14
LAPORAN PRAKTIKUM SINYAL DAN SISTEM MODUL 7 & 8 NAMA : MUSTAGHFIRI ASROR NPM : 3332130173 GROUP : EL-44 REKAN : MUHAMMAD IKHFAN RIAN SOFHAN TGL PERCOBAAN : 17 APRIL 2015 ASISTEN : CHINDY PUSPITA MILLASARI LABORATORIUM KOMPUTER FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB II sinyal sistem

  • Upload
    asror94

  • View
    830

  • Download
    198

Embed Size (px)

DESCRIPTION

praktikum sinyal sistem

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM SINYAL DAN SISTEM

MODUL 7 & 8

NAMA : MUSTAGHFIRI ASROR

NPM : 3332130173

GROUP : EL-44

REKAN : MUHAMMAD IKHFAN

RIAN SOFHAN

TGL PERCOBAAN : 17 APRIL 2015

ASISTEN : CHINDY PUSPITA MILLASARI

LABORATORIUM KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2015

BAB I

TUGAS & PERTANYAAN

1.1 Tugas Modul

1. Apa arti konvolusi 2 buah sinyal diskrit dalam simulasi tersebut diatas ?

Bagaimana jika amplitudo masing-masing sinyal diubah ? Jelaskan !!!

2. Jelaskan pengaruh konvolusi terhadap sinyal asli!

3. Apa arti konvolusi 2 buah sinyal kontinyu dalam simulasi tersebut diatas ?

Bagaimana jika amplitudo masing-masing sinyal diubah ? Jelaskan !!!

4. Jelaskan pengaruh konvolusi terhadap sinyal asli!

1.3 Jawaban

1. Arti konvolusi 2 buah sinyal diskrit diatas adalah cara matematik untuk

mengkombinasikan dua buah sinyal diskrit menjadi sinyal diskrit bentuk

lainnya, apabila amplitudonya diubah. Maka, nilai deret yang dihaslkanpun

berbeda.

2. Pengaruh konvolusi terhadap sinyal asli ialah membuat perubahan bentuk

sinyal dan nilainya juga, baik itu amplitudo maupun panjang gelombang dari

gelombang itu sendiri.

3. Arti konvolusi 2 buah sinyal kontinyu diatas adalah cara matematik untuk

mengkombinasikan dua buah sinyal kontinyu menjadi sinyal kontinyu bentuk

lainnya, apabila amplitudonya diubah. Maka nilai amplitudo hasil konvolusi

juga berubaha. bedanya dengan yang diskrit adalah sebelum dilakukan

konvolusi, kita lakukan dulu perubahan nilai sinyal menjadi impuls agar kita

dapat menentukan nilai karakteristiknya.

4. Pengaruh konvolusi terhadap sinyal asli ialah membuat perubahan bentuk

karakteristik sinyal dan nilainya juga, baik itu amplitudo maupun panjang

gelombang hingga frekuensi serta periode dari sinyal itu sendiri.

BAB II

ANALISA

2.1 Analisa Percobaan

A. Modul 7

Gambar 2.1 Sinyal Unit Step Dengan nilai L=20 dan P=10

script diatas adalah perintah memanggil sebuah grafik stem sekuen dengan

amplitude n=0-1 dan periode dengan t=0-20.

Gambar 2.2 Dua Sinyal Unit Step Dengan nilai L=20 dan P=10

Gambar 2.3 Konvolusi Sinyal Unit Step Dengan nilai L=10 dan P=5

Gambar 2.4 Konvolusi Sinyal Unit Step Dengan nilai L=12 dan P=10

Pada gambar 2.2, itu adalah penggabungan dua buah sinyal x dan v dan

menggunakan perintah stem(conv(x,v)). Conv adalah perintah yang di gunakan

untuk menggabungkan dua buah sinyal. Hasil konvolusi dari x dan v

menghasilkan sinyal berbentuk segitiga sama sisi. Gambar 2.3 adalah hasil

konvolusi dari x dan v dengan nilai L=10 dan P=5, gelombang yang dihasilkan

memiliki panjang periode 20 dan amplitudo 10. Sedangkan pada gambar 2.4

adalah hasil konvulasi dari x dan v dengan nilai L=12 dan P=10. Hasil

konvulasinya memiliki periode 12 dan amplitudo 10

Gambar 2.5 Sinyal Sekuen Konstan Dengan nilai L1=21

Dari script/coding di atas menghasilkan sebuah grafik sekuen konstan

dengan periode 21 dan amplitude 1. Grafik pertama yang di hasilkan konstan

tidak ada yang berbeda antara sinyal 1 sampai 21

Gambar 2.6 Dua Sinyal Sekuen Konstan Dengan nilai L1=21 dan L2=21

Gambar 2.7 Konvolusi Dua Sinyal Sekuen Konstan Dengan nilai L1=21 dan L2=21

Gambar 2.8 Konvolusi Dua Sinyal Sekuen Konstan Dengan nilai L1=15 dan L2=18

Gambar 2.9 Konvolusi Dua Sinyal Sekuen Konstan Dengan L1=10 dan L2=8

Gambar 2.7 adalah pengabungan dua buah sinyal x dan v dengan L1=21

dan L2=21 menggunakan perintah stem(conv(x,v)). Conv adalah perintah yang di

gunakan untuk menggabukan dua buah sinyal. Hasil konvolusi dari x dan v

menghasilkan sinyal berbentuk segitiga sama sisi dengan panjang periode 41 dan

amplitudo 20. Gambar 2.8 adalah hasil konvulasi dari x dan v dengan nilai L1=15

n=2 dan L2=18 n=3. Gelombang yang dihasilkan memiliki panjang periode 32

dan amplitudo 15. Gambar 2.9 adalah hasil konvulasi dari x dan v dengan nilai

L1=10 n=2 dan L2=8 n=3. Gelombang yang dihasilkan memiliki panjang periode

17 dan amplitudo 7. Perbedaan dari gambar 2.7, 2.8 dan 2.9 adalah jumlah sinyal

dan kerapatan antar sinyal yang di bangkitkan.

Gambar 2.10 Dua Sinyal Sinus Diskrit

Coding di atas menjelaskan bagaimana sinyal sinus diskrit pada gambar

2.7 terbentuk. Sinyal 1 dan 2 memiliki bentuk sinyal yang sama yang

membedakanya hanya jumlah gelombang.

Gambar 2.11 Konvolusi Dua Sinyal Sinus Diskrit Dengan nilai L=20, w1=1, w2=2, teta1=0, teta2=0.25, A1=1, A2=1

Gambar diatas adalah pengabungan dua sinyal menjadi 1 yaitu konvolusi.

sinyal yang di gabungkan adalah sinyal 1 dan sinyal 2 dari gambar 2.10.

Gambar 2.12 Konvolusi Dua Sinyal Sinus Diskrit Dengan nilai L=50, w1=2, w2=2, teta1=1.5, teta2=0.5, A1=1, A2=1

Dapat di simpulkan perbedaan antara gambar 2.11 dengan 2.12 disebabkan

perbedaan nilai pada :

- Nilai banyaknya titik sample

- Nilai besarnya frekuensi gel 1 dan 2

- Besarnya fase gel 1 dan 2 (dalam radiant)

- Nilai besarnya amplitudo 1 dan 2

Jika ke 4 nilai itu berbeda maka akan menghasilkan grafik yang berbeda pula

sedangkan konvolusi disini hampir sama kegunaan dengan yang sebelumnya

bahwasannya konvolusi berfungsi untuk menggabungkan atau menambah antara

sinyal keluaran pertama dengan sinyal keluaran kedua , semakin banyak frekuensi

semakin banyak jumlah grafik tersebut .

B. Modul 8

Gambar 2.13 Pembangkitan sinyal sinus & raise cosine

Pada gambar diatas adalah pembangkitan dua sinyal yaitu pada figure 1

adalah sinyal raise cosine dan pada figure 2 adalah sinyal sinus asli.

Gambar 2.14 Konvolusi Dua Sinyal Sinus Dengan L=20, w1=1, w2=0.5, teta1=0, teta2=0.5, A1=1, A2=1

Gambar 2.15 Konvolusi Dua Sinyal Sinus Dengan L=50, w1=2, w2=2, teta1=1.5, teta2=0.5, A1=1, A2=1

Gambar 2.14 adalah gambar konvulasi dari 2 buah sinyal sinus dengan

nilai L=20, w1=1, w2=0.5, teta1=0, teta2=0.5, a1=a2=1. Menghasilkan sebuah

sinyal fullwave diskrit dengan panjang periode= 40 dan amplitude= -5 sampai 5.

Lalu gambar 2.15 adalah gambar konvulasi dari 2 buah sinyal diskrit dengan

L=50, w1=w2=2, teta1=1.5, teta2=0.5, a1=a2=1. Menghasilkan gelombang

fullwave dengan panjang periode 100 dan amplitudo kira-kira -25 sampai 25 .

pertanyaannya, apakah anda mendapatkan hasil yang berbeda dari program

sebelumnya ? jawabanya ya, karena nilai yang di inputkan pada gambar 2.12

berbeda, perbedaan pada nilai frekuensi sudah bias mempengaruhi bentuk

gelombang.

Gambar 2.16 Sinyal Raise Cosine Dan Sinyal Sinus Asli

Pada gambar diatas adalah pembangkitan dua sinyal yaitu pada figure 1

adalah sinyal raise cosine dan pada figure 2 adalah sinyal sinus asli.

Gambar 2.17 Sinyal Sinus Bernoise Dan Sinyal Hasil Konvulosi

Pada gambar diatas adalah proses lanjutan yaitu dengan menambahkan noise pada

sinyal sinus asli seperti yang terlihat pada figure 3. Dan pada pembangkitan sinyal

terakhir bisa di lihat hasil dari konvolusi sinyal sinus yang telah diberi noise

dengan sinyal raise cosine dapat dilihat pada figure 4.