26
BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1. Pengertian orang tua Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Menurut Arifin keluarga diartikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dihubungkan dengan pertalian darah,perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. ( diunduh dari http://berkarya.um.ac.id/2011/04/peran-orang-tua-terhadap- anak/.senin.08:45wib.23.03.2015 ) 2. Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak Dalam buku Syamsu Yusuf (2012:37) Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikanya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Syamsu Yusuf (2012:38) Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insan (manusiawi), terutama

BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran dan Fungsi Keluarga

1. Pengertian orang tua

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu,

dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat

membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk

mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai

tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan

bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari

pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang

sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak-anak. Menurut Arifin keluarga diartikan sebagai suatu kelompok

yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dihubungkan dengan pertalian

darah,perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal

bersama.

( diunduh dari http://berkarya.um.ac.id/2011/04/peran-orang-tua-terhadap-

anak/.senin.08:45wib.23.03.2015 )

2. Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak

Dalam buku Syamsu Yusuf (2012:37) Keluarga memiliki peranan yang

sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang

tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan,

baik agama maupun sosial budaya yang diberikanya merupakan faktor yang

kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat

yang sehat.

Syamsu Yusuf (2012:38) Keluarga juga dipandang sebagai institusi

(lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insan (manusiawi), terutama

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras

manusia. Apabila mengaitkan peranan keluarga dengan upaya memenuhi

kebutuhan individu dari maslow, maka keluarga merupakan lembaga pertama

yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan dan perlakuan

yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan

dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah

memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak

dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (self-

sctualization).

Menurut Erick Erickson dalam bukunya Syamsu Yusuf (2012:38)

mengajukan delapan tahap perkembangan psikologis dalam kehidupan

seorang individu dan itu semua bergantung pada pengalaman yang

diperolehnya dalam keluarga. Selama tahun pertama, seorang anak harus

mengembangkan suatu kepercayaan dasar (basic trust), tahun kedua dia harus

mengembangkan otonomi-nya, dan pada tahun berikutnya dia harus belajar

inisiatif dan industry yang mengarahkannya ke dalam penemuan identitas

dirinya. Iklim keluarga yang sehat atau perhatian orangtua yang penuh kasih

sayang merupakan faktor esensial yang memfasilitasi perkembangan

psikologis anak tersebut.

Menurut Rifa Hidayah (2009:21) ada beberapa peran keluarga dalam

pengasuhan anak adalah sebagai berikut:

a. Terjalinya hubungan yang harmonis dalam keluarga melalui penerapan

pola asuh islam sejak dini.

1) Pengasuhan dan pemeliharaan anak dimulai sejak pra konsepsi

pernikahan. Ada tuntutan bagi orang tua laki-laki maupn perempuan

untuk memilih pasangan yang terbaik sesuai tuntutan agama dengan

maksud bahwa orang tua yang baik kemungkinan besar akan mampu

mengasuh anak dengan baik pula.

2) Pengasuhan dan perawatan anak saat dalam kandunganya, setelah

lahir dan sampai masa-masa dewasa dan seterusnya diberikan dengan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

memberikan kasih sayang sepenuhnyadan membimbing anak

beragama menyembah Allah SWT.

3) Memberikan pendidikan yang terbaik pada anak, terutama pendidikan

agama. Orang tua yang salih adalah model terbaik untuk memberi

pendidikan agama kepada anak-anak. Penanaman jiwa agama yang

dimulai dari keluarga, semenjak anak masih kecil dengan cara

membiasakan anak dengan tingkah laku yang baik.

4) Agama yang ditanamkan pada anak bukan hanya karena agama

keturunan tetapi bagaimana anak mampu mencapai kesadaran pribadi

untuk ber-Tuhan sehingga melaksanakan semua aturan agama

terutama implementasi rukun iman, rukun islam, dan ihsan dalam

kehidupan sehari-hari.

Pengasuhan yang diberikan dengan memperhatikan setiap tahap

perkembangan`anak. Sesuai tahap perkembangan, maka anak diajarkan untuk

melaksanakan kewajiban pribadi dan sosial, diantara kewajiban tersebut

adalah sebagiamana firman Allah Swt dalam (QS. Luqman: 17)

Artinya: “ hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia (manusia)

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka ) dari perbuatan yang mungkar

dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.

b. Kesabaran dan ketulusan hati. Sikap sabar dan ketulusan hati orangtua

dapat mengantarkan kesuksesan anak. Begitu pula memupuk kesabaran

anak sangat diperlukan sebagai meningkatkan pengendalian diri.

Kesabaran menjadi hal yang penting dalam hidup manusia sebab bila

kesabaran tertanam dalam diri seseorang dengan baik maka seorang akan

mampu mengendalikan diri dan perbuat yang terbaik untuk kehidupanya.

Secara psikologi dapat ditelusuri bahwa bila anak dilatih untuk memiliki

sifat sabar dengan bekal agama yang dimiliki akan berimplikasi positif

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

bagi kehidupan anak secara pribadi dan bagi orang lain /masyarakat secar

luas, diantaranya:

1) Mewujudkan kesalehan sosial dan kesalihan individu, yaitu dengan

terwujudnya kualitas keimanan pada individu dan masyarakat yang

bertaqwa, dan beramal slaeh. Seorang yang memiliki kesalehan

sosial yang tinggi memiliki empati, sosialisasi diri,

kesetiakawanan, keramahan, mengendalikan amarah, kemandirian,

sikap ketenangan dan teratur berpikir serta cermat bertindak. Sikap

yang ditunjukan akibat kesabaran diri akan membuat individu

mudah bergaul, dengan rasa aman dan damai, tanpa kekerasan.

Sikap tersebut akan mampu memupuk konsep diri seseorang.

2) Dapat membina hubungan yang baik anatar individu dan punya

semangat persaudaraan.

3) Saat seorang dalam kesabaran akan tertumpu pada nilai-nilai

ketaqwaan dan ketaatan pada Allah Swt. Seseorang yang berada

dalam keimanan dan ketaqwaan sebagaimana janji Tuhan akan

memiliki jiwa yang tenang. Dalam jiwa seorang yang tenang akan

menstabilikan tekanan pada amygdale (system syaraf emosi),

sehingga emosi stabil. Dalam keadaan emosi yang stabil, seorang

akan mudah menegendalikan diri dengan baik.

Selain melatih kesabaran, pembentukan kepribadian mental dan fisik

anak perlu disiapkan sejak dini, begitu pula bagi anak agar selalu berbuat baik

pada sesama manusia perlu ditanamkan sejak awal, sebab ada kewajiban bagi

manusia untuk selalu berbuat baik kepada manusi lain. Sebagaiman firman

Allah Swt dalam (QS. An-Nisaa:36).

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

Artinya : “ sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya

dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib

kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan

tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan

membangga-banggakan diri”.

Orang tua wajib mengusahakan kebahagiaan bagi anak dan menerima

keadaan anak apa adanya, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah Swt, serta

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Orang tua perlu tahu

bahwa anak memiliki potensi yang luar biasa dan kesuksesan seseorang

bukan mutlaq ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja (hanya sekedar IQ

Tinggi). Akan tetapi kecerdasan itu bersifat majemuk.

c. Mendisiplinkan anak dengan kasih sayang serta bersikap adil.

d. Komunikatif dengan anak. Membicarakan hal yang ingin diketahui anak,

dengan menjawab pertanyaan anak secara baik, misalkan: membicarakan

pendidikan seks dan orang tua penting memberikan pendidikan seks sejak

dini.

e. Memahami anak dengan segala aktivitasnya, termasuk pergaulanya.

3. Fungsi Keluarga

Syamsu Yusuf (2012:37) Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal

yang sangat penting bagi perkembangan emosi para anggotanya (terutama

anak). Kebahagiaan ini diperoleh apabila keluarga data memerankan

fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa

memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan yang baik

diantara anggota keluarga. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak

sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung

jawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan untuk menumbuh

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

kembangkan anak yang dicintainya. Keluarga yang hubungan antara

anggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication dapat

mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental (mental illness) bagi

anak.

Mengkaji lebih jauh tentang fungsi keluarga menurut Syamsu Yusuf

(2012:38) ini dapat dikemukakan bahwa secara psikologis keluarga berfungsi

sebagai (1) pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainya, (2)

sumber pemenuh kebutuhan, Bik fisik maupun psikis, (3) sumber kasih

sayang dan penerimaan, (4) model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk

belajar menjadi anggota masyarakat yang baik, (5) pemberi bimbingan bagi

pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat, (6) pembentuk

anak dalam memecahkan sosial masalah yang dihadapinya dalam rangka

menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan, (7) pemberi bimbingan dalam

belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk

penyesuaian diri, (8) stimulator bagi pengembangan keampuan anak untuk

mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat, (9) pembimbing

dalam mengembangkan aspirasi, dan (10) sumber persahabatan/teman

bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar

rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.

Sedangkan dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga ini dapat

diklasifikasikan ke dalam fungsi-fungsi berikut, Syamsu Yusuf (2012:39):

a. Fungsi Biologis

Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas

kesempatan dan kemudahan bagi para angotanya untuk memenuhi kebutuhan

dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi (a) pangan, sandang, dan papan,

(b) hubungan seksual suami istri,dan (c) reproduksi atau pengembangan

keturunan (keluarga yang dibangun melalui pernikahan merupakan tempat

“penyemaian” bibit-bibit insane yang fitrah). Dalam memenuhi kebutuhan

pangan, perlu diperhatikan tentang kaidah “ halalan thoyyiban” (halal dan

bergizi). Nilai halal sangat diutamakan, karena dalam agama dikemukakan

bahwa “ kullu jasadin nabata min sahaqin fannaru aula bihi ” (setiap yang

tumbuh dari yang haram, maka neraka lebih utama baginya) (H.R. Turmidzi,

dalam Panitia Mudzakarah Ulama, 1998:16).

b. Fungsi Ekonomi

Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban untuk

menafkahi anggota keluarganya (istri dan anak). Dalam Alqur’an (surat Al-

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

Baqarah:23) dikemukakan : wa’alal mauludi lahu rizquhunna,

wakiswatuhuna bilma’ruf, la tukalafu nafsun illa wus’aha”. Artinya, “ dan

kewajiban suami member makan dan pakaian kepada istri dengan cara yang

ma’ruf (baik), seorang (suami) tidak dibebani (dalam memberi nafkah),

melainkan menurut kadar kesanggupanya”

c. Fungsi Pendidikan (Edukatif)

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi

anak. Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budaya atau mediator” sosial

budaya bagi anak (Hurlock, 1956; Dan Pervin,1970) Dalam Bukunya

(Syamsu Yusuf, 2012:39). Menurut UU No. 2 Tahun 1989 Bab IV Pasal 10

Ayat 4 (Syamsu Yusuf, 2012:39): “ Pendidikan Keluarga merupakan bagian

dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan

yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan

ketrampilan”. Berdasarkan pendapat dan dictum undang-undang tersebut,

maka fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman,

pembimbingan,atau pembiasaan nilai-nilai agama, budaya, dan ketrampilan –

ketrampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak. Berkaitan dengan tanggung

jawab orang tua adalam mendidik anak, agama telah memberikan kaidah-

kaidah yang menjadi rujukan dalam rangka mengembangkan “ waladun

shalihun” (anak yang shaleh). Diantara kaidah-kaidah agama itu adalah (a)

hadis rasulullah Saw:” setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah

(tauhidulah), maka pengaruh pendidikan orangtuanyalah dia menjadi

yahudi, nasrani, atau majusi.: (H.R.Bukhari dan Muslim); hadis riwayat

Imam Hakim “ kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah mengajarinya

tulis baca, berenang, memanah dan member rizki yang baik”.

Hadis riwayat Imam Baihaqi: “ kewajiban orangtua kepada anaknya

adalah member nama yang baik dan mendidiknya akhlak yang mulia”, dan

hadis riwayat Imam Abu Daud: “suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat

ketika mereka sudah berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak

mau mengerjakanya ketika mereka sudah berusia 10 tahun dan pisahlah

tempat tidur merreka”. (b) Al-qur’an surat Luqman: yang menurut Zakiah

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

Daradjat ayat-ayat ini berisi: pembinaan jiwa orangtua (kewajiban bersyukur

kepada Allah): pembinaan/pendidikan kepada anak yang menyangkut aspek-

aspek: iman dan tauhid (tidak memusyrikan Allah), akhlak/kepribadian

(bersyukur kepada Allah dan kepada kedua orangtua, bersikap sabar dalam

menghadapi musibah, tidak bersikap sombong/angkuh kepada oranglain),

ibadah (menegakan salat, bertaubat, rajin beramal shaleh dan da’wah

memerintah atau mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan dan

melarang atau mencegah orang lain berbuat kejahatan/keburukan).

Uraian di atas menunjukan bahwa tanggung jawab orangtua dalam

mendidik anak tidak hanya sebatas anak mampu mempertahankan hidupnya,

namun lebih dari itu adalah mampu memaknai hidupnya atau memahami misi

suci hidupnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi ini.

d. Fungsi Sosialisasi

Keluarga merupakan buaian atau penyemaian bagi masyarakat masa depan,

dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu (determinant factor) yang

sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan dating. Keluarga berfungsi

sebagai miniatur masyarakat yang mensosialisasikan nilai-nilai atau peran-

peran hidup dalam masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para

anggotanya. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi

perkembangan kemampuan anak untuk mentaati peraturan (disiplin), mau

bekerjasama dengan orang lain, bersikap toleran, menghargai pendapa

gagasan orang lain, mau bertanggung jawab dan bersiakap matang dalam

kehidupan yang heterogen (etnis, ras, budaya, dan agama).

e. Fungsi Perlindungan (Protektif)

Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari

gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik-

psikologis) para anggotanya.

f. Fungsi Rekreatif

Untuk melaksankan fungs ini keluarga harus diciptakan sebagai

lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan, dan penuh

semangat bagi anggotanya. Sehubungan dengan hal itu, maka keluarga harus

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

ditata sedemikian rupa, seperti menyangkut aspek dekorasi interior rumah,

hubungan komunikasi yang tidak kaku (kesempatan berdialog bersama

sambil santai), makan bersama, bercengkrama dengan penuh suasana humor,

dan sebagainya.

g. Fungsi Agama (Religius)

Keluarga berfungsi sebagai peranan nilai-niali agama kepada anak

agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Dalam Alqur’an, surat Al-

Tahrim:6, difirmankan:

Artinya ”hai orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamudari

siksa api neraka”. Ayat ini memberiakn isyarat kepada para orangtua bahwa

mereka diwajibkan memelihara diri dan keluarganya dari muka Tuhan. Satu-

satunya cara untuk menghindari siksa api neraka atau murka Tuhan adalah

dengan beragama yang benar. Keluarga yang berkewajiban mengajar,

membimbing atau membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Para anggota keluarga yang

memilik keyakiann yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki mental yang

sehat, yakni mereka akan terhindar dari beban psikologi dan mampu

menyesuaikan dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi

aktif dalam memberikan kontribusi secara kontruktif terhadap kemajuan atau

kesejahteraan masyarakat.

Mengingat pentingnya peranan agama dalam pengembangan mental

yang sehat, maka sepatutnyalah dalam keluarga diciptakan situasi kehidupan

yang agamis.

Pengokohan penerapan nilai-nilai agama dalam keluarga merupakan

landasan fundamental bagi perkembangan kondisi atau tatanan masyarakat

yang damai dan sejahtera. Namun sebaliknya, apabila terjadi pengikisan atau

erosi nilai-nilai agama dalam keluarga atau masyarakat, akan timbul

malapetaka kehidupan yang dapat menjungkirbalikan nilai-nilai kemanusiaan.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

(suara pembaharuan: 27 november 1997) dikutip dari buku (Syamsu

Yusuf,2012:42).

4. Pola hubungan orang tua-anak (sikap atau perlakuan orang tua

terhadap anak)

Terdapat beberapa pola sikap atau perlakuan orang tua terhadap anak yang

masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap kepribadian anak

(Hurlock, 1956:504-512; schneiders, 1964: 150-156; lore, 1970:145) dalam

buku (Syamsu Yusuf, 2012:48) . Pola-pola tersebut dapat disimak pada tabel

berikut.

Tabel 2.1

Sikap atau perlakuan orang tua dan dampaknya terhadap kepribadian anak

Pola Perlakuan

Orangtua

Perilaku Orangtua Profil Tingkah Laku Anak

1. Overprotection

(terlalu

melindungi)

1. Kontak yang

berlebihan dengan

anak.

2. Perawatan/pemberi

an bantuan kepada

anak yang terus-

menerus, meskipun

anak sudah mampu

merawat dirinya

sendiri.

3. Mengawasi

kegiaatan anak

secara berlebihan.

4. Memecahkan

masalah anak

1. Perasaan tidak aman

2. Agresif dan dengki

3. Mudah merasa gugup

4. Melarikan diri dari

kenyataan

5. Sangat tergantung

6. Ingin menjadi pusat

perhatian

7. Bersikap menyerah

8. Lemah dalam “ego

strength’ aspiratif dan

toleransi terhadap frustasi

9. Kurang mampu

mengendalikan emosi

10. Menolak tanggung jawab

11. Kurang percaya diri

12. Mudah terpengaruh

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

13. Peka terhadap kritik

14. Bersiakp “ yes men”

15. Egois/selfish

16. Suka bertengkar

17. Troublemaker (pembuat

onar)

18. Sulit dalam bergaul

19. Mengalami “ homesick”

2. Permissiveness

(pembolehan)

1. Memberikan

kebebasan untuk

berpikir atau

berusaha

2. Menerima

gagasan/pendapat

3. Membuat anak

merasa diterima

dan merasa kuat

4. Toleraan dan

memahami

kelemahan anak

5. Cenderung lebih

suka member yang

diminta anak

daripada menerima

1. Pandai mencari jalan

keluar

2. Dapat bekerjasama

3. Percaya diri

4. Penuntut dan tidak sabaran

3. Rejection

(penolakan)

1. Bersikap masa

bodoh

2. Bersikap kaku

3. Kurang

memperdulikan

1. Agresif (mudah murah,

gelisah, tidak patuh/keras

kepala, suka bertengkar

dan anak)

2. Submissive (kurang dapat

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

kesejahteraan anak

4. Menampilkan sikap

permusuhan atau

dominasi terhadap

anak

mengerjakan tugas,

pemalu, suka

mengasingkan diri, mudah

tersinggung dan penakut)

3. Sulit bergaul

4. Pendiam

5. Sadis

4. Acceptance

(penerimaan)

1. Memberikan

perhatian dan cinta

kasih yang tulus

kepada anak.

2. Menempatkan anak

dalam posisi yang

penting di dalam

rumah

3. Mengembangkan

hubungan yang

hangat dengan anak

4. Bersikap respek

terhadap anak

5. Mendorong anak

untuk menyatakan

perasaan atau

pendapatnya

6. Berkomunikasi

dengan anak secara

terbuka dan mau

mendengarkan

masaalahnya

1. Mau bekerjasama

(kooperatif)

2. Bersahabat (friendly)

3. Loyal

4. Emosinya stabil

5. Ceria dan bersikap optimis

6. Mau menerima tanggung

jawab

7. Jujur

8. Dapat dipercaya

9. Memiliki perencanaan

yang jelas untuk mencapai

masa depan

10. Bersikap realistic

(memahami kekuatan dan

kelemahan dirinya secara

objektif)

5. Domination Mendominasi anak 1. Bersikap sopan dan sangat

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

(dominasi) berhati-hati

2. Pemalu, penurut, interior

dan mudah bingung

3. Tidak dapat bekerjasama

6. Submission

(penyerahan)

1. Senantiasa

memberikan

sesuatu yang

diminta anak

2. Membiarkan anak

berperilaku

semaunya di rumah

1. Tidak patuh

2. Tidak bertanggung jaawab

3. Agresif dan teledor/lalai

4. Bersikap otoriter

5. Terlalu peercaaya diri

7.punitiveness/

overdiscipline

(terlalu disiplin)

1. Mudah

memberikan

hukuman

2. Menanamkan

kedisiplinan secara

keras

1. Implusif

2. Tidak dapat mengambil

keputusan

3. Nakal

4. Sikap bermusuhan atau

agressif

Dari ketujuh sikap atau perlakuan orangtua itu, tampak bahwa sikap

“acceptance” merupakan yang baik untuk dimiliki atau dikembangkan oleh

orangtua. Sikap seperti ini ternyata telah memberikan kontribusi kepada

pengembangan kepribadian anak yang sehat.

Maka dari itu peneliti mengacu pada kategori atau sikap orang tua

yang acceptance untuk meneliti bagaimana orang tua membimbing anaknya.

Mengkaji hal yang sama, Weiten dan Lioyd dalam bukunya syamsu

yusuf (2012:49) mengemukakan lima prinsip “effective parenting” (perlakuan

orangtua yang efektif), yaitu:

a. menyusun/membuat standar (aturan perilaku) yang tinggi, namun

dapat dipahami. Dalam hal ini, anak diharapkan untuk berperilaku

dengan cara yang tepat sesuai dengan usianya.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

b. Menaruh perhataian terhadap perilaku anak yang baik dan

memberikan reward / ganjaran. Perlakuan ini perlu dilakukan

sebagai pengganti dari kebiasaan orangtua pada umumnya, yaitu

bahwa mereka suka menaruh perhatian kepada anak pada saat anak

berperilaku menyimpang, namun membiarkannya ketika melakukan

yang baik.

c. Menjelaskan alasanya (tujuannya), ketika meminta anak untuk

melakukan sesuatu.

d. Mendorong anak untuk menelaah dampak perilakunya terhadap

orang lain.

e. Menegakan aturan secara konsisten.

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI/SD

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI/SD

Bahasa Indonesia adalah bahasa bangsa yang harus dikuasai oleh setiap

warga negara Indonesia. Dan Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah salah

satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun secara

tertulis. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan dasar-dasar

berbahasa yang baik sedari usia dini. Sekolah Dasar (SD) sebagai bagian dari

wadah pendidikan anak usia dini menjadi salah satu tonggak yang penting

bagi keberlangsungan dan keberadaan Bahasa Indonesia, baik itu dalam

bahasa tulis maupun bahasa lisan.

Berdasarkan Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

SD/MI mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,

baik secara lisan maupun tulis.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

b. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara.

c. Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperhalus budi

pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Berdasarkan teori tersebut, secara umum tujuan pembelajaran

Bahasa Indonesia adalah untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun

tulisan. Akan tetapi tujuan yang lainnya juga sangat penting, baik itu yang

berhubungan dengan identitas bangsa kita maupun dengan tujuan bahasa

yang berkaitan dengan sastra dan budaya.

Diunduh dari (http://adamarihandhokoe.blogspot.com/2013/12/tujuan-

pembelajaran-bahasa-indonesia-di.html.14.06.2015.20.00wib).

2. Membaca nyaring

a. Pengertian Membaca Nyaring

Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu dia

membaca, proses membaca dapat dibagi atas:

1) Membaca nyaring, membaca bersuara, dan membaca lisan (reading

out loud, oral reading, reading aloud);

2) Membaca dalam hati (silent reading).

Pada membaca dalam hati, kita hanya mempergunakan ingatan visual

(visual memory). Dalam hal ini, yang aktif adalah mata

(pandangan;penglihatan) dan ingatan. Sedangkan pada membaca nyaring,

selain penglihatan dan ingatan, juga turut aktif auditory memory (ingatan

pendengaran) dan motor memory (ingatan yang bersangkut paut dengan otot

kita). (Moulton, 1970:15) dalam buku (Guntur Tarigan, 2008:23). .

Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan

alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau

pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan

perasaan seseorang pengarang.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

Orang yang membaca nyaring pertama-tama haruslah mengerti makna

serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan. Dia juga harus

mempelajari ketrampilan-ketrampilan penafsiran atas lambang-lambang

tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekanan sesuai dengan ujuran

pembicaraan yang hidup. Membaca nyaring yang baik menuntut agar

pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan matayang

jauh, karena dia haruslah melihat pada bahan bacaan untuk memelihara

kontak mata dengan para pendengar. Dia juga harus dapat mengelompokan

kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para pendengar.

(cole, 1950;226), (dalam Guntur Tarigan, 2008:25).

Di awal, telah diutarakan mengenai pengertian serta manfaat membaca

nyaring. Kalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari, kita harus sadar

serta mengakui bahwa sebenarnya kegunaan ketrampilan membaca nyaring

memang sangat terbatas. Sesungguhnya, sedikit orang yang terlibat atau

dituntut untuk membaca nyaring sebagai kegiatan rutin setiap hari, seperti

penyiar radio, pembicara televise, pendeta, pastor, ulama, atau actor.

Demikianlah, dari segi mayoritas, kegunaan atau kepentingannya memang

terbatas benar-benar.(broughton, (et al) 1978 : 92) (dalam Guntur Tarigan,

2008:25).

b. Keterampilan-Ketrampilan Yang Dituntut dalam Membaca Nyaring

Pembicaraan terdahulu mengemukakan bahwa membaca nyaring

merupakan suatu aktivitas yang menuntut aneka ragam ketrampilan. Di

bawah ini, dikemukakan sejumlah ketrampilan yang dituntut dalam membaca

pada setiap kelas sekolah dasar, kita khususkan di sini sekolah dasar dengan

keyakinan bahwa apabila ketrampilan-ketrampilan tersebut telah dilatih sejak

awal maka apabila para pelajar meningkat atau melanjutkan pelajaran ke

sekolah lanjutan, mereka telah mempunyai modal yang sangat penting.

Ketrampilan-ketrampilan pokok telah di tanam di sekolah lanjutan (permata

dan atas). Guntur Tarigan, (2008:25)

Daftar ketrampilan berikut ini sangat menolong para guru dalam

menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam

membaca nyaring.

Kelas I:

1) Mempergunakan ucapan yang tepat.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

2) Mempergunakan frase yang tepat (bukan kata demi kata).

3) Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah terpahami.

4) Memiliki perawakan dan sikap yang baik serta merawat buku dengan baik.

5) Meenguasai tanda-tanda baca sederhana, seperti:

Titik ( . ) Koma ( , ) Tanda Tanya ( ? ) Tanda seru ( ! )

Kelas II

1) Membaca dengan terang dan jelas.

2) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi.

3) Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata.

Kelas III

1) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi.

2) Mengerti serta memahami bahan bacaan

Kelas IV

1) Memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.

2) Kecepatan mata dan suara : 3 patah kata dalam satu detik.

Kelas V

1. Membaca dengan pemahaman dan perasaan.

2. Aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan.

3. Dapat membaca tanpa terus-menerus melihat pada bahan bacaan.

Kelas VI

1) Membaca nyaring dengan penuh perasaan atau ekspresi.

2) Membaca dengan penuh kepercayaan (pada diri sendiri) dan

mempergunakan frase atau susunan kata yang tepat.

(barbe and abbott : 156 – 167; dawson (et al) 1963 : 216) (dalam Guntur

Tarigan, 2008:26)

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

C. Aspek-Aspek Membaca Sebagai Ketrampilan Bahasa Indonesia

1. Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media

bahasa tulis (Guntur Tarigan, 1984:7). Pengertian lain dari membaca adalah

suatu proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang

bahasa tulis.

Membaca adalah suatu kegiatan atau cara dalam mengupayakan

pembinaan daya nalar (Tampubolon, 1987:6). Dengan membaca, seseorang

secara tidak langsung sudah mengumpulkan kata demi kata dalam

mengaitkan maksud dan arah bacaannya yang pada akhirnya pembaca dapat

menyimpulkan suatu hal dengan nalar yang dimilikinya.

2. Macam-macam membaca

Berdasarkan cara membaca, membaca dibedakan menjadi:

a. Membaca Bersuara (membaca nyaring).

Membaca nyaring yaitu membaca yang dilakukan dengan bersuara,

Sebenarnya apabila kita berpegang pada batasan-batasan tentang membaca,

semua perbuatan membaca tentu saja kedengaran orang lain. Perbedaannya

terletak pada persoalan berapa jauh suara bacaan dapat didengar orang lain.

Istilah membaca keras maksudnya membaca dengan suara nyaring. Oleh

karena itu adalah istilah, "membaca nyaring". Mengapa harus bersuara keras

atau nyaring karena perlu didengar oleh orang lain. Biarpun membaca untuk

diri sendiri, bagi anak kelas I mempunyai kebiasaan keras atau nyaring.

Tujuan membaca keras agar guru dan kawan sekelas dapat menyimak.

Dengan menyimak guru dapat memperbaiki bacaan siswa. Pelaksanaan

membaca dapat memperbaiki bacaan siswa. Pelaksanaan membaca keras bagi

siswa Sekolah Dasar dilakukan seperti berikut:

1) Membaca Klasikal

Yaitu membaca yang dilakukan secara bersama-sama dalam satu

kelas. Membaca klasikal biasa dilaksanakan di kelas I. Dengan tujuan supaya

anak yang belum lancar membaca bisa menirukannya lebih dahulu.

2) Membaca Berkelompok

Yaitu membaca yang dilakukan oleh sekelompok siswa dalam satu

kelas. Biasanya dilakukan secara berderet. Satu deret dijadikan satu

kelompok. Dengan membaca kelompok guru dapat memperhatikan lebih

serius (khusus) anak-anak yang sudah lancar membaca ataupun yang belum

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

lancar membaca. Bagi anak-anak yang belum lancar membaca biasanya

cenderung diam (tidak menirukan).

3) Membaca Perorangan

Yaitu membaca yang dilakukan secara individu. Membaca

perorangan diperlukan keberanian siswa dan mudah dikontrol oleh

guru. Biasa dilaksanakan untuk mengadakan penilaian.

b. Membaca dalam Hati

Membaca dalam hati yaitu membaca dengan tidak mengeluarkan

kata-kata atau suara. Dengan membaca dalam hati siswa dapat lebih

berkonsentrasi, sehingga lebih dapat memahami isi yang terkandung dalam

sebuah bacaan. Membaca dalam hati sebenarnya membaca bagi orang dewasa

atau orang tua. Tidak semua siawa SD dapat membaca dalam hati. Membaca

dalam hati siswa SD tetap dilakukan dengan membaca bersuara atau

membaca secara berbisik-bisik. Tidak dapat dilaksanakan secara sempurna.

Khusus kelas I dan kelas II tidak ada pembelajaran membaca dalam hati.

Kelas III-IV dapat dilatih membaca dengan suara bisik-bisik. Sedang kelas V-

VI dapat membaca dalam hati secara lebih baik. Tujuan pembelajaran

membaca dalam hati agar siswa dapat berkonsentrasi fisik dan mental,

membaca secepat-cepatnya, memahami isi, menghayati isi dan

mengungkapkan kembali isi bacaan.

c. Membaca Teknik

Membaca teknik hampir sama dengan membaca keras. Pembelajaran

membaca teknik meliputi pembelajaran membaca dan pembelajaran

membacakan. Membaca teknik lebih formal, mementingkan kebenaran

pembaca serta ketepatan intonasi dan jeda. Dengan mengacu pada pelafalan

yang standar, Amin mengemukakan kegiatan membaca teknikser langsung

memasuki kegiatan pembaca berita, pengumuman, ceramahi, berpidato, dsb.

Pembelajaran membaca dimaksudkan agar siswa dapat membaca untuk

keperluan diri sendiri dan untuk keperluan siswa lain. Pembaca lebih

bertanggung jawab kepada lafal dan lagu, serta isi bacaan. Pembelajaran

membacakan pembaca bertanggung jawab atas lagu dan lafal. Tetapi kurang

bertanggun jawab akan isi bacaan. Yang lebih baik akan isi bacaan ialah

pendengar atau para pendengarnya. Membaca teknik ialah cara membaca

yang mencakup sikap, dan intonasi bahasa. Latihan-latihan yang diperlukan

diantaranya seperti, Latihan membaca di tempat duduk, Latihan membaca di

depan kelas, Latihan membaca di mimbar dan Latihan membacakan.

Diunduh dari http://s-surya62.blogspot.com/2012/05/pengertian-jenis-dan-

tujuan-membaca.html.1.06.2015.20.30wib.

3. Tujuan Membaca

Guntur Tarigan (2008:9) tujuan utama dalam membaca adalah

untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna

bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Berikut ini, kita kemukakan

beberapa yang penting.

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan

yang telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh;

apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan

masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut

membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta

(reading for details or fact).

b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topic yang

baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang

dipelajari atau yang dialami tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang

dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini

disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main

ideas).

c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada

setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan

ketiga/seterusnya –setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu

masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini

disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi

cerita (reading for sequence or organization).

d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak

biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam

cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut

membaca untuk mengelompokan, membaca untuk mengklasifikasikan

(reading to classify)

e. Membaca untuk menemukanapakah tokoh berhasil atau hidup dengan

ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang

diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam

cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi

(reading to evaluate)

f. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah,

bagaiman hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal,

bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh

menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan

atau mempertentangkan (reading to compare or contrast). (Anderson,

1972:214) (dalam Guntur tarigan, 2008:11).

4. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Bahasa Indonesia

Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa

membaca adalah suatu ketrampilan yang kompleks, yang rumit, yang

mencakup atau melibatkan serangkaian ketrampilan-ketrampilan yang lebih

kecil. Dengan perkataan lain, ketrampilan membaca memncakup tiga

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

komponen, (Broughton) (et al) 1978 : 90) (dalam Guntur Tarigan, 2008: 12)

yaitu:

a. Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca;

b. Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur

linguistic yang formal; Sesuai dengan hakikat unsur-unsur linguistic

yang formal tersebut, pada hakikatnya sifat ketrampilan itu akan selalu

mengalami perubahan-perubahan pula. Unsur-unsur itu dapat

merupakan kelompok bunyi kompleks yang dapat disebut sebagai

kata, frase, kalimat, paragraph, bab, atau buku. Unsur itu dapat pula

berupa usur yang paling dasar, yaitu bunyi-bunyi tunnggal yang

disebut fonem.

c. Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau (Broughton

(et al) 1978 : 90). mencakup keseluruhan ketrampilan membaca, pada

hakikatnya merupakan ketrampilan intelektual ini merupakan

kemampuan atau abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di

atas kertas melalui unsur-unsur bahasa yang formal, yaitu kata-kata

sebagai bunyi, dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata

tersebut.

5. Aspek-Aspek Membaca

Telah diutarakan di muka bahwa membaca merupakan suatu ketrampilan

yang kompleks yang melibatkan serangkaian ketrampilan yang lebih kecil

lainya. Sebagai garis besarnya, menurut (Broughton (et al) 1978 : 211) dalam

buku (Guntur Tarigan, 2008:13) terdapat dua aspek penting dalam membaca,

yaitu.

Skema I

Aspek-aspek membaca meliputi dua ketrampilan , yaitu:

a. Keterampilan mekanis (urutan lebih rendah):

1) pengenalan bentuk huruf

2) pengenalan unsure-unsur linguistik

3) Pengenalan hubungan bunyi dan huruf

b. Ketrampilan pemhaman (urutan lebih tinggi):

1) Kecepatan membaca lambat

2) Pemahaman pengertian sederhana

3) Pemhaman signifikasi/makna

4) Evaluasi/penlaian isi dan bentuk

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

5) Kecepatan membaca

Skema II

Membaca survei

Membaca membaca sekilas

Membaca nyaring membaca

Ekstensif membaca dangkal

Membaca

dalam hati membaca

teliti

membaca - membaca

pemahaman

membaca telaah isi - membaca

kritis intensif -

membaca ide-ide

membaca membaca

bahasa telaah

bahasa

membaca

sastra

kriteria yang dibuat oleh peneliti tentang kemampuan membaca

adalah siswa dapat membaca dengan lancar, ketepatan membaca dan

memahami isi bacaan. Dengan setiap kategori mempunyai kriteria yaitu,

lancar, sedang dan lambat. Dan setiap criteria mempunyai nilai tersendiri

lacar bernilai 5, sedang 3, dan lambat 1.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

D. Penelitian Terdahulu

Pertama skripsi dari IIS ISTIANAH program study Pendidikan

Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiya Nurul Hikmah Cianjur dengan

judul “ PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI DESKRIPTIF TERHADAP

ORANG TUA SISWA MI SWASTA AS-SA’IDIYAH CIPANAS

KABUPATEN CIANJUR Th PELAJARAN 2010-2011)” Program Studi

Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nurul Hikmah

Cianjur. Skripsi tersebut di dalamnya menggunakan sampel random diambil

dari kelas I,II,III dan setiap kelas diambil 7 orang untuk sampel. Dan

skripsinya meneliti bagaimana motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

dan dikaitkan dengan bimbingan orang tua sehari-harinya.

Yang kedua skripsi dari AEP SAEPULAH program study pendidikan

guru madrasah ibtidaiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati

Cirebon dengan judul “HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN

ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN IPA DI MI AN-NUR KECAMATAN PEKALIPAN

KOTA CIREBON ” Skripsi tersebut di dalamnya menggunakan

pengambilan sample, dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Kluster

sample, yang dimaksud kuster sample ini adalah satuan-satuan sample tidak

terdiri dari individu melainkan dengan kelompok- kelompok individu atau

kluster. Penelitian ini sampelnya yaitu kelas V. Skripsi kedua ini yang

dimiliki oleh AEP SAEPULAH meneliti tentang hasil belajar ipa dan

bimbingan orang tua di rumah. jadi intinya penelitian ini ingin mengetahui

bagaimana pengaruh bimbingan orang tua terhadap prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran ipa.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

Dari penelitian terdahulu dengan skripsi peneliti dengan judul “

PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP KEMAMPUAN

MEMBACA SISWA KELAS RENDAH DI SD NEGERI CIMOHONG

02 SEMESTER GANJIL TAHUN 2015/2016 KECAMATAN

BULAKAMBA KABUPATEN BREBES” yang membedakan adalah

skripsi peneliti menggunakan purposive sampling. Sampelnya mengambil

kelas III dan meneliti bimbingan orang tua dalam memberi perhatian,

bimbingan belajar terutama membimbing untuk mahir membaca dan meneliti

kemampuan membaca siswa di kelas rendah.

E. Kerangka Berfikir

Menurut Soekanto, Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Sedangkan

Biddle dan Thomas, Peran adalah serangkaian rumusan yang

membatasi perilaku-

perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.

Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa

memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-

lain.(diunduh dari http://fahir-blues.blogspot.com/2013/06/teori-peran-dan-

definisi-peran-menurut.html senin_09:05_23.03.2015).

Menurut peneliti Salah satu dari peranan orang tua terhadap keberhasilan

pendidikan anaknya adalah dengan memberikan perhatian atau bimbingan

terutama pada kegiatan belajar mereka di rumah. Perhatian orang tua

memiliki pengaruh psikologis yang besar terhadap kegiatan belajar anak.

Dengan adanya perhatian dari orang tua, anak tersebut mempunyai motivasi

dari dalam dirinya maka anak akan lebih giat dan lebih bersemangat dalam

belajar karena orang tuanya menginginkan kesuksesanya bukan dirinya

sendiri saja. Maka dari itu Orang tua memberi perhatian kepada anaknya dan

dari perhatian, orang tua memberi bimbingan belajar membaca sehingga

anak rajin membaca dan hasilnya anak dappat membaca dengan mahir sesuai

dengan tahapan kelasnya.

Orang tua memegang peranan yang amat penting untuk meningkatkan

perkembangan dan prestasi anak, terutama membimbing anak untuk

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

membaca karena membaca adalah kunci segalanya. Dan tanpa dorongan dan

motivasi orangtua, maka prestasi belajar anak akan mengalami hambatan dan

menurun. Pada umumnya ada sebagian orang tua yang kurang memahami

betapa pentingnya peranan mereka dalam prestasi belajar anaknya. Bila

semakin sedikit perhatian orangtua terhadap prestasi belajar anak-anaknya

maka semakin rendah pula prestasi yang akan dicapai sang anak dalam

sekolahnya.

Tabel 2.2

BAGAN KERANGKA BERFIKIR

Orang Tua

Orangtua

membimbing

anaknya belajar

membaca

Perhatian Orang

Tua

Anak rajin

belajar di rumah

Anak dapat membaca

dengan mahir sesuai

dengan tahapan

kelasnya

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Peran dan Fungsi Keluarga 1

F. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:96) Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Menurut Fred N.Kelinger 1973 dalam buku Sumanto

(2014:51) hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan yang merupakan

“dugaan” mengenai hubungan antara dua variable atau lebih.

Berdasarkan permasalahan yang diajukan dengan ditunjang kerangka berfikir

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis Alternatif (Ha )

Diduga terdapat pengaruh antara variabel X (bimbingan orangtua) dengan

variabel Y (kemampuan membaca siswa kelas rendah).

2. Hipotesis Nihil ( H0 )

Diduga tidak terdapat pengaruh antara variabel X (bimbingan orangtua)

dengan variabel Y (kemampuan membaca siswa kelas rendah).