Upload
sondangdebby
View
36
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
a
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA
2.1.1. Anatomi Payudara
Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada .
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi . Berat payudara pada masa
menyusui mencapai 600-800 gram. (Ambarwati dan Wulandari, 2010)
Kelenjar susu berada di jaringan subkutan , tepatnya di antara jaringan subkutan superficial dan
profundus, yang menutupi muskulus pektoralis mayor , sebagian kecil seratus anterior dan
obliqus eksterna. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil
setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan stroma jaringan
penyangga dan penimbunan jaringan lemak .(Soetjiningsih, 1997)
1. Letak : setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi costa kedua dan
keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis di daerah pektoral antara sternum
dan axila dan melebar dari iga kedua atau ketiga sampai ke iga keenam atau ketujuh
dinding rongga dada yang disangga oleh ligamentum suspensorium.
2. Bentuk: masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai
ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila. Bentuk payudara
cembung ke depan dengan putting (papila mammaria) yang berwarna tua
ditengahnya. Puting terdiri atas kulit dan jaringan erektil.
3. Ukuran: ukuran payudara berbeda pada setiap individu , juga tergantung pada
stadium perkembangan dan umur.
Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada yang lainnya.
(Dewi dan Sunarsih, 2011)
Dekat dasar puting terdapat kelenjar sebaceus, yaitu kelenjar Montgomery yang
membentuk tuberkal dan membesar selama kehamilan. Kelenjar ini mengeluarkan zat
lemak agar puting tetap lunak dan lentur selama menyusui. (Maryunani, 2009)
Tiap payudara terdiri atas 15-30 unit dukto-lobular fungsional yang tersusun radial di
sekitar puting susu. Lobus –lobus ini dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi
jumlahnya , yang mengelilingi jaringan ikat(stroma) di antara lobus-lobus. Jaringan ikat
di banyak tempat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap
substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit .
Pita ini , yaitu ligamentum Cooper, merupakan ligamentum suspensorium payudara.
(Price dan Wilson, 2006)
Setiap lobulus terdiri atas sekelompok alveolus yang bermuara ke dalam duktus
laktiferus(saluran air susu) yang bergabung dengan duktus-duktus lainnya untuk
membentuk saluran yang lebih besar dan berakhir dalam saluran sekreotik. Ketika
saluran-saluran ini mendekati putting , saluran membesar uintuk membentuk wadah
penampungan air susu, yang disebut sinus laktiferus.
Kemudian saluran- saluran itu menyempit dan menembus putting dan bermuara di atas
permukaannya. (Pearce, 2009)
Sinus laktiferus, duktus dan alveolus dikelilingi oleh otot polos(mioepitel) yang dapat
berkontraksi untuk memompa air susu ibu. Alveolus juga dikelilingi oleh pembuluh
darah yang memberi zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu ibu .
(Maryunani, 2009)
Struktur Makroskopis.
Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut:
1. Cauda axillaris.
Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila.
2. Areola Mammae.
Adalah daerah lingkaran yang terdiri atas kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi.
Areola pada masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5cm. letaknya
mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan
penimbunan pigmen pada kulitnya. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat ,
kelenjar lemak dari Montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama
kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan
payudara selama menyusui.
Terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu. Sinus
laktiferus yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar , akhirnya memusat ke dalam
puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran –saluran terdapat
otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar .
(Dewi dan Sunarsih, 2011)
3. Papilla mammae (puting susu).
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran
payudara, maka letaknya akan bervariasi.
Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus,
ujung-ujung serat saraf ,pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos
yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat
dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan
menarik kembali puting susu tersebut.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010
)Payudara terdiri dari 15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus ,
selanjutnya masing-masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-masing
dihubungkan dengan saluran air susu ( sistem duktus ) sehingga merupakan suatu pohon.
Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu , akan didapatkan saluran air susu
yang disebut duktus laktiferus. Di daerah areola mammae duktus laktiferus ini melebar
membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus
terus bercabang –cabang menjadi duktus dan duktulus. Tiap –tiap duktulus yang pada
perjalanan selanjutnya disusun oleh sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari
duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepitelium yang
berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli. ( Sulistyawati, 2009)
Bentuk puting susu ada empat macam, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar,panjang,
dan terbenam (inverted).
Struktur Mikroskopis.
Payudara tersusun atas jaringan kelenjar, tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak
dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi 15-20 lobus yang dipisahkan
secara sempurna satu sama lain oleh lembaran- lembaran jaringan fibrosa.
( Price dan Wilson, 2006)
Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah.
Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangunan-
bangunan sebagai berikut:
1.Alveoli.
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu . Bagian dari alveolus adalah sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. Payudara terdiri atas
15-25 lobus. Masing-masing lobus tediri atas 20-40 lobulus. Selanjutnya masing-masing
lobulus terdiri atas 10-100 alveoli dan masing- masing dihubungkan dengan saluran air susu
(sistem duktus) sehingga menyerupai suatu pohon. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam
saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus laktiferus).
2. Duktus laktiferus.
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus laktiferus.
3. Ampulla.
Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan tempat menyimpan air
susu. Ampulla terletak di bawah areola.
4. Lanjutan setiap duktus laktiferus.
Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae. Fungsi payudara terutama
dikendalikan oleh aktifitas hormon , tetapi pada bagian kulitnya dikendalikan oleh
cabang-cabang nervus torakalis. Selain itu , juga terdapat sejumlah saraf simpatis,
terutama di sekitar areola dan papilla mammae.
Selama kehamilan , estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveolus dan
duktus laktiferus di dalam mammae, serta merangsang produksi kolostrum. Namun ,
produksi ASI tidak terjadi sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen
menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan
produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin secara berkesinambungan disebabkan oleh
proses menyusui yang dilakukan secara berkesinambungan.
(Dewi dan Sunarsih, 2011)
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuroendokrin, rangsangan sentuhan pada
payudara akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel
mioepitel. Proses ini disebut sebagai repleks let down atau pelepasan ASI yang membuat
ASI tersedia bagi bayi. Dalam hari –hari dini laktasi, refleks pelepasan ASI ini tidak
terpengaruh oleh kecemasan ibu.
Nantinya , proses pelepasan ASI dapat dihambat oleh kecemasan ibu bila dia merasa
sakit, lelah, malu, atau bila merasakan nyeri pada saat menyusui.
Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus sinus
laktiferus. Isapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofisis anterior.
Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus yang
mengelilingi alveolus dan duktus laktiferus.
Kontraksi ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui duktus laktiferus menuju sinus
laktiferus di mana akan tersimpan. (Pearce, 2009).
Pada saat bayi mengisap , ASI dalam sinus tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan ASI
dari sinus dinamakan let down atau pelepasan. Pada akhirnya let down dapat dipicu
tanpa rangsangan isapan, pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau
sekedar memikirkan bayinya.
“Pelepasan’’penting sekali bagi pemberian ASI yang baik. Tanpa “pelepasan’’ bayi dapat
mengisap terus- menerus , tetapi hanya memperoleh dari sebagian ASI yang tersedia dan
tersimpan.
Bila “pelepasan’’ gagal terjadi berulang kali dan payudara berulang kali tidak
dikosongkan pada waktu pelepasan , refleks ini akan terhenti berfungsi dan laktasi akan
berhenti .
(Dewi dan Sunarsih, 2011)
2.1.FISIOLOGI PENGELUARAN AIR SUSU IBU (ASI).
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan
mekanik , saraf dan bermacam-macam hormon. Pengaturan hormon terhadap
pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:
1. Pembentukan kelenjar payudara.
2. Pembentukan air susu.
3. Pemeliharaan pengeluaran air susu.
( Sulistyawati, 2009)
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofisi akan mengatur kadar prolaktin dan
oksitosin dalam darah.
Hormon- hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan
penyediaan air susu selama menyusui. Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan
berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui
dan berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya kekuatan isap kurang,
frekuensi isapan yang kurang, serta singkatnya waktu menyusui. Hal ini berarti pelepasan
prolaktin yang cukup diperlukan untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai
sejak minggu pertama kelahiran.
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan
mekanik, saraf , dan bermacam-macam hormon.
Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI, dapat dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu sebagai berikut:
1. Pembentukan Kelenjar Payudara.
a. Sebelum pubertas
Duktus primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa fetus. Mendekati pubertas terjadi
petumbuhan yang cepat dari sistem duktus terutama di bawah pengaruh hormon
ekstrogen sedangkan pertumbuhan alveoli oleh hormon progesteron. Hormon yang juga
ikut berperan dalam pembentukkan kelenjar payudara adalah prolaktin yang dikeluarkan
oleh kelenjar adenohipofise (hipofise anterior). Hormon yang kurang perannya adalah
hormon kelenjar adrenalin, tiroid , paratiroid dan hormon pertumbuhan.
b. Masa pubertas
Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabangan-percabangan sistem duktus , proliferasi
dan kanalisasi dari unit-unit lobuloalveolar yang terletak pada ujung-ujung distal
duktulus. Jaringan penyangga stroma mengalami organisasi dan membentuk septum
interlobular.
c. Masa siklus menstruasi.
Perubahan –perubahan kelenjar payudara wanita dewasa berhubungan dengan siklus
menstruasi dan perubahan –perubahan hormonal yang mengatur siklus tersebut seperti
estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Bila kadar hormon ini
meningkat maka akan terjadi edema lobulus , penebalan dari basal membran epitel dan
keluarnya bahan dalam alveoli . secara klinis akan dirasakan payudara berat dan penuh.
Setelah menstruasi dimana kadar estrogen dan progesteron berkurang, yang berperan
hanya prolaktin saja , terjadi degenerasi dari sel-sel kelenjar air susu beserta jaringan
yang mengalami proliferasi , edema berkurang sehingga besarnya payudara berkurang
namun tidak kembali seperti besar sebelumnya. Hal ini menyebabkan payudara selalu
bertambah besar pada tiap siklus ovulasi mulai dari permulaan tahun menstruasi sampai
umur 30 tahun.
d. Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru,
percabangan –percabangan dan lobulus , yang dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta
dan korpus luteum. Hormon- hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan
adalah prolaktin , laktogen plasenta, korionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon
tiroid, hormon paratiroid, hormon pertumbuhan.
e. Pada 3 bulan kehamilan.
Prolaktin dari adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk
menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum
masih dihambat oleh estrogen dan progesteron , tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya
aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
f. Pada trimester kedua kehamilan.
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum . keaktifan dari
rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu telah dibuktikan
kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan di mana bayinya
meninggal , tetap keluar kolostrum. (Sulistyawati, 2009)
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktus yang baru,
percabangan –percabangan dan lobulus , yang dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta
dan korpus luteum.
Hormon –hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin ,
laktogen plasenta, karionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon
paratiroid, dan hormon pertumbuhan. (Sherwood, 2001)
Pada trimester pertama kehamilan , prolaktin dari adenohipofisis/hipofisis anterior mulai
merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum.
Pada masa ini, pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesteron,
tetapi jumlah prolaktin meningkat, hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang
ditekan. (Ganong, 2003)
Pada trimester kedua kehamilan , laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan
kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu telah
didemonstrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur empat
bulan di mana bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum.
(Dewi dan Sunarsih, 2011)
2.1.3 Pembentukan Air Susu.
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing- masing berperan sebagai
pembentukkan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan refleks”let down’’.
Susu disintesis oleh sel epitel, lalu disekresikan ke dalam lumen alveolus, kemudian
mengalir melalui duktus laktiferus ke permukaan puting payudara. (Sherwood, 2001)
Walaupun pada pertengahan kehamilan payudara sudah mampu menghasilkan air susu
secara penuh, akan tetapi sekresi susu tidak terjadi sampai persalinan selesai. Konsentrasi
estrogen dan progesteron yang tinggi selama terakhir masa kehamilan mencegah laktasi
dengan menghambat efek stimulatorik prolaktin pada sekrsei susu. Prolaktin adalah
stimulan utama bagi sekresi susu.
Dengan demikian , walaupun steroid-steroid plasenta yang kadarnya tinggi memicu
perkembangan perangkat penghasil susu di payudara, steroid –steroid itu juga menghambat
kelenjar- kelenjar tersebut untuk bekerja sampai bayi lahir dan memerlukan susu.
Penurunan mendadak estrogen dan progesteron yang terjadi seiring dengan keluarnya
plasenta pada persalinan memicu laktasi.
(Sherwood, 2001)
Sesudah bayi lahir, payudara keluar sekret yang berupa cairan bening yang disebut
kolostrum yang kaya protein , dan dikeluarkan selama 2-3 hari pertama. Di pihak lain,stres
psikologis, yang bekerja secara hipotalamus dapat menghambat penyemprotan susu.
Tangisan atau pandangan bayi dan persiapan payudara untuk menyusui dan dapat
menyebabkan pengeluaran air susu.
Merokok dapat menghambat lonjakan prolaktin dan menyebabkan penurunan produksi
air susu. Sedangkan rasa nyeri, malu, dan alkohol dapat menghambat pengeluaran air
susu. Karena itu sikap positif terhadap menyusui serta lingkungan yang santai penting
agar proses menyusui berhasil.
(Heffner dan Schust, 2008)
Pada ibu yang menyusui memiliki dua refleks yang masing-masing berperan sebagai
pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut:
a. Refleks Prolaktin.
Pada akhir kehamilan , hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum ,
namun jumlah kolostrum terbatas karena
aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi.
Setelah partus , lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum membuat
estrogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang
merangsang puting susu dan kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. (Dewi dan Sunarsih, 2011)
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spinalis hipotalamus yang
akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan
sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin.
Faktor- faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal pada tiga
bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui , kadar prolaktin akan menjadi normal
pada minggu kedua sampai ketiga.
Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti:
- stress atau pengaruh psikis
- anastesi
- operasi
- rangsangan puting susu.
- hubungan kelamin.
- obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti reserpin , klorpromazin, fenotiazid.
Sedangkan keadaan –keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah:
- gizi ibu yang jelek.
- obat- obatan seperti ergot , I-dopa.
2. Refleks Let Down (milk ejection reflex).
Bersamaan dengan pembentukkan prolaktin oleh adenohipofise ,rangsangan yang berasal dari
isapan bayi yang ada dilanjutkan ke neuro hipofise(hipofise posterior) yang kemudian
dikeluarkan oksitosin . Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju uterus yang dapat
menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari
sel akan memeras air susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus , selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah stres, seperti keadaan
bingung/pikiran kacau, takut ,dan cemas.
Bila ada stres dari ibu menyusui maka akan terjadi suatu blokade dari refleks let down.
Ini disebabkan oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin0 yang
menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli , sehingga oksitosin sedikit
harapannya untuk dapat mencapai target organ mioepitelium . akibat dari tidak
sempurnanya refleks let down maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli
yang secara klinis tampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat
abses, gagal untuk menyusui dan rasa sakit . rasa sakit ini akan merupakan stres bagi
seorang ibu sehingga stres akan bertambah. ( Sulistyawati, 2009)
3. Pemeliharaan Pengeluaran Air Susu.
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofisis akan mengatur kadar prolaktin dan
oksitosin dalam darah. Hormon –hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan
dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Bila susu tidak dikeluarkan
akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan
terlambatnya proses menyusui dan berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi
misalnya kekuatan isapan yang kurang, frekuensi isapan yang kurang , serta singkatnya
waktu menyusui. Hal ini berarti pelepasan prolaktin yang cukup diperlukan umtuk
mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran.
(Dewi dan Sunarsih, 2011).
Ibu sebaiknya menyusui bayinya pada kedua payudara setiap kali menyusui karena
pengisian payudara yang berlebihan merupakan penyebab utama penurunan produksi
susu. Menyusui hanya pada satu payudara menyebabkan payudara yang lain penuh, dan
peregangan payudara yang penuh menghambat refleks pengeluaran air susu.
Hal ini menyebabkan penurunan pengeluaran susu pada kedua payudara. Karena itu ,
menggunakan hanya pada satu payudara silih berganti setiap kali menyusui akan
meningkakan bahaya akibat pembesaran payudara dan mengurangi pengeluaran susu.
Memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya setiap lima sampai sepuluh
menit juga dianjurkan untuk memperingan maserasi puting payudara. (Varney, 2007)
2.2. AIR SUSU IBU ( ASI ).
2.2.1 Definisi
Adalah : suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam organik
yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu sebagai makanan alamiah berupa
cairan dengan kandungan gizi yang cukup sesuai dengan kebutuhan bayi, sehingga bayi
tumbuh dan berkembang dengan baik.
2.2.2 Klasifikasi Stadium ASI.
Air Susu Ibu menurut Stadium ASI:
- Kolostrum.
- Air Susu Transisi / Peralihan.
- Air susu matur( mature).
A .Komponen ASI.
1. Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada sel alveoli
payudara ibu . Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan kemampuan ginjal baru lahir
yang belum mampu menerima makanan dalam volume besar. Jumlahnya tidak terlalu
banyak tetapi kaya akan gizi dan sangat baik bagi bayi.Kolostrum mengandung karoten
dan vitamin A yang sangat tinggi. Tetapi karena kekurangtahuan nya dan kepercayaan
yang salah banyak ibu yang baru melahirkan tidak memberikan kolostrumnya kepada
bayinya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan pemberian ASI bahwa
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Susuilah bayi sampai berumur 2 tahun , susuilah
setiap kali anak merasa lapar(menangis) dan susuilah dari payudara kaan dan kiri secara
bergantian. Air Susu Ibu yang keluar pertama kali jangan dibuang , kaena menjadikan
anak lebih tahan terhadap penyakit. Protein utama pada kolostrum adalah
imunoglobulin(IgG, IgA, dan IgM), yang digunakan sebagai zat antibodi untuk
mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasit. Meskipun kolostrum yang
keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara
mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-
300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihakn zat yang
tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan .
ASI terdiri atas 90% air sehingga bayi yang menyusu tidak membutuhkan cairan lain lagi
bagi tubuhnya. ( Dewi dan Sunarsih, 2011)
Sampai umur 4 bulan jangan diberi pisang , bubur atau makanan lunak lainnya,
menyebabkan anak merasa kenyang sehingga mengurangi kemeuan bayi untuk menyusu.
Agar Air Susu Ibu (ASI) bisa mencukupi kebutuhan bayi, ibu harus makan dan minum
yang cukup gizi. (Proverawati dan Rahmawati, 2010).
2. Air Susu Transisi/ Peralihan.
- Merupakan ASI peralihan dari kolostrum samapi menjadi ASI yang matur.
- Disekresi dari hari ke-4 samapi hari ke- 10 dari masa laktasi , tetapi ada pula pendapat
yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai minggu
kelima.
- Kadar protein makin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi.
- Juga volume akan makin meningkat.
Komposisi ASI menurut penyelidikan dari Kleiner I. S & Osten J. M.
Waktu Protein Karbohidrat Lemak
Hari ke-5 2,00 gr /ml 6,42 gr/ml 3,2 gr/ml
Hari ke-9 1,73 gr/ ml 6,73 gr/ml 3,7 gr/ml
Minggu ke-34 1,30 gr/ml 7,11 gr/ml 4,0 gr/ml
Kadar di atas dalam satuan gram/100 ml ASI.
3. Air Susu Matur.
ASI Matur disekresi pada hari ke – 10 dan seterusnya. ASI Matur tampak berwarna putih.
Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu
mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk.
Foremilk lebih encer , serta mempunyai kandungan rendah lemak , tinggi glukosa, gula,
protein, mineral, dan air. Selanjutnya , air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya
akan lemak dan nutrisi . hindmilk membuat bayi akan cepat lebih kenyang. Dengan
demikian, bayi akan membutuhkan keduanya , baik foremilk maupun hindmilk.
(Dewi dan Sunarsih, 2011)
2.2.3. Kandungan ASI :
- Mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan anak., memiliki kandungan minyak omega-3 asam linoleat alfa. Selain
sebagai zat penting bagi otak dan retina minyak omega-3 sangat penting bagi bayi yang
baru lahir untuk perkembangan saraf secara normal. (Wong et al, 2009)
- Mengandung zat anti infeksi , terutama untuk infeksi saluran pencernaan.
- Mengandung zat kekebalan tubuh untuk mencegah bayi dari berbagai penyakit
infeksi seperti: diare, batuk, pilek , radang tenggorokan dan gangguan pernafasan,
sehingga bayi tidak mudah sakit.
2.2. 4. ASI makanan terbaik bagi bayi karena:
- Mengandung zat kekebalan tubuh, sehingga bayi tidak mudah sakit.
- Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi.
- Melindungi bayi dari alergi.
- Aman dan terjamin kebersihannya , karena langsung disusukan kepada bayi dalam
keadaan segar.
- Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat serta dapat diberikan kapan saja
dan dimana saja.
- Membantu memperbaiki refleks menghisap , menelan dan bernafas bayi.
2.2.5. Produksi ASI.
ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. Keberhasilan laktasi
ini dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan berlangsung. Kondisi sebelum
kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan pubertas . sedangkan
kondisi pada saat kehamilan yaitu pada trimester II dimana payudara mengalami
pembesaran oleh karena pertumbuhan dan diferensiasi dari lobuloalveolar dan sel epitel
payudara.
Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja
dalam memproduksi ASI.
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi
pada putting payudara ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary anterior untuk
memproduksi sejumlah prolaktin , yaitu hormon utama yang mengendalikan pengeluaran
air susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada let down refleks, dimana
isapan puting dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar
membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.
Keluarnya air susu terjadi sekitar hari ketiga setelah bayi lahir , dan kemudian terjadi
peningkatan aliran susu yang cepat pada minggu pertama , meskipun agak tertunda
sampai beberapa hari. Larangan bagi bayi untuk mengisap puting ibu akan banyak
menghambat keluarnya air susu , produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung
pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi.
Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ASI diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Isapan Anak atau Frekuensi Penyusuan.
Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara .
frekuensi penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pada periode awal setelah
melahirkan. Semakin sering bayi menyusu pda payudara ibu, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak . akan tetapi , frekuensi penyusuan pada bayi
prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi
prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5kali perhari selama bulan
pertama setelah melahirkan. Sementara itu , pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan
3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini
berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2.Berat Lahir Bayi.
Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan antara berat lahir bayi dengan
volume ASI , yaitu berkaitan dengan kekuatan menghisap , frekuensi dan lama
penyusuan. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI
yang lebih rendah dibandingkandengan bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
3.Umur Kehamilan saat melahirkan.
Bila umur kehamilan kurang dari 34 minggu (bayi lahir premature), maka bayi dalam
kondisi sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif, sehingga produksi
ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir normal .
4. Usia dan Paritas.
Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat post
partum jauh lebih tinggi dibandingkan pada ibu yang baru melahirkan pertama kalinya.
5.Stres dan Penyakit Akut.
Adanya stres dan kecemasan pada ibu menyusui dapat mengganggu proses laktasi , oleh
karena pengeluaran ASI terhambat , sehingga akan mempengaruhi produksi ASI.
Penyakit infeksi kronis maupun akut juga dapat mengganggu proses laktasi dan
mempengaruhi produksi ASI. ASI akan keluar dengan baik apabila ibu dalam kondisi
rileks dan nyaman.
6.Konsumsi Rokok.
Konsumsi rokok dapat menganggu kerja hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI. Rokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin , dan adrenalin akan
menghambat pelepasan oksitosin, sehingga volume ASI yang dihasilkan akan
berkurang. Penelitian menunjukkan bahwa pada ibu yang merokok lebih dari 15 batang
perhari mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke
21setelah melahirkan, dibandingkan dengan yang tidak merokok.
7.Konsumsi Alkohol.
Konsumsi alkohol dalam dosis rendah dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga
membantu proses pengeluaran ASI, tetapi etanol dalam alkohol tersebut juga dapat
menghambat produksi oksitosin.
8.Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan
penurunan volume dan durasi ASI. Sedangkan pil yang hanya mengandung progestin
tidak ada dampak terhadap volume ASI . Berdasarkan hal ini maka WHO
merekomendasikan pil progestin bagi ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.
9.Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI.
Apabila makanan yang ibu makan mengandung cukup gizi dan pola makan yang
teratur , maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.
10.Ketenangan jiwa dan pikiran.
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang.
Keadaan psikologis ibu yang tertekan , sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
11.Pola istirahat.
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu
terlalu capek , kurang istirahat , maka ASI juga berkurang.
12.Faktor Fisiologi.
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang menentukan produksi
dan mempertahankan sekresi air susu.
13.Anatomi Payudara.
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI . Selain itu , perlu
diperhatikan juga bentuk anatomi papilla mammae atau puting susu ibu.
14.Perawatan Payudara.
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara sehingga mempengaruhi
hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. Ada dua cara untuk
mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan bayi sebelum dan setelah
menyusui; dan penggosongan payudara. Kurva berat badan bayi merupakan cara
termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI. (Proverawati dan
Rahmawati, 2010)
Makanan yang dapat memperbanyak ASI misalnya: daun katuk, bunga /buah pepeya,
bayam hijau/merah, kedelai jepang, kacang hijau, pare, jambu air,semangka, labu siam
dan lain-lain.
2.2.6. Manfaat Pemberian ASI untuk Bayi:
1. Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
2. Zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain: lemak, karbohidrat, protein, garam,
mineral, serta vitamin.
3. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama.
4. Pemberian ASI dapat merangsang pertumbuhan bayi yang normal.
5. Kolostrum atau susu pertama mengandung antibodi yang kuat untuk mencegah
infeksi dan membuat bayi menjadi kuat, terhindar dari suatu penyakit. Penting sekali
bagi bayi untuk segera minum ASI dalam jam pertama sesudah lahir, kemudian
setidaknya setiap 2-3 jam.
6. ASI mengandung campuran berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi.
7. ASI mudah dicerna oleh bayi, ASI saja tanpa tambahan makanan lain merupakan cara
terbaik untuk memberi makan bayi dalam waktu 4-6 bulan pertama.
8. Sesudah 6 bulan, beberapa bahan makanan lain harus ditambahkan pada bayi.
Pemberian ASI pada umumnya harus disarankan selama tidaknya 1 tahun pertama
kehidupan anak. (Sulistyawati, 2009)
9. ASI mengandung zat pelindung kekebalan tubuh bayi, kalori dari ASI memenuhi
kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan.
10. Perkembangan psikomotor lebih cepat, menunjang perkembangan kognitif dan
perkembangan penglihatan.
11. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak, ASI kaya akan sari-sari makanan
yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf.
(Barasi, 2007)
12. Manfaat ASI jangka panjang adalah pada tekanan darah mencegah arteriosklerosis
sehingga tingkat bahaya serangan jantung berkurang pada bayi yang minum ASI.( Litin,
2009)
13. Pada bayi yang minum ASI lebih bisa menghadapi efek kuning ( jaundice). Level
bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum
dan mengatasi kekuningan , asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa
pengganti ASI. (Wong et al, 2009)
2.2.7. Manfaat ASI untuk Ibu Menyusui:
1. Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses persalinannya.
Pemberian ASI selama beberapahari pertama membuat rahim berkontraksi dengan
cepat dan memperlambat perdarahan (hisapan pada putting susu merangsang
dikeluarkannya hormon oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim
sehingga dapat mengurangi resiko bagi ibu terkena anemia).
2. Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/ turun berat badannya dari
berat badan yang bertambah selama kehamilan.
3. Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil
kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin yang tinggi akan menekan
hormon FSH dan ovulasi).
4. Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya
kepada buah hatinya.
( Sulistyawati, 2009)
5. Memperkuat ikatan antara ibu dan anak. (Barasi, 2007)
6. Menurunkan resiko kanker payudara dan ovarium.
( Lissauer et al, 2006; Saifuddin et al, 2008)
7. Ibu tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan ( bisa dipakai sebagai
KB alami)
8. Uterus akan berkontraksi lebih cepat sehingga akan mempercepat proses pemulihan
rahim untuk persiapan kehamilan kembali.
9. Mempercepat proses pembentukkan tubuh ke ukuran semula
10. Memberikan kesenangan dan kepuasan bagi ibu.
(Proverawati dan rahmawati, 2010)
2.2.8. Manfaat ASI bagi semua orang:
1. ASI selalu bersih dan bebas penyakit yang dapat menyebabkan infeksi.
2. Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus.
3. ASI selalu tersedia dan gratis.
4. Bila ibu memberikan ASI pada bayinya sewaktu-waktu ketika bayinya meminta
maka kecil kemungkinannya bagi ibu untuk hamil dalam 6 bulan pertama sesudah
melahirkan.
5. Ibu menyusui yang siklus menstruasinya belum pulih kembali akan memperoleh
perlindungan sepenuhnya dari kemungkinan hamil. (Sulistyawati, 2009)
2.2.9. Kontra Indikasi Menyusui.
Beberapa hal yang membuat menyusui tidak diperkenankan adalah:
1.Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol dalam jumlah berlebihan.
2. Bayi dengan galaktosemia.
3. Ibu dengan penyakit HIV/ AIDS.
4. Ibu dengan penyakit Tuberkulosis (TBC) yang tidak diobati dan masih aktif.
Wanita tersebut dapat memberikan ASI kepada bayinya apabila pengobatannya sudah
menunjukkan keberhasilan terapi.
6. Ibu dengan penyakit varisela (cacar) , apabila bayi sudah diberikan imunoglobulin
virus varicela zoster , maka bayi tersebut dapat disusui apabila tidak terdapat luka di
puting.
Dalam waktu 5 hari antibodi ibu terbentuk , dan menyusui pada saat ini dapat
memberikan kekebalan pasif bagi bayi.
6. Herpes yang aktif pada payudara.
2.3 Komposisi Gizi Dalam ASI Biasa (Matur).
1. Protein.
Dibandingkan dengan komposisi protein susu mamalia lain , protein ASI paling rendah ,
berkisar 1,3g/ml pada bulan pertama dengan rata-rata 1,15 g/100 ml. ASI mengandung
whey protein dan casein.
Casein adalah protein yang sukar dicerna dan whey protein adalah protein yang
membantu menyebabkan isi pencernaan bayi menjadi lembut dan mudah dicerna oleh
usus bayi.
Whey ASI terdiri dari alpha –lactalbumin yang membantu sintesa laktosa , sedangkan
pada susu sapi terdiri dari beta –lactoglobulin. Di samping alpha-lactalbumin, ASI
mengandung 4 unsur penting lainnya , yaitu serum albumin, laktoferin,
immunoglobulin,dan lisozim.
2. Lemak.
Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99%) yang dengan enzim lipase akan terurai
menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase tidak hanya terdapat pada sistem
pencernaan bayi, tapi juga dalam ASI. Lemak ASI mudah dicerna karena dalam bentuk
emulsi. Salah satu keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial,
docosahexaenoic acid (DHA) dan arachnoic acid (AA) yang berperan penting dalam
pertumbuhan otak sejak trimester I kehamilan sampai 1 tahun usia anak. Yang
merupakan asam lemak esensial sebenarnya adalah kelompok omega-3 yang dapat
diubah menjadi AA. Kelebihan ASI dapat terjadi karena ASI selain mengandung n-3
dan n-6, juga mengandung DHA dan AA. Konsentrasi lemak meningkat dari 2,0g/ml
pada kolostrum menjadi sekitar 4-4,5 g/100 ml pada 14 hari setelah persalinan. Kadar
lemak juga bervariasi pada saat baru mulai menyusui (fore milk) menjadi 2-3 kali lebih
tinggi pada akhir menyusui (hind milk). Dalam ASI asam lemak terdiri 42% asam
lemak jenuh dan 57% asam lemak tak jenuh, termasuk DHA dan AA yang sangat
dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi dan anak kecil.
3. Vitamin.
a. Vitamin yang larut dalam lemak.
Vitamin A adalah salah satu vitamin penting yang tinggi kadarnya dalam kolostrum dan
menurun pada ASI biasa. ASI adalah sumber vitamin A yang baik dengan konsentrasi
sekitar 200IU/dl. Vitamin yang larut dalam lemak lainnya adalah vitamin D, E,dan K.
Konsentrasi vitamin D dan K sedikit dalam ASI.
Vitamin K akan terbentuk oleh bakteri di dalam usus bayi beberapa waktu kemudian.
b. Vitamin yang larut dalam air.
Vitamin C,asam nicotinic, B12, B1(tiamin), B2(riboflavin), B6(piridoksin) sangat
dipengaruhi oleh makanan ibu , namun untuk ibu dengan status gizi normal, tidak perlu
diberi suplemen.
4.Zat Besi.
ASI mengandung sedikit zat besi(0,5-1,0mg/liter) , namun bayi yang sering menyusui
jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi dan zat besi dari ASI
diserap dengan baik (>70%) dibandingkan dengan penyerapan 30% dari susu sapi dan
10% dari susu formula.
5.Zat Anti Infeksi.
ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit , seperti penyakit
saluran pernafasan atas, diare, dan penyakit saluran pencernaan. ASI sering disebut
juga’’ darah putih’’ yang mengandung enzim , immunoglobulin, dan lekosit.
Fungsi antibodi ASI melalui alur limfosit. Antibodi IgA terbentuk dalam payudara ibu
(melalui ASI). Bayi baru lahir mempunyai cadangan IgA sedikit dan karena itulah bayi
sangat memerlukan tambahn proteksi sIgA dalam ASI terhadap penyakit infeksi.
7. Laktoferin.
Laktoferin banyak dalam ASI(1-6mg/ml), tapi tidak terdapat dalam susu sapi.
Laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari pencernaan sehingga
menyebabkan terhindarnya supali zat besi yang dibutuhkan organisme patogenik ,
seperti Escheria coli dan Candida Albicans. Oleh karena itu pemberian suplemen zat
besi kepada bayi menyusui harus lebih dipertimbangkan.
8. Lisozim.
Sebagai anti inflamasi dapat melawan serangan E.coli karena jika antibodi menurun
yang lain menurun maka kadar lisozim akan meningkat di ASI setelah bayi berumur di
atas 6 bulan saat bayi sudah mulai diberikan makanan pendamping ASI (MP ASI). Oleh
karena itu , kemungkinan terkena infeksi semakin tinggi.
8.Taurin.
Taurin adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak terdapat dalam
susu sapi. Berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam maturasi otak
bayi. (Sulistyawati, 2009)
9.Mineral.
ASI mengandung mineral yang lengkap. Kadarnya relatif rendah tetapi bisa mencukupi
bayi sampai usia 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang
sangat stabil , mudah diserap tubuh dan berjumlah sangat sedikit.
Sekitar 75%dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus. ASI juga
mengandung natrium , kalium , fosfor, dan klor lebih sedikit dibanding PASI tetapi
dapat mencukupi kebutuhan bayi.kandungan mineral dalam PASI cukup tinggi. Jika
tidak dapat diserap maka memperberat kerja usus bayi,serta mengganggu sistem
keseimbangan dalam pencernaan , yang bisa merangsang pertumbuhan bakteri sehingga
perut bayi kembung.
10. Karbohidrat
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan penting dalam
pertumbuhan sel saraf otak , serta pemberian energi untuk kerja sel-sel saraf. Juga
mempermudah penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus dalam usus(faktor
yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadi tempat baik bagi
bakteri yang menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai
antibodi bayi.
Karbohidrat utama yang terdapat dalam ASI adalah laktosa . Kadar laktosa yang tinggi
sangat menguntungkan karena laktosa oleh fermentasi ini akan diubah menjadi asam
laktat. Adanya asam laktat ini memberikan suasana asam dalam usus bayi. Dengan
suasana asam di dalam usus bayi ini memberikan beberapa keuntungan yaitu:
a. Penghambatan pertumbuhan bakteri yang patologis.
b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan
mensintesis vitamin.
c. Memudahkan absorpsi dari mineral misalnya kalsium , fosfor dan magnesium.
2.3.1 Masalah Dalam Pemberian ASI.
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa
masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham
masalah ini , kegagalan menyusui sering dianggap masalah pada anaak saja. Masalah
dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan( periode
antenatal), pada masa pasca -persalinan dini , dan masa pasca persalinan lanjut.
Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi sehingga bayi sering
menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang sering diinterpretasikan oleh ibu
dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.
Masalah menyusui dapat pula diakibatkan keadaan yang khusus . Selain itu , ibu sering
sekali mengeluhkan bayinya sering menangis, “ menolak’’ menyusu, dan sebagainya
yang sering diartikan bahwa ASI tidak cukup , atau ASI tidak enak , tidak baik, atau apa
pun pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk
menghentikan menyusui.
- Kurang / Salah Informasi.
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan lebih baik dari
ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Sebagai
contoh , banyak ibu/ petugas kesehatan yang tidak mengetahui hal-hal berikut:
1. Bayi pada minggu-minggu pertama defeksinya encer dan sering sehingga dikatakan
bayi menderita diare dan sering kali petugas kesehatan meminta untuk menghentikan
menyusui.
Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum
bersifat sebagai laksan(zat pencahar)..
2. ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain
, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan
yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. Di samping itu,
pemberian minum sebelum ASI keluar akan memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi karena
bayi menjadi kenyang dan malas menyusu.
3. Payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara
tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh
banyaknya lemak pada payudara ; sedangkan kelenjar penghasil ASI sama banyaknya
walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen
laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar .
4.Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil /menyusui antara lain meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Fisiologi laktasi.
b. Keuntungan pemberian ASI.
c. Cara menyusui yang baik dan benar.
d. Kerugian pemberian susu formula.
e. Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6 bulan.
(Dewi dan Sunarsih, 2011).
2.3.2 Bendungan ASI.
1.Konsep Dasar.
Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Prawirohardjo, 2005)
Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada
payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki kelainan puting susu (puting susu
mendatar, terbenamdan cekung).
2.Faktor-faktor Penyebab.
a. Pengosongan mammae yang tidak sempurna.
( Dalam masa laktasi ,terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-
nya berlebihan, apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu. Sisa ASI tersebut
tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif.
( Pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika
bayi tidak aktif mengisap , maka akan menimbulkan bendungan ASI.)
c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar.
(Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet
dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.
d. Puting susu terbenam.
( Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu.Karena bayi tidak
dapat menghisap puting dan aerola , bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi
bendungan ASI).
e. Puting susu terlalu panjang.
( Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi
tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI). (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
Tanda dan gejala.
Ditandainya dengan : Mamma panas serta keras pada perabaan dan nyeri ;puting susu
bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu ; Pengeluaran susu kadang terhalang oleh
duktuli laktiferi menyempit, payudara bengkak , keras, panas. Nyeri bila ditekan,
warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 38C.
- Puting Susu Datar atau Terbenam.
Secara umum , ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatal
umumnya kurang berguna, misalnya dengan memanipulasi Hofman, menarik-narik
puting , ataupun penggunaan breast shield dan breast shell.
Tindakan yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung
bayi yang kuat. Oleh karena itu , sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja
sampai bayi baru lahir.
Segera setelah pasca -lahir lakukan tindakan –tindakan sebagai berikut:
1. Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin.
2. Biarkan bayi “mencari’’ puting kemudian menghisapnya . bila perlu coba berbagai
posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang puting agar
dapat “keluar’’sebelum bayi “mengambilnya’’
3. Apabila puting benar-benar tidak bisa muncul , dapat “ditarik’’ dengan pompa
puting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit yang
dipakai terbalik.
4. Jika tetap mengalami kesulitan , usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit
penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika
memasukkan puting susu ke dalam mulut bayi.
- Puting Susu Lecet (Abraded and or Cracked Nipple)
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu , dapat pula
terjadi retak dan pembentukkan celah-celah. Retakan pada puting susu dapat sembuh
sendiri dalam waktu 48 jam.
Beberapa penyebab puting susu lecet adalah sebagai berikut: 1.Teknik menyusui yang
tidak benar.
2. Puting susu terpapar oleh sabun , krim , alkohol , ataupun zat iritan lain saat ibu
membersihkan puting susu.
3. Moniliasis pada mulut bayi.
4. Bayi dengan tali lidah pendek.
5.Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
- Payudara Bengkak.
Bedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada
payudara penuh terasa berat pada payudara , panas, dan keras; bila diperiksa ASI
keluar dan tidak ada demam.
Pada payudara bengkak ; payudara udem , sakit puting kencang, kulit mengkilap
walau tidak merah, dan bila diperiksa /diisap Asi tidak keluar. Badan bisa demam
setelah 48 jam.
Penyebab. Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinu
sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus.
Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini,
perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan, dan mungkin juga
ada perbatasan waktu menyusui. Hal ini dapat terjadi pada hari ketiga setelah
melahirkan.
Selain itu , penggunaan bra yang ketat serta keadaan puting susu yang tidak bersih
dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
Gejala. Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada
payudara bengkak: payudara udem , sakit, puting susu kencang, kulit mengkilap
walau tidak merah , dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24
jam. Sementara pada payudara penuh: payudara terasa berat, panas, dan keras; bila
ASI tidak dikeluarkan tidak ada demam.
Beberapa tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi payudara bengkak adalah
sebagai berikut:
1. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek sehingga
lebih mudah memasukkannya ke dalam mulut bayi.
2. Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan
diberikan pada bayi dengan cangkir/ sendok.
3. Untuk mengatasi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin.
4. Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak , bermanfaat untuk
membantu memperlancar pengeluaran ASI.
- Lama dan Frekuensi Menyusui.
Sebaiknya tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap bayi membutuhkan karena
bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena penyebab lain (BAK, kepanasan/kedinginan, atau sekedar
ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya . bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya , bayi tidak memiliki pola yang teratur
dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa
dijadwal dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui.
Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering
disusukan malam hari akan memicu produksi ASI. Untuk menjaga keseimbangan
ukuran kedua payudara , maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua
payudara . pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa
kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik.
Setiap kali menyusui , dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama
masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan bra yang dapat menyangga payudara,
tetapi tidak terlalu ketat. ( Dewi dan Sunarsih, 2011)
- Upaya Memperbanyak ASI.
ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai
dengan kebutuhannya. Meski demikian , tidak semua ibu mau menyusui bayinya
karena berbagai alasan , sebagai contoh: takut gemuk,sibuk , payudara kendor, dan
sebagainya. Pada lain pihak, ada juga ibu yang ingin menyusui bayinya , tetapi
mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya kurang lancar.
Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon , yaitu prolaktin dan
oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin
mempengaruhi proses pengeluaran ASI.
Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik, maka
produksi yang dihasilkan juga banyak. Namun demikian, untuk mengeluarkan ASI
diperlukan hormon oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses isapan bayi.
Semakin sering puting susu diisap oleh bayi, maka semakin banyak pula pengeluaran
ASI. (Proverawati dan Rahmawati, 2010)
- Abses Payudara (Mastitis).
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak,
terkadang diikuti rasa nyeri dan panas, serta suhu tubuh meningkat. Pada bagian
dalam terasa ada masa padat (lump), dan di luarnya kulit menjadi merah.
Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan yang diakibatkan
oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI
diisap/ dikeluarkanatau penghisapan yang tidak efektif , dapat juga karena kebiasaan
menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju / bra, serta pengeluaran ASI
yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara
yang menggantung. Ada 2 jenis mastitis , yaitu yang terinfeksi milk stasis disebut
Non-Infective Mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri: Infective Mastitis. Lecet
pada puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1.Kompres hangat /panas dan pemijatan.
2.Rangsang oksitosin; dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi puting,
pijat leher-punggung, dan lain-lain.
3.Pemberian antibiotik;Flucloxacilin atau Erythromycin selama 7-10 hari.
4.Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.
5.Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan
karena mungkin memerlukan tindakan bedah.
- Sindrom ASI Kurang.
Pada kenyataannya sering ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda yang
“mungkin saja’’ ASI benar kurang antara lain sebagai berikut.
1. Bayi tidak puas setiap selesai menyusu , menyusu dengan waktu yang sangat
lama. Akan tetapi , terkadang juga bayi lebih cepat menyusu. Disangka
produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.
2. Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu
3. Tinja bayi keras, kering, atau berwarna hijau.
4. Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI tidak
keluar pasca-kelahiran.
Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari pada tempat
kelompok faktor penyebab, yaitu sebagai berikut.
1. Faktor teknik menyusui, keadaan ini yang paling sering dijumpai , yang dapat
disebabkan oleh masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain.
2. Faktor psikologis, juga sering terjadi.
3. Faktor fisik ibu(jarang) antara lain dikarenakan oleh KB, kontrasepsi, diuretik,
hamil, merokok, kurang gizi, dan lain-lain.
4. Sangat jarang, adalah faktor kondisi bayi, misal: penyakit, abnormalitas dan lain-
lain.
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus
memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana produksi ASI
memeng tidak memadai, maka perlu upaya yang lebih, misalnya pada relaktasi. Bila
perlu dapat dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa
nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada puting untuk diisap bayi
dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI atau formula.
Hormon yang terlibat dalam proses pembentukkan ASI adalah sebagai berikut:
1. Progesteron
Mempengaruhi pertumbuhan dan ukurtan alveoli. Kadar progesteron dan estrogen
menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi ASI secara besar-
besaran.
2. Estrogen
Menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar . kadar estrogen dalam tubuh
menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap
menyusui
3. Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan
4. Oksitosin
Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melehirkan dan setelahnya, seperti
halnya juga dalam orgasme . setelah melahirkan , oksitosin juga mengencangkan otot
hal;us di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan
dalam proses turunnya susu ( Let-down/ milk ejection reflex).
5. Human placental lactogen(HPL)
Sejak bulan kedua kehamilan , plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan
dalam pertumbuhan payudara , putting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan
kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa
juga diproduksi tanpa kehamilan( induced lactation).
Kerangka Konsep
Definisi ASI
Kriteria ASI
Manfaat ASI A
Faktor penghambat pengeluaran ASI S
Komposisi ASI
Hormon yang terkandung dalam pengeluaran ASI I