26
1 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Brunner dan Suddarth, 2009). Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer, (Arif Mansjoer, 2006) Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis, (smeltzer, 2008). Tuberculosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru-paru maupun bagian lain dari tubuh manusia (www.medicastore.com ). Jadi penulis menyimpulkan bahwa, TB Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis yang menyerang saluran pernafasan terutama parenkim paru.

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

1

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang

parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,

terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Brunner dan Suddarth,

2009).

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman

mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ

tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi

infeksi primer, (Arif Mansjoer, 2006)

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran

pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis,

(smeltzer, 2008).

Tuberculosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi

bakteri mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru-paru maupun

bagian lain dari tubuh manusia (www.medicastore.com).

Jadi penulis menyimpulkan bahwa, TB Paru adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh kuman mycobakterium tuberculosis yang menyerang saluran

pernafasan terutama parenkim paru.

Page 2: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

2

Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan

kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis :

1. Tuberkulosis paru

2. Bekas tuberkulosis paru

3. Tuberkulosis paru tersangka.

Tuberkulosis tersangka yang terbagi dalam :

a. TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-tanda

lain positif)

b. TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan tanda-

tanda lain meragukan)

(Suyono, 2008)

B. Anatomi Dan Fisiologi

1. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernafasan

(Prestasiherfen.blogspot.com/2009)

Page 3: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

3

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung,

faring, laring, trakhea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung; Nares anterior

adalah saluran-saluran didalam rongga hidung. Saluran-saluran itu

bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga

hidung). Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya

akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan

selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga

hidung. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar

tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian

tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang laring (laring-faringeal).

Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah faring yang

memisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari faring sampai

ketinggian vertebrata servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.

Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh

ligamen dan membran.

Trakhea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea

berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima

dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronchi). Trakhea

tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak tetap yang berupa cincin tulang rawan

yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran

di sebelah belakang trakhea, selain itu juga membuat beberapa jaringan

otot.

Page 4: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

4

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-

kira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakhea

dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke

bawah dan ke samping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek

dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri,

disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih

langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum

dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.

Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus

lobaris dan kemudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan

terus menjadi bronchus. Yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya

menjadi bronchiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak

mengandung alveoli (kantong udara). Bronkiolus terminalis memiliki garis

tengah kurang lebih 1 mm. bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang

rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat

berubah. Saluran-saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus

terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya

adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkiolus dan

respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli

pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolis dan

sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, assinus atau

Page 5: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

5

kadang disebut lobulus primer memiliki tangan kira-kira 0,5-1,0 cm.

terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai sakus

alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori

kohn.

Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan kanan.

Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam

rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai.

Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior

sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior.

Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh

limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar

dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta

alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat

permukaan/pertukaran gas. (pearce, evelyn, 2009)

2. Fisiologi

Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida

yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan

ekternal, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas,

dan oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dalam

darah dalam kapiler pulmonal. Alveoli memisahkan oksigen dari darah,

oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah di bawa ke

jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.

Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi ketika

Page 6: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

6

konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan

terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan

sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak.

Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandun oksigen dari seluruh

tubuh masuk kedalam jaringan mengambil karbon dioksida dibawa ke

paru-paru dan di paru-paru terjadi pernafasan eksterna.

Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500-5000 ml (4,5-5 liter).

Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10 %,

kurang lebih 500ml, disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang

dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. Kecepatan

pernafasan pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pernafasan secara

normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat. Pada

bayi ada kalanya terbalik inspirasi-istirahat-ekspirasi, disebut juga

penafasan terbalik. (Syaifuddin, 2006)

C. Etiologi

Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman

yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6

µm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA). (Suyono, et al 2007)

D. Patofisiologi

Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri

dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil

Page 7: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

7

juga dipindahkan melalui system limfe dan pembuluh darah ke area paru lain

dan bagian tubuh lainnya.

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit

menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil dan

jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam

alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia.

Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan

yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif.

Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya

disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik,

membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi,

membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan

penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau

respon inadekuat sistem imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi

bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan

seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan

penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak

mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut (Smeltzer & Bare, 2006).

E. Manifestasi klinik

Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan

mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif. Bila timbul

infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala : batuk purulen produktif

Page 8: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

8

disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari), malaise, keringat malam,

gejala flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan berat

badan (Corwin, 2007).

F. Penatalaksanaan

1. Pengobatan

Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah

eradikasi cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah

terjadinya komplikasi.

Jenis dan dosis OAT :

a. Isoniazid (H)

Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif

terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang

sedang berkembang. Efek samping yang mungkin timbul berupa

neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus,

pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai

ikterus membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan,

nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat

diteruskan sesuai dosis.

b. Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman

(persisten). Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi

demam, trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warna

merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus

Page 9: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

9

diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi

cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme

obat dan tidak berbahaya.

c. Pirazinamid (P)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam

sel dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah

hiperurikemia, hepatitis, atralgia.

d. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah

nefrotoksik dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan

dengan keseimbangan dan pendengaran.

e. Ethambutol (E)

Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan

penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta

warna merah dan hijau, maupun optic neuritis.

2. Pembedahan

Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat

jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan

tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberkulosis

atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.

3. Pencegahan

Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis,

mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat, minum

Page 10: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

10

susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum

terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG

untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil

tuberkulosis virulen.

G. Komplikasi

Penderita TB paru antara lain:

1. Pendarahan dari saluran pernafasan bagian bawah yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan nafas.

2. Penyebaran infeksi ke organ lain

Misalnya : otak, jantung, persendian, ginjal.

H. Pengkajian fokus

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2009) riwayat keperawatan yang perlu

dikaji adalah:

1. Aktivitas/istirahat:

Subjektif:

a. Kelelahan umum dan kelemahan

b. Dispnea saat kerja maupun istirahat

c. Kesulitan tidur pada malam hari atau demam pada malam hari,

menggigil dan atau berkeringat

d. Mimpi buruk

Page 11: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

11

Objektif:

a. Takikardia, takipnea/dispnea pada saat kerja

b. Kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut)

2. Sirkulasi

Subjektif:

a. Palpitasi

Objektif:

a. Takikardia, disritmia

b. Adanya S3 dan S4, bunyi gallop (gagal jantung akibat effusi)

c. Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan

mediastinal

d. Tanda Homman (bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara

dalam mediatinum)

e. TD: hipertensi/hipotensi

f. Distensi vena jugularis

3. Integritas ego:

Subjektif:

a. Gejala-gejala stres yang berhubungan lamanya perjalanan penyakit,

masalah keuangan, perasaan tidak berdaya/putus asa, menurunnya

produktivitas.

Objektif:

a. Menyangkal (khususnya pada tahap dini)

b. Ansietas, ketakutan, gelisah, iritabel.

Page 12: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

12

c. Perhatian menurun, perubahan mental (tahap lanjut)

4. Makanan dan cairan:

Subjektif:

a. Kehilangan napsu makan

b. Penurunan berat badan

Objektif:

a. Turgor kulit buruk, kering, bersisik

b. Kehilangan massa otot, kehilangan lemak subkutan

5. Nyeri dan Kenyamanan:

Subjektif:

a. Nyeri dada meningkat karena pernapsan, batuk berulang

b. Nyeri tajam/menusuk diperberat oleh napas dalam, mungkin

menyebar ke bahu, leher atau abdomen.

Objektif:

a. Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.

6. Pernapasan:

Subjektif:

a. Batuk (produktif atau tidak produktif)

b. Napas pendek

c. Riwayat terpajan tuberkulosis dengan individu terinfeksi

Objektif:

a. Peningkatan frekuensi pernapasan

b. Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada

Page 13: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

13

dada, leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat

c. Pengembangan dada tidak simetris

d. Perkusi pekak dan penurunan fremitus, pada pneumothorax perkusi

hiperresonan di atas area yang telibat.

e. Bunyi napas menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral

f. Bunyi napas tubuler atau pektoral di atas lesi

g. Crackles di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk

pendek (crackels posttussive)

h. Karakteristik sputum hijau purulen, mukoid kuning atau bercak

darah

i. Deviasi trakeal

7. Keamanan:

Subjektif:

a. Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan infeksi

sekunder.

Objektif:

a. Demam ringan atau demam akut.

8. Interaksi Sosial:

Sujektif:

a. Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular

b. Perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan kapasitas fisik

untuk melaksanakan peran

9. Penyuluhan/pembelajaran:

Page 14: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

14

Subjektif:

a. Riwayat keluarga TB

b. Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk

c. Gagal untuk membaik/kambuhnya TB

d. Tidak berpartisipasi dalam terapi.

I. Pemeriksaan Diagnostik

Tes diagnostik yang dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

1. Sputum:

a. Kultur

Mycobacterium tuberculosis positif pada tahap aktif, penting untuk

menetapkan diagnosa pasti dan melakukan uji kepekaan terhadap

obat.

b. Ziehl-Neelsen

BTA positip

c. Tes Kulit (PPD, Mantoux, Vollmer)

Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih) menunjukkan infeksi

masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak berarti untuk

menunjukkan keaktivan penyakit.

d. Foto thorax

Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru, simpanan

kalsium lesi sembuh primer, efusi cairan, akumulasi udara, area

cavitas, area fibrosa dan penyimpangan struktur mediastinal.

Page 15: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

15

e. Histologi atau kultur jaringan (termasuk bilasan lambung, urine,

cairan serebrospinal, biopsi kulit)

Hasil positif dapat menunjukkan serangan ekstrapulmonal

f. Biopsi jarum pada jaringan paru

Positif untuk gralunoma TB, adanya giant cell menunjukkan

nekrosis.

2. Darah:

a. LED

Indikator stabilitas biologik penderita, respon terhadap pengobatan

dan predeksi tingkat penyembuhan. Sering meningkat pada proses

aktif.

b. Limfosit

Menggambarakan status imunitas penderita (normal atau supresi)

c. Elektrolit

Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi cairan pada TB paru kronis

luas.

d. Amalisa Gas Darah

Hasil bervariasi tergantung lokasi dan beratnya kerusakan paru

e. Tes faal paru

Penurunana kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan

rasio udara residu dan kapasitas paru total, penurunan saturasi

oksigen sebagai akibat dari infiltrasi parenkim/fibrosis.

Page 16: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

16

J. Pathways Keperawatan

Gangguan

pertukaran

gas

Mycobacterium tuberculosis

Airbone / inhalasi droplet

Saluran pernafasan

Bakteri yang besar bertahan di bronkus Paru-paru

Saluran pernafasan bawah Saluran pernafasan atas

Peradangan bronkus alveolus

Penyebaran infeksi

secara limfa hematogen Alveolus mengalami

konsolidasi dan

eksudasi

Sekret

keluar saat

batuk

Peningkatan suhu tubuh

Penumpukan sekret

Demam

Efektif Tidak Efektif Anoreksia

malaese,

mual,

muntah Sekret sulit

dikeluarkan Keletihan

Batuk terus

menerus

obstruksi

Terhirup

orang sehat

Batuk terus

menerus

Perubahan

nutrisi

kurang dari

kebutuhan

Intoleransi

aktifitas

Bersihan

jalan nafas

tidak efektif

Resiko

penyebaran

infeksi

Gangguan

pola nafas

tidak

efektif Gangguan pola

istirahat tidur

( Sylvia A. Price and Lourraine & Doengoes )

Page 17: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

17

K. Diagnosa Keperawatan

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret

yang berlebihan

2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan

kekurangan upaya batuk

3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efek

paru, kerusakan membran di alveolar, kapiler, sekret kental dan tebal.

4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat sekunder terhadap mual.

5 Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk

6 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat

oksigenasi untuk aktivitas.

7 Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun orang lain

berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan

pathogen.

Page 18: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

18

L. Fokus intervensi dan rasional

No Diagnosa

Keperawatan

Rencana Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1.

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

berhubungan

dengan akumulasi

sekret yang

berlebih

Tujuan : Setelah dilakukan

tindakan kaperawatan selama

2x24 jam bersihan jalan nafas

efektif

KH : pasien dapat

mempertahankan jalan nafas

dan mengeluarkan sekret

tanpa bantuan.

a. Kaji fungsi pernafasan contoh

bunyi nafas, kecepatan, irama,

dan kelemahan dan penggunaan

otot bantu.

b. Catat kemampuan untuk

mengeluarkan mukosa batuk

efektif, catat karakter, jumlah

sputum, adanya hemoptisis

c. Berikan klien posisi semi atau

fowler tinggi

d. Bersihkan sekret dari mulut dan

trakea, penghisapan sesuai

keperluan

Peningkatan bunyi nafas dapat menunjukkan

atelektasis, ronchi, mengi menunjukkan

akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk

membersihkan jalan nafas yang dapat

menimbulkan penggunaan otot akseseri

pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.

Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal

sputum berdarah kental / darah cerah (misal

efek infeksi, atau tidak kuatnya hidrasi).

Posisi membantu memaksimalkan ekspansi

paru dan me↓kan upaya pernafasan.

Mencegah obstruksi respirasi, penghisapan

dapat diperlukan bila pasien tidak mampu

mengeluarkan sekret.

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

Page 19: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

19

2.

3.

Pola nafas tidak

efektif

berhubungan

dengan sekresi

mukopurulen dan

kekurangan upaya

batuk

Gangguan

pertukaran gas

berhubungan

dengan penurunan

Tujuan : setelah dilakukan

tindakan keperawatan pola

nafas kembali aktif

KH : dispnea berkurang,

frekuensi, irama dan

kedalaman dan pernafasan

normal

Tujuan :Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1x24 jam tidak ada

tanda-tanda dispnea

e. Pertahankan masukan cairan

sedikitnya 2500 ml / hari kecuali

kontra indikasi

a. Kaji kualitas dan kedalaman

pernafasan penggunaan otot

aksesoris, catat setiap perubahan

b. Kaji kualitas sputum, warna, bau

dan konsistensi

c. Baringkan klien untuk

mengoptimalkan pernafasan (semi

fowler)

a. Kaji dispnea, takipnea, tidak

normal atau menurunnya bunyi

nafas, peningkatan upaya

pernafasan, terbatasnya ekspansi

Pemasukan tinggi cairan membantu untuk

mengencerkan sekret, membantu untuk

mudah dikeluarkan.

Kecepatan biasanya meningkat, dispnea

terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman

pernafasan dan bervariasi tergantung

derajat gagal nafas.

Adanya sputum yang tebal, kental, berdarah

dan purulen diduga terjadi sebagai masalah

sekunder.

Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru

maksimal upaya batuk untuk memobilisasi

dan membuang sekret.

TB paru menyebabkan efek luas pada paru

dari bagian kecil bronkopneumonia sampai

inflamasi difus luas nekrosis effure pleural

untuk fibrosis luas.

Page 20: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

20

permukaan efek

paru, kerusakan

membran alveolar,

kapiler, sekret

kental dan tebal

KH : melaporkan tidak

adanya penurunan dispnea,

menunjukkan perbaikan

ventilasi dan O2 jaringan

adekuat dengan AGP dalam

rentang normal, bebes dari

gejala, distres pernafasan.

dinding dada dan kelemahan.

b. Evaluasi tingkat kesadaran, catat

sianosis dan perubahan pada

warna kulit, termasuk membran

mukosa dan kuku

c. Tunjukkan/dorong bernafas

dengan bibir selama endikasi,

khususnya untuk pasien dengan

fibrosis atau kerusakan parenkim

d. Tingkatkan tirah baring/batasi

aktivitas dan bantu aktivitas

pasien sesuai keperluan

e. Kolaborasi medis dengan

pemeriksaan ACP dan pemberian

oksigen

Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat

mengganggu O2 organ vital dan jaringan.

Membuat tahanan melawan udara luar untuk

mencegah kolaps atau penyempitan jalan

nafas, sehingga membantu menyebarkan

udara melalui paru dan menghilangkan atau

menurunkan nafas pendek.

Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan

selama periode penurunan pernafasan dapat

menurunkan beratnya gejala.

Mencegah pengeringan membran mukosa,

membantu pengenceran sekret.

Page 21: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

21

4.

Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan intake yang

tidak adekuat

sekunder terhadap

mual.

Tujuan : Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam kebutuhan

nutrisi terpenuhi (tidak

terjadi perubahan nutrisi)

Kriteria hasil : pasien

menunjukkan peningkatan

berat badan dan

melakukan perilaku atau

perubahan pola hidup.

a. Catat status nutrisi pasien dari

penerimaan, catat turgor kulit,

berat badan dan derajat

kekurangannya berat badan,

riwayat mual atau muntah, diare.

b. Pastikan pada diet biasa pasien

yang disukai atau tidak disukai.

c. kaji anoreksia, mual dan muntah

dan catat kemungkinan hubungan

dengan obat, awasi frekuensi,

volume konsistensi feces.

d. Dorong dan berikan periode

istirahat sering.

e. Berikan perawatan mulut sebelum

dan sesudah tindakan pernafasan.

Berguna dalam mendefinisikan derajat/

luasnya masalah dan pilihan intervensi yang

tepat.

Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan

pertimbangan keinginan individu dapat

memperbaiki masukan diet.

Dapat mempengaruhi pilihan diet dan

mengidentifikasi area pemecahan masalah

untuk meningkatkan pemasukan atau

penggunaan nutrien.

Membantu menghemat energi khususnya

bila kebutuhan meningkat saat demam.

Menurunkan rasa tidak enak karena sisa

Sputum atau obat untuk pengobatan respirasi

yang merangsang pusat muntah.

Page 22: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

22

5.

Gangguan pola

istirahat tidur

berhubungan

dengan sesak nafas

dan batuk.

Tujuan : Setelah dilakukan

tindakan keperawtan selama

2x24 jam pola tidur

terpenuhi.

Kriteria hasil : pasien dapat

istirahat tidur tanpa

terbangun.

f. Dorong makan sedikit dan sering

dengan makanan tinggi protein.

g. Kolaborasi, rujuk ke ahli diet

untuk menentukan komposisi diet.

a. Diskusikan perbedaan individual

dalam kebutuhan tidur

berdasarkan hal usia, tingkat

aktivitas, gaya hidup tingkat

stress.

b. Tingkatkan relaksasi, berikan

lingkungan yang gelap dan

Masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak

perlu atau kebutuhan energi dari makan

makanan banyak dari menurunkan iritasi

gaster.

Bantuan dalam perencanaan diet dengan

nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik

dan diet.

Rekomendasi yang umum untuk tidur 8 jam

tiap malam nyatanya tidak mempunyai

fungsi dasar ilmiah individu yang dapat

rileks dan istirahat dengan mudah

memerlukan sedikit tidur untuk merasa segar

kembali dengan bertambahnya usia, waktu

tidur. Total secara umum menurun,

khususnya tidur tahap IV dan waktu tahap

meningkat.

Tidur akan sulit dicapai sampai tercapai

relaksasi, lingkungan rumah sakit dapat

Page 23: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

23

6.

Intoleransi

aktivitas yang

berhubungan

dengan keletihan

dan inadekuat

oksigen untuk

aktivitas.

Tujuan :Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam aktivitas

kembali efektif.

Kriteria hasil : pasien

mampu melakukan ADLnya

secara mandiri dan tidak

kelelahan setelah

beraktivitas.

terang, berikan kesempatan untuk

memilih penggunaan bantal, linen

dan selimut, berikan ritual waktu

tidur yang menyenangkan bila

perlu pastikan ventilasi ruangan

baik, tutup pintu ruangan bila

klien menginginkan.

a. Jelaskan aktivitas dan faktor yang

meningkatkan kebutuhan oksigen

seperti merokok. suhu sangat

ekstrim, berat badan kelebihan,

stress.

b.Secara bertahap tingkatan aktivitas

harian klien sesuai peningkatan

toleransi.

c. Memberikan dukungan emosional

dan semangat

mengganggu relaksasi

Merokok, suhu ekstrim dan stress

menyebabkan vasokastriksi yang

meningkatkan beban kerja jantung dan

kebutuhan oksigen, berat badan berlebihan,

meningkatkan tahapan perifer yang juga

meningkatkan beban kerja jantung.

Mempertahankan pernafasan lambat, sedang

dan latihan yang diawasi memperbaiki

kekuatan otot asesori dan fungsi pernafasan.

Rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat

menghambat peningkatan aktivitas.

Page 24: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

24

7.

Resiko tinggi

penyebaran infeksi

pada diri sendiri

maupun orang lain

berhubungan

dengan kurang

pengetahuan untuk

menghindari

pemajanan

pathogen.

Tujuan : Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam

penyebaran infeksi tidak

terjadi.

Kriteria hasil : pasien

mengidentifikasi intervensi

untuk mencegah atau

menurunkan resiko

penyebaran infeksi,

melakukan perubahan pola

hidup.

d. Setelah aktivitas kaji respon

abnormal untuk meningkatkan

aktivitas.

a. Kaji patologi penyakit dan

potensial penyebaran infeksi

melalui droplet udara selama

batuk, bersin, meludah, bicara,

tertawa.

b. Identifikasi orang lain yang

beresiko, missal: anggota

keluarga, sahabat karib/ teman.

c. Kaji tindakan kontrol infeksi

sementara, missal: masker atau

isolasi pernafasan.

d. Anjurkan pasien untuk batuk/

bersin dan mengeluarkan pada

Intoleransi aktivitas dapat dikaji dengan

mengevaluasi jantung sirkulasi dan status

pernafasan setelah beraktivitas.

Membantu pasien menyadari/ menerima

perlunya mematuhi program pengobatan

untuk mencegah pengaktifan berulang atau

komplikasi serta membantu pasien atau

orang terdekat untuk mengambil langkah

untuk mencegah infeksi ke orang lain.

Orang-orang yang terpejan ini perlu program

terapi obat untuk mencegah penyebaran/

terjadinya infeksi.

Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi

pasien dan membuang stigma sosial

sehubungan dengan penyakit menular.

Perilaku yang diperlukan untuk mencegah

penyebaran

Page 25: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

25

tisu dan menghindari meludah

ditempat umum. Kaji

pembuangan tisu sekali pakai dan

teknik mencuci tangan yang tepat,

dorong untuk mengulangi

demonstrasi.

e. Tekanan pentingnya tidak

menghentikan terapi obat.

f. Dorong memilih mencerna

makanan seimbang, berikan

makan sering, makanan kecil pada

jumlah, makanan besar yang

tepat.

Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah

kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga

atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran

infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

Adanya anoreksia (mal nutrisi sebelumnya,

merendahkan tahapan terhadap proses

infeksi dan mengganggu penyembuhan,

makanan kecil dapat meningkatkan

pemasukan semua.

Page 26: BAB II KONSEP DASAR A. Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-mohamadsig-6325-2-babii.pdfRongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan

26