12
BAB II KAJIAN TEORI 2.1Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Winkel (2004). Pengertian lain belajar juga disampaikan oleh Hudoyo (1990), belajar merupakan kegiatan dan kebutuhan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu, seseorang dikatakan belajar, bila dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang melibatkan suatu perubahan tingkah laku.Dalam buku belajar dan pembelajaran (2010) H.C. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatau perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatau pengertian. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang disertai dengan usaha dan kegiatan untuk mencapai perubahan tingkah laku tersebut dan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki sesuatu. 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Sudjana (2000), menyatakan bahwa hasil belajar adalah mencerminkan tujuan pada tingkat tertentu yang berhasil dicapai oleh anak siswa yang dinyatakan dengan angka atau huruf. Hasil belajar yang dimaksudkan tidak lain adalah nilai kemampuan siswa setelah evaluasi diberikan sebagai perwujudan dari upaya yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Arifin (2001), hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru,seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan.Hasil belajar juga merupakan prestasi yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu untuk

BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3635/3/T1_202009075_BAB II.pdfPengertian lain belajar juga . disampaikan oleh Hudoyo (1990), belajar

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II KAJIAN TEORI

2.1Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Winkel (2004). Pengertian lain belajar juga disampaikan oleh Hudoyo (1990), belajar merupakan kegiatan dan kebutuhan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu, seseorang dikatakan belajar, bila dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang melibatkan suatu perubahan tingkah laku.Dalam buku belajar dan pembelajaran (2010) H.C. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatau perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatau pengertian.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang disertai dengan usaha dan kegiatan untuk mencapai perubahan tingkah laku tersebut dan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki sesuatu.

2.1.1 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Sudjana (2000), menyatakan bahwa hasil belajar adalah mencerminkan tujuan pada tingkat tertentu yang berhasil dicapai oleh anak siswa yang dinyatakan dengan angka atau huruf. Hasil belajar yang dimaksudkan tidak lain adalah nilai kemampuan siswa setelah evaluasi diberikan sebagai perwujudan dari upaya yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung.

Menurut Arifin (2001), hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru,seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan.Hasil belajar juga merupakan prestasi yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu untuk

6

memperolehnya menggunakan standar sebagai pengukuran keberhasialan seseorang. Kriteria hasil belajar pada siswa yang lazim digunakan adalah nilai rata-rata yang didapat melalui proses belajar.Berbeda dengan Nasrun (2002), secara umum hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu hasil pekerjaan yang telah dicapai dengan usaha atau diperoleh dengan jalan keuletan bekerja yang dapat diukur dengan alat ukur yang disebut dengan tes.

Penelitian ini mengacu pada pengertian hasil belajar menurut Arifin (2001), bahwa hasil belajar merupakan perubahan individu setelah mengalami belajar dan untuk mengetahui paham atau tidaknya siswa digunakan suatu alat pengukuran yang disusun oleh guru berupa tes evaluasi.

2.1.2Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan.Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.Hasil belajar siswa di sekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Selain dipengaruhi oleh faktor dari dalam, hasil yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan.Artinya ada faktor-faktor yang berada diluar diri siswa yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.Salah satu lingkungan belajar yang paling mempengaruhi hasil belajar disekolah ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam kualitas pengajaran ada tiga unsur yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yakni kompetensi guru, karakteristik kelas, dan karakteristik sekolah (Sudjana, 2005).

Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pembelajaran.Oleh karena itu hasil belajar siswa disekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.Kedua faktor diatas (kemampuan siswa dan kualitas pengajaran) mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar siswa.Artinya makin tinggi kemampuan siswa dari kualitas pengajaran makin tinggi pula hasil belajar siswa.

2.2Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika

Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran yang tepat dapat mengoptimalkan fungsi pancaindera siswa dan memungkinkan terwujudnya kebermaknaan sehingga akan menimbulkan kesan yang positif, mempengaruhi masa ingatan siswa tentang materi matematika yang lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran yang bersifat hapalan dan mempengaruhi motivasi serta minat siswa terhadap matematika. Menurut Roseffendi (1997), Ada beberapa

7

fungsi atau manfaat dari penggunaan alat peraga dalam pengajaran Matematika, di antaranya:1). Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari Matematika semakin besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik dan bersilap positif terhadap pengajaran Matematika. 2). Dengan disajikannya konsep abstrak Matematika dalam bentuk konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti. 3). Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama bentuk geometri ruang, sehingga dengan melalui gambar dan benda-benda nyatanya akan terbantu daya tiliknya sehingga lebih berhasil dalam belajarnya. 4). Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat. 5). Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model Matematika dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi baru.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dapat membantu memperjelas makna pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami.Akan tetapi ini adalah syarat kita untuk dapat memilih dan menggunakannya. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menentukan alat peraga yang akan dipakai. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut: pilihlah alat peraga sesederhana mungkin agar alat peraga tersebut mudah digunakan dan mudah disimpan sehingga dapat memperlancar proses pengajaran, selain itu buatlah alat peraga yang tidak hanya tertuju pada satu topik pelajaran saja, akan tetapi alat peraga yang dapat digunakan untuk beberapa topik. Pastikan alat peraga tersebut tahan lama, disertai dengan petunjuk penggunaannya sesuai dengan topik yang diajarkan dan disertai lembar kerja.Tidak menimbulkan salah tafsir, mengarah pada satu pengertian. 2.3Bangun Datar

Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun datar tersebut. Pada materi yang diajarkan pada kelas IV cukup banyak, namun demikian yang dijadikan sebagai bahan penulisan skripsi ini dibatasi yaitu pada pokok bahasan Bangun Datar.Disekolah Dasar kelas IV semester II yang dipelajari pada pokok bahasan bangun datar.Namun yang akan dijadikan bahan penelitian adalah pokok bahasan menghitung luas daerah persegi dan persegi panjang, yang pengajarannya dengan menggunakan alat peraga petak persegi.

8

2.4Persegi

Peta Materi Persegi

Diagram 1. Peta Materi Persegi

Persegi adalah segi empat yang keempat sisinya sama panjang. Dan keempat sudutnya sama besar ( 900 ). Gambar 1. Berikut ini adalah contoh bangun persegi.

Gambar 1. Persegi

Dari gambar diatas didapat sifat-sifat persegi sebagai berikut: 1. Semua sisinya sama panjang 2. Keempat sudutnya siku-siku 3. Memiliki dua diagonal yang sama panjang, berpotongan ditengah dan

membentuk sudut siku siku ( saling tegak lurus ) 4. Sudut-sudutnya dibagi sama besar oleh diagonal-diagonalnya

2.4.1 Luas Persegi

Luas persegi adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi persegi. Perhatikan gambar 2 berikut ini:

Persegi

Sisi

Luas Persegi

1 Satuan Luas

Berapa Satuan Luas?

Gambar 1.1 Persegi Satuan

9

Luas persegi diatas dapat kita cari dengan menghitung banyaknya persegi yang menutupi seluruh daerah persegi diatas. Untuk menentukan banyaknya persegi satuan yang dapat mengisi persegi tersebut, perhatikan gambar dibawah ini:

Luas persegi dapat dicari dengan mengalikan sisinya, disimbolkan

2.5 Persegi Panjang

Peta Materi Persegi Panjang

Diagram 2. Peta Materi Persegi Panjang

Persegi panjang adalah bangun datar mirip bujur sangkar namun dua sisi yang berhadapan lebih pendek atau lebih panjang dari dua sisi yang lain. Dua sisi yang panjang disebut panjang, sedangkan yang pendek disebut lebar.

2.5.1 Luas Persegi Panjang Luas persegi panjang adalah luas daerah dalam yang dibatasi oleh persegi

panjang. Perhatiakan gambar 4 berikut ini:

S

S

L = s x s atau L= 𝒔𝟐

Persegi Panjang

Lebar Panjang

Luas

1 Satuan Luas

Berapa Satuan Luas?

Gambar 1.2 Persegi Panjang

10

Luas persegi panjang diatas dapat dicari dengan menentukan banyaknya persegi satuan yang dapat mengisi seluruh daerah persegi panjang pada gambar diatas. Perhatikan gambar 5 dibawah ini.

Gambar 1.3 Petak persegi

Luas persegi panjang dapat dicari dengan mengalikan panjang dengan lebarnya ( atau sebaliknya), disimbolkan L = P X L

2.6 Petak Persegi Satuan

Peta Materi Petak Persegi Satuan

Diagram 3. Peta Materi Petak Persegi Satuan

Petak persegi satuan adalah alat peraga yang dibuat dari kertas origami,

berbentuk daerah persegi yang diberi garis sehingga membentuk petak-petak persegi, yang tiap petak berukuran sama satu dengan yang lain, sebagai alat pengajaran.

P

L

Petak Persegi Satuan

Gambar bentuk petak

persegi

Bahan yang

digunakan

Cara

Penggunaan

11

2.6.1 Gambar Bentuk Petak Persegi Bentuk (gambar) petak persegi, dapat dilihat dalam gambar

Gambar 1.4

Gambar bentuk petak persegi

2.6.2 Bahan yang digunakan untuk Membuat Petak Persegi Satuan a. Nama Alat : Luas daerah persegi b. Bahan : - Karton - Pines -Styrofoam atau gabus -Lem -kertas origami -Penggaris

Ukuran :

a. Nama Alat : Luas Daerah Persegi Panjang b. Bahan : - Karton - Pines -Styrofoam atau gabus -Lem - Kertas origami

A B

25

25

K

K

25

K 20 10

10

25 20

12

Ukuran :

2.6.3 Cara Penggunaan Petak Persegi

Untuk memahami cara menggunakan petak persegi dalam mengukur luas daerah persegi dan persegi panjang, diberi contoh sebagai berikut: a. Petak persegi luas daerah persegi

Prasyarat: mengenal satuan sisi dan satuan luas Cara penggunaan : Mengambil model tiga daerah persegi

1).Tempelkan tiga model daerah persegi pada styrofoam atau gabus 2). Pasang kertas origami pada model persegi yang bergaris 3).Jawablah pertanyaan berikut:

Pada gambar (i) Sisi = . . . Luas Daerah = . . . Pada gambar (ii) Sisi = . . . Luas Daerah = . . .

K

K 10 5

20 10

(i)

(ii)

S

(i) (iii)

30

30

20

K

4

6

13

Pada gambar (iii) Sisi = . . … Luas Daerah = . . .

4).Ternyata untuk daerah persegi (i) Sisi 3, Luas = 9 = 3 x 3 (ii) Sisi 4, Luas = 16 = 4 x 4

5).Secara Umum 6). Jika persegi mempunyai sisi = s, maka deaerahnya memiliki luas

b. Petak persegi luas daerah persegi panjang Persyaratan: Mengenal satuan panjang, satuan lebar dan satuan luas. Cara menggunakan: Mengambil tiga model daerah persegi panjang

1).Tempelkan tiga model daerah persegi panjang pada Styrofoam atau gabus

seperti gambar diatas 2). Pasang kertas origami pada model persegi yang bergaris 3). Jawablah pertanyaan berikut: Pada gambar (i) Sisi = . . . Luas Daerah = . . . Pada gambar (ii) Sisi = . . . Luas Daerah = . . . Pada gambar (iii) Sisi = . . . Luas Daerah = . . . 1). Ternyata untuk daerah persegi panjang 2). Secara umum, jika persegi panjang mempunyai panjang = p, dan lebar =l,

maka derahnya memiliki luas :L = p x l

L = s x s atau L = 𝒔𝟐

P

l

(iii)

(i)

(ii)

14

2.7 Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas adalah sebagai sebuah proses investigasi

terkendali yang berdaur ulang (bersiklus) dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaiakan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi. PTK yang dalam bahasa inggris dikenal sebagai CAR ( Classroom Action Research ) yaitu kegiatan yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan. a. Penelitian yang menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat siswa dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

c. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

2.7.1 Model Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan berbagai bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu, 1).Perencanaan, 2).Pelaksanaan, 3).Pengamatan, 4).Refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Gambar 1.5 Penelitian Tindakan Kelas (Kemmis)

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS II Refkeksi

Pengamatan

?

Perencanaa

n Pelaksanaa

n SIKLUS I

Refkeksi

Pengamatan

15

1). Tahap 1: Menyusun Rencana Tindakan (Planning) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di

mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Istilah untuk cara ini adalah kolaborasi. Dalam penelitian kolaborasi, pihak pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti.

2). Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

3). Tahap 3 : Pengamatan (Observing) Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Dalam pengamatan ini guru harus melakukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

4). Tahap 4 : Refkeksi (Reflecting) Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa inggris reflection, yang artinya pematulan.Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian behadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal yang disarankan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum. Dengan kata lain guru sedang melakukan evaluasi diri.

2.8 Kerangka Berpikir

Kondisi awal Guru belum menggunakan Alat

Peraga PetakPersegi Satuan

Hasil belajar

siswa rendah

Tindakan Guru menggunakan Alat

Peraga Petak Persegi Satuan Siklus 1 Pengenalan Alat

Peraga Petak Persegi

Satuan Kondisi Akhir

Siklus II Alat Peraga Petak

Persegi Satuan yang kongkrit

Hasil belajar meningkat

setelah Menggunakan Alat

Peraga Petak Persegi Satuan

Gambar 1.6 Kerangka berpikir

16

Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N Watuagung 01 yang masih rendah dibawah rata-rata 6,5pada pokok bahasan persegi dan persegi panjang, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkannya. Matematika sebagai ilmu yang abstrak, cenderung sulit dipahami siswa.Hal ini disebabkan siswa kurang berminat dalam mempelajari matematika.oleh karena itu kemampuan guru dalam membimbing, mengarahkan dan memotivasi siswanya diperlukan alat peraga yang sesuai dengan topik yang sedang diajarkan.Salah satu alternatifnya adalah pemilihan alat peraga yang tepat menambah kreatifitas, ketertarikan, minat dan motivasi siwa dalam pembelajaran matematika.Sehingga tingkat pemahaman materi pembelajaran lebih baik.

2.9 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Jika pembelajaran ini dilakukan dengan alat peraga yang sesuai dengan materi yang diajarkan, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Watuagung 01 kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II tahun pelajaran 2012/2013.