17
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Intrapersonal Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek. Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo’a, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif. Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini. Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri

BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

  • Upload
    buihanh

  • View
    220

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi

di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan

internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan.

Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan

balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi

intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan

mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran

(awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator.

Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka

seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena

pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi

adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.

Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam

upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo’a, bersyukur, instrospeksi diri

dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan

kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif. Pemahaman diri pribadi ini

berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita

tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini

memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.

Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu

pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita

yang berbeda beda (multiple selves).

Unsur/elemen Komunikasi Intrapersonal :

a. Sensasi, proses menangkap stimulus pesan informasi (verbal maupun non verbal).

Pada proses sensasi ini maka panca indera manusia dibutuhkan, khususnya mata

dan telinga.

b. Persepsi, proses pemberian makna terhadap informasi yang ditangkap oleh

sensasi.Pemberian makna ini melibatkan unsur subyektif. Contohnya, nyaman

tidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara.

c. Memori, proses penyimpanan informasi dan evaluasinya dalam kognitif

individu. Kemudian informasi dan evaluasi komunikasi akan dikeluarkan atau

diingat kembali dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.

d. Berfikir, proses mengolah, memanipulasi informasi untuk memenuhi

kebutuhan atau menyelesaikan masalah. Proses ini meliputi pengambilan

keputusan, pemecahan masalah dan berfikir kreatif.

2.2 Komunikasi Antar Personal

Dalam penelitian ini, peneliti lebih fokus pada komunikasi interpersonal di

mana memiliki efektifitas cukup tinggi dalam proses komunikasi. Pengertian

Komunikasi Antar Pribadi menurut Josep A.Devito dalam bukunya “the

Interpersonal communication book” komunikasi interpersonal adalah :

“The process of sending and receiving message beetwen two persons, or among a

small group of person with some effect and some immediate feedback”

(proses penerimaan dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara

kelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik dalam

berkomunikasi secara seketika) (Devito ,1989 : 4).

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi

interpersonal adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan secara langsung

tatap muka dan bersifat pribadi oleh minimal dua orang. Komunikasi

interpersonal adalah komunikasi yang mampu menjalin keakraban antara

komunikator dan komunikannya. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang

langsung dialogis, sehingga dapat menciptakan keterbukaan dan hal utama

seseorang dalam melakukan hubungan antar pribadi adalah untuk dua hal yaitu

perasaan dan ketergantungan yang akhirnya terjalin hubungan yang lebih akrab

dengan orang lain dan dapat membentuk kinerja bersama. Komunikasi

interpersonal adalah komunikasi dalam bentuk verbal maupun non verbal, yang

proses komunikasinya berlangsung secara timbal balik antara komunikator

dengan komunikan.

Dalam penelitian ini, proses komunikasi interpersonal dapat saling

menafsirkan, memperjelas dan menyimpulkan masalah yang dibahas yaitu

mengenai penggunaan Baju Sisa Import , karena terdapat proses mulai dari

pengertian bersama tentang pemahaman Baju Sisa Import, kemudian melakukan

tindakan yang dikehendaki, mencoba mendatangi penjual Baju Sisa import.

Dengan demikian dalam proses komunikasi interpersonal tidak sekedar

menyampaikan pesan tapi perlu diperhitungkan kadar hubungan interpersonal

(relationship ). Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk peristiwa komunikasi

dalam masyarakat. Menurut Schramm (1974) di antara manusia yang saling bergaul,

ada yang saling membagi informasi, namun ada pula yang membagi gagasan dan

sikap.

Terdapat tiga pendekatan utama tentang pemikiran Komunikasi Antar

Personal berdasarkan:

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

1. Komponen-komponen utama.

Bittner (1985:10) menerangkan Komunikasi Antar Pribadi berlangsung, bila

pengirim menyampaikan informasi berupa kata-kata kepada penerima dengan

menggunakan medium suara manusia (human voice). Menurut Barnlund (dikutip

dalam Alo Liliweri;1991), ciri-ciri mengenali Komunikasi Antar Pribadi sebagai

berikut:

1. Bersifat spontan.

2. Tidak berstruktur.

3. Kebetulan.

4. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan.

5. Identitas keanggotaan tidak jelas.

6. Terjadi sambil lalu.

Seperti itulah yang terjadi pada percakapan antara penjual Baju Sisa Import

dengan pembeli, segala sesuatunya bersifat spontan, tidak direncanakan, serba

kebetulan, bahkan penjual tidak mengejar tujuan, terkesan tidak butuh dan terdapat

pola terbalik yaitu pembeli yang butuh penjual Baju Sisa Import. Tidak seperti

penjual baju (toko resmi/baju baru) pada umumnya, yang mereka mencoba mengejar

tujuan , yaitu agar baju yang dijual laku.

2. Hubungan diadik.

Hubungan diadik mengartikan Komunikasi Antar Pribadi sebagai komunikasi

yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas.

Untuk memahami perilaku seseorang, harus mengikutsertakan paling tidak dua orang

peserta dalam situasi bersama (Laing, Phillipson, dan Lee (1991:117).

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan KAP sebagai komunikasi

antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat

komunikasi ini adalah:

1. Spontan dan informal.

2. Saling menerima feedback secara maksimal.

3. Partisipan berperan fleksibel.

Peneliti menggambarkan komunikasi diadik terjadi pada saat pembeli

menceritakan pengalamannya setelah membeli Baju Sisa Import kepada teman (calon

pembeli), semuanya bersifat spontan. Percakapan dapat mengarah ketika salah satu

mulai membahas mengenai fashion yang kerap menjadi perbicangan anak muda

terutama perempuan. Pembeli menceritakan tentang pengalaman kemudian teman

(calon pembeli) menanggapi. Dalam proses menanggapi terjadi juga perhatian yang

dapat menimbulkan ketertarikan calon pembeli. Ketika komunikasi diadik

berlangsung, secara tidak langsung orang lain dapat masuk berbaur mengikuti

perbincangan yang sedang terjadi.

3. Pengembangan

Komunikasi Antar Pribadi dapat dilihat dari dua sisi sebagai perkembangan

dari komunikasi impersonal dan komunikasi pribadi atau intim. Oleh karena itu,

derajat Komunikasi Antar Pribadi berpengaruh terhadap keluasan dan kedalaman

informasi sehingga merubah sikap.

Pendapat Berald Miller dan M. Steinberg (1998: 274), pandangan

developmental tentang semakin banyak komunikator mengetahui satu sama lain,

maka semakin banyak karakter antar pribadi yang terbawa dalam komunikasi

tersebut.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

2.3 Disonansi Kognitif

Festinger menamakan perasaan yang tidak seimbang ini sebagai disonansi

kognitif, yang merupakan perasaan yang dimiliki orang ketika mereka “menemukan

diri mereka sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka

ketahui, atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang

mereka pegang”. Roger Brown (1965) mengatakan dasar dari teori ini mengikuti

sebuah prinsip yang cukup sederhana : Keadaan disonansi kognitif dikatakan sebagai

keadaan ketidaknyamanan psikologis atau ketegangan yang memotivasi usaha-usaha

untuk mencapai konsonansi. Disonansi adalah sebutan untuk ketidakseimbangan dan

konsonansi adalah sebutan untuk keseimbangan.

Teori ini juga memungkinkan dua elemen untuk memiliki tiga hubungan yang

berbeda satu sama lain: Mungkin saja konsonan (consonant), disonan (dissonant),

atau tidak relevan (irrelevant). Hubungan konsonan (consonant relationship) ada

antara dua elemen ketika dua elemen tersebut ada pada posisi seimbang satu sama

lain. Misalnya, jika Anda meyakini bahwa kesehatan dan kebugaran adalah tujuan

yang penting dan Anda berolahraga sebanyak tiga sampai lima kali dalam seminggu,

maka keyakinan Anda mengenai kesehatan dan perilaku Anda sendiri akan memiliki

hubungan yang konsonan antara satu sama lain.

Hubungan disonan (dissonant relationship) berarti bahwa elemen-elemennya

tidak seimbang satu dengan yang lainnya. Contoh dari hubungan disonan antar

elemen adalah seorang penganut agama yang mendukung hak perempuan untuk

memilih melakukan aborsi. Dalam kasus ini, keyakinan keagamaan orang itu

berkonflik dengan keyakinan politiknya mengenai aborsi.

Hubungan tidak relevan (irrelevant relationship) ada ketika elemen-elemen

tidak mengimplikasikan apapun mengenai satu sama lain. Disonansi kognitif dapat

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

memotivasi perilaku komunikasi saat seseorang melakukan persuasi kepada orang

lain dan saat orang berjuang dalam melawan disonansi kognitifnya.

Gambar 2.1. Proses Disonansi Kognitif

Sikap, pemikiran,dan perilaku yang tidak konsisten

berakibat pada

mulainya disonansi rangsangan berakibat pada yang tidak

menyenangkan

dikurangi dengan

perubahanyang menghilangkaninkonsistensi

(Sumber : Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi 1 Richard West, Lynn H. Turner: 2007)

Festinger menyebutkan dua situasi umum yang menyebabkan munculnya

disonansi, yaitu ketika terjadi peristiwa atau informasi baru dan ketika sebuah opini

atau keputusan harus dibuat, di mana kognisi dari tindakan yang dilakukan berbeda

dengan opini atau pengetahuan yang mengarahkan ke tindakan lain. Terdapat empat

sumber penyebab munculnya disonansi, yaitu :

a. Inkonsistensi Logika, yaitu logika berpikir yang mengingkari

logika berpikir yang lain.

b. Nilai Budaya, yaitu bahwa kognisi yang dimiliki seseorang di suatu budaya,

kemungkinan akan berbeda di budaya lainnya.

c. Opini umum, yaitu disonansi mungkin muncul karena sebuah pendapat yang

berbeda dengan yang menjadi pendapat umum.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

d. Pengalaman masa lalu, yaitu disonansi akan muncul bila sebuah kognisi tidak

konsisten dengan pengalaman masa lalunya.

2.3.1 Asumsi dari Teori Disonansi Kognitif

Terdapat empat asumsi dasar dari teori ini, yaitu :

a. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan

perilakunya.

b. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologi.

c. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan

tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur.

d. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha

untuk mengurangi disonansi.

2.3.2 Tingkat Disonansi

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi tingkat disonansi yang dirasakan

seseorang (Zimbardo, Ebbsen & Maslach, 1977):

1. Kepentingan (importance) atau beberapa signifikan suatu masalah, berpengaruh

terhadap tingkat disonansi yang dirasakan.

2. Rasio disonansi (dissonance ratio) atau jumlah kognisi disonan berbanding

jumlah kognisi yang konsonan.

3. Rasionalitas (rationale) yang digunakan individu untuk menjustifikasi

inkonsistensi. Faktor ini merujuk pada alasan yang dikemukakan untuk

menjelaskan mengapa sebuah inkonsistensi muncul. Makin banyak alasan yang

dimiliki seseorang untuk mengatasi kesenjangan yang ada, maka semakin sedikit

disonansi yang seseorang rasakan.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

2.3.3 Disonansi Kognitif dan Persepsi

Secara spesifik, Teori Disonansi Kognitif berkaitan dengan proses pemilihan

terpaan (selective exposure), pemilihan perhatian (selective attention), pemilihan

interpretasi (selective interpretation), , pemilihan retensi (selective retention) karena

teori ini memprediksi bahwa orang akan menghindari informasi yang meningkatkan

disonansi. Proses perseptual ini merupakan dasar dari penghindaran ini (West &

Turner : 2007)

a. Terpaan selektif (selective exposure), mencari informasi konsisten yang belum

ada, membantu untuk mengurangi disonansi. Teori ini memprediksikan bahwa

orang akan menghindari informasi yang meningkatkan disonansi dan mencari

informasi yang konsisten dengan sikap dan perilaku mereka.

b. Perhatian selektif (selective attention), merujuk pada melihat informasi secara

konsisten begitu konsistensi itu ada. Orang memerhatikan informasi dalam

lingkungannya yang sesuai dengan sikap dan keyakinannya sementara tidak

menghiraukan informasi yang tidak konsisten.

c. Interpretasi selektif (selective interpretation), melibatkan penginterpretasian

informasi yang ambigu sehingga menjadi konsisten. Dengan menggunakan

interpretasi selektif, kebanyakan orang menginterpretasikan sikap teman dekatnya

lebih sesuai dengan sikap mereka sendiri daripada yang sebenarnya terjadi.

d. Retensi selektif (selective retention), merujuk pada mengingat dan

mempelajari informasi yang konsisten dengan kemampuan yang lebih besar

dibandingkan yang kita lakukan terhadap informasi yang tidak konsisten.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

2.3.4 Mengatasi Disonansi Kognitif

Dalam kehidupan sehari hari, kita menemui keadaan tidak nyaman ketika

menghadapi situasi di mana kita harus berperilaku berbeda dengan sikap yang kita

miliki. Biasanya kita akan berusaha mengurangi ketidaknyamanan tersebut dengan

mengubah sikap atau perilaku kita untuk mencapai keseimbangan dalam diri kita.

Tiga jenis mekanisme untuk mengurangi disonansi kognitif adalah sebagai

berikut (Aronson, 1968; Festinger, 1957) :

1. Mengubah sikap atau perilaku kita menjadi konsisten satu sama lain.

2. Mencari informasi baru yang mendukung sikap atau perilaku untuk

menyeimbangkan elemen kognitif yang bertentangan.

3. Trivilization, mengabaikan atau menganggap

ketidaksesuaian antara sikap atau perilaku yang menimbulkan disonansi

sebagai suatu yang tidak penting.

2.4 Perilaku Konsumen

Perilaku Konsumen seperti didefinisikan oleh Schiffman dan Kanuk (2000)

adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan,

mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun ide yang

diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen adalah suatu proses,

yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

a. Tahap acquisition (perolehan); searching (mencari); dan

purchasing (membeli)

b. Tahap consumption (konsumsi); using (menggunakan);

evaluating (mengevaluasi)

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

c. Tahap disposition (tindakan pasca beli) apa yang dilakukan

oleh konsumen setelah produk itu digunakan atau dikonsumsi.

2.4.1 Motivasi

Schifmann dan Kanuk, 2000 memberikan pemahaman tentang motivasi

sebagai dorongan dari dalam individu yang menyebabkan dia bertindak. Sedangkan

Hilgard dan Atkinson, 1975 merumuskan motivasi sebagai keadaan aktif di dalam diri

seseorang yang mengarahkannya pada perilaku pencapaian tujuan. Kekuatan

pendorong (driving force) memicu suasana tegang (state of tension) yang disebabkan

adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi. Upaya seseorang untuk membebaskan diri

dan mengurangi ketegangan inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi inilah

yang penting bagi pemasar dengan satu pertanyaan, bagaimana motivasi ini bisa

membawa konsumen dalam proses perilaku beli terutama dalam proses mencari dan

mengevaluasi. Pada tataran ini perlu dipikirkan keterlibatan konsumen dengan

produk.

Motivasi adalah daya dorong untuk berperilaku dan perilaku itu mengarah

kepada tujuan tertentu. Tujuan adalah hasil yang dicapai oleh perilaku yang

termotivasi. Singkatnya, semua perilaku berorientasi pada tujuan, jadi tujuan adalah

daya tarik untuk berperilaku. Bila diterapkan pada perilaku beli konsumen, pilihan

tujuan mana (generik atau tujuan produk khusus) yang akan diambil untuk memenuhi

kebutuhannya, tergantung pada :

1. Pengalaman pribadi si konsumen

2. Persepsi konsumen akan dirinya sendiri (self image)

3. Kapasitas fisik

4. Norma-norma dan nilai-nilai budaya yang berlaku

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

5. Aksesibilitas tujuan di lingkungan fisik maupun sosial

Keterlibatan dapat dipahami sebagai motivasi untuk memproses informasi

produk dalam situasi dimana ada hubungan antara kebutuhan, tujuan, atau nilai – nilai

dan pengetahuan tentang produk. Bila keterlibatan suatu produk meningkat, maka

konsumen akan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap informasi yang

berhubungan dengan produk tersebut. Ada beberapa istilah untuk proses keterlibatan

yaitu:

1. Inertia, yaitu keterlibatan konsumen terhadap suatu produk

sehingga dia memperhatikan setiap informasi tentang produk tersebut.

2. Passion, yaitu keterlibatan konsumen terhadap suatu produk

karena pengaruh masa lalunya.

3. Trend, yaitu menciptakan dan meningkatkan keterlibatan

konsumen pada produk dengan membentuk suatu komunitas.

Berdasarkan pemahaman ini, terdapat tiga faktor penting yang mempengaruhi

pemrosesan informasi yaitu:

1. Persepsi

Adalah proses dimana individu diekspos untuk menerima informasi,

memperhatikan informasi tersebut dan memahaminya. Pada faktor ini proses yang

terjadi pada setiap tahapan adalah:

a. Pada tahap exposure (exposure stage) konsumen menerima

informasi melalui panca inderanya

b. Pada tahap perhatian (attention stage) mereka mengalokasikan

kapasitas pemrosesan menjadi rangsangan

c. Pada tahap pemahaman (comprehension stage), mereka

menyusun dan mengintepretasikan informasi untuk mendapatkan arti tentang

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

informasi tersebut. Pemahaman merupakan proses rangsangan panca indera

sehingga mereka dapat memahaminya.

2. Tingkat keterlibatan konsumen

Tingkat keterlibatan mempengaruhi apakah konsumen akan bergeser dari

exposure ke perhatian, dan akhirnya sampai pada tahap pemahaman persepsi.

Keterlibatan juga mempengaruhi fungsi memori.

3. Memori

Memori memandu proses exposure dan perhatian dengan membiarkan konsumen

mengantisipasi rangsangan yang mereka hadapi. Memori juga membantu proses

pemahaman keonsumen dengan menyimpan pengetahaun tentang lingkungan.

2.4.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Proses keputusan pembelian konsumen yang dikemukakan Kotler (2002:204)

terdiri dari lima tahap yang dilakukan oleh seorang konsumen sebelum sampai pada

keputusan pembelian dan selanjutnya pasca pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa

proses membeli yang dilakukan oleh konsumen dimulai jauh sebelum tindakan

membeli dilakukan serta mempunyai konsekuensi setelah pembelian tersebut

dilakukan.

Model lima tahap proses pembelian (Gambar 2.2) tersebut menjelaskan bahwa

konsumen harus melalui lima tahap dalam proses pembelian sebuah produk. Namun

hal ini tidak berlaku, terutama atas pembelian dengan keterlibatan yang rendah.

Konsumen dapat melewatkan atau membalik beberapa tahap. Dalam konteks

penelitian ini, seseorang dalam memutuskan membeli pakaian bekas impor yang biasa

digunakannya langsung mulai dari kebutuhan akan pakaian (fashion) menuju

keputusan pembelian, dan melewatkan pencarian dan evaluasi informasi.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

Gambar 2.2 Model lima tahap proses pembelian

Sumber : Buku Perilaku Konsumen, John Ihalauw; hal.8

Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan Masalah

Pada tahap ini konsumen menyadari adanya kebutuhan akan adanya pakaian

yang murah, fashionable serta banyak pilihan. Kebutuhan yang timbul ini dapat

dipicu oleh adanya rangsangan dari dalam atau dari luar yang akan menimbulkan

minat beli serta menggerakkan konsumen untuk melakukan pembelian.

2. Pencarian Informasi

Setelah konsumen merasakan adanya kebutuhan dan minat belinya timbul,

maka dia akan berusaha untuk mencari informasi lebih lanjut. Ada beberapa sumber

pokok yang akan diperhatikan konsumen dan mempunyai peranan yang cukup

penting dalam keputusan pembelian. Sumber informasi konsumen digolongkan ke

dalam empat kelompok (Kotler, 2002:205), yaitu:

a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.

b. Sumber komersial : iklan, penyalur, kemasan, pajangan di toko.

c. Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen

d. Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.

Pengenalan

Masalah

Pengenalan

Masalah

Pencarian

Informasi

Pencarian

Informasi

Evaluasi

Alternatif

Evaluasi

Alternatif

Keputusan

Pembelian

Keputusan

Pembelian

Perilaku

Pasca-Pembelian

Perilaku

Pasca-Pembelian

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

3. Evaluasi Alternatif

Sebagai hasil dari pengumpulan informasi, konsumen dapat mengetahui

merek-merek yang ada di dalam suatu kategori produk beserta karakteristiknya.

Dengan adanya pengetahuan akan keuntungan dan kerugian dari semua alternatif

merek, maka dia akan melakukan evaluasi akan merek-merek tersebut. Dalam

melakukan penilaian ini, ada beberapa proses yang mendasarinya, namun yang paling

umum adalah proses orientasi kognitif, yaitu dimana seorang konsumen dalam

melakukan keputusan pembelian akan suatu produk didasarkan pada pertimbangan

yang logis dan rasional.

4. Keputusan Pembelian

Dalam tahap penilaian alternatif, konsumen telah menentukan pilihan yang

terbaik di antara beberapa merek produk yang telah dikumpulkan. Di samping

konsumen telah memiliki keputusan dan kecendrungan atas suatu produk secara

mandiri, ada dua faktor yang turut menentukan pembentukan keputusan konsumen,

yaitu sikap orang lain serta faktor situasional yang tidak terduga. Selanjutnya

konsumen tersebut melakukan proses pengambilan keputusan konsumen yang paling

penting yaitu pembelian.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses keputusan pembelian konsumen.

Pada tahap ini, seorang konsumen akan menemukan apakah produk yang dia beli

memuaskan atau tidak serta apakah produk itu sesuai dengan harapannya atau tidak.

Pada tahap ini meliputi kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan

pemakaian produk pasca pembelian.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

2.5 KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Bagan 2.1

Baju Sisa Import “Awul-Awul’

Konsumen

Teori Perilaku Konsumen

• Pengenalan Masalah Teori Disonansi• Pncarian Informasi Kognitif• Evaluasi Alternatif• Keputusan Pembelian• Perilaku Pasca Pembelian

Pemakaian

Hasil

Proses perilaku konsumen merupakan hal yang mutlak terjadi ketika seseorang

hendak membeli sesuatu. Begitu pula yang terjadi ketika seseorang hendak membeli

Baju Sisa Import ‘Awul-awul yang notabennya memiliki citra negatif dikalangan

orang pada umumnya, mulai dari mengandung virus, penyakit, kuman, bahkan bekas

pakai orang lain yang kita tidak tahu kondisinya. konsumen akan mencari tahu

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2723/3/T1_362006034_BAB II.pdftidaknya proses komunikasi dengan orang yg kita ajak bicara. ... interpersonal

mengenai keberadaan informasi yang dapat mendukung dan mengevaluasi informasi

yang dapat meyakinkan konsumen. Berbagai macam pengaruh internal maupun

eksternal akan di dapat, maka dari situ akan timbul disonansi kognitif yang akan

mempengaruhi keputusan untuk membeli Baju Sisa import ‘Awul-awul’ atau tidak.