19
BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal dari bahasa latin yaitu emovere yang berarti “luar” dan movere dengan arti “bergerak”. Menurut Lahey (2007), emosi merupakan suatu hal yang dihasilkan dari proses fisiologis sehingga menyebabkan munculnya reaksi emosi, reaksi emosi ini tidak dapat dibaca akan tetapi hanya dapat dilihat melalui ekspresi dan perilaku individu saja. Sedangkan menurut Goleman (2002) yang mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak, emosi juga merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Lazarus (1999) juga menjelaskan mengenai emotions represent the “wisdom of the ages” yaitu emosi mengambarkan dari kebijaksanaan usia yang membutuhkan respon-respon terhadap masalah-masalah adaptif yang berulang. Selanjutnya Lazarus menyatakan bahwa emosi hanya membuat individu lebih berkemungkinan untuk mengambil tindakan tertentu, sehingga individu harus mampu untuk mengatur emosi. Menurut Lazarus (1999), emosi terbagi dua yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif yaitu emosi yang sesuai (congruent) dengan tujuan individu, seperti happiness (gembira), pride (bangga), relief (lega), hope (harapan), love (kasih sayang), compassion (kasihan), dan sebaliknya emosi negatif yaitu 15 Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

  • Upload
    dinhque

  • View
    278

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Emosi

1. Definisi Emosi

Emosi berasal dari bahasa latin yaitu emovere yang berarti “luar” dan

movere dengan arti “bergerak”. Menurut Lahey (2007), emosi merupakan

suatu hal yang dihasilkan dari proses fisiologis sehingga menyebabkan

munculnya reaksi emosi, reaksi emosi ini tidak dapat dibaca akan tetapi

hanya dapat dilihat melalui ekspresi dan perilaku individu saja. Sedangkan

menurut Goleman (2002) yang mengatakan bahwa emosi merujuk pada

suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis

dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak, emosi juga merupakan

reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.

Lazarus (1999) juga menjelaskan mengenai emotions represent the

“wisdom of the ages” yaitu emosi mengambarkan dari kebijaksanaan usia

yang membutuhkan respon-respon terhadap masalah-masalah adaptif yang

berulang. Selanjutnya Lazarus menyatakan bahwa emosi hanya membuat

individu lebih berkemungkinan untuk mengambil tindakan tertentu,

sehingga individu harus mampu untuk mengatur emosi. Menurut Lazarus

(1999), emosi terbagi dua yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi

positif yaitu emosi yang sesuai (congruent) dengan tujuan individu, seperti

happiness (gembira), pride (bangga), relief (lega), hope (harapan), love

(kasih sayang), compassion (kasihan), dan sebaliknya emosi negatif yaitu

15

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

16

emosi yang tidak sesuai dengan tujuan individu, seperti anger (marah),

anxiety (cemas), fright (takut), jealously (perasaan bersalah), shame (malu),

disgust (jijik).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah

suatu hal yang dihasilkan dari proses fisiologis yang merujuk pada suatu

perasaan dan pikiran (kognitif) yang khas yang bereaksi terhadap

rangsangan dari luar dan dalam diri individu sehingga berkemungkinan

untuk mengambil tindakan tertentu.

2. Proses Emosi

Menurut Gross (2007), proses emosi sebagai model modalitas yang

didasari oleh adanya suatu transaksi antara individu dengan situasi. Proses

emosi meliputi situation-attention-appraisal-response yang kemudian Gross

menyebutnya sebagai The Modal Model of Emotion. Rangkaian ini dimulai

dengan situasi (situation) external dan internal yang relevan dengan individu

secara psikologis, selanjutnya individu anak memberi perhatian (attention)

apabila situasi tersebut relevan dengan dirinya, kemudian individu memberi

penilaian (appraisal) sehingga muncul respon emosi (response). Rangkaian

proses emosi ini bersifat dinamis dan dapat terjadi berulang serta

berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, hal ini tergantung dari

situasi yang dihadapi oleh individu.

Bagan 2. The Modal Model Of Emotion

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

17

B. Regulasi Emosi

1. Definisi Regulasi Emosi

Thompson (1994) mendefinisikan regulasi emosi sebagai kemampuan

individu untuk memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi

emosional untuk mencapai tujuan. Menurut Gross (2007), regulasi emosi

merujuk untuk membentuk salah satu atau lebih emosi dan mengungkapkan

emosi tersebut, regulasi emosi terkait dengan cara emosi dapat

diregulasi/dikontrol. Selanjutnya Gross menambahkan, regulasi emosi

dlakukan pada saat proses emosi tertentu yaitu terjadi sebelum atau sesudah

munculnya respon emosi

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, regulasi emosi adalah

kemampuan individu untuk memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi

reaksi emosional untuk membentuk salah satu atau lebih emosi dan

mengungkap emosi tersebut yang terjadi sebelum atau sesudah munculnya

respon emosi.

2. Aspek Regulasi Emosi

Menurut Thompson (1994), ada tiga aspek regulasi emosi yaitu;

a) Kemampuan memonitor emosi (emotions monitoring) yaitu kemampuan

untuk menyadari dan memahami dari keseluruhan proses yang terjadi

dalam diri, pikiran dan latar belakang dari tindakan individu.

b) Kemampuan mengevaluasi emosi (emotions evaluating) yaitu

kemampuan untuk mengelola dan menyeimbangkan emosi-emosi yang

dialami individu. Kemampuan untuk mengelola emosi negatif seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

18

kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam dan benci akan membuat

individu tidak terbawa dan terpengaruh secara mendalam yang dapat

mengakibatkan individu tidak dapat berfikir secara rasional.

c) Kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification) yaitu

kemampuan untuk merubah emosi sehingga mampu memotivasi diri

terutama ketika individu berada dalam putus asa, cemas dan marah.

Kemampuan ini membuat individu mampu bertahan dalam masalah yang

sedang dihadapinya.

3. Strategi Regulasi Emosi

Menurut Gross (2014), strategi regulasi emosi didasarkan oleh

proses emosi atau the modal model of emotion. Berdasarkan dari modal

model of emotion, Gross membentuk 5 kelompok strategi regulasi emosi

sehingga individu dapat melakukan regulasi emosi mereka yang kemudian

disebut dengan process model of emotion regulation. Adapun strategi

regulasi emosi tersebut adalah:

1. Pemilihan Situasi (Situation Selection)

Situation selection meliputi tindakan yang menentukan individu

mendapatkan situasi yang diharapkan, sehingga menyebabkan emosi

yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Strategi ini terkait

dengan tindakan mendekati atau menghindari orang lain (hubungan

interpersonal) atau situasi berdasarkan dampak emosional yang

muncul. Contohnya menghindar dari kemarahan orang lain, mencari

tempat untuk menangis

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

19

2. Modifikasi Situasi (Situation Modification)

Situation modification mengacu pada usaha untuk mengubah situasi

secara langsung untuk mengubah dampak emosional atau teralihkan.

Situation modificaton berhubungan dengan proses modifikasi

lingkungan external dan fisik. Contohnya mengubah lingkungan yang

menyebabkan munculnya emosi negatif.

3. Penyebaran Perhatian (Attentional Deployment)

Attentional deployment yaitu mengarahkan perhatian dalam situasi

tertentu untuk mempengaruhi dan mengatur emosi yang muncul.

Salah satu bentuk umum dari attentional deployment adalah distraksi

dan konsentrasi. Distraksi yaitu cara dengan memfokuskan perhatian

pada aspek-aspek lain dari situasi secara bersamaan. Contohnya

individu mengalihkan pada ingatan yang menyenangkan ketika

menghadapi keadaan emosi yang negatif. Berbeda dengan distraksi,

konsentrasi yaitu menarik perhatian pada aspek-aspek yang

berhubungan dengan situasi. Contohnya individu memfokuskan atau

melibatkan ingatannya mengenai suatu situasi yang memunculkan

emosi.

4. Perubahan Kognitif (Cognitive Change)

Cognitive change mengacu pada cara individu menilai situasi tertentu

sehingga dapat mengubah makna emosional, baik itu dengan

mengubah cara berpikir mengenai situasi atau kemampuan seseorang

untuk mengelola atau mengatur tuntutan. Salah satu bentuk sangat

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

20

baik yang dipelajari dari cognitive change adalah reappraisal, bentuk

cognitive change sering digunakan untuk mengurangi emosi negatif

tetapi dapat juga untuk meningkatkan atau menurunkan emosi positif

dan negatif.

5. Perubahan Respon ( Response Modulation)

Response modulation terjadi diakhir proses emosi yaitu setelah

kecenderungan respon dimulai atau sudah terjadi dan mempengaruhi

secara langsung experiential, behavioral, atau komponen

physiological respon emosi. Salah satu contoh dari response

modulation adalah expressive suppression, yaitu individu mencoba

untuk mencegah secara terus-menerus perilaku emotion-expressive

negatif atau positif.

Model strategi regulasi emosi tersebut dapat dibagi menjadi dua

kelompok strategi yaitu antecedent-focused strategies dan response-focused

strategies. Antecendent-focused strategies digunakan untuk proses

mempersiapkan kecenderungan respon sebelum sebelumnya diaktifkan,

tipe yang termasuk antecedent-focused strategies adalah situatian selection,

situation modification, attentional deployment dan coginitive change.

Sedangkan response-focused strategies digunakan untuk penggerakan

respon emosi yang sebenarnya ketika emosi sedang berlangsung, tipe untuk

response-focused strategies yaitu response modulation.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

21

Bagan 3. Process Model Of Emotion Regulation

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi

Menurut Sheppes (dalam Gross, 2014), terdapat tiga faktor penentu

utama yang mempengaruhi individu memilih strategi regulasi emosi, yaitu;

1. Intensitas emosional merupakan dimensi utama variasi di konteks

emosional. Pada situasi dengan intensi rendah dan emosi yang

negatif, individu akan lebih memilih untuk melakukan penilaian

kembali. Sedangkan individu dalam situasi intensitas tinggi dengan

emosi negatif cenderung memilih untuk memblokir informasi

emosional atau dengan menghindar situasi yang menimbulkan

emosi sebelum mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi situasi.

2. Kompleksitas kognitif dapat menghasilkan sebuah strategi regulasi

emosi. Hal ini dapat dilihat dengan melibatkan proses kognitif yang

berurutan yaitu generasi, implementasi dan pemeliharaan. Generasi

melibatan untuk menemukan opsi pengaturan yang memadai

sehingga dapat menggantikan pegolahan infomasi emosional.

Implementasi melibatkan untuk mengaktifkan strategi regulasi

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

22

emosi dan pemeliharaan memegang peran dalam mempertahankan

regulasi emosi selama yang diperlukan

3. Tujuan motivasi yaitu mengevaluasi stimulus emosional akan

ditemui dalam sekali atau beberapa kali. Stimulus emosional yang

dihadapi beberapa kali dapat lebih baik dalam melakukan regulasi

emosi.

Selain faktor pemilihan strategi regulasi emosi, menurut Riediger &

Klipker (dalam Gross, 2014) bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi

kemampuan individu terutama pada usia remaja dalam melakukan regulasi

emosi yaitu familial context. Faktor familial context mempengaruhi cukup

penting dalam memfasilitasi atau menghambat keterampilan regulasi emosi.

Familial context mempengaruhi perkembangan regulasi emosi selama masa

kanak-kanak dan remaja dalam tiga cara yaitu; melalui observasi

pembelajaran, melalui pola pengasuhan orang tua dan melalui iklim

emosional dalam keluarga.

C. Percobaan Bunuh Diri (Suicide Attempt)

1. Definisi Percobaan Bunuh Diri (Suicide Attempt)

Bunuh diri berasal dari bahasa Latin yaitu “suicidium”. Kata “sui”

yang berarti sendiri dan “cidium” yang berarti pembunuhan. Schneidman

mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara

sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh individu yang memandang

bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Selanjutnya Shneidman

mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

23

melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan

frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai

satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa

menghentikan rasa sakit yang dideritanya (dalam Silverman, 2006).

Bunuh diri dan percobaan bunuh diri memiliki sedikit perbedaan

definisi. Percobaan bunuh diri dan bunuh diri yang berhasil dilakukan

memiliki hubungan yang kompleks (Silverman, 2006). Hal ini dikarenakan

adanya interaksi antara etiologi kedua perilaku tersebut, kebanyakan pelaku

bunuh diri melakukan beberapa percobaan bunuh diri sebelum akhirnya

berhasil bunuh diri. Silverman (2006) mendefinisikan percobaan bunuh diri

sebagai sebuah situasi individu telah melakukan sebuah perilaku yang

sebenarnya atau kelihatannya mengancam hidup dengan intensi menghabisi

hidupnya, atau memperlihatkan intensi demikian, tetapi belum berakibat

pada kematian.

Berdasarkan penjelasan tersebut, yang dimaksud dengan percobaan

bunuh diri adalah situasi individu untuk membunuh diri dengan intensi

menghabisi hidupnya tetapi belum berakibat kematian.

2. Faktor Penyebab Bunuh Diri

Menurut Maris dkk. (2000), terdapat beberapa faktor penyebab

individu melakukan percobaan bunuh diri dan setiap faktor tersebut saling

berinteraksi. Berikut faktor-faktor yang menyebabkan individu melakukan

percobaan bunuh diri diantaranya;

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

24

1. Adanya gangguan mental pada individu, seperti major-deppressive

illness, affective disorder

2. Adanya penyalahgunaan obat-obatan pada individu

3. Individu memiliki pemikiran untuk melakukan bunuh diri dan telah

mempersiapkan percobaan bunuh diri

4. Individu memiliki sejarah percobaan bunuh diri , baik pada dirinya

sendiri dan dalam keluarga

5. Individu merasa terisolasi, hidup sendiri, dan penolakan

6. Adanya hopeless dan cognitive rigdity pada individu

7. Individu memiliki permasalahan dalam kehidupannya sehingga

menyebabkan stres, seperti masalah pekerjaan, pernikahan, patologi

keluarga, konflik interpersonal, dan berhubungan langsung dengan

kelompok yang suicidal

3. Dampak Percobaan Bunuh Diri

Menurut Cerel, dkk. (2008), terdapat 4 variabel dampak negatif pada

anak yang menghadapi percobaan bunuh diri pada anggota keluarganya,

yaitu;

1. Muncul simptom-simptom gangguan kesehatan mental pada anak

(mood disorder, anxiety disorder, perilaku bunuh diri, posttraumatic

stress disorder, traumatic grief)

2. Anak memunculkan emosi-emosi negatif (kesedihan, marah dan merasa

bersalah) yang berdampak jangka panjang pada anak.

3. Gangguan fungsional (masalah sosial, masalah akademik di sekolah).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

25

4. Gangguan kesehatan pada fisik (mudah terserang sakit, perubahan

gangguan fisiologis).

D. Remaja

1. Definisi Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin yaitu

adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Menurut

Piaget (dalam Hurlock 2007), masa remaja adalah usia individu berintegrasi

dengan masyarakat dewasa, usia individu tidak lagi merasa dibawah tingkat

orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama.

Piaget juga menjelaskan bahwa kata adolescence memiliki makna yang

lebih dari tumbuh, dimana meliputi kematangan mental, emosional, sosial,

dan fisik. Selain itu, menurut Papalia (2009) masa remaja merupakan masa

transisi atau perubahan dari masa anak-anak menuju masa dewasa,

perubahan yang dimaksudkan meliputi perubahan fisik, kemampuan

kognitif, sosial, harga diri, otonomi, dan keintiman.

Menurut Hurlock (2007), secara umum masa remaja dibagi menjadi

dua bagian, yaitu awal masa dan akhir masa remaja. Awal masa remaja

berlangsung dari umur 13 tahun sampai dengan 16 atau 17 tahun dan akhir

masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai dengan 18 tahun,

yaitu usia matang secara hukum.

2. Perkembangan Emosi Pada Remaja

Menurut Hurlock (2007), masa remaja dianggap sebagai periode

“badai dan tekanan”, yaitu periode terjadinya ketegangan emosi yang tinggi

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

26

sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar atau hormon pada tubuh

remaja. Pertumbuhan pada tahun-tahun awal masa remaja terus berlangsung

akan tetapi berjalan lebih lama. Hurlock juga menjelasakan bahwa remaja

lebih banyak dikelilingi maupun dituntut dari kondisi sosial sehingga

munculnya kestabilan atau tidak emosi pada masa remaja karena berada

ditekanan sosial dan menghadapi kondisi yang baru sedangkan pada masa

kanak-kanak mereka kurang mempersiapkan untuk menghadapi keadaan-

keadaan tersebut.

Menurut Gessel, sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan

emosi dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri

pada pola perilau yang baru dan harapan sosial yang baru. Selanjutnya

Gessel juga menjelaskan walaupun emosi remaja seringkali kuat, tidak

terkendali dan tampak irasional, tetapi pada umumnya setiap tahun masa

remaja akan terjadi perbaikan perilaku emosional misalnya, remaja 14 tahun

lebih sering mudah marah, mudah terangsang dan emosi mereka cenderung

“meledak” sedangkan remaja 16 tahun, mereka lebih “lebih tidak punya

keprihatinan” (dalam Hurlock 2007).

Menurut Santrock (2007), masa remaja merupakan suatu masa

fluktuasi emosi (naik-turunnya) yang dapat berlangsung lebih sering.

Selanjutnya, penelitian Rosenblum & Lewis (dalam Santrock 2007)

menujukkan bahwa remaja memiliki suasana hati yang dapat berubah-ubah,

terkadang remaja akan merasa bahagia dan bahkan merasa sangat sedih

tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi remaja. Pada kompetensi

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

27

emosional, masa remaja cenderung lebih menyadari siklus emosionalnya,

seperti perasaan bersalah karena marah. Kesadaran yang dimiliki remaja

dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mengatasi emosinya.

Kemampuan remaja yang menyadari siklus emosional sehingga mereka

dapat mempersiapkan untuk dapat mengatasi stres dan fluktuasi emosional

secara efektif, namun banyak juga remaja tidak dapat mengelola emosinya

secara lebih efektif (dalam Santrock 2007). Remaja yang tidak dapat

mengelola emosi secara lebih efektif cenderung untuk mengalami depresi,

mudah marah, cemas yang selanjutnya dapat memicu munculnya berbagai

masalah seperti kesulitan akademis, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja

atau gangguan makanan.

3. Regulasi Emosi Pada Remaja

Regulasi emosi berperan penting dalam kemampuan remaja ketika

menghadapi suatu tantangan maupun peristiwa yang menekan kondisi

psikologisnya. Remaja yang mampu untuk melakukan regulasi emosi

mampu untuk beradaptasi dalan kehidupan sosial dan kestabilan emosinya

(dalam Gross, 2014). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gebeck dan

Skinner (dalam Gross 2014), ketika remaja dalam kondisi stres umumnya

akan melakukan strategi regulasi emosi dengan cara menghindar dari situasi

yang memunculkan emosi negatif. Namun, secara kognitif remaja mampu

untuk merefleksikan keadaan emosional mereka sendiri. Remaja juga dapat

menggunakan strategi cognitive change untuk menghadapi ketidakstabilan

emosi mereka seperti self-talk positif dan penilaian kembali.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

28

E. Gambaran Regulasi Emosi Remaja Terhadap Percobaan Bunuh Diri

Orang Tua

Percobaan bunuh diri adalah suatu tindakan individu ketika telah

melakukan sebuah perilaku yang sebenarnya atau kelihatannya mengancam

hidup dengan intensi menghabisi hidupnya, atau memperlihatkan intensi,

tetapi belum berakibat pada kematian (Silverman, 2006). Terdapat beberapa

fakor yang menyebabkan individu melakukan percobaan bunuh diri, salah

satunya yang paling banyak ditemukan adalah permasalahan dalam

kehidupannya sehingga menyebabkan stres.

Percobaan bunuh diri tidak hanya berdampak negatif pada pelaku,

namun juga berdampak negatif pada anggota keluarga terutama pada anak-

anak yang menginjak usia remaja. Menurut Cerel, dkk. (2008), salah satu

variabel dampak negatif pada anak yang menghadapi percobaan bunuh diri

orang tuanya adalah anak akan memunculkan emosi-emosi negatif seperti

kesedihan, marah dan merasa bersalah yang berdampak negatif dalam

jangka panjang pada anak. Melihat dampak tersebut, anak-anak perlu untuk

melakukan suatu cara mengontrol emosinya.

Regulasi emosi adalah suatu cara untuk membentuk salah satu atau

lebih emosi dan belajar untuk mengungkapkan emosi yang muncul.

Regulasi emosi terkait dengan cara emosi dapat diregulasi atau dikontrol

(Gross, 2007). Regulasi emosi sendiri dapat menjadi upaya yang dilakukan

remaja untuk mengontrol dan mengurangi emosi-emosi negatif yang

muncul terhadap peristiwa percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh salah

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

29

satu orang tuanya. Remaja yang mampu melakukan regulasi emosi mampu

untuk mengekspresikan emosi dengan baik sehingga dapat mengubah situasi

terhadap dampak dari percobaan bunuh diri orang tua dan juga mengubah

lingkungan sosial menjadi lebih baik (Garrison, 2003).

Terdapat lima strategi regulasi yang dapat dilakukan remaja. Strategi

regulasi emosi terdiri dari situation selection, situation modification,

attentional deployment, cognitive change dan response modulation (Gross,

2007). Kelima strategi regulasi tersebut didasarkan dari proses emosi yaitu

proses situation-attention-appraisal-response.

Strategi situation selection dihasilkan dari proses situation. Pada

strategi ini, remaja yang menghadapi percobaan bunuh diri salah satu orang

tuanya memilih situasi yang diinginkannya dengan cara menghindari orang

yang terkait dengan peristiwa tersebut sehingga membuat remaja merasa

lebih tenang dan dapat menghindari emosi negatif yang muncul. Menurut

Gross (2007), strategi situation selection memiliki manfaat dalam kurun

waktu yang singkat, hal ini dikarenakan individu mencoba untuk

menghindari situasi.

Strategi situation modification juga dihasilkan dari proses emosi

pertama yaitu situation. Berbeda dengan strategi sebelumnya, strategi ini

mengacu pada upaya remaja untuk mengubah situasi percobaan bunuh diri

orang tuanya secara langsung dengan cara memodifikasi lingkungan

remaja, hal ini digunakan untuk mengalihkan dampak emosi negatif yang

dirasakan oleh remaja tehadap peristiwa tersebut. Menurut Gross (2007),

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

30

situation modification dilakukan hanya pada lingkungan eksternal dan

lingkungan fisik.

Strategi attentional deployment dihasilkan dari proses emosi tahap

kedua yaitu attention. Strategi ini mengarahkan perhatian remaja terhadap

situasi yang memunculkan emosi negatif pada peristiwa percobaan bunuh

diri orang tuanya. Pada strategi ini remaja akan memilih untuk mengalihkan

perhatian terhadap situasi tersebut atau mencoba untuk memperhatikan

situasi yang dialaminya. Menurut Gross (2007), strategi attentional

deployment memiliki berbagai bentuk yaitu menarik diri secara fisik,

pengalihan secra internal, dan pengalihan respon.

Cognitive change merupakan strategi yang dihasilkan pada tahap

appraisal pada proses emosi. Strategi cognitive change mengarahkan remaja

untuk menilai mengenai peristiwa percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh

orang tuanya. Penilaian digunakan remaja utnuk melihat sisi lain dari

peristiwa tersebut sehingga mengubah emosi negatif menjadi lebih positif.

Menurut Gross (2007), strategi cognitive change digunakan untuk

pengalaman atau peristiwa internal, misalnya physiological arousal yang di

alami individu terhadap suatu situasi tertentu.

Strategi terakhir yang dihasilkan dari proses emosi pada tahap

response adalah strategi response modulation. Pada strategi ini remaja yang

mengalami peristiwa percobaan bunuh diri orang tuanya menujukkan

response dalam bentuk perilaku yang dapat diamati atau dilihat secara

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

31

langsung. Pada umunya, individu dapat melakukan regulasi emosi, jika

individu dapat menemukan cara untuk mengekspresikan emosi yang muncul

dalam cara yang lebih adaptif daripada maladaptif (Gross, 2007).

Menelaah lebih lanjut, menurut Gross (2007) proses emosi

berlangsung secara dinamis, sehingga proses emosi dapat terjadi berulang

dan berlangsung dalam waktu yang panjang. Oleh karena itu, strategi

regulasi emosi dapat terjadi secara berulang dan dinamis. Setiap individu

dapat melakukan lebih dari satu atau tidak melakukan strategi regulasi

emosi dalam suatu kondisi dan situasi tertentu. Hal ini tergantung pada

situasi yang sedang dihadapi individu (Gross, 2007).

Selanjutnya Sheppes (dalam Gross,2014) menambahkan, terdapat tiga

faktor penentu yang mempengaruhi individu memilih strategi regulasi emosi

yaitu intensitas emosional, kompleksitas kognitif dan tujuan motivasi.

Intensitas emosional adalah dimensi dalam konteks emosional yang

berhubungan dengan intensitas situasi dan level dari emosi yang muncul.

Kompleksitas kognitif yaitu berkaitan dengan proses kognitif remaja dalam

menghadapi suatu situasi dan kemunculan emosinya. Selanjutnya, tujuan

motivasi berkaitan dengan dorongan dan pengalaman individu terhadap

situasi yang dialaminya. Selain tiga faktor tersebut, menurut Riedger &

Klipker (dalam Gross, 2014) terdapat faktor familial context yang

mempengaruhi kemampuan remaja dalam melakukan regulasi emosi.

Familial context mempengaruhi perkembangan regulasi emosi selama masa

kanak-kanak dan remaja dalam tiga cara yaitu; melalui observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

32

pembelajaran, melalui pola pengasuhan orang tua dan melalui iklim

emosional dalam keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Emosi 1. Definisi Emosi Emosi berasal

33

Situation

Regulasi Emosi Remaja yang MengalamiPercobaan Bunuh Diri Orang Tua

Response

Appraisal

Attention

Situation Selection

Situation Modification

Attentional Deployment

Cognitive Change

Response Modulation

Faktor PemilihanStrategi RegulasiEmosi:1. Intensitas

Emosional2. Kompleksitas

Kognitif3. Tujuan Motivasi

Faktor KemampuanRegulasi EmosiRemaja:

Familial Context

Keterangan:

Proses KognitifStrategi Regulasi EmosiFaktor yang Mempengaruhi

Bagan 4. Paradigma Teoritis

Universitas Sumatera Utara