62
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Pengertian transportasi menurut Steenbrink (1974), transportasi adalah perpindahan orang atau barang dengan menggunakan alat atau kendaraan dari dan ke tempat-tempat yang terpisah secara geografis. Menurut Morlok (1978), transportasi didefinisikan sebagai kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain. Sedangkan menurut Bowersox (1981), transportasi adalah perpindahan barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana produk dipindahkan ke tempat tujuan dibutuhkan. Dan secara umum transportasi adalah suatu kegiatan memindahkan sesuatu (barang dan/ atau barang) dari suatu tempat ke tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana. 2.2 Pasar Tradisional Pasar secara fisik sebagai tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau ruangan tertutup atau ruangan tertutup atau suatu bagian jalan. Selanjutnya pengelompokan para pedagang eceran tersebut menempati 6

BAB II Tarikan Perjalanan

  • Upload
    nitta

  • View
    259

  • Download
    12

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teknik Sipil

Citation preview

Page 1: BAB II Tarikan Perjalanan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Pengertian transportasi menurut Steenbrink (1974), transportasi adalah

perpindahan orang atau barang dengan menggunakan alat atau kendaraan dari dan

ke tempat-tempat yang terpisah secara geografis. Menurut Morlok (1978),

transportasi didefinisikan sebagai kegiatan memindahkan atau mengangkut

sesuatu dari suatu tempat ketempat lain. Sedangkan menurut Bowersox (1981),

transportasi adalah perpindahan barang atau penumpang dari suatu tempat ke

tempat lain, dimana produk dipindahkan ke tempat tujuan dibutuhkan. Dan secara

umum transportasi adalah suatu kegiatan memindahkan sesuatu (barang dan/ atau

barang) dari suatu tempat ke tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana.

2.2 Pasar Tradisional

Pasar secara fisik sebagai tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan

tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau ruangan tertutup atau

ruangan tertutup atau suatu bagian jalan. Selanjutnya pengelompokan para

pedagang eceran tersebut menempati bangunan-bangunan dengan kondisi

bangunan temporer, semi permanen ataupun permanen (Sulistyowati,1999).

Kegiatan pasar merupakan kegiatan perekonomian tradisional yang

mempunyai ciri khas adanya tawar menawar antara penjual dan pembeli. Karena

sifatnya untuk melayani kebutuhan penduduk sehari-hari, maka lokasinya

cenderung mendekati atau berada di daerah perumahan penduduk (Tuti, 1992).

Yulita (1999), berpendapat pasar tradisional dan pasar swalayan walaupun

berada dalam kelas mutu pelayanannya tetapi memiliki fungsi yang sama, yaitu

sebagai fasilitas perbelanjaan yang menyediakan atau menjual barang-barang

kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat. Karakteristik pasar tradisional dan pasar

swalayan dapat ditinjau dari berbagai aspek pengelolaan, organisasi, kondisi fisik

6

Page 2: BAB II Tarikan Perjalanan

tempat usaha, barang, hubungan antara pembeli dan penjual, waktu kegiatan,

mekanisme perolehan komoditas, dan lokasi.

Menurut Basalah (2000) pasar tradisional yang dibutuhkan oleh masyarakat

Indonesia ternyata menghadapi masalah untuk bisa berkembang. Masalah tersebut

timbul karena adanya persaingan dengan pasar modern, seperti supermarket, atau

pasar modern lainnya. Hal lain yang menghambat perkembangan pasar tradisional

adalah sarana dan prasarana pendukung.

Pasar tradisional yang terdapat di Indonesia sekarang ini memilki

karakteristik khas. Beberapa karakteristik umum pasar tradisional seperti:

a) Memiliki posisi strategis dan berada di lingkungan padat penduduk

b) Buka 24 jam, setengah hari, setiap hari, dua minggu sekali, seminggu

sekali atau pada hari-hari tertentu (hari-hari pasar),

c) Menjual kebutuhan pokok sehari-hari khususnya keperluan dapur,

komoditas basahan, keringan maupun kebutuhan primer dan sekunder

lainnya.

2.3 Perencanaan Transportasi

Menurut Pignataro (1973) Perencanaan transportasi dapat didefinisikan

sebagai suatu proses yang tujuannya mengembangkan sistem transportasi yang

memungkinkan manusia dan barang bergerak dan berpindah tempat dengan aman

dan murah.

Menurut Ofyar Z. Tamin, (1997) Perencanaan transportasi adalah usaha

untuk meramalkan dan mengelola evaluasi titik keseimbangan sejalan dengan

waktu sehingga kesejaheraan sosial dapat dimaksimumkan. Secara umum

perencanaan transportasi adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan akan

pergerakan dalam bentuk pergerakan manusia, barang atau kendaraan dapat

ditunjang oleh prasarana transportasi yang harus beroperasi dari bawah

kapasitasnya.

7

Page 3: BAB II Tarikan Perjalanan

Kebutuhan transportasi yang meningkat menimbulkan berbagai masalah

transportasi. Salah satunya berkaitan dengan jumlah pergerakan suatu zona. Hal

ini membutuhkan suatu perencanaan transportasi yang memberikan suatu model

pergerakan yang berfungsi untuk mengatasi permasalahan transportasi baik

sekarang maupun masa mendatang.

2.1.1 Tujuan Perencanaan Transportasi

Perencanaan transportasi merupakan proses yang berfungsi memberikan

masukan dalam pengambilan keputusan mengenai program dan kebijakan

transportasi.Tujuan perencanaan transportasi adalah untuk menyediakan informasi

yang dibutuhkan dalam mengambil keputusan mengenai pengembangan system

transportasi agar hasil keputusan yang diambil akan berjalan sesuai dengan tujuan

yang diharapkan (C. Jotin Khisty dan B. Kent Lall, 1990).

Tujuan utama dari teknik transportasi adalah untuk menemukan dan

menentukan kombinasi yang paling optimum dari sarana transportasi dan metode

pengoperasiannya pada suatu daerah tertentu (Edwin K. Morlok,1991).

Menurut Black (1981), tujuan dari perencanaan transportasi adalah mencari

penyelesaian masalah transportasi dengan menggunakan sumber daya yang ada.

Perencanaan transportasi pada dasarnya juga merupakan suatu kegiatan

professional yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat berkenaan

dengan penyelesaian masalah-masalah transportasi secara efisien dan efektif.

Dua hal penting yang mendasari dalam Perencanaan transportasi yaitu

memecahkan persoalan yang sudah ada, mencegah timbulnya persoalan lain yang

dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga tujuan utama dari Perencanaan

transportasi dilakukan untuk menyelesaikan persoalan tersebut dan mengantisipasi

timbulnya permasalahan baru yang sudah diperkirakan sebelumnya. (Warpani,

1995).

8

Page 4: BAB II Tarikan Perjalanan

2.1.2 Konsep Perencanaan Transportasi

Terdapat beberapa konsep perencaaan transportasi yang telah berkembang

sampai dengan saat ini, yang paling popular adalah ‘Model Perencanaan

Transportasi Empat Tahap’. Model perencanaan ini merupakan gabungan dari

beberapa seri submodel yang masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan

berurutan. Sub model tersebut adalah :

a. Aksesibilitas

b. Bangkitan dan tarikan pergerakan

c. Sebaran pergerakan

d. Pemilihan moda

e. Pemilihan rute

f. Arus lalu lintas dinamis

(Ofyar Z. Tamin, 1997)

Model perencanaan transportasi empat tahap atau four stages transport model

terdiri dari:

a. Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip generation)

b. Distribusi pergerakan lalu lintas (Trip distribution)

c. Pemilihan moda (Modal choice/Modal split)

d. Pembenanan lalu lintas (Trip assignment)

2.1.3 Kedudukan Bangkitan Perjalanan dalam Perencanaan Transportasi

Bangkitan perjalanan merupakan salah satu tahap dalam suatu perencanaan

transportasi, yaitu terdapat pada tahap pertama dari rangkaian tahapan

perencanaan transportasi. Pada dasarnya bangkitan perjalanan dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a Home base trip, pergerakan yang berbasis rumah. Artinya perjalanan yang

dilakukan berasal dan rumah dan kembali ke rumah.

b Non home base trip, pergerakan berbasis bukan rumah. Artinya perjalanan

yang asal dan tujuannya bukan rumah.

9

Page 5: BAB II Tarikan Perjalanan

Pernyataan di atas menyatakan bahwa ada dua jenis zona yaitu zona yang

menghasilkan pergerakan (trip production) dan zona yang menarik suatu

pergerakan (trip attraction). Defenisi trip attraction dan trip production adalah:

a Bangkitan perjalanan (trip production) adalah suatu perjalanan yang

mempunyai tempat asal dari kawasan perumahan ditata guna tanah

tertentu.

b Tarikan perjalanan (trip attraction) adalah suatu perjalanan yang berakhir

tidak pada kawasan perumahan tata guna tanah tertentu.

Kawasan yang membangkitkan perjalanan adalah kawasan perumahan sedangkan

kawasan yang cenderung untuk menarik perjalanan adalah kawasan perkantoran,

perindustrian, pendidikan, pertokoan dan tempat rekreasi. Bangkitan dan tarikan

perjalanan dapat dilihat pada diagram berikut (Tamin,1997).

Gambar 2.1. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan

2.4 Bangkitan Perjalanan

Bangkitan Perjalanan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang

memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna

lahan atau jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona

(Tamin, 1997).

Bangkitan Perjalanan (Trip Generation) adalah banyaknya lalu lintas yang

ditimbulkan oleh suatu zona atau tata guna lahan persatuan waktu (Wells, 1975).

10

Page 6: BAB II Tarikan Perjalanan

Bangkitan Perjalanan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan yang

terjadi dalam satuan waktu pada suatu zona tata guna lahan (Hobbs, 1995).

Bangkitan Perjalanan (Trip Generation) dipergunakan untuk suatu

perjalanan berbasis rumah yang tempat asal dan/atau tujuam adalah rumah atau

pergerakan yang dibangkitan oleh pergerakan berbasis bukan rumah.

Gambar 2.2. Bangkitan Perjalanan ( Wells, 1975 )

2.5 Tarikan Perjalanan

Tarikan perjalanan ini berhubungan dengan penentuan jumlah perjalanan

keseluruhan yang dibangkitkan oleh sebuah kawasan. Trip generation terbagi atas

dua bagian yaitu trip pruduction (pruduksi perjalanan) dan trip attraction (tarikan

perjalanan). Production adalah perjalanan yang berakhir di rumah pada perjalanan

yang berasal dari rumah (home-base trip) atau berakhir di tempat asal pada

perjalanan yang tidak berasal dari rumah (non home- based trip). Attraction

adalah perjalanan yang berakhir tidak di rumah pada perjalanan yang berasal dari

rumah atau berakhir di tempat tujuan (Levinson, 1976).

Tarikan perjalanan adalah jumlah pergerakan perjalanan yang terjadi

menuju ke lokasi tertentu setiap satuan waktu. Dalam hal ini adalah jumlah

pergerakan yang menuju lokasi studi setiap harinya. Jumlah perjalanan sebagai

variable dependen diperkirakan akan dipengaruhi oleh jumlah penghuni gedung,

luas lantai, kepemilikan kendaraan, dan intensitas kegiatan yang dalam hal ini

adalah jumlah mata kuliah (Munawar, 2000).

11

Page 7: BAB II Tarikan Perjalanan

Dalam buku Perencanaan dan Pemodelan Transportasi karangan Ofyar

Z.Tamin dituliskan bahwa tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang

tertarik menuju ke suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang

tertarik.

Menurut Ortuzar dan Willumsen (1994), permasalahan tarikan dan hasil

perjalanan (generated traffic) dapat didekati dengan pendekatan supply dan

demand. Supply adalah tersedianya prasarana jalan, seperti: badan jalan, trotoar,

tempat penyeberangan, alat pemberi isyarat pejalan kaki. Demand adalah

besarnya permintaan pergerakan kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki. Perubahan

grafik supply dan demand akan mengubah titik – titik keseimbangan yang terjadi.

Jika supply lebih besar daripada demand, maka prasarana yang ada menjadi

berlebihan; jalan, trotoar dan tempat parkir pun lengang. Jika supply lebih kecil

daripada demand, maka prasarana yang ada menjadi terbatas; jalan, trotoar dan

tempat parkir pun menjadi semrawut.

Pertokoan, perkantoran, dan tempat hiburan menarik dan menghasilkan

perjalanan. Tarikan dan hasil perjalanan biasa disebut bangkitan perjalanan

(generated traffic). Bangkitan perjalanan yang tidak diwadahi dengan baik dapat

menimbulkan banyak dampak.

Gambar 2.3 Tarikkan Pergerakkan

(Sumber : Ofyar Z. Tamin, 2000)

Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalu lintas berupa

jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya

kendaraan/jam. Kita dapat dengan mudah menghitung jumlah orang atau

12

Zona 1

Zona 2

Page 8: BAB II Tarikan Perjalanan

kendaraan yang masuk atau keluar dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari

(atau satu jam) untuk mendapatkan bangkitan dan tarikan pergerakan. Bangkitan

dan tarikan lalu lintas tersebut tergantung pada dua aspek tata guna lahan:

a Jenis tata guna lahan

b Jumlah aktivitas (dan intensitas) pada tata guna lahan tersebut

2.6 Model Interaksi Transportasi dan Penggunaan Lahan

Pergerakan arus manusia, kendaraan, dan barang mengakibatkan berbagai

macam interaksi. Akan tetapi, hampir semua interaksi memerlukan perjalanan,

dan oleh sebab itu menghasilkan pergerakan arus lalu lintas.

Pergerakan orang dan barang di kota, menunjukkan pada arus lalu lintas,

adanya hubungan konsekuensi antara aktivitas lahan dan kemampuan sistem

transportasi untuk menangani arus lalu lintas ini. Secara alami, ada interaksi

langsung antara tipe dan intensitas tata guna lahan dan penyediaan fasilitas

transportasi yang tersedia. Satu tujuan utama perencanaan tata guna lahan dan

sistem transportasi adalah untuk memastikan bahwa ada keseimbangan yang

efisien antara tata guna lahan dan kemampuan transportasi. (Blunden dan Black,

1984).

Secara umum hubungan antara tata guna lahan dan transportasi dapat dilihat

pada gambar 2.4, dimana pembangunan suatu areal lahan akan menyebabkan

timbulnya lalu lintas yang akan mempengaruhi prasarana transportasi, sebaliknya

adanya prasarana transportasi yang baik akan mempengaruhi pola pemanfaatan

lahan. Interaksi ketiga sub sistem tersebut akan dipengaruhi oleh peraturan dan

kebijakan perencanaan transportasi.

Gambar 2.4 Interaksi tata guna lahan dengan transportasi

( Sumber : Warpani,1990)

13

Page 9: BAB II Tarikan Perjalanan

Ket : Hubungan pengaruh

Umpan balik

Perencanaan transportasi tanpa pengendalian tata guna lahan adalah sia-sia

karena perencanaan transportasi pada dasarnya adalah usaha untuk mengantisipasi

kebutuhan akan pergerakan di masa mendatang dan faktor aktivitas yang

direncanakan merupakan dasar analisisnya. Skema interaksi hubungan

transportasi dan penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini:

Gambar 2.5 Skema Hubungan Transportasi dan Penggunaan Lahan

2.7 Landasan Konsep Tarikan Lalu Lintas

Analisis bangkitan pergerakan digunakan untuk mengetahui tingkat

intensitas pelaku perjalanan dari dan ke sebuah tata guna lahan yang sekaligus

juga untuk mengukur intensitas tata guna lahan tersebut (Hutcinson,1974).

Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan

aliran lalu lintas. Bangkitan lalu lintas ini mencakup :

a) Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi.

b) Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi.

Hasil keluaran dari perhitungan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan,

orang atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraan/jam. Kita dapat

dengan mudah menghitung jumlah orang atau kendaraanyang masuk atau keluar

dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari (atau satu jam) untuk mendapatkan

14

Page 10: BAB II Tarikan Perjalanan

tarikan pergerakan. Tarikan lalu lintas tersebut tergantung pada dua aspek tata

guna lahan :

a) Jenis tata guna lahan

b) Jumlah aktifitas dan intensitas pada tata guna lahan tersebut

Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan, dan komersial)

mempunyai ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda yaitu :

a) Jumlah arus lalu lintas

b) Jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk atau mobil)

c) Lalu lintas pada waktu tertentu (sekolah menghasilkan arus lalu lintas

pada pagi dan siang hari, pertokoan menghasilkan arus lalu lintas di

sepanjang hari)

2.7.1 Kriteria analisa dampak lalu lintas (ANDALALIN)

Besarnya tingkat bangkitan dan tarikan lalu lintas pada dasarnya

ditentukan oleh jenis dan besaran peruntukan lahan. Jenis dan besaran peruntukan

lahan ini nantinya akan dikaji sejauh mana akan terjadinya dampak setelah adanya

kegitatan yang diakibatkan oleh pengembangan kawasan yang di inginkan.Studi

andalalin adalah studi yang meliputi kajian terhadap jaringan jalan yang

terpengaruh oleh pengembangan kawasan, sejauh radius tertentu. Kewajiban

melakukan studi andalalin tergantung pada bangkitan lalu lintas yang ditimbulkan

oleh pengembangan kawasan.Menurut PP No. 32 Tahun 2011 menyatakan di

Pasal 47, setiap rencana pembangunan pusat kegiatan, permukiman,dan

infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan wajib dilakukan analisis

dampak lalu lintas. Besarnya tingkat bangkitan lalu lintas tersebut ditentukan oleh

jenis dan besaran peruntukan lahan. Ukuran minimal pembangunan pusat kegitaan

maupun pengembangan kawasan dan peruntukan lahan yang berada pada ruas

jalan nasoinal, yang wajib melakukan studi Anaslisa dampak lalu lintas adalah

sebagai berikut:

15

Page 11: BAB II Tarikan Perjalanan

Tabel 2.2 Ukuran Analisa Dampak Lalu Lintas

Peuntukan lahan Ukuran minimal kawasan yang wajib

ANDALALIN

Permukiman 50 unit

Apartemen 50 unit

Perkantoran 1000 m² luas lantai bangunan

Pusat perbelanjaan 500 m² lantai bangunan

Hotel / motel / penginapan 50 kamar

Rumah sakit 50 tempat tidur

Klinik bersama 10 ruang praktek dokter

Sekolah / universitas 500 siswa

Tempat kursus Bangunan dengan kapasitas 50

siswa/perwaktu

Indutri / pergudangan 2500 m² luas lantai bangunan

Restaurant 100 tempat duduk

Tempat pertemuan/tempat hiburan /

pusat olahraga

Kapasitas 100 tamu / 100 tempat

duduk

Terminal pertemuan / poll kendaraan /

gedung parkir

Wajib

Pelabuhan / bandara Wajib

SPBU 4 selang pompa

Bengkel kendaraan bemotor / bemobil 2000 m² luas lantai bangunan

Drive-thru bank / pencucian mobil /

pencucian motor

Wajib

Sumber: Dirjen Perhubungan Darat (Pedoman Teknis Andalalis Dampak Lalu

Lintas)

16

Page 12: BAB II Tarikan Perjalanan

Kelancaran arus lalu lintas merupakan komponen penting dalam

terciptanya kenyamanan pengguna jalan.Arus lalu lintas dikatakan lancar apabila

dalam prakteknya tidak terjadinya gangguan atau kemacetan dalam melewati ruas

jalan yang akan dilalui. Tetapi dalam prakteknya sekarang ini masalah lalu lintas

sudah semakin rumit di Indonesia. Angka pertumbuhan pemilik kendaraan

bermotor semakin meningkat, tingkat pelayanan jalan yang semakin buruk dan

aktivitas (kegiatan) manusia sendiri yang semuanya mengakibatkan efektivitas

pelayanan jalan semakin berkurang.Volume lalu-lintas adalah jumlah kendaraan

yang melewati suatu titik per satuan waktu pada lokasi tertentu. Volume lalu

lintas rata-rata adalah jumlah kendaraan rata-rata dihitung menurut satu satuan

waktu tertentu. Volume lalu lintas harian rata-rata biasanya dibagi menjadi 2,

yaitu:

1. Average daily traffic volume (ADT) dalam bahasa Indonesia dikatakan

sebagai Volume lalu lintas harian rata-rata/LHR

2. Annual average daily traffic volume (AADT) dalam Indonesia disebut

Volume lalu lintas harian rata-rata tahunan/LHRT Untuk mengukur jumlah

arus lalu lintas, biasanya dinyatakan dalam kendaraan per hari, smp per jam,

dan kendaraan per menit. Persamaan yang digunakan untuk menghitung

volume lalu lintas adalah sebagai berikut:

Q = (Qi x emp)

Dimana:

Q = volume lalu lintas (smp/jam)

Qi = volume lalu lintas (kend/jam)

emp = faktor ekivalen kendaraan

Kendaraan yang dimaksud disini dibagi menjadi beberapa katergori, yaitu:

a. Kendaraan Ringan (LV) termasuk didalamnya mobil penumpang,

minibus, pik-up, truk kecil dan jeep,

b. Kendaraan Berat (HV) termasuk truk dan bus

c. Sepeda Motor (MC)

17

Page 13: BAB II Tarikan Perjalanan

Satuan Mobil Penumpang (smp) yang digunakan untuk jalan kota

berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) ditunjukkan dalam tabel

berikut:

Tabel 2.3 EMP untuk jalan perkotaan tak terbagi

Tipe jalan : jalan

tak terbagi

Arus lalu lintas

total dua arah

(kend/jam)

EMP

HV MC

Lebar jalur lalu lintas WC (m)

≤ 6 ≥6

Dua lajur tak

terbagi (2/2 UD

0 1.3 0.5 0.40

≥1800 1.2 0.15 0.25

Empat lajur tak

terbagi (4/2 UD)

0 1.3 0.40

≥3700 1.2 0.25

(Sumber: manual kapasitas jalan Indonesia, 1997)

Tabel 2.4 emp untuk jalan perkotaan terbagi dan satu arah

Tipe jalan : jalan satu

arah dan terbagi

Arah lalu lintas per

lajur (kend/jam)

EMP

HV MC

Dua lajur satu arah

(2/1)

0 1.3 0.40

Empat Lajur terbagi (4/2D)

≥1050 1.2 0.25

Tiga lajur satu arah

(3/1)

0 1.3 0.40

Enam lajur terbagi (6/2D)

≥1100 1.2 0.25

(Sumber: manual kapasitas jalan Indonesia, 1997)

18

Page 14: BAB II Tarikan Perjalanan

2.7.2 Kinerja Lalu Lintas

Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan

yang dapat dipertahankan persatuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua-

lajur dua-arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah),

tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah dan kapasitas

ditentukan per lajur. Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp).

Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut:

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Dimana:

C = Kapasitas (smp/jam)

Co = Kapasitas dasar (smp/jam)

FCw = Faktor penyesuaian lebar jalan

FCsp = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)

FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb

FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota

a. Kapasitas Dasar

Kapasitas dasar jalan tergantung pada tipe jalan, jumlah lajur dan apakah

jalan dipisahkan dengan pemisah fisik atau tida. Untuk nilai dari kapasitas

dasar jalan dapat kita lihat dalam tabel di bawah berikut:

Tabel 2.5 Kapasitas dasar jalan

Tipe jalan Kapasitas dasar

(smp/jam)

Catatan

Empat lajur terbagi atau

jalan satu arah

1650 Per lajur

Empat lajur tak terbagi 1500 Per lajur

Dua lajur tak terbagi 2900 Total dua arah

( Sumber: manual kapasitas jalan Indonesia, 1997 )

19

Page 15: BAB II Tarikan Perjalanan

b. Faktor Penyesuaian Lebar Jalan

Faktor penyesuaian akibat lebar jalan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.6 Penyesuaian kapasitas untuk pengaruh lebar jalur lalu-lintas untuk jalan

perkotaan (FCw)

Tipe jalan Lebar jalur lalu lintas

efektif (WC) (m)

Fcw

Empat lajur terbagi Per lajur

Jalan satu arah 3.00 0.92

3.25 0.96

3.50 1.00

3.75 1.04

4.00 1.08

Per lajur

Empatlajur tak terbagi 3.00 0.91

3.25 0.95

3.50 1.00

3.75 1.05

4.00 1.09

Total dua arah

Dua lajur tak terbagi 5 0.56

6 0.87

7 1.00

8 1.14

9 1.25

10 1.29

11 1.34

( Sumber: manual kapasitas jalan Indonesia, 1997 )

20

Page 16: BAB II Tarikan Perjalanan

c. Faktor Penyesuaian Pemisah Arah

Faktor koreksi penyesuaian pemisah arah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.7 Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FCsp)

Pemisah arah SP %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30

FCSP

Dua lajur

2/2

1.00 0/97 0.94 0.91 0.88

Dua lajur

2/2

1.00 0.985 0.97 0.955 0.94

(Sumber: manual kapasitas jalan Indonesia, 1997)

d. Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb

Faktor koreksi penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb dapat dilihat

dalam tabel dibawah ini

Tabel 2.8 Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hambatan samping dan

jarak kereb penghalang (FCsf) jalan perkotaan dengan kereb

Tipe jalan Kelas hambatan

samping

Faktor penyesuain untik hambatan

samping dan jarak kereb penghalang

FCSF

Jarak : kereb penghalang WK

<0.5

1.0 1.5 >2.0

4/2 D VL 0.95 0.97 0.99 1.01

L 0.94 0.96 0.98 1.00

M 0.91 0.93 0.95 0.98

H 0.86 0.89 0.92 0.95

VH 0.81 0.85 0.88 0.92

4/2 UD VL 0.95 0.97 0.99 1.01

L 0.93 0.95 0.97 1.00

M 0.90 0.92 0.95 0.97

21

Page 17: BAB II Tarikan Perjalanan

H 0.84 0.87 0.90 0.93

VH 0.77 0.81 0.85 0.90

2/2 UD VL 0.93 0.95 0.97 0.99

L 0.90 0.92 0.95 0.97

M 0.86 0.88 0.91 0.94

H 0.78 0.81 0.84 0.88

VH 0.68 0.72 0.77 082

( Sumber: manual kapasitas jalan Indonesia, 1997 )

e. Faktor penyesuaian ukuran kota

Untuk tabel koreksi faktor penyesuaian ukuran kota dapat dilihat dalam tabel

dibawah ini:

Tabel 2.9 Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCcs) pada jalan

perkotaan

Ukuran kota (juta penduduk) Faktor penyesuaian untuk ukuran

kota

<0.1 0.86

0.1-0.5 0.90

0.5 – 1.0 0.94

1.0 – 3.0 1.00

>3.0 1.04

( Sumber: manual kapasitas jalan Indonesia, 1997 )

Derajat kejenuhan adalah rasio arus terhadap kapasitas jalan. Biasanya digunakan

sebagai faktor kunci dalam penentuan perilaku lalu lintas pada suatu segmen jalan

dan simpang. Dari nilai derajat kejenuhan ini dapat diketahui apakah segmen

jalan tersebut akan memiliki masalah kapasitas atau tidak. Menurut MKJI 1997

persamaan untuk mencari besarnya nilai kejenuhan adalah sebagai berikut :

DS = qc

Dimana :

DS = derajat kejenuhan

22

Page 18: BAB II Tarikan Perjalanan

Q = volume kendaraan (smp/jam)

C = kapasitas jalan (smp/jam)

Jika nilai DS < 0.85 maka jalan tersebut masih layak,tetapi jika DS > 0.85 maka

diperlukan penanganan pada jalan tersebut untuk mengurangi kepadatan.Tingkat

pelayanan menyatakan tingkat kualitas arus lalu lintas yang sesungguhnya terjadi.

Tingkat ini dinilai oleh pengemudi atau penumpang berdasarkan tingkat

kemudahan dan kenyamanan pengemudi melalui prasarana yang ia gunakan.

Penilaian kenyamanan mengemudi dilakukan berdasarkan kebebasan memilih

kecepatan dan kebebasan bergerak (maneuver). Untuk mengetahui kinerja jalan

dapat diketahui dari tingkat pelayanan dari jalan yang ada.Berdasarkan MKJI

1997, ditetapkan bahwa untuk kondisi normal nilai V/C > 0,85 yang terjadi pada

suatu segmen jalan dinyatakan bermasalah. Masalah dimaksud adalah

keterbatasan kapasitas atau keterbatasan volume akibat gangguan pergerakan di

sepanjang ruas jalan yang ditinjau.

2.8 Konsep Permodelan Pergerakan

Model adalah alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk

mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia sebenarnya) secara

terukur, beberapa diantaranya adalah:

a) Model fisik (model arsitek, model teknik, wayang golek dan lain-lain)

b) Model peta dan diagram

c) Model statistik dan matematik (fungsi atau persamaan) yang dapat

menerangkan secara terukur beberapa aspek fisik, sosial ekonomi atau

model transportasi.

Perencanaan dan pemodelan transportasi umumnya menggunakan model

grafis dan matematis. Model grafis untuk mengilustrasikan terjadinya pergerakan

(arah dan besarnya) yang terjadi dan beroperasi secara spasial (ruang). Model

matematis menggunakan persamaan atau fungsi matematika sebagai media untuk

mencerminkan realita. Pemakaian model matematis dalam perencanaan

transportasi mempunyai beberapa keuntungan yaitu sewaktu pembuatan

23

Page 19: BAB II Tarikan Perjalanan

formulasi, kalibrasi serta penggunaannya membuat para perencana dapat belajar

melalui eksperimen tentang kelakuan dan mekanisme internal yang dianalisis.

Menurut Black (1981), salah satu alasan menggunakan model matematik

untuk mencerminkan sistem karena matematik adalah bahasa yang jauh lebih

tepat dibandingkan dengan bahasa verbal. Ketepatan yang didapat dari

penggantian kata dengan simbol sering menghasilkan penjelasan yang lebih baik

daripada penjelasan dengan bahasa verbal.

Pemodelan transportasi hanya merupakan salah satu unsur dalam

perencanaan transportasi. Lembaga pengambil keputusan, administrator,

masyarakat, peraturan dan penegak hukum merupakan unsur lain yang harus

berjalan dengan baik sehingga tercipta perencanaan transportasi yang baik.

Tujuan dasar tahap bangkitan pergerakan adalah menghasilkan model

hubungan yang mengaitkan tata guna lahan dengan jumlah pergerakan yang

menuju ke suatu zona atau jumlah pergerakan yang meninggalkan suatu zona.

Zona asal dan tujuan pergerakan biasanya juga menggunakan istilah trip end

(Ofyar. Z Tamin, 1997)

Pemilihan metode tergantung pada tujuan model karena setiap tujuan model

membutuhkan sifat statistik yang berbeda. Tujuan pembuatan model antara lain:

a) Untuk menguji teori ekonomi

b) Untuk mengevaluasi berbagai alternatif kebijakan

c) untuk meramalkan kondisi di masa mendatang

2.9 Teknik Sampling

Rancangan sampling adalah metode untuk memilih sampel yang dapat

digunakan untuk menghasilkan himpunan data sampel kita. Tujuan utama dari

setiap rancangan sampling adalah memberikan pedoman untuk memilih sampel

yang mewakili populasi, sehingga dapat menyediakan sejumlah informasi tentang

populasi dengan biaya minimum.

Menurut Amudi Pasaribu (1965), pengambilan sampel yang juga disebut

sebagai penarikan sampel, bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai

24

Page 20: BAB II Tarikan Perjalanan

populasi dengan mengamati sebagian saja dari populasi tersebut. Pengambilan

sampel didasarkan pada anggapan - anggapan bahwa pada suatu populasi terdapat

perbedaan - perbedaan atau simpangan - simpangan antara anggota- anggota

populasi, yaitu perbedaan sifat- sifat anggota dan sifat umum populasi tersebut.

Setiap anggota populasi dianggap berbeda dengan keadaan rata-rata dari populasi

tersebut.

Jika pengamatan dalam populasi itu dinyatakan dengan bilangan, maka

sebagian dari anggota populasi tersebut lebih kecil dan sebagian lagi lebih besar

dari harga rata - rata. Apabila dilihat secara keseluruhan, maka perbedaan itu tidak

terlalu nampak dan yang kelihatan pada umumnya adalah harga rata- ratanya.

Teori pengambilan sampel didasarkan atas adanya pengaruh saling

menghilangkan diantara anggota populasi tadi.

2.9.1.Cara penarikkan sample

Berkaitan dengan pengambilan sampel untuk survey transportasi, Ortuzar

dalam bukunya Modelling transport pada bab data collection methods

memberikan ukuran sampel yang di gunakan berdasarkan besarnya populasi yang

ada seperti pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Ukuran sampel yang direkomendasikan pada survey tradisional

Besar Populasi Ukuran Sampel

Direkomendasikan Minimum

<50.000 1/5 1/10

50.000 - 150.000 1/8 1/20

150.000 - 300.000 1/10 1/35

300.000 - 500.000 1/15 1/50

500.000 - 1.000.000 1/20 1/70

>1.000.000 1/25 1/100

( Sumber : Ortuzar, J.D and Willumsem, L.G (1994))

25

Page 21: BAB II Tarikan Perjalanan

Pengambilan sampel ini juga merujuk pada buku Survey Methods For

Transport Planning oleh Richardson, Ampt & Meyburg yang memberikan

rekomendasi mengenai kecukupan ukuran sampel pada survey, yang bertujuan

untuk mendapatkan suatu nilai dari parameter yang dicari sebesar 10% dari

populasi yang dimaksud.

2.9.2. Kesalahan dalam Sampling

Ada tiga sumber kesalahan dalam survey sampel, sumber yang paling

umum adalah variasi acak (random variation), misalkan dalam pemilihan suatu

sampel acak rumah tangga kebetulan semua yang dipilih berada dalam kelompok

yang berpendapatan tinggi. Satu sumber kesalahan lainnya dalam survey sampel

adalah spesifikasi populasi. Kesalahan yang disebabkan oleh spesefikasi populasi

dapat muncul dari sumber- sumber, misalnya: daftar unsur populasi yang tidak

benar, pemilihan anggota sampel yang keliru, kesalahan dalam pengumpulan

informasi tentang sam pel ataupun kesalahan dalam memproses informasi sampel.

Sumber kesalahan tambahan dalam survey sampel adalah disebabkan oleh

non-respon dari beberapa anggota sampel. Merupakan hal yang umum bagi para

lapisan - lapisan serupa dari populasi, padahal sebenarnya ini merupakan kasus

yang jarang terjadi.Peneliti untuk mengasumsikan bahwa responden dan

nonresponden mewakili lapisan-lapisan serupa dari populasi, padahal sebenarnya

ini merupakan kasus yang jarang terjadi.

2.10 Metode Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan

karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh

oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.

Dengan menggunakan kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang

ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau

terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara.

26

Page 22: BAB II Tarikan Perjalanan

Penggunaan kuesioner tepat bila :

1. Responden (orang yang merenpons atau menjawab pertanyaan) saling

berjauhan.

2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila

mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui

atau tidak menyetujui suatu fitur khusu dari sistem yang diajukan.

3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh

pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.

4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa

diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut.

2.10.1. Jenis Pertanyaan Dalam Kuesioner

Perbedaaan pertanyaan dalam wawancara dengan pertanyaan dalam

kuesioner adalah dalam wawancara memungkinkan adanya interaksi antara

pertanyaan dan artinya. Dalam wawancara analis memiliki peluang untuk

menyaring suatu pertanyaan, menetapkan istilah-istilah yang belum jelas,

mengubah arus pertanyaan, memberi respons terhadap pandanmgan yang rumit

dan umumnya bisa mengontrol agar sesuai dengan konteksnya. Beberapa diantara

peluang-peluang diatas juga dimungkinkan dalam kuesioner. Jadi bagi

penganalisis pertanyaan-pertanyaan harus benar-benar jelas, arus pertanyaan

masuk akal, pertanyaan-pertanyaan dari responden diantisipasi dan susunan

pertanyaan direncanakan secara mendetail.

Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner adalah :

1. Pertanyaan Terbuka : pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihan-

pilihan respons terbuka kepada responden. Pada pertanyaan terbuka

antisipasilah jenis respons yang muncul. Respons yang diterima harus

tetap bisa diterjemahkan dengan benar.

2. Pertanyaan Tertutup : pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau

menutup pilihan-pilihan respons yang tersedia bagi responden.

27

Page 23: BAB II Tarikan Perjalanan

2.10.2. Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa untuk

kuesioner adalah sebagai berikut :

1. Gunakan bahasa responden kapanpun bila mungkin. Usahakan agar

kata-katanya tetap sederhana.

2. Bekerja dengan lebih spesifik lebih baik daripada ketidak-jelasan

dalam pilihan kata-kata. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan

spesifik.

3. Pertanyaan harus singkat.

4. Jangan memihak responden dengan berbicara kapada mereka dengan

pilihan bahasa tingkat bawah.

5. Hindari bias dalam pilihan kata-katanya. Hindari juga bias dalam

pertanyaan –pertanyaan yang menyulitkan.

6. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat (maksudnya orang-

orang yang mampu merespons). Jangan berasumsi mereka tahu

banyak.

7. Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknis cukup

akurat sebelum menggunakannya.

8. Gunakan perangkat lunak untuk memeriksa apakah level bacaannya

sudah tepat bagi responden.

2.10.3. Jenis Pertanyaan Dalam Kuesioner

Penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol

terhadap suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut

28

Page 24: BAB II Tarikan Perjalanan

atau karakteristik tersebut. Alasan penganalisis sistem mendesain skala adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab

kuesioner.

2. Agar respoden memilih subjek kuesioner.

Ada empat bentuk skala pengukuran , yaitu :

1. Nominal 

Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala

nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah, umumnya

semua analis bisa menggunakannya untuk memperoleh jumlah total

untuk setiap klasifikasi. Contoh : Apa jenis perangkat lunak yang

paling sering anda gunakan ? 1 = Pengolah kata, 2 = Spreadsheet, 3 =

Basis Data, 4 = Program e-mail.

2. Ordinal

Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan

dilakukannya kalsifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga

menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena

satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya.

3. Interval

Skala interval memiliki karakteristik dimana interval di antara masing-

masing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini,

operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner,

sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap.

4. Rasio

Skala rasio hampis sama dengan skala interval dalam arti interval-

interval di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio memiliki nilai

absolut nol. Skala rasio paling jarang digunakan.

29

Page 25: BAB II Tarikan Perjalanan

2.10.4. Merancang Kuesioner

Merancang formulir-formulir untuk input data sangat penting, demikian

juga merancang format kuesioner juga sangat penting dalam rangka

mengumpulkan informasi mengenai sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik.

1. Format kuesioner sebaiknya adalah :

Memberi ruang kosong secukupnya.

Menunjuk pada jarak kosong disekeliling teks halaman atau layar.

Untuk meningkatkan tingkat respons gunakan kertas berwarna putih

atau sedikit lebih gelap, untuk rancangan survey web gunakan

tampilan yang mudah diikuti, dan bila formulirnya berlanjut ke

beberapa layar lainya agar mudah menggulung kebagian lainnya.

Memberi ruang yang cukup untuk respons.

Meminta responden menandai jawaban dengan lebih jelas.

Menggunakan tujuan-tujuan untuk membantu menentukan format.

Konsisten dengan gaya.

2. Urutan Pertanyaan.

Dalam menurutkan pertanyaan perlu dipikirkan tujuan digunakannya

kuesioner dan menentukan fungsi masing-masing pertanyaan dalam

membantu mencapai tujuan.

Pertanyaan-pertanyaan mengenai pentingnya bagi responden untuk

terus, pertanyaan harus berkaitan dengan subjek yang dianggap

responden penting.

Item-item cluster dari isi yang sama.

30

Page 26: BAB II Tarikan Perjalanan

Menggunakan tendensi asosiasi responden.

Kemukakan item yang tidak terlalu kontroversial terlebih dulu.

2.11 Analisis Regresi

Metode analisis ini merupakan salah satu dari model-model yang tergabung

di dalam model statistik matematika. Metode ini merupakan alat analisis statistik

uang menganalisis faktor-faktor penentu yang menimbulkan suatu kejadian atau

kondisi tertentu yang diamati, sekaligus menguji sejauh manakah kekuatan faktor-

faktor penentu yang dimaksudkan berhubungan dengan kondisi yang ditimbulkan

/ diciptakannya. Peramalan jumlah perjalanan dikawasan perkotaan pada tahap

bangkitan perjalanan, akan menggunakan metoda ini untuk seluruh perjalanan

berbasis zona dan berbasis rumah, serta perjalanan antar kota. Untuk perjalanan

berbasis zona metode analisis regresi linear menganalisis bagai mana hubungan

antara variabel-variabel bebas berupa karateristik sosio-ekonomi zona ( guna

lahan ) dengan variabel terikat berupa jumlah arus lalu-lintas ( perjalanan) dari

zona asal yang diamati ke zona tujuan yang diamati dan juga menghasilkan hasil

berupa angka perkiraan jumlah perjalanan dari asal ke tujuan yang ditimbulkan

oleh karateristik-karateristik sosio-ekonomi zona untuk perjalanan yang berbasis

zona dan karateristik-karateristik sosio-ekonomi rumah tangga untuk perjalanan

berbasis rumah.

Metode analisis regresi digunakan untuk menghasilkan hubungan antara

dua variabel atau lebih dalam bentuk numerik, dan untuk melihat bagaimana dua

atau lebih peubah saling berkait, dimana telah diketahui variabel mana yang

variasinya dipengaruhi oleh variabel lainnya dan variabel mana yang

mempengaruhinya. Persamaan regresi ini merupakan persamaan garis yang paling

31

Page 27: BAB II Tarikan Perjalanan

mewakili hubungan antara dua variabel tersebut. Beberapa asumsi statistik yang

diperlukan dalam melakukan analisis regresi tersebut adalah :

a) Variabel tak bebas, adalah fungsi linear dari variabel bebas. Jika hubungan

tersebut tidak linear, data kadang-kadang harus ditransformasikan agar

menjadi linear.

b) Variabel, terutama variabel bebas adalah tetap atau diukur tanpa

kesalahan.

c) Tidak ada korelasi antara variabel bebas.

d) Variansi dari variabel tak bebas terhadap garis regresi adalah sama untuk

seluruh nilai variabel tak bebas.

e) Nilai variabel tak bebas harus berdistribusi normal atau mendekati normal.

f) Nilai peubah bebas sebaiknya merupakan besaran yang relatif mudah

diproyeksikan.

2.11.1. Analisis Regresi Sederhana (Simple Linear Regresion Analysis)

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah suatu variabel dapat

dipergunakan untuk memprediksi atau meramalkan variabel lain, Jika suatu

variabel tak bebas (dependent variable) bergantung pada satu variable bebas

(independent variable), hubungan antara kedua variabel disebut analisis regresi

sederhana. Bentuk matematis dari analisis regresi sederhana adalah:

Y = a + bX ........................................................................ (2-2)Atau Q = a + bTGL + e

dimana :

Y atau Q = Variabel terikat yang akan diramalkan besarannya

(dependent variable) atau dalam studi transportasi berupa jumlah

perjalanan ( lalu-lintas ) manusia, kendaraan, dan barang dari titik asal

ke titik tujuan yang akan diperkirakan.

x atau TGL = variabel bebas ( independent variable ) berupa factor

yang berpengaruh terhadap timbulnya jumlah perjalanan (lalu-lintas)

32

Page 28: BAB II Tarikan Perjalanan

seperti karateristik sosio-ekonomi zona, dengan asumsi faktor lain

yang tidak berpengaruh ( disebut juga explanatory variable )

a = Parameter konstanta ( constant parameter ) yang artinya, kalau x

atau TGL sama dengan nol dalam arti tidak berubah / tetap, maka Y

atau jumlah perjalanan sama dengan a.

b = Parameter koofisien ( coefficient parameter) berupa nilai yang

akan dipergunakan untuk meramalkan Y atau Q.

e = Nilai kesalahan yang mewakili seluruh factor-faktor yang kita

anggap tidak mempengaruhi ( disturbance term ).

Y = variabel dependen (tidak bebas)

X = variabel independen (bebas)

a = intercept (konstanta)

b = koefisien variabel independen (bebas)

Koefisien-koefisien regresi a dan b untuk regresi linear dapat dihitung

dengan rumus :

2.11.2. Analisis Regresi Linier Berganda

Konsep ini merupakan pengembangan lanjutan dari uraian sebelumnya,

khususnya pada kasus yang mempunyai lebih banyak perubah bebas dan

parameter b. Hal ini sangat diperlukan dalam realita yang menunjukkan bahwa

beberapa perubah tata guna lahan secara simultan ternyata mempengaruhi

bangkitan dan tarikan pergerakan. Persamaan regresi linear berganda merupakan

33

Page 29: BAB II Tarikan Perjalanan

persamaan matematik yang menyatakan hubungan antara sebuah variabel tak

bebas dengan variabel bebas.

Bentuk umum dari persamaan regresi linear berganda untuk menggambarkan

bangkitan atau tarikan pergerakan adalah:

dimana :

Y = variabel dependen (tidak bebas)

A = konstanta

b1,b2,…,bn = koefisien variabel independen (bebas)

X1,X2,…,Xn = variabel independen (bebas)

a0, a1, a2,....,bk merupakan koefisien regresi yang harus ditentukan berdasarkan

data hasil pengamatan. Koefisien tersebut ditentukan dengan metode kuadrat

terkecil seperti halnya menentukan koefisien a dan b pada analisis regresi linear

sederhana. Regresi linear berganda dengan dua variabel dapat dinyatakan dengan

persamaan:

Sehingga terdapat tiga persamaan yang harus diselesaikan dalam mencari a0, a1

dan a2 yang berbentuk sebagai berikut:

Sumber : (Sudjana, 1975)

2.12 Tahapan Uji Statistik Dalam Model

34

Page 30: BAB II Tarikan Perjalanan

Menurut Ofyar Z. Tamin, dalam melakukan analisis tarikan pergerakan

dengan menggunakan model analisis regresi berbasis zona, terdapat tahapan uji

statistik yang mutlak harus dilakukan agar model bangkitan pergerakan yang

dihasilkan dinyatakan absah. Uji statistik tersebut meliputi :

2.12.1. Uji Korelasi

Uji statistik ini harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan model

matematis, dimana sesama peubah bebas tidak boleh saling berkorelasi,

sedangkan antara peubah tidak bebas dengan peubah bebas harus ada korelasi

yang kuat (baik positif maupun negatif).

Korelasi adalah tingkat hubungan antara variabel-variabel yang menentukan

sejauh mana suatu persamaan linear maupun tidak linear dapat menjelaskan

variabel-variabel yang ada.

2.12.1.1. Uji Korelasi

Koefisien korelasi ini digunakan untuk menentukan korelasi antara peubah

tidak bebas dengan peubah bebas atau antara sesama peubah bebas. Koefisien

korelasi ini dapat dihitung dengan persamaan :

Rxy = (2,10)

Berdasarkan r berkisar -1 dan +1 (-1≤ r ≤ +1) harga r = -1 adanya asosiasi

linear sempurna tak langsung antara X dan Y. Ini berarti titik-titik yang ditentukan

oleh (X<Y) seluruhnya terletak pada garis regresi linear, dengan harga X yang

besar akan berpasangan dengan harga Y yang kecil dan harga X yang kecil akan

berpasangan dengan harga Y yang besar. Harga r = +1 menyatakan adanya

asosiasi linear sempurna langsung antara X dan Y. Letak titik-titik pada garis

regresi linear bersifat bahwa harga X yang besar akan berpasangan dengan harga

Y yang besar pula, demikian juga sebaliknya.

1) Pengujian Nilai Koefisien Korelasi

35

nƩXY-(ƩX)(ƩXY)√{n Ʃ X2−¿¿2-(ƩY)2

Page 31: BAB II Tarikan Perjalanan

Pengujian nilai R untuk mengetahui hasilnya signifikan atau tidak, dapat diuji

melalui tabel r-teoritik dengan jumlah pasangan data = N atau dengan derajat

bebas db = N-2. Dalam pengujian ini digunakan r- teoritik dengan taraf

signifikan 5%. Apabila R> r-teoritik, berarti korelasi antara X dan Y

signifikan Apabila R< r- teoritik, berarti korelasi antara X dan Y tidak

signifikan. Taraf signifikan 5% maksudnya adalah besarnya kemungkinan

membuat kesalahan dari korelasi tersebut sebesar 5%. Tingkat kebenaran yang

dapat diterima dari korelasi hitungan sebesar 95%.

Hipotesis yang digunakan:

- H : r = 0, artinya korelasi tidak signifikan.

- H: r ≠ 0, artinya korelasi signifikan.

Uji dilakukan 2 sisi karena akan dicari ada atau tidaknya hubungan /

korelasi, dan bukan lebih besar / kecil.

Dasar pengambilan keputusan

(a) Berdasarkan probabilitas

- Jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima.

- Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak.

(b) Berdasarkan tanda * yang diberikan SPSS

Adanya tanda * pada pasangan data yang dikorelasi

menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada data

tersebut.

2.12.1.2. Indeks Determinasi

Koefisiensi determinasi (R²) merupakan pengujian statistik untuk mengukur

besarnya sumbangan atau andil dari variabel bebas terhadap variasi naik atau

turunnya variabel tidak bebas. Sifat dari koefisiensi determinasi adalah apabila

titik-titik diagram pencar makin dekat letaknya dengan garis regresi maka harga

R² makin dekat dengan nilai satu, dan apabila titik-titik diagram pencar makin

36

Page 32: BAB II Tarikan Perjalanan

jauh letaknya dengan garis regresi maka harga R² akan mendekati nol.

Besaran R² berkisar antara 0 dan 1, sehingga secara umum akan berlaku

0≤R²≤1. Makin dekat R² dengan 1 makin baik kecocokan data dengan model, dan

sebaliknya makin dekat dengan 0 maka makin jelek kecocokannya. R² biasanya

dinyatakan dalam persen.

Menentukan nilai koefisien determinasi (R²) menurut Wahid Sulaiman

(2004), berdasarkan perhitungan persamaan regresi linear sederhana dan berganda

menggunakan persamaan sebagai berikut:

(2-11)

(2-12)

Keterangan:

R² = koefisien determinasi

Y = nilai pengamatan

Y* = nilai Y yang ditaksir dengan model regresi

~Y = nilai rata-rata pengamatan

K = jumlah variabel independen regresi

Suatu koefisien determinasi (R²) mempunyai nilai sebesar 36 % artinya

sebesar 36 % dari seluruh variasi total y diterangkan oleh regresi atau variasi total

x, dan masih ada sebesar 64% lagi variasi y yang tidak dapat diterangkan oleh

model yang kita gunakan. Bagian sisanya 64% ini mungkin disebabkan oleh

faktor lain yang gagal diperhitungkan dalam model (Sembiring, 1995).

2.12.1.3. Korelasi regresi linear berganda

37

Page 33: BAB II Tarikan Perjalanan

Untuk menentukan derajat asosiasi antara variabel-variabel yang ada maka

berdasarkan persamaan regresi linear berganda :

Y = ao + a1X1+a2X2+.............+ akXk (2,13)

R2 ditentukan dengan rumus :

R2 = (2,14)

Dimana : x1 = X1-X, x2 = X2-X,...... xk = Xk-X dan y = Y-Y

R dinamakan koefisien korelasi linear berganda untuk Y,X1,X2.....,Xk

R2 dinamakan koefisien determinasi linear berganda

2.12.2. Linearitas

Uji statistik ini dilakukan untuk memastikan apakah model tarikan

pergerakan dapat didekati dengan model analisis-regresi-linear atau model

analisis-regresi-tidak-linear. Pada analisis ini menggunakan metode analisis

regresi linear, sehingga semua peubah bebas diasumsikan mempunyai hubungan

yang linear dengan peubah yang terikat

2.12.3 Uji Kesesuaian

Uji statistik ini harus dilakukan untuk menentukan model pergerakan

yang terbaik. Pada umumnya uji ini didasarkan atas kedekatan atau kesesuaian

hasil model dengan hasil observasi. Salah satu uji kesesuaian yang paling mudah

dan sering digunakan adalah model analisis-regresi. Model terbaik adalah model

yang mempunyai total kuadratis residual antara hasil model dengan hasil

observasi yang paling minimum.

∑i

1(Yi- Ŷi)2 (2,15)

Dimana : i = Jumlah data (1,2,3......,dst)

Yi = Kriterium hasil model

Ŷi = kriterium hasil observa

38

a1Ʃx1y +akƩxky

Ʃy2

Page 34: BAB II Tarikan Perjalanan

2.12.4. Uji Signifikansi (Uji-t)

Uji signifikasi merupakan pengujian statistik yang bertujuan untuk

mengetahui apakah koefisien regresi yang dihasilkan dapat diterima sebagai

penaksir parameter regresi populasi. Uji signifikasi disebut juga dengan uji parsiil

atau uji-t.

Uji signifikansi merupakan uji hipotesis terhadap koefisien regresi secara

individu untuk setiap variabel bebas seihingga dapat diketahui apakah koefisien

regresi yang didapat bisa diterima sebagai penaksir parameter regresi atau ditolak.

Pengujian hipotesa pada regresi bukan mengenai garis regresinya, melainkan

mengenai nilai β, yaitu slope dari garis regresi yang sebenarnya. Hipotesis yang

akan diuji adalah β = 0, artinya tidak ada hubungan antara dua peubah (tidak

signifikan). Uji signifikan persamaan regresi sederhana maupun berganda

dihitung menggunakan persamaan:

(2-16)

Keterangan:

t = t hitung

b = koefisien regresi

β = slope garis regresi sebenarnya

Sb = kesalahan standar koefisien regresi\

Tahap pengujian yang dilakukan adalah:

1. Menentukan hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : β = 0, artinya koefisien regresi tidak signifikan

H1 : β ≠ 0, artinya koefisien regresi signifikan

2. Menentukan dasar pengambilan keputusan

Berdasarkan nilai t:

Membandingkan statistik hitung dengan statistik tabel, dengan tingkat signifikan

1% atau 5%, dan derajat kebebasan n-2, dimana n merupakan jumlah data yang

39

Page 35: BAB II Tarikan Perjalanan

dilibatkan. Jika statistik thitung < statistik ttabel, maka Hₒ diterima, yaitu

menerima anggapan bahwa koefisien regresi tidak signifikan. Jika statistik thitung >

statistik ttabel, maka Hₒ ditolak, yaitu menolak anggapan bahwa koefisien regresi

tidak signifikan.

Berdasarkan nilai probabilitas:

Jika probabilitas >0.05, maka Hₒ diterima

Jika probabilitas < 0.05, maka Hₒ ditolak

2.12.5 Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya

hubungan antara variabel-variabel bebas xi, dan hubungan yang terjadi cukup

besar, sehingga akan menyebabkan perkiraan keberartian koefisien regresi yang

diperoleh. Umumnya multikolinearitas dapat diketahui dari nilai koefisien

korelasi yang sangat besar antara variabel-variabel bebas tersebut, misalnya antara

x dan x2, nilai r mendekati 1. Secara matematis pengukuran multikolinearitas

dapat dirumuskan sebagai persamaan inflasi berikut ini :

VIF = (2,17)

Dimana : VIF = Varian Inflasi Factor

R² = Koefisien determinasi (kuadrat dari koefisien

korelasi)

(1-R²) = Toleransi

Beberapa metode untuk mengetahui adanya multikolinearitas :

1. Persamaan varian inflasi jika memiliki nilai yang sedemikian besar

maka menunjukkan multikolinearitas yang lebih sederhana. Batasan

secara pasti seberapa besar nilainya tidak ada ketentuan, ada yang

40

1 (1-R2)

Page 36: BAB II Tarikan Perjalanan

mengatakan jika faktor varian inflasi lebih dari 10, maka

multikolinearitasnya menjadi masalah, sedangkan yang lain ada yang

membatasi 4 atau 5.

2. Determinan matrik dapat juga digunakan sebagai detektor terjadinya

multikolinearitas, dimana jika nilai determinan matrik semakin kecil

maka nilai multikolinearitas menjadi semakin besar.

3. Nilai Eigen dapat juga digunakan sebagai detektor dalam

permasalahan multikolinearitas. Pendeteksian dilakukan dengan

melihat apabila terdapat nilai Eigen sebanyak satu atau lebih yang

mendekati nol, memberikan informasi bahwa multikolinearitas ada.

4. Parameter lain yang digunakan antara lain apabila pengujian uji-F

adalah nyata tetapi pengujian koefisien regresi tidak nyata secara

individu, maka dapat dideteksi kemungkinan adanya

multikolinearitas.

Apabila diketemukan permasalahan multikolinearitas, beberapa cara berikut ini

dapat digunakan sebagai pemecahannya, antara lain :

1. Menambah jumlah data dengan pengamatan baru.

2. Menghilangkan variabel tertentu dari model yang diperoleh.

2.13 SPSS (Statistical Product and Service Solution)

SPSS pertama kali dikembangkan sekitar tahun 1968 oleh Norman H. Nie,

C. Hadlay dan Dale Bent dari Stanford University. Pada tahun 1984 dikeluarkan

SPSS untuk PC sedangkan untuk versi windows pada tahun 1992.

SPSS awalnya merupakan singkatan dari Statistical Package for the Social

Science, sejalan dengan berkembangnya SPSS itu sendiri sekarang SPSS

mempunyai kepanjangan Statistical Product and Service Solutions. SPSS

merupakan suatu program komputer statistik yang mampu mengolah/ memproses

data statistik secara cepat dan tepat, untuk mendapatkan berbagai hasil/ output

yang dikehendaki para pengambil keputusan.

41

Page 37: BAB II Tarikan Perjalanan

SPSS merupakan sebuah program komputer statistik yang berfungi untuk

membantu dalam memproses data-data statistik secara tepat dan cepat, serta

menghasilkan berbagai output yang dikehendaki oleh para pengambil keputusan.

Statistik dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan data, meringkas atau menyajikan data kemudian menganalisis

data dengan menggunakan metode tertentu, dan menginterpretasikan hasil dari

analisis tersebut. Ilmu statistik ini dapat ditemui di berbagai disiplin ilmu seperti

ekonomi, jurnalistik, psikologi, dan lain-lain. Sebagai contoh, dalam bidang ilmu

manajemen ilmu statistik ini berfungsi untuk membantu dalam pengambilan

keputusan atas suatu masalah tertentu. Dalam penghitungan statistik, alat yang

sering digunakan adalah olah data SPSS.

Program olah data SPSS ini telah digunakan di berbagai bidang persoalan

seperti riset pasar, pengendalian dan perbaikan mutu, serta riset-riset sains.

Program SPSS ini sangat populer karena sering kali dijadikan sebagai alat untuk

mempermudah proses pengolahan data. Sampai saat ini, program SPSS masih

tetap dipakai dalam berbagai bidang seperti ilmu keuangan, telekomunikasi, retail,

farmasi, militer, broadcasting, riset pemasaran, database marketing, penilaian

kredit, peramalan bisnis, penilaian kepuasan konsumen, dan lain sebagainya.

Program olah data SPSS ini sangat membantu dalam proses pengolahan data,

sehingga hasil olah data yang dicapai juga dapat dipertanggungjawabkan dan

terpercaya.

Berdasarkan sudut pandang statistik, terdapat dua jenis data yang dapat

diolah menggunakan program SPSS, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

Data kualitatif merupakan data yang dapat dinyatakan dalam bentuk bukan angka,

misalnya jenis pekerjaan seseorang yang meliputi nelayan, petani, pegawai, dan

lain-lain. Selain itu bisa juga data gender (pria atau wanita), tingkat kepuasan

seseorang mulai dari tidak puas, cukup puas, dan sangat puas, dan data lain yang

berbentuk bukan angka. Data kualitatif seperti ini harus dikuantifikasi terlebih

dahulu agar dapat diolah dengan statistik. Cara mengkuantifikasikan data

kualitatif ini yaitu dengan cara memberi skor tertentu (wanita diberi skor 1, pria

42

Page 38: BAB II Tarikan Perjalanan

diberi skor 2), memberi rangking (tidak puas 1, cukup puas 2, dan sebagainya),

atau memberi pendapat (Ya 1, Tidak 2). Ini akan memudahkan data untuk diolah

dengan program SPSS.

Sedangkan data kuantitatif merupakan suatu data yang dapat dinyatakan

dalam bentuk angka, misalnya tinggi badan seseorang, usia seseorang, jumlah

penjualan dalam satu bulan, jumlah bakteri dalam suatu percobaan, dan lain

sebagainya. Karena data ini sudah berbentuk angka, maka akan mudah untuk

diaplikasikan ke dalam olah data SPSS.

SPSS adalah sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis

statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan

menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang sederhana

sehingga mudah untuk dipahami cara pengoperasiannya. Beberapa aktivitas dapat

dilakukan dengan mudah dengan menggunakan pointing dan clicking mouse. 

SPSS banyak digunakan dalam berbagai riset pemasaran, pengendalian dan

perbaikan mutu (quality improvement), serta riset-riset sains. SPSS pertama kali

muncul dengan versi PC (bisa dipakai untuk komputer desktop) dengan nama

SPSS/PC+ (versi DOS). Tetapi, dengan mulai populernya system operasi

windows. SPSS mulai mengeluarkan versi windows (mulai dari versi 6.0 sampai

versi terbaru sekarang).

Pada awalnya SPSS dibuat untuk keperluan pengolahan data statistik

untuk ilmu-ilmu social, sehingga kepanjangan SPSS itu sendiri adalah Statistikal

Package for the Social Sciens. Sekarang kemampuan SPSS diperluas untuk

melayani berbagai jenis pengguna (user), seperti untuk proses produksi di pabrik,

riset ilmu sains dan lainnya. Dengan demikian, sekarang kepanjangan dari SPSS

Statistikal Product and Service Solutions.

SPSS dapat membaca berbagai jenis data atau memasukkan data secara

langsung ke dalam SPSS Data Editor. Bagaimanapun struktur dari file data

mentahnya, maka data dalam Data Editor SPSS harus dibentuk dalam bentuk baris

(cases) dan kolom (variables). Case berisi informasi untuk satu unit analisis,

43

Page 39: BAB II Tarikan Perjalanan

sedangkan variable adalah informasi yang dikumpulkan dari masing-masing

kasus.

Hasil-hasil analisis muncul dalam SPSS Output Navigator. Kebanyakan

prosedur Base System menghasilkan pivot tables, dimana kita bisa memperbaiki

tampilan dari keluaran yang diberikan oleh SPSS. Untuk memperbaiki output,

maka kita dapat mmperbaiki output sesuai dengan kebutuhan. Beberapa

kemudahan yang lain yang dimiliki SPSS dalam pengoperasiannya adalah karena

SPSS menyediakan beberapa fasilitas seperti berikut ini: 

1. Data Editor.

Merupakan jendela untuk pengolahan data. Data editor dirancang

sedemikian rupa seperti pada aplikasi-aplikasi spreadsheet untuk

mendefinisikan, memasukkan, mengedit, dan menampilkan data. 

2. Viewer.

Viewer mempermudah pemakai untuk melihat hasil pemrosesan,

menunjukkan atau menghilangkan bagian-bagian tertentu dari

output, serta memudahkan distribusi hasil pengolahan dari SPSS ke

aplikasi-aplikasi yang lain. 

3. Multidimensional Pivot Tables.

Hasil pengolahan data akan ditunjukkan dengan multidimensional

pivot tables. Pemakai dapat melakukan eksplorasi terhdap tabel

dengan pengaturan baris, kolom, serta layer. Pemakai juga dapat

dengan mudah melakukan pengaturan kelompok data dengan

melakukan splitting tabel sehingga hanya satu group tertentu saja

yang ditampilkan pada satu waktu. 

4. High-Resolution Graphics.

Dengan kemampuan grafikal beresolusi tinggi, baik untuk

menampilkan pie charts, bar charts, histogram, scatterplots, 3-D

graphics, dan yang lainnya, akan membuat SPSS tidak hanya

44

Page 40: BAB II Tarikan Perjalanan

mudah dioperasikan tetapi juga membuat pemakai merasa nyaman

dalam pekerjaannya.

5. Database Access.

Pemakai program ini dapat memperoleh kembali informasi dari

sebuah database dengan menggunakan Database Wizard yang

disediakannya. 

6. Data Transformations.

Transformasi data akan membantu pemakai memperoleh data yang

siap untuk dianalisis. Pemakai dapat dengan mudah melakukan

subset data, mengkombinasikan kategori, add, aggregat, merge,

split, dan beberapa perintah transpose files, serta yang lainnya. 

7. Electronic Distribution.

Pengguna dapat mengirimkan laporan secara elektronik

menggunakan sebuah tombol pengiriman data (e-mail) atau

melakukan export tabel dan grafik ke mode HTML sehingga

mendukung distribusi melalui internet dan intranet. 

8. Online Help.

SPSS menyediakan fasilitas online help yang akan selalu siap

membantu pemakai dalam melakukan pekerjaannya. Bantuan yang

diberikan dapat berupa petunjuk pengoperasian secara detail,

kemudahan pencarian prosedur yang diinginkan sampai pada

contoh-contoh kasus dalam pengoperasian program ini. 

Akses Data Tanpa Tempat Penyimpanan Sementara. Analisis file-

file data yang sangat besar disimpan tanpa membutuhkan tempat

penyimpanan sementara.

9. Interface dengan Database Relasional.

Fasilitas ini akan menambah efisiensi dan memudahkan pekerjaan

untuk mengekstrak data dan menganalisnya dari database

relasional. 

10. Analisis Distribusi.

45

Page 41: BAB II Tarikan Perjalanan

Fasilitas ini diperoleh pada pemakaian SPSS for Server atau untuk

aplikasi multiuser. Kegunaan dari analisis ini adalah apabila

peneliti akan menganalisis file-file data yang sangat besar dapat

langsung me-remote dari server dan memprosesnya sekaligus tanpa

harus memindahkan ke komputer user.

11. Multiple Sesi.

SPSS memberikan kemampuan untuk melakukan analisis lebih dari

satu file data pada waktu yang bersamaan.

12. Mapping.

Visualisasi data dapat dibuat dengan berbagai macam tipe baik

secara konvensional atau interaktif, misalnya dengan menggunakan

tipe bar, pie atau jangkauan nilai, simbol gradual, dan chart.

46