29
6 Universitas Kristen Petra BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi kerugian. Ketidakpastian dan peluang kerugian ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal antara lain: ketidakpastian ekonomis, ketidakpastian yang berkaitan dengan alam, ketidakpastian terjadinya perang, pembunuhan, pencurian, dan sebagainya. Dalam usaha perindustrian, sudah dilakukan pemilahan resiko agar dapat dilakukan secara tepat identifikasi terhadap resiko yang akan diangkat dalam perjanjian asuransi. Sehingga penanggung dapat melakukan perhitungan atau estimasi yang tepat dan tidak merugikan kedua belah pihak. Jenis-jenis resiko yang umum dikenal dalam usaha perindustrian antara lain meliputi : 1. Resiko murni yaitu suatu resiko yang apabila terjadi, akan memberikan kerugian dan apabila tidak terjadi, tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak juga memberikan keuntungan. 2. Resiko spekulatif yaitu resiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dan kemungkinan untuk mendapatkan kerugian. 3. Resiko individu yaitu resiko yang dihadapi dalam kegiatan hidup sehari-hari. Terdiri dari tiga jenis yaitu: a) Resiko pribadi atau personal risk adalah resiko yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh manfaat ekonomi. Contohnya: resiko dirawat di rumah sakit akibat penyakit serius atau resiko mengalami kecelakaan di jalan, dan lain sebagainya. b) Resiko harta atau property risk adalah resiko bahwa harta yang kita miliki rusak, hilang atau dicuri. c) Resiko tanggung gugat atau liability risk adalah resiko yang mungkin kita alami atau derita sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau lukanya

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

6 Universitas Kristen Petra

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Resiko

Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari

kerugian finansial atau kemungkinan terjadi kerugian. Ketidakpastian dan peluang

kerugian ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal antara lain: ketidakpastian

ekonomis, ketidakpastian yang berkaitan dengan alam, ketidakpastian terjadinya

perang, pembunuhan, pencurian, dan sebagainya.

Dalam usaha perindustrian, sudah dilakukan pemilahan resiko agar dapat

dilakukan secara tepat identifikasi terhadap resiko yang akan diangkat dalam

perjanjian asuransi. Sehingga penanggung dapat melakukan perhitungan atau

estimasi yang tepat dan tidak merugikan kedua belah pihak. Jenis-jenis resiko

yang umum dikenal dalam usaha perindustrian antara lain meliputi :

1. Resiko murni yaitu suatu resiko yang apabila terjadi, akan memberikan

kerugian dan apabila tidak terjadi, tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak

juga memberikan keuntungan.

2. Resiko spekulatif yaitu resiko yang berkaitan dengan terjadinya dua

kemungkinan, yaitu kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dan

kemungkinan untuk mendapatkan kerugian.

3. Resiko individu yaitu resiko yang dihadapi dalam kegiatan hidup sehari-hari.

Terdiri dari tiga jenis yaitu:

a) Resiko pribadi atau personal risk adalah resiko yang mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk memperoleh manfaat ekonomi. Contohnya:

resiko dirawat di rumah sakit akibat penyakit serius atau resiko mengalami

kecelakaan di jalan, dan lain sebagainya.

b) Resiko harta atau property risk adalah resiko bahwa harta yang kita miliki

rusak, hilang atau dicuri.

c) Resiko tanggung gugat atau liability risk adalah resiko yang mungkin kita

alami atau derita sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau lukanya

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

7

pihak lain. Contohnya: anda harus membayar seseorang karena kelalaian

anda menabraknya di jalan.

Dalam menangani resiko tersebut minimal ada lima cara yang dapat

dilakukan antara lain :

1. Menghindari resiko atau risk avoidance

Orang yang bersangkutan perlu mempertimbangkan resiko yang mungkin

muncul dari aktivitas yang akan dilakukan. Setelah mengidentifikasikan

resiko, orang dapat meneruskan kegiatannya atau menarik diri. Dengan

menarik diri, sebenarnya orang tersebut sudah menghindari resiko.

2. Mengurangi resiko atau risk reduction

Mengurangi resiko berarti mengambil tindakan yang bersifat meminimalisir

kemungkinan terjadinya resiko kerugian.

3. Menahan resiko atau risk retention

Berarti kita tidak melakukan apa-apa terhadap resiko tersebut.

4. Membagi resiko atau risk sharing

Membagi resiko berarti melibatkan orang lain untuk sama-sama menghadapi

resiko.

5. Mentransfer resiko atau risk transfer

Berarti memindahkan resiko kerugian kepada pihak lain yang bersedia serta

mampu memikul beban resiko.

Perusahaan asuransi telah mengidentifikasikan sejumlah faktor yang dapat

menaikkan atau menurunkan kemungkinan bahwa seseorang akan menderita

resiko kerugian. Yang paling penting dari faktor-faktor tersebut adalah physical

hazards dan moral hazards. Physical hazard adalah suatu karateristik fisik yang

dapat meningkatkan kemungkinan kerugian. Contohnya, seseorang yang memiliki

riwayat serangan jantung memiliki physical hazard yang akan meningkatkan

kemungkinan bahwa ia akan meninggal lebih cepat daripada orang dengan usia

dan jenis kelamin yang sama yang tidak memiliki riwayat penyakit yang sama.

Moral hazard adalah kemungkinan bahwa seseorang bertindak tidak jujur dalam

transaksi asuransi. Contohnya, seseorang yang memiliki riwayat kriminal

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

8

memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menipu perusahaan asuransi

daripada orang yang tidak memiliki riwayat demikian. Mungkin saja bahwa orang

tersebut mencari asuransi untuk alasan yang tidak jujur.

Untuk mengelompokkan calon tertanggung, pihak asuransi menetapkan

empat kategori resiko yaitu :

1. Para calon tertanggung yang memiliki kemungkinan untuk mengalami

kerugian yang tidak terlalu besar daripada rata-rata dikelompokkan sebagai

standard risks, dan premi yang dikenakan kepada mereka disebut standard

premium rates (tarif premi standar). Secara tradicional, sebagian besar polis

asuransi jiwa dan asuransi kesehatan diterbitkan dengan tarif premi standar.

2. Para calon tertanggung yang memiliki kemungkinan untuk mengalami

kerugian yang jauh lebih besar daripada rata-rata namun tetap dapat

diasuransikan dikelompokkan sebagai substandard risks atau spesial class

risks.

3. Kategori declined risks terdiri dari para calon tertanggung yang dianggap

memiliki resiko yang terlalu besar untuk ditanggung oleh perusahaan asuransi.

4. Banyak perusahaan asuransi jiwa yang mengelompokkan calon tertanggung

yang memiliki kemungkinan untuk mengalami kerugian jauh lebih rendah

daripada rata-rata sebagai preferred risks dan membebankan preferred risks

dengan premi yang lebih rendah daripada standar.

2.2 Teori-teori asuransi

2.2.1 Sejarah Singkat Asuransi

Konsep asuransi sebenarnya sudah dikenal sejak jaman sebelum masehi

dimana manusia pada masa itu telah menyelamatkan jiwanya dari berbagai

ancaman, antara lain kekurangan bahan makanan. Salah satu cerita mengenai

kekurangan bahan makanan terjadi pada jaman Mesir Kuno semasa Raja Firaun

berkuasa. Suatu hari sang raja bermimpi yang diartikan oleh Nabi Yusuf bahwa

selama 7 tahun negeri Mesir akan mengalami panen yang berlimpah dan

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

9

kemudian diikuti oleh masa paceklik selama 7 tahun berikutnya. Untuk berjaga-

jaga terhadap bencana kelaparan tersebut Raja Firaun mengikuti saran Nabi Yusuf

dengan menyisihkan sebagian dari hasil panen pada 7 tahun pertama sebagai

cadangan bahan makanan pada masa paceklik. Dengan demikian pada masa 7

tahun paceklik rakyat Mesir terhindar dari risiko bencana kelaparan hebat yang

melanda seluruh negeri. Pada tahun 2000 sebelum masehi para saudagar dan aktor

di Italia membentuk Collegia Tennirium, yaitu semacam lembaga asuransi yang

bertujuan membantu para janda dan anak-anak yatim dari para anggota yang

meninggal. Perkumpulan serupa yaitu Collegia Nititum, kemudian berdiri dengan

beranggotakan para budak belian yang diperbanatukan pada ketentaraan kerajaan

Romawi. Setiap anggota mengumpulkan sejumlah iuran dan bila salah seorang

anggota mengalami nasib sial (unfortunate) maka biaya pemakamannya akan

dibayar oleh anggota yang bernasib baik (fortunate) dengan menggunakan dana

yang telah dikumpulkan sebelumnya. Perkumpulan semacam ini merupakan salah

satu konsep awal timbulnya asuransi, yaitu orang-orang yang beruntung atau

bernasib baik membantu orang-orang yang tidak beruntung.

2.2.2 Pengertian Asuransi

Definisi asuransi bisa diberikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari

sudut pandangan ekonomi, hukum, bisnis, sosial, ataupun berdasarkan pengertian

matematika. Itu berarti bisa lima definisi bagi asuransi. Tidak ada satu definisi

yang bisa memenuhi masing-masing sudut pandang tersebut.

Dalam pandangan ekonomi, asuransi merupakan suatu metode untuk

mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan

ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial). Jadi, berdasarkan

konsep ekonomi, asuransi berkenaan dengan pemindaan dan mengkombinasikan

resiko.

Dari sudut pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian)

pertanggungan resiko antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung

berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan resiko yang dipertanggungkan

kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

10

kepada penanggung. Jadi, tertanggung mempertukarkan kerugian besar yang

mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif kecil.

Menurut pandangan bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha

utamanya menerima/menjual jasa, pemindahan resiko dari pihak lain, dan

memperoleh keuntungan dengan berbagai resiko (sharing of risk) diantara

sejumlah besar nasabahnya. Selain itu, asuransi juga merupakan lembaga

keuangan bukan bank, yang kegiatannya menghimpun dana (berupa premi) dari

masyarakat yang kemudian menginvestasikannya dana itu dalam berbagai

kegiatan ekonomi (perusahaan).

Dari sudut pandangan sosial, asuransi didefinisikan sebagai organisasi

sosial yang menerima pemindahan resiko dan mengumpulkan dana dari anggota-

anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing

anggota tersebut. Karena kerugian tidak pasti akan terjadi pada setiap anggota,

maka anggota yang tidak pernah mengalami kerugian dari sudut pandangan sosial

merupakan penyumbang terhadap organisasi. Hal itu berarti kerugian setiap

anggota dipikul bersama.

Dalam pandangan matematika, asuransi merupakan aplikasi matematika

dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan resiko. Hukum

probabilitas dan teknik statistik dipergunakan untuk mencapai hasil yang dapat

diramalkan. Di bawah ini diikhtisarkan masing-masing sudut pandang asuransi

berikut objek dan teknik mencapainya.

Tabel 2.1 Pengertian Asuransi

Pengertian Asuransi

Sudut

Pandang Objek Teknik Mencapainya

Ekonomi Pengurangan resiko Dengan transfer dan kombinasi

Hukum Perjanjian pemindahan

resiko

Melalui pembayaran premi oleh

tertanggung kepada penanggung dalam

suatu kontrak asuransi

Bisnis Berbagi resiko Dengan memindahkan resiko dari individu

ke lembaga penanggung resiko

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

11

Sosial Memikul kerugian

secara kolektif

Semua anggota membayar iuran kerugian

yang kebetulan diderita oleh salah satu

anggota

Matematika Memperhitungkan dan

mendistribusikan

Dengan perkiraan aktuarial yang

didasarkan atas prinsip-prinsip probabilitas

Sumber : Manajemen Asuransi

Definisi Asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1, Pasal 1 adalah sebagai berikut :

1. "Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,

dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung

karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita

tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk

memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya

seseorang yang dipertanggungkan."

2. Yang dimaksud ”tertanggung” dalam definisi tersebut adalah seseorang atau

badan hukum yang memiliki atau berkepentingan atas harta benda yang

diasuransikan.

3. Yang dimaksud ”penanggung” dalam definisi tersebut adalah suatu badan

usaha asuransi yang memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1992.

Selanjutnya Pasal 21 UU No.2/1992 menjelaskan bisnis atau bidang usaha

perasuransian adalah sebagai berikut :

”Usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana

masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, memberikan perlindungan

kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan

timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup

atau meninggalnya seseorang.”

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

12

Asuransi jiwa (Life Insurance) adalah suatu asuransi dimana perusahaan

asuransi berjanji untuk membayar manfaat atas kematian orang yang

diasuransikan/tertanggung. Asuransi jiwa diberikan unutk perorangan maupun

kumpulan dan diberikan dalam berbagai bentuk polis. Berikut ini adalah

penjelasan dari tiga jenis polis asuransi jiwa yang utama (Harriet E. Jones dan

Dani L.Long, 1999).

• Term Life Insurance (asuransi jiwa berjangka) memberikan manfaat kematian

jika tertanggung meninggal dalam suatu jangka waktu tertentu.

• Permanent Life Insurance-whole life insurance (asuransi jiwa tetap/seumur

hidup) memberikan pertanggungan asuransi jiwa seumur hidup bagi

tertanggung dan juga memiliki unsur tabungan.

• Endowment Insurance (asuransi jiwa dwiguna) memberikan manfaat polis

yang dibayar pada saat tertanggung meninggal atau pada tanggal yang

ditentukan jika tertanggung masih hidup sampai tanggal tersebut. Endowment

insurance memiliki beberapa karateristik seperti term life insurance maupun

permanent life insurance. Seperti term insurance, endowment insurance

memberikan pertanggungan asuransi jiwa hanya untuk suatu jangka waktu

yang telah ditentukan. Dan seperti permanent life insurance, endowment

insurance memiliki unsur tabungan.

Beberapa perusahaan asuransi memiliki fleksibilitas mengenai bagaimana

perusahaan tersebut diorganisasikan untuk melakukan bisnis. Namun biasanya

perusahaan asuransi diorganisasikan sebagai stock company atau mutual company.

Mayoritas perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan didirikan dan

diorganisasikan sebagai stock company. Stock Isurance Company adalah

perusahaan asuransi yang dimiliki oleh masyarakat dan organisasi/perusahaan

yang membeli saham perusahaan asuransi tersebut.

Perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan juga bisa diorganisasikan sebagai

mutual company. Mutual Insurance Company adalah perusahaan asuransi yang

dimilikiki oleh para pemegang polis dan sebagian dari laba operasional

perusahaan dari waktu ke waktu dibagikan kepada para pemegang polis tersebut

dalam bentuk policy dividends (dividen polis).

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

13

2.2.3 Manfaat Asuransi

Pada dasarnya asuransi dapat memberikan manfaat bagi tertanggung

antara lain :

1. Rasa aman dan perlindungan. Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung

akan memberikan rasa aman dari resiko atau kerugian yang mungkin timbul.

2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Semakin besar

kemungkinan terjadinya suatu kerugian dan semakin besar kerugian yang

mungkin ditimbulkannya makin besar pula premi tertanggungannya.

3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.

4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan. Premi yang dibayarkan

setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan. Pihak

penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan

juga bonus (sesuai dengan perjanjian dari kedua belah pihak).

5. Alat pembayaran resiko. Resiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung

ikut dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi

tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.

6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha. Investasi yang dilakukan oleh para

investor dibebani dengan resiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai

macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan dan lain sebagainya).

2.2.4 Prinsip Dasar Asuransi

1. Insurable interest

Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum untuk

mempertanggungkan suatu resiko yang berkaitan dengan keuangan, yang

diakui sah secara hukum antara tertanggung dengan sesuatu yang

dipertanggungkan. Ada beberapa kriteria yang perlu dipenuhi :

a) Harus berupa suatu harta, hak, kepentingan, jiwa atau tanggung gugat.

b) Keadaan pada butir a harus merupakan sesuatu yang dapat

dipertanggungkan.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

14

c) Tertanggung harus memiliki hubungan hukum dengan sesuatu yang dapat

dipertanggungkan dimana pihak tertanggung memperoleh manfaat dari

tidak terjadinya peristiwa atau kerusakan dan menderita kerugian bila yang

dipertanggungkan mengalami kerusakan.

d) Antara pihak tertanggung dan sesuatu yang dipertanggungkan harus

memiliki hubungan sah menurut hukum.

2. Itikad baik (utmost good faith)

Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh itikad

baik. Pihak penanggung perlu menjelaskan secara lengkap hak dan

kewajibannya selama masa asuransi. Pihak tetanggung juga perlu

mengungkapkan secara rinci kondisi yang akan diasuransikan sehingga

penanggung memiliki gambaran yang memadai untuk menentukan

persetujuan. Kewajiban kedua belah pihak untuk mengungkapkan fakta

disebut duty of disclosure. Factor-faktor yang melanggar prinsip duty of

disclosure adalah:

• Non-disclosure. Adanya data-data penting yang tidak diungkapkan

sehingga menyalahi utmost good faith.

• Concealment. Secara sengaja melakukan kebohongan yang dan tidak

mengungkapkan fakta-fakta penting.

• Fraudulent Misrepresentation. Sengaja memberikan gambaran yang tidak

cocok dengan kondisi real.

• Innocent Misrepresentation. Secara tidak sengaja memberi gambaran yang

salah yang memiliki pengaruh besar dalam proses asuransi.

3. Indemnity

Konsep indemnity adalah mekanisme penganggung untuk mengopensasi

resiko yang menimpa tertanggung dengan ganti rugi finansial. Prinsip

idemnity tidak dapat dilaksanakan dalam asuransi kecelakaan dan kematian.

Dalam kedua jenis asuransi tersebut, pihak penanggung tidak dapat mengganti

nyawa yang hilang atau anggota tubuh yang cacat atau hilang karena

indemnity berkaitan dengan ganti finansial. Indemnity ini dapat dilakukan

dengan beberapa cara: pembayaran tunai, penggantian, perbaikan dan

pembangunan kembali.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

15

4. Proximote cause

Adalah statu sebab aktif, efisien yang mengakibat terjadinya suatu peristiwa

secara berantai atau berurutan tanpa intervenís statu ketentuan lain, diawali

dan bekerja aktif dari suatu sumber baru dan independen

5. Subrogation

Subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah

memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang

mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian.

Dengan prinsip subrogation, tertanggung tidak mungkin menerima ganti rugi

yang lebih besar dari kerugian yang dideritanya.

6. Kontribusi

Prinsip kontribusi merupakan salah satu akibat wajar dari prinsip indemnity

yaitu, bahwa penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain

yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti

rugi kepada seorang tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing

belum tentu sama besar.

2.2.5 Polis Asuransi

Yang dijual oleh perusahaan asuransi adalah janji-janji yang dicantumkan

dalam suatu kontrak yang dikenal dengan sebutan polis. Kontrak asuransi akan

merumuskan kapan perusahaan asuransi akan membayar yang ditanggung dan

jumlah yang akan dibayarkan. Jadi, polis adalah dokumen tertulis yang berisi

ketentuan-ketentuan perjanjian antara perusahaan asuransi dan pemegang polis

tersebut. Perjanjian tersebut merupakan kontrak yang dapat diberlakukan secara

hukum dimana di dalam perjanjian tersebut perusahaan asuransi setuju untuk

membayar sejumlah uang – disebut policy benefit (manfaat polis), atau policy

proceeds – apabila terjadi suatu kerugian yang spesifik asalkan perusahaan

asuransi telah menerima sejumlah uang, yang disebut premium (premi). Polis

asuransi jga berfungsi sebagai bukti pembayaran premi kepada penanggung. Polis

asuransi memuat hal-hal sebagai berikut:

• Nomor polis

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

16

• Nama dan alamat tertanggung

• Uraian resiko

• Jumlah pertanggungan

• Jangka waktu pertanggungan

• Besar premi, bea materai dan lain-lain

• Bahaya-bahaya yang dijaminkan

2.2.6 Premi Asuransi

Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak

penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu sacara periodic.

Jumlah premi sangat tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi

rendahnya tingkat resiko dan jumlah nilai pertanggungan. Apabila kemungkinan

terjadinya resiko kerugian sangat tinggi, pihak penanggung tentu saja akan

memperhitungkan tingkat premi yang lebih tinggi daripada pertanggungan yang

kemungkinan terjadinya kerugian kecil. Selain itu, biasanya pihak penanggung

juga memperhitungkan nilai waktu uang yang dibayarkan oleh pihak tertanggung.

Periodisasi pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang sudah

dituangkan dalam polis asuransi. Periodisasi dapat bulanan, triwulan, semesteran,

atau tahunan.

Perusahaan asuransi mempertimbangkan banyak faktor ketika melakukan

perhitungan-perhitungan yang diperlukan untuk menetapkan tarif premi memadai

dan wajar. Tarif premi harus adequate (memadai) agar perusahaan mempunyai

cukup dana untuk membayar manfaat polis. Premi harus pula equitable (wajar)

sehingga setiap pemegang polis dikenakan premi yang mencerminkan tingkat

resiko yang ditanggung oleh perusahaan asuransi dalam memberikan

pertanggungan. Faktor-faktor berikut ini turut dipertimbangkan dalam menghitung

tarif premi asuransi jira :

• Rate of mortality (Tingkat mortalitas/kematian). Tingkat dimana orang-orang

yang jiwanya diasuransikan diperkirakan meninggal.

• Investment Earnings (Pendapatan Investasi). Dana yang diperoleh perusahaan

asuransi dari investasi premi yang diterimanya.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

17

• Expenses (Biaya). Semua biaya yang timbul dari penerbitan polis asuransi dan

pengoperasian perusahaan asuransi.

2.2.7 Cadangan Teknis

Banyak perusahaan membukukan penjualan sebagai pendapatan (revenue)

setelah penjualan itu terjadi. Tetapi di dalam perusahaan asuransi penerimaan dari

penjualan belum dibukukan sebagai revenue. Karena produk yang dijual belum

diserahkan sampai beberapa waktu yang akan datang. Oleh karena itu, perusahaan

asuransi harus terlebih dahulu membukukan premi sebagai utang (liabilities)

dalam bentuk cadangan premi dan cadangan klaim. Kedua cadangan itu disebut

cadangan teknis.

2.2.8 Policy Reserves

Policy reserves (cadangan premi) merupakan jumlah yang oleh perusahaan

asuransi diperkirakan akan dibutuhkan olehnya untuk membayar manfaat-manfaat

polis ketika biaya-biaya tersebut jatuh tempo. Perusahaan asuransi harus

memelihara aset yang melebihi kemampuan policy reserves liability-nya sehingga

perusahaan akan memiliki dana untuk membayar klaim-klaim yang jatuh tempo.

Selain itu, policy reserves harus memadai untuk membayar klaim-klaim dan dana

yang menyangga reserves itu harus diinvestasikan secara aman.

Selisih antara face amount (jumlah uang pertanggungan) dari suatu polis,

yakni jumlah yang akan dibayarkan sebagai manfaat kematian, dan policy

reserves (cadangan premi) pada akhir tahun polis tertentu dikenal sebagai net

amount at risk perusahaan asuransi atas polis yang bersangkutan.

Perusahaan asuransi harus pula memiliki reserve untuk polis-polis dengan

jangka waktu jauh lebih pendek, seperti polis asuransi berjangka satu tahun.

Untuk tujuan mengadakan policy reserve untuk polis-polis berjangka satu tahun,

perusahaan asuransi berasumsi bahwa ia menerima jumlah total premium untuk

dibayarkan pada polis-polis itu pada awal tahun. Perusahaan asuransi dapat

menginvestasikan dana-dana itu sampai dana tersebut dibutuhkan untuk

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

18

membayar klaim-klaim, dan dengan demikian harus memiliki policy reserve

liability. Selama tahun polis itu, perusahaan asuransi membayar setiap klaim

kematian yang timbul dan dengan demikian mengurangi jumlah policy reserve

liability-nya untuk blok polis itu. Pada akhir tahun polis ketika polis-polis

selebihnya telah berakhir, jumlah polisy reserve sama dengan nol, karena tidak

ada lagi klaim yang harus dibayarkan untuk polis-polis itu.

2.2.9 Cadangan Klaim

Cadangan Klaim mencerminkan perkiraan klaim yang belum dibayar

beserta biaya-biaya penilaian kerugian. Klaim yang belum dibayar itu meliputi

berikut ini: klaim yang sudah dilaporkan dan dinilai, klaim yang sudah dilaporkan

tapi belum dinilai, dan kerugian yang sudah terjadi tapi belum dilaporkan.

Kebanyakan perusahaan asuransi yang besar mempekerjakan staf aktuaria

untuk menetapkan tingkat cadangan klaim yang memadai. Aktuaris menggunakan

berbagai metode. Pada umumnya metode ini berdasarkan pada pengalaman

historis dalam rangka menentukan trend yang bisa dipergunakan untuk masa kini

dan akan datang :

• Metode nilai rata-rata

Metode ini menentukan nilai rata-rata klaim dari berbagai jenis pertanggungan

dan memproyeksikan trend dari pengalaman penanggung sebelumnya.

Dengan mengalikan banyaknya klaim yang belum ditempatkan dengan angka

rata-rata akan menghasilkan nilai kliam yang ada.

• Metode pengembangan pembayaran

Metode ini yakin atas asumsi pengembangan pembayaran yang konsisten.

Jumlah cadangan klaim ditetapkan senilai kerugian yang telah dibayarkan

sampai saat terakhir.

• Metode rasio kerugian

Metode ini khusus untuk asuransi kendaraan dan asuransi kompensasi pekerja.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

19

2.2.10 Dividen polis

Polis asuransi jiwa dapat diterbitkan berdasarkan participating atau

nonparticipating. Participating policy, adakalanya disebut juga sebagai par policy,

adalah polis yang memberi hak kepada pemegang polis untuk turut menikmati

divisible surplus yang dapat dibagikan perusahaan. Nonparticipating policy,

dikenal juga sebagai non-par policy, adalah polis yang tidak memberikan hak

kepada pemegang polis untuk ikut menikmati surplus perusahaan asuransi.

Surplus adalah jumlah dimana aktiva sebuah perusahaan melebihi pasiva dan

modalnya, yang timbul dari operasi-operasi perusahaan yang mendatangkan laba.

Jumlah surplus yang tersedia untuk dibagi-bagikan kepada para pemegang

participating policy disebut divisible surplus (surplus yang dapat dibagikan), dan

bagian pemegang polis atas surplus yang dapat dibagikan ini disebut policy

dividend (dividen polis). Dividen polis dianggap sebagai pengembalian premi dan

biasanya tidak dianggap sebagai pendapatan kena pajak bagi pemegang polis.

Akibatnya tarif premi suatu produk asuransi jiwa participating biasanya

ditentukan sedikit lebih tinggi daripada produk nonparticipating untuk produk

yang sama.

2.2.11 Polis Lapse

Polis lapse terjadi pada saat suatu polis berakhir karena premi lanjutan

tidak dibayar. Lapses Ratio adalah suatu persentase bisnis perusahaan asuransi

dimana nasabahnya memutuskan kepesertaannya secara sukarela. Walaupun

keterkaitan antara polis lapse dengan profitabilitas sangat kompleks, pada

umumnya ketika polis-polis menjadi lapse sebelum perusahaan asuransi menerima

premi yang mencukupi untuk membayar biaya distribisi dan akuisisi polis, maka

perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Semakin tinggi tingkat lapse, maka

semakin besar pula kemungkinan hilangnya pendapatan premi.

Sejumlah faktor mempengaruhi tingkat lapse suatu perusahaan asuransi.

Di antara faktor-faktor yang terkait dengan operasi perusahaan adalah desain

produk, pemasaran, dan layanan nasabah. Secara umum, suatu produk asuransi

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

20

yang membutuhkan pembayaran premi yang sering memiliki tingkat lapse yang

lebih tinggi daripada produk yang pembayaran preminya dibayar setiap tahun oleh

pemegang polis. Produk yang memperbolehkan pembayaran premi dengan cara

otomatis seperti pendebetan rekening atau otorisasi cek, biasanya cenderung

memiliki tingkat lapse yang lebih rendah daripada produk yang mengharuskan

pemegang polisnya membayar premi dengan mengirimkannya ke perusahaan.

2.2.12 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

(profit). Laba adalah selisih antara pendapatan yang lebih besar atas pengeluaran.

Suatu perusahaan yang secara konsisten menghasilkan laba dapat terus berbisnis,

tumbuh dan meningkatkan kesejahteraan, atau meningkatkan nilai perusahaan.

Kenaikan nilai perusahaan diindikasikan oleh ukuran-ukuran kenaikan harga

sahan perusahaan dan pertambahan akun modal dan surplus di dalam neraca

perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang terus mengalami kerugian akhirnya

akan hilang dari dunia bisnis.

Ratio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dan

penjualan barang atau jasa yang dihasilkan dan investasi oleh perusahaan tersebut.

Profitabilitas dianggap sebagai alat yang valid dalam mengukur hasil pelaksanaan

operasi perusahaan, karena profitabilitas merupakan alat pembanding pada

berbagai alternatif investasi yang sesuai dalam tingkat resiko. Semakin besar

resiko investasi, diharapkan profit yang diperoleh semakin tinggi pula.

Walaupun profitabilitas dapat diperoleh dan diukur dalam jangka waktu

yang pendek, perusahaan asuransi biasanya berusaha untuk mendapatkan

profitabilitas jangka panjang. Profitabilitas jangka panjang memungkinkan

perusahaan asuransi untuk :

• Menyediakan dana untuk investasi.

• Membayar dividen polis atas participating policy.

• Membayar dividen tunai kepada para pemegang saham dan meningkatkan

daya tarik saham perusahaan kepada para investor.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

21

• Membuat pemeringkatan yang bermutu tinggi dari lembaga pemeringkat

asuransi.

• Menyediakan dana untuk mengembangkan produk, lini produk dan jalur

distribusi.

• Menyediakan dana untuk ekspansi dan akuisisi.

2.2.13 Solvabilitas

Solvabilitas menurut istilah umum adalah keadaan dimana suatu

perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban keuangannya secara tepat waktu,

baik utang jangka pendek maupun jangka panjang, dengan seluruh kekayaan yang

dimiliki perusahaan. Untuk perusahaan asuransi, definisi solvabilitas lebih

spesifik, yaitu kemampuan suatu perusahaan asuransi untuk menjaga modal dan

surplus minimum yang ditentukan oleh undang-undang. Karena standar minimum

diatas merupakan persyaratan hukum, maka solvabilitas perusahaan asuransi

kadang-kadang disebut statutory solvency. Ketidakmampuan perusahaan asuransi

untuk menjaga modal dan surplus diatas standar modal dan surplus minimum

sebagaimana ditentukan oleh undang-undang disebut insolvency (insolvabilitas).

Standar modal dan surplus minimum sebagaimana ditentukan oleh

undang-undang berbeda dari satu perusahaan asuransi ke perusahaan asuransi

lainnya, dan didasari oleh tingkat resiko yang terkait dengan investasi yang

dilakukan oleh suatu perusahaan asuransi dan lini usaha tertentu yang dijual oleh

perusahaan asuransi tersebut. Perusahaan asuransi yang memiliki investasi dengan

resiko yang lebih banyak memiliki standar modal dan surplus minimum

sebagaimana ditentukan oleh undang-undang yang lebih tinggi daripada

perusahaan asuransi sejenis yang memiliki investasi dengan resiko yang lebih

kecil.

Dengan menentukan standar modal dan surplus minimum berbasis resiko,

ditambah dengan konservatisme yang secara nyata dimasukkan ke dalam

cadangan premi sebagaimana ditentukan oleh undang-undang, regulator asuransi

berusaha untuk memastikan bahwa setiap perusahaan asuransi memiliki sumber

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

22

dana yang mencukupi untuk membayar manfaat premi dan kewajiban keuangan

lainnya secara tepat waktu.

Dalam melakukan kegiatan bisnis secara normal, suatu perusahaan

asuransi menghadapi kemungkinan resiko serius yang dapat mengancam keadaan

statuory solvency-nya. Resiko-resiko tersebut dapat dikelompokkan ke dalam

empat kategori resiko yang luas, yang dikenal sebagai contingency risks, atau C-

risk.

• C-1 risk atau asset risk adalah resiko rugi pada suatu investasi untuk alasan

selain daripada perubahan suku bunga pasar. Contoh dari C-1 risk adalah

dimana saham yang dimiliki suatu perusahaan akan kehilangan nilai pasarnya

dan resiko dimana penerbit obligasi melakukan wanprestasi dan tidak

membuat jadwal pembayaran obligasi. Perusahaan asuransi mengelola resiko

aset dengan mengevaluasi kemungkinan investasi secara hati-hati,

menginvestasikan aset mereka dengan jumlah yang besar di dalam investasi

yang bermutu tinggi, serta mengalokasikan dana untuk seluruh kategori

investasi yang berbeda.

• C-2 risk atau pricing risk, disebut juga insurance risk (resiko asuransi) yaitu

resiko dimana pengalaman nyata perusahaan asuransi dalam tingkat kematian

atau biaya-biaya akan sangat berbeda dari perkiraan, menyebabkan perusahaan

asuransi tersebut menderita kerugian material atas produk tersebut. Perusahaan

asuransi jiwa mengelola C-2 risk dengan merancang dan menetapkan harga

produk secara pantas, serta mengendalikan pengeluaran-pengeluaran mereka

secara hati-hati.

• C-3 risk atau interest-rate risk adalah resiko kerugian yang disebabkan oleh

perubahan suku bunga pasar, misalnya kerugian penjualan suatu obligasi pada

saat suku bunga pasar naik, dan ketidakmampuan suatu perusahaan asuransi

untuk memperoleh tingkat pendapatan asetnya yang sama dengan atau lebih

besar daripada suku bunga yang dijamin di dalam kontrak asuransinya.

Perusahaan mengelola C-3 risk melalui praktek-praktek asset-liability

management yang efektif.

• C-4 risk adalah general business risk, yaitu resiko kerugian yang diakibatkan

oleh praktek-praktek bisnis umum yang tidak efektif atau faktor-faktor

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

23

lingkungan di luar kendali perusahaan. Contonya yaitu manajemen yang tidak

efisien, kerugian karena adanya pemalsuan dan litigasi, perubahan undang-

undang perpajakan, penurunan ekonomi, dan bencana alam. Perusahaan

mengendalikan beberapa C-4 risk dengan menugaskan tim manajemen yang

bermutu tinggi dan berpengalaman, melaksanakan pertimbangan manajerial

yang sesuai, mendukung perilaku etis, memantau hasil-hasil keuangan serta

melakukan audit internal dan eksternal secara teratur.

Kehadiran empat C-risk membantu menjelaskan mengapa modal dan

surplus yang mencukupi menjadi sedemikian penting bagi solvabilitas suatu

perusahaan asuransi. Modal dan surplus menjaga solvabilitas perusahaan dengan

menyediakan dana untuk melindungi kerugian-kerugian yang disebabkan oleh

resiko-resiko tersebut. Dengan demikian, solvabilitas perusahaan asuransi yang

berkelanjutan biasanya tergantung pada kecukupan modal dan surplusnya.

2.3 Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang

dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau

aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data

atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut

adalah : para pemilik perusahaan, manager perusahaan yang bersangkutan, para

kreditur, bankers, para investor dan pemerintah di mana perusahaan tersebut

berdomisili, buruh serta pihak-pihak lainnya.

Di samping itu laporan keuangan digunakan oleh managemen untuk :

1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.

2. Untuk menentukan / mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi

serta untuk menentukan derrajat keuntungan yang dapat dicapai oleh

perusahaan yang bersangkutan.

3. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi

wewenang dan tanggung jawab.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

24

4. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur

yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Bentuk-bentuk laporan keuangan :

1. Neraca

Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal

dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu, biasanya pada waktu dimana

buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau

tahun kalender, sehingga neraca sering disebut Balance Sheet.

Neraca perusahaan asuransi terdiri dari :

a). Sisi aktiva

Aktiva adalah semua kekayaan atau aset yang dimiliki oleh perusahaan,

baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Untuk perusahaan

asuransi sisi aktiva dapat diklasifikasikan menjadi (i) aktiva lancar, (ii)

investasi, dan (iii) aktiva tetap.

(i) Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat

diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai (kas)

paling lama satu tahun.

Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah :

� Kas dan Bank adalah uang tunai yang dapat digunakan untuk

membiayai operasi perusahaan, termasuk cek yang diterima dan

simpanan perusahaan di bank yang setiap saat dapat diambil kembali

apabila diperlukan.

� Tagihan Premi yaitu tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dalam

hal ini adalah pihak pemegang polis asuransi yang dinyatakan oelh

sebuah perjanjian yang diatur dalam Undang-Undang.

� Tagihan Klaim Reasuransi yaitu tagihan perusahaan kepada pihak

reasuransi (reasuradur) untuk mengganti klaim yang diajukan

pemegang polis asuransi dikarenakan tertanggung meninggal dunia,

sebesar jumlah yang menjadi bagian reasuradur.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

25

� Tagihan lain-lain, yaitu tagihan yang timbul bukan dari penjualan jasa,

tetapi dari hal-hal lain seperti: tagihan kepada pegawai, tagihan karena

penjualan aktiva tetap secara kredit, dan lain-lain.

� Penghasilan yang masih harus diterima.

� Biaya yang dibayar dimuka.

(ii) Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable

securities), adalah investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek)

dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara

belum dibutuhkan dalam operasi.

(iii) Aktiva tetap adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif

permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu

tahun).

Yang termasuk kelompok aktiva tetap adalah :

� Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang sifat

fisiknya nampak, meliputi : tanah, bangunan, mesin, inventaris,

kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.

� Altiva tetap tidak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang secara

fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai

dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan

perusahaan, meliputi : hak cipta, merek dagang, lisensi, dan

sebagainya.

b). Sisi pasiva untuk perusahaan asuransi terdiri dari : (i) Hutang lancar, (ii)

Hutang jangka panjang, (iii) Cadangan teknis, dan (iv) modal

(i) Hutang lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang

pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek

dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan tersebut.

Hutang lancar meliputi antara lain :

� Hutang klaim yaitu pertanggungan yang belum dibayar oleh

perusahaan atas klaim dari pemegang polis asuransi karena terjadinya

kematian, berakhirnya masa pertanggungan, pembatalan polis dan

penebusan nilai tunai.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

26

� Hutang komisi yaitu komisi kepada agen yang belum dibayarkan

� Hutang premi reasuransi yaitu hutang premi reasuransi yang belum

dibayarkan kepada reasuradur.

� Hutang pajak yaitu meliputi pajak perusahaan yang bersangkutan

maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke Kas

Negara.

(ii) Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu

pembayarannya masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal

neraca), yang meliputi :hutang obligasi, hutang hipotik, pinjaman jangka

panjang yang lain.

(iii) Cadangan teknis yang terdiri dari cadangan premi dan cadangan klaim.

Pasiva yang utama dari sebuah perusahaan asuransi adalah cadangan klaim

dan cadangan premi sesuai dengan yang diwajibkan peraturan pemerintah.

Lebih baik 90 % dari pasiva perusahaan asuransi jiwa terdiri dari cadangan

klaim dan cadangan premi (Herman Darmawi, 2006).

Cadangan klaim harus diadakan karena pada suatu waktu tertentu

perusahaan asuransi mungkin menerima beberapa klaim yang dilaporkan

tertanggung tapi belum bisa dibayarkan karena beberapa alasan.

Cadangan premi adalah jumlah yang oleh perusahaan asuransi

diperkirakan akan dibutuhkan olehnya untuk membayar manfaat-manfaat

polis ketika biaya-biaya tersebut jatuh tempo.

(iv) Modal adalah hak atau bagian yang dmiliki oleh pemilik perusahaan

yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang

ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan

terhadap seluruh hutang-hutangnya.

2. Laporan rugi laba

Seperti diketahui laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang

sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu

perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman

tentang susunan laporan rugi-laba tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip

yang umunya diterapkan adalah sebagai berikut :

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

27

• Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha

pokok perusahaan diikuti dengan harga pokok yang dijiual, sehingga

diperoleh laba kotor.

• Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya

penjualan dan biaya umum/administrasi.

• Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi

pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar

usaha pokok perusahaan (non operating dan expenses)

• Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidental (extra

ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum

pajak pendapatan.

3. Laporan arus kas (cash flows)

Dalam semua bisnis, kekurangan kas, walaupun singkat, dapat membuat

perusahaan perusahaan menjadi gulung tikar. Kekurangan kas merupakan hal

yang sangat sulit untuk diatasi perusahaan. Walaupun sebuah perusahaan

mencatat laba pada laporan rugi-labanya, belum tentu perusahaan tersebut

memiliki uang tunai yang cukup untuk membayar tagihan-tagihannya. Agar dapat

memperkirakan dan menghindari masalah arus kas, sebaiknya dibuat laporan arus

kas.

Neraca menunjukkan kesehatan perusahaan dalam waktu tertentu.

Sedangkan laporan rugi laba menunjukkan kinerja usaha dalam periode tertentu.

Laporan arus kas digunakan sebagai alat perencanaan pada masa yang akan

datang. Laporan ini membantu dalam menentukan kapan uang tunai diperlukan

untuk membayar tagihan-tagihan dan membantu manajer untuk menbuat

keputusan usaha, seperti kapan mengembangkan usaha atau membuat lini produk

baru. Laporan arus kas hanya berhubungan dengan aktivitas kas, yakni kas keluar

atau kas masuk. Laporan ini membantu dalam mengenali kapan perlu dilakukan

peminjaman uang dan memungkinkan mengatur segala sesuatu sebelum kas

benar-benar diperlukan.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

28

2.4 Metode Analisa

Dua metode analisa yang dapat dilakukan dalam membandingkan rasio

keuangan perusahaan yaitu:

1. Cross sectional approach

Metode ini dilakukan dengan menbandingkan rasio-rasio antara perusahaan

yang satu dengan perusahaan lain yang sejenis atau perusahaan yang hampir

sama jenis dan ukurannya. Pendekatan ini untuk mengetahui seberapa baik

atau buruk perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya

atau dengan perusahaan yang hampir sama jenis dan ukurannya.

2. Time series analysis

Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan rasio-rasio yang ada di

dalam perusahaan itu sendiri. Ada dua cara untuk membandingkan rasio-rasio

tersebut yaitu:

a. Analisa horizontal (analisa dinamis) yaitu suatu analisa dengan

membandingkan laporan keuangan untuk berbagai periode, yaitu

membandingkan antara rasio saat ini dengan waktu yang lalu, sehingga

akan diketahui perkembangan perusahaan dan dapat membuat rencana

untuk masa yang akan datang.

b. Analisa vertikal yaitu suatu analisa dengan membandingkan laporan

keuangan untuk satu periode saja yaitu membandingkan antara perusahaan

yang satu dengan perusahaan yang lain dalam laporan keuangan, sehingga

akan diketahui keadaan pada saat itu juga. Analisa vertikal disebut juga

sebagai metode analisa statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh

hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.

2.5 Pengujian Hipotesis dengan One Sample T-Test

Hipotesis adalah suatu pernyataan atau dugaan mengenai ”sesuatu”

(parameter populasi) yang masih perlu dibuktikan kebenarannya. Untuk

mengetahui apakah hipotesis tersebut benar atau salah maka hipotesis tersebut

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

29

perlu diuji dengan statistik sampel yang ditarik dari sebuah sampel acak, melalui

suatu prosedur yang disebut pengujian hipotesis.

Hipotesis yang dirumuskan untuk diuji dan dengan harapan ditolak disebut

hipotesis nol, biasanya dinotasikan dengan Ho. Sedangkan hipotesis tandingan

atau hipotesis alternatifnya dinotasikan dengan H1. Hipotesis nol (Ho) ini

merupakan hipotesis yang isinya mengandung pernyataan yang menyangkal,

seperti tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan atau tidak ada pengaruh.

Sedangkan hipotesis tandingannya, H1 merupakan hipotesis yang isinya

mengandung pernyataan yang tidak menyangkal, seperti ada perbedaan atau ada

hubungan atau ada pengaruh.

Menerima Ho berarti hasil pengujian atau hasil penyelidikan berdasarkan

sampel tersebut dalam batas-batas tertentu memperlihatkan adanya kesesuaian

dengan hipotesis, atau dengan kata lain membenarkan hipotesis atau dugaan yang

telah ditetapkan terlebih dahulu. Penerimaan suatu hipotesis statistik (hipotesis

nol) adalah merupakan akibat tidak cukupnya bukti untuk menolaknya dan tidak

berimplikasi bahwa hipotesis tersebut pasti benar. Sebaliknya, penolakan terhadap

suatu hipotesis statistik (Ho) berarti menyimpulkan bahwa hipotesis itu salah.

Dengan kata lain, hasil pengujian atau penyelidikan dalam batas-batas tertentu

tidak memperlihatkan kesesuaian dengan hipotesis.

Untuk menguji rata-rata pada penulisan skripsi ini, maka digunakan One

Sample T-Test. One Sample T-Test digunakan untuk menguji apakah rata-rata satu

sampel berbeda nyata atau tidak dengan suatu nilai tertentu yang digunakan

sebagai pembanding. Data yang digunakan One Sample T-Test ini adalah data

yang bertipe kuantitatif. Dalam pengujian One Sample T-Test perusahaan yang

akan dibandingkan dengan industri sejenis, tidak dapat dimasukkan sebagai

sampel karena industri sejenis tersebut merupakan pembanding bagi perusahaan,

sehingga digunakan untuk melihat apakah perusahaan tersebut signifikan atau

tidak dengan rata-rata industri sejenis.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

30

2.6 Analisis Rasio

2.6.1 Return On Investment (ROI)

Ratio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih

berdasarkan tingkat aset tertentu. Ratio yang rendah menunjukkan kinerja yang

buruk atau penggunaan asset yang tidak efisien oleh manajemen, begitu pula

sebaliknya. Return On Investment itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio

profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan

dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk

pengoperasian perusahaan yang menghasilkan keuntungan.

ROI = Aktiva Total

IncomeNet

Besarnya ROI dipengaruhi oleh 2 faktor:

• Turnover dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang digunakan

untuk operasi perusahaan).

• Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam

persentase dan dinyatakan dalam jumlah penjualan bersih. Profit margin ini

mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan

dihubungkan dengan penjualannya.

Standar umum ratio ini bervariasi, tergantung pada industri dan jumlah

aktiva tetap yang diperlukan perusahaan, jumlah uang tunai yang tersedia, dan

sebagainya. Rasio semakin baik jika nilainya semakin besar.

2.6.2 Return On Equity (ROE)

Ratio ini mengukur kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan

keuntungan.Beberapa analisis menggunakan ratio ini sebagai evaluasi akhir untuk

menentukan keputusan investasi di dalam perusahaan. Ratio ini disebut juga rasio

keuntungan dari modal.

ROE = Equity Total

IncomeNet

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

31

Standar umum ROE sebesar 15% biasanya dianggap perlu untuk

mendanai pertumbuhan perusahaan. Ini berarti bahwa perusahaan tidak akan lepas

dari pendanaan yang diperoleh dari utang jangka panjang, namun akan mampu

untuk menghasilkan pendapatan dari usahanya sendiri.

Ratio yang rendah menunjukkan kinerja manajemen yang tidak efisien

atau menunjukkan berjalannya bisnis yang memakan modal sangat banyak dengan

sedikit utang jangka panjang. Rasio semakin baik jika nilainya semakin besar.

2.6.3 Perbandingan Beban Klaim dengan Total Premi Bruto

Mengukur seberapa besar total premi bruto yang diterima oleh perusahaan

dari nasabahnya yang dapat menjamin sejumlah beban klaim yang menjadi

kewajiban perusahaan terhadap nasabahnya. Rasio semakin baik jika nilainya

semakin kecil.

2.6.4 Perbandingan Gain On Investment dengan Total Investment

Mengukur seberapa besar hasil investasi yang diperoleh perusahaan dari

setiap investasi yang dilakukan perusahaan. Rasio semakin baik jika nilainya

semakin besar.

2.6.5 Net Profit Margin

Mengukur perbandingan antara laba (rugi) perusahaan yang bisa

didapatkan dari setiap pendapatan operasional yang diperoleh perusahaan.

Semakin tinggi persentase yang diperoleh maka semakin tinggi pula kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio semakin baik jika nilainya semakin

besar.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

32

2.6.6 Risk Based Capital (RBC)

Secara umum, rasio kesehatan RBC adalah suatu ukuran yang

menginformasikan tingkat keamanan finansial atau kesehatan suatu perusahaan

asuransi. Semakin besar rasio kesehatan RBC sebuah perusahaan asuransi,

semakin sehat kondisi finansial perusahaan tersebut. Rasio kesehatan RBC suatu

perusahaan asuransi pada dasarnya adalah rasio dari nilai kekayaan bersih atau

“net worth” perusahaan bersangkutan, yang dihitung berdasarkan peraturan

akuntasi standar, dibagi dengan nilai kekayaan bersih, yang dihitung kembali

dengan mengikutsertakan resiko-resiko pemburukan yang mungkin terjadi.

Pengikutsertaan resiko-resiko pemburukan yang mungkin tersebut

merefleksikan adanya ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan dalam

aktivitas sehari-harinya, misalkan saja kemungkinan jatuhnya nilai aset secara

jangka pendek akibat investasi pada instrumen yang lebih beresiko, demikian pula

kemungkinan naiknya tingkat hutang akibat perkembangan yang tidak

menguntungkan di masa depan dalam hal tingkat suku bunga, tingkat kematian,

tingkat putus kontrak, dan lain sebagainya.

Nilai kekayaan bersih yang ke dua, sebagai penyebut dari rasio tersebut,

sebenarnya merupakan besaran yang semula disebut sebagai Risk Based Capital,

karena berupakan besaran nilai kekayaan bersih, atau Capital, yang dihitung

secara Risk Based.

Perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia harus melaporkan rasio

kesehatan RBC mereka ke Pemerintah secara kwartalan, dan ketentuan minimum

yang ada sekarang bagi rasio tersebut adalah 120%. Semakin tinggi rasio

kesehatan RBC sebuah perusahaan asuransi, semakin sehat perusahaan

bersangkutan.

2.6.7 Perbandingan Total Ekuitas dengan Net Premi

Mengukur kekuatan modal dalam menjamin setiap premi yang telah

diterima oleh perusahaan asuransi dari nasabah-nasabahnya. Perbandingan antara

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

33

total ekuitas dengan total premi murni sebaiknya adalah sebesar 50 %. Rasio

semakin baik jika nilainya semakin besar.

2.6.8 Perbandingan Total Investasi dengan Cadangan Teknis

Mengukur seberapa besar kemampuan investasi yang dilakukan oleh

perusahaan dapat menjamin cadangan premi, dan kewajiban perusahaan berupa

klaim yang belum dan akan dibayar kepada nasabahnya (cadangan klaim).

Perbandingan antara total investasi dengan cadangan teknis minimal 100 %. Rasio

semakin baik jika nilainya semakin besar.

2.6.9 Perbandingan Jumlah Kewajiban dengan Jumlah Ekuitas

Melihat proporsi struktur modal perusahaan antara jumlah kewajiban

dengan jumlah ekuitas. Rasio semakin baik jika nilainya semakin besar.

2.6.10 Perbandingan Cadangan Premi dengan Beban Klaim

Mengukur seberapa besar kemampuan cadangan premi yang disediakan

oleh perusahaan yang digunakan untuk menjamin beban klaim nasabahnya.

Jumlah cadangan premi sebaiknya lebih besar dari beban klaim. Rasio semakin

baik jika nilainya semakin besar.

2.6.11 Perbandingan Jumlah Pertanggungan Baru dengan Jumlah Pemutusan

Kontrak (Lapse)

Dimana setiap polis yang lapse dibandingkan dengan sejumlah polis yang

masuk sebagai pertanggungan baru pada tahun tersebut. Rasio semakin baik jika

nilainya semakin besar.

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Resiko · 2.1 Konsep Resiko Resiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi

���������������������

34

2.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Perfomance

Solvabilitas

Profitabilitas

Market Reaction

Return On Investment

Return On Equity

Perkembangan Jumlah Uang Pertanggungan

Perkembangan Jumlah Tertanggung

Jumlah Polis Baru/Jumlah Polis Lapse

Risk Based Capital

Total Investasi/Cadangan Teknis

Cadangan Premi/Total Klaim

Total Ekuitas/Premi Murni

Total Kewajiban/Total Ekuitas

Total Klaim/Total Premi Bruto

Hasil Investasi/Total Investasi

Net Profit Margin