21
8 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Landasan Teori 1. Konsep Kebudayaan Kebudayaan (culture) adalah suatu komponen penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya struktur sosial. Secara sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai cara hidup atau dalam bahasa inggrisnya ways of life. Cara hidup atau pandangan hidup itu meliputi cara berfikir, cara berencana, cara bertindak, disamping segala hasil karya nyata yang dianggap berguna dan dipenuhi oleh anggota-anggota masyarakat atas kesepakatan bersama (Abdulsyam 1992:45). Menurut Robert H. Lowie dalam Marjan (1999 : 36) kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat- istiadat, norma-norma artistik, kebiasaan makan, kebiasaan yang diperoleh bukan karena kreativitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan formal atau non formal. E. B Tylor dalam Prasetya (2004 : 30) mengemukakan bahwa kebudayaan adalah suatu kesatuan yang kompleks, yang meliputi kepercayaan, kesenian, susila, hukum, adat-istiadatdan kesanggupan-kesanggupan laiin yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Sementara itu Gazalba dalam Prsetya (2004 : 30) kebudayaan adalah cara berfikirdan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu.

BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

8

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Landasan Teori

1. Konsep Kebudayaan

Kebudayaan (culture) adalah suatu komponen penting dalam kehidupan

masyarakat, khususnya struktur sosial. Secara sederhana kebudayaan dapat

diartikan sebagai cara hidup atau dalam bahasa inggrisnya ways of life. Cara hidup

atau pandangan hidup itu meliputi cara berfikir, cara berencana, cara bertindak,

disamping segala hasil karya nyata yang dianggap berguna dan dipenuhi oleh

anggota-anggota masyarakat atas kesepakatan bersama (Abdulsyam 1992:45).

Menurut Robert H. Lowie dalam Marjan (1999 : 36) kebudayaan adalah segala

sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat-

istiadat, norma-norma artistik, kebiasaan makan, kebiasaan yang diperoleh bukan

karena kreativitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang

didapat melalui pendidikan formal atau non formal.

E. B Tylor dalam Prasetya (2004 : 30) mengemukakan bahwa kebudayaan

adalah suatu kesatuan yang kompleks, yang meliputi kepercayaan, kesenian, susila,

hukum, adat-istiadatdan kesanggupan-kesanggupan laiin yang diperoleh seseorang

sebagai anggota masyarakat. Sementara itu Gazalba dalam Prsetya (2004 : 30)

kebudayaan adalah cara berfikirdan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh

segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam

suatu ruang dan suatu waktu.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

9

Ralph linton dalam Ihromi (2013: 18) kebudayaan adalah seluruh cara

kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak hanya mengenai sebagian dari

cara hidup itu yaitu bagian dari masyarakat yang dianggap lebih tinggi atau lebih

diinginkan. Pendapat lain dikemukakan oleh Ihromi (2013: 18) kebudayaan

menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan. Kata itu meliputi cara-cara berlaku,

kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia

yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu. Sedangkan

menurut The Liang Gie dalam Herusatoto (2008 : 13) kebudayaan terdiri dari pola-

pola yang nyata maupun tersembunyi, dari dan untuk perilaku yang diperoleh dan

dipindahkan dengan simbol-simbol, yang menjadi hasil yang tegas dari kelompok-

kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam barang-barang buatan

manusia. Inti yang pokok dari kebudayaan terdiri dari gagasan-gagasan tradisisonal

(yaitu yang diperoleh dipilih secara historis) dan khususnya nilai-nilai yang

tergabung di suatu pihak, sistem-sistem kebudayaan dianggap sebagai hasil-hasil

tindakan, dipihak lainnya sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi tindakan

selanjutnya.

Bikhu Parekh dalam Jannes Alexander (2016 : 6) menyatakan kebudayaan

adalah sebuah sistem arti dan makna yang tercipta secara historis, atau apa yang

menuju pada hal-hal yang sama, sebuah sistem keyakinan dan praktek di mana

suatu kelompok manusia memahami, mengatur dan menstrukturkan kehidupan

individu dan kolektif masyarakat.

Berdasarkan dari berbagai pendapat diatas dapat dikatakan bahwa kebudayaan

merupakan hasil karya manusia dengan menggunkan akal budinya untuk memaknai

Page 3: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

10

kehidupan dengan menciptakan segala sesuatu yang berguna bagi dirinya maupun

orang lain.

2. Wujud Kebudayaan

Kebudayaan manusia memiliki wujud, dijelaskan Koentjoroningrat dalam

Herusatoto (2008 : 12-13), kebudayaan setidaknya memiliki tiga wujud yaitu :

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks, ide-ide, gagasan-gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud ini berada pada

alam pikiran dari warga masyarakat atau dapat pula berupa tulisan-tulisan,

karangan-karangan warga masyarakat yang bersangkutan.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas, kelakuan berpola dari

manusia dalam masyarakat, wujud ini berupa sistem sosial dalam

masyarakat yang bersangkutan.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, ia berupa

kebudayaan fisik yang berbentuk nyata yang merupakan hasil karya dari

masyarakat yang bersangkutan.

Dari ketiga wujud kebudayaan tersebut jelas bahwa wujud pertama dan kedua

adalah merupakan hasil dari pemikiran manusia, sedangkan wujud yang ketiga

adalah hasil buah karya manusia.Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan

merupakan hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan pola kehidupan

masyarakat. Kebudayaan memiliki tiga wujud yaitu 1) ide-ide atau gagasan, 2)

aktivitas atau tingkah laku, 3) benda-benda hasil karya manusia. Kebudayaan tidak

dapat diwariskan secara genetis melainkan haruslah dipelajari.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

11

3. Unsur-Unsur Kebudayaan

Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur unsur yang bersifat universal.

Unsur unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada

semua kebudayaan bangsa bangsa di dunia. Menurut Koentjaraningrat dalam

Herusatoto (2008 : 12) ada tujuh unsur kebudayaan universal yaitu 1). Bahasa, 2).

Sistem Pengetahuan, 3). Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial, 4). Sistem

Peralatan Hidup dan Teknologi, 5). Sistem Mata Pencaharian Hidup, 6). Sistem

Religi, 7). Kesenian, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Bahasa, adalah suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan

sekaligus menjadi alat perantara yang utama bagi manusia untuk

meneruskan atau mengadaptasi kan kebudayaan. Bentuk bahasa ada dua

yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.

2. Sistem Pengetahuan, sistem pengetahuan itu berkisar pada pegetahuan

tentang kondisi alam sekelilingnya dan sifat sifat peralatan yang dipakainya.

Sistem pengetahuan meliputi ruang pengatahuan tentang alam sekitar, flora

dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, sifat sifat dan tingakh laku sesama

manusia, tubuh manusia.

3. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial, adalah sekelompok

masyarakat yang anggotanya merasa satu dengan sesamanya. Sistem

kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: kekerabatan, asosiasi

dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi, yang dimaksud dengan teknologi

adalah jumlah keseluruhan teknik yang dimiliki oleh para anggota suatu

Page 5: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

12

masyarakat, meliputi keseluruhan cara bertindak dan berbuat dalam

hubungannya dengan pengumpulan bahan bahan menta, pemrosesan bahan

bahan itu untuk dibuat menjadi alat kerja, penyimpanan, pakaian,

perumahan, alat trasportasi dan kebutuhan lain yang berupa benda

meterial. Unsur teknologi yang paling menonjol adalah kebudayaan fisik

yang meliputi, alat alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman,

pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan serta alat alat

transportasi.

5. Sistem mata pencaharian hidup, merupakan segala usaha manusia untuk

mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan. Sistem mata pencaharian

hidup atau sistem ekonomi yang meliputi, berburu dan mengumpulkan

makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, perdagangan.

6. Sistem Religi, diartikan sebagai sebuah sistem yang terpadu antara

keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal hal suci

dan tidak terjangkau oleh akal. Sistem religi yang meliputi, sistem

kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan,

upacara keagamaan.

7. Kesenian, secara sederhana kesenian dapat diartikan sebagai segala hasrat

manusia terhadap keindahan. Bentuk kendahan yang beraneka ragam itu

timbul dari permainan imajinasi kreatif yang dapat memberikan kepuasan

batin bagi manusia. Secara garis besar, kita dapat memetakan bentuk

kesenian dalam tiga garis besar, yaitu seni rupa, seni suara dan seni tari.

4. Adat/Tradisi

Page 6: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

13

Menurut Anton Soemarman (2003: 15) bahwa adat merupakan wujud idil dari

kebudayaan yang berfungsi sebagai pengaturan tingkah laku. Dalam

kebudayaannya sebagai wujud idil kebudayaan dapat dibagi lebih khusus dalam

empat yakni tingkat budaya, tingkat norma-norma, tingkat hukum dan aturan-aturan

khusus. Pendapat lain tentang pengertian adat dikemukakan oleh Arjono Suryono

(1985: 4) bahwa adat merupakan kebiasaan yang bersifat magis religius dari

kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi kebudayaan, norma dan aturan-aturan

yang saling berkaitan dan kemudian menjadi suatu sistem atau pengaturan

tradisional.

Menurut Funk dan Wagnalls dalam Muhaimin (2001:11) tentang istilah tradisi

di maknai sebagai pengatahuan, doktrin, kebiasaan, praktek dan lain-lain yang

dipahami sebagai pengatahuan yang telah diwariskan secara turun-temurun

termasuk cara penyampain doktrin dan praktek tersebut.

Tradisi mencakup kelangsungan masa lalu dimasa kini ketimbang sekedar

menunjukan fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu. Menurut Shil dalam

Sztompka (2007:75) tradisi berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan

dari masa lalu ke masa kini. Hanafi ( 2003:2) tradisi lahir dari dan dipengaruhi oleh

masyarakat, kemudian masyarakat muncul,dan dipengaruhi oleh tradisi. Tradisi

pada mulanya adalah musabab, namun akhirnya menjadi konklusi dan premis, isi

dan bentuk, efek dan aksi pengaruh dan mempengaruhi.

Menurut Ki Sondong Mandali dalam bukunya Ngelmu Urip (2010 : 101) tradisi

banyak di istilahkan sebagai adat istiadat yang merupakan aturan tak tertulis tentang

Page 7: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

14

penyelenggaraan hidup bersama. Maka tradisi juga merupakan bagian dari pranata

sosial yang berlaku dan disepakati bersama pada komunitas masyarakat. Lebih

diperjelas lagi oleh Koentjoroningrat dalam Herusatoto (2008 : 164) tradisi atau

adat-istiadat disebut juga adat tata kelakuan. Adat tata kelakuan dibagi dalam

empat tingkatan yaitu : 1) tingkat nilai budaya, 2) tingkat norma-norma, 3) tingkat

hukum, dan 4) tingkat aturan khusus.

Berikut adalah penjelasan mengenai empat tingkatan adat tata kelakuan

menurut Koentjaraningrat dalam Herusatoto (2008 : 164-165) :

1) Tingkat nilai budaya

Adalah berupa ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai

dalam kehidupan masyarakat, dan biasanya berakar dalam bagian emosional

dan alam jiwa manusia, misalnya gotong-royong atau sifat suka kerja sama

berdasarkan solidaritas yang besar.

2) Tingkat norma-norma

Adalah sistem norma-norma yang berupa nilai-nilai budaya yang sudah terkait

kepada peranan mkasing-masing anggota masyarakat dalam lingkungannya,

misalnya peranan sebagai atasan atau bawahan dalam suatu jenjang pekerjaan,

peranan sebagai orang tua atau anak, guru atau murid. Masing-masing peranan

memiiliki sejumlah norma yang menjadi pedoman bagi tingkah lakunya

masing-masing, yang dalm bahasa jawa disebut anggah-ungguh atau kode etik.

3) Sistem hukum atau tingkat hukum

Page 8: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

15

Sistem hukum yang berlaku, misalnya hukum adat perkawinan, hukum

kekayaan.

4) Tingkat aturan-aturan khusus

Adalah aturan-aturan khusus yang mengatur kegiatan-kegiatan terbatas ruang

lingkupnya dan bersifat konkrit, misalnya aturan sopan santun.

5. Upacara Adat Tradisional

Upacara adat salah satu cara menelusuri jejak sejarah masyarakat Indonesia

pada masa lalu dapat kita jumpai pada upacara-upacara adat merupakan warisan

nenek moyang kita. Selain melalui mitologi dan legenda, cara yang dapat dilakukan

untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan

yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki nilai sakral oleh

masyarakat pendukung kebudayaan tersebut (Wahyudi Pantja Sunjata, 1997: 1).

Upacara adat tradisional masyarakat merupakan perwujudan dari sistem

kepercayaan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai universal yang dapat

menunjang kebudayaan nasional. Upacara tradisional ini bersifat kepercayaan dan

dianggap sakral dan suci. Dimana setiap aktifitas manusia selalu mempunyai

maksud dan tujuan yang ingin dicapai, termasuk kegiatan-kegiatan yang bersifat

religius.

Menurut Koderi (1991 : 109) upacara ritual adalah upacara yang berkaitan

dengan kepercayaan terhadap kekuatan benda alam dan roh halus atau kekuatan

gaib biasanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, seperti Suran, Sadranan,

Sedekah Laut, dan Sedhekah Bumi. Sisa-sisa kepercayaan semacam itu juga

Page 9: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

16

menyertai dalam kegiatan menuai padi, mendirikan rumah, dan memelihara benda-

benda yang dianggap keramat. Setiap ritual mempunyai fungsi yang berbeda-beda

tapi tujuanya sama yaitu memohon keselamatan kepada Tuhan.

Dengan mengacu pada pendapat tersebut maka upacara adat tradisional

merupakan kelakuan atau tindakan simbolis manusia sehubungan dengan

kepercayaan yang mempunyai maksud dan tujuan untuk menghindarkan diri dari

gangguan roh-roh jahat.

Melakukan upacaramerupakan suatu kegiatan yang bersifat rutin dimana dalam

melakukan upacara tersebut mempunyai arti dalam setiap kepercayaan. Menurut

Koentjaraningat (1992: 221) dalam setiap sistem upacara keagamaan mengandung

lima aspek yakni ( 1) tempat upacara , ( 2) waktu pelaksanaan upacara , ( 3) benda-

benda serta peralatan upacara, (4) orang yang melakukan atau memimpin jalanya

upacara, ( 5) orang-orang yang mengikut upacara.

Pada bagian yang sama Koentjaraningrat (1992 : 223) juga mengatakan bahwa

sistem upacara dihadiiri oleh masyarakat berarti dapat memancing bangkitnya

emosi keagamaan pada tiap-tiap kelompok masyarakat serta pada tiap individu

yang hadir. Upacara yang diselengarakan merupakan salah satu kegiatan yang

mengungkapkan emosi keagamaan yang sudah dianut oleh masyarakat.

Emosi keagamaan ini dialami oleh semua manusia walaupun getaran ini

mungkin hanya berlangsung untuk beberapa detik saja kemudian akan hilang dan

lenyap lagi. Dimana emosi keagamaan atau getaran jiwa itulah yang mendorong

seseorang untuk berbuat religi. Upacara keagamaan tersebut melibatkan berbagai

Page 10: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

17

kalangan masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, pendahulu adat, dan

kelompok sosial masyarakat lainnya. Upacara keagamaan yang bersifat rutin,

dimana bagi masyarakat upacara tersebut mempunyai peranan yang sangat berarti

bagi kepercayaan mereka.

6. Corak dan Alam Pikiran di Belakang Adat Tradisi

1) Corak Adat Tradisi/Hukum Adat

Corak hukum adat Indonesia menurut Hilman Hadikusuma (2014:33-38)yang

normatif pada umumnya menunjukan corak yang tradisional, keagamaan,

kebersamaan, konkret dan visual, terbuka dan sederhana, dapat berubah dan

menyesuaikan, tidak dikodifikasi, musyawarah dan mufakat. Dengan penjelasan

sebagai berikut:

a. Tradisional, hukum adat itu pada umumnya bercorak tradisional,

artinya bersifat turun-temurun, dari zaman nenek moyang sampai ke

anak cucu sekarang keadaannya masih tetap berlaku dan

dipertahankan oleh masyarakat yang bersangkutan.

b. Keagamaan, hukum adat itu bersifat keagamaan (magis-religius),

artinya perilaku hukum atau kaidah-kaidah hukumnya berkaitan

dengan kepercayaan terhadap yang ghaib dan/atau berdasarkan pda

ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut kepercayaan bangsa

Indonesia bahwa di alam semesta ini benda-benda serba berjiwa

(animisme), benda-benda itu bergerak (dinamisme), di sekitar

kehidupan manusia itu ada roh-roh halus yang mengawasi

kehidupan manusia (jin, malaikat, iblis, dan sebagainya) dan alam

Page 11: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

18

sejagad ini ada karea ada yang mengadakan, yaitu Yang Maha

Pencipta.

c. Kebersamaan, hukum adat mempunyai corak yang bersifat

kebersamaan (komunal) artinya ia lebih mengutamakan kepentingan

bersama, dimana kepentingan pribadi itu diliputi oleh kepentingan

bersama. “satu untuk semua dan semua untuk satu”. Hubungan

hukum antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lain

didasarkan oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong

dan gotong-royong.

d. Konkrit dan Visual, corak hukum adat adalah “konkrit”, artinya

jelas, nyata dan berwujud. Dan “visual”, artinya dapat dilihat,

tampak, terbuka, tidak tersembunyi. Jadi sifat hubungan hukum

yang berlaku dalam hukum adat itu “terang dan tunai”, tidak samar-

samar, terang disaksikan, diketahui, dilihat dan didengar orang lain,

dan nampak terjadi.

e. Terbuka dan Sederhana, corak hukum adat itu “terbuka” artinya

dapat menerima unsur-unsur yang datang dari luar asal saja tidak

bertentangan dengan jiwa hukum adat itu sendiri. Corak dan sifatnya

yang “sederhana” artinya bersahaja, tidak rumit, tidak banyak

administrasinya, bahkan kebanyakan tidak tertulis, mudah

dimengerti dan dilaksanakan berdasarkan saling percaya-

mempercayai.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

19

f. Dapat Berubah dan Menyesuaikan, hukum adat itu dapat berubah,

menurut keadaan, waktu dan tempat. Orang Minangkabau berkata

“Sakali aik gadang sakali tapian baranja, sakali raja berganti,

sakali adat berubah”. (Begitu air besar, begitu pula tempat

pemandian bergeser, begitu pemerintahan berganti, begitu pula adat

lalu berubah).

g. Tidak Dikodifikasi, hukum adat kebanyakan tidak tertulis, walaupun

ada juga yang dicatat menurut aksara daerah, bahkan ada yang

dibukukan menurut cara yang tidak sistematis, namun hanya sekedar

sebagai pedoman bukan mutlak harus dilaksanakan, kecuali yang

bersifat perintah Tuhan. Jadi hukum adat pada umumnya tidak

dikodifikasi seperti hukum barat (Eropa), yang disusun secara

teratur dalam kitab yang disebut kitab perundangan.oleh karena itu

hukum adat mudah berubah, dan dapat disesuaikan dengan

perkembangan msyarakat.

h. Musyawarah dan Mufakat, hukum adat mengutamakan adanya

musyawarah dan mufakat, di dalam keluarga, di dalam hubungan

kekerabatan dan ketetanggaan, baik dalam memulai pekerjaan

maupun mengakhiri pekerjaan.

2) Alam Pikiran di Belakang Adat Tradisi/Hukum Adat

Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem, yaitu peraturan-peraturannya

merupakan suatu kebulatan berdasarkan atas suatu kesatuan alam pikiran, begitu

pula hukum adat. Sistem hukum adat bersendi atas dasar-dasar pikiran bangsa

Page 13: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

20

Indonesia. Hukum adat bertumbuh dan berkembang dalam masyarakat hukum,

hukum adat merupakan kristalisasi dari perasaan keadilan yang hidup dalam

masyarakat. Kesadaran hukum dan perasaan keadilan itu bergantung atau

ditentukan oleh alam pikiran yang menjadi dasarnya.

Untuk dapat memahami alam pikiran dibelakang hukum adat yang menjiwai

aturan-aturan adat yang kemudian disebut hukum adat. Ada beberapa yang harus

dipahami.

a. Dipandangnya alam semesta sebagai makro kosmos dan manusia sebagai

mikro kosmos sebagai suatu totalitas, yaitu kosmos. Dalam totalitas itu ada

tata tertib dan segala sesuatu dalam totalitas itu mempunyai tempat tertentu

dalam hubungannya dengan gejala-gejala lainnya.

b. Sikap terhadap alam semesta dan semesta harus seimbang supaya

terpelihara keharmonisan. Cara hidup untuk menjaga keseimbangan adalah

dengan cara hidup menurut tradisi, memelihara upacara-upacara adat,

mengindahkan ketentuan-ketentuan tabu.

c. Sifat mistis-magis, mistik adalah upaya manusia untuk mempersatukan diri

dengan alam supra empirik, diatas kenyataan atau alam gaib. Dalam mistik

tidak ada lagi batas antara makhluk dan khalik , dalam mistik manusia luluh

dalam Gusti. Hidup mistik-magis itu bdilaksanakan melalui kultus, ibadat

dan terutama melalui tapa ditempat-tempat yang dianggap keramat.

d. Masyarakat manusia dipandang sebagai suatu totalitas, makro kosmos dan

mikro kosmos dipandang sebagai suatu totalitas. Karena itu manusia dalam

masyarakat haruslah bersifat total, harmoni serta komunal. Harmoni

Page 14: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

21

didalam masyarakat dicapai dengan musyawarah mufakat. Dan itu kan

selalu dapat dicapai karena tidak ada pertentangan prinsipal antara gejala

satu dengan yang lain. Gotong royong adalah salah satu perwujudan dari

pandangan ini.

e. Dalam masyarakat ada tata hierarkhi. Walaupun tidak ada perbedaan

prinsipal dan pertentangan antara gejala yang satu dan yang lain, namun

terdapat hierarkhi atau tingkatan. Hierarkhi yang penting adalah antara alam

kenyataan dan alam gaib supra-natural. Karena itu para dewa, roh nenek

moyang, kepala adat, dan kepala agama dalam tata-hierarkhi itu mempunyai

tempat tertinggi. Dalam masyarakat yang merupakan totalitas itu terdapat

heterogenitas, keberanekaragaman yang diklasifikasikan dengan kriteria

alami. Seperti hidup-mati, pria-wanita, atas-bawah, dan sebagainya. Dalam

hierarkhi dan heterogenitas itu masing-masing mempunyai kewajiban atau

dharma sendiri-sendiri. Tiap orang harus tau dan harus melakukan

kewajibannya agar kesimbangan tidak terganggu.

7. Fungsi Upacara Tradisional

Menurut Hartono dalam Dwiyanto (2012:68) penyelenggaraan upacara adat

pada umumnya bertujuan untuk menghormati, mensyukuri pemberian Tuhan,

mohon keselamatan kepada Tuhan melalui arwah leluhur atau nenek moyang atau

kepada kekuatan-kekuatan Illahi yang lain. Sedangkan menurut Abdurrauf

Tarimana (1993: 240) bahwa asas-asas timbal-balik yang tampak dalam upacara

tolak bala antara manusia dengan mahluk halus atau dewa atau Tuhan terjadi

hubungan timbal balik antara satu sama lain. Manusia dalam upacara itu

Page 15: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

22

mempersembahkan saji-sajian, mantera dan doa-doa kepada mahluk halus, Tuhan

karena hal itu diperlukan oleh manusia, dan sebaliknya mereka memberi berkah dan

pengampunan kepada manusia atas segala dosanya. Suatu upacara dan sistem

simbol-simbol yang ada mempunyai fungsi tertentu.

Menurut Purwadi (2007 : 1) upacara tradisional adat Jawa dilakukan demi

mencapai ketentraman hidup lahir batin, dengan melakukan upacara tradisional itu,

orang Jawa memenuhi kenutuhan spiritualnya. Kehidupan orang Jawa memang

bersumber dari ajaran agama yang diberi hiasan budaya lokal. Oleh karena itu,

orientasi kehidupan orang Jawa senantiasa memperhatikan nilai-nilai luhur yang

telah diwariskan nenek moyangnya.

Disamping itu, upacara tradisional dilakukan orang Jawa dengan tujuan

memperoleh solidaritas sosial. Upacara tradisional juga menumbuhkan etos kerja

kolektif, yang tercermin dalam ungkapan gotong-royong nyambut gawe. Dalam

berbagai kesempatan upacara tradisional memang dilaksanakan dengan melibatkan

banyak orang ( Purwadi, 2005 : 5)

8. Nilai-Nilai

Nilai adalah suatu bagian penting dari kebudayaan. Suatu tindakan dianggap

sah, artinya secara moral dapat diterima kalau harmonis dengan nilai-nilai yang

disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di mana tindakan itu dilakukan. Menurut

Horton dan Hunt dalam Narwoko dan Bagong (2011:55) nilai adalah gagasan

mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada

Page 16: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

23

hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi ia tidak

menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar.

Menurut Mifflen dalam Hanum (2013:150) suatu nilai adalah suatu

kepercayaan yang stabil sebagai akibat dari suatu penilaian bahwa suatu objek

diingini secara sosial dan perorangan sebagai suatu tindakan yang baik, atau suatu

gaya tindak yang memerlukan kedua gaya gerak itu ke arah obyek dan kehendak

selaras dengan kepercayaan. Nilai dapat merupakan sifat khas dari seseorang atau

kelompok. Dalam hal berkaitan dengan kelompok, maka umumnya nilai dibagi

bersama-sama oleh anggota kelompok itu. Oleh sebab itu, berbagai nilai

masyarakat merupakan nilai-nilai yang memberikan sifat pada masyarakat secara

keseluruhan.

Manusia bukan saja sebagai makhluk individu tetapi juga sebagai makhluk

sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari kehidupan masyarakat

sekitarnya. Karena kebutuhannya tidak terlepas dari hubungan atau bantuan orang

lain.Hidup manusia berpola pada nilai sosial. Nilai sosial tersebut merupakan

ukuran, patokan, anggapan, dan keyakinan yang dianut oleh orang banyak dalam

suatu masyarakat tertentu mengenai yang benar, pantas, luhur, dan baik untuk

diamalkan.

a. Nilai Sosial

Nilai sosial dapat didefinisikan sebagai sikap dan perasaan oleh masyarakat

sebagai dasar untuk memutuskan apa yang benar dan salah. Selain itu, nilai sosial

dapat dirumuskan sebagai petunjuk secara sosial terhadap objek-objek baik yang

Page 17: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

24

bersifat materiil maupun nonmateriil. Nilai sosial bersifat abstrak menyebabkan

harga diri nilai diukur berdasarkan struktur yang ada dalam masyarakat (Waridah,

2004: 88).

Nilai sosial menyangkut hal-hal yang diidam-idamkan oleh masyarakat, baik

yang berupa uang, persaingan bebas, maupun persamaan kesempatan. Meskipun

nilai tersebut mendasari tata sosial, akan tetapi warga masyarakat yang

bersangkutan biasanya tidak menyadari adanya nilai tersebut. Hanya dalam situasi

di mana nilai sosial itu terancam, maka orang segera menyadari pentingnya nilai

sosial bagi kesejahteraan bersama. Lundberg menyatakan suatu hal memiliki nilai

jika orang berperilaku menurut nilai itu, memengangnya teguh dan

meningkatkannya sebagai miliknya (Daldjoeni, 1985: 169-170).

Rangkaian nilai sosial (sistem sosial) menurut Notonegoro dalam Idianto M.

(2004: 110) yang sangat kompleks dapat dikelompokkan seperti berikut :

a) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani

manusia atau benda-benda nyata yang dapat dimanfaatkan

sebagai kebutuhan fisik manusia.

b) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia agar

dapat melakukan aktivitas atau kegiatan dalam kehidupannya.

c) Nilai rohani, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi pemenuhan

kebutuhan rohani (spiritual) manusia yang dapat bersifat

universal.

Nilai rohani dibedakan menjadi:

Page 18: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

25

1. Nilai kebenaran dan nilai empiris, yaitu nilai yang bersumber dari proses

berpikir teratur menggunakan akal manusia dan ikut dengan fakta-fakta

yang telah menjadi (logika, rasio).

2. Nilai keindahan, yaitu nilai-nilai yang bersumber dari unsur rasa manusia

(perasaan dan estetika).

3. Nilai moral, yaitu nilai sosial yang berkenaan dengan kebaikan dan

keburukan, bersumber dari kehendak atau kemauan (karsa dan etika).

4. Nilai religius, yaitu nilai ketuhanan yang berisi kenyakinan/kepercayaan

manusia terhadap Tuhan Yang maha Esa.

b. Nilai Budaya

Menurut Koentjaraningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya terdiri dari

konsepsi –

konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga masyarakat

mengenai hal – hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam

suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bert indak. Oleh karena itu,

nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan

alternatif, cara – cara, alat – alat, dan tujuan – tujuan pembuatan yang tersedia.

c. Nilai Ekonomi

Menurut Wuri dan Handanti (2008: 1) bahwa nilai ekonomi merupakan perilaku

manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak dan

beraneka ragam dengan sumber daya yang terbatas untuk mencapainya. Manusia

Page 19: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

26

berharap semua kebutuhannya dapat terpenuhi dengan baik. Oleh sebab itu mereka

berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Sudah banyak yang menulis tentang upacara ritual atau tradisi, namun kajian

yang membahas secara khusus tentang upacara tradisi Merti Dusun di Dusun

Sumurup belum pernah ada yang membahasnya. Adapun karya tulis yang pernah

membahas tentang upacara atau tradisi diantaranya adalah :

Skripsi yang ditulis oleh Wahyu Hidayati (2005) dengan judul penelitian

Upacara Adat Sedekah Rawa Pada Masyarakat Nelayan Di Desa Bejalen

Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini menyimpulkan

bahwa upacara sedekah rawa diselenggarakan sebagai upaya memelihara hubungan

harmonis dengan alam karena upacara tersebut ditujukan kepada alam yaitu Rawa

Pening. Upacara sedekah rawa bertujuan untuk mendapatkan keselamatan lahir

batin, sebagai ungkapan terima kasih kepada penguasa, serta menumbuhkan

kembali rasa religiusitas untuk menjaga alam.

Skripsi yang ditulis Ismi Rahayu (2005) degan judul Upacara Merti Deso Di

Dukuh Sambengan Desa Candi Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa upacara Merti Desa merupakan kegiatan sosial

yang melibatkan seluruh warga masyarakat duku Sambengan. Sejarah Tradisi Merti

Desa tidak lepas dari legenda Dewi Sri. Prosesi atau upacara tradisional di desa

Sambengan lebih condong ke arah agama Islam.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

27

Penelitian-penelitian di atas juga telah menggambarkan bagaimana sebuah

budaya masih terjaga.Penelitian yang akan dilakukan merupakan

penelitianmengenai salah satu budaya yang ada di tanah Jawa. Penelitian

inibercirikan proses mempertahankan budaya oleh masyarakat Dusun Sumurup

C. KERANGKA BERPIKIR

Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, tradisi merupakan unsur yang cukup

mendasar dalam kehidupan masyarakat. Keadaan ini dapat dipahami mengingat

tradisi merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan

masyarakat, begitu pula masyarakat tidak dapat terlepas dari tradisi-tradisi yang

berlaku didalamnya. Berbagai aktifitas masyarakat sehari-hari maupun aktifitas

berkala, semua dilakukan menurut tradisi yang telah berlangsung dan dilakukan

turun-temurun. Sehingga dengan demikian tradisi menjadi pranata dalam

kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

Tradisi dari masyarakat tertentu merupakan bagian dari kebudayaan manusia

yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pendukungnya. Hadirnya

tradisi merupakan wujud dari kesadaran kolektif suatu kelompok masyarakat.

Tradisi dalam masyarakat bisa menebal dan menipis tergantung dari bagaimana

perspektif masyarakat yang bersangkutan mengenai tradisi yang dilakukan.

Masyarakatlah yang membuat, menerima, atau menolak tradisi.

Semua suku di Indonesia memiliki bentuk adat tardisional yang berbeda-beda.

Salah satunya tradisi Merti Dusun yang dimiliki oleh masyarakat dusun Sumurup,

desa Asinan, kecamatan Bawen, kabupaten Semarang. Tradisi tersebut dilakukan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORETIS A. 1. Konsep Kebudayaan...untuk mengenal kesadaran sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan yaitu melalui upacara. Upacara pada umumnya memiliki

28

secara rutin tiap tahunnya. Tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun hingga saat

ini. Berikut adalah kerangka berpikir yang harapannya dapat memberikan

gambaran mengenai penelitian ini.

Gambar 1 : Kerangka Berpikir Penelitian Upacara Adat Tradisional Merti Dusun

Upacara Tradisional

Merti Dusun

Pelaksanaan

Upacara Tradisional

Merti Dusun Manfaat Dari

Tradisi Merti

Dusun

Nilai-Nilai Yang

Terkandung

Dalam Merti

Dusun