Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Strain Gauge
Strain Gauge adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur tegangan
atau berat dari suatu objek. Gaya yang diberikan oleh suatu benda logam (material
ferrit atau konduktif), selain dari menimbulkan deformasi bentuk fisik juga dapat
menimbulkan perubahan sifat resistansi elektrik dari benda tersebut. Dengan
menempelkan jenis material itu pada suatu benda uji atau specimen menggunakan
suatu perekat yang isolatif dengan arus listrik, maka material itu akan menghasilkan
adanya perubahan resistansi yang nilainya sebanding terhadap transformasi
bentuknya. Strain gauge dibuat dari sehelai kertas logam resistif yang dikikis tipis
(etced-foil) dan berbentuk kisi (grid) – sebagai elemen utama dari sensor – serta
dilapisi dengan sepasang selaput untuk pelindung sekaligus isolator. Kemudian
ditambahkan dengan sepasang kawat timah (lead-gauge) yang terhubung dengan
kedua ujung dari elemen sensor. (Aprilliana Prima, 2018)
Sensor strain gauge bisa digunakaan untuk mengukur deformasi berupa
tekan dan Tarik jika strain gauge menempel pada suatu benda uji yang tergantung
pada pengukurannya. Penempelan strain gauge akan mengahantarkan resistansi
elektrik yang dapat mengasilkan berupa perubahan hambatan, tetapi tergantung dari
besarnya pengukuran.
6
Berikut contoh dari sensor strain gauge dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar : 2.1 Sensor Strain Gauge
( Sumber : en.wikipedia.org/wiki/Strain_gauge )
2.1.1 Macam – Macam Strain Gauge
Sensor gaya muatan dapat digunakan untuk mengubah gaya, beban, torsi
dan regangan menjadi sebuah resistansi atau hambatan. Sensor ini dibuat dari kawat
tahanan tipis yang berdiameter sekitar 1 mm. Kawat tahanan yang biasa digunakan
adalah campuran dari bahan konstantan ( 60 % Cu dan 40 % Ni ). Kawat tahanan
itu dilekatkan pada papan penyangga membentuk strain gauge dengan macam
macam :
1 . Bonded strain gauge
Susunan kawat tahanan yang di dalamnya berliku-liku sehingga memudahkan
untuk mendetaksi terhadap gaya dari tekanan yang tegak lurus terhadap arah
panjang lipatan kawat, karena tekanan akan menarik kabel sehingga sensor
meregang. Dengan meregangnya strain gauge, maka dapat terjadi perubahan
resistansi kawat.
7
2. Unbonded strain gauge
Jenis strain gauge yang dibuat dengan kawat dari tahanan yang terpasang lurus
dan juga simetris. Jika papan atau rangka mendapat tekanan dari luar, maka
resistansi sensor akan bertambah.
Dalam rancang bangun ini, tipe sensor strain gauge yang digunakan adalah
bonded strain gauge. Karena objek yang diukur adalah batang beam dan besaran
dari pengukuran yang dilakukan berupa tegangan.
2.1.2 Prinsip Kerja Strain Gauge
Sensor strain gauge yaitu grid metal-foil yang tipis yang dilekatkan pada
permukaan dari suatu struktur. Apabila komponen atau struktur itu dibebani,
maka akan terjadi strain dan ditransmisikan ke foil grid. Tahanan foil grid akan
berubah sebanding dengan strain induksi dari beban.
Gaya yang diberikan pada suatu benda logam (material ferrit atau
konduktif), selain menimbulkan deformasi bentuk fisik juga dapat
menimbulkan perubahan sifat resistansi elektrik pada benda tersebut.
Dengan ditempelkan jenis material tersebut pada suatu benda uji
(specimen) dengan menggunakan suatu perekat yang isolatif terhadap arus
listrik, maka material itu akan menghasilkan adanya perubahan resistansi yang
nilainya sebanding terhadap stransformasi bentuknya.
Apabila ada gaya akan mengubah nilai dari resistansinya, perubahan
resistansinya sesuai dengan gaya yang telah diberikan. Prinsip dasar dari
penggunaan hambatan listrik strain gauge merupakan fakta bahwa hambatan
dari perubahan dari kawat sebagai fungsi tegangan, meningkat dengan tekanan
dan menurun dengan adanya kompresi. Perubahan dalam hambatannya dapat
8
diukur dengan menggunakan rangkaian jembatan Wheatstone. Strain gauge
terikat pada spesimen dan kemudian pengukur (gauge) dikenanan pada tekanan
yang sama sebagaimana benda uji yang sedang dalam pengujian (U.A.Bakshi,
Bakshi. A.V 2008).
2.1.3 Aplikasi Strain Gauge
Secara umum, aplikasi dari strain gauge dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya perubahan tekanan pada suatu benda uji. Strain gauge
sering digunakan dalam penelitian - penelitian teknik mesin dan pengembangan
untuk mengukur tekananan yang dilakukan oleh sebuah mesin. Pengujian
komponen pada pesawat merupakan satu dari salah satu area penggunaannya,
berbagai komponen penting dari rangka pesawat menggunakan strain gauge
untuk menguji ketahanannya terhadap sebuah tekanan (Carpenter, 2008).
Aplikasi lain dari sensor strain gauge juga dapat ditemukan pada bidang
biomedis. Beberapa contoh aplikasinya yaitu: dapat digunakan untuk mengukur
kontraksi dari otot kardia secara kontinyu, dapat digunakan untuk mengukur
tekanan dari darah untuk mengetahui abnormalitas dari kardiovaskular, untuk
mengukur laju dari pernapasan, dan juga secara luasnya dikembangkan untuk
mendeteksi tekanan yang cocok dalam melakukan pemasangan sebuah anggota
tubuh buatan (C. Raja Rao, S. K., 2000).
Pada rancang bangun yang dibuat dilakukan menggunakan
pengaplikasian dari strain gauge. Di mana strain gauge di pasang pada batang
(beam) untuk menjadi alat percobaan mencari dari defleksi dan tegangan dari
deformasi yang terjadi pada objek beam ketika beam menerima beban.
9
2.2 Arduino Uno
Arduino adalah kit elektronik atau papan rangkaian elektronika open source
yang di dalamnya terdapat beberapa komponen utama, yaitu sebuah chip
mikrokontroler dengan jenis AVR dari perusahaan Atmel. Mikrokontroler itu
sendiri adalah chip atau IC (Integrated circuit) yang bisa diprogram menggunakan
sebuah komputer.
Tujuan dari menanamkan program pada mikrokontroler ialah agar rangkaian
elektronik dapat membaca input, dan memproses input tersebut kemudian dapat
menghasilkan output sesuai yang diinginkan. Berikut adalah Gambar 2.2
menunjukkan mikrokontroler arduino uno.
Gambar 2.2 Mikrokontroler Arduino Uno.
( Sumber : https://www.kitronik.co.uk/4622-arduino-uno-main-board-retail.html)
Secara umum, Arduino uno terdiri dari dua bagian adalah:
1. Hardware berupa papan input atau output (I/O) yang open source.
2. Software Arduino yang juga open source, melingkupi software Arduino IDE
untuk menulis program dan driver untuk koneksi dengan komputer.
10
2.2.1 Kelebihan Arduino
Arduino bertujuan untuk menyederhanakan dari berbagai macam kerumitan
maupun detail rumit pada proses pemograman mikrokontroler sehingga menjadi
paket yang mudah digunakan (easy-to use), sekaligus menawarkan berbagai jenis
kelebihan antara lain:
Murah. Papan (perangkat keras) Arduino biasanya dijual dengan murah (harga
Arduino Uno-R3 seharga (Rp. 179.000,00) dibandingkan dengan platrform
mikrokontroler pro lain - lainya.
Sederhana dan mudah proses pemogramannya. Dapat diketahui bahwa
lingkungan pemograman di Arduino mudah digunakan untuk seorang pemula,
dan cukup mudah bagi mereka yang sudah tingkat lanjut. Untuk guru/dosen dan
mahasiswa.
Perangkat lunaknya Open Source. Perangkat lunak dari Arduino IDE
dipublikasikan sebagai Open Source, tersedia bagi para pemrogram yang
berpengalaman untuk pengembangan lebih lanjut.
Bahasanya bisa dikembangkan lebih lanjut melalui pustaka-pustaka C++ yang
berbasis pada Bahasa C untuk AVR.
Perangkat kerasnya Open Source. Perangkat keras Arduino berbasis
mikrokontroler ATMEGA8, ATMEGA 168, ATMEGA 328 dan ATMEGA
1280. Dengan demikian, siapapun saja bisa membuatnya (dan kemudian bisa
menjualnya) perangkat keras dari Arduino ini, apalagi bootloader tersedia juga
langsung dari perangkat lunak Arduino IDE-nya.
Tidak perlu prangkat chip programmer. Karena didalamnya sudah tersedia
bootloader yang akan menangani upload program dari komputer.
11
Sudah memiliki sarana komunikasi USB. Sehingga pengguna laptop yang
tidak memiliki port serial/RS323 dapat menggunakannya.
Bahasa pemograman relative mudah. Karena software dari Arduino
disediakan dengan kumpulan library yang cukup lengkap.
2.2.2 Penggunaan dan Pemanfaatan Arduino
Kegunaan dari Arduino tergantung kepada kita yang membuat
sebuah program. Arduino bisa digunakan untuk mengontrol lampu lalu lintas, LED,
, bisa juga digunakan untuk mengontrol sebuah helicopter. Sudah banyak contoh
yang sudah pernah dibuat di antaranya adalah, pengontrol motor, MP3 Player,
mesin CNC, pengukur jarak, monitor kelembaban tanah, penggerak servo, balon
udara, monitor energi, stasiun cuaca, pembaca RFID, pengontrol suhu, drum
elektronik, GPS logger, monitoring bensin, dan masih banyak lagi.
2.2.3 Jenis-Jenis Arduino Perangkat Keras Arduino (Arduino Hardware)
Saat ini ada bermacam-macam bentuk dan jenis dari papan Arduino yang
disesuaikan dengan peruntukannya, tidak hanya board atau papan Arduino yang
disediakan juga terdapat juga modul yang siap pakai (shield), juga aksesoris seperti
USB adapter dan sebagainya. Berikut tipe - tipe papan Arduino yang ada pada
pasaran:
- Papan Board Arduino Leonardo.
- Papan Board Arduino Uno.
- Papan Board Arduino Nano.
- Papan Board Arduino Micro.
12
Papan/Board Arduino UNO
Arduino Uno adalah sebuah papan mikrokontroler berbasis ATmega328
yang memiliki 14 pin digital input atau output (di mana 6 pin bisa digunakan
sebagai output PWM), tombol reset 6 input analog, clock speed 16 MHz, Koneksi
USB, header ICSP, dan jack listrik. Board ini menggunakan daya yang terhubung
dengan komputer dengan kabel USB atau daya ektsternal dengan adaptor AC-DC
atau sebuah baterai.
Di samping sifatnya yang reliabel juga harganya yang murah. Berikut
Gambar 2.3 menunjukkan spesifikasi dari Board Arduino Uno:
Gambar 2.3 Spesifikasi Board Arduino Uno.
(Sumber : https://www.controlvoltage.net/arduino-arduino-uno-r3-development-
board.html )
Spesifikasi Board Arduino Uno:
Mikrokontroler : ATmega328
Tegangan Input : 7-12V
Tegangan Operasi : 5v
Batas Tegangan Input : 6-20V
Pin Analog Input : 6
Pin Digital I/O : 14 ( dimana 6 pin output PWM)
13
Arus Dc untuk pin 3.3V : 50mA
Arus Dc per I/O Pin : 40mA
SRAM : 2 KB (ATmega328)
Flash Memory : 32 KB (ATmega328)
EEPROM : 1 KB (ATmega328)
Clock : 16MHz
Sumber (Catu Daya)
Arduino dapat diaktifkan melalui sebuah koneksi USB atau dengan catu
daya eksternal. Sumber daya dapat dipilih secara otomatis. Sumber daya Eksternal
(non-USB) dapat berasal dari adapter AC ke DC atau baterai. Adaptor ini bisa
dihubungkan dengan menancapkan Power Jack, dapat juga dihubungkan pada
power pin (Gnd dan Vin).
Board Uno dapat beroperasi pada pasokan eksternal dari 6 sampai 20 volt.
Jika disuplai kurang 7 V. meskipun, pin 5 V dapat disuplai kurang dari lima volt,
board mungkin tidak akan stabil. Jika menggunakan tegangan lebih dari 12 V,
regulator tegangan bisa panas dan merusak board. Kisaran yang disarankan adalah
7 sampai 12 volt.
Adapun pin power suplai pada Arduino Uno adalah:
Vin. Tegangan input board dari Arduino ketika menggunakan sumber dari daya
(5 volt dari sambungan USB atau dari sumber regulator lain).
5v. keluaran dari pin ini telah diatur sebesar 5v dari regulator pada sebuah
board. Board bisa disuplai melalui DC jack power ( 7-12), konektor USB (5V)
14
atau juga pin VIN (7-12V). menyuplai tegangan melalui pin 5V atau 3.3V
bypasses regulator, dapat merusak board itu sendiri.
3v3. Suplai 3,3 volt dihasilkan dari regulator pada board menarik arus
maksimum 50mA.
Gnd. Pin Ground.
Memori
ATmega328 memiliki 32 KB flash memori untuk menyimpan sebuah kode,
juga 2 KB yang digunakan untuk bootloader. ATmega328 memiliki 2 KB untuk
SRAM dan 1 KB untuk EEPROM.
Input dan Output
Setiap dari 14 pin digital pada arduino bisa digunakan sebagai input ataupun
output, menggunakan fungsi pinMode(), digitalRead() dan digitalWrite(),. Input
atau output dioperasikan pada 5 volt.
Komunikasi
Arduino Uno memiliki beberapa fasilitas untuk berkomunikasi dengan
kompur mikrokontroler lain atau Arduino lain,. ATmega328 ini menyediakan
UART TTL (5V) komunikasi serial, yang tersedia pada pin digital 0 (RX) dan 1
(TX). Firmware Arduino menggunakan USB driver standar COM, dan tidak ada
driver eksternal yang dibutuhkan. dikirim melalui chip USB-to-serial dan
koneksi USB ke komputer.
Software Arduino
Arduino Uno bisa diprogram dengan menggunakan perangkat lunak
Arduino . Pada ATMega328 di Arduino ada bootloader yang memungkinkan untuk
untuk meng-upload kode baru untuk itu tanpa menggunakan programmer hardware
15
eksternal. Berikut merupakan Gambar 2.4 dari tampilan software sekaligus contoh
dari pemograman Arduino Uno.
Gambar 2.4 Software pemograman Arduino Uno
IDE Arduino adalah sebuah software yang sangat canggih ditulis dengan
menggunakan Java. IDE Arduino terdiri dari:
1. Editor program, sebuah window yang memungkinkan dari pengguna menulis
dan mengedit program ke dalam bahasa Processing.
2. Compiler, sebuah modul yang mengubah dari kode program (bahasa
Processing) menjadi sebuah kode biner. Bagaimanapun sebuah mikrokontroler
tidak akan bisa memahami sebuah bahasa Processing. Yang bisa dipahami oleh
mikrokontroler yaitu kode biner. Itulah mengapa compiler diperlukan dalam hal
ini.
3. Uploader, sebuah modul yang memuat sebuah kode biner dari komputer ke
dalam memori didalam papan Arduino.
16
2.3 Regangan
Regangan(ℇ) adalah perubahan bentuk atau ukuran yang didapat pada suatu
objek benda karena adanya gaya yang bekerja pada benda tersebut. Regangan
diukur untuk mengetahui besarnya sebuah deformasi pada saat terjadinya tegangan
mekanik objek sehingga didapat besaran gaya yang terjadi seperti beban ataupun
tegangan, selain itu juga digunakan untuk memperoleh nilai keamanan atau
kekuatan suatu bahan uji atau suatu bagian structural yang mengandung bahan
tersebut.
Regangan rata-rata dapat dinyatakan oleh Perubahan Panjang(ΔL) per-
satuan Panjang awal (L). Regangan (Strain) memiliki besaran yang tidak
berdimensi, tetapi pada umumnya diberikan dimensi m/m ,meter , atau per-meter
(E.P. Popov. 1978, hal : 38).
Secara Matematis Persamaan Regangan dapat dituliskan :
ℇ = ∆�� (2-1)
Dengan :
ℇ = Regangan
ΔL = Pertambahan Panjang batang (m) = L1-L
L1 = Akhir Panjang Batang(m)
L = Panjang Awal (m)
Apabila suatu objek struktur dari material diikat pada jepitan sebuah mesin
penguji dan beban serta pertambahan panjang spesifikasi diamati serempak, maka
17
akan dapat digambarkan pengamatan pada sebuah grafik dimana coordinat
menyatakan beban dan absis menyatakan sebuah pertambahan panjang.
Batasan dari sifat elastis perbandingan regangan dan tegangan akan linier
akan berakhir sampai pada titik mulur. Hubungan regangan dan tegangan tidak lagi
linier pada saat material mencapai dari batasan fase sifat plastis. Pada daerah elastis,
besarnya regangan berbanding lurus dengan tegangan. Perbandingan antara
regangan dan tegangan benda tersebut disebut modulus Young atau modulus
elastisitas . Pengukuran modulus Young bisa dilakukan dengan menggunakan
gelombang akustik, karena kecepatan jalannya bergantung pada modulus Young.
Secara matematis dirumuskan:
E = �� (2-2)
E = �.�
�.� (2-3)
Dengan :
E = Modulus Young (N/m 2)
F = Gaya (N)
L = Panjang mula-mula (m)
ΔL = Pertambahan panjang (m)
A = Luas penampang (m2)
Nilai modulus Young hanya bergantung pada jenis dari benda atau
komposisi benda, tidak bergantung pada ukuran atau bentuk benda. Nilai modulus
18
Young beberapa macam bahan dapat dilihat pada Tabel dibawah. Satuan SI untuk
E adalah pascal (Pa) atau Nm2. Ditunjukkan table 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Nilai Modulus Young beberapa jenis bahan.
( Sumber : https://dosenmipa.com/rumus-elastisitas/ )
2.3.1 Diagram Regangan - Tegangan
Diagram regangan – tegangan yaitu suatu diagram yang membandingkan
hubungan antara regangan dan tegangan yang terjadi pada suatu material dalam
suatu pengujian tertentu (E.P. Popov. 1978, hal : 39). Untuk diagram – diagram
regangan tegangan ini, biasa pula digunakan pada skala ordinat untuk regangan dan
skala absis untuk tegangan. Regangan dapat didapatkan dari peroleh dengan
membagi gaya yang terjadi pada suatu bahan dengan luas permukaan pada suatu
bahan tersebut. Dalam persamaan dapat ditulis :
= �� (2-4)
F = gaya yang terjadi pada bahan
A = Luas Permukaan
19
Secara eksperimen terdapat beberapa vaiabel yang dapat mempengaruhi
diagram regangan - tegangan salah satunya adalah; jenis dari bahan yang
digunakan, kecepatan dari pengujian dan suhu pengujian yang dilakukan.
Dalam sebuah jenis diagram regangan tegangan terdapat dua jenis yang
dikenal pada umumnya yaitu diagram regangan - tegangan untuk baja lunak dan
diagram regangan - tegangan untuk bahan yang rapuh. Ditunjukkan diagram
regangan dan tegangan pada Gambar 2.5 dan 2.6 berikut :
( Sumber : https://slideplayer.info/slide/13878031/ )
Berbagai jenis bahan seperti beton, baja perkakas, tembaga, dan sebagainya
mempunyai kurva jenis ini, titik akhir dari diagram regangan - tegangan dapat
menyatakan kegagalan penuh dari bahan
1. Titik a adalah batas dari proposional
2. O - B ialah daerah elastis, dimana :
Regangan (deformasi = perubahan dari bentuk) akan sebanding dengan
tegangan yang bekerja;
Gambar 2.5 Diagram tegangan-
regangan untuk baja lunak.
Gambar 2.6 Diagram tegangan-
regangan untuk baja rapuh.
20
Dengan :
σ = E .ε (Hukum Hooke) E = Modulus elastisitas
σ = Tegangan ε = Regangan
Apabila beban tidak bekerja lagi, maka material akan kembali ke bentuk
semula.
3. X2 - X3 adalah daerah plastis, dimana :
Tegangan yang bekerja melampaui dari kekuatan luluh (yield
strength) bahan, maka perubahan bentuk yang terjadi akan permanen
meskipun beban ditiadakan.
4. X4 adalah daerah tegangan material tertinggi, dimana :
Tegangan mencapai harga kekuatan tarik (tensile strength)
material, maka material akan mengecil di bagian tertentu dan
akhirnya patah/putus.
2.3.2 Hukum Hooke
Hukum Hooke ialah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam sebuah
bidang ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pegas. Besarnya
gaya Hooke ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan
pegas dari posisi normalnya. Sebuah diagram regangan - tegangan di kebanyakan
bahan engineering memperlihatkan hubungan yang linear antara regangan dengan
tegangan di wilayah elastis untuk semua bahan.
Dengan demikian peningkatan regangan menyebabkan kesebandingan
peningkatan tegangan. Bahwa fakta inilah yang ditemukan oleh Robert Hooke 1676
didalam penerapan pegas dan dikenal dengan hukum Hooke.
21
Hukum ini dinyatakan oleh persamaan :
= E. e atau E = �� (2-4)
Dimana :
= Tegangan (N/ �)
E = Modulus elastisitas (N/ �)
e = Regangan yang terjadi (m/m)
Regangan berbanding lurus dengan tegangan. Dimana tetapan perbandingan
adalah E. tetapan E ini disebut dengan modulus young atau modulus elastis. E
mempunyai satuan tegangan. Dalam satuan SI, E diukur dalam Pascal atau newton
per meter kuadrat.
Secara fisis modulus elastis dapat menyatakan kekakuan terhadap beban
yang diberikan kepada sebuah bahan. Nilai modulus elastis merupakan suatu sifat
yang pasti dari suatu bahan (E.P. Popov. 1978, hal : 38).
Dalam percobaan nilai E selalu merupakan bilangan yang sangat kecil,
karenanya E seharusnya mempunyai harga yang besar. Hukum Hooke hanya
berlaku sampai pada batas proporsional dari bahan.
2.3.3 Defleksi
Ketika sebuah batang dengan gaya atau momen, defleksi yang terjadi pada
batang. Sebelum mencari defleksi pada sebuah batang perlu diketahui tegangan
geser dan normal. Untuk menentukan besarnya regangan - tegangan ini pada suatu
22
bagian atau titik tersebut dan menentukan besarnya resultan pada tumpuan dapat
digunakan persamaan - persamaan kesetimbangan.
Ditunjukkan Gambar 2.7 merupakan contoh analisis 1 dimensi arah x untuk
menentukan dari gaya momen, dan defleksi pada sebuah batang yang ditumpu yang
mengalami beban merata.
Gambar 2.7 Batang yang ditumpu dan diberi beban merata.
Maka dari gambar 2.7 di atas didapat:
1. Diagram benda bebas kesetimbangan gaya - gaya luar dan
momen dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut:
Gambar 2.8 Diagram Benda Bebas Gaya Luar.
Maka dari gambar 2.8 diatas didapat gaya-gaya yang bekerja sebagai
berikut :
Wp = wL
Ay By L
A B
Vmax
�max
23
∑ MA =0
Wp (�� �� ) - By(L ) =0
By= Wp(�� )/L
By = �� ��
∑Fx = 0
Ay + By – Wp = 0
Ay + �� �� - wL = 0
Ay = �� ��
1. Diagram benda bebas gaya – gaya dalam di sepanjang dapat dilihat
pada gambar 2.9.
Gambar 2.9 Diagram benda bebas gaya-gaya dalam.
Maka dari gambar 2.9 diatas di dapat :
∑Fx
Ax + Nx = 0
Nx = 0
∑Fy = 0
Ay – Vx – Wpx = 0
Vx = �� �� – Wx
Vx = w (�� � � ��
Wpx = wx
Ax
Ay Vx X
Nx
Mx
24
∑Mx = 0
Mx – Ay(x) + Px (��� = 0
Mx = �� ��(x) – Wx (
���
Mx = �� �� (� � ��
Untuk kondisi batang dengan x = ��L, maka gaya geser Vx = w(
�� � �
��bernilai nol dan didapat momen maksimum :
Mx = �� ��(L - x)
Mmax = ��w (
�� ��(L - (
�� ��)
Mmax = ���
� (2-5)
2.3.4 Perbandingan Poisson.
Disamping deformasi bahan yang searah dengan gaya yang terpakai, dari
sifat penting lainnya yang dapat diamati dari semua bahan padat ialah deformasi
yang arahnya tegak lurus pada gaya terpakai, adalah pemuaian dan penyusutan yang
melintang atau lateral.
Bila suatu benda akan menyusut secara melintang; sedang sebaliknya,
benda itu akan memuai ke arah samping bila mendapat gaya tekan. Dengan ini arah
dari deformasi lateral dengan mudah dapat ditentukan, tergantung dari guna gaya
yang terpakai (E.P. Popov. 1978, hal : 48).
25
Ditunjukkan Gambar 2.10 berikut:
Gambar 2.10 Penyusutan dan Pemuaian lateral dari benda-benda padat yang mengalami
gaya-gaya aksial (efek Poisson)
( Sumber : Statika Struktur Plus Tegangan Regangan. 1997, hal 160 )
Untuk suatu teori umum ialah lebih baik menggunakan sebuah deformasi
lateral dengan dasar deformasi per-satuan panjang dari pada dimensi lintang. Jadi
dari deformasi lateral dengan basis relative ini bisa dinyatakan dalam meter per
meter. Deformasi lateral dalam satuan relative ini disebut regangan lateral atau
lateral strain.
seperti modulus elastis (E), disebut juga perbandingan Poisson. Ini
ditunjukan sebagai v (nu) dan di artikan sebagai berikut :
V = �� !" !" #!$��!#�� !" !" !%&'!# = -
�� !" !" #!$��!#�� !" ! !%&'!# (2-6)
Dimana regangan tersebut disebabkan hanya oleh tegangan uniaksial saja.
Regangan – tegangan aksial dan lateral selalu berlawanan tanda, hingga harga v
selalu positif. Harga dari v tersebut berubah-ubah untuk bahan-bahan yang berbeda
tetapi masih dalam daerah yang relative sempit.
26
2.4 Pengukuran Regangan
Setiap melakukan pengukuran regangan (strain) harus dilakukan terhadap
panjang berhingga dari benda uji. Makin pendek panjang ini, semakin mendekat
pula pengukuran itu pada panjang regengan satuan. Panjang yang digunakan untuk
mengukur regangan rata - rata disebut panjang dasar (base length). Sensitivitas
deformasi dapat didefinisikan sebagai deformasi minimum yang dapat ditunjukan
oleh pengukur per satuan dari panjang dasar. Suatu metode sederhana untuk
pengukuran regangan adalah dengan menempatkan semacam penandaan berupa
kisi pada sebuah permukaan benda uji dan kemudian dari mengukur deformasi kisi
ini bila spesimen itu diberi sebuah beban. Metode ini cukup berlaku untuk bahan-
bahan dan proses - proses dimana terdapat deformasi yang cukup besar karena
beban. Metode - metode ini bisa diterapkan pada mengkaji regangan yang terjadi
pada proses membentuk logam lembaran.
Deformasi kisis sesudah pembentukan memberikan petunjuk kepada
perancang mengenai regangan - tegangan local yang terjadi pada suatu bahan itu
selama mengalami proses pembentukan. Lapisan-lapisan itu sangat berguna untuk
menentukan regangan - tegangan pada titik konsentrasi tegangan yang terlalu kecil,
atau yang tempatnya tidak memungkinkan untuk pemasanagan pengukur regangan
tahanan listrik ataupun pengukur regangan jenis lain. Dalam hal - hal ini, data
tegangan yang didapatkan dari uji lapisan-rapuh tersebut dapat digunakan untuk
merencanakan pengukuran regangan yang lebih teliti dengan pengukur - pengukur
regangan tahanan.
27
2.4.1 Pengukur Regangan Tahanan-Listrik
Pengukur – regangan tahanan-listrik (electrical-resistance strain gage)
ialah piranti yang paling banyak dipakai untuk pengukuran dari regangan.
Operasinya berdasar pada prinsip bahwa tahanan listrik pada suatu konduktor atau
penghantar dapat berubah bila mengalami sebuah deformasi mekanik. Biasanya
penghantar listrik itu disatukan dengan bahan dengan bantuan semen yang isolasi
pada kondisi tanpa beban. Kemudian diberi beban, yang dapat menyebabkan
terjadinya deformasi pada bahan maupun unsur dari tahanan. Deformasi ini dapat
ditunjukan dengan pengukuran perubahan tahanan unsur. Prosedur perhitungan
dapat diuraikan di bawah ini, Hubungan dasar untuk pengukur-regangan tahanan
konduktor.
R = ( �)
Dimana
L = Panjang
A = Luas penampang
( = Resistivitas bahan
Bila persamaan (2-16) di diferensiasi, kita dapat
*++ = *,
, + *�� � *)
)
Luas bisa pula dihubungkan dengan kuadrat suatu dimensi lintang, seperti
diameter kawat tahanan. Bila dimensi ini kita namakan D, kita bisa
menggunakan persamaan :
*)) = 2
*..
(2-7)
(2-8)
(2-9)
28
Dengan menggunakan definisi regangan aksil dan rasio poisson, maka dapat
diperoleh persamaan:
/00 = ∈ 2(1 + 25� + /(
(
Factor pengukur (gage factor) F didefinisikan dengan persamaan :
F = *+/+
∈!
Sehingga dapat:
F = 1 + 25 + �
∈! *,,
Dengan demikian nilai regangan local dapat dinyatakan dengan factor
pengukur, tahanan pengukur, dan perubahan tahanan karena sebuah regangan:
∈ = �7
∆++
Nilai dari faktor pengukur dan tahanan biasanya diberikan oleh pembuat alat,
sehingga dapat pemakai hanya perlu mengukur nilai dari ∆0 untuk dapat
menentukan regangan local tersebut. Pada kebanyakan pengukur, nilai dari F
konstan untuk jangkau regangan yang cukup luas. Namun, ada baiknya
doperiksa pengaruh berbagai sifat fisik dari bahan tahanan itu terhadap nilai F.
jika resistivitas bahan tidak berubah dengan regangan, dengan persamaan.
F = 1 + 25
Dengan diambil nilai khas 5 0,3, kita didapat F = 1,6. Dengan hal ini, perubahan
tahanan terjadi semata - mata karena perubahan dari dimensi fisik.
Faktor pengukuran untuk berbagai material menurut pengamatan berkisar
anatara -140 sampai dengan +175. Jika material tahanan itu meregang hingga
sampai beroperasi di daerah plastic, 5 0,5, dan resistivitas pada dasarnya tetap
(2-10)
(2-11)
(2-12)
(2-13)
(2-14)
29
sama. Pada kondisi ini faktor dari pengukur mendekati nilai 2. Faktor pengukur
yang lebih tinggi dikehendaki dalam praktek, karena menghasilkan perubahan
dari tahanan ∆0 yang lebih tinggi untuk suatu masukan regangan tertentu, dan
dari arena ini tidak memerlukan rangkaian baca yang terlalu peka.
Terdapat tiga jenis pengukuran regangan tahanan yang biasa yaitu; pengukur
bilah tipis, pengukur kawat terikat (bonded wire gage), pengukur
semikonduktor.
Pengukur kawat menggunakan kawat yang ukuranya berkisar diantara 0,0005
sampai dengan 0,001 in (12 sampai 255 �. Pengukur bilah tipis (foil gage)
menggunakan bilah yang bisa diterapkan pada berbagai situasi pengukuran
regangan. Oleh karena fleksibilitasnya itu, alat ini paling banyak sekali dipakai.
Sedangkan pengukuran semikonduktor menggunakan bahan dasar silicon yang
peka terhadap regangan dan menguntungkan karena bisa memberikan nilai F
yang sangat besar ( F~100). Bahan ini biasanya menghasilkan struktur lapis
yang rapuh, dengan ketebalan kira - kira 0,01 in (0,25mm). disamping itu,
pengukuran semikonduktor memiliki tahanan dengan koefisien suhu yang
sangat tinggi.
Pengukur kawat dan pengukur bilah dapat dibuat dengan berbagai cara, tetapi
yang penting ialah bahwa unsur tahanan harus terikat satu pada dudukannya.
Dapat ditujukkan pada Gambar 2.11 berikut:
30
Gambar 2.11 Tiga jenis pengukur-tegangan tahanan; (a) pengukur kawat; (b) Pengukur
bilah tipis; (c) Pengukur semikonduktor.
( Sumber :
https://www.kompasiana.com/rajaloadcell/54f9051ca33311553b8b4990/resistance-strain-
gauges )
Pengukur pengukuran demikian dapat digunakan sampai pada suhu
150℃ (300℉�. Untuk suhu yang lebih tinggi, sampai 260℃ (500℉� biasanya
digunakan untuk dudukan bakelite. Pengukur bilah dibuat dengan proses etsa
serupa dengan yang digunakan untuk membuat untuk papan rangkaian cetak
(printed circuit) dan menggunakan bahan dasar yaitu kertas, bakelite, dan film
epoksi. Semen epoksi juga dapat digunakan untuk pengukur kawat maupun
pengukur bilah.
Bila dipasang pengukur regangan pada specimen atau bahan, ada dua hal yang
harus perlu diperhatikan: yang pertama permukaan harus benar-benar bersih.
dibersihan dengan amplas diikuti dengan bahan aseton biasanya cukup
memadai. Yang kedua harus dijaga agar diberikan beberapa cukup waktu untuk
semen itu mengering dan menjadi kertas benar.
Masalah yang biasanya muncul bersama instalasi pengukur sebuah regangan
dapat dikelompokan dalam 3 kategori: pertama efek suhu, kedua efek
kelembaban, dan ketiga masalah kawat dari rangkaian. Masalah suhu sering
timbul karena adan perbedaan ekspansi termal unsur tahanan dan tempat
mengikatnya.
(c)
31
Pengukuran semikonduktor mempunyai beberapa keuntungan karena
mempunyai koefisien ekspansi yang lebih rendah dari pengukur kawat ataupun
pengukur bilah. Disamping masalah ekspansi, ada juga perubahan tahanan
pengukur karena suhunya, yang harus pula dikompensasi secukupnya. Masalah-
masalah yang sering berkaitan dengan kawat rangkaian timbul karena ada
hubungan yang kurang baik antara unsur tahanan dari pengukur dan rangkaian-
baca luar, masalah - masalah ini mungkin sering terjadi karena buruknya
sambungan pateri ataupun karena penyambungan kawat yang tidak fleksibel,
yang mungkin menyebabkan pengukur itu menjadi longgar dari bahan uji,
ataupun bahkan lepas sama sekali.
2.3.1 Pengukuran Keluaran Pengukur - Regangan Tahanan
Perhatikan rangkaian dari jembatan pada Jembatan wheastone. Tegangan listrik
yang ada pada detector diberikan oleh sebagai;
Eg = Ed = E (+�
+�=+> � +�+�=+?)
Jika jembatan itu berada didalam dapat dikatakan seimbang, Ed = 0.
Diumpamakan pengukur tahanan itu menunjukan R1 dalam rangkaian itu, dan
digunakan piranti - baca berimpedansi tinggi sehingga dari jembatan itu
beroperasi sebagai rangkaian defleksi peka terhadap tegangan. Diandaikan
bahwa jembatan itu dikatakan seimbang pada kondisi tanpa regangan dan
bahwa sebagai akibat dari regangan sebesar ∈ pada pengukur terjadi perubahan
tahanan ∆01.
(2-15)
32
Maka R1 akan digunakan untuk menunjukan tahanan pengukur pada kondisi
regangan nol (0). Tegangan listrik karena regangan langsung bisa kita dapatkan
sebagai berikut:
∆@*@ =
+�=∆+�+�=∆+�=+> � +�
+�=+?
Persamaan untuk mendapatkan perubahan dari tahanan yang diberikan;
∆+�+� =
ABCBDE[∆GH
G = B�B�IBJ]
�L∆GMG L+�/(+�=+?�
� 1
Persamaan dari (2-18) memberikan perubahan sebagai fungsi tidak seimbangan
tegangan pada detector ∆N/. Rangkaian jembatan wheastone dapat pula
digunakan sebagai peranti terhadap peka-arus, dengan menggabungkan
persamaan yang sebelumnya akan didapat :
Ig = @(+�+?L+�+>
+�+�+>=+�+?+>=+�+�+?=+�+?+>=+ (+�=+>�(+�=+?�
Disinipun diandaikan jembatan itu diseimbangkan pada keadaan tanpa sebuah
regangan dan kita ambil R1 sebagai tahanan pengukur pada kondisi ini. Jadi
didapat,
R1R3 = R2R4
Arus dari galvanometer ∆OP yaitu nilai yang terjadi dari perubahan tahanan
∆01 dari kondisi seimbang. Dapat dibuktikan bahwa denominator dalam
persamaan (2-20) bahkan tidak terlalu peka terhadap perubahan kecil R1 dan
karena itu hampir mendekati konstan yang akan ditandai dengan C. jadi,
∆OP = @Q [(R1+∆01�03 � 0204]
(2-16)
(2-17)
(2-18)
(2-19)
(2-20)