BAB II Pembuatan Jalan Tambang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Metode pembuatan jalan tambang

Citation preview

  • 5

    BAB II

    PROFIL PERUSAHAAN

    2. 1. Latar Belakang Perusahaan

    PT. Jayakhisma Globe Indonesia merupakan perusahaan perseoran yang

    bergerak dalam penambangan batubara. Proses kegiatan penambangan dimulai

    dari proses eksplorasi, eksploitasi, hauling, dan shipping (pengapalan). PT.

    Jayakhisma Globe Indonesia merupakan salah satu perusahaan tambang

    batubara yang telah memiliki ijin eksplorasi nomor : 118.4.45/9/HK/II/2009,

    tanggal 05 Februari 2009. Dengan kode wilayah KUTIM. Dan telah ditingkatkan

    menjadi izin ekploitasi berdasarkan keputusan Bupati Kutai Timur dengan nomor

    : 540.1/K.531/HK/VIII/2011, tanggal 09 Agustus 2011.

    Luas wilayah izin ekploitasi PT. Jayakhisma Globe Indonesia adalah 4.800

    hektar yang dibagi menjadi dua blok yaitu blok Landas (Pit 1) dan blok Labuang

    Pinang (Pit 2).

    Sesuai Surat Keputusan Bupati Kutai Timur Nomor

    188.4.45/9/HK/II/2009, tanggal 05 Februari 2009, luas Izin Usaha Pertambangan

    Eksplorasi PT. JAYAKHISMA GLOBE INDONESIA adalah seluas 15.000 Ha, yang

    terletak di Kecamatan Sandaran, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan

    Timur.

  • 6

    Gambar 2. 1. Peta lokasi PT. Jayakhisma Globe Indonesia

    2. 2. Lokasi dan Kesampaian Daerah

    Secara administratif Wilayah Kuasa Pertambangan (KP) PT. Jayakhisma

    Globe Indonesia secara administratif berada di Desa Landas, Kecamatan

    Sandaran, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur. Untuk mencapai

    daerah eksplorasi (Wilayah IUP PT. JAYAKHISMA GLOBE INDONESIA) dari Kota

    Samarinda (Ibu Kota Kalimantan Timur) hingga ke lokasi bisa ditempuh dengan

    kapal Laut selama 19 jam atau bisa dengan kendaraan roda empat hingga ke

    desa Biduk-biduk dengan waktu tempuh 30 jam, juga bisa dengan pesawat

    terbang dari Kota Balikpapan ke Kota Berau dan kemudian naik kendaraan roda

    empat hingga desa Biduk-biduk dan dari desa Biduk-biduk dilanjutkan dengan

    perahu motor atau speedboat hingga ke lokasi.

    Untuk menuju lokasi tersebut dapat dicapai dengan menggunakan sarana

    transportasi darat, laut, udara dan sungai. Rute perjalanan untuk menuju lokasi

    eksplorasi, apabila ditempuh dari Samarinda adalah sebagai berikut :

    Perjalanan dari Samarinda menggunakan kendaraan roda empat

    melalui jalan provinsi (Samarinda-Sangkulirang). Waktu tempuh

  • 7

    sekitar 15 jam dengan kondisi jalan beraspal dan sebagian sejauh 5

    Km jalan tanah, ke lokasi menggunakan speed boat Sangkulirang

    menyeberang ke lokasi sekitar 3 jam.

    Perjalanan dapat pula ditempuh dengan menggunakan pesawat

    udara yang di tempuh kurang lebih 30 menit dari Bandara Sepinggan

    (Balikpapan), ke Berau dilanjutkan jalan darat 5 jam sampai di Biduk-

    biduk dilanjutkan dengan speed boat 20 menit untuk sampai ke

    lokasi.

    Secara geografis koordinat lokasi eksplorasi ditunjukkan pada tabel berikut ini :

    Tabel 2. 1. Koordinat Lokasi Daerah IUP PT. Jayakhisma Globe Indonesia

    NO GARIS BUJUR TIMUR GARIS LINTANG KETERANGAN

    " ' " '

    1 118 49 0 1 1 0 LU

    2 118 50 30 1 1 0 LU

    3 118 50 30 1 1 30 LU

    4 118 51 30 1 1 30 LU

    5 118 51 30 1 1 50 LU

    6 118 53 30 1 1 50 LU

    7 118 53 30 1 2 30 LU

    8 118 57 30 1 2 30 LU

    9 118 57 30 1 2 0 LU

    10 118 58 30 1 2 0 LU

    11 118 58 30 0 59 0 LU

    12 118 57 30 0 59 0 LU

  • 8

    13 118 57 30 0 56 30 LU

    14 118 56 0 0 56 30 LU

    15 118 56 0 0 55 30 LU

    16 118 53 30 0 55 20 LU

    17 118 53 30 0 58 20 LU

    18 118 49 0 0 58 20 LU

    Gambar 2. 2. Peta lokasi KP PT. Jayakhisma Globe Indonesia

    2. 3. Iklim dan Topografi Lokasi Tambang

    Komposisi penduduk yang terdapat di Kecamatan Sandaran, sebagian

    besar merupakan masyarakat Bugis yang berasal dari etnis Bugis, sedangkan

    masyarakat Kutai dan Jawa jumlahnya sangat sedikit.

  • 9

    Berdasarkan data monografi dari Kecamatan Sandaran, kampung

    terdekat dengan lokasi eksplorasi adalah Kampung Tanjung Mangkaliat, desa

    Landas yang didominasi oleh suku Bugis yang beragama Islam.

    Masyarakat di Kecamatan Sandaran sebagian besar bermata pencaharian

    sebagai petani ladang. Aktivitas harian mereka tercurah melalui kegiatan

    pertanian dan sebagian perkebunan. Di sela-sela waktu kosong kegiatan

    pertanian sebagian masyarakat melakukan pekerjaan tambahan sebagai pencari

    hasil hutan seperti rotan, bambu, dan menangkap ikan, selain itu masyarakat

    beternak dalam skala kecil yaitu beternak ayam.

    Fasilitas pendidikan hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD), apabila

    ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi, para lulusan SD bersekolah

    di Kecamatan terdekat, seperti Sangkulirang, dan Biduk-biduk. Tingkat

    pendidikan akhir rata-rata sebagian besar lulusan Sekolah Dasar dan langsung

    bekerja membantu orang tuanya bertani.

    Flora yang terdapat di area eksplorasi terdiri dari berbagai jenis tanaman

    yang ada digolongkan dalam tanaman liar. Tanaman liar yang terdapat di daerah

    eksplorasi antara lain kruing, rotan, durian, petai, cempedak dan lain-lain.

    Kondisi fauna yang terdapat di daerah eksplorasi sangat bervariasi dan

    diperkirakan akan semakin kurang dari tahun ke tahun, akibat kegiatan

    perburuan. Satwa teresterial yang banyak dijumpai adalah jenis mamalia, seperti

    rusa, beruang, babi hutan, musang, berbagai jenis amfibi dan jenis reptilian

    seperti jenis ular, kadal, dan biawak. Selain itu juga di jumpai berbagai jenis

    burung dan serangga.

  • 10

    Morfologi seluruh wilayah Kecamatan Sandaran di dominasi oleh daerah

    landai dan lainnya adalah berbukit hingga bergelombang. Berdasarkan data

    tersebut diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa sifat atau bentuk morfologi

    menunjukkan sifat batuan yang mengisinya yaitu daerah ini umumnya di

    dominasi oleh batuan sedimen sehingga kemungkinan terdapat endapan

    batubara.

    Hasil eksplorasi geologi regional dengan luas wilayah 15.000 hektar,

    endapan batubara ditemukan di beberapa tempat antara lain Desa Tanjung

    Mangkaliat (Landas) 13 singkapan berarah (strike) bervariasi antara N 55-

    215 E dan kemiringan (dip) berkisar antara 10-38 .

    Data hasil pengukuran di lapangan arah (strike) dari seluruh singkapan

    batubara yang ada memanjang dari utara hingga selatan, membentuk garis

    setengah elips dengan panjang 3,8 Km. Singkapan batubara di luar desa

    Tanjung Mangkaliat yaitu Desa Labuan Pinang 11 singkapan arah (strike) N

    25 - 360 E dengan kemiringan (dip) berkisar antara 10 - 31 membentuk

    setengah lingkaran, sehingga bila dihubungkan dengan arah singkapan batubara

    yang ada di Desa Tanjung Mangkaliat akan membentuk setengah lingkaran

    dimana pada bagian tengah terputus dan merupakan puncak antiklin di sekitar

    Km 4. Singkapan batubara yang lain terdapat pada daerah ini yaitu pada Km 17

    dengan arah (strike) N 185 E dengan kemiringan 47 (1 Singkapan) dan tebal

    0,90 m. Seluruh singkapan batubara yang ada pada daerah eksplorasi, batuan

    penutupnya adalah batu gamping terumbu mempunyai ketebalan dari beberapa

    meter hingga puluhan meter.

  • 11

    Secara garis besar susunan (statigrafi) batuan yang menempati lokasi

    eksplorasi seluas 15.000 hektar dari umur paling tua hingga termuda adalah

    sebagai berikut :

    Formasi Kuaro (Tek) umur Eosen batuannya terdiri dari serpih batu

    pasir konglomerat, breksi, napal, batu gamping dan sisipan

    batubara di endapan pada laut dangkal.

    Formasi Telekai (Tet) Umur Eosen, batuannya terdiri dari batu

    gamping, gamping pasiran, serpih dan lempung endapan rawa di

    endapkan bersamaan dengan formasi Kuaro secara tali jemari.

    Formasi Tendehantu (Tmt) umur Miosen tengah batuannya : batu

    gamping koral warna putih kekuningan dan di endapkan menindih

    Formasi Telekai dan Formasi Kuaro secara tidak selaras dengan

    batuan yang ada dibawahnya.

    Formasi Golok (Tmpg) umur Pliosen batuannya napal, bersisipkan

    lempung, ada sisipan batubara, diendapkan dan terdapat tidak

    selaras dengan Formasi Tendehantu yang terdapat dibawahnya.

    Endapan (Satuan) alluvial (Qa) umur Holosen, batuannya terdiri dari

    lempung endapan rawa, lanau, pasir lepas, gravel dan lain-lain

    satuan batuan termuda di beberapa tempat.

    Tabel 2. 2. Komposisi Stratigrafi di Daerah IUP PT. Jayakhisma Globe Indonesia

    Simbol

    Peta

    Formasi Umur Litologi

    Qa

    Alluvial Holosen Gravel, Lanau, Pasir, Lempung

    endapan rawa, dan lain-lain.

  • 12

    Tmpg

    Golok Pliosen Tidak selaras

    Napal, bersisipan lempung, batu

    gamping, dan sisipan batubara.

    Tmt

    Tendehantu

    (F. Tabul)

    Miosen

    Tengah

    Tidak selaras

    Batu gamping koral, di endapkan pada

    lingkungan laut dangkal

    Tet

    Telekai Eosen Tidak selaras

    Batu gamping, gamping pasiran,

    serpih dan lempung, di endapkan pada

    laut dangkal.

    Tek

    Kuaro Eosen Serpih, batu pasir, konglomerat,

    breksi, napal, batu gamping, sisipan

    batubara di endapkan pada laut

    dangkal.

    Struktur geologi pada daerah eksplorasi tidak banyak dijumpai, kecuali

    bidang perlapisan antara batuan lempung dengan perlapisan batubara atau

    antara batugamping dengan lempung pasiran, selain itu kemiringan batubara di

    daerah Tanjung Mangkaliat (Landas) berarah Barat, sedangkan kemiringan

    batubara yang terdapat pada daerah Labuan Pinang berarah Timur, sehingga di

    dapatkan struktur sumbu antiklim di sekitar Km 4. Struktur lain yang terdapat

    dalam satuan batu pasir adalah struktur graded bedding, ditemukan di sekitar

    sungai atau Air Pinang.

    Hasil pengamatan di lapangan, kemudian di komplikasikan dengan

    literature sebelumnya (Peta Geologi Lembar Tanjung Mangkaliat, Kalimantan

  • 13

    1995), daerah 196 hektar endapan batuan (Formasi) yang mengisi daerah ini

    dari umur tertua - muda yaitu Formasi Kuaro (Tek) umur Eosen, kemudian di

    endapkan satuan batuan Formasi Tendehantu (Tmt) umur Miosen Tengah

    menindih tidak selaras Formasi Kuaro yang terdapat di bawahnya.

    2. 4. Pembangunan Fasilitas Penambangan

    PT. Jayakhisma Globe Indonesia dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya

    membangun sarana dan prasarana pendukung kegiatan operasional sebagai tahap awal

    melakukan aktivitas penambangan. Sesuai dengan master plan di atas, sarana

    operasional yang dibangun adalah sebagai berikut :

    Jalan Tambang

    Setiap operasi penambangan memerlukan jalan tambang sebagai sarana

    infrastruktur yang vital di dalam lokasi penambangan dan sekitar-nya. Jalan tambang

    berfungsi sebagai penghubung lokasi-lokasi penting, antara lain lokasi tambang dengan

    area crushing plant, pengolahan bahan galian, perkantoran, perumahan karyawan dan

    tempat-tempat lain di wilayah penambangan. Konstruksi jalan tambang secara garis

    besar sama dengan jalan angkut di kota. Perbedaan yang khas terletak pada

    permukaan jalannya (road surface) yang jarang sekali dilapisi oleh aspal atau beton

    seperti pada jalan angkut di kota, karena jalan tambang sering dilalui oleh

    peralatan mekanis yang memakai crawler track, misalnya bulldozer, excavator, crawler

    rock drill (CRD), track loader dan sebagainya.

    Adapun proses pembuatan jalan PT. Jayakhisma Globe Indonesia, yaitu :

  • 14

    Land Clearing

    Gambar 2. 3. Hasil Land Clearing pada lokasi rencana Jalan Tambang

    Penimbunan (Filling)

    Gambar 2. 4. Refilling pada jalur rencana Jalan Tambang

  • 15

    Pengerasan

    Gambar 2. 5. Pengerasan Jalan Tambang

    Stockpile

    Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses,sebagai

    persediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka

    panjang. Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran

    batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan. Pengertian Stockpile adalah

    merupakan tempat penyimpanan/ penumpukan hasil tambang batubara. Stockpile juga

    digunakan untuk mencampur batubara supaya homogenisasi bertujuan untuk

    menyiapkan produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara

    dan distribusi ukuran disamakan.

  • 16

    Gambar 2. 6. Area Stockpile Batubara

    Pelabuhan (Jetty)

    Pelabuhan Batubara adalah sarana vital setiap Pemilik Tambang / para Trading

    untuk persiapan sebelum Batubara tersebut diangkut oleh barge dan diberangkatkan

    ketempat tujuan seperti Vessel atau langsung dengan barge ( tongkang ) kedaerah

    tujuan pengiriman.

    Gambar 2. 7. Pelabuhan dalam tahap konstruksi