Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Budaya Organisasi
2.1.1 Pengertian Budaya Organisasi
Budaya Organisasi mengacu pada sekumpulan keyakinan bersama sikap
dan tata hubungan serta asumsi-asumsi yang secara diterima dan digunakan oleh
keseluruhan anggota organisai untuk menghadapi lingkungan luar dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Dalam hal ini, budaya organisasi mempunyai pengaruh
penting terhadap kinerja karyawan.
Menurut Robbinss dalam Sulaksono (2015:2) “ Budaya organisasi
merupakan sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
membedakan suatu organisasi dan organisasi lain”. Sistem makna bersama ini, bila
diamati dengan lebih seksama, merupakan seperangkat karakteristik utama yang
dihargai dengan bagaimana karyawan mempresepsikan karakteristik dari suatu
budaya organisasi, bukan dengan apakah para karyawan menyukai budaya atau
tidak.
Menurut Shopia dalam Kurniawan (2016:35) “ Budaya organisasi dalam
sudut pandang karyawan dapat memberikan pedoman bagi karyawan akan segala
sesuatu yang penting untuk dilakukan.”
Menurut Slocum dan Hellriegel dalam(Wianti, 2018), organizational
Culture is values, represent, collective beliefs, assumptions and felling about what
things are good, normal, rational and valuable. Cultural value can be quite
different from organization to organization. In some cultures, employees may care
8
deeply money, but in others they may care about technological innovation or
employee wellbeing. These value tend to persist over time, even when
organizational membership change. (Budaya organisasi adalah nilai,
melambangkan kumpulan masyarakat dengan keyakinan, asumsi dan perasaan
tentang hal yang baik normal, rasional dan berharga, nilai budaya dapat berbeda
antar organisasi lainnya. Dalam budaya yang sama karyawan masih terjebak dalam
kebutuhan keuangan, pada budaya lain beberapa karyawan berusaha berinovasi
kemajuan teknologi untuk kehidupan yang sejahtera. Dan nilai kekuatan organisasi
dapat berhasil, walaupun anggota selalu berganti)
Furnham dan Gunter (Yuliantari, 2016) “budaya organisasi sebagai keyakinan,
sikap dan nilai yang umumnya dimiliki, yang timbul dalam suatu organisasi
dikemukakan dengan lebih sederhana.”
Berdasarkan pernyataan mengenai budaya organisasi diatas disimpulkan
bahwa budaya organiasi dapat dijadikan sebagai fondasi bagi organisasi agar dapat
terus menerus berdiri dan bertahan.
2.1.2 Fungsi Budaya Organisasi
Dengan kondisi seperti itu, budaya organisasi memiliki sejumlah fungsi bagi
anggota organiasi dan organisasi.
Robbins dalam Taryama (2016:58) tentang beberapa fungsi budaya sebagai
berikut:
1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas dan dapat pula
membedakan antara organisasi yang satu dengan yang lain;
2. Budaya menumbuhkan rasa indentitas bagi para anggotanya;
9
3. Budaya menumbuhkan kemantapan social, dan dapat menjadi perekatan social
serta mempersaputkan organisasi, rasa senasib dan sepenaggungan para
anggota; dan Budaya berfungsi sebagai mekanisme permbuat makna dan
kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para anggota
organisasi.
Duha (2014:291) menyatakan fungsi-fungsi bubaya organiasi terbagi menjadi 6
(enam) yaitu:
1. Sebagai Identitas
Ketika individu masih belum bergabung bersama organisasi, organisasi telah
memiliki budaya. Dengan bergabungnya individu kedalam organisasi maka
segala unsur-unsur budaya yang ada dalam organisai harus memiliki dan
dijalankan dengan baik oleh individu sehingga dapat dikatakan, individu harus
berintergrasi penuh dalam organisasi untuk menghasilkan identitas baru dalam
pekerjaannya.
2. Sebagai pedoman dasar
Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai falsafah organisasi yang memiliki
nilai-nilai luhur dan berharga serta dijunjung tinggi oleh organisasi.
3. Mengarahkan kesamaan
Budaya merupakan keindahan maka semua elemen di organisasi, mengindahkan
tersebut dengan memiliki perilaku dan cara pandang yang semuanya sama dan
sesuai dengan apa yang ditetapkan didalam budaya tersebut.
4. Mencegah percepatan perubahan
Adanya budaya organisasi, diharapkan menjadi benteng kuat untuk menghadang
berbagai pengaruh-pengaruh dari luar yang kuat menghadang berbagai
10
pengaruh-pengaruh dari luar yang tidak pasti serta menghadang berbagai
pengaruh-pengaruh dari luar yang jumlahnya banyak.
5. Pemberi kesadaran
Budaya memberi kesadaran individu berada di dalam satu system yang memiliki
dinamika dengan gerakan tersendiri.
6. Pemersatu
Budaya menciptakan keadilan, bahwa budaya mendukung terciptanya
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Budaya mengarahkan setiap elemen
untuk berpartisipasi secaara professional dan mecegah terjadinya konflik.
2.1.3 Proses Pembentukan Budaya Organisasi
Budaya organisasi tidak terbentuk begitu saja, tetapi melalui berbagai tahapan
dan proses yang panjang. Dalam kaitannya dengan proses terbentuknya budaya
organisasi yang kuat.
Sumber: Ardana, Mujiati, & Sriathi (2013:172)
Gambar II.1 Proses Pembetukan Budaya Organisasi
2.1.4 Karakteristik Budaya Organisasi
Budaya organisasi mewakili sebuah persepsi yang sama dari para anggota
organisasi atau dengan kata lain budaya adalah sebuah sistem makna bersama.
11
Menurut Robbins dalam (Andriani, 2014) terdapat 10 (sepuluh) karakteristik
utama yang menjadi pembeda budaya organisasi, yaitu :
1. Inisiatif individual
Tingkat tanggung jawab, kebebasan, dan independensi yang dipunyai
individu.
2. Toleransi terhadap tindakan berisiko
Sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif, dan
mengambil risiko.
3. Arah
Sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan
harapan mengenai prestasi.
4. Integrasi
Tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja
dengan cara yang terkoordinasi.
5. Dukungan dari manajemen
Tingkat sejauh mana para manajer memberi komunikasi yang jelas,
bantuan, serta dukungan terhadap bawahan mereka.
6. Kontrol
Jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk
mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai.
7. Identitas
Tingkat sejauh mana para anggota mengidentifikasi dirinya secara
keseluruhan dengan organisasinya ketimbang dengan kelompok kerja
tertentu atau dengan bidang keahlian professional.
12
8. Sistem imbalan
Tingkat sejauh mana alokasi imbalan (misal, kenaikan gaji, promosi)
didasarkan atas kriteria prestasi pegawai sebagai kebalikan dari senioritas,
sikap pilih kasih, dan sebagainya.
9. Toleransi terhadap konflik
Tingkat sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik
dan kritik secara terbuka
10. Pola-pola komunikasi
Tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki
kewenangan yang formal.
Menurut Lucas dalam Kurniawan (2016:38) mengemukakan karakteristik
budaya organisasi menjadi enak elemen sebagai berikut:
1. Peraturan-peraturang yang harus dipatuhi (Observed behavioural regularities)
Peraturan-peraturan yang harus dipatuhi. Anggota organisasi daling
berinteraksi dengan menggunakan tatacara, istilah dan bahasa yang sama yang
mencerminkan sikap yang baik dana saling menghormati.
2. Norma (Norms)
Suatu standar mengenai perilau yang ditampilkan termasuk perdoman tentang
apa saja yang harus dilakukan, yaitu tidak berlebihan tetapi juga tidak kurang.
3. Nilai-nilai Dominan (Dominant value)
Adanya nilai-nilai terpenting dalam organisasi yang diharapkan dianut oleh
para anggotanya. Contohnya adalah mutu produk yang tinggi, tingkat absensi
yang rendah, atau tingkat efisiensi yang tinggi.
13
4. Filosofi (Philosohy)
Terdapat kebijakan atau peraturan yang mengarahkan organisasi tentang
bagaimana memperlakukan karywan dan pelanggan.
5. Aturan-aturan (Rules)
Terdapat pedoman yang harus ditaati jika bergabung dengan organisasi.
Anggota baru harus mempelajari untuk dapat diterima didalam organisasi
tersebut.
6. Iklim organisasi (Organizational climate)
Perasaan mengenai organisasi secara keseluruhan yang mencerminkan oleh
tata letak fisik, cara para anggota berinteraksi, dan cara mereka berhubungan
dengan pelanggan atau lingkungan di luar organisasi.
Enam karakteristik yang dikemukakan Lucas tersebut merupakan yang
utama dari budaya kerja dalam organisasi secara umum yang tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lainnya. Artinya, usur-unsur tersebut mencerminkan budaya yang
berlaku alam semua jenis organisasi pada pelayanan jasa atau organisasi yang
menghasilkan produk barang.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi
Menurut Tika dalam Brahmasari dan Suprayetno dalam (Nelfianti, Yuniasih,
& Wibowo, 2018) ada empat faktor yang mempengaruhi budaya organisasi yaitu:
Terjadinya sebuah interaksi antara pimpinan, atasan atau pendiri organisasi dengan
kelompok ataupun perorangan dalam sebuah organisasi;
1. Interaksi yang dilakukan untuk menimbulkan ide yang ditransformasikan
menjadi artifak, nilai dan asumsi;
14
2. Bahwa artifak, nilai dan asumsi akan diimplementasikan dan diterapkan
sehingga membentuk sebuah budaya organisasi;
3. Rangka mempertahankan budaya organisasi dilakukan pembelajaran dan
pemahaman kepada anggota baru dalam organisasi sehingga budaya organisasi
akan terjadi secara berkesinambungan.
2.1.6 Dimensi Budaya Organisasi
Menurut Robbins dalam Ardana, Mujiati, & Sriathi (2013: 167 ) indikator
dibagi menjadi tujuh macam, yang kesemuanya menjadi elemen-elemen penting
suatu budaya kerja sebagai berikut:
1. Inovasi dan keberanian
Tingkat daya pendorong karyawan untuk bersikap inovatif dan berani
mengambil risiko.
2. Perhatian terhadap detail
Tingkat tuntunan terhadap karyawan untuk mampu memperlihatkan ketepatan,
analisis, dan perhatian yang rinci.
3. Orientasi terhadap hasil
Tingkat tuntutan terhadap manajemen untuk lebih memusatkan perhatian pada
hasil, dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan meraih
hasil tersebut.
4. Orientasi terhadap individu
Tingkat keputusan manajemen dalam mempertimbangkan efek-efek hasil
terhadap individual yang dalam organisasi.
15
5. Orientasi terhadap tim
Tingkat aktivitas pekerjaan yang dianut dalam tim, bukan secara perseorangan.
6. Agresifan
Tingkat aktifitas tuntutan terhadap orang-orang agar berlaku agresif dan
bersaing, dan tidak bersikap santai.
7. Stabilitas
Tingkat penekanan aktivitas organisasi dalam mempertahankan status quo
berbanding pertumbuhan
2.2 Kinerja Karyawan
2.2.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Menurut Mathis dan Jackson dalam buku Priansa (2015:48) “ Kinerja adalah
hal-hal yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pewaqai dalam mengemban
pekerjaan.”
Menurut Mangkunegara dalam (Nurdin & Rohendi, 2016) menyampaikan
bahwa kinerja (Prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja
adalah suatu hasil kerja pegawai yang yang merupakan sebuah kualitas maupun
kuantitas yang dikerjakan secara individual ataupun tim.
16
2.2.2 Indikator Kinerja Karyawan
Indikator merupakan alat yang digunakan untuk menjelaskan mengenai suatu
kondisi. Apabila sesuatu dikatakan “bagus”, apa yang digunakan untuk
menjelaskan mengenai hal yang disebut “bagus” tersebut. Apabila dikatakan
seseorang sudah “paham”, apa yang digunakan untuk menjelaskan mengenai
tingkat penahaman orang tersebut.
Menurut Afandi (2016:73) adapun dimensi dan indikator kinerja karyawan
yaitu:
1. Dimensi hasil kerja yang terdiri dari tiga indikator yaitu:
a. Kuantitas;
b. Kualitas;
c. Efektifitas.
2. Perilaku kerja yang terdiri dari tiga indikator yaitu:
a. Disiplin kerja;
b. Inisiatif;
c. Ketelitian.
3. Sifat pribadi yang terdiri dari tiga indikator yaitu:
a. Kepemimpinan;
b.Kejujuran;
c. Kreativitas.
17
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Dalam sebuah organisasi, agar memiliki kinerja yang baik, ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan Faktor-faktor tersebut menurut Wibowo dalam (Nelfianti
et al., 2018) adalah:
1. Pernyataan tentang maksud dan nilai- nilai. Faktor ini mendefinisikan bagaimana
suatu organisasi diatur untuk melakukan sesuatu hal sehingga lebih memiliki
sifat yang berorientasi pada manfaat dari pada sekedar hanya pernyataan tentang
misi organisasi itu sendiri.
2. Manajemen Strategis. Merupakan serangkaian keputusan dan tindakan yang
dapat berakibat dalam formulasi dan implementasi dari strategi yang dirancang
agar tujuan organisasi dapat tercapai. Manajemen strategis mengandung pokok
pikiran dalam garis besar tentang apa dan bagaimana tujuan yang akan dicapai
oleh suatu organisasi di masa depan.
3. Manajemen sumber daya manusia. Faktor MSDM merupakan salah satu faktor
yang harus di perhatikan, dimulai dari penentuan kriteria dan persyaratan bagi
semua staf, menggunakan tes psikologi dalam seleksi staf, mengkomunikasikan
nilai-nilai kepada staf, mengembangkan organisasi pembelajaran, merancang
pekerjaan untuk menggunakan sepenuhnya keterampilan dan kemampuan,
dengan cara menggunakan survey sikap secara reguler, penilaian formal
terhadap staf, bila memungkinkan dilakukan promosi internal, kebijakan
keamanan kerja, dan penggunaan elemen merit dalam hal system pengupahan
staf.
18
4. Pengembangan organisasi. Berkepentingan dengan perencanaan dan
implementasi program dirancang untuk memperbaiki efektivitas organisasi yang
dengan pengembangan tersebut organisasi berfungsi dan mengelola perubahan.
5. Konteks organisasi. Dalam hubungannya dengan organisasi, kinerja atau proses
pelaksanaan kerja dan hasil kerja suatu organisasi dipengaruhi secara langsung
oleh rencana atau tindakan manajerial. Struktur organisasi dan kondisi
lingkungan eksternal maupun internal.
6. Desain kerja. Spesifikasi dari isi, metode, dan hubungan pekerjaan yang
bertujuan untuk memuaskan persyaratan teknologi dan organisasional seperti
halnya persyaratan sosial dan pribadi pemegang kerja.
2.2.4 Karakteristik Kinerja Karyawan
Sifat khas dari suatu pengukuran kinerja adalah:
1. Pengukuran kinerja nonfinansial harus dimasukan dlam suatu sistem karena
banyak tujuan perusahan yang tidak mendasarkan pada biaya. Yang termasuk
disini adalah: waktu, ketersediaan alat, ketepatan jadwal dan presentase produk
yang tidak salah;
2. Pengukuran kinerja harus saling menunjang bukan menimbulkan masalah;
3. Pengukuran kinerja harus dapat memotivasi pegawai untuk membantu
perusahaan mencapai tujuan jangka panjangnya seperti juga jangka pendek.
4. Pengukuran kinerja harus dapat dipakai disemua bagian. Interval antara waktu
persiapan dan keluarnya produk merupakan suatu pengukuran yang meliputi
beberapa daerah.
19
Informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian dapat digunakan untuk
memudahkan pengembangan prabdi pegawai secara jelas dan dengan cara yang
tidak mengancam, maka informasi itu dapat memenuhi tujuan.
2.3 Konsep Dasar Operasional
2.3.1. Kisi-kisi Operasional Variabel
Pada konsep dasar operasional ini dimensi-dimensi dan indikator yang
diuraikan untuk dijadikan daftar pernyataan kuisioner dalam penelitian tugas akhir
ini. Dimensi dan indikator tersebut berdasarkan pendapat para ahli yang terdapat
didalam buku-buku yang berhubungan dengan budaya organisasi terhadap kinerja.
1. Budaya Organisasi
Untuk variable budaya organisasi penyusunan kisi-kisi dinyatakan sebagai
berikut:
Table II.1
Table Variable X (Budaya Organisasi)
Variable Dimensi Indikator Butir
Pernyataan
Variable X
Budaya
Organisasi
Inovasi Inovatif dalam bekerja 1,2,3
Perhatian terhadap
detail Memperlihatkan presisi 4,5,6
Orientasi hasil Memperhatikan hasil
daripada teknik 7,8,9
Orientasi orang Memperhitungkan
dampak pegawai 10,11,12
Orientasi Tim Hasil aktivitas tim 13,14
Keagresifan Keinginan untuk
berkembang
15,16,17
20
Stabilitas Mempertahankan status
instansi
18,19,20
Sumber: Ardana et al.(2013:167)
2. Kinerja Karyawan
Berikut ini adalah penyusunan kisi-kisi Kinerja karyawan sebagai paduan
penulis yaitu:
Table II.2
Table Variable Y (Kinerja Karyawan)
Variable Dimensi Indikator Butir
Pernyataan
Variable Y Kinerja
Karyawan
Hasil Kerja
Kualitas 1,2
Kuantitas 3,4
Efektifitas 5,6
Perilaku Kerja
Disiplin 7,8,9
Inisiatif 10,11,12
Ketelitian 13,14
Sifat Prbadi
Kepemimpinan 15,16
Kejujuran 17,18
Kreatifitas 19,20
Sumber: Afandi (2016:73)
2.3.2. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Menurut Suryani & Hendryandi (2016:144) “ Validitas adalah sejauh alat
ukur (tes) benar-benar menggambarkan apa yang diukur.”
Metode yang sering digunakan untuk memberikan penilaian terhadap
validitas kuesioner adalah korelasi antara skor tiap butir pertanyaan dengan skor
total, sehingga sering disebut dengan inter-item total correlation.
21
Nilai korelasi yang diperoleh lalu dibandingkan dengan tabel nilai korelasi
(r). Jika hitung > r tabel pada taraf kepercayaan tertentu, berarti instrumen
tersebut memenuhi kriteria validitas
2. Uji Reabilitas
Menurut Suryani & Hendryandi (2016:134) “ Reablitas adalah suatu tes
yang merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi dan akurasi.”
Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan metode Alpha Cranbach’s berdasarkan skala Alpha Cranbach’s 0
sampai 1.
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa teknik
perhitungan yang bersumber beberapa sumber dan untuk hasil penghitugan penulis
menggunakan SPSS.
1. Populasi dan Sample
Suatu penelitian tentunya memiliki keterbatasan dalam menghadirkan
sumber informasi dan subjek penelitian. Selain itu, penelitian yang hasilnya
dapat di generalisasikan memiliki perjalanan provesi pengambilan dapat
digeneralisasikan.
a. Populasi
Siapa saja yang akan diteliti dan berapa banyak (populasi), dan siapa
saja yang menjadi sasaran langsung pengumpulan data (sampel atau
responden)
22
Darmawan (2018:137) berpendapat “ Populasi adalah sumber data
dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas.“
Menurut Yusuf (2017:145) “ Populasi adalah salah satu hal yang
esensial dan perlu mendapatkan perhatian dengan seksama apanila peneliti
ingin menyimpulkan suatu hasil yang dapat dipercaya dan tepat guna untuk
daerah atau objek penelitian.”
b. Sample
Yusuf (2017: 150) berpendapat “ Sample adalah sebagian dari populasi
yang terpilih dan mewakili populasi tersebut.“
Menurut Suryani & Hendryandi (2016:192) “ Sample adalah sebagian
dari populasi digunakan sevagai representasi dari populasi secara
keseluruhan.”
c. Skala Likert
Menurut Suryani & Hendryandi (2016:131) “Skala likert adalah lima
pilihan jawaban dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju yang
merupakan sikap persepsi seseorang atas suatu kejadian atau penyataan
yang diberikan didalam kuesioner.” Dalam perkembagan jaman terkini,
skala likter terlah dimodifikasi seperti skala 4(empat) titik (dengan
menghilangkan pilihan jawaban netral).
2. Uji Koefisien Korelasi
Siregar (2013:191) mengatakan “ Koefisien korelasi adalah koefisien yang
didapat di pengukuran statistik koviar atau asosiasi antara dua variable.”
23
Berikut ini adalah salah satu rumus contoh dari rumus statistik untuk
melakukan uji korelasi:
𝑟 =𝑁 ∑ 𝑋 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√(𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋) 2)(𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2)
r = koefisien korelasi
n = Jumlah responden
X = Variable bebas
Y = Variable terikat
Uji statistik ini biasanya tidak ditujukan untuk mencari jawaban atas
pertanyaan penelitian atau rumusan penelitian tentang “ hubungan X dan Y saja
melaikan bias dikapai untuk memandingkan antara hasil treatment.”
Metode ini menggambarkan secara kuantitatif assosiasi ataupun relasi satu
variable interval dengan variable interval lainnya. Korelasi di ukur dengan
suatu koefisien r yang mengingiksikan seberapa banyak relasi antar dua
variable. Berikut ini adalah nilai korelasinya:
Table II.3
Pedoman Untuk Memberikan Interorestsi Koefisien Korelasi
Sumber: Darmawan (2018:179)
Interval Korelasi Tingkat Hubungan
0,80 hingga 1.00 Kolerasi Sangat Tinggi
0,60 hingga 0,79 Kolerasi Tinggi
0.40 hingga 0,59 Korelasi Modernt
0,20 hingga 0,39 Korelasi Rendah
0,01 hingga 0,19 korelasi sangat rendah
24
3. Uji Koefisien Determinasi
Menurut Siregar (2013:192) “ Koefisien Determinasi adalah kontribusi
variable berbas terhadap variable terikat.”
Koefisien Determinasi (KD) dihitung dengan mengkuadratkan Koefisien
Korelasi yang telah ditemukan sebelumnya dan selanjutkan dikalikan 100%,
dengan demikian rumusnya adalah:
𝐾𝐷 = 𝑟 × 100%
Keterangan :
KD : Koefisien determinasi
r : Koefisien korelasi
4. Persamaan Regresi
Menurut Darmawan (2018:53) “Regresi adalah pengujian hipotesis dan
sekaligus berkeinginan untuk melakukan proses penelitian akan mampu
mengadopsi.”
Regresi digunakan ketika penulis ingin memprediksi hasil atas variable-
variable tertentu dengan menggunakan variable lain. Dalam bentuknya yang
paling sederhana yang hanya melibatkan dua variable yaitu variable bebas
(Independen) dan Variable terikat (Dependen). Berikut ini adalah rumus
perhitungan regresi:
𝑌 = 𝑎 + 𝑏 𝑥
Dimana untuk melihat hubungan antara variabel dengan menggunakan
persamaan regresi tersebut, maka nilai a dan b harus dicari terlebih dahulu
dengan rumus sebagai berikut:
𝑎 =(∑ 𝑌)(∑ 𝑋2) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑋𝑌)
𝑛 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2
25
𝑏 = 𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑛 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2
Keterangan:
Y = Variable terikat yang di proyeksikan
a = Nilai harga konstan Y dan X = 0
b = Koefisien regresi atau nilai arah sebagai penentu prediksi yang menunjukan
nilai peningkatan atau penurubab variable terikat.
X = Variable bebas