Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Menyimak
1. Pengertian Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan Tarigan (2008: 31). Slamet
(2009: 2) Menyimak (listening) dikatakan sebagai kegiatan berbahasa
reseptif dalam suatu kegiatan bercakap-cakap (talking) dengan medium
dengar (audial) maupun medium pandang (visual). Menyimak berarti
memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang
(Moeliono dalam Slamet, 2009: 3).
Melalui menyimak, orang dapat menguasai percakapan fonem,
kosakata dan kalimat. pemahaman terhadap fonem, kata dan kalimat
sangat membantu seseorang dalam berbicara, membaca ataupun menulis.
Petunjuk-petunjuk belajar berbicara, membaca, maupun menulis selalu
disampaikan dalam bahasa lisan. Ini berarti bahwa kegiatan menyimak
benar-benar menunjang keterampilan bahasa yang lain (Kundharu dan
Slamet, 2012: 13). Russel & Russell dalam Tarigan (2008: 30)
6
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
berpendapat bahwa menyimak adalah mendengarkan dengan penuh
pemahaman dan perhatian serta apresiasi.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
menyimak adalah kegiatan yang dilakukan dengan disengaja atau
terancana dan memerlukan perhatian oleh pendengar, agar benar-benar
memahami isi dan tujuan yang disampaikan oleh pembicara.
2. Tujuan Menyimak
Gary T. Hunt (Kundharu dan Slamet, 2012: 13-14) menyatakan
tujuan menyimak sebagai berikut:
a. Memperoleh informasi yang bersangkut paut dengan pekerjaan/profesi.
b. Agar menjadi lebih efektif dalam hubungan antarpribadi dalam
kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat bekerja, dan di dalam
kehidupan masyarakat.
c. Mengumpulkan data agar dapat membuat kesimpulan-kesimpulan yang
masuk akal dan
d. Agar dapat memberikan respons yang tepat terhadap segala sesuatu
yang didengar.
Logan (Slamet, 2009: 10) mengungkapkan tujuan menyimak antara
lain:
a. Memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara, dengan
perkataan lain menyimak untuk belajar.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
b. Menikmati terhadap sesuatu materi ujaran (pagelaran) terutama dalam
bidang seni, dengan perkataan lain menyimak untuk menikmati
keindahan audial.
c. Menilai bahan simakan (baik-buruk, indah-indah jelek, tepat, asal-
asalan, logis-tak logis, dan sebagainya), dengan perkataan lain
menyimak untuk mengevaluasi.
d. Menikmati dan menghargai bahan simakan (penyimak cerita, puisi,
musik, lagu, dialog, diskusi dan sebagainya) dengan perkataan lain
menyimak untuk mengevaluasi.
e. Mengomunikasikan gagasan-gagasan, ide-ide perasaan-perasaan
kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Dengan kata lain,
menyimak sebagai penunjang dalam mengkomunikasikan ide atau
gagasan sendiri.
f. Membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, bunyi yang distingtif
(membedakan arti) dan bunyi mana yang tidak distingtif. Ini biasanya
diperoleh dari dari native speaker (pembicara asli).
g. Memecahkan masalah secara kreatif dan analitis, dengan masukan dari
bahan simakan dan
h. Meyakinkan diri sendiri terhadap suatu masalah atau pendapat yang
diragukan, dengan perkataan lain menyimak persuasif.
Djago Tarigan (Slamet, 2009: 11) menjelaskan bahwa tujuan
menyimak dapat disusun sebagai berikut: a) mendapatkan fakta, b)
menganalisis fakta, c) mengevaluasi fakta, d) mendapatkan inspirasi, e)
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
menghibur diri, f) meningkatkan kemampuan bicara. Tujuan menyimak
menurut Djago Tarigan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mendapatkan fakta dengan cara mendengarkan radio, televisi,
menyampaikan makalah, percakapan dan sebagainya.
b. Menganalisis fakta yang berlangsung secara konsisten dari saat ke saat
selama proses menyimak berlangsung. Bagaimana kaitan dengan unsur
fakta, sebab dan akibat yang terkandung didalamnya. Bahan simakan
harus dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman menyimak.
c. Mengevaluasi fakta yang disampaikan oleh pembicara. Sejumlah
pertanyaan perlu disertakan dalam aktivitas ini, benarkah fakta yang
diajukan, relevankah fakta yang dikemukakan, serta akuratkah fakta
yang disampaikan?.
d. Mendapatkan inspirasi dari pembicara orang lain. Penyimak ingin
mendapatkan dorongan, suntikan, semangat, sugesti yang bermanfaat.
e. Menghibur diri bagi orang-orang yang lelah, letih, jenuh. mereka perlu
penyegaran fisik dan mental misalnya mendengarkan lawak, banyolan,
dan sebagainya.
f. Meningkatkan kemampuan berbicara. Dalam hal ini penyimak
memperhatikan cara mengorganisasikan bahan, cara cara
menggunakan alat bantu, dan cara simulasi dan mengakhiri
pembicaraan.
H.G Tarigan (2008: 60-61) mengemukakan delapan tujuan
menyimak yaitu (a) menyimak untuk belajar, (b) menyimak untuk
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
menikmati, (c) menyimak untuk mengevaluasi, (d) menyimak untuk
mengapresiasi, (e) menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide, (f)
menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, (g) menyimak untuk
memecahkan masalah, (h) menyimak untuk meyakinkan.
Tujuan menyimak disini untuk menghibur, maka pembicara harus
mampu menciptakan suasana yang gembira dan nyaman. Tujuan ini akan
mudah dicapai apabila pembicara dalam menyampaikan cerita dengan cara
menyenangkan dan pembicara menciptakan humor yang orisinil agar
penyimak menunjukkan minat dan kegembiraannya. Oleh sebab itu
pembicaraan ini disebut bersifat rekreatif.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diketahui bahwa tujuan pembelajaran menyimak cerita adalah untuk
memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi
yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran, dan mendapatkan
hiburan melalui cerita.
3. Tahap-Tahap Menyimak
H.G Tarigan (2008: 35-36) berpendapat ada 7 tahapan dalam
menyimak, yaitu: a) isolasi, b) identifikasi, c) integrasi, d) inspeksi, e)
interpretasi, f) interpolasi g) introspeksi.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
a. Isolasi
Pada tahapan ini sang penyimak mencatat aspek-aspek individual
kata-lisan dan memisah-misahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi,
ide-ide, fakta-fakta, organisasi-organisasi khusus, begitu pula stimulus-
stimulus lainnya.
b. Identifikasi
Sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna atau
identitas pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu.
c. Integrasi
Kita mengintegrasikan atau menyatukan sesuatu yang kita dengar
dengan informasi lain yang telah kita simpan dan rekam dalam otak
kita. Oleh karena itulah, pengetahuan umum sangat penting dalam tahap
ini. Kalau proses menyimak berlangsung, kita harus terlebih dahulu
harus mempunyai beberapa latar belakang atau pemahaman mengenai
bidang pokok pesan tertentu. Kalu kita tidak memiliki bahan penunjang
yang dapat dipergunakan untuk mengintegrasikan informasi yang baru
itu, jelas kegiatan menyimak akanb menemui kesulitan atau kendala.
d. Inspeksi
Pada tahap ini, informasi baru yang telah kita terima dikontraskan
dan dibandingkan dengan segala informasi yang telah kita miliki
mengenai hal tersebut. Proses ini akan menjadi paling mudah
berlangsung kalau informasi baru justru menunjang prasangka atau
prakonsepsi kita. Akan tetapi, kalau informasi baru itu bertentangan
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
dengan ide-ide kita sebelumnya mengenai sesuatu, kita harus mencari
serta memilih hal-hal tertentu dari informasi itu yang lebih mendekati
kebenaran.
e. Interpretasi
Pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi sesuatu yang kita
dengar dan menelusuri dari mana datangnya semua itu. Kita pun mulai
menolak dan menyetujui serta mengakui dan mempertimbangkan
informasi tersebut dengan sumber-sumbernya.
f. Interpolasi
Selama tidak ada pesan yang membawa makna dalam dan memberi
informasi tanggung jawab kitalah untuk menyediakan serta memberikan
data-data dan ide-ide penunjang dari latar belakang pengetahuan dan
pengalaman kita sendiri untuk mengisi serta memenuhi butir-butir
pesan yang kita dapat.
g. Introspeksi
Dengan cara merefleksikan dan menguji informasi baru, kita berupaya
untuk mempersonalisasikan informasi tersebut dan menerapkanya pada
situasi kita sendiri.
Logan dalam Tarigan (2008: 63) menjelaskan bahwa dalam proses
menyimak terdapat tahap-tahap, antara lain:
a) tahap mendengar, dalam tahap ini kita baru mendengar segala
sesuatu yang dikemukakan oleh pembicaradalam ujaran atas
pembicaranya.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
b) tahap memahami, setelah kita mendengar maka ada keinginan kita
untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang
disampaikan oleh pembicara.
c) tahap mengintepretasi, penyimak yang baik, cermat dan teliti belum
puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang
pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterprestasikan isi
yang tersirat dalam ujaran itu.
d) tahap mengevaluasi, setelah memahami serta dapat menfsirkan isi
pembicaraan, penyimak mulai menilai atau mengevaluasi pendapat
serta gagasan dari pembicara dan,
e) tahap menanggapi, penyimak menyambut, mencamkan, menyerap
serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh
pembicara.
Ruth G. Strickland (Tarigan, 2008: 31-32) menyimpulkan adanya
sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai
pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu dapat
dilukiskan sebagai berikut:
1) Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan
keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
2) Menyimak dengan perhatian dangkal, karena seing mendapat
gangguan dengan adanya selingan-selingan kepada hal-hal diluar
pembicaraan.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
3) Setengah menyimak, karena terganggu oleh kegiatan menunggu
kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa
yang terpendam dalam hati sang anak.
4) Menyimak serakan, karena sang anak keasyikan menyerap atau
mengabsorpsikan hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan
penjaringan pasif yang sesungguhnya.
5) Menyimak sekali-kali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang
disimak perhatian secara seksama berganti dengan keasyikan lain
hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik
hatinya saja.
6) Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman
pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-
benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikana
sang pembicara.
7) Menyimak dengan reaksi berskala, terhadap pembicara dengan
membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan.
8) Menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti
jalan pikiran sang pembicara.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
9) Menyimak secara aktif, untuk mendapatkan serta menemukan
pikiran, pendapat dan gagasan sang pembicara.
Berdasarkan uraian di atas mengenai tahap-tahap menyimak, maka
dapat disimpulkan bahwa menyimak terdiri dari lima tahap, yaitu: a)
mendengarkan, b) memahami, c) menginterprestasi, d) mengevaluasi, dan
e) menanggapi.
4. Jenis-Jenis Menyimak
Menurut Slamet (2009:15) menyebutkan bahwa jenis menyimak
berdasarkan suara yang disimak dibedakan menjadi dua, yaitu: a)
menyimak interpersonal listening terjadi pada saat seseorang
mendengarkan dan memperhatikan suara-suara yang berasal dari dalam
diri sendiri. b) menyimakintrapersonal listening, terlaksana pada saat
seseorang mendengarkan dan memperhatikan apa yang dibicarakan oleh
orang lain misalnya, dalam percakapan diskusi, seminar, dan sebagainnya.
H.G.Tarigan (Slamet, 2009:15) membedakan aktivitas menyimak
berdasar cara penyimakan menjadi dua, yaitu: a) menyimak ekstenfif, b)
menyimak intensif. Pada menyimak ekstensif, menyimak memahami isi
simakan secara sepintas saja, misalnya menyimak soal, menyimak
sekunder, menyimak estetik dan menyimak pasif. Pada menyimak intensif,
menyimak memahami isi simakan secara terinci, cermat dan mendalam
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
terhadap bahan simakannya. Menyimak intensif ini meliputi: a) menyimak
interogatif, b) menyimak selektif dan menyimak kritis.
Grenn and Petty (Khundaru dan Slamet, 2012:18) berpendapat
jenis-jenis menyimak dibagi menjadi sembilan, yaitu:
a) menyimak tanpa mereaksi. Penyimak mendengar suara tetapi yang
bersangkutan tidak memberikan reaksi apapun. Suara masuk lewat
telinga kanan keluar lewat telinga kiri.
b) menyimak pasif. Penyimak menyimak pasif, hampir sama dengan
menyimak tanpa mereaksi. Dalam hal menyimak pasif ini sudah ada
reaksi tetapi relative sedikit.
c) menyimak terputus-putus. Penyimak tidak kontinyu menyimak bahan
simakan, sebentar menyimak sebentar tidak. Pikiran penyimak sering
melayang dan bercabang, tidak terpusat pada bahan simakan.
d) menyimak dangkal. Penyimak hanya menangkap sebagian dari isi
simakan. Bagian-bagian yang penting tidak disimak, boleh jadi sudah
diketahui, menyetujui, atau menerima.
e) menyimak terpusat. Pikiran penyimak terpusat pada pembicaraan,
misalnya menyimak aba-aba, untuk mengetahui bila suatu harus
dikerjakan.
f) menyimak untuk membandingkan. Penyimak menyimak pesan
kemudian membandingkan isinya dengan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki oleh si penyimak.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
g) menyimak organisasi materi. Penyimak berusaha mengetahui
bagaimana organisasi materi yang disampaikan oleh pembicara, ide
pokok beserta detail-detail penunjangnya.
h) menyimak kritis. Penyimak menganalisis secata kritis isi simakan yang
disampaikan oleh pembicara. Bila perlu minta data atau keterangan
terhadap pernyataan yang disampaikan oleh pembicara.
i) menyimak kreatif dan aspiratif. Penyimak berusaha memberikan
respons mental dan fisik yang asli terhadap pernyataan yang
disampaikan oleh pembicara.
Logan dkk (Kundharu dan Slamet, 2012:18-19) mengemukakan
ada tujuh jenis menyimak yang perlu dikembangkan melalui pengajaran
bahasa bagi siswa disekolah dasar, yaitu:
a) menyimak untuk belajar. Melalui kegiatan menyimak seseorang
mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya para siswa
menyimak ceramah guru dan sebagainya. Mahasiswa mendengarkan
siaran radio, televisi, diskusi, dan sebagainya.
b) menyimak untuk menghibur. Penyimak menyimak sesuatu untuk
menghibur dirinya sendiri, misalnya menyimak bacaan cerita-cerita
lucu, pertunjukan sandiwara, film, dan sebagainya.
c) menyimak untuk menilai. Penyimak mendengarkan dan memahami
simakan, kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan
dengan pengalaman pengalaman dan pengetahuan menyimak.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
d) menyimak apresiatif. Penyimak memahami, menghayati,
mengapresiasi isi bahan simakan. Misalnya menyimak pembacaan
puisi, cerita pendek, roman, menyimak pertunjukan sandiwara dan
lain-lain.
e) menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan. Penyimak
memahami, merasakan ide gagasan, perasaan pembicara sehingga
terjadi sambung antara pembicara dengan pendengar.
f) menyimak diskriminatif. Menyimak untuk membedakan bunyi, suara.
Misalnya membedakan (e) dalam kata benar, mentah dan (e) dalam
kata bebas, tembak, kesed.
g) menyimak pemecahan masalah. Penyimak mengikuti uraian
pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh
pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya, secara kreatif dan analitis setelah yang bersangkutan
mendapat informasi dari menyimak sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas mengenai tahap-tahap menyimak, maka
dapat disimpulkan bahwa membedakan aktivitas menyimak berdasar cara
penyimakan dibagi menjadi dua, yaitu : a) menyimak ekstensif, dan b)
menyimak intensif. Dalam penelitian ini kegiatan menyimak terjadi ketika
siswa mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru dan siswa harus
memahami cerita yang disampaikan oleh guru. Pemahaman terhadap cerita
yang disampaikan guru sangat berguna bagi siswa pada saat kegiatan
evaluasi pada akhir pembelajaran.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menyimak
Menurut Hunt (Tarigan, 2008:104) terdapat lima faktor yang
mempengaruhi menyimak, yaitu: a) sikap, b) motivasi, 3) pribadi, 4)
situasi kehidupan, dan 5) peranan dalam masyarakat. Webb (Tarigan,
2008:104) mengemukakan hal-hal yang mempengaruhi menyimak yaitu:
a) pengalaman, b) pembawaan, c) sikap atau pendirian, d) motivasi, daya
gerak,prayojana, dan e) perbedaan jenis kelamin.
Tarigan (2008:105) menyebutkan bahwa ada delapan faktor yang
mempengaruhi menyimak, yaitu: a) faktor fisik, b) faktor psikologis, c)
faktor pengalaman, d) faktor sikap, e) faktor motivasi, f) faktor jenis
kelamin, g) faktor lingkungan, dan h) faktor peranan dalam masyarakat.
a) faktor fisik, kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting
yang turut menentukan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam
menyimak.
b) faktor psikologis, sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi penyimak
mempengaruhi kegiatan menyimak.
c) faktor pengalaman, kurang atau tiadanya minat untuk menyimak
merupakan akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada dalam
bidang yang akan disimaknya.
d) faktor sikap, sikap menerima dan sikap menolak dari penyimak
mempengaruhi keberhasilan si penyimak dalam menyimak.
e) faktor jenis kelamin, gaya menyimak pria pada umumnya bersifat
objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala dan lain-lain.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
Sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif, pasif,
ramah, sensitif, gampang terpengaruh dan lain-lain.
f) faktor lingkungan, lingkungan fisik yang berupa ruangan kelas dan
suasana sosial kelas mempengaruhi keberhasilan menyimak siswa dan
g) faktor peranan dalam masyarakat, kemauan menyimak juga
dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat.
Slamet (2009:19-21) mengemukakan bahwa ada beberapa unsur
yang mempengaruhi keefektifan menyimak antara lain: a) pembicara, b)
pembicaraan, c) situasi, dan d) menyimak.
a) pembicara adalah orang yang menyampaikan pembicaraan, ide, pesan,
informasi pada penyimak melalui bahasa lisan.
b) pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang
disampaikan oleh pembicara kepada penyimak.
c) situasi adalah sesuatu yang menyertai kegiatan menyimak diluar
pembicara, pembicaraan, dan penyimak.
d) penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan
simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa
menyimak berlangsung.
Berdasarkan uraian faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan menyimak dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a) pembicara, b)
pembicaraan, c) situasi, d) penyimak.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
6. Penilaian Kemampuan Menyimak
Penilaian kemampuan menyimak dilakukan dari proses dan hasil
pembelajaran penilaian proses pada kemampuan menyimak dilakukan oleh
guru keika pembelajaran menyimak sedang berlangsung dan guru harus
merancang model instrumen penilaian, sedangkan dalam penilaian hasil
diperoleh dari hasil simakan siswa yang berupa jawaban-jawaban terhadap
pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Penilaian hasil dapat diperoleh dari tes. Tes pada kemampuan
menyimak dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menangkap dan memahami informasi yang terkadang dalam wacana yang
diterima melalui saluran pendengaran. Menurut Nurgiantoro, (2001: 239-
244) ada empat tingkatan tes kemampuan menyimak, yaitu: a) tingkat
ingatan, b) tingkat pemahaman, c) tingkat penerapan, d) tingkat analisis.
a) Tingkat ingatan
Tes kemampuan mendengarkan pada tingkat ingatan untuk mengingat
fakta atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat dalam
wacana yang diperdengarkan, dapat berupa nama, peristiwa, angka,
dan tahun. Tes biasa berbentuk tes objektif isian singkat atau pilihan
ganda.
b) Tingkat pemahaman
Tes pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk memahami
wacana yang diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang
dimaksud mungkin terhadap isi wacana, hubungan antar ide, antar
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
faktor, antar kejadian, hubungan sebab akibat. Akan tetapi
kemampuan pemahaman pada tingkat pemahaman ini belum
kompleks benar, belum menuntut kerja kognitif tingkat tinggi. Jadi,
kemampuan pemahaman dalam tingkat yang sederhana. Dengan kata
lain, butir-butir tes tingkat ini belum sulit.
c) Tingkat penerapan
Butir-butir tes kemampuan mendengarkan yang dapat dikategorikan
tes tingkat penerapan adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan
(diperdengarkan) dan gambar-gambar sebagai alternatif jawaban yang
terdapat di dalam lembar tugas.
d) Tingkat analisis
Tes kemampuan mendengarkan pada tingkat analisis pada hakikatnya
juga merupakan tes untuk memahami informasi dalam wacana yang
diteskan. Akan tetapi, untuk memahami informasi atau lebih tepatnya
memilih alternative jawaban yang tepat itu, siswa dituntut untuk
melakukan kerja analisis. Tanpa melakukan analisis wacana, jawaban
yang tepat secara pasti belum dapat ditentukan. Dengan demikian,
butir tes tingkat analisis lebih kompleks dan suit dari pada butir tes
pada tingkat pemahaman.
Penilaian menyimak harus menyesuaikan diri dengan indikator
pencapaian suatu materi simakan terlebih dahulu, sehingga untuk
mengukur ketercapaian hasil belajar menyimak, maka alat tes yang dibuat
harus disesuaikan dengan indikator. Tujuan dari penilaian pembelajaran
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
menyimak adalah untuk mengetahui apakah pengetahuan yang telah
dimiliki siswa dalam proses pembelajaran menyimak, sesuai dengan
kompetensi dasar khususnya dalam indikator yang ingin dicapai. Penilaian
kemampuan menyimak cerita di atas digunakan untuk membuat instrumen
tes dalam penelitian. Instrumen tes terdiri dari 25 soal pilihan ganda
dengan empat pilihan jawaban.
B. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Karakteristik siswa kelas V SD dapat dilihat berdasarkan tahap-tahap
perkembangan kognitif menurut teori piaget dalam Sunarto dan Hartono
(2008: 24-25) membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahap, yaitu:
1) Tahap pertama : Masa sensori motor (0.0-2,5 tahun).
Masa ketika bayi mempergunakan sistem pengindraan dan aktivitas
motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi memberikan reaksi motorik
atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks,
misalnya refleks mencari puting susu ibu, refleksi menangis, dan lain-lain.
Refleks-refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan
yang lebih canggih, misalnya berjalan.
2) Tahap kedua : Masa pra-operasional (2.0-7.0 tahun)
Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak menggunakan simbol yang
mewakili sesuatu konsep. Misalnya kata “pisau plastik”. Kata “pisau” atau
tulisan “pisau” sebenarnya mewakili makna benda yang sesungguhnya.
Kemampuan simbolik ini memungkinkan anak melakukan tindakan-
tindakan yang berkaitan dengan hal-hal yang telah lewat, misalnya seorang
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
anak yang pernah melihat dokter berpraktek akan (dapat) bermain”dokter-
dokteran”.
3) Tahap ketiga : Masa konkret operasional (7.0- 11.0 tahun).
Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan berbagai macam tugas yang
kongkret. Anak mulai mulai mengembangkan tiga macam operasi berpikir,
yaitu: a) identifikasi : menggali sesuatu, b) negasi : mengingkari sesuatu,
c) reprokasi : mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal.
4) Tahap keempat : Masa operasional (11.0- dewasa)
Dalam usia remaja dan seterusnya seseorang sudah mampu berpikir
abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini seseorang bisa memperkirakan apa
yang mungkin terjadi. Ia dapat mengambil kesimpulan dari suatu
pernyataan seperti: Kalau mobil A lebih mahal dari pada mobil B,
sedangkan mobil C lebih murah dari pada mobil B, maka ia dapat
menyimpulkan mobil mana yang paling mahal dan yang mana yang paling
murah.
Berdasarkan perkembangan kognitif menurut piaget, maka siswa kelas
V SD berada pada tahap Operasional konkret. Pada tahap ini anak sudah
mampu berpikir dan sudah dapat melukan berbagai macam tugas serta
memecahkan masalah yang bersifat konkret. Pada tahap ini siswa akan lebih
mudah memahami suatu materi dalam pembelajaran jika menggunakan
benda-benda konkret dalam penyampaian materinya.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
C. Pembelajaran Kemampuan Menyimak Siswa Kelas V
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
yang digunakan dalam pendidikan Indonesia saat ini. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendididkanf (KTSP) itu sendiri adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Di dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD / MI kelas V, ada 8
Standar Kompetensi (SK) yang harus dikuasai siswa dalam pelajaran Bahasa
Indonesia. Setiap semester terdiri dari 4 Standar Kompetensi (SK). Standar
Kompetensi (SK) yang ada dikembangkan berdasarkan empat kemapuan
berbahasa yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan
menulis. Berikut adalah tabel SK mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V
semester genap
Tabel 2.1 SK Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Semester Genap
No Standar Kompetensi (SK)
1. Mendengarkan : Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita
pendek anak yang disampaikan secara lisan
2. Berbicara : Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam
diskusi dan bermain drama
3. Membaca : Memahami teks dengan membaca teks sekilas, membaca
memindai, dan membaca cerita anak
4. Menulis : Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta
secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas
Adapun Standar Kompetensi (SK) semester genap terdiri atas sepuluh
Kompetensi Dasar (KD). Berikut adalah tabel Kompetensi Dasar (KD) mata
pelajaran bahasa Indonesia kelas V semester genap.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
Tabel 2. 2 KD Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Semester Genap
No Kompetensi Dasar (KD)
1 Mengidentifikasi unsur cerita ( tokoh, tema, latar, alur, dan amanah )
2 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa
3 Menemukan informasi secara tepat dari berbagai teks khusus yang
dilakukan melalui membaca memindai
4 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang tepat
5 Menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang
disampaikan secara lisan
6 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang
tepat
7 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat
8 Meringkas isi buku
9 Membandingkan isi dua teks yang dibaca dengan membaca sekilas
10 Menulis laporan pengamatan atau kunjungan berdasarkan tahapan
(catatan, konsep awal, perbaikan final) dengan memperhatikan
penggunaan ejaan
Berdasarkan table 2.2 tentang SK dan KD di atas, maka SK dan KD
yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3 SK dan KD yang digunakan dalam penelitian
Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)
Mendengarkan : Memahami cerita
tentang suatu peristiwa dan cerita
pendek anak yang disampaikan
secara lisan
Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh,
tema, latar, alur, dan amanat)
D. Media
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Gagne
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
(Sadiman, dkk, 2011: 6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar. Sementara itu Briggs (Sadiman, dkk, 2011:6) berpendapat bahwa
media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar.
Secara lebih khusus Arsyad, A (2007: 3) menyatakan pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung sebagai alat-alat grafis
photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal. Selain pengertian diatas Arsyad, A
(2007: 4-5) juga menyatakan bahwa media adalah komponen sumber belajar
atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa
yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sependapat dengan Hamalik
(1986: 23) menyatakan Media adalah alat, metode dan teknik yang
digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi
antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media
adalah sarana yang dapat menyalurkan sumber informasi mengenai
pembelajaran dari sumber informasi (guru) kepada penerimanya (siswa).
Dalam pembelajaran menyimak cerita penggunaan media pembelajaran
sangat diperlukan, agar pesan atau informasi yang ada dalam cerita dapat
dipahami oleh siswa, sehingga dapat mendapatkan nilai yang maksimal.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
2. Manfaat Media
Hamalik dalam Arsyad (2007: 15) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa. Sadiman, dkk. (2011:17-18) menyebutkan bahwa secara
umum media pendidikan mempunyai manfaat sebagai berikut.
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera
c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik, dan
d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan
dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi
pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa maka guru banyak
mengalami kesulitan bilamana itu harus di atasi sendiri. Hal ini akan
lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga
berbeda. Masalah ini dapat di atasi dengan media pendidikan, yaitu
dengan kemampuannya dalam:
a) memberikan perangsang yang sama,
b) mempersamakan pengalaman, dan
c) menimbulkan persepsi yang sama.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
Sudjana dan Rivai (2011: 2) mengemukakan bahwa manfaat media
dalam proses belajar adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar
untuk setiap jam pelajaran
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, seba tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan mendemonstrasikan dan lain-lain
Media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad, A(2007: 19)
dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk
perorangan, kelompok atau kelompok pendengar yang besar jumahnya,
yaitu: a) memotivasi minat atau tindakan, b) menyajikan informasi, dan c)
memberi instruksi.
Arsyad (2007: 25) mengemukakan bahwa manfaat praktis dari penggunaan
media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut:
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil
belajar.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa
untuk belajar sendiri-sendiri dengan kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat,
dan lingkungannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemakaian
media pada saat pembelajaran dapat membangkitkan semangat siswa dalam
mengikuti pelajaran danmempermudah guru dalam menyampaikan pelajaran
kepada siswa.
3. Jenis-Jenis Media
Menurut Gagne dalam Sadiman, dkk, (2011: 23) membuat tujuh
macam pengelompokan media, yaitu: a) benda untuk didemonstrasikan, b)
komunikasi lisan, c) media cetak, d) gambar diam, e) gambar gerak, f) film
bersuara, dan g) mesin belajar. Sudjana dan Rivai (2011: 3)
mengklasifikasikan media pengajaran menjadi empat, yaitu: a) media grafis,
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
seperti foto, grafik bagan, diagram, poster dan lain-lain, b) media tiga
dimensi yaitu kedalam bentuk model seperti model susun, model kerja,
diorama dan lain-lain, dan d) penggunaan lingkungan sebagai media
pengajaran.
Lenshin, dkk. Arsyad (2007: 81-82) berpendapat bahwa media
dapat dikelompokan menjadi lima yaitu: a) media berbasis manusia, b)
media berbasis cetakan, c) media berbasis visual, d) media berbasis
komputer.
Berdasarkan uraian mengenai jenis-jenis media di atas, maka media
yang digunakan dalam penelitian ini termasuk media gambar diam yang
dikemukakan oleh Gagne. Media yang digunakan dalam penelitian ini
adalah media wayang kartun binatang. Wayang kartun binatang merupakan
gambar binatang yang diberi gagang sehingga berbentk seperti wayang dan
dimainkan dengan cara menggerakan gagang seperti dalang memainkan
wayang.
4. Media Wayang Kartun Binatang
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, wayang diartikan gambar atau
tiruan orang dan sebagainya yang terbuat dari kulit atau kayu dan
sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam
pertunjukan drama tradisional. Menurut Mulyono (1989: 10) wayang
adalah boneka-boneka yang digunakan dalam pertunjukan itu berbayangan
atau memberi bayang-bayang. Wayang terdiri dari wayang kulit, wayang
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
golek, wayang suket, dan lain sebagainya. Jenis wayang yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wayang kartun. binatang
Wayang kartun binatang adalah jenis wayang yang dikembangkan
menyerupai bentuk binatang dengan perwujudan kartun yang menarik.
Terdapat perbedaan yang cukup banyak antara wayang yang biasa ada
dimasyarakat dengan wayang kartun binatang yang digunakan dalam
penelitian ini. Wayang kartun binatang dalam penelitian ini adalah bentuk
tiruan dari wayang yang terbuat dari kertas karton yang diatasnya dilapisi
oleh gambar binatang. Gambar yang dibuat merupakan gambar yang
berjenis kartun binatang dan bukan gambar dari bentuk tokoh yang
sebenarnya, misalnya jika tokohnya monyet maka gambar yang digunakan
adalah monyet kartun. Hal ini dimaksudkan agar lebih menarik perhatian
siswa karena siswa pada usia kelas V SD menyukai gambar kartun yang
lucu. Gambar yang sudah jadi kemudian diprint dengan menggunakan
kertas berukuran A4.
Gambarkemudian dipotong dengan menggunakan gunting. Setelah itu
gambar ditempelkan diatas kertas karton. Kertas karton yang digunakan
adalah kertas karton yang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, agar
memudahkan dalam menempelkan gambar kartun binatang pada kertas
karton. Gambar yang sudah ditempel kemudian diberi gagang yang terbuat
dari bambu dengan panjang sesuai dengan keinginan. Gagang berguna
untuk menggerakan gambar kartun binatang pada saat digunakan.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa media
wayang kartun adalah media yang digunakan untuk membantu dan
memudahkan proses belajar mengajar dengan bentuk menyerupai wayang
yang dibuat menggunakan bahan dasar karton dan juga gambar kartun
binatang yang lucu yang dapat menarik perhatian siswa pada saat
pembelajaran menyimak cerita.
5. Penggunaan Media Wayang Kartun Binatang dalam Pembelajaran
Menyimak Cerita
Menurut Arsyad (2007: 15) penggunaan media pembelajaran adalah
sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.Media wayang
kartun binatang yang digunakan mempunyai manfaat yang besar dalam
pembelajaran menyimak cerita, manfaat tersebut antara lain adalah mampu
menarik perhatian siswa sehingga dapat berkonsentrasi penuh dalam
menyimak cerita yang disampaikan. Selain itu media wayang kartun
binatang mampu membantu siswa mengkonkretkan isi cerita melalui
gambaran tokoh yang digambarkan menjadi bentuk wayang dan dapat
mewakili watak dari masing-masing tokoh.
Cara menggunakan media wayang kartun binatang dalam pembelajaran
menyimak cerita pada umumnya hampir sama dengan menggunakan
wayang kulit pada pergelaran wayang. Penggunaan media wayang kartun
binatang pada pembelajaran menyimak cerita dengan cara menggerakan
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
gambar ke kanan, ke kiri, ke depan, ke belakang dengan menggunakan
gagang, sehingga media wayang kartun binatang terlihat lebih hidup.
Sebelum bercerita perkenalkan suara tokoh yang ada didalam cerita dengan
menggunakan media wayang kartun. Maksud dari memperkenalkan suara
tokoh dalam bercerita agar siswa mengenali tokoh yang ada dalam cerita
tersebut, sehingga siswa dapat memahami cerita dengan benar dan dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
6. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan salah satu metode yang cukup efektif karena
membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan
fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada
siswatentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau
hanya sekedar tiruan ( Majid, 2013: 197)
Sagala (Majid, 2013: 199) menjelaskan bahwa metode demonstrasi
adalah petunjuk tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai
pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan
dipahami oleh peserta didik secara nyata.
Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan
secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa
hanya sekedar memperhatikan, tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan
pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori
dan inkuiri.
a. Langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi
1) Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
a). Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses
demonstrasi berakhir
b). Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan
c). Melakukan uji coba demonstrasi
2) Tahap pelaksanaan
a). Langkah pembukaan
Sebeklum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, diantaranya:
(1) Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa
dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan
(2) Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa
(3) Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh
siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang
dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi
b) Langkah pelaksanaan demonstrasi
(1) mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga
mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
(2) ciptakan suasana yang menyejukan dengan menghindari
suasana yang menegangkan.
Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalanya demonstrasi dengan
memperhatikan reaksi seluruh siswa.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan
lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses
demonstrasi itu.
c) Langkah mengakhiri demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajran
perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada
kaitanya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian
tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan
apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain
memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa
melakukan evaluasi bersama tentang jalanya proses demonstrasi
itu untuk perbaikan selanjutnya.
Berdasarkan uraian diatas mengenai metode demonstrasi maka dapat
disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan salah satu metode
mengajarr dengan menggunakan peragaan untuk memperluas suatu
pengertian atau untuk memperjelas memperlihatkan bagaimana melakukan
suatu dengan mendemonstrasikan terlebih dahulu kepada siswa.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian oleh Lia Noviana (2013) tentang “Pengaruh Metode Bercerita
Terhadap Kemampuan Menyimak pada Anak Kelompok Bermain Tunas
Bangsa di DS. Wotansari, Kec. Balongpanggang, Kab. Gresik. Menyatakan
ada pengaruh signifikan antara kemampuan menyimak anak sebelum dan
sesudah penerapan metode bercerita diberikan pada anak.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh metode bercerita terhadap
kemampuan menyimak pada anak Kelompok Bermain Tunas Bangsa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan menyimak
sebelum mendapatkan penerapan metode bercerita dan sesudah penerapan
metode bercerita di kelompok bermain tunas bangsa. Penelitian ini
menggunakan dua kelompok bermain sebagai perbandingan yaitu kelompok
bermain tunas bangsa sebagai kelompok eksperimen sedangkan kelompok
bermain dharma wanita persatuan banjaragung sebagai kelompok kontrol.
Analisis data dengan membandingkan nilai rata-rata setelah melakukan
kegiatan pada kelompok yang diberikan perlakuan (eksperimen) sebesar 17.
Dimana hasil pre-test kelompok kontrol sebesar 2,55 sedangkan hasil rata-rata
post-test kelompok kontrol sebesar 2,67. Pada kelompok eksperimen nilai rata-
rata pre-test sebesar 2,57 kemudian setelah diberikan perlakuan post-test
sebesar 3,46. Terdapat perbedaan yang signifikan setelah diuji dengan rumus
statistic t-tes dengan hasil t-hitung sebesar 8,392 dan t-tabel 2,032 sehingga t-
hitung lebih besar dari pada t-tabel.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
Penelitian yang dilakukan oleh Ening Setiowati (2012) tentang
Pengaruh Penggunaan Media Wayang Terhadap Kemampuan Menyimak
Dongeng di Kelas V SD N 1 Serang dan SD N 2 Mantrianom Kec Bawang
Kab. Banjarnegara. l
Hasil menunjukkan nilai rata-rata post test kelompok control yaitu
67,33 sedangkan nilai rata-rata post test kelompok eksperimen yaitu 75,56.
Selisih nilai rata-rata yaitu 8,23, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian ini yaitu hipotesis Alternatif (Ha) yang berbunyi terdapat pengaruh
penggunaan media wayang terhadap kemampuan menyimak dongeng di kelas
V SD N1 Serang dan SD N 2 Mantrianom Kecamatan Bawang Banjar
Negara.
Perbedaan penelitian relevan dan penelitian ini adalah penggunaan
model pembelajaran dan penggunaan media dalam penelitain ini adalah
wayang kartun binatang sedangkan pada penelitian relevan menggunakan
metode bercerita dan hanya untuk mengetahui pengaruh metode bercerita
meningkatkan kemampuan menyimak dan pengaruh media wayang untuk
meningkatkan kemampuan menyimak dongeng., namun demikian penelitian
relevan di atas telah memberikan gambaran tentang afektifitas penggunaan
media dalam pembelajaran.
F. Kerangka Pikir
Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan
berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Keterampilan menyimak
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
sangat berpengaruh terhadap keterampilan bahasa yang lainnya seperti
berbicara, membaca dan menulis.
Pembelajaran menyimak sering kali terdapat kendala-kendala yang
mengakibatkan siswa jenuh pada saat pembelajaran. Salah satu penyebabnya
adalah guru kelas V SD Negeri 1 Cidadap belum menggunakan media pada
saat pembelajaran menyimak cerita, sehingga siswa pada saat pembelajaran
merasa jenuh dan bosan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil
simakan siswa sehingga keterampilan menyimak pada siswa rendah. Untuk
dapat mengatasi masalah tersebut dalam pembelajaran menyimak guru harus
mempunyai starategi belajar yang menarik agar siswa tidak jenuh dan bosan
pada saat pembelajaran menyimak cerita.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa
pada saat pembelajaran menyimak cerita adalah menggunakan media. Media
yang akan digunakan adalah media wayang kartun binatang, media wayang
kartun binatang merupakan media yang berbentuk seperti wayang memliki
kelebihan-kelebihan jika digunakan pada saat pembelajaran menyimak cerita.
Kelebihan-kelebihan wayang kartun binatang diantaranya adalah media
wayang kartun binatang mempunyai bentuk yang menarik dan lucu sehingga
dapat menarik perhatian siswa, dengan media wayang kartun binatang siswa
akan lebih mudah memahami isi cerita yang disampaikan oleh guru, siswa
lebih mudah untuk mengingat cerita dan menentukan tokoh-tokoh yang ada
dalam cerita yang disampaikan oleh guru, dan media wayang kartun binatang
juga masih sedikit yang menggunakan pada saat pembelajaran menyimak
cerita. Dengan kelebihan-kelebihan media wayang kartun binatang, maka
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
diharapkan ada peningkatan keterampilan menyimak cerita pada siswa
sehingga siswa dapat memperoleh nilai yang maksimal dalam pembelajaran
menyimak cerita. Kerangka berpikir yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pikir Penelitian
KONDISI
AWAL Guru belum
menggunakan
media
wayang
kartun
binatang
Keterampilan
menyimak
cerita pada
siswa rendah
TINDAKAN Guru
menggunakan
media wayang
kartun
binatang
Siklus I
Guru
menngunaka
n media
wayang
kartun
binatang
KONDISI
AKHIR
Dengan
menggunakan
media wayang
kartun
binatang
dapat
meningkatkan
keterampilan
menyimak
cerita
Siklus II
Guru
menggunaka
n media
wayang
kartun
bianatang
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir, hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah melalui penggunaan media wayang kartun binatang maka
dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas V SD
Negeri Cidadap 01 Kecamatan Karangpucung, Kabupaten Cilacap.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., M Rizqi Siregar, FKIP, UMP, 2014