33
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran Teori peran (role theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikolog, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi. Dalam ketiga bidang ilmu tersebut, istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bercermin sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu (Sarwono, 2013: 215). Menurut Biddle dan Thomas dalam Sarwono (2013: 215), membagi peristilahan teori peran dalam empat golongan yaitu mengangkut: a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial; b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut; c. Kedudukan orang-orang dalam berperilaku; d. Kaitan antar orang dan perilaku. Soekanto (2007: 213), mengungkapkan bahwa peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Sedangkan menurut Biddle dan Thomas dalam Suwarno (2013: 224), menyatakan bahwa peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Hal ini senada dengan Suhardono (1994: 15), mendefinisikan bahwa peran merupakan seperangkat patokan, yang membatasi apa perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Peran

Teori peran (role theory) adalah teori yang merupakan perpaduan

berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Selain dari psikolog, teori

peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan

antropologi. Dalam ketiga bidang ilmu tersebut, istilah “peran” diambil

dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bercermin sebagai

seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan

untuk berperilaku secara tertentu (Sarwono, 2013: 215).

Menurut Biddle dan Thomas dalam Sarwono (2013: 215),

membagi peristilahan teori peran dalam empat golongan yaitu

mengangkut:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial;

b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut;

c. Kedudukan orang-orang dalam berperilaku;

d. Kaitan antar orang dan perilaku.

Soekanto (2007: 213), mengungkapkan bahwa peran merupakan

aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak

dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan

suatu peranan. Sedangkan menurut Biddle dan Thomas dalam Suwarno

(2013: 224), menyatakan bahwa peran adalah serangkaian rumusan yang

membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan

tertentu. Hal ini senada dengan Suhardono (1994: 15), mendefinisikan

bahwa peran merupakan seperangkat patokan, yang membatasi apa

perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

9

posisi. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994: 768)

sebagai berikut :

1) Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh manajemen.

2) Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status.

3) Bagian suatu fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.

4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang

ada padanya.

5) Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

Suhardono dalam Patoni (2007: 40), mengungkapkan bahwa peran

dapat dijelaskan dengan beberapa cara yaitu: pertama, penjelasan historis:

konsep peran pada awalnya dipinjam dari kalangan yang memiliki

hubungan erat dengan drama dan teater yang hidup subur pada zaman

Yunani Kuno atau Romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang

disandang atau dibawakan seseorang aktor dalam sebuah pentas dengan

lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial, peran dalam

ilmu sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika

menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu. Dengan menduduki

jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang

didudukinya tersebut.

Dalam ilmu sosiologi ditemukan dua istilah yang akan selalu

berkaitan, yakni status (kedudukan) dan peran sosial dalam masyarakat.

Status biasanya didefinisikan sebagai suatu peringkat kelompok dalam

hubungannya dengan kelompok lain. Adapun peran merupakan sebuah

perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status

tertentu tersebut (Mahmud, 2012: 109).

Adapun pembagian peran menurut Soekanto (2001: 242), peran

dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:

a) Peran Aktif

Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena

kedudukannya di dalam kelompok sebagai aktifitas kelompok, seperti

pengurus, pejabat, dan lain sebagainya.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

10

b) Peran Partisipasif

Peran partisipasif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok

kepada kelompoknya yang memberikan sumbangan yang sangat

berguna bagi kelompok itu sendiri.

c) Peran Pasif

Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif,

dimana anggota kelompok menahan diri agar memberikan kesempatan

kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok sehingga berjalan dengan

baik.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dijelaskan bahwa peran

merupakan seperangkat perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh

seseorang yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya serta tindakan

tersebut sangat diharapkan oleh orang lain.

Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebgai suatu rangkaian

perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian

seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan.

Dari pengertian diatas, penulis menyebutkan bahwa peran adalah

suatu sikap atau perilaku yang diharapkan individu atau sekelompok

individu terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu.

Berdasarkan hal-hal diatas dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan

dengan peran keluarga dan masyarakat, peran diartikan sebagai hak dan

kewajiban orangtua untuk memberikan pendidikan yang baik.

2. Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal,

mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait

secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang

menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih

kompleks dan riil (Winarno, 2014: 173).

Lingkungan dapat pula berbentuk lingkungan fisik dan nonfisik.

Lingkungan alam dan buatan adalah lingkungan fisik. Sedangkan

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

11

lingkungan nonfisik adalah lingkungan sosial budaya dimana manusia itu

berada. Lingkungan sosial adalah wilayah tempat berlangsungnya berbagai

kegiatan, yaitu interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta

pranatanya dengan simbol dan nilai, serta terkait dengan ekosistem

(sebagai komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau peruntukan

ruang (sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan).

Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada

pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi

kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu

kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan

makhluk hidup lainnya. Arti penting lingkungan bagi manusia adalah

sebagai berikut.

a. Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup,

berada, tumbuh, dan berkembang diatas bumi sebagai lingkungan.

b. Lingkungan membero sumber-sumber penghidupan manusia.

c. Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang

mendiaminya.

d. Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.

e. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan

untuk kebutuhan dan kebahagiaan hidup (Winarno, 2014: 174).

Lingkungan yang baru atau situasi yang baru sering berpengaruh

terhadap seseorang mungkin saja bagi salah satu anggota lingkungan atau

situasi yang baru membuat nyaman tetapi tidak bagi anggota lainnya.

Misalnya, seorang ayah (suami) yang tugasnya berpindah-pindah daerah

atau negara membuat istri dan anknya juga harus mengikutinya. Mereka

harus sering menghadapi lingkungan yang selalu baru baik dari bahasa,

gaya hidup, budaya, sampai nilai-nilai yang diyakininya dan tentu saja

tidak semua lingkungan yang baru tersebut cocok dengan dirinya.

Demikian pula dengan anaknya, anak harus berpindah-pindah sekolah

yang tentunya setiap sekolah memiliki karakteristik atau standar yang

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

12

berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Situasi ini jelas dapat

menimbulkan konflk dalam keluarga (Helmawati, 2014: 149).

Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan

melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia

dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

manusia secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan.

Dan latar tempat berlangsungnya pendidikan itu di sebut lingkungan

pendidikan, khususnya pada dua lingkungan utama pendidikan yakni

keluarga dan masyarakat (Umar Tirtaraharja et.al, 1990: 40).

a. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhunya

terhadap proses sosialisasi. Hal ini dimungkinkan sebab berbagai kondisi

keluarga; pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu bertatap

muka di antara anggota, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan

anggota-anggotanya. Kedua, orang tua memiliki kondisi yang tinggi untuk

mendidik anak-anaknya sehingga menimbulkan hubungan emosional yang

hubungan ini sangat memerlukan proses sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan

sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua memiliki peranan yang

penting terhadap proses sosialisasi kepada anak (Setiadi, 2011:176).

Keluarga merupakan lingkungan pertama anak dalam mendapatkan

pendidikan, oleh karena itu, keluarga memiliki peranan yang penting dalam

perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif terhadap

perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh negatif

(Sudarsono,2006: 125). Mendidik anak bagi orangtua merupakan tugas dan

tanggung jawab yang tidak dapat ditawar-tawar, karena tanggung jawab ini

sangat penting dalam rangka mengembangkan anak secara utuh dan

sempurna, sehingga nantinya anak dapat menjadi manusia dewasa yang dapat

mengemban kewajiban, menjalankan risalah dan menjalankan tanggung

jawabnya, baik secara pribadi, sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat,

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

13

sebagai warga Negara, sebagai warga dunia maupun sebagai makhluk ciptaan

Tuhan yang Maha Kuasa (Taqiyuddin, 2008: 109).

Sebelum anak mengenal lingkungan sekolah dan masyarakat,

keluargalah yang pertama dijumpainya. Lingkungan keluarga merupakan

lingkungan pendidikan yang paling berpengaruh dibandingkan yang lain,

karena seorang anak yang lahir sejak awal kehidupannya, dan dalam

keluargalah ditanamkan benih-benih pendidikan (Dimyati dkk, 2002: 16).

Kartono (1995: 16) bahwa lingkungan keluarga meliputi unit sosial

terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak, karena

itu baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan

pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak.

Masyarakat dan keluarga adalah tempat anak-anak belajar tumbuh dan

berkembang menuju kedewasaan. Disamping itu keluarga merupakan

lembaga pertama dimana anak mengenal lingkungan masyarakatnya dan

menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Di dalam keluarga kepribadian anak

akan terbentuk karena daya interaksi yang intim antara anggota keluarga

terutama orang tua (ayah dan ibu).

Lingkungan keluarga yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu

perhatian dan kasih sayang dari orangtua, figur keteladanan orangtua bagi

anak, dan keharmonisan keluarga (Gerungan, 2002: 185). Peran lingkungan

keluarga terhadap perkembangan anak meliputi: status sosial ekonomi,

keutuhan keluarga, sikap, dan kebiasaan orangtua dan status anak.

Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara

langsung atau tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kepribadian dan

perilaku sosial dalam perkembangan anak. Pendidikan keluarga adalah

fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan

yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu

selanjutnya, baik di sekolah maupun masyarakat.

Dalam proses sosialisasi di dalam lingkungan keluarga tertuju pada

keinginan orang tua untuk memotivasi pada anak agar mempelajari pola

perilaku yang diajarkan keluarganya. Adapun bentuk motivasi sendiri apakah

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

14

bersifat coersive atau participative tergantung pada tipe keluarga tersebut,

mengingat model yang digunakan oleh masing-masing keluarga didalam

melakukan sosialisasi ada yang bertipe otoriter dan ada yang bertipe

demokratis (Setiadi, 2011:177).

Menurut Baharudin dan Nurwahyuni (2010:27) lingkungan sosial

keluarga sangat mempengaruhi lingkungan belajar. Ketegangan keluarga,

sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,

semuanya dapat memberi dampak terhadap anak. Hubungan antara anggota

keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu

anak melakukan aktifitas yang baik.

Sosialisasi diakukan berdasarkan pola keluarga yang dimiliki. Bernstein

menemukan dua tipe ideal dari pola keluarga, yaitu keluarga yang

berorientasi kepada posisi dan pribadi. Keluarga posisional seperti dikutip

oleh Robinson (1986:81-82), merupakan keluarga dimana terjadi pemisahan

peran yang jelas diantara para anggotanya, sebagai ayah, ibu, anak, atau pada

usia tertentu sebagai kakek atau nenek. Sosialisasi anak dalam keluarga

seperti ini terjadi dalam suatu kerangka yang jelas.dalam kaitannya dengan

sosialisasi dalam keluarga posisional, anak yang mengalami sosialisasi akan

sangat memerhatikan posisi mereka dalam huungan dengan orang lain.

Adapun keluarga yang terpusat pada pribadi merupakan keluarga dimana

anak dipandang dalam rangka karakteristik unik yang dimilikinya sebagai

pribadi. Dalam keluarga yang bertipe ini, sejak si anak masih kecil, telah peka

dan secara aktif dirangsang perkembangan bahasanya, agar dapat dikontrol

sesuai cara mereka sendiri. Mereka yang disosialisasikan melalui keluarga

yang terpusat pada pribadi yang akan dididik, dipuji, dan dikembangkan

sesuai dengan format keluarga. Dengan kata lain, bakat, potensi, dan

kompetensi yang dimilikinya dikembangkan tidak jauh dari apa yang dimiliki

oleh keluarga (Damsar, 2011:70-71)

Dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga merupakan kesatuan-

kesatuan kemasyarakatan yang paling kecil sebagai suatu kesatuan melalui

ikatan didasarkan perkawinan, dimana tiap-tiap anggota mengabdikan kepada

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

15

kepentingan dan tujuan keluarga dengan rasa kasih dan tanggung jawab. Jadi

keluarga merupakan lingkungan pertama anak memperoleh pendidikan dan

terbentuknya kepribadian anak dapat terlihat dari cara orangtua mendidik

anaknya, setiap anak pasti memiliki kepribadian yang berbeda karena berasal

dari keluarga yang berbeda pula. Perilaku orang tua sangat berpengaruh

dalam membentuk kepribadian anak seperti pola asuh, kelekatan anak dan

orangtuanya, serta pemberian perlakuan yang tidak tepat terhadap anak.

Pembentukan anak bermula atau berawal dari keluarga. Pola asuh orang

tua terhadap anak-anaknya sangat menentukan dan memengaruhi kepribadian

(sifat) serta perilaku anak. Anak menjadi baik atau buruk semua tergantung

dari pola asuh orangtua dalam keluarga. Berikut ini diuraikan macam-macam

pola asuh orangtua terhadap anak.

1) Pola Asuh Otoriter (Parent Oriented)

Pola asuh otoriter pada umumnya menggunakan pola komunikasi

satu arah (one way communication). Ciri-ciri pola asuh ini menekankan

bahwa segala aturan orangtua harus ditaati oleh anaknya. Inilah yang

dinamakan win-lose solution. Orangtua memaksakan pendapat atau

keinginan pada anaknya dan bertindak semena-mena (semuanya kepada

anak), tanpa dapat dikritik oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh

membantah terhadap apa-apa yang diperintahkan atau dikehendaki oleh

orangtua. Anak tidak diberi kesempatan menyampaikan apa yang

dipikirkan, diinginkan, atau dirasakannya (Helmawati, 2014: 138).

Segi positif dari pola asuh ini yaitu anak menjadi penurut dan

cenderung akan menjadi disiplin yakni menaati peraturan yang ditetapkan

orangtua. Namun, mungkin saja anak tersebut hanya mau menunjukkan

disiplinnya di hadapan orangtua, padahal di dalam hatinya anak

membangkang sehingga ketika berada di belakang orangtua anak akan

bertindak lain. Jika ini terjadi, maka perilaku yang dilakukannya hanya

untuk menyenangkan hati orangtua atau untuk menghindari dirinya dari

hukuman (Helmawati, 2014: 138).

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

16

2) Pola Asuh Permisif (Children Centered)

Pada umumnya pola asuh permisif ini menggunakan komunikasi

satu arah (one way communication) karena meskipun orangtua memiliki

kekuasaan penuh dalam keluarga terutama terhadap anak, tetapi anak

memutuskan apa-apa yang diinginkannya sendiri baik orangtua setuju

ataupun tidak. Pola ini bersifat children centered maksudnya adalah

bahwa segala aturan dan ketetapan keluarga berada di tangan anak.

Anak cenderung bertindak semena-mena, ia bebas melakukan apa

saja yang diinginkannya tanpa memandang bahwa itu sesuai dengan nilai-

nilai atau norma yang berlaku atau tidak. Sisi negatif dari pola asuh ini

adalah anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku.

Namun sisi positifnya, jika anak menggunakannya dengan tanggung

jawab maka anak tersebut akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif,

inisiatif, dan mampu mewujudkan aktualisasi dirinya di masyarakat

(Helmawati, 2014: 139).

3) Pola Asus Demokratis

Pola asus demokratis menggunakan komunikasi dua arah (two

ways communication). Kedudukan antara orangtua dan anak dalam

berkomunikasi sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan

mempertimbangkan (keuntungan) kedua belah pihak (win-win solution).

Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya, apa yang

dilakukan anak tetap harus ada di bawah pengawasan orangtua dan dapat

dipertanggung jawabkan secara moral.

Orangtua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena pada salah

satu pihak; atau kedua belah pihak tidak dapat memaksakan suatu tanpa

berkomunikasi terlebih dahu dan keputusan akhir di setujui oleh keduanya

tanpa merasa tertekan. Sisi positif dari komunikasi ini adalah anak akan

cenderung merongrong kewibawaan otoritas orangtua, kalau segala

sesuatu harus dipertimbangkan antara orangtua dengan anak.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

17

4) Pola Asus Situasional

Dalam kenyataannya setiap pola asuh tidak di terapkan secara kaku

dalam keluarga. Maksudnya, orangtua tidak menetapkan salah satu tipe

saja dalam mendidik anak. Orangtua dapat menggunakan satu atau dua

(campuran pola asuh) dalam situasi tertentu. Untuk membentuk anak agar

menjadi anak yang berani menyampaikan pendapat sehingga dapat

memiliki ide-ide yang kreatif, berani dan juga orangtua dapat

menggunakan pola asus demokratis, tetapi pada situasi yang sama jika

ingin memperlihatkan kewibawaannya, orangtua dapat memperlihatkan

pola asus parent oriented (Helmawati, 2014: 139).

Peran keluarga memiliki nilai utama dalam menentukan

keberhasilan nilai yang telah ditanamkan oleh keluarga terutama orangtua,

karena penanaman nilai merupakan bagian terpenting dari pembentukan

karakter anak. Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam

perkembangan kepribadian anak yang dipengaruhi beberapa faktor,

sehingga interaksi orangtua dan anak berlangsung secara tepat (Hawari,

1993: 31).

Analisis dari paparan diatas, bahwa peran keluarga merupakan

suatu tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang

mempunyai kedudukan di masyarakat dalam memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak yang di didik. Di dalam keluarga orangtua

memiliki peran yang sangat penting bagi seorang anak dengan peran yang

dimiliki akan mempengaruhi perilaku anak, ketika seorang anak ingin

berperilaku, maka anak dapat menyesuaikan perilkunya. Jika orang tua

dapat menjalankan peran dengan baik seperti memberi contoh perilaku

yang benar.

Peranan keadaan keluarga dalam perkembangan sosial anak bukan

hanya sebatas situasi sosial dan ekonomi saja melainkan pada

interaksinya begitu juga cara dan sikap dalam pergaulan yang memegang

peranan cukup penting (Gerungan, 1988: 189).

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

18

b. Pengertian Masyarakat

Masyarakat merupakan kelompok orang yang memiliki hubungan antar

individu melalui hubungan yang tetap, atau kelompok sosial yang besar yang

berbagi wilayah dan subjek yang sama kepada otoritas dan budaya yang sama

(http://id.m.wikipedia.org/wiki/masyarakat)

Lingkungan masyarakat adalah tempat atau suasana dimana sekelompok

orang merasa sebagai anggotanya, seperti lingkungan kerja, lingkungan RT,

dan sebagainya. Di lingkungan mana pun seseorang pasti akan tersosialisasi

dengan tata aturan yang berlaku di lingkungan tersebut (Setiadi, 2011:181).

Lembaga dan organisasi yang ada di lingkungan masyarakat adalah

sebagai berikut :

1) Masjid

Sebagai lingkungan pendidikan, masjid mempunyai dua fungsi, yaitu

fungsi edukatif dan fungsi sosial. Fungsi edukatif adalah masjid

berfungsi sebagai markas pendidikan. Fungsi sosial adalah masjid

dijadikan tempat musyawarah umat, di masjid kaum muslimin telah

menjalin silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah sehingga mereka menjadi

suatu masyarakat yang kuat yang dapat berperan serta dalam mendidik,

membangkitkan serta menghidupkan generasi umat.

1) Asrama

Kehidupan asrama berbeda dengan kehidupan di lingkungan

keluarga. Pada umumnya penghuni asrama terdiri atas anak-anak yang

sebaya atau hampir sama. Suasana kehidupan di asrama banyak diwarnai

oleh pemimpin dan pendidik yang mengolahnya. Bervariasinya anggota

asrama juga ikut mewarnai suasana kehidupan asrama. Demikian pula

tatanan dan cara hidup kebersamaan serta jenis kelamin dari penghuninya

turut membentuk suasana asrama yang bersangkutan.

2) Perkumpulan Remaja

Remaja biasanya membutuhkan suatu tempat untuk berkumpul

dengan tujuan saling tukar pikiran atau hanya sekedar ngobrol atau

curhat. Dalam melaksanakan semua aktivitas dalam perkumpulan mereka

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

19

memerlukan bantuan dan bimbingan dari semua pihak, seperti orang tua,

bimbingan guru-guru serta pengarahan para ulama (Masdudi, 2014:28-

29).

Lingkungan masyarakat secara tidak langsung akan berpengaruh

terhadap pembentukan kepribadian anak setelah keluarga. Lingkungan

masyarakat merupakan tempat untuk bersosialisasi, jadi peran

masyarakat sangat penting dalam mendidik dan mengarahkan anak untuk

menjadi pribadi yang lebih baik dimana faktor lingkungan ini sangat

berperan terhadap pembentukan kepribadian anak seperti faktor dari

teman sebaya, tetangga, lingkungan kondisi tempat tinggal dan lain

sebagainya.

Yang termasuk dalam lingkungan sosial anak adalah masyarakat.

Masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga. Jika keluarga-keluarga dalam

masyarakat itu baik, anak-anak mendapat kontribusi yang juga baik

dalam proses interaksinya. Namun sebaliknya, jika lingkungan dalam

masyarakat itu buruk, anak cenderung akan terpengaruh menjadi negatif

(Helmawati, 2014: 203).

3. Kepribadian

Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari

bahasa latin personare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound

trought). Istilah ini digunakan untuk menunjukan suara dari percakapan

seorang pemain sandiwara melalui topeng (masker) yang dipakainya.

Pada mulanya istilah persona berarti topeng yang dipakai oleh pemain

sandiwara, dimana suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian

kata persona itu berarti pemain sandiwara itu sendiri (Purwanto,1990:

154).

Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas

dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang

diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga

bawaan seseorang sejak lahir (Sjarkawi, 2006:11). Selanjutnya, Koswara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

20

menegaskan bahwa definisi kepribadian dapat dikategorikan menjadi dua

pengertian, yaitu sebagai baerikut:

a. Menurut pengertian sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk

menggambarkan : (1) identitas diri, jati diri seseorang, seperti: “saya

seseorang yang terbuka” atau “saya seorang pendiam”, (2) kesan

umum seseorang tentang diri anda atau orang lain, seperti “dia

agresif” atau “dia jujur”, dan (3) fungsi-fungsi kepribadian yang

sehat atau bermasalah, seperti: “dia baik” atau “dia pendendam”

(Yusuf, 2011: 3).

b. Menurut pengertian psikologi (Sjarkawi, 2006: 17)

1) George Kelly (2005) menyatakan bahwa kepribadian sebagai cara

yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-

pengalaman hidupnya.

2) Gordon Allport (2005) menyatakan bahwa kepribadian

merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik

individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu

secara khas.

3) Sigmund Freud (2005) menyatakan bahwa kepribadian

merupakan suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id,

ego, dan super ego, sedangkan tingkah laku tidak lain merupakan

hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga unsur dalam sistem

kepribadian tersebut.

4) Schaefer dan Lamm (1998: 97) menyatakan kepribadian adalah

keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri khas, dan perilaku

seseorang. Berdasarkan pendapat tersebut, kepribadian secara

sederhana dapat diartikan sebagai ciri atau karakteristik atau sifat-

sifat khas suatu individu yang bersumber dari bentukan-bentukan

yang diterimanya sebagai hasil proses sosialisasi terhadap

lingkungan di sekitarnya, misalnya keluarga, teman bermain, dan

sebagainya (Wardiyatmoko, 2009: 70).

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

21

c. Aspek-aspek Kepribadian

Telah dikatakan bahwa kepribadian itu mengandung pengertian

yang kompleks. Ia terdiri dari bermacam-macam aspek, baik fisik

maupun psikis. Meskipun telah banyak disinggung dalam uraian-uraian

terdahulu, secara lebih terperinci ada baiknya kita uraikan beberapa

aspek kepribadian yang penting berhubungan dengan pendidikan, dalam

rangka pembentukan pribadi anak-anak didik (Purwanto,1990: 156).

Sifat-sifat kepribadian (personality traits). Seperti telah

dikemukakan dalam pasal-pasal yang lalu, yaitu sifat-sifat yang ada pada

individu seperti antara lain : penakut, pemarah, suka bergaul, peramah,

suka menyendiri, sombong, dan lain-lain. Pendekatannya sifat-sifat yang

merupakan kecenderungan-kecenderungan umum pada seorang individu

untuk menilai situasi-situasi dengan cara-cara tertentu dan bertindak

sesuai dengan penilaian itu (Purwanto,1990: 157)

Menurut Gunadi pada umumnya terdapat lima penggolongan

kepribadian yang sering dikenal dalam sehari-hari, yaitu sebagai berikut.

1). Tipe Sanguin

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain :

memiliki banyak kekuatan, bersemangat, mempunyai gairah hidup,

dapat membuat lingkungannya gembira dan senang. Akan tetapi, tipe

ini pun memiliki kelemahan, antara lain : cenderung impulsif,

bertindak sesuai emosinya atau keinginannya.

2). Tipe Flegmatik

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain :

cenderung tenang gejolak emosinya tidak tampak, misalnya dalam

kondisi sedih atau senang, sehingga turun naik emosinya tidak

terlihat jelas.

3). Tipe Melankolik

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain:

terobsesi dengan karyanya yang paling bagus atau paling sempurna,

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

22

mengerti estetika keindahan hidup, perasaannya sangat kuat, dan

sangat sensitif.

4). Tipe Kolerik

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain:

cenderung berorientasi pada pekerjaan dan tugas, mempunyai

disiplin kerja yang sangat tinggi, mampu melaksanakan tugas dengan

setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya.

5). Tipe Asertif

Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain:

mampu menyatakan pendapat, ide, dan gagasannya secara tegas,

kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak menyakiti orang lain.

Kepribadian merupakan kesatuan baru keseluruhan tingkah laku jiwa dan

raga seseorang. Baik dan buruk gerak tingkah laku tersebut terlihat dari sifat

dan sikap seseorang. Menurut Purwanto (1990 : 140) menyebutkan bahwa

kepribadian sangat erat hubungannya dengan sikap, sifat, temperamen dan

watak yang kesemuanya itu merupakan ciri-ciri kepribadian.

Sifat, adalah ciri-ciri tingkah laku yang tetap pada seseorang atau

perbuatan yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dirinya sendiri,

seperti pembawaan, minat, keadaan tubuh, cenderung bersifat tetap. Sikap,

adalah suatu cara untuk bereaksi terhadap suatu rangsangan, cenderung untuk

bereaksi dengan cara-cara (Sjarkawi, 2006:12).

Beberapa indikator yang digunakan sebagai bentuk manifestasi dari aspek-

aspek kepribadian yang nampak dalam interkasi lingkungan antara lain::

a). Konsekuen atau tidaknya aturan etika.

b). Teguh atau tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

c). Konsisten atau tidaknya dalam menghadapi situasi lingkungan yang

serupa atau berbeda-beda (karakter).

d). Cepat atau lambatnya (temperament).

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

23

e). Positif atau negatifnya sambutannya obyek-obyek (orang, benda,

peristiwa, norma, sistem nilai etika atau estetika-sikap atau attitude).

f). Mudah atau tidaknya tersinggung/marah, menangis, putus asa,stabilitas

emosional.

g). Menerima atau melarikan diri dari resiko atas tindakan dan

perbuatannya (tanggung jawab/responsbility).

h). Keterbukaan atau ketertutupan dirinya serta kemampuannya

berkomunikasi dengan orang tuanya (sosiobilitas).

(http://e-medis.blogspot.com/2013/12/pengertian-kepribadian-dan-

indikator.html?m=1).

d. Faktor Yang Memengaruhi Kepribadian

Menurut Yusuf (2004: 128-129) menyatakan bahwa kepribadian

dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun

lingkungan (seperti fisik, sosial, kebudayaan, spiritual).

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepribadian seseorang dapat

dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendri.

Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor

genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan

merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu

dari kedua orang tuanya atau bisa jadi kombinasi dari sifat kedua orang

tuanya.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut.

Faktor eksternal biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan

seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga,

sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV dan

VCD, atau media cetak seperti koran, majalah, dan lain sebagainya (Sjarkawi,

2006: 19).

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

24

Model kepribadian seseorang itu pada umumnya ditentukan oleh kualitas

kebudayaan yang melingkunginya. Maka kepribadian merupakan aspek

subyektif dari satu kebudayaan. Masuknya pengaruh kebudayaan pada diri

anak berusia 0-5 tahun, disebut sebagai masa pembentukan primer, yang

ditranformasikan oleh orang tua/keluarganya. Perbedaan-perbedaan

individual sekalipun mereka dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang

sama pertama-tama disebabkan oleh perbedaan cara membentuk, mengasuh

dan mendidik oleh setiap keluarga atau orang tua anak (Desmita, 2009: 56)

e. Keragaman Individual dalam Kepribadian

1). Kalau kecakapan hanya mewujudkan kualifikasi inteligensinya dari

perilaku individu, kepribadian menunjukan kepada kualitas total perilaku

individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap

lingkungan secara unik.

2). Yang dimaksudkan dengan kata unik disini ialah menjelaskan bahwa

kualitas perilaku itu bersifat khas sehingga dapat dibedakan individu

yang satu dari yang lainnya. Keunikannya itu didukung oleh struktur

organisasi ciri-ciri jiwa raganya (psychophysical system) yang terbentuk

secara dinamis.

Ciri-ciri jiwa raga (misalnya, konstitusi dan kondisi fisik, tampang dan

penampilan, proporsi dan kondisi hormon, darah dan cairan tubuh

lainnya, segi-segi kognitif, afektif, dan konatif) tersebut saling

berhubungan dan berpengaruh atau interdependensi satu sama lain

sehingga mewujudkan suatu sistem yang kesemuanya itu akan mewarnai

dan menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang

bersangkutan, seperti yang tampak dalam interaksinya dengan

lingkungannya, antara lain:

a) Konsekuen tindakannya dalam mematuhi aturan etika perilaku, atau

teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat, konsisten

tidaknya tindakannya dalam menghadapi situasi lingkungan yang

serupa atau berbeda-beda, yang lazim kita kenal sebagai karakter.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

25

b) Cepat atau lambatnya mereaksi (response, bukan masalah

penyelesaian tugas pekerjaan saja) terhadap rangsangan-rangsangan

yang datang dari lingkungannya (sensitivity and responsiveness)

yang lazim dikenal sebagai temperamen.

c) Positif atau negatif atau ambivalensi sambutannya terhadap objek-

objek (orang, benda, peristiwa, norma atau nilai etis, estetis, dan

sebagainya) yang lazim kita kenal sebagai sikap (attitude)

d) Mudah tidaknya tersinggung, atau marah atau menangis atau putus

asa, yang kita sebut stabilitas emosional (emotional stability)

e) Menerima atau cuci tangan atau melahirkan diri dari risiko, atas

tindakan dan perbuatannya, yang kita kenal sebagai tanggung jawab

(responbility)

f) Keterbukaan atau ketertutupan dirinya serta kemampuannya

berkomunikasi dengan orang lain, yang kita kenal sebagai

sosialibitas (socialibility), dan sebagainya (Makmun, 2009:79).

Secara sosiologis, kepribadian terbentuk melalui proses sosialisasi yang

dimulai sejak seseorang dilahirkan sampai menjelang akhir hayatnya

sehingga melalui proses sosialisasi seorang individu mendapatkan

pembentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan perilaku

kelompoknya.

4. Perilaku Sosial

Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada hubungan

antara individu dengan lingkungan yang terdiri atas bermacam-macam

objek sosial dan non sosial. Singkatnya, pokok persoalan dari perilaku

sosial ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam

hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan perubahan

dalam faktor lingkungan yang akan menimbulkan perubahan terhadap

tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan aktor

(Anwar: 2013: 74).

Manusia mempunyai naluri untuk hidup berteman dan hidup bersama

dengan orang lain. Karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

26

bisa hidup sendiri. Manusia perlu makan, pakaian, tempat tinggal,

berkeluarga, bergerak secara aman, dan sebagainya. Untuk mencapai hal

tersebut, ia memerlukan hubungan atau kerja sama dengan orang lain

(Rahmawati, 2017: 9).

Perilaku sosial akan muncul saat seseorang melakukan interaksi atau

berhadapan dengan orang lain dalam rangka melakukan hubungan kerja

sama dengan orang lain serta perilakunya itu memberi suatu nilai terhadap

orang tersebut (Rahmawati. 2017: 9).

Menurut George Ritzer (1992: 84) perilaku sosial adalah tingkah laku

individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan

yang menimbulkan perubahan tingkah laku.

Dengan demikian menurut pendapat saya dapat diuraikan bahwa

perilaku sosial merupakan tindakan yang ditunjukan oleh orang atau

individu dalam masyarakat yang pada dasarnya sebagai respon dari

hubungan timbal balik (interaksi) antar pribadi dan lingkungan.

Perilaku sosial menunjukkan kemampuan untuk menjadi orang yang

bermasyarakat. Perilaku sosial adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan perilaku umum yang ditunjukan oleh individu dalam

masyarakat, yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa yang

dianggap dapat diterima atau tidak diterima oleh kelompok sebaya

seseorang (Hurlock, 2003:261).

Perilaku sosial merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh

seseorang negatif ataupun positif yang dimiliki dalam diri manusia yang

timbul sebab adanya dorongan untuk melakukan sesuatu. Manusia

memiliki sikap, sikap dapat pula dibedakan atas:

Sikap positif: sikap yang menunjukan atau memperhatikan, menerima,

mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku

dimana individu itu berada.

Sikap negatif: penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma yang

berlaku dimana individu itu berada (Ahmad, 1990: 166).

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

27

Perilaku sosial dapat dilihat dari perilaku kesehariannya seperti pada

saat bersosialisasi dan berinteraksi dalam masyarakat. Pembentukan

perilaku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal

maupun eksternal.

a. Teori perilaku sosial

Perilaku manusia tidak dapat lepas dari individu itu sendiri dan

lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia didapatkan oleh

motif tertentu sebagai manusia berperilaku. Teori-teori yang mendukung

hal tersebut diantaranya yaitu teori insting, teori dorongan, dan teori

kognitif (Walgito, 2003: 20).

1) Teori Insting

Teori ini dikembangkan oleh McDougall yang menyatakan bahwa

perilaku itu disebabkan karena insting. Insting adalah perilaku yang

innate atau bawaan, yang akan mengalami perubahan disebabkan

oleh pengalaman.

2) Teori dorongan

Teori ini bertitik tolak dengan pandangan bahwa perilaku organisme

itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive yang berkaitan dengan

kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme

berperilaku (Silastuti, 2016: 20).

3) Teori insentif

Teori ini bertitik tolak pada pendapatnya bahwa perilaku organisme

itu disebabkan oleh adanya insentif yang mendorong organisme

berperilaku. Insentif atau disebut juga reinforcemen ada yang positif

berupa hadiah yang dapat mendorong organisme dalam berbuat dan

ada juga yang negatif berupa hukuman yang dapat menghambat

organisme dalam berperilaku. Artinya perilaku timbul disebabkan

adanya intensif atau reinforcemen (Silastuti, 2016: 21).

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

28

b. Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Sosial

Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang

dapat membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu :

1) Perilaku dan karakteristik orang lain

Jika seseorang sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki

karakter santun, kemungkinan besar seseorang tersebut akan

berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam

lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika bergaul dengan orang-

orang berkarakter sombong, maka akan terpengaruh oleh perilaku

seperti itu.

2) Proses kognitif

Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan

pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan

berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon

pelatih yang akan terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi

pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan

terus berupaya dan berproses mengembangkan dan memperbaiki

dirinya dalam perilaku sosialnya.

3) Faktor lingkungan

Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial

seorang. Misalnya, seorang yang tinggal di pesisir pantai akan

memiliki perilaku yang berbeda dengan orang yang tinggal di

pegunungan.

4) Budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi

Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu

mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam

lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda.

Perilaku seseorang bukan dari bawaan sejak lahir namun sebuah

perilaku merupakan sebuah hasil dari pembentukan, seperti perilaku

remaja selaku individu manusia sebagaian besar perilakunya berupa

perilaku yang dibentuk.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

29

Bino Wagito (1990: 18-19) mengemukakan bahwa pembentukan

perilaku dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

a) Pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan,

yaitu dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku sesuai

tertentu yang diharapkan.

b) Pembentukan perilaku dengan pengertian, yaitu dengan cara

sesuai dengan teori belajar kognitif, bahwa belajar dengan

disertai adanya pengertian.

c) Pembentukan perilaku dengan menggunakan model atau

contoh, yaitu pembentukan perilaku dengan cara didasarkan

pada model atau contoh.

c. Bentuk dan Indikator Perilaku Sosial

Fuad Nashori (2008: 38) mengemukakan bahwa, ciri-ciri

perilaku sosial yang dilakukan anak remaja adalah sebagai berikut:

1) Menolong, yaitu membantu orang lain dengan cara

meringankan beban fisik atau psikologis.

2) Berbagi rasa, yaitu kesediaan untuk ikut merasakan apa yang

dirasakan orang lain.

3) Kerjasama, yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan secara

bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan

bersama pula.

4) Menyumbang, yaitu berlaku murah hati kepada orang lain.

5) Memperhatikan kesejahteraan orang lain, yaitu peduli terhadap

permasalahan orang lain.

Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukan oleh

sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004: 161) adalah “suatu

cara terhadap suatu perangsang tertentu”. Bentuk perilaku sosial

seseorang pada dasarnya merupakan karakter kepribadian yang dapat

teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain, seperti dalam

kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku sosial seseorang yang

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

30

menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas diantara anggota kelompok

lainnya.

Indikator perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola

respon antar pribadi, yaitu:

1) Kecenderungan Perilaku Peran

a) Sifat pemberani dan pengecut secara sosial

Orang yang memiliki sifat pemberani, biasanya akan suka

mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak

segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di

masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat

tenaga. Sedangkan sifat pengecut menunjukan perilaku atau keadaan

sebaliknya.

b) Sifat berkuasa dan sifat patuh

Orang yang memiliki sifat berkuasa dalam perilaku sosial

biasanya ditunjukan oleh perilaku seperti bertindak tegas,

berorientasi kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka

memberi perintah dan memimpin langsung. Sedangkan sifat yang

patuh atau penyerah menunjukan perilaku sosial yang sebaliknya

c) Sifat inisiatif secara sosial dan pasif

Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka

mengorganisasi kelompok, tidak suka mempersoalkan latar

belakang, suka memberi masukan atau saran dalam berbagai

pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kepemimpinan.

Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukan oleh

pelaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif.

d) Sifat mandiri dan tergantung

Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala

sesuatunya dilakukan oleh diri sendiri, seperti membuat rencana

sendiri, melakukan sesuatu dengan cara sendiri, tidak suka berusaha

mencari nasihat atau dukungan dari orang lain, dan secara emosional

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

31

cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang ketergantungan cenderung

menunjukkan perilaku sebaliknya.

2) Kecenderungan perilaku dalam berhubungan

a) Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain

Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain

biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal,

dipercaya, pemaaf dan tulus mengahargai kelebihan orang lain.

Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suka mencari kesalahan

dan tidak mengakui kelebihan orang lain.

b) Suka bergaul dan tidak suka bergaul

Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang

baik, senang bersama dengan yang lain dan senang berpergian.

Sedangkan orang yang tidak suka bergaul menunjukkan sifat dan

perilaku yang sebaliknya.

c) Sifat ramah dan tidak ramah

Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah

didekati orang, dan suka bersosialisasi. Sedangkan orang yang tidak

ramah cenderung bersifat sebaliknya.

d) Simpatik dan tidak simpatik

Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap

perasaan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas.

Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukan sifat sebaliknya.

3) Kecenderungan perilaku ekspresif

a) Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing

(suka bekerja sama).

Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan

sosial sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang harus

dikalahkan, memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang yang tidak

suka bersaing menunjukan sifat sebaliknya.

b) Sifat agresif dan tidak agresif

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

32

Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain

baik langsung, ataupu tidak langsung, pendendam, menentang

atau tidak patuh pada penguasa, suka bertengkar dan suka

menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif menunjukan perilaku

sebaliknya.

c) Sifat kalem atau tenang secara sosial

Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda

dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan

merasa terganggu jika ditonton orang.

d) Sifat suka pamer atau menonjolkan diri

Orang yang suka pamer biasanya berlebihan, suka mencari

pengakuan berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.

d. Jenis-jenis Perilaku Sosial

Perilaku sosial seseorang dapat ditunjukan oleh sikap sosialnya.

Sikap adalah suatu cara reaksi terhadap suatu perangan tertentu.

Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama

dan berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial (Nina Winangsih,

2012: 69).

Menurut Soejono Sukanto dalam bukunya (2012: 64-75) jenis

perilaku sosial seseorang pada dasaranya merupakan karakter atau ciri

kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan

orang lain. Misalnya dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan

berperilaku sosial seseorang dalam berkelompok akan terlihat jelas antara

anggota kelompok yang lainnya.

Menurut Nina Winangsih (2012: 109) perilaku sosial terbagi

menjadi dua jenis, antara lain:

1) Kehendak

Menurut Thomas seorang sosiolog dan psikolog sosial Amerika,

yang mengemukakan suatu tipe kelompok yang disebutnya empat

kehendak. Kalau objek yang ingin diteliti seluk beluk suatu

kelompok tertentu, maka yang diselidiki tidak hanya aktivitas dan

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

33

penyesuainnya, tetapi juga perubahan yang terjadi pada kehidupan

batiniahnya, baik sikap, kehendak, maupun perasaannya. Dengan

demikian, diperlukan suatu klasifikasi kemana orang-orang akan

dimasukan, apakah pada satu tipe atau berbagai tipe. Thomas

mengakui bahwa kehendak manusia sangat bervariasi bentuknya,

namun ia mencoba untuk mengklasifikasinya, yaitu:

a) Kehendak untuk memiliki pengalaman baru

Menurut Thomas pengalaman menjadi ciri kehidupan awal

manusia. Dalam keadaan itu terjadi transformasi yang lambat

dari taraf asli ke taraf yang rumit. Keadaan demikian disebut

pola mengajar kepentingan.

b) Kehendak akan keamanan

Kehendak ini didasarkan pada rasa takut akan kemungkinan

terjadinya cidera atau kematian yang terwujud dalam rasa malu

atau keinginan untuk melarikan diri. Individu yang dikuasai

kehendak akan keamanan, biasanya bersikap hati-hati,

cenderung pada keadaan yang umum, pekerjaan sistematis.

c) Kehendak untuk ditanggapi

Kehendak ini timbul dari kecenderungan mencintai,

menghendaki penghargaan, dan memberikan apresiasi.

Perwujudannya seperti kasih sayang ibu terhadap anak dan

tanggapan anak terhadap kasih sayang.

d) Kehendak untuk diakui

Kehendak ini terwujud dalam perjuangan untuk

mendapatkan kedudukan yang berpengaruh dalam kelompok

sosial. Itu disebut sebagai keinginan pada kedudukan sosial.

Seseorang akan berusaha untuk mendapatkan tanggapan dan

pengakuan dengan cara berpura-pura sakit dan sebagainya.

Motif-motif yang dikaitkan dengan keinginan untuk diakui

melalui kepentingan yang terpusatkan pada diri sendiri yang

disebut kesombongan.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

34

2) Kepentingan

Kepentingan dalam arti luas merupakan pasangan sikap. Menurut

Maclever dalam bukunya yang berjudul Society: A textbook of

sociology (1937) sikap merupakan keadaan subjektif jiwa yang

menyangkut kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu

apabila ada stimulus. Sikap-sikap tersebut adalah rasa iri, kebencian,

pengalaman, pemujaan, kepercayaan, ketidakpercayaan, dan

sebagainya. Semua sikap berisikan objek sikap tersebut, namun yang

diberi arti sikap bukanlah obbjeknya, melainkan keadaan jiwa. Jika

pusat perhatian dialihkan dari subjek ke objek, maka yang

dibicarakan merupakan suatu objek kepentingan banyak orang.

Menurut Arifin, (2015: 28) jenis perilaku sosial dapat dilihat

melalui sifat-sifat dan pola respons antar pribadi berikut :

a) Kecenderungan perilaku peran

1) Sifat pemberani dan pengecut secara sosial

2) Sifat berkuasa dan sifat patuh

3) Sifat inisiatif secara sosial dan pasif

4) Sifat mandiri dan bergantung

b) Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial

1) Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain

2) Suka bergaul dan tidak suka bergaul

3) Sikap ramah dan tidak ramah

4) Simpatik dan tidak simpatik

c) Kecenderungan perilaku ekspresif

1) Sifat suka bersaing dan sifat tidak suka bersaing

2) Sifat agresif atau tenang secara sosial

3) Sifat kalem atau tenang secara sosial

4) Sikap suka pamer atau menonjolkan diri

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

35

5. Wilayah Pesisir

Kata “pesisir” dalam tulisan ini digunakan untuk dua maksud yang

berlainan. Pertama, masyarakat pesisir, dimana istilah ini sebutan yang

diatribusikan kepada kelompok masyarakat yang bertempat tinggal di tepi

pantai, atau berdekatan dengan laut (Aminah, 2000:19). Masyarakat pesisir

(coastal community) juga diterjemahkan dengan ciri-ciri utama tidak

memproduksi barang ataupun jasa tertentu, mengandalkan penghidupan dari

sumber daya laut (Aritonang, 2001:12)

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-

sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang

khas terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya

pesisir (Satria, 2015:10).

Secara teoritis, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang tinggal dan

melakukan aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah

pesisir dan lautan. Secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan

yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.

Namun demikian, secara luas masyarakat pesisir dapat pula didefinisikan

sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di wilayah pesisir tanpa

mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas sosial ekonomi yang

terkait dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan (Hendry,

1999:56).

Masyarakat pesisir termasuk masyarakat yang masih terbelakang dan

berada dalam posisi marginal. Selain itu, banyak dimensi kehidupan yang

tidak diketahui oleh orang luar tentang karakteristik masyarakat pesisir.

Masyarakat pesisir mempunyai cara berbeda dalam aspek pengetahuan,

kepercayaan, peranan sosial, dan struktur sosialnya. Sementara itu, dibalik

kemarginalannya, masyarakat pesisir tidak mempunyai banyak cara dalam

mengatasi masalah yang hadir (http://iswanlasiki.student.ung.ac.id).

Masyarakat pesisir memiliki kepribadian yang berbeda dengan masyarakat

lainnya, dimana masyarakat pesisir ini cenderung berperilaku keras dan tegas.

Kondisi ekonomi masyarakat pesisir juga menengah kebawah. Hal tersebut

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

36

dapat berdampak pada kepribadian anak, seperti kondisi ekonomi yang

rendah atau lingkungan yang kumuh para orang tua atau masyarakat dapat

menerapkan aturan-aturan yang sangat tegas mengenai aktivitas-aktivitas

anaknya serta mengajak anak bertukar pikiran mengenai peraturan-peraturan

yang ada dan memberi contoh yang baik terhadap anak.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah kajian penelitian terdahulu sebagai

bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan kajian penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya yaitu:

1. Peran Masyarakat Pesisir dalam Pembentukan Kepribadian Muslim

di Madrasah Ibtidaiyah As-Sabirin Bubaa

Berdasarkan kajian penelitian relevan dari penulis Asri Polutu

dengan judul “Peran Masyarakat Pesisir dalam Pembentukan

Kepribadian Muslim di Madrasah Ibtidaiyah As-Sabirin Bubaa”.

2008 IAIN Sultan Amai Gorontalo. Dan hasil dari penelitiannya

menyimpulkan bahwa peran masyarakat pesisir belum efektif dalam

pembentukan kepribadian siswa khususnya mengenai sarana prasarana

masyarakat pesisir belum memiliki fasilitas listrik yang menyebabkan

siswa sulit belajar dan sebagian besar masyarakat pesisir berprofesi

sebagai nelayan apabila dalam mengikuti pengajian kadangkala siswa

kebanyakan tidak mengikuti kegiatan tersebut tetapi ikut melaut dengan

orang tuanya. Hal ini menunjukan bahwa peran masyarakat pesisir sangat

berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian muslim siswa.

Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan skripsi ini adalah

mengkaji tentang upaya masyarakat pesisir dalam pembentukan

kepribadian. Perbedaannya adalah terletak pada bentuk kepribadian yang

akan dikajinya. Kelebihan penelitian dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Asri Polutu yaitu terletak pada objek penelitiannya.

Peneliti sebelumnya hanya meneliti tentang kepribadian muslim

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

37

sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan meneliti tentang

kepribadian dan perilaku sosial anak.

2. Kultur Masyarakat Nelayan dan Pendidikan Formal Anak

Berdasarkan kajian penelitian yang relevan dari penulis Akhmad

Nuryanto dengan judul “Kultur Masyarakat Nelayan dan Pendidikan

Formal anak” (Studi Sosiologis Di Desa Kluwut Kecamatan Bulak

kamba Kabupaten Brebes). 2006. IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Dan hasil

dari penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan kultur masyarakat

nelayan di desa kluwut kecamatan bulak kamba kabupaten brebes yang

dilakukan secara turun temurun sebanyak 66,8 % yang termasuk dalam

kategori cukup. Beserta anak-anak dari keluarga nelayan tidak

melanjutkan pendidikan formal sebanyak 50,2 % yang termasuk dapat

dikategorikan kurang baik. Dan hubungan antara penerapan kultul

masyarakat nelayan dengan pendidikan formal anak di desa kluwut

kecamatan buluk kamba kabupaten brebes menunjukan korelasi yang

kurang signifikan karena mencapai interpretasi nilai (0,414). Hal ini

menunjukan bahwa penerapan kultur masyarakat nelayan mempunyai

pengaruh terhadap kelangsungan pendidikan formal anak nelayan.

Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan skripsi ini

adalah mengkaji tentang kondisi masyarakat pesisir. Perbedaannya

adalah terletak pada objeknya yakni dalam skripsi ini lebih mengkaji

tentang pendidikan formal anak. Kelebihan penelitian dari penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Akhmad Nuryanto yaitu terletak pada

objek penelitiannya. Peneliti sebelumnya hanya meneliti tentang

pendidikan formal sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan

meneliti lebih mendalam tentang pembentukan anak seperti kepribadian

dan perilaku sosialnya.

3. Peran Keluarga Terhadap Pembentukan Kepribadian Islam Bagi

Remaja

Berdasarkan kajian penelitian relevan dari penulis Fatmawati

dengan judul “Peran Keluarga Terhadap Pembentukan Kepribadian

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

38

Islam Bagi Remaja”. 2016 UIN Suska Riau. Dan hasil dari

penelitiannya menyimpulkan bahwa peran keluarga tidak sepenuhnya

memberikan bimbingan pada remaja maka kepribadian yang baik tidak

tercermin nilai-nilai kepribadian Islam dalam diri remaja. Berarti apabila

keluarga dapat menjalankan fungsi dan peranan dalam membentuk

kepribadian Islam bagi remaja maka akan terbentuk kepribadian Islam

dalam diri remaja.

Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan skripsi ini adalah

mengkaji tentang upaya keluarga dalam pembentukan kepribadian.

Perbedaannya adalah skripsi ini hanya meneliti tentang kepribadian saja

tetapi penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu mengkaji tentang

perilaku sosial juga. Kelebihan penelitian dari penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Asri Polutu yaitu terletak pada objek penelitiannya.

Peneliti sebelumnya hanya meneliti tentang kepribadian muslim

sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan meneliti tentang

kepribadian dan perilaku sosial anak.

C. Kerangka Pikir

Keluarga merupakan pendidikan pertama yang anak peroleh sejak

dilahirkan hingga tumbuh dewasa, sehingga pembentukan kepribadian

anak tergantung bagaimana keluarga dalam mendidiknya. Masyarakat juga

sangat berperan dalam membentuk kepribadian dimana masyarakat adalah

lingkungan anak dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya yang dapat

memunculkan perilaku sosial anak di masyarakat tertentu.

Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas

dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima

dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan

seseorang sejak lahir (Sjarkawi, 2006:11).

Perilaku sosial seseorang dapat ditunjukan oleh sikap sosialnya.

Sikap adalah suatu cara reaksi terhadap suatu perangan tertentu.

Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

39

dan berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial (Nina Winangsih,

2012: 69).

Dalam proses sosialisasi anak di kehidupan masyarakat yang

bertempat tinggal di daerah pesisir ditemukan permasalahan yang

bersangkutan dengan kepribadian dan perilaku sosial anak, dimana

keluarga merupakan peran utama yang sangat berperan terhadap

pembentukan kepribadian anak serta lingkungan masyarakat dimana anak

tersebut bersosialisasi dengan teman sebaya, tetangga serta masyarakat

lainnya, disini juga peran masyarakat dibutuhkan dalam pembentukan

kepribadian anak dan perilaku sosialnya.

Perilaku

Sosial Kepribadian

Pembentukan Kepribadian

dan perilaku sosial anak di

wilayah pesisir

Peran Lingkungan

Masyarakat

Anak

Peran Lingkungan

Keluarga

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

40