Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6 Universitas Kristen Petra
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Resiko
Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari
kerugian finansial atau kemungkinan terjadi kerugian. Ketidakpastian dan peluang
kerugian ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal antara lain: ketidakpastian
ekonomis, ketidakpastian yang berkaitan dengan alam, ketidakpastian terjadinya
perang, pembunuhan, pencurian, dan sebagainya.
Dalam usaha perindustrian, sudah dilakukan pemilahan resiko agar dapat
dilakukan secara tepat identifikasi terhadap resiko yang akan diangkat dalam
perjanjian asuransi. Sehingga penanggung dapat melakukan perhitungan atau
estimasi yang tepat dan tidak merugikan kedua belah pihak. Jenis-jenis resiko
yang umum dikenal dalam usaha perindustrian antara lain meliputi :
1. Resiko murni yaitu suatu resiko yang apabila terjadi, akan memberikan
kerugian dan apabila tidak terjadi, tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak
juga memberikan keuntungan.
2. Resiko spekulatif yaitu resiko yang berkaitan dengan terjadinya dua
kemungkinan, yaitu kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dan
kemungkinan untuk mendapatkan kerugian.
3. Resiko individu yaitu resiko yang dihadapi dalam kegiatan hidup sehari-hari.
Terdiri dari tiga jenis yaitu:
a) Resiko pribadi atau personal risk adalah resiko yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk memperoleh manfaat ekonomi. Contohnya:
resiko dirawat di rumah sakit akibat penyakit serius atau resiko mengalami
kecelakaan di jalan, dan lain sebagainya.
b) Resiko harta atau property risk adalah resiko bahwa harta yang kita miliki
rusak, hilang atau dicuri.
c) Resiko tanggung gugat atau liability risk adalah resiko yang mungkin kita
alami atau derita sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau lukanya
���������������������
7
pihak lain. Contohnya: anda harus membayar seseorang karena kelalaian
anda menabraknya di jalan.
Dalam menangani resiko tersebut minimal ada lima cara yang dapat
dilakukan antara lain :
1. Menghindari resiko atau risk avoidance
Orang yang bersangkutan perlu mempertimbangkan resiko yang mungkin
muncul dari aktivitas yang akan dilakukan. Setelah mengidentifikasikan
resiko, orang dapat meneruskan kegiatannya atau menarik diri. Dengan
menarik diri, sebenarnya orang tersebut sudah menghindari resiko.
2. Mengurangi resiko atau risk reduction
Mengurangi resiko berarti mengambil tindakan yang bersifat meminimalisir
kemungkinan terjadinya resiko kerugian.
3. Menahan resiko atau risk retention
Berarti kita tidak melakukan apa-apa terhadap resiko tersebut.
4. Membagi resiko atau risk sharing
Membagi resiko berarti melibatkan orang lain untuk sama-sama menghadapi
resiko.
5. Mentransfer resiko atau risk transfer
Berarti memindahkan resiko kerugian kepada pihak lain yang bersedia serta
mampu memikul beban resiko.
Perusahaan asuransi telah mengidentifikasikan sejumlah faktor yang dapat
menaikkan atau menurunkan kemungkinan bahwa seseorang akan menderita
resiko kerugian. Yang paling penting dari faktor-faktor tersebut adalah physical
hazards dan moral hazards. Physical hazard adalah suatu karateristik fisik yang
dapat meningkatkan kemungkinan kerugian. Contohnya, seseorang yang memiliki
riwayat serangan jantung memiliki physical hazard yang akan meningkatkan
kemungkinan bahwa ia akan meninggal lebih cepat daripada orang dengan usia
dan jenis kelamin yang sama yang tidak memiliki riwayat penyakit yang sama.
Moral hazard adalah kemungkinan bahwa seseorang bertindak tidak jujur dalam
transaksi asuransi. Contohnya, seseorang yang memiliki riwayat kriminal
���������������������
8
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menipu perusahaan asuransi
daripada orang yang tidak memiliki riwayat demikian. Mungkin saja bahwa orang
tersebut mencari asuransi untuk alasan yang tidak jujur.
Untuk mengelompokkan calon tertanggung, pihak asuransi menetapkan
empat kategori resiko yaitu :
1. Para calon tertanggung yang memiliki kemungkinan untuk mengalami
kerugian yang tidak terlalu besar daripada rata-rata dikelompokkan sebagai
standard risks, dan premi yang dikenakan kepada mereka disebut standard
premium rates (tarif premi standar). Secara tradicional, sebagian besar polis
asuransi jiwa dan asuransi kesehatan diterbitkan dengan tarif premi standar.
2. Para calon tertanggung yang memiliki kemungkinan untuk mengalami
kerugian yang jauh lebih besar daripada rata-rata namun tetap dapat
diasuransikan dikelompokkan sebagai substandard risks atau spesial class
risks.
3. Kategori declined risks terdiri dari para calon tertanggung yang dianggap
memiliki resiko yang terlalu besar untuk ditanggung oleh perusahaan asuransi.
4. Banyak perusahaan asuransi jiwa yang mengelompokkan calon tertanggung
yang memiliki kemungkinan untuk mengalami kerugian jauh lebih rendah
daripada rata-rata sebagai preferred risks dan membebankan preferred risks
dengan premi yang lebih rendah daripada standar.
2.2 Teori-teori asuransi
2.2.1 Sejarah Singkat Asuransi
Konsep asuransi sebenarnya sudah dikenal sejak jaman sebelum masehi
dimana manusia pada masa itu telah menyelamatkan jiwanya dari berbagai
ancaman, antara lain kekurangan bahan makanan. Salah satu cerita mengenai
kekurangan bahan makanan terjadi pada jaman Mesir Kuno semasa Raja Firaun
berkuasa. Suatu hari sang raja bermimpi yang diartikan oleh Nabi Yusuf bahwa
selama 7 tahun negeri Mesir akan mengalami panen yang berlimpah dan
���������������������
9
kemudian diikuti oleh masa paceklik selama 7 tahun berikutnya. Untuk berjaga-
jaga terhadap bencana kelaparan tersebut Raja Firaun mengikuti saran Nabi Yusuf
dengan menyisihkan sebagian dari hasil panen pada 7 tahun pertama sebagai
cadangan bahan makanan pada masa paceklik. Dengan demikian pada masa 7
tahun paceklik rakyat Mesir terhindar dari risiko bencana kelaparan hebat yang
melanda seluruh negeri. Pada tahun 2000 sebelum masehi para saudagar dan aktor
di Italia membentuk Collegia Tennirium, yaitu semacam lembaga asuransi yang
bertujuan membantu para janda dan anak-anak yatim dari para anggota yang
meninggal. Perkumpulan serupa yaitu Collegia Nititum, kemudian berdiri dengan
beranggotakan para budak belian yang diperbanatukan pada ketentaraan kerajaan
Romawi. Setiap anggota mengumpulkan sejumlah iuran dan bila salah seorang
anggota mengalami nasib sial (unfortunate) maka biaya pemakamannya akan
dibayar oleh anggota yang bernasib baik (fortunate) dengan menggunakan dana
yang telah dikumpulkan sebelumnya. Perkumpulan semacam ini merupakan salah
satu konsep awal timbulnya asuransi, yaitu orang-orang yang beruntung atau
bernasib baik membantu orang-orang yang tidak beruntung.
2.2.2 Pengertian Asuransi
Definisi asuransi bisa diberikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari
sudut pandangan ekonomi, hukum, bisnis, sosial, ataupun berdasarkan pengertian
matematika. Itu berarti bisa lima definisi bagi asuransi. Tidak ada satu definisi
yang bisa memenuhi masing-masing sudut pandang tersebut.
Dalam pandangan ekonomi, asuransi merupakan suatu metode untuk
mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan
ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial). Jadi, berdasarkan
konsep ekonomi, asuransi berkenaan dengan pemindaan dan mengkombinasikan
resiko.
Dari sudut pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian)
pertanggungan resiko antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung
berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan resiko yang dipertanggungkan
kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik
���������������������
10
kepada penanggung. Jadi, tertanggung mempertukarkan kerugian besar yang
mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif kecil.
Menurut pandangan bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha
utamanya menerima/menjual jasa, pemindahan resiko dari pihak lain, dan
memperoleh keuntungan dengan berbagai resiko (sharing of risk) diantara
sejumlah besar nasabahnya. Selain itu, asuransi juga merupakan lembaga
keuangan bukan bank, yang kegiatannya menghimpun dana (berupa premi) dari
masyarakat yang kemudian menginvestasikannya dana itu dalam berbagai
kegiatan ekonomi (perusahaan).
Dari sudut pandangan sosial, asuransi didefinisikan sebagai organisasi
sosial yang menerima pemindahan resiko dan mengumpulkan dana dari anggota-
anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing
anggota tersebut. Karena kerugian tidak pasti akan terjadi pada setiap anggota,
maka anggota yang tidak pernah mengalami kerugian dari sudut pandangan sosial
merupakan penyumbang terhadap organisasi. Hal itu berarti kerugian setiap
anggota dipikul bersama.
Dalam pandangan matematika, asuransi merupakan aplikasi matematika
dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan resiko. Hukum
probabilitas dan teknik statistik dipergunakan untuk mencapai hasil yang dapat
diramalkan. Di bawah ini diikhtisarkan masing-masing sudut pandang asuransi
berikut objek dan teknik mencapainya.
Tabel 2.1 Pengertian Asuransi
Pengertian Asuransi
Sudut
Pandang Objek Teknik Mencapainya
Ekonomi Pengurangan resiko Dengan transfer dan kombinasi
Hukum Perjanjian pemindahan
resiko
Melalui pembayaran premi oleh
tertanggung kepada penanggung dalam
suatu kontrak asuransi
Bisnis Berbagi resiko Dengan memindahkan resiko dari individu
ke lembaga penanggung resiko
���������������������
11
Sosial Memikul kerugian
secara kolektif
Semua anggota membayar iuran kerugian
yang kebetulan diderita oleh salah satu
anggota
Matematika Memperhitungkan dan
mendistribusikan
Dengan perkiraan aktuarial yang
didasarkan atas prinsip-prinsip probabilitas
Sumber : Manajemen Asuransi
Definisi Asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1, Pasal 1 adalah sebagai berikut :
1. "Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan."
2. Yang dimaksud ”tertanggung” dalam definisi tersebut adalah seseorang atau
badan hukum yang memiliki atau berkepentingan atas harta benda yang
diasuransikan.
3. Yang dimaksud ”penanggung” dalam definisi tersebut adalah suatu badan
usaha asuransi yang memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1992.
Selanjutnya Pasal 21 UU No.2/1992 menjelaskan bisnis atau bidang usaha
perasuransian adalah sebagai berikut :
”Usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana
masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, memberikan perlindungan
kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan
timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup
atau meninggalnya seseorang.”
���������������������
12
Asuransi jiwa (Life Insurance) adalah suatu asuransi dimana perusahaan
asuransi berjanji untuk membayar manfaat atas kematian orang yang
diasuransikan/tertanggung. Asuransi jiwa diberikan unutk perorangan maupun
kumpulan dan diberikan dalam berbagai bentuk polis. Berikut ini adalah
penjelasan dari tiga jenis polis asuransi jiwa yang utama (Harriet E. Jones dan
Dani L.Long, 1999).
• Term Life Insurance (asuransi jiwa berjangka) memberikan manfaat kematian
jika tertanggung meninggal dalam suatu jangka waktu tertentu.
• Permanent Life Insurance-whole life insurance (asuransi jiwa tetap/seumur
hidup) memberikan pertanggungan asuransi jiwa seumur hidup bagi
tertanggung dan juga memiliki unsur tabungan.
• Endowment Insurance (asuransi jiwa dwiguna) memberikan manfaat polis
yang dibayar pada saat tertanggung meninggal atau pada tanggal yang
ditentukan jika tertanggung masih hidup sampai tanggal tersebut. Endowment
insurance memiliki beberapa karateristik seperti term life insurance maupun
permanent life insurance. Seperti term insurance, endowment insurance
memberikan pertanggungan asuransi jiwa hanya untuk suatu jangka waktu
yang telah ditentukan. Dan seperti permanent life insurance, endowment
insurance memiliki unsur tabungan.
Beberapa perusahaan asuransi memiliki fleksibilitas mengenai bagaimana
perusahaan tersebut diorganisasikan untuk melakukan bisnis. Namun biasanya
perusahaan asuransi diorganisasikan sebagai stock company atau mutual company.
Mayoritas perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan didirikan dan
diorganisasikan sebagai stock company. Stock Isurance Company adalah
perusahaan asuransi yang dimiliki oleh masyarakat dan organisasi/perusahaan
yang membeli saham perusahaan asuransi tersebut.
Perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan juga bisa diorganisasikan sebagai
mutual company. Mutual Insurance Company adalah perusahaan asuransi yang
dimilikiki oleh para pemegang polis dan sebagian dari laba operasional
perusahaan dari waktu ke waktu dibagikan kepada para pemegang polis tersebut
dalam bentuk policy dividends (dividen polis).
���������������������
13
2.2.3 Manfaat Asuransi
Pada dasarnya asuransi dapat memberikan manfaat bagi tertanggung
antara lain :
1. Rasa aman dan perlindungan. Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung
akan memberikan rasa aman dari resiko atau kerugian yang mungkin timbul.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Semakin besar
kemungkinan terjadinya suatu kerugian dan semakin besar kerugian yang
mungkin ditimbulkannya makin besar pula premi tertanggungannya.
3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.
4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan. Premi yang dibayarkan
setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan. Pihak
penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan
juga bonus (sesuai dengan perjanjian dari kedua belah pihak).
5. Alat pembayaran resiko. Resiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung
ikut dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi
tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha. Investasi yang dilakukan oleh para
investor dibebani dengan resiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai
macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan dan lain sebagainya).
2.2.4 Prinsip Dasar Asuransi
1. Insurable interest
Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum untuk
mempertanggungkan suatu resiko yang berkaitan dengan keuangan, yang
diakui sah secara hukum antara tertanggung dengan sesuatu yang
dipertanggungkan. Ada beberapa kriteria yang perlu dipenuhi :
a) Harus berupa suatu harta, hak, kepentingan, jiwa atau tanggung gugat.
b) Keadaan pada butir a harus merupakan sesuatu yang dapat
dipertanggungkan.
���������������������
14
c) Tertanggung harus memiliki hubungan hukum dengan sesuatu yang dapat
dipertanggungkan dimana pihak tertanggung memperoleh manfaat dari
tidak terjadinya peristiwa atau kerusakan dan menderita kerugian bila yang
dipertanggungkan mengalami kerusakan.
d) Antara pihak tertanggung dan sesuatu yang dipertanggungkan harus
memiliki hubungan sah menurut hukum.
2. Itikad baik (utmost good faith)
Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh itikad
baik. Pihak penanggung perlu menjelaskan secara lengkap hak dan
kewajibannya selama masa asuransi. Pihak tetanggung juga perlu
mengungkapkan secara rinci kondisi yang akan diasuransikan sehingga
penanggung memiliki gambaran yang memadai untuk menentukan
persetujuan. Kewajiban kedua belah pihak untuk mengungkapkan fakta
disebut duty of disclosure. Factor-faktor yang melanggar prinsip duty of
disclosure adalah:
• Non-disclosure. Adanya data-data penting yang tidak diungkapkan
sehingga menyalahi utmost good faith.
• Concealment. Secara sengaja melakukan kebohongan yang dan tidak
mengungkapkan fakta-fakta penting.
• Fraudulent Misrepresentation. Sengaja memberikan gambaran yang tidak
cocok dengan kondisi real.
• Innocent Misrepresentation. Secara tidak sengaja memberi gambaran yang
salah yang memiliki pengaruh besar dalam proses asuransi.
3. Indemnity
Konsep indemnity adalah mekanisme penganggung untuk mengopensasi
resiko yang menimpa tertanggung dengan ganti rugi finansial. Prinsip
idemnity tidak dapat dilaksanakan dalam asuransi kecelakaan dan kematian.
Dalam kedua jenis asuransi tersebut, pihak penanggung tidak dapat mengganti
nyawa yang hilang atau anggota tubuh yang cacat atau hilang karena
indemnity berkaitan dengan ganti finansial. Indemnity ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara: pembayaran tunai, penggantian, perbaikan dan
pembangunan kembali.
���������������������
15
4. Proximote cause
Adalah statu sebab aktif, efisien yang mengakibat terjadinya suatu peristiwa
secara berantai atau berurutan tanpa intervenís statu ketentuan lain, diawali
dan bekerja aktif dari suatu sumber baru dan independen
5. Subrogation
Subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah
memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang
mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian.
Dengan prinsip subrogation, tertanggung tidak mungkin menerima ganti rugi
yang lebih besar dari kerugian yang dideritanya.
6. Kontribusi
Prinsip kontribusi merupakan salah satu akibat wajar dari prinsip indemnity
yaitu, bahwa penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain
yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti
rugi kepada seorang tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing
belum tentu sama besar.
2.2.5 Polis Asuransi
Yang dijual oleh perusahaan asuransi adalah janji-janji yang dicantumkan
dalam suatu kontrak yang dikenal dengan sebutan polis. Kontrak asuransi akan
merumuskan kapan perusahaan asuransi akan membayar yang ditanggung dan
jumlah yang akan dibayarkan. Jadi, polis adalah dokumen tertulis yang berisi
ketentuan-ketentuan perjanjian antara perusahaan asuransi dan pemegang polis
tersebut. Perjanjian tersebut merupakan kontrak yang dapat diberlakukan secara
hukum dimana di dalam perjanjian tersebut perusahaan asuransi setuju untuk
membayar sejumlah uang – disebut policy benefit (manfaat polis), atau policy
proceeds – apabila terjadi suatu kerugian yang spesifik asalkan perusahaan
asuransi telah menerima sejumlah uang, yang disebut premium (premi). Polis
asuransi jga berfungsi sebagai bukti pembayaran premi kepada penanggung. Polis
asuransi memuat hal-hal sebagai berikut:
• Nomor polis
���������������������
16
• Nama dan alamat tertanggung
• Uraian resiko
• Jumlah pertanggungan
• Jangka waktu pertanggungan
• Besar premi, bea materai dan lain-lain
• Bahaya-bahaya yang dijaminkan
2.2.6 Premi Asuransi
Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak
penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu sacara periodic.
Jumlah premi sangat tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya tingkat resiko dan jumlah nilai pertanggungan. Apabila kemungkinan
terjadinya resiko kerugian sangat tinggi, pihak penanggung tentu saja akan
memperhitungkan tingkat premi yang lebih tinggi daripada pertanggungan yang
kemungkinan terjadinya kerugian kecil. Selain itu, biasanya pihak penanggung
juga memperhitungkan nilai waktu uang yang dibayarkan oleh pihak tertanggung.
Periodisasi pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang sudah
dituangkan dalam polis asuransi. Periodisasi dapat bulanan, triwulan, semesteran,
atau tahunan.
Perusahaan asuransi mempertimbangkan banyak faktor ketika melakukan
perhitungan-perhitungan yang diperlukan untuk menetapkan tarif premi memadai
dan wajar. Tarif premi harus adequate (memadai) agar perusahaan mempunyai
cukup dana untuk membayar manfaat polis. Premi harus pula equitable (wajar)
sehingga setiap pemegang polis dikenakan premi yang mencerminkan tingkat
resiko yang ditanggung oleh perusahaan asuransi dalam memberikan
pertanggungan. Faktor-faktor berikut ini turut dipertimbangkan dalam menghitung
tarif premi asuransi jira :
• Rate of mortality (Tingkat mortalitas/kematian). Tingkat dimana orang-orang
yang jiwanya diasuransikan diperkirakan meninggal.
• Investment Earnings (Pendapatan Investasi). Dana yang diperoleh perusahaan
asuransi dari investasi premi yang diterimanya.
���������������������
17
• Expenses (Biaya). Semua biaya yang timbul dari penerbitan polis asuransi dan
pengoperasian perusahaan asuransi.
2.2.7 Cadangan Teknis
Banyak perusahaan membukukan penjualan sebagai pendapatan (revenue)
setelah penjualan itu terjadi. Tetapi di dalam perusahaan asuransi penerimaan dari
penjualan belum dibukukan sebagai revenue. Karena produk yang dijual belum
diserahkan sampai beberapa waktu yang akan datang. Oleh karena itu, perusahaan
asuransi harus terlebih dahulu membukukan premi sebagai utang (liabilities)
dalam bentuk cadangan premi dan cadangan klaim. Kedua cadangan itu disebut
cadangan teknis.
2.2.8 Policy Reserves
Policy reserves (cadangan premi) merupakan jumlah yang oleh perusahaan
asuransi diperkirakan akan dibutuhkan olehnya untuk membayar manfaat-manfaat
polis ketika biaya-biaya tersebut jatuh tempo. Perusahaan asuransi harus
memelihara aset yang melebihi kemampuan policy reserves liability-nya sehingga
perusahaan akan memiliki dana untuk membayar klaim-klaim yang jatuh tempo.
Selain itu, policy reserves harus memadai untuk membayar klaim-klaim dan dana
yang menyangga reserves itu harus diinvestasikan secara aman.
Selisih antara face amount (jumlah uang pertanggungan) dari suatu polis,
yakni jumlah yang akan dibayarkan sebagai manfaat kematian, dan policy
reserves (cadangan premi) pada akhir tahun polis tertentu dikenal sebagai net
amount at risk perusahaan asuransi atas polis yang bersangkutan.
Perusahaan asuransi harus pula memiliki reserve untuk polis-polis dengan
jangka waktu jauh lebih pendek, seperti polis asuransi berjangka satu tahun.
Untuk tujuan mengadakan policy reserve untuk polis-polis berjangka satu tahun,
perusahaan asuransi berasumsi bahwa ia menerima jumlah total premium untuk
dibayarkan pada polis-polis itu pada awal tahun. Perusahaan asuransi dapat
menginvestasikan dana-dana itu sampai dana tersebut dibutuhkan untuk
���������������������
18
membayar klaim-klaim, dan dengan demikian harus memiliki policy reserve
liability. Selama tahun polis itu, perusahaan asuransi membayar setiap klaim
kematian yang timbul dan dengan demikian mengurangi jumlah policy reserve
liability-nya untuk blok polis itu. Pada akhir tahun polis ketika polis-polis
selebihnya telah berakhir, jumlah polisy reserve sama dengan nol, karena tidak
ada lagi klaim yang harus dibayarkan untuk polis-polis itu.
2.2.9 Cadangan Klaim
Cadangan Klaim mencerminkan perkiraan klaim yang belum dibayar
beserta biaya-biaya penilaian kerugian. Klaim yang belum dibayar itu meliputi
berikut ini: klaim yang sudah dilaporkan dan dinilai, klaim yang sudah dilaporkan
tapi belum dinilai, dan kerugian yang sudah terjadi tapi belum dilaporkan.
Kebanyakan perusahaan asuransi yang besar mempekerjakan staf aktuaria
untuk menetapkan tingkat cadangan klaim yang memadai. Aktuaris menggunakan
berbagai metode. Pada umumnya metode ini berdasarkan pada pengalaman
historis dalam rangka menentukan trend yang bisa dipergunakan untuk masa kini
dan akan datang :
• Metode nilai rata-rata
Metode ini menentukan nilai rata-rata klaim dari berbagai jenis pertanggungan
dan memproyeksikan trend dari pengalaman penanggung sebelumnya.
Dengan mengalikan banyaknya klaim yang belum ditempatkan dengan angka
rata-rata akan menghasilkan nilai kliam yang ada.
• Metode pengembangan pembayaran
Metode ini yakin atas asumsi pengembangan pembayaran yang konsisten.
Jumlah cadangan klaim ditetapkan senilai kerugian yang telah dibayarkan
sampai saat terakhir.
• Metode rasio kerugian
Metode ini khusus untuk asuransi kendaraan dan asuransi kompensasi pekerja.
���������������������
19
2.2.10 Dividen polis
Polis asuransi jiwa dapat diterbitkan berdasarkan participating atau
nonparticipating. Participating policy, adakalanya disebut juga sebagai par policy,
adalah polis yang memberi hak kepada pemegang polis untuk turut menikmati
divisible surplus yang dapat dibagikan perusahaan. Nonparticipating policy,
dikenal juga sebagai non-par policy, adalah polis yang tidak memberikan hak
kepada pemegang polis untuk ikut menikmati surplus perusahaan asuransi.
Surplus adalah jumlah dimana aktiva sebuah perusahaan melebihi pasiva dan
modalnya, yang timbul dari operasi-operasi perusahaan yang mendatangkan laba.
Jumlah surplus yang tersedia untuk dibagi-bagikan kepada para pemegang
participating policy disebut divisible surplus (surplus yang dapat dibagikan), dan
bagian pemegang polis atas surplus yang dapat dibagikan ini disebut policy
dividend (dividen polis). Dividen polis dianggap sebagai pengembalian premi dan
biasanya tidak dianggap sebagai pendapatan kena pajak bagi pemegang polis.
Akibatnya tarif premi suatu produk asuransi jiwa participating biasanya
ditentukan sedikit lebih tinggi daripada produk nonparticipating untuk produk
yang sama.
2.2.11 Polis Lapse
Polis lapse terjadi pada saat suatu polis berakhir karena premi lanjutan
tidak dibayar. Lapses Ratio adalah suatu persentase bisnis perusahaan asuransi
dimana nasabahnya memutuskan kepesertaannya secara sukarela. Walaupun
keterkaitan antara polis lapse dengan profitabilitas sangat kompleks, pada
umumnya ketika polis-polis menjadi lapse sebelum perusahaan asuransi menerima
premi yang mencukupi untuk membayar biaya distribisi dan akuisisi polis, maka
perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Semakin tinggi tingkat lapse, maka
semakin besar pula kemungkinan hilangnya pendapatan premi.
Sejumlah faktor mempengaruhi tingkat lapse suatu perusahaan asuransi.
Di antara faktor-faktor yang terkait dengan operasi perusahaan adalah desain
produk, pemasaran, dan layanan nasabah. Secara umum, suatu produk asuransi
���������������������
20
yang membutuhkan pembayaran premi yang sering memiliki tingkat lapse yang
lebih tinggi daripada produk yang pembayaran preminya dibayar setiap tahun oleh
pemegang polis. Produk yang memperbolehkan pembayaran premi dengan cara
otomatis seperti pendebetan rekening atau otorisasi cek, biasanya cenderung
memiliki tingkat lapse yang lebih rendah daripada produk yang mengharuskan
pemegang polisnya membayar premi dengan mengirimkannya ke perusahaan.
2.2.12 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
(profit). Laba adalah selisih antara pendapatan yang lebih besar atas pengeluaran.
Suatu perusahaan yang secara konsisten menghasilkan laba dapat terus berbisnis,
tumbuh dan meningkatkan kesejahteraan, atau meningkatkan nilai perusahaan.
Kenaikan nilai perusahaan diindikasikan oleh ukuran-ukuran kenaikan harga
sahan perusahaan dan pertambahan akun modal dan surplus di dalam neraca
perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang terus mengalami kerugian akhirnya
akan hilang dari dunia bisnis.
Ratio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dan
penjualan barang atau jasa yang dihasilkan dan investasi oleh perusahaan tersebut.
Profitabilitas dianggap sebagai alat yang valid dalam mengukur hasil pelaksanaan
operasi perusahaan, karena profitabilitas merupakan alat pembanding pada
berbagai alternatif investasi yang sesuai dalam tingkat resiko. Semakin besar
resiko investasi, diharapkan profit yang diperoleh semakin tinggi pula.
Walaupun profitabilitas dapat diperoleh dan diukur dalam jangka waktu
yang pendek, perusahaan asuransi biasanya berusaha untuk mendapatkan
profitabilitas jangka panjang. Profitabilitas jangka panjang memungkinkan
perusahaan asuransi untuk :
• Menyediakan dana untuk investasi.
• Membayar dividen polis atas participating policy.
• Membayar dividen tunai kepada para pemegang saham dan meningkatkan
daya tarik saham perusahaan kepada para investor.
���������������������
21
• Membuat pemeringkatan yang bermutu tinggi dari lembaga pemeringkat
asuransi.
• Menyediakan dana untuk mengembangkan produk, lini produk dan jalur
distribusi.
• Menyediakan dana untuk ekspansi dan akuisisi.
2.2.13 Solvabilitas
Solvabilitas menurut istilah umum adalah keadaan dimana suatu
perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban keuangannya secara tepat waktu,
baik utang jangka pendek maupun jangka panjang, dengan seluruh kekayaan yang
dimiliki perusahaan. Untuk perusahaan asuransi, definisi solvabilitas lebih
spesifik, yaitu kemampuan suatu perusahaan asuransi untuk menjaga modal dan
surplus minimum yang ditentukan oleh undang-undang. Karena standar minimum
diatas merupakan persyaratan hukum, maka solvabilitas perusahaan asuransi
kadang-kadang disebut statutory solvency. Ketidakmampuan perusahaan asuransi
untuk menjaga modal dan surplus diatas standar modal dan surplus minimum
sebagaimana ditentukan oleh undang-undang disebut insolvency (insolvabilitas).
Standar modal dan surplus minimum sebagaimana ditentukan oleh
undang-undang berbeda dari satu perusahaan asuransi ke perusahaan asuransi
lainnya, dan didasari oleh tingkat resiko yang terkait dengan investasi yang
dilakukan oleh suatu perusahaan asuransi dan lini usaha tertentu yang dijual oleh
perusahaan asuransi tersebut. Perusahaan asuransi yang memiliki investasi dengan
resiko yang lebih banyak memiliki standar modal dan surplus minimum
sebagaimana ditentukan oleh undang-undang yang lebih tinggi daripada
perusahaan asuransi sejenis yang memiliki investasi dengan resiko yang lebih
kecil.
Dengan menentukan standar modal dan surplus minimum berbasis resiko,
ditambah dengan konservatisme yang secara nyata dimasukkan ke dalam
cadangan premi sebagaimana ditentukan oleh undang-undang, regulator asuransi
berusaha untuk memastikan bahwa setiap perusahaan asuransi memiliki sumber
���������������������
22
dana yang mencukupi untuk membayar manfaat premi dan kewajiban keuangan
lainnya secara tepat waktu.
Dalam melakukan kegiatan bisnis secara normal, suatu perusahaan
asuransi menghadapi kemungkinan resiko serius yang dapat mengancam keadaan
statuory solvency-nya. Resiko-resiko tersebut dapat dikelompokkan ke dalam
empat kategori resiko yang luas, yang dikenal sebagai contingency risks, atau C-
risk.
• C-1 risk atau asset risk adalah resiko rugi pada suatu investasi untuk alasan
selain daripada perubahan suku bunga pasar. Contoh dari C-1 risk adalah
dimana saham yang dimiliki suatu perusahaan akan kehilangan nilai pasarnya
dan resiko dimana penerbit obligasi melakukan wanprestasi dan tidak
membuat jadwal pembayaran obligasi. Perusahaan asuransi mengelola resiko
aset dengan mengevaluasi kemungkinan investasi secara hati-hati,
menginvestasikan aset mereka dengan jumlah yang besar di dalam investasi
yang bermutu tinggi, serta mengalokasikan dana untuk seluruh kategori
investasi yang berbeda.
• C-2 risk atau pricing risk, disebut juga insurance risk (resiko asuransi) yaitu
resiko dimana pengalaman nyata perusahaan asuransi dalam tingkat kematian
atau biaya-biaya akan sangat berbeda dari perkiraan, menyebabkan perusahaan
asuransi tersebut menderita kerugian material atas produk tersebut. Perusahaan
asuransi jiwa mengelola C-2 risk dengan merancang dan menetapkan harga
produk secara pantas, serta mengendalikan pengeluaran-pengeluaran mereka
secara hati-hati.
• C-3 risk atau interest-rate risk adalah resiko kerugian yang disebabkan oleh
perubahan suku bunga pasar, misalnya kerugian penjualan suatu obligasi pada
saat suku bunga pasar naik, dan ketidakmampuan suatu perusahaan asuransi
untuk memperoleh tingkat pendapatan asetnya yang sama dengan atau lebih
besar daripada suku bunga yang dijamin di dalam kontrak asuransinya.
Perusahaan mengelola C-3 risk melalui praktek-praktek asset-liability
management yang efektif.
• C-4 risk adalah general business risk, yaitu resiko kerugian yang diakibatkan
oleh praktek-praktek bisnis umum yang tidak efektif atau faktor-faktor
���������������������
23
lingkungan di luar kendali perusahaan. Contonya yaitu manajemen yang tidak
efisien, kerugian karena adanya pemalsuan dan litigasi, perubahan undang-
undang perpajakan, penurunan ekonomi, dan bencana alam. Perusahaan
mengendalikan beberapa C-4 risk dengan menugaskan tim manajemen yang
bermutu tinggi dan berpengalaman, melaksanakan pertimbangan manajerial
yang sesuai, mendukung perilaku etis, memantau hasil-hasil keuangan serta
melakukan audit internal dan eksternal secara teratur.
Kehadiran empat C-risk membantu menjelaskan mengapa modal dan
surplus yang mencukupi menjadi sedemikian penting bagi solvabilitas suatu
perusahaan asuransi. Modal dan surplus menjaga solvabilitas perusahaan dengan
menyediakan dana untuk melindungi kerugian-kerugian yang disebabkan oleh
resiko-resiko tersebut. Dengan demikian, solvabilitas perusahaan asuransi yang
berkelanjutan biasanya tergantung pada kecukupan modal dan surplusnya.
2.3 Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut
adalah : para pemilik perusahaan, manager perusahaan yang bersangkutan, para
kreditur, bankers, para investor dan pemerintah di mana perusahaan tersebut
berdomisili, buruh serta pihak-pihak lainnya.
Di samping itu laporan keuangan digunakan oleh managemen untuk :
1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.
2. Untuk menentukan / mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi
serta untuk menentukan derrajat keuntungan yang dapat dicapai oleh
perusahaan yang bersangkutan.
3. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi
wewenang dan tanggung jawab.
���������������������
24
4. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur
yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Bentuk-bentuk laporan keuangan :
1. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal
dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu, biasanya pada waktu dimana
buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau
tahun kalender, sehingga neraca sering disebut Balance Sheet.
Neraca perusahaan asuransi terdiri dari :
a). Sisi aktiva
Aktiva adalah semua kekayaan atau aset yang dimiliki oleh perusahaan,
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Untuk perusahaan
asuransi sisi aktiva dapat diklasifikasikan menjadi (i) aktiva lancar, (ii)
investasi, dan (iii) aktiva tetap.
(i) Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat
diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai (kas)
paling lama satu tahun.
Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah :
� Kas dan Bank adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan, termasuk cek yang diterima dan
simpanan perusahaan di bank yang setiap saat dapat diambil kembali
apabila diperlukan.
� Tagihan Premi yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dalam
hal ini adalah pihak pemegang polis asuransi yang dinyatakan oelh
sebuah perjanjian yang diatur dalam Undang-Undang.
� Tagihan Klaim Reasuransi yaitu tagihan perusahaan kepada pihak
reasuransi (reasuradur) untuk mengganti klaim yang diajukan
pemegang polis asuransi dikarenakan tertanggung meninggal dunia,
sebesar jumlah yang menjadi bagian reasuradur.
���������������������
25
� Tagihan lain-lain, yaitu tagihan yang timbul bukan dari penjualan jasa,
tetapi dari hal-hal lain seperti: tagihan kepada pegawai, tagihan karena
penjualan aktiva tetap secara kredit, dan lain-lain.
� Penghasilan yang masih harus diterima.
� Biaya yang dibayar dimuka.
(ii) Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable
securities), adalah investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek)
dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara
belum dibutuhkan dalam operasi.
(iii) Aktiva tetap adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif
permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu
tahun).
Yang termasuk kelompok aktiva tetap adalah :
� Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang sifat
fisiknya nampak, meliputi : tanah, bangunan, mesin, inventaris,
kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.
� Altiva tetap tidak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang secara
fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai
dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan
perusahaan, meliputi : hak cipta, merek dagang, lisensi, dan
sebagainya.
b). Sisi pasiva untuk perusahaan asuransi terdiri dari : (i) Hutang lancar, (ii)
Hutang jangka panjang, (iii) Cadangan teknis, dan (iv) modal
(i) Hutang lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang
pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek
dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan tersebut.
Hutang lancar meliputi antara lain :
� Hutang klaim yaitu pertanggungan yang belum dibayar oleh
perusahaan atas klaim dari pemegang polis asuransi karena terjadinya
kematian, berakhirnya masa pertanggungan, pembatalan polis dan
penebusan nilai tunai.
���������������������
26
� Hutang komisi yaitu komisi kepada agen yang belum dibayarkan
� Hutang premi reasuransi yaitu hutang premi reasuransi yang belum
dibayarkan kepada reasuradur.
� Hutang pajak yaitu meliputi pajak perusahaan yang bersangkutan
maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke Kas
Negara.
(ii) Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu
pembayarannya masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal
neraca), yang meliputi :hutang obligasi, hutang hipotik, pinjaman jangka
panjang yang lain.
(iii) Cadangan teknis yang terdiri dari cadangan premi dan cadangan klaim.
Pasiva yang utama dari sebuah perusahaan asuransi adalah cadangan klaim
dan cadangan premi sesuai dengan yang diwajibkan peraturan pemerintah.
Lebih baik 90 % dari pasiva perusahaan asuransi jiwa terdiri dari cadangan
klaim dan cadangan premi (Herman Darmawi, 2006).
Cadangan klaim harus diadakan karena pada suatu waktu tertentu
perusahaan asuransi mungkin menerima beberapa klaim yang dilaporkan
tertanggung tapi belum bisa dibayarkan karena beberapa alasan.
Cadangan premi adalah jumlah yang oleh perusahaan asuransi
diperkirakan akan dibutuhkan olehnya untuk membayar manfaat-manfaat
polis ketika biaya-biaya tersebut jatuh tempo.
(iv) Modal adalah hak atau bagian yang dmiliki oleh pemilik perusahaan
yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang
ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
terhadap seluruh hutang-hutangnya.
2. Laporan rugi laba
Seperti diketahui laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang
sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu
perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman
tentang susunan laporan rugi-laba tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip
yang umunya diterapkan adalah sebagai berikut :
���������������������
27
• Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha
pokok perusahaan diikuti dengan harga pokok yang dijiual, sehingga
diperoleh laba kotor.
• Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya
penjualan dan biaya umum/administrasi.
• Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi
pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar
usaha pokok perusahaan (non operating dan expenses)
• Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidental (extra
ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum
pajak pendapatan.
3. Laporan arus kas (cash flows)
Dalam semua bisnis, kekurangan kas, walaupun singkat, dapat membuat
perusahaan perusahaan menjadi gulung tikar. Kekurangan kas merupakan hal
yang sangat sulit untuk diatasi perusahaan. Walaupun sebuah perusahaan
mencatat laba pada laporan rugi-labanya, belum tentu perusahaan tersebut
memiliki uang tunai yang cukup untuk membayar tagihan-tagihannya. Agar dapat
memperkirakan dan menghindari masalah arus kas, sebaiknya dibuat laporan arus
kas.
Neraca menunjukkan kesehatan perusahaan dalam waktu tertentu.
Sedangkan laporan rugi laba menunjukkan kinerja usaha dalam periode tertentu.
Laporan arus kas digunakan sebagai alat perencanaan pada masa yang akan
datang. Laporan ini membantu dalam menentukan kapan uang tunai diperlukan
untuk membayar tagihan-tagihan dan membantu manajer untuk menbuat
keputusan usaha, seperti kapan mengembangkan usaha atau membuat lini produk
baru. Laporan arus kas hanya berhubungan dengan aktivitas kas, yakni kas keluar
atau kas masuk. Laporan ini membantu dalam mengenali kapan perlu dilakukan
peminjaman uang dan memungkinkan mengatur segala sesuatu sebelum kas
benar-benar diperlukan.
���������������������
28
2.4 Metode Analisa
Dua metode analisa yang dapat dilakukan dalam membandingkan rasio
keuangan perusahaan yaitu:
1. Cross sectional approach
Metode ini dilakukan dengan menbandingkan rasio-rasio antara perusahaan
yang satu dengan perusahaan lain yang sejenis atau perusahaan yang hampir
sama jenis dan ukurannya. Pendekatan ini untuk mengetahui seberapa baik
atau buruk perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya
atau dengan perusahaan yang hampir sama jenis dan ukurannya.
2. Time series analysis
Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan rasio-rasio yang ada di
dalam perusahaan itu sendiri. Ada dua cara untuk membandingkan rasio-rasio
tersebut yaitu:
a. Analisa horizontal (analisa dinamis) yaitu suatu analisa dengan
membandingkan laporan keuangan untuk berbagai periode, yaitu
membandingkan antara rasio saat ini dengan waktu yang lalu, sehingga
akan diketahui perkembangan perusahaan dan dapat membuat rencana
untuk masa yang akan datang.
b. Analisa vertikal yaitu suatu analisa dengan membandingkan laporan
keuangan untuk satu periode saja yaitu membandingkan antara perusahaan
yang satu dengan perusahaan yang lain dalam laporan keuangan, sehingga
akan diketahui keadaan pada saat itu juga. Analisa vertikal disebut juga
sebagai metode analisa statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh
hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
2.5 Pengujian Hipotesis dengan One Sample T-Test
Hipotesis adalah suatu pernyataan atau dugaan mengenai ”sesuatu”
(parameter populasi) yang masih perlu dibuktikan kebenarannya. Untuk
mengetahui apakah hipotesis tersebut benar atau salah maka hipotesis tersebut
���������������������
29
perlu diuji dengan statistik sampel yang ditarik dari sebuah sampel acak, melalui
suatu prosedur yang disebut pengujian hipotesis.
Hipotesis yang dirumuskan untuk diuji dan dengan harapan ditolak disebut
hipotesis nol, biasanya dinotasikan dengan Ho. Sedangkan hipotesis tandingan
atau hipotesis alternatifnya dinotasikan dengan H1. Hipotesis nol (Ho) ini
merupakan hipotesis yang isinya mengandung pernyataan yang menyangkal,
seperti tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan atau tidak ada pengaruh.
Sedangkan hipotesis tandingannya, H1 merupakan hipotesis yang isinya
mengandung pernyataan yang tidak menyangkal, seperti ada perbedaan atau ada
hubungan atau ada pengaruh.
Menerima Ho berarti hasil pengujian atau hasil penyelidikan berdasarkan
sampel tersebut dalam batas-batas tertentu memperlihatkan adanya kesesuaian
dengan hipotesis, atau dengan kata lain membenarkan hipotesis atau dugaan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu. Penerimaan suatu hipotesis statistik (hipotesis
nol) adalah merupakan akibat tidak cukupnya bukti untuk menolaknya dan tidak
berimplikasi bahwa hipotesis tersebut pasti benar. Sebaliknya, penolakan terhadap
suatu hipotesis statistik (Ho) berarti menyimpulkan bahwa hipotesis itu salah.
Dengan kata lain, hasil pengujian atau penyelidikan dalam batas-batas tertentu
tidak memperlihatkan kesesuaian dengan hipotesis.
Untuk menguji rata-rata pada penulisan skripsi ini, maka digunakan One
Sample T-Test. One Sample T-Test digunakan untuk menguji apakah rata-rata satu
sampel berbeda nyata atau tidak dengan suatu nilai tertentu yang digunakan
sebagai pembanding. Data yang digunakan One Sample T-Test ini adalah data
yang bertipe kuantitatif. Dalam pengujian One Sample T-Test perusahaan yang
akan dibandingkan dengan industri sejenis, tidak dapat dimasukkan sebagai
sampel karena industri sejenis tersebut merupakan pembanding bagi perusahaan,
sehingga digunakan untuk melihat apakah perusahaan tersebut signifikan atau
tidak dengan rata-rata industri sejenis.
���������������������
30
2.6 Analisis Rasio
2.6.1 Return On Investment (ROI)
Ratio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat aset tertentu. Ratio yang rendah menunjukkan kinerja yang
buruk atau penggunaan asset yang tidak efisien oleh manajemen, begitu pula
sebaliknya. Return On Investment itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
pengoperasian perusahaan yang menghasilkan keuntungan.
ROI = Aktiva Total
IncomeNet
Besarnya ROI dipengaruhi oleh 2 faktor:
• Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan
untuk operasi perusahaan).
• Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam
persentase dan dinyatakan dalam jumlah penjualan bersih. Profit margin ini
mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan
dihubungkan dengan penjualannya.
Standar umum ratio ini bervariasi, tergantung pada industri dan jumlah
aktiva tetap yang diperlukan perusahaan, jumlah uang tunai yang tersedia, dan
sebagainya. Rasio semakin baik jika nilainya semakin besar.
2.6.2 Return On Equity (ROE)
Ratio ini mengukur kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan
keuntungan.Beberapa analisis menggunakan ratio ini sebagai evaluasi akhir untuk
menentukan keputusan investasi di dalam perusahaan. Ratio ini disebut juga rasio
keuntungan dari modal.
ROE = Equity Total
IncomeNet
���������������������
31
Standar umum ROE sebesar 15% biasanya dianggap perlu untuk
mendanai pertumbuhan perusahaan. Ini berarti bahwa perusahaan tidak akan lepas
dari pendanaan yang diperoleh dari utang jangka panjang, namun akan mampu
untuk menghasilkan pendapatan dari usahanya sendiri.
Ratio yang rendah menunjukkan kinerja manajemen yang tidak efisien
atau menunjukkan berjalannya bisnis yang memakan modal sangat banyak dengan
sedikit utang jangka panjang. Rasio semakin baik jika nilainya semakin besar.
2.6.3 Perbandingan Beban Klaim dengan Total Premi Bruto
Mengukur seberapa besar total premi bruto yang diterima oleh perusahaan
dari nasabahnya yang dapat menjamin sejumlah beban klaim yang menjadi
kewajiban perusahaan terhadap nasabahnya. Rasio semakin baik jika nilainya
semakin kecil.
2.6.4 Perbandingan Gain On Investment dengan Total Investment
Mengukur seberapa besar hasil investasi yang diperoleh perusahaan dari
setiap investasi yang dilakukan perusahaan. Rasio semakin baik jika nilainya
semakin besar.
2.6.5 Net Profit Margin
Mengukur perbandingan antara laba (rugi) perusahaan yang bisa
didapatkan dari setiap pendapatan operasional yang diperoleh perusahaan.
Semakin tinggi persentase yang diperoleh maka semakin tinggi pula kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio semakin baik jika nilainya semakin
besar.
���������������������
32
2.6.6 Risk Based Capital (RBC)
Secara umum, rasio kesehatan RBC adalah suatu ukuran yang
menginformasikan tingkat keamanan finansial atau kesehatan suatu perusahaan
asuransi. Semakin besar rasio kesehatan RBC sebuah perusahaan asuransi,
semakin sehat kondisi finansial perusahaan tersebut. Rasio kesehatan RBC suatu
perusahaan asuransi pada dasarnya adalah rasio dari nilai kekayaan bersih atau
“net worth” perusahaan bersangkutan, yang dihitung berdasarkan peraturan
akuntasi standar, dibagi dengan nilai kekayaan bersih, yang dihitung kembali
dengan mengikutsertakan resiko-resiko pemburukan yang mungkin terjadi.
Pengikutsertaan resiko-resiko pemburukan yang mungkin tersebut
merefleksikan adanya ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan dalam
aktivitas sehari-harinya, misalkan saja kemungkinan jatuhnya nilai aset secara
jangka pendek akibat investasi pada instrumen yang lebih beresiko, demikian pula
kemungkinan naiknya tingkat hutang akibat perkembangan yang tidak
menguntungkan di masa depan dalam hal tingkat suku bunga, tingkat kematian,
tingkat putus kontrak, dan lain sebagainya.
Nilai kekayaan bersih yang ke dua, sebagai penyebut dari rasio tersebut,
sebenarnya merupakan besaran yang semula disebut sebagai Risk Based Capital,
karena berupakan besaran nilai kekayaan bersih, atau Capital, yang dihitung
secara Risk Based.
Perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia harus melaporkan rasio
kesehatan RBC mereka ke Pemerintah secara kwartalan, dan ketentuan minimum
yang ada sekarang bagi rasio tersebut adalah 120%. Semakin tinggi rasio
kesehatan RBC sebuah perusahaan asuransi, semakin sehat perusahaan
bersangkutan.
2.6.7 Perbandingan Total Ekuitas dengan Net Premi
Mengukur kekuatan modal dalam menjamin setiap premi yang telah
diterima oleh perusahaan asuransi dari nasabah-nasabahnya. Perbandingan antara
���������������������
33
total ekuitas dengan total premi murni sebaiknya adalah sebesar 50 %. Rasio
semakin baik jika nilainya semakin besar.
2.6.8 Perbandingan Total Investasi dengan Cadangan Teknis
Mengukur seberapa besar kemampuan investasi yang dilakukan oleh
perusahaan dapat menjamin cadangan premi, dan kewajiban perusahaan berupa
klaim yang belum dan akan dibayar kepada nasabahnya (cadangan klaim).
Perbandingan antara total investasi dengan cadangan teknis minimal 100 %. Rasio
semakin baik jika nilainya semakin besar.
2.6.9 Perbandingan Jumlah Kewajiban dengan Jumlah Ekuitas
Melihat proporsi struktur modal perusahaan antara jumlah kewajiban
dengan jumlah ekuitas. Rasio semakin baik jika nilainya semakin besar.
2.6.10 Perbandingan Cadangan Premi dengan Beban Klaim
Mengukur seberapa besar kemampuan cadangan premi yang disediakan
oleh perusahaan yang digunakan untuk menjamin beban klaim nasabahnya.
Jumlah cadangan premi sebaiknya lebih besar dari beban klaim. Rasio semakin
baik jika nilainya semakin besar.
2.6.11 Perbandingan Jumlah Pertanggungan Baru dengan Jumlah Pemutusan
Kontrak (Lapse)
Dimana setiap polis yang lapse dibandingkan dengan sejumlah polis yang
masuk sebagai pertanggungan baru pada tahun tersebut. Rasio semakin baik jika
nilainya semakin besar.
���������������������
34
2.7 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Perfomance
Solvabilitas
Profitabilitas
Market Reaction
Return On Investment
Return On Equity
Perkembangan Jumlah Uang Pertanggungan
Perkembangan Jumlah Tertanggung
Jumlah Polis Baru/Jumlah Polis Lapse
Risk Based Capital
Total Investasi/Cadangan Teknis
Cadangan Premi/Total Klaim
Total Ekuitas/Premi Murni
Total Kewajiban/Total Ekuitas
Total Klaim/Total Premi Bruto
Hasil Investasi/Total Investasi
Net Profit Margin