42
BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah a. Pengertian Bimbingan dan Konseling di Sekolah Guru bimbingan dan konseling adalah guru yang bertugas untuk membantu memecahkan dan menyelesaikan permasalahan siswanya di sekolah. Dalam menyelesaikan permasalahan siswa guru BK harus membangun komunikasi salah satunya pada siswa bermasalah. Menurut Sukardi (2008) guru BK harus berusaha membangun komunikasi yang baik dengan siswa yang sedang menghadapi masalah karena tugas guru BK yaitu memberikan bantuan psikologi secara profesional. Itu artinya guru BK diharus membangun komunikasi agar dapat mehamami setiap permasalahan siswanya dan inti dari sebuah komunikasi adalah mendengarkan. Hal ini sejalan dengan penjelasan Belkin (Prayitno, 2013) salah satunya menyebutkan bahwa konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensinya untuk membantu siswa yang mengalami ganggu emosional dalam bentuk kegiatan kelompok ataupun kegiatan lainnya.

BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

BAB II

KERANGKA TEORITIK

A. Landasan Teoritik

1. Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Guru bimbingan dan konseling adalah guru yang bertugas

untuk membantu memecahkan dan menyelesaikan permasalahan

siswanya di sekolah. Dalam menyelesaikan permasalahan siswa

guru BK harus membangun komunikasi salah satunya pada siswa

bermasalah. Menurut Sukardi (2008) guru BK harus berusaha

membangun komunikasi yang baik dengan siswa yang sedang

menghadapi masalah karena tugas guru BK yaitu memberikan

bantuan psikologi secara profesional. Itu artinya guru BK diharus

membangun komunikasi agar dapat mehamami setiap

permasalahan siswanya dan inti dari sebuah komunikasi adalah

mendengarkan. Hal ini sejalan dengan penjelasan Belkin (Prayitno,

2013) salah satunya menyebutkan bahwa konselor harus

memahami dan mengembangkan kompetensinya untuk membantu

siswa yang mengalami ganggu emosional dalam bentuk kegiatan

kelompok ataupun kegiatan lainnya.

Page 2: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

12

Selain itu menurut Syamsu (2008) tugas guru BK lainnya

guru BK dituntut untuk memiliki pemahaman dalam melaksanakan

program dan layanan bimbingan dan konseling yang akan

diberikan pada siswa di sekolah. Berdasarkan penjabaran para ahli

mengenai tugas guru BK di sekolah yaitu membantu memecahkan

permasalahan siswanya. Untuk dapat memahami permasalahan

siswa guru BK diharus mendengarkan secara empati serta wajib

mengembangkan kompetensinya. Sehingga guru BK dalam

melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat

terselenggara dengan baik.

b. Kualitas Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Dalam menjalankan sebagaimana tugasnya di sekolah

dalam menghadapi siswa guru BK harus memiliki kualitas yang ada

pada dirinya. Cavanagh (Syamsu Yusuf, 2008) menyebutkan

kualitas guru BK ditandai dengan karakteristik sebagai berikut : a)

pemahaman diri ; (b) kompeten : (c) memiliki kesehatan psikologis

yang baik ; (d) dapat dipercaya ; (e) jujur; (f) kuat; (g) hangat ; (h)

responsif; (i) sabar, (j) sensitif ; dan (k) memiliki kesadaran yang

holistik.

Page 3: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

13

Rogers (1961) mengatakan bahwa konselor yang efektif

harus memiliki karakteristik keaslian (congruence) dimana konselor

secara terbuka mengekspresikan perasaan, pemikiran, reaksi dan

sikapnya dalam hubungan dengan konseli artinya konselor

menunjukkan respon dan sikap sebenarnya tanpa dibuat-buat.

Selanjutnya konselor juga harus bersikap menerima konseli secara

positif (Unconditional Positive Regard and Acceptance) dengan

bersikap hangat pada konseli dan yang terakhir yaitu pemahaman

empati (empathic understanding) dimana melalui pemahaman

empati konselor memahami dan merasakan kehidupan konseli

serta merasakan diposisi konseli. Apabila ketiga karakteristik ini

ada pada diri konselor maka hubungan konselor dan konseli akan

menjadi sangat efektif. Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan

perkataan Rogers bahwa sebagai seorang guru BK harus bersikap

apa adanya dengan cara menjukkan perasaanya dengan tulus dan

menerima siswa apa adanya.

Sementara McLeod (2008) berpendapat bahwa adanya

perbedaan antara konselor yang efektif dan tidak efektif hal ini

dapat dilihat ketika konselor mampu melihat tindakannya sendiri

dan tindakan konselinya. Terdapat tujuh kompetensi konselor

Page 4: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

14

sebagai keterampilan dan kualitas konselor yang efektif sebagai

berikut :

1) Keterampilan interpersonal : Mampu menujukkan perilaku

empati, kehadiran komunikasi non verbal, sensitifitas terhadap

kualitas suara, merespons ekpresi emosi, menstruktur waktu

serta menggunakan bahasa.

2) Keyakinan dan sikap personal : sensitivitas terhadap nilai yang

diyakini oleh konselor dan konseli

3) Kemampuan konseptual : kemampuan untuk memahami dan

menilai masalah konselor serta kemampuan memecahkan

masalah

4) Ketegaran personal : tidak adanya keyakinan irrasional,

kemampuan untuk mentoleransi perasaan yang tidak nyaman

dalam hubungan dengan konseli, tidak memiliki prasangka

sosial, etnosentrisme dan autoritarianisme

5) Menguasai teknik : Pengetahuan tentang kapan dan bagaimana

konselor melaksanakan intervensi pada konseli

6) Kemampuan untuk paham dan bekerja dalam sistem sosial :

kemampuan konselor untuk bekerjasama dengan konseli,

supervisi atau sensitivitas yang mendukung dalam mengetahui

dunia konseli

Page 5: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

15

7) Terbuka untuk belajar dan bertanya : konselor terbuka terhadap

pengetahuan yang baru

c. Prinsip Berkenaan dengan Permasalahan Individu

Prinsip yang mendasari gerak guru BK dalam

menyelenggarakan layanan bimbingan salah satunya berkenaan

dengan permasalahan individu (Wardati & Jauhar, 2011) :

1) Berurusan dengan hal yang berkaitan dengan kondisi

fisik/mental individu yang berkenaan dengan penyesuaian

dilingkungan rumah, sekolah, pekerjaan dan pengaruh

lingkungan terhadap kondisi mental/ fisik individu

2) Faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah individu seperti

kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.

Dilihat dari prinsipnya dalam menyelenggarakan bimbingan

dan konseling di sekolah yakni guru BK harus memahami

permasalahan siswa berkenaan dengan kondisi fisik dan mental

siswa. Untuk dapat memahami permasalahan siswa dibutuhkan

empati mendengarkan berkaitan dengan permasalahan yang siswa

ceritakan.

Page 6: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

16

2. Empati Mendengarkan

a. Pengertian Empati Mendengarkan

Mendengarkan secara aktif didorong oleh nilai empati.

Rogers (1980) mendeskripsikan empati sebagai berikut :

“ The state of empathy, or being emphatic, is to perceive the internal frame of reference of another with accuracy and with the emotional components and meanings which pertain there to as if one were the person, but without ever losing the "as if" condition. Thus it means to sense the hurt or the pleasure of another as he senses it and perceive the causes there of as he perceive them, but without ever losing the recognition that it is as if were hurt or pleased and so forth. lfthis "as if" quality is lost, then the state is one ofidentification”

Rogers menegaskan bahwa empati merupakan proses

dimana seseorang masuk kedalam dunia orang lain dengan tepat

dan dengan komponen emosional seolah-olah merasakan sebagai

orang tersebut, namun tidak kehilangan identitas dirinya sendiri.

Apabila dikaitkan dengan empati mendengarkan artinya saat

mendengarkan harus masuk kedalam dunia lawan bicara

sehingga dapat merasakannya sepenuh diposisi orang tersebut.

Sedangkan Rowan (1986) menjelaskan bahwa

mendengarkan adalah aspek yang sulit dalam proses konseling

karena terlepas dari orientasi teoritis seorang konselor. Adapun

yang dikatakan Rowan sebagai berikut :

Page 7: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

17

“We are always needing to refer to the necessity of making contact with the world as the client experiences it. Unless we can hear what the client is saying, we cannot even begin to start any rationally defensible form of psychotherapy or counseling, which in this respect are the same” Hal.83

Rowan menegaskan bahwa seorang konselor selalu

melakukan kontak dengan dunia konseli, jika tidak dapat

mendengarkan apa yang dikatakan, maka tidak dapat memulai

psikoterapi atau konseling, yang mana dalam hal ini sama baik

psikoterapi atau konseling.

Menurut Devito (2013) empati mendengarkan tidak hanya

melibatkan pikiran melainkan perasaan dengan cara memasuki

pikiran dan perasaan orang lain melalui mendengarkan secara

aktif. Untuk mendorong empati harus menghindari hal-hal yang

menghambat seperti menjaga jarak serta memotong pembicaraan

lawan bicara. Sedangkan menurut Egan (2002) empati

mendengarkan adalah tidak mementingkan diri sendiri karena

sebagai konselor harus menyampingkan dirinya sendiri karena

perhatian seluruhnya tertuju pada konselinya.

Proses empati mendengarkan sendiri melibatkan a) proses

kognitif, seperti memperhatikan, memahami, menerima dan

menafsirkan pesan; b) proses afektif, seperti termotivasi dan

dirangsang untuk hadir pada pesan orang lain; Dan c) proses

Page 8: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

18

perilaku, seperti merespons dengan verbal dan non verbal.

Eisenberg & Strayer (1987) menyebutkan dengan proses kognitif

dapat memahami perspektif dan sudut pandang orang lain secara

tepat misalnya dapat dilakukan dengan cara membayangkan

perasaan orang lain ketika sedih, marah, senang serta

memahaminya dengan cara melihat pesan non verbal yang

disampaikan dan sudut pandang orang tersebut. Ahli lain seperti

Janusik (2007) mengatakan bahwa mendengarkan biasanya

dipahami sebagai proses kognitif yang melibatkan langkah-langkah

seperti penginderaan, pengolahan, dan respons, tetapi juga

sebagai persepsi. Sedangkan proses afektif yaitu ketika melihat

orang lain sedih atau kecewa sehingga turut merasakannya

(Hoffman M. L., 2000 ; Fesbach, 1975 ; Davis M. H., 1980 ; Duan &

Hill, 1996). Sedangkan Goelman (1997) menjelaskan empati

dibangun berdasarkan kesadaran diri, semakin terbuka pada emosi

diri sendiri, maka semakin terampil dalam membaca perasaan

orang lain. Sementara ahli lainnya menyimpulkan bahwa

komponen empati afektif dan kognitif tidak dapat dipisahkan

(Brems, 1989 ; Davis M. H., 1980 ; Batson & Ahmad, 2009).

Didalam mendengarkan secara empati terdiri dari strategi

verbal dan nonverbal (misalnya mengajukan pertanyaan untuk

Page 9: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

19

klarifikasi dan memberikan isyarat) karena dengan mendengarkan

mengharuskan pendengar menunjukkan keterlibatan, keterlibatan

emosi, menghadiri, menafsirkan dan menanggapi dukungan emosi

(Jones, 2011). Ketika guru BK menujukkan verbal dan nonvebal

maka akan menimbulkan persepsi bagi siswa terhadap pengaruh

keaslian pesan verbal dan nonverbal yang ditunjukkan oleh guru

BK (Maurer & Tindall, 1983). Selain itu, adanya perbedaan respon

verbal yang ditunjukkan oleh setiap konselor berbeda-beda

berdasakan tingkat pengalaman empati konselor (Saphiro, 1986).

Berdasarkan definisi empati mendengarkan yang telah

dikemukakan oleh beberapa ahli, maka peneliti mengambil

kesimpulan bahwa empati mendengarkan merupakan suatu

keadaan ketika seseorang memahami apa yang orang lain rasakan

sehingga seolah-olah ikut juga merasakan perasaan orang lain

tersebut dan bagaimana mengambil sudut pandang orang lain.

Mendengarkan secara empati merupakan hal yang penting

bagi kompetensi seorang guru BK dalam memahami peserta didik

di sekolah, salah satunya yaitu pada siswa bermasalah karena

empati merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru BK

serta karakteristik kepribadian seorang guru BK. Proses empati

mendengarkan melibatkan kemampuan kognitif ,afektif dan

Page 10: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

20

perilaku. Jika guru BK tidak menggunakan kognitifnya, maka guru

BK tidak akan mampu membayangkan apa yang terjadi pada

siswanya, sebaliknya jika guru BK tidak menggunakan afektifnya

tidak akan mampu merasakan perasaan siswanya. Sehingga dapat

dikatakan afektif dan kognitif mempengaruhi dalam berempati serta

tidak dapat dipisahkan. Empati juga melibatkan komunikasi dan inti

dari sebuah komunikasi adalah mendengarkan didalamnya

terdapat pesan verbal dan nonverbal yang dapat mempengaruhi

guru BK dalam mengkomunikasikan apa yang sebenarnya terjadi

pada siswanya. Namun empati guru BK dapat terjadi jika guru BK

terbuka oleh emosinya sehingga dapat menyadari perasaan

siswanya, karena empati akan terjadi ketika saling mempengaruhi

satu sama lain.

b. Empati mendengarkan dalam Bimbingan dan Konseling

Rogers (1980) juga membicarakan tentang dasar empati

mendengarkan dan memahami orang lain, yakni empati

mendengengarkan artinya memasuki orang lain dan sepenuhnya

pada posisi orang lain tersebut, melibatkan sensitifitas, memahami

pengalaman orang lain namun secara hati-hati tanpa memberikan

penilaian pada orang lain. Artinya dalam empati mendengarkan

seorang guru BK memasuki kehidupan siswanya, seolah-olah

Page 11: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

21

kehidupan siswa merupakan kehidupannya, melibatkan perasaan

sensitifitas dengan hati-hati tanpa memberikan penilaian. Hasil

penelitian Cosgrove & Patterson (1979) menunjukkan bahwa

Pemberian efek umpan balik dari seorang pendengar akan

menunjukkan pesan yang berkualitas tinggi.

Menurut Willis (2013) bahwa empati seorang konselor harus

dapat merasakan apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dialami oleh

konseli. Adapun hal yang harus yang harus diperhatikan dalam

berempati sebagai berikut :

1) Melihat kerangka rujukan dunia konseli atau kehidupan internal

konseli (internal frame of reference)

2) Menempatkan diri ke dalam persepsi internal konseli

3) Merasakan apa yang dirasakan konseli

4) Berpikir bersama konseli, bukan berpikir tentang atau untuk

konseli

5) Menjadi cerminan perasaan konseli (emotional miror).

Namun empati dalam bimbingan dan konseling, tidaknya

sebatas empati mendengarkan, Buchheimer (1983) mengatakan

terdapat lima dimensi dalam empati yaitu :

1) Respons dengan nada suara atau sensorik dan respon meniru

Page 12: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

22

Berhubungan dengan ekspresif dan dimensi nonverbal

pada konselor hal ini hanya terjadi ketika konselor

mendengarkan konseli. Maksudnya, ketika guru BK

mendengarkan siswa maka guru BK akan memberikan respon

secara ekspresif dan nonverbal dengan meniru apa yang

ditunjukkan oleh siswa. Hal ini tergantung pada kehangatan

hubungan dan spontanitas. Guru BK harus reflektif, dan peka

terhadap ekspresi yang ditunjukkan siswa. Pertemuan ini terjadi

ketika guru BK dan siswa berinteraksi secara harmonis

2) Kemiripan atau kemiripan dalam pergerakan

Hal ini terkait dengan waktu yang tepat dari arah

konselor. Pertemuan ini terjadi Ketika konselor mengizinkan

konseli untuk mengatur laju wawancara

3) Strategi dan fleksibilitas atau prediksi intelektual dan objektif

Hal ini berhubungan dengan prediksi, atau aspek

mengambil peran pada konseli. Pertemuan konselor dengan

konseli tergantung pada tingkat fleksibilitas konselor. Konselor

harus membuang pemikiran sebelumnya jika terjadi

ketidaksesuaian apa yang dipikirkannya dengan situasi konseli.

Konselor dapat memodifikasi strateginya pada saat wawancara

Page 13: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

23

berlangsung. Dimensi ini tergantung pada spontanitas konselor,

fleksibilitas konselor, serta kemampuan konselor untuk

memprediksi konseli.

4) Adaptasi kerangka acuan atau persepsi kognitif terhadap orang

lain

Persepsi kognitif terhadap orang lain menjadi

kemampuan untuk memahami kerangka berfikir konseli. Ini

adalah kemampuan untuk mengabstrakasi inti perhatian konseli

dan kemampuan untuk merumuskan secara objektif

5) Repertoar dari konselor atau berbagai macam respons

imajinatif.

Kemampuan konselor untuk mengunakan imajinasinya

pada saat pertemuannya dengan konseli berdasarkan ekpresi

yang ditunjukkan oleh konseli sehingga mengembangkan

responnya pada konseli dan menambah perhatiannya pada

konseli.

Selain itu dalam empati mendengarkan melibatkan

komunikasi efektif artinya penerima pesan dapat

menginterpretasikan sebagaimana pesan yang dimaksud oleh

Page 14: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

24

pengirim pesan. Menurut Johnson (Supraktiknya, 1995) hal yang

harus diperhatikan dalam komunikasi adalah :

1) Mampu saling memahami. sikap ini mencakup kepercayaan,

pembukaan diri dan penerimaan diri. Adanya tanggapan seperti

verbal dan nonverbal, mendengarkan penuh perhatian ketika

orang lain mulai membuka komunikasi

2) Mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara jelas

dan tepat. Kemampuan ini dapat dilakukan dengan melalui cara

mendengarkan sehingga dapat memahami lawan bicara.

3) Saling menerima dan memberi dukungan ataupun saling

menolong. Hal ini dapat dilakukan ketika mampu menanggapi

keluhan orang lain dengan cara menunjukkan sikap memahami

yang bersifat menolong. Misalnya, ketika guru BK mendengar

bahwa siswanya memiliki masalah bahwa orangtuanya

bercerai, maka guru BK dapat menanggapi masalah siswa dan

bersedia membantu siswa memecahkan permasalahannya.

4) Komunikasi akan terbangun dan menjadi berkembang ketika

dapat memasuki pemikiran dan perasaan orang lain sehingga

komunikasi tetap terjaga dan komunikasi dapat bersifat dinamis

(liliweri, 1991).

Page 15: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

25

c. Komponen empati mendengarkan

Menurut Egan (2002) Mendengarkan didorong oleh nilai

empati. Pusat dari empati mendengarkan pada jenisnya adalah

cara untuk menunjukkan keberadaan seseorang, mengobservasi,

dan dalam hal ini mendengarkan dibutuhkan untuk memahami

dunia orang lain. Mendengarkan tidak hanya sebuah

keterampilan,melalui mendengarkan merupakan cara yang kaya

untuk membantu dalam sebuah hubungan dan dibutuhkan dalam

semua hubungan. Egan membagi empati mendengarkan sebagai

berikut :

1) Mendengarkan pada kata-kata

Mendengarkan pada apa yang konseli katakan tidak

berarti bebas dari segala aktifitas, seorang penolong harus

fokus. Selain itu harus mengenali cerita konseli, sudut

pandangan konseli, keputusam dan menyatakan maksud atau

tujuan yang akan dapat membantu dalam point penting dari

konseli.

a) Mendengarkan cerita konseli

Page 16: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

26

Didalam cerita konseli bercampur dengan

pengalaman, perilaku, dan emosi konseli. Umumnya dalam

hal ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu berfikir, merasakan,

dan tindakan. Disini terdapat perbedaan pendekatan yang

dilakukan pada konseli. Berdasarkan cerita konseli yang

didasari oleh pengalamannya yaitu jika konseli menceritakan

apa yang terjadi dengan dirinya seperti misalanya

pengelaman terhadap situasi permasalahan yang terjadi,

Jika cerita konseli berdasarkan perilaku yaitu ketika konseli

menceritakan apa yang konseli lakukan, dan jika konseli

bercerita mengenai pengalamannya hal ini berdasarkan apa

yang terjadi pada konseli dalam beberapa waktu

b) Mendengarkan sudut pandang konseli

Sebagai konseli pastinya menjelaskan ceritanya,

seperti menceritakan masa depan yang lebih baik, tujuan,

membuat perencanaan dan melihat kembali sudut pandang

konseli dalam membuat rencana.

c) Memahami keputusan konseli

Mendengarkan keputusan yang dibuat oleh konseli,

dalam hal ini sebagai seorang konselor harus saling

Page 17: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

27

memahami keputusan yang telah dibuat konseli, alasan

untuk mengambil keputusan tersebut

d) Mendengarkan maksud dan usul konseli

Mendengarkan permintaan dan usul konseli untuk

tindakan tertentu yang akan dilakukannya. Maksudnya

adalah konselor mendengarkan permintaan dan usul

konseli tindakan yang akan dilakukannya berdasarkan

semua permasalahanya namun konseli tidak

memberitahukan bagaimana rencana tindakan yang akan

dilakukan pada masalahnya. Sehingga intinya adalah

konselor harus membangun kerangka kerja untuk

mendengarkan usul konseli yang nantinya dapat membantu

konselor mengidentifikasi perasaan, emosi dan mood

bersama konseli

e) “Mendengarkan” sumber-sumber permasalahan konseli

Jika sebagai konselor hanya mendengarkan masalah

saja, maka terus menerus akan berbicara tentang masalah.

Dan konselor akan mengubah konselinya. Setiap konseli

memiliki sesuatu untuk dirinya misalnya kekuatan, maka

tugas sebagai konselor menemukan sumber daya kekuatan

Page 18: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

28

tersebut dan membantu konseli menanamkan sumber daya

kekuatan ini pada diri konseli dalam mengelola situasi dan

peluang terjadinya masalah Jika orang umumnya hanya

menggunakan sebagian kecil dari potensinya, maka banyak

yang harus diambil dalam potensi yang dimilikinya.

2) Membaca pesan nonverbal dan perubahan pesan nonverbal

Konseli mengirim pesan melalui perilaku nonverbalnya.

Kemampuan seseorang membaca pesan dapat berkontribusi

pada hubungan untuk menjadi apa yang dirasakan orang lain.

Konselor membutuhkan pembelajaran bagaimana membaca

pesan tanpa harus memotong dan terlalu banyak

menginterpretasi. Disamping komunikasi, perilaku nonverbal

sebagai ekpresi wajah, gerakan tubuh, dan kualitas suara

sering berubah dalam beberapa waktu, tanda saat bertanya,

tanda seru. Berikut adalah pengubahan komunikasi verbal

diikuti dalam beberapa cara :

a) Mengkonfirmasi

Perilaku nonverbal dapat dikonfirmasi atau diulang

sehingga membawa pada pesan verbal. Seperti perilaku

nonverbal dapat dikonfirmasi melalui pesan verbal

Page 19: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

29

b) Menyangkal

Perilaku nonverbal dapat menyangkal dan

membingungkan pada apa yang dikatakan secara verbal.

Artinya ketika mengatakan apa yang dirasakannya terdengar

dari suaranya dan dapat dilihat berdasarkan ekspresi

wajahnya, maka perilaku nonverbal akan membawa pesan

yang sebenarnya.

c) Penguatan

Perilaku nonverbal dapat menguatkan atau

menekankan apa yang dikatakan. Artinya perilaku nonverbal

yang dilakukan dapat mempengaruhi apa yang dikatakan.

d) Menambahkan kekuatan

Perilaku nonverbal sering menambahkan berbagai

emosi atau kekuatan dari pesan verbal. Artinya apabila

seseorang mengungkapkan perasaan tidak sukanya, maka

perasaan tidak sukanya dapat ditunjukkan melalui pesan

nonverbalnya sebagai bentuk emosi ketidaksukaannya

terhadap sesuatu.

e) Mengkontrol

Page 20: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

30

Isyarat pesan nonverbal sering digunakan untuk

mengatur dalam percakapan atau mengontrol laju dalam

percakapan.

3) Memproses apa yang didengarkan : Dalam mencari makna

Meskipun sebagai seorang konselor melakukan atau

memproses dari apa yang didengar. Caranya dengan melihat

lebih jauh lagi cara berpikir yang kurang dari memproses cerita,

sudut pandang, dan keputusan konseli sehingga sebagai

konseli dapat berpikir dengan baik. Berikut proses berpikir yang

baik :

a) Mengidentifikasi pesan inti dan perasaan.

Konselor membuat penilaian pada konseli sebagai

kunci untuk memahami apa yang konseli ceritakan, namun

konselor harus mengecek kembali apa yang sebenarnya

konselor pahami pada konseli.

b) Memahami melalui keadaan konseli

Mendengarkan secara mendalam artinya

mendengarkan konseli yang dipengaruhi oleh beberapa

pemikiran. Mendengarkan jika menunjuk pada bagaimana

Page 21: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

31

pentingnya menginterpretasi perilaku nonverbal konseli pada

saat memberikan bantuan, juga dalam memahami cerita,

pandangan dan keputusan kehidupan konseli.

c) Mendengarkan pada mengarahkan: berfikir keras melalui

proses mendengarkan

Proses Berfikir keras dengan memasukkan cara

mendeteksi kesenjangan, penyimpangan, dan

ketidaksesuaian yang ada pada pengalaman konseli yang

sesungguhnya. Artinya konselor berusaha berfikir keras

melalui proses mendengarkan berdasarkan cerita konseli

yang dianggap membingungkan dan menghadapkan konseli

pada kenyataannya.

d) Merenungkan pada pesan konseli yang terlewati

Konseli sering meninggalkan elemen kunci saat

membicarakan masalahnnya. Konselor harus Memiliki

kerangka kerja akan membantu untuk mendengarkan hal-hal

penting yang hilang. Misalnya, Ketika konseli menceritakan

kisahnya namun mengabaikan pengalamannyaa,

perilakunya atau perasaanya. Konseli menawarkan sudut

pandang terhadap dirinya tetapi tapi tidak mengatakan

Page 22: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

32

apapun tentang alasan atau menguraikan implikasi

berdasarkan pemaparan ceritanya. Konseli mengusulkan

tindakan tapi tidak mengatakan alasannya memilih hal

tersebut, apa implikasinya bagi diri konseli sendiri atau

orang lain, sumber daya apa yang mungkin konseli

butuhkan. Sewaktu konselor mendengarkan, penting untuk

mencatat apa yang mereka masukkan dan apa yang mereka

tinggalkan.

d. Hambatan dalam empati mendengarkan

Menurut Enjang (2009) hambatan dalam mendengarkan akan

menimbulkan mis-persepsi atau mis-interpretasi dari penerimaan

sebuah pesan, sehingga hambatan tersebut akan dapat merukan

proses mendengarkan. Enjang membaginya kedalam dua

gangguan dalam hambatan mendengarkan yakni :

1) Gangguan situasi

a) Pesan terlalu banyak

Karena pesan terlalu banyak, maka sejumlah

komunikasi akan sulit secara utuh didengarkan, sehingga

tidak dapat berkonstrasi dan terlibat secara sepenuhnya

dalam mendengarkan.

Page 23: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

33

b) Kompleksitas pesan

Proses mendengarkan akan terganggu karena pesan

yang kompleks sehingga sulit dipahami dan dimengerti

c) Gangguan lingkungan

Pesan yang ada disekitar dapat teralihkan karena

kondisi lingkungan sehingga membuatnya untuk sulit

didengar.

2) Gangguan internal

a) Keasyikan

Ketika sebagai pendengar sudah terpikat pada

permasalahan dan pemikiran orang lain, maka akan

mengakibatkan tidak dapat memusatkan apa yang dikatakan

oleh orang lain

b) Prasangka

Terkadang dengan berprasangka seperti telah

mengetahui apa yang orang lain sedang bicarakan, maka

tidak akan mendengarkan secara keseluruhan

c) Kurangnya usaha

Page 24: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

34

Sulitnya fokus serta berkonsentrasi pada apa yang

dikatakan orang lain. Dengan cara memahaminya,

memberikan pertanyaan dan respon orang tersebut akan

mengetahui sebagai pendengar sedang terlibat dalam proses

mendengarkan.

Dengan memastikan bahwa komunikasi dapat berjalan

secara efektif dalam pembicaraan hal ini sangat penting

apabila disertai empati mendengarkan sehingga nantinya

dapat merespon apa yang siswa katakan. Apabila komunikasi

terjalin tidak efektif, maka akan mempengaruhi empati dalam

mendengarkan. Maulana & Gumelar (2013) menjelaskan

dalam mendengarkan juga melibatkan penyampaian pesan

yang akan diberikan, kemampuan menyampaikan pesan

dengan baik akan terbangun apabila dapat mengihindari

menggunakan nada suara tinggi karena dianggap kurang

sopan dan dapat menyinggung perasaan orang lain,

menggunakan pemilihan kata yang baik, tidak menatap lawan

bicara sehingga akan menimbulkan tidak adanya perasaan

menghargai, selain itu mendebat dan membantah pernyataan

oranglain, dan yang terakhir yaitu mengkritik dengan

menggunakan bahasa yang kasar sehingga dapat melukai

Page 25: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

35

perasaan orang lain. Disamping itu, kendala lainya dalam

proses mendengar yakni :

3) Preokupasi

Situasi dimana seseorang sedang sibuk atau khawatir

untuk mengerjakan urusannya atau urusan lainnya sehingga

apabila ada orang lain yang sedang berbicara tidak akan

didengarkan. Kendala ini berakar pada kekhawatiran terhadap

sesuatu yang harus kerjakan. Pada dasarnya hal tersebut

merupakan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan bersikap

rileks. Selain itu preokupasi merupakan kendala besar dimana

waktu yang digunakan lebih banyak mengingat masa lalu

daripada fakta yang terjadi sekarang. Dalam situasi yang

menekan akan cenderung untuk lebih mengingat masa lalu.

4) Pikiran yang menduga

Pikiran yang menduga adalah ide atau gagasan

seseorang yang sudah mendominasi pemikirannya. Kendala ini

akan mengakibatkan penolakan terhadap pemikiran baru

sehingga akan muncul perasaan ego, malas dan tidak nyaman

pada diri sendiri. Pikiran yang menduga ini akan terlihat ketika

mengeneralisir dan berekasi tanpa disertai fakta yang lengkap.

Page 26: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

36

5) Berbicara terlalu banyak

Semakin banyak bicara, maka semakin sedikit

mendengarkan maksud dan tujuan oranglain. Pengaruhnya

adalah hilangnya pesan yang penuh arti karena lawan bicara

pergi dan merasa tidak didengar.

6) Memikirkan Tanggapan

Perlunya memikirkan tanggapan dan pernyataan yang

dibuat atau diberikan pada awan bicara. Apakah pernyataan

tersebut dapat memperkuat atau melemahkan pernyaatan yang

lain. Hal ini berhubungan dengan cara berbicara terlalu banyak.

7) Kurangnya Ketertarikan

Kendala ini muncul ketika pesan yang disampaikan

dianggap tidak menarik atau tidak penting. Sehingga gestur

yang terlihat akan menunjukkan ketidaktarikan untuk

mendengarkan sehingga mengakibatkan kurangnya peduli

terhadap pernyataan orang lain. .

Selain itu, Jhonson (Supraktiknya, 1995) mengatakan bahwa

kegagalan yang terjadi dalam komunikasi adalah karena

perbedaan apa yang dimaksud orang yang mengirim pesan

Page 27: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

37

dengan orang yang menerima pesan. Hal ini karena berbagai faktor

sebagai berikut :

1) Sumber hambatan bersifat emosional dan sosial atau kultural

2) Secara tidak disadari ataupun disadari dalam mendengarkan

sering memberikan penilaian dan menghakimi sehingga

menjadi tindakan yang defensif. Maksudnya sangat berhati-hati

dalam berkata dan menutup diri

3) Kegagalan menangkap maksud isi cerita sehingga tidak

sepenuhnya menangkap keseluruhan apa yang diucapkan

4) Kesalahpahaman atau distorsi dalam komunikasi karena tidak

adanya saling percaya

Pentingnya keterampilan empati mendengarkan yang

melibatkan komunikasi antara guru BK dengan siswannya, hal ini

sejalan dengan apa yang diakatakan oleh James B.Stiff (1988)

bahwa adanya hubungan empati, komunikasi, dan perilaku

prososial yang saling terkait satu sama lain sebagai bentuk peduli

terhadap orang lain sehingga muncul sikap keinginan untuk

membantu orang lain. Jika dikaitkan guru BK, maka bekaitan

dengan keinginan guru BK dalam membantu permasalahan siswa

yang berhubungan pada keterampilan empatinya.

Page 28: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

38

e. Faktor yang mempengaruhi empati

1) Gender

Penelitian William Ickes (2000) fokus pada hubungan dan

akurasi empati. Penelitian menunjukkan bahwa akurasi empati

perempuan lebih tinggi daripada laki-laki untuk menyimpulkan

pikiran dan perasaan orang lain. Namun hal tersebut hanya

pada kondisi-kondisi tertentu yang berimplikasi pada motivasi

berempati dibandingkan kemampuan berempati.

Hampir senada dengan penelitian William Ickes, fokus

penelitian Eisenberg & Lenon (1983) pada perbedaan jenis

kelamin dalam empati dan dikaitkan dengan kapasitas. Hasilnya

menjelaskan terdapat perbedaan empati pada perempuan dan

laki-laki hal ini menggambarkan bahwa self-report (laporan diri

atau yang menggambarkan mengenai kondisi pribadi)

perempuan lebih tinggi dan terlihat ketika diukur dengan

menggunakan penilaian empati dibandingkan laki-laki.

Alasannya, perempuan mampu menujukknya self-reportnya

ketika melihat sebuah situasi emosional sehingga munculnya

respon afektif. Maka hal ini yang nantinya akan mempengaruhi

Page 29: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

39

kemampuan empati mendengarkan karena banyaknya populasi

guru BK laki-laki dan perempuan.

2) Faktor sosial

Pickett, Gardner & Knowles (Taufik, 2012) empati

dilakukan dengan hubungan sosial melalui interaksi sosial. Dari

pernyataan tersebut Individu merasa termotivasi untuk menjaga

hubungan sosial dan menunjukkan keakuratan empati.

Interkasi sosial guru BK dapat dilihat bagaimana menjaga

hubungannya dengan guru-guru lainnya terutama dengan

siswanya salah satunya pada layanan konseling individual

dimana guru BK harus menjaga hubungannya dengan

siswanya. Apabila guru BK dapat menjaga hubungannya

dengan cara menujukkan empatinya maka tidak menutup

kemungkinan siswa tersebut akan merasa dimengerti dan

dipedulikan oleh guru BKnya.

3) Usia

Pengukuran empati juga berdasarkan usia. Adanya

perbedaan usia tua dibandingkan dengan usia muda. Empati

pada usia tua lebih bisa merespon secara emotional dengan

cara mengidentifikasi keadaan situasional sebuah cerita

Page 30: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

40

dibandingkan dengan usia muda (Nancy Eisenberg, 1987). Jika

dilihat dari banyaknya populasi guru BK diwilayah Jakarta

Timur, maka beragam pula rentang usia pada masing-masing

guru BK.

4) Faktor alam dan Pengasuhan

Para peneliti sebelumnya menejelaskan bahwa adanya

keterlibatan sifat bawaan yang berasal dari orang tuanya.

Namun para peneliti lain dengan pendekatan Skinner dijelaskan

bahwa perilaku manusia dapat dibentuk beradasarkan

pembelajaran operan menggunakan prinsip modifikasi perilaku.

Hal ini menujukkan bahwa empati dapat dibentuk dari faktor

lingkungan dan pengalaman yang lebih berperan daripada sifat

bawaan. Meskipun begitu, beberapa peneliti percaya bahwa

interkasi antara alam dan pengasuhan berkontrubusi terhadap

perkembangan perilaku sosial. Empati juga dapat

dikembangkan melalui lingkungan keluarga karena faktor alam

dan pengasuhan sama-sama saling terlibat.

5) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan awal periode dalam

kehidupan karena didalam keluarga terdapat cinta, komitmen,

Page 31: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

41

rasa tanggung jawab dan perilaku sosial. Dengan adanya

pengalaman yang baik dalam keluarga kemudian akan

berkembang untuk merangkung jaringan sosial yang lebih luas

dan terjalinnya keterlibatan empati. Apabila seorang anak

kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi ataupun ditolak dalam

keluarga maka yang akan terjadi tidak dapat mengembangkan

rasa percaya diri serta sebuah masalah akan memiliki pengaruh

negatif pada hubungan sosialnya selanjutnya kemampuan

untuk empati juga dapat dipengaruhi secara negatif oleh

kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi dalam keluarga.

6) Orang Tua

Perilaku orang tua sangat berkontribusi dalam

kemampuan empati pada anak. Kehangatan orangtua

dihipotesiskan dapat meningkatkan empati dan perilaku

prososial pada anak. Ekspresi emosi positif orang tua (terutama

ibu) adalah mekanisme yang menengahi hubungan kausal

antara kehangatan orang tua dan kapasitas empatik anak-anak.

Selain itu, hubungan yang terjalin secara suportif dapat

diprediksikan memiliki empati yang tinggi dan sensitivitas sosial

pada anak (Hojat, 2006).

Page 32: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

42

3. Siswa bermasalah

a. Pengertian Masalah

Kata “masalah” itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2008) adalah sesuatu yang harus diselesaikan

(dipecahkan). Menurut Stevenes (1996) masalah adalah mengacu

pada kesulitan yang ditemui ketika hendak mencapai tujuan.

Sedangkan Nursalim & Hartono (2008) mendefinisikan masalah

sebagai ketidaktahuan seseorang dalam memutuskan apa yang

diinginkan dengan tujuannya.

Menurut Sugiyono (2012) masalah dapat diartikan sebagai

penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-

benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan

pelaksanaan, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana

dengan pelaksaanaan. Sedangkan Santrock J. (2007)

mengkategorikan masalah menjadi internalisasi dan ekternalisasi.

Internalisasi masalah terjadi ketika individu mengarahkan

masalahnya kedalam dirinya seperti misalnya depresi dan

kecemasan, sedangkan eksternalisasi masalah terjadi ketika

individu mengarahkan masalah yang dialaminya ke luar dirinya.

Page 33: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

43

Berdasarkan penjabaran pengertian masalah dari berbagai

sumber, peneliti menarik kesimpulan mengenai pengertian

masalah. Masalah adalah sesuatu hal yang dapat menghambat

dan merintangi usaha seseorang untuk mencapai tujuannya.

Masalah merupakan sebuah penyimpangan antara yang

seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi sebenarnya. Namun

masalah dapat dilihat berdasarkan internalisasi dan eksternalisasi.

Bentuk hambatan itu sendiri bermacam-macam misalnya, dapat

berupa tantangan yang berasal dari lingkungan keluarga,

lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah ataupun situasi hidup

lainnya. Masalah yang ada pada siswa di lingkungan sekolah

sangat beranekaragam. Ragam dari masalah siswa dapat dilihat

dari tingkat keparahannya dan banyaknya masalah yang dialami

oleh siswa. Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru BK di

sekolah dalam menangani siswa bermasalah dapat dilihat dari

bagaimana cara guru BK dalam menyikapi siswa bermasalah yang

melibatkan kognisi yaitu berkenaan bagaimana memahami siswa

dengan permasalahannya, afeksi yang meliputi perasaan, emosi,

dan kecenderungan bersikap dalam menangani permasalahan

siswa, serta perlakuan yaitu berkaitan dengan tindakan guru BK

terhadap permasalahan siswa yang sedang ditangani.

Page 34: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

44

Agar guru BK dapat menangani siswa bermasalah dengan

baik, maka dibutuhkan sebuah keterampilan. Salah satu

keterampilan yang dimaksud adalah empati mendengarkan.

Dengan empati mendengarkan guru BK dapat membayangkan dan

merasakan permasalahan siswa seolah-olah berada diposisi siswa

berdasarkan perkataan siswa, pesan nonverbal yang ditunjukkan

siswa, serta memproses apa telah didengar sehingga guru BK

dapat menunjukkan empatinya pada siswa bermasalah.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa bermasalah

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi siswa

bermasalah dijelaskan oleh (Santrock J. , 2007) yaitu :

1) Tindakan Tertutup

Tindakan tertutup bersifat ringan, seperti salah satunya

adalah berbohong, namun nantinya akan diikuti dengan konflik

yang lebih serius.

2) Identitas

Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh

Erikson remaja berada pada tahap kritis dimana harus di atasi.

Terdapat dua bentuk integrasi dimana hal ini terjadi disebabkan

Page 35: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

45

oleh perubahan biologis dan sosial : a) Terbentuknya perasaan

remaja dimana akan konsistensi dalam kehidupannya dan b)

tercapainya identitas peran, menggabungkan cara motivasi,

nilai-nilai, pengaruh dari kemampuan yang dituntut remaja

terhadap gaya yang dimilikinya

3) Kontrol diri

Remaja telah mempelajari mana perilaku yang dapat

diterima dan tidak, namun remaja dalam kenakalannya tidak

memikirkan hal tersebut dan mungkin kenakalan remaja tidak

mengenai mana perilaku yang dapat diterima mana yang tidak

diterima.

4) Usia

Munculnya perilaku anti sosial di usia dini yang

menyebabkan sebagai pelaku kenakalan namun tidak semua

remaja berperilaku seperti ini.

5) Jenis kelamin

Diketahui bahwa anak laki-laki lebih sering terlibat

dalam perilaku antisosial dimana anak laki-laki lebih sering

Page 36: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

46

terlibat dalam kekerasan, namun anak perempuan juga

sering melarikan diri dari rumah.

6) Harapan pada pendidikan dan nilai sekolah rendah

Siswa yang nakal memilki harapan yang rendah pada

sekolah serta kemampuan verbalnya rendah

7) Pengaruh orang tua

Umumnya remaja yang nakal berasal dari minimnya

pengawasan orang tua, kurang memberikan dukungan serta

secara tidak efektif memberikan kedisiplinan pada anaknya

8) Hubungan dengan saudara kandung

Apabila seorang remaja yang memiliki saudara

kandung yang nakal, misalnya kakak yang nakal maka akan

mempengaruhi pula remaja menajdi nakal

9) Pengaruh teman sebaya

Salah satu faktor yang mempengaruhi kenakalan

remaja adalah ketika remaja tersebut memiliki teman

ataupun kelompok kawan-kawan nakal yang nantinya akan

cenderung mempengaruhi untuk menjadi nakal pula.

Page 37: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

47

10) Kualitas lingkungan tempat tinggal

Umumnya sebuah komunitas membuat kejahatan

menjadi lebih subur. Apabila hidup yang berada pada

tingkat kejahatan yang tinggi, dimana pemukiman tersebut

padat serta ditandai dengan adanya kemiskinan, maka

seorang anak akan dapat menjadi seseorang yang nakal

c. Cara menangani siswa bermasalah

Menurut Prayitno (2013) dalam menangani siswa

bermasalah adanya penyikapan guru BK secara menyeluruh

seperti keterlibatan perhatian dan tindakan yang dilakukan pada

permasalahan siswa. Adapun penyikapan mengandung unsur-

unsur sebagai berikut :

1) Kognisi yaitu berkenaan bagaimana memahami oranglain

dengan permasalahannya

2) Afeksi yaitu hal-hal yang meliputi perasaan, emosi, dan

kecenderungan bersikap dalam menangani permasalahan

tersebut

3) Perlakuan yaitu berkaitan dengan tindakan terhadap

permasalahan yang sedangan ditangani oleh guru BK

Page 38: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

48

Selain itu, dalam bimbingan dan konseling terdapat fungsi

pengentasan dimana pengentasan tersebut bertujuan untuk

menangani permasalahan siswa. Salah satu cara untuk

mengentaskan permasalah siswa melalui pelaksanaan konseling.

Kegiatan konseling dianggap sebagai layanan utama untuk

permasalahan siswa melalui konseling permasalahan siswa

diharapkan dapat diselesaikan. direktif, non-direktif, dan konseling

direktif.

Dyrfoos (Santrock J. W., 2011) menyebutkan tiga komponen

dalam mencegah dan mengurangi masalah remaja yaitu : 1)

Memberikan atensi yang intensif secara individual artinya seorang

guru BK harus menyediakan waktunya untuk melakukan konseling

dan memberikan penanganan, 2) Pendekatan kolaborasi multigen

dari komunitas-luas artinya Sejumlah program serta layanan untuk

menangani siswa bermasalah di sekolah harus ada. Hal ini harus

sejalan dengan kurikulum dalam penanganan siswa di sekolah, 3)

Identifikasi awal dan intervensi artinya Menjangkau siswa dan

keluarganya sebelum siswa tersebut mengembangkan berbagai

masalahnya. Misalnya adanya kunjungan kerumah siswa yang

dilakukan guru BK dalam menangani siswa bermasalah

Page 39: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

49

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan mengenai empati mendengarkan yaitu :

1. Dalam jurnal Handari (2016) menjelaskan bahwa keterampilan

empati merupakan salah satu teknik yang umumnya digunakan

dalam proses konseling. Teknik ini dipercaya dapat meningkatkan

efektifitas dari pelayanan konseling yang diberikan kepada konseli.

Empati dapat dikombinasikan dengan berbagai keterampilan lain

yang relevan termasuk keterampilan mempengaruhi (influencing skill)

dengan komponen-komponennya seperti keterbukaan diri (self-

disclosure), pengarahan (directive), dan penafsiran (interpretation).

Melalui kombinasi dari teknik-teknik tersebut, konseli secara terbuka

dan jujur akan menceritakan permasalahan yang dihadapi, dan

secara utuh ikut serta dalam pelaksanaan konseling. Dengan

demikian, proses konseling pun menjadi lebih efektif.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mudjijanti (2012) dengan judul

penelitian Pengaruh Motivasi Konseli Dan Sikap Empati Konselor

Terhadap Keberhasilan Proses Konseling hasilnya yaitu motivasi

siswa dan sikap empati konselor sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan proses konseling, dikarenakan konselor dapat

menujukkan salah satu keterampilan dan kepribadian yang dimiliki

oleh konselor salah satunya yaitu empati.

Page 40: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

50

3. Penelitian yang dilakukan oleh Aditianto (2014) dengan Judul

Gambaran Kemampuan Karakteristik Pribadi Konselor Yang Ideal

Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Menurut Siswa Di SMA

Negeri 46 Jakarta Tahun Ajaran 2013/2014 hasilnya diperoleh

persentasi terendah adalah kompetensi empati sebesar 71,79%

bahwa konselor harus memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional,

sosial, dan moral sebagai pribadi yang berguna. Kompetensi ini akan

melahirkan rasa percaya pada diri siswa untuk meminta bantuan

konseling, serta konselor akan menunjukkan dengan cara

meningkatkan pengetahuannya mengenai konseling,

mengembangkan keterampilan konselingnya, mencoba pendekatan

baru dalam konseling. Namun kenyataannya kompetensi karakteristik

pribadi konselor di sekolah tersebut rendah.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Kokom Komalasari (2011) dengan

judul Kriteria Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling Yang

Diharapkan Oleh Siswa Kelas XI Di SMA Negeri 1 Cikupa Tangerang

hasilnya diperoleh salah satunya yaitu siswa menginginkan agar guru

BK memiliki kepekaan (perceptual sensitivity) dan proaktif dalam

membantu permasalahan siswa sehingga guru BK dapat

menempatkan diri sebagaimana apa yang siswa rasakan.

Page 41: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif

51

5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sangkakala (2014) dengan

judul penelitian Pengaruh Kualitas Layanan Bimbingan dan Konseling

terhadap Kepuasan Siswa Dalam Memanfaatkan Layanan Bimbingan

dan Konseling SMAN 53 Jakarta terhadap hasil yang menunjukkan

bahwa empati guru BK pada kualitas layanan bimbingan dan

konseling di SMAN 53 Jakarta termasuk kedalam perolehan skor

terendah karena ada siswa yang menganggap guru BK kurang peduli

terhadap siswanya.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Izza Edyati (2015) yang berjudul

Pengaruh Komunikasi Interpersonal, Motivasi Berprestasi, dan

Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Profesional Konselor dimana

subjek penelitian ini adalah guru BK SMA/SMK/MA Negeri se-

kabupaten Rembang hasilnya menunjukkan adanya pengaruh positif

komunikasi interpersonal terhadap profesional konselor adapun

didalam komunikasi interpersonal meliputi terbuka, penuh empati,

saling mendukung, menunjukkan sikap positif, serta mampu

menerima dan menghargai perbedaan individu.

Page 42: BAB II KERANGKA TEORITIK A. Landasan Teoritik 1. Guru ...repository.unj.ac.id/1981/6/BAB II.pdf · 2. Empati Mendengarkan a. Pengertian Empati Mendengarkan Mendengarkan secara aktif