menurut Kandungan Energi Protein, Lemak dan Karbohidrat

Jenis Diit Energi

Kkal

Protein

Gram

Lemak

gram

Karbohidrat

gram

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

1100

1300

1500

1700

1900

2100

2300

2500

43

45

51.5

55.5

60

62

73

80

30

35

36.5

36.5

48

53

59

62

172

192

235

275

299

319

369

396

Tabel 3. Jumlah Bahan Makanan Sehari menurut Standar Diit Diabetes Melitus

(dalam satuan penukar II)

Golongan Bahan Makanan Standar Diit

1100

kkal

1300

Kkal

1500

Kkal

1700

kkal

1900

kkal

2100

kkal

2300

Kkal

2500

kkal

Nasi atau penukar

Ikan atau penukar

Daging atau penukar

Tempe atau penukar

Sayuran /penukar A

Sayuran /penukar B

Buah atau penukar

Susu atau penukar

Minyak atau penukar

21/2

2

1

2

S

2

4

-

3

3

2

1

2

S

2

3

-

4

4

2

1

21/2

S

2

4

-

4

5

2

1

21/2

S

2

4

-

4

51/2

2

1

3

S

2

4

-

6

6

2

1

3

S

2

4

-

7

7

2

1

3

S

2

4

1

7

71/2

2

1

5

S

2

4

1

7

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

35

Tabel 4. Pembagian Makanan Sehari tiap Standar Diit Diabetes Melitus dan Nilai Gizi (dalam

satuan penukar II)

Energy

kkal 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500

Pagi

Nasi

Ikan

Tempe

Sayur A

Minyak

Pukul 10.00

Buah

Susu

Siang

Nasi

Daging

Tempe

Sayuran A

Sayuran B

Buah

Minyak

Pukul 16.00

Buah

Malam

Nasi

Ikan

Tempe

Sayuran A

Sayuran B

Buah

Minyak

Nilai Gizi

Energy (kkal)

Protein (gram)

Lemak (gram)

KH (gram)

1/2

1

-

S

1

1

-

1

1

1

S

1

1

1

1

1

1

1

S

1

1

1

1100

43

30

172

1

1

-

S

1

1

-

1

1

1

S

1

1

2

1

1

1

1

S

1

1

1

1300

45

35

192

1

1 1/2

S

1

1

-

2

1

1

S

1

1

2

1

1

1

1

S

1

1

1

1500

51.5

36.5

235

1

1 1/2

S

1

1

-

2

1

1

S

1

1

2

1

2

1

1

S

1

1

1

1700

55.5

36.5

275

11/2

1

1

S

2

1

-

2

1

1

S

1

1

2

1

2

1

1

S

1

1

2

1900

60

48

299

11/2

1

1

S

2

1

-

21/2

1

1

S

1

1

3

1

2

1

1

S

1

1

2

2100

62

53

319

11/2

1

1

S

2

1

1

3

1

1

S

1

1

3

1

21/2

1

1

S

1

1

2

2300

73

59

369

2

1

1

S

2

1

1

3

1

2

S

1

1

3

1

21/2

1

1

S

1

1

2

2500

80

62

396

Keterangan : S = sekehendak

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

36

Contoh Menu Sehari Diit DM 1900 kkal

Ini berarti daftar menu berikut merupakan daftar menu yang dapat digunakan

dalam sehari untuk menu makan oleh pasien diabetes yang membutuhkan jumlah

kalori sebesar 1900 kkal.

Tabel 5. Contoh Menu Makanan Sehari tiap Standar Diit Diabetes Melitus dan Nilai Gizi

Waktu Bahan Makanan Penukar (urt) Menu

Pagi

Pukul 10.00

Siang

Pukul 16.00

Malam

Nasi

Telur ayam

Tempe

Sayuran A

Minyak

Buah

Nasi

Ikan

Tempe

Sayuran B

Buah

Minyak

Buah

Nasi

Ayam tanpa kulit

Tahu

Sayuran B

Buah

Minyak

11/

2 p

1 p

1 p

S

2 p

1 p

2 p

1 p

1 p

1 p

1 p

2 p

1 p

2 p

1 p

1 p

1 p

1 p

2 p

1 gls

1 btr

2 ptg sdg

1 sdm

1 ptg sdg

11/2 gls

1 ptg sdg

2 ptg sdg

1 gls 1/4 bh sdg

1 sdm

1 gls

11/2 gls

1 ptg sdg

1 ptg bsr

1 gls

1 ptg sdg

1 sdm

Nasi

Telur dadar

Oseng-oseng tempe

Tumis kangkung +tomat

Papaya

Nasi

Pepes ikan

Tempe goreng

Lalapan kc. Pnjng + kol

Nenas

Pisang

Nasi

Ayam bkar bumbu kecap

Tahu bacem

Sup buncis + wortel

Papaya

Keterangan : bh = buah gls = gelas (240 ml) btr = butr

ptg = potong sdm = 1 sendok makan

sdg =sedang bsr = besar

Bahan Makanan yang Dianjurkan

Bahan makanan yang dianjurkan untuk diit dabetes melitus adalah sebagai

berikut:

1) Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi

dan sagu

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

37

2) Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,

tempe, tahu, dan kacang-kacangan

7) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah

dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, direbus,

disetup, dan dibakar (Instalasi Gizi RSCM, 2004).

Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan (dibatasi / dihindari)

Bahan makanan yang tidak dianjurkan, dibatasi, atau dihindari untuk diit

diabetes melitus adalah makanan yang mengandung banyak gula sederhana,

seperti gula pasir, gula jawa, sirop, jam, jelly, buah-buahan yang diawetkan

dengan gula, susu kental manis, minuman ringan dan es krim serta kue-kue manis,

dodol, cake, dan tarcis. Selain itu bahan makanan lain yang sebaiknya dihindari

adalah makanan yang mengandung banyak lemak, seperti cake, makanan siap saji,

(fast food), goreng-gorengan dan makanan yang mengandung banyak natrium,

seperti : ikan asin, telur asin, serta makanan yang diawetkan (Sudoyo, 2006).

2.4 Konsep Dasar Senam Diabetes

2.4.1 Pengertian Senam Diabetes

Senam diabetes adalah salah satu bentuk exercise untuk pasien diabetes

melitus yang berupa senam khusus. Senam diabetes merupakan senam yang

memilliki rangkaian gerakan yang dirancang khusus untuk pasien diabetes melitus

oleh para ahli, baik dari ahli diabetes, kedokteran olahraga, ahli rehab medis serta

sanggar senam yang mengatur olah gerak. Senam diabetes merupakan senam

yang mudah dan enak dilakukan, memiliki gerakan yang ritmis, low impact

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

38

(rendah beban) serta dinamis dan senam diabetes ini sangat membantu dalam

pengelolaan diabetes. Frekuensi olahraga sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5

kali dalam seminggu, dengan intensitas ringan sampai sedang (60-70% Maximum

Heart Rate) (Yunir & Soebardi, 2009).

2.4.2 Tahapan Senam Diabetes

Tahapan Senam Diabetes terdiri dari empat tahapan gerakan, yaitu gerakan

yang meliputi gerakan pemanasan, inti, menuju pendinginan dan pendinginan.

Selengkapnya disajikan pada lampiran lima.

Terlampir

2.4.3 Prinsip Latihan Jasmani Diabetes Melitus

Prinsip latihan jasmani bagi pasien diabetes melitus persis sama dengan

latihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi frekuensi, intensitas, durasi dan

jenis yang tepat. Frekuensi olahrga perminggu sebaiknya dilakukan dengan

teratur 3-5 kali perminggu dengan intensitas ringan sampai sedang ( mencapai 60-

70 % Maximum Heart Rate). Durasi olahraga yang dianjurkan adalah 30-60

menit, dengan jenis latihan jasmani endurans atau aerobik untuk meningkatkan

kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, senam (senam

diabetes) dan bersepeda (Yunir & Soebardi, 2009).

Intensitas latihan dapat ditentukan dengan menghitung MHR (Maximum

Heart Rate) yaitu 220 – umur. Setelah MHR didapatkan, dapat ditentukan THR

(Target Heart Rate). Sebagai contoh : suatu latihan bagi seorang pasien diabetes

yang berusia 50 tahun disasarkan sebesar 70%, maka THR = 70% X (220-50) =

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

39

119. Dengan demikian, sasaran denyut nadi pasien dalam melakukan latihan

jasmani adalah sekitar 119/menit (Yunir & Soebardi, 2009).

Menurut Soegondo (2008) ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat

berolah raga pada pasien Diabetes Melitus yaitu :

1. Jangan melakukan olahraga bila anda mengalami gangguan pada mata

(retinopati).

2. Masalah yang sering muncul saat berolahraga adalah terjadinya

hipoglikemia (terutama pada penyandang diabetes tipe 1). Beberapa cara

untuk mencegah hipoglikemi akibat olahraga adalah :

a) Monitor kadar gula darah

b) Kurangi dosis insulin sebelum melakukan aktivitas fisik dan atau tingkatkan

asupan makanan pada waktu berolahraga (diberikan snack karbohidrat pada

saat sebelum, sedang dan sesudah melakukan olahraga)

c) Hindari pemberian insulin pada bagian yang aktif (sebaiknya insulin diberikan

di bagian perut/abdomen)

d) Lakukan aktivitas fisik secara teratur dan konsisten. Waktu yang tepat untuk

melakukan aktivitas fisik yaitu kira-kira 60-90 menit setelah makan karena saat

itu kadar gula berada di puncak dan cukup menyediakan kalori yang anda

butuhkan

e) Cepat tanggap bila timbul gejala hipoglikemi

3. Kenakan sepatu yang sesuai dan usahakan kaki agar selalu bersih dan

kering.

4. Monitor kadar gula darah jangan sampai melebihi 300 mg/dl karena akan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

40

meningkatkan kadar gula darah dan berisiko timbulnya ketoasidosis.

2.5 Pengaruh Kombinasi Pengaturan Diit DM dan Senam Diabetes

terhadap Kadar Gula Darah

Gerakan-gerakan senam diabetes bersifat ritmis, teratur, berirama

bertujuan untuk memperbaiki metabolisme tubuh pasien diabetes melitus karena

dapat mengatur dan mengendalikan gula darah, lemak darah (kolesterol) serta

dapat memperbaiki sensitivitas otot terhadap insulin. Efek lain dari senam

diabetes adalah mampu memperbaiki atau mencegah komplikasi yang terjadi pada

sistem jantung, pembuluh darah mengontrol berat badan, serta saraf sehingga

mampu mengurangi keluhan-keluhan komplikasi pasien diabetes melitus seperti

kesemutan, pegal-pegal, rasa kebal (baal) pada kaki dan tangan serta sangat baik

bagi pernafasan. Selain itu melakukan senam diabetes akan dapat menghilangkan

stress, sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman bagi pasien diabetes melitus.

Olahraga secara umum bermanfaat bagi penatalaksanaan diabetes melitus, akan

tetapi tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan program penatalaksanaan diabetes

melitus, yaitu diet, olahraga, obat-obatan oral atau insulin, penyuluhan dan self

control. Apabila kelima prosedur tersebut dijalankan, maka hasil optimal regulasi

diabetes melitus akan tercapai (Santoso, 2002).

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang

dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes melitus. Terkait dengan

hal ini, jika seorang pasien diabetes melitus tidak memperhatikan pola diitnya

maka hal ini lambat laun dapat memperburuk kondisi kadar gula darah sehingga

berdampak pada berbagai komplikasi. Kadar gula darah dalam tubuh manusia

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

41

terkait dengan fungsi pankreas yang mensekresikan insulin, namun pankreas tetap

mempunyai kapasitas maksimum dalam mensekresikan insulin. Pada fase awal

pankreas akan mengkompensasi dengan meningkatkan sekresi insulin, sehingga

terjadi kondisi hiperinsulinemia, yaitu kadar insulin yang berlebih dalam tubuh.

Namun perkembangan selanjutnya jika kondisi hiperglikemi terjadi dalam waktu

lama maka pankreas pun akan mencapai kapasitas maksimalnya sehingga tubuh

akan merespon dengan memperlihatkan gejala berupa trias Diabetes Melitus yaitu

polidipsi, polifagi, dan poliuri. Pasien DM yang menjalani pengaturan diit DM

yang tepat dapat mencegah terjadinya peningkatan kadar gula darah yang

mendadak dan mencegah terjadinya lonjakan yang teralalu tinggi, dan dibarengi

dengan palaksanaan senam diabetes yang teratur dapat meningkatkan masukan

atau ambilan gula oleh otot yang aktif. Latihan fisik adalah stimulus yang kuat

terhadap masuknya gula ke dalam otot skeletal.

Pemberian intervensi kombinasi ini tentu juga memiliki risiko yang

mungkin terjadi, baik dari segi diitnya maupun senam diabetesnya yang semuanya

saling berkitan. Adapun beberapa risiko perlakuan yang mungkin dapat terjadi

selama proses penelitian dan pengumpulan data yaitu pasien yang mengalami

hipoglikemia, cidera saat melakukan senam, dan kelelaha otot. Pada kondisi

hipoglikemia terdapat beragam keluhan yang menonjol diantara pasien dan pasien

itu sendiri pada waktu yang berbeda-beda. Namun pada umumnya gejala atau

keluhan biasanya timbul pada pola tertentu sehingga klien, peneliti, perawat,

tenaga kesehatan lain, serta keluarga dapat menggunakannya sebagai peringatan

awal dan dapat segera melakukan tindakan-tindakan koreksi yang tepat.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - wisuda.unud.ac.id II.pdf · merupakan suatu sindrom terkait dengan berkurangnya sekresi insulin atau penurunan ... merupakan hormon anabolik atau hormon

42

Tabel 6. Keluhan dan Gejala Hipoglikemia Akut yang Sering Dijumpai pada Pasien Diabetes

Otonomik Neurologic Malaise

Berkeringat

Jantung berdebar

Tremor

Merasa lapar

Bingung (confusion)icara

Mengantuk

Sulit berbicara

Inkoordinasi

Perilaku yang berbeda

Gangguan visual

Parestesi (perasaan ada yang

menyimpang atau tidak normal)

Mual

Sakit kepala

Beberapa risiko ini akan ditangani sesuai prosedur yang berlaku pada penanganan

hipoglikemia pada diabetes adalah dengan pemberian glukosa oral. Sesudah

terlihat tanda dan gejala yang mengarah pada kondisi hipoglikemia serta setelah

dilakukan pengukuran kadar gula darah kapiler yang menegaskan diagnose

hipoglikemia, maka pasien segera diberikan 10-20 g glukosa peroral. Idealnya

pemberian glukosa dalam bentuk tablet, jelly atau 150-200 ml minuman yang

mengandung glukosa seperti jus buah segar dan non diet cola. Sebaiknya coklat

manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat menghambat absorbsi

glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1-2 jam perlu diberikan tambahan

10-20 g karbohidrat kompleks. Bila glukosa oral tidak dapat diberikan, pemberian

glucagon 1 mg IM atau 75-100 ml larutan glucagon intravena 20% merupakan

terapi yang efektif (Soemadji, 2005).