16
BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER BIOLA 2.1 Pengertian Metode Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam hal ini pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan rancangan. Proses pembelajaran aktifitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suatu interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tentunya setidaknya adalah pencapaian tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diprogamkan guru merupakan kegiatan integralistik antara pendidik dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis berakar dari pihak peserta didik (Dewi, 2004:1). Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh- contoh kongkret dan wajar, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktekannya sendiri. Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pembangunan konsep semestinya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan pananaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik. Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu: (a) subjek yang dibimbing (peserta didik); (b) orang yang membimbing (pendidik); (c) interaksi antara Universitas Sumatera Utara

BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

  • Upload
    habao

  • View
    233

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

BAB II

PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

EKSTRAKURIKULER BIOLA

2.1 Pengertian Metode Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap

rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam hal ini pembelajaran tidak terjadi

seketika, melainkan sudah melalui tahapan rancangan. Proses pembelajaran

aktifitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suatu interaksi

edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah

dicanangkan untuk suatu tujuan tentunya setidaknya adalah pencapaian tujuan

intruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan

pelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diprogamkan guru merupakan kegiatan

integralistik antara pendidik dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara

metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara

pedagogis berakar dari pihak peserta didik (Dewi, 2004:1).

Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah

memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-

contoh kongkret dan wajar, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi

dengan mengalami atau mempraktekannya sendiri. Dalam proses pendidikan dan

pembelajaran pembangunan konsep semestinya tidak dilepaskan dari

pengembangan sikap dan pananaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.

Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu: (a) subjek yang dibimbing

(peserta didik); (b) orang yang membimbing (pendidik); (c) interaksi antara

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif); (d) ke arah mana bimbingan

ditujukan (tujuan pendidikan); (e) pengaruh yang diberikan dalam bimbingan

(alat dan metode); (f) cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode);

(g) tempat dimana tempat bimbingan berlangsung yaitu lingkungan pendidikan

(Hartoto, 2009:1).

Cepat lambatnya peserta didik dalam belajar biola sangat erat kaitannya

dengan metode yang dipakai karena berpengaruh dengan cocok apa tidaknya

metode itu diterapkan. Suatu metode mempunyai cara-cara yang berbeda dengan

metode yang lain sehingga harus melihat lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang bertanggung

jawab dalam pendidikan adalah guru.

2.1.1 Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan sendiri adalah studi yang sistematis terhadap proses

dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan

adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar.

Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi

pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila

beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi

psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan

memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses

dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar (Supriadi, 2006:1).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

Konsentrasi pada persoalan belajar yakni persoalan-persoalan yang

senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi

pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut

untuk menguasai bidang ilmu ini supaya mereka dalam menjalankan fungsinya,

dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar

terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif (Supriadi,

2006:1).

Samuel Smith telah mengadakan studi mengenai 18 buku tentang

psikologi pendidikan yang dipandang baik. Smith menggolong-golongkan

persoalan yang dikupas oleh para ahli yang diselidikinya itu menjadi 16 macam,

yaitu: 1. The science of educational psychology (ilmu psikologi pendidikan); 2.

Heredity (turun-temurun), 3. Physical structure (struktur fisik), 4. Growth

(perkembangan), 5. Behavior processes (proses perilaku), 6. Nature and scope of

learning (sifat dan ruang lingkup pembelajaran), 7. Factors that condition

learning (faktor kondisi belajar), 8. Law and theories of learning (hukum dan

teori pembelajaran), 9. Measurement: Basic principles and definitions (prinsip

dasar pengukuran dan definisi), 10. Transfer of training: subyect matter

(mentransfer materi pelatihan), 11. Practical aspect of measurement (aspek

praktis pengukuran), 12. Element of statistics (unsur statistik), 13. Mental hygiene

(kesehatan mental), 14. Character education (pendidikan karakter), 15.

Psychology of secondary school subject (psikologi sekolah menengah subjek),

dan 16. Psychology of elementary school subject (psikologi subjek SD)

(Suryabrata, 2002: 2-3).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

Dari enam belas poin di atas yang dapat digunakan dalam pembelajaran

biola yaitu: struktur fisik, ruang lingkup pembelajaran, faktor kondisi belajar,

materi pelatihan atau pembelajaran, dan kesehatan mental. Dalam pembelajaran

biola struktur fisik (anatomi) sangat penting kaitannya dengan metode apa yang

cocok digunakan, sedangkan ruang lingkup pembelajaran dan faktor kondisi

belajar sangat penting kaitannya dengan keinginan dan kepuasan saat seseorang

berlatih dan bermain.

Umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang

memiliki sejumlah besar pengetahuan tertentu dan berkewajiban

menyebarluaskannya kepada orang lain. Demikian juga subjek didik sering

dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi

dan pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi

pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka

peroleh dan akan semakin besar pula pengakuan yang mereka dapatkan sebagai

individu terdidik (Supriadi, 2006:1).

Anggapan-anggapan seperti ini mesti sudah berusia cukup tua, tidak dapat

dipertahankan lagi. Fungsi pendidik memberikan informasi pengetahuan

sebanyak-banyaknya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan

mengingat-ingat keseluruhan informasi itu semakin tidak relevan lagi.

Mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak

terbatas. Dengan kata lain pengetahuan-pengetahuan hanya bersifat sementara

dan berubah-ubah, tidak mutlak. Gugus pengetahuan yang dikuasai dan

disebarluaskan saat ini secara relatif. Mungkin hanya berfungsi untuk saat ini dan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

tidak untuk lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak artinya

memberikan informasi pengetahuan kepada subjek didik apalagi bila hal itu

terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Namun demikian

bukan berarti fungsi tradisi pendidik untuk menyebarkan informasi pengetahuan

harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini perlu dipertahankan, tetapi harus

dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yaitu membantu

subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan

tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain dapat diungkapkan

bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi “penengah” di

dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi faktual yang

setiap hari mengepung kehidupan mereka (Supriadi, 2006: 1).

Seorang pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber

informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila

sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik. Dengan perolehan informasi

pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan

kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan

belajar dalam pengertian yang sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik

belajar mengkaji kemampuannya secara realistis dan menerapkannya untuk

mencapai kebutuhan-kebutuhannya (Supriadi, 2006:1).

Deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar

dikatakan berhasil apabila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya

sendiri. Lebih jauh lagi bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

menjadi dirinya sendiri. Faure pada tahun 1972 menyebutnya sebagai “learning

to be” (Supriadi, 2006:1).

Tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi

berlangsungnya tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu

lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam

buku teks, melainkan mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-

motif dan membantu subjek didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan

yang diinginkan (Supriadi, 2006:1).

Bagi beberapa pserta didik, belajar memainkan alat musik berarti

mempelajari sebuah repertoar yang telah tertulis untuk sebuah alat musik.

Kebanyakan pendidikan menggunakan orientasi visual untuk memperkenalkan

lagu baru yang dimainkan dengan membaca dan berlatih beberapa sesi yang

biasanya dalam rangka mempersiapkan sebuah konser atau menjelang ujian. Pada

kasus seorang pemain musik yang sudah ahli dan mencapai tingkat tinggi, yang

familiar dengan notasi sebagai hasil dari berbagai jenis latihan, sangat

memungkinkan baginya untuk mendalami musik dan mempertunjukannya

melalui memori tanpa bantuan notasi musik. Esensi dari pendekatan ini adalah

orientasi visual dimana seorang musisi belajar memainkan musik dengan cara

membaca dan belajar notasi musik (Djohan, 2003:177-178).

Fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator, dan fasilitator dapat

dilakukan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim

dikelompokkan atas dua bagian, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

2.1.1.1 Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor metode pembelajaran, faktor

lingkungan, dan faktor kondisi individual peserta didik. metode pembelajaran

menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai peserta didik.

Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian metode

pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik, juga melakukan gradasi

materi pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih

kompleks.

Faktor lingkungan yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial

juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu

lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula belajar pada pagi hari selalu

memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan

sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondusif bagi proses dan

pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam bermain musik seseorang harus

fokus dan konsentrasi dengan apa yang dia pelajarinya, karena tidak mungkin

seseorang bermain musik dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung.

Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil

belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Subjek didik yang berada

dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang

memadai untuk memulai tindakan belajar (Supriadi, 2006: 2).

Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil

belajar jumlahnya banyak dan masing-masingnya tidak dapat dibahas terpisah.

Perilaku individu termasuk perilaku belajar yang merupakan totalitas

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara

berbagai gejala seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

2.1.1.2 Perhatian

Peserta didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan

memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya

kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini

dapat dieksploitasi2

sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu

(Supriadi, 2006:2). Seperti menyediakan materi pembelajaran yang sesuai dengan

peserta didik (metode), seperti memberikan perhatian lebih ketika seorang peserta

didik bosan atau kesulitan dalam suatu teknik atau lagu.

2.1.1.3 Pengamatan

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui

penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan, dan pengecapan. Pengamatan

merupakan gerbang baik masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek

didik, karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran (Supriadi,

2006:2).

Seseorang belajar musik penglihatan dan pendengaran adalah dua hal

yang tidak dapat terpisahkan. Penglihatan digunakan untuk belajar dan membaca

notasi sedangkan pendengaran sangat penting untuk membedakan benar atau

tidaknya nada (intonasi).

2Pendayagunaan atau pemanfaatan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

2.1.1.4 Ingatan

Secara teoretis, ada tiga aspek yang berkaitan dengan berfungsinya

ingatan, yaitu: 1. menerima kesan, 2. menyimpan kesan, dan 3. mereproduksi

kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah ingatan selalu didefinisikan

sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan.

Kecakapan menerima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui

kecakapan inilah subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.

(Supriadi, 2006:2).

Pengembangan teknik pembelajaran juga lebih mengesankan bagi subjek

didik, terutama untuk materi pembelajaran yang berupa rumus-rumus atau urutan-

urutan lambang tertentu, contoh yang menarik adalah mengingat tanda mula

dalam tangga nada 1# G (gudeg), 2# D (djogja), 3# A (amat), 4# E (enak) dan

sebagainya (Supriadi, 2006: 2).

Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau

mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik.

Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga, bahwa setelah

seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi.

Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian

berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan

tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama (Supriadi, 2006:2).

Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan

psikolog pendidikan, peserta didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari

dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi peserta didik

untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah

dipelajarinya. Hal ini, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu

submaterial pembelajaran selesai (Supriadi, 2006:2).

2.1.1.5 Berpikir

Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan

konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung

melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang

tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian.

Kemampuan berpikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir

dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan

tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses

pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini dan bukannya

melemahkannya. Para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada

pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional,

akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berpikir mereka,

seperti dalam belajar biola untuk pemula diajarkan tangga nada A Mayor. Dan

banyak dari mereka bertanya dan bahkan mencari sendiri tangga nada yang lain

seperti tangga nada D dan G. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan

tantangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-

kesimpulannya secara mandiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

2.2.1.6 Motif pembelajaran

Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan

luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas

dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik, tetapi tidak

jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif

intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar berlatih biola karena dia memang

ingin lebih terampil dalam bermain biola (Supriadi, 2006:3).

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik dan biasanya

berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial

pada peserta didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik.

Motif ini bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara

individu maupun kelompok peserta didik. Suasana ini akan mendorong subjek

didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain. Namun demikian,

pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada

hal-hal yang negatif.3

Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”,

yaitu menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik. Melalui grafik ini,

setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri dan sekaligus

membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya. Dengan

melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya

supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain (Supriadi, 2006:3).

3Intrinsik artinya di dalam, ekstrinsik artinya adalah di luar.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

2.2 Ekstrakurikuler

Hampir semua Sekolah dasar, Menengah Pertama dan Sekolah Menengah

Atas di tanah air memiliki ekstrakurikuler. Kegiatan diluar jam pelajaran itu

menawarkan sejumlah pelatihan sesuai bakat dan minat siswa. Ekstrakurikuler

biasanya dilaksanakan satu kali dalam satu minggu selama satu setengah sampai

dua tahun. Pelatih atau guru pengajar ekstrakurikuler kebanyakan guru sekolah

yang bersangkutan. Sekolah yang mampu biasanya mendatangkan pelatih

profesional dari luar.

Ekstrakurikuler sendiri adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau

universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada

setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan

ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat,

dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini

diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk

merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari ekstrakurikuler ini

sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian,

dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu

sendiri (Wikipedia.org/wiki/pembelajaran: 14 Februari 2013).

Terdapat beberapa syarat yang mendasari pembentukan ekstrakurikuler,

yaitu:

a. Adanya pembina atau pembimbing dalam ekstrakurikuler tersebut, b. Adanya

seksi OSIS yang mengurusi ekstrakurikuler tersebut, c. Memiliki sejumlah

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

anggota, d. Disetujui oleh sekolah (Wikipedia.org/wiki/pembelajaran: 14 Februari

2013).

Ekstrakurikuler dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Ekstrakurikuler olah

raga, seni, hobi, penalaran, dan cinta bangsa dan tanah air (CBTA).

Ekstrakurikuler yang meliputi kesenian adalah biola, tari, batik, dan paduan

suara. Sekolah Chandra Kusuma School terdapat ekstrakurikuler biola yang

sering juga disebut (Musik Program) yang termasuk dalam ekstrakurikuler seni.

Musik program biola menjadi salah satu kegiatan ekstra yang banyak

diminati dalam bidang seni musik yang mempelajari sebuah instrumen. Musik

program instrumen biola ini sendiri terbentuk dari keinginan siswa dengan seni

musik khususnya instrumen biola biola. Di dalam pelaksanaan musik program

biola diterapkan sistem ansembel yaitu bermain secara bersama-sama dalam satu

kelas. Ansambel biola selalu aktif dalam acara-acara sekolah, seperti masa

orientasi siswa (MOS), penyambutan pelajar dari luar negeri, dan acara lainnya.

Musik program biola memiliki lebih dari 50 peserta didik yang dibagi

setiap kelas 8 siswa dan satu pengajar biola yaitu pemula dan lanjut. Setiap kelas

memiliki keterampilan yang berbeda, untuk pemula biasanya peserta didik yang

belum bisa memainkan tetapi mempunyai keinginan untuk belajar biola. Untuk

kelas lanjut biasanya peserta didik yang sudah mampu memainkan lagu-lagu

kecil, tangga nada, serta teknik-teknik dasar bermain biola.

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler sangat baik

untuk mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan peserta didik di

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

berbagai bidang di luar bidang akademik sehingga peserta didik dapat

menyalurkan bakat dan minat pada tempatnya.

Adapun silabus progam pembelajaran musik klasik dengan instrumen

biola Chandra Kusuma School sebagai berikut: 1. Program pembelajaran

diproyeksikan untuk satu semester (6 Bulan) yang terbagi pada semua tingkatan

kelas baik pada TK dan SD sampai pada SMP dan SMA. 2. Materi pembelajaran

diambil dari buku A tune a day, Suzuki dan kurikulum ABRSM dan diperkaya

dengan repertoar yang relevan seperti partitur orkestra maupun lagu-lagu lainnya

yang diaransemen dan ditulis dalam bentuk notasi balok. 3. Pengajar

dipersilahkan melakukan pengembangan materi pembelajaran. Rincian

pembagian pembelajaran: a. Organologi/pengenalan instrument menggesek, b.

Fingering/penjarian, c. Nilai nada, d. Scale/tangga, e. nada etude/teknik, f. Lagu,

g. Bermain duet, kwartet, ansambel, h. Ujian dan konser.

2.3 Tujuan pendidikan ekstrakurikuler biola sekolah Chandra Kusuma

School

Sekolah Chandra Kusuma School merupakan lembaga pendidikan, yang

menampung peserta didik dan dibina agar mereka memiliki kemampuan,

kecerdasan dan keterampilan. Dalam proses pendidikan diperlukan pembinaan

secara berkoordinasi dan terarah. Dengan demikian peserta didik diharapkan

dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal sehingga tercapainya tujuan

pendidikan. Dalam pembinaan peserta didik di sekolah Sekolah Chandra Kusuma

School, banyak wadah atau program yang dijalankan demi menunjang proses

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

pendidikan yang kemudian atas prakarsa sendiri dapat meningkatkan

kemampuan, keterampilan kearah pengetahuan yang lebih maju. Salah satu

wadah pembinaan peserta didik di sekolah Chandra Kusuma School adalah

kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari

atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang

beragam peserta didik dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya.

Kegiatan-kegiatan peserta didik di sekolah khususnya kegiatan ekstrakurikuler

merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain

di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum (muttaqinhasyim.

wordpress.com: 14 Februari 2013).

Kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai

dengan program yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan

ekstrakurikuler dibimbing oleh guru, sehingga proses pembelajaran biola berjalan

dengan baik. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah Sekolah

Chandra Kusuma School dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan

tingkat kecerdasan peserta didik. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran

yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahkan dapat dilaksanakan di antara

penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian

penting dari kurikulum sekolah (Amal, 2005: 378). Secara garis besar kegiatan

ekstrakurikuler mempunyai tiga tujuan dasar, yaitu: a. Pembinaan minat dan

bakat siswa, yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membina

dan mengembangkan minat yang ada pada peserta didik serta memupuk bakat

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN

yang dimiliki peserta didik. b. Sebagai wadah di sekolah, dengan aktifnya siswa

dalam kegiatan ekstrakurikuler, secara otomatis peserta didik telah membentuk

wadah-wadah kecil yang di dalamnya akan terjalin komunikasi antar peserta

didik dan sekaligus dapat belajar dalam mengorganisir setiap aktivitas kegiatan

ekstrakurikuler. c. Pencapaian prestasi yang optimal, beberapa cabang

ekstrakurikuler baik secara perorangan maupun kelompok diharapkan dapat

meraih prestasi yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah

(ekskulabsky. multiply.com: 14 Februari 2013).

Akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan

ekstrakurikuler secara garis besar adalah sebagai wadah pembinaan minat dan

bakat peserta didik di sekolah, dan pencapaian prestasi yang optimal dan didasari

atas tujuan dari pada kurikulum sekolah.

Universitas Sumatera Utara