9
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Pariwisata Menurut Suyitno (2001) dalam Tamang (2012) mendefinisikan pariwisata sebagai berikut : a. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ketempat asalnya. b. Melibatkan beberapa komponen wisata antara lain sarana transportasi, akomodasi, restaurant, obyek wisata, souvenir dan lain-lain. c. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan. d. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang dibelanjakannya dibawa dari tempat asal. Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalalan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Menurut Suwantoro (2004:3) dalam teguh (2003) mengemukakan pariwisata merupakan suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dari pengertian pariwisata tersebut dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dlakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan tujuan untuk bersenang-senang dan bukan untuk mencari nafkah.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Pariwisataeprints.ung.ac.id/899/5/2013-2-93403-331310010-bab2-10012014044220.pdf · sosial, dan budaya. ... untuk meminimalkan dampak negatif pariwisata

  • Upload
    lyquynh

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Konsep Pariwisata

Menurut Suyitno (2001) dalam Tamang (2012) mendefinisikan pariwisata

sebagai berikut :

a. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali

ketempat asalnya.

b. Melibatkan beberapa komponen wisata antara lain sarana transportasi, akomodasi,

restaurant, obyek wisata, souvenir dan lain-lain.

c. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.

d. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat

memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi,

karena uang yang dibelanjakannya dibawa dari tempat asal.

Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan mendefinisikan

wisata sebagai kegiatan perjalalan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang

dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau

mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Menurut Suwantoro (2004:3) dalam teguh (2003) mengemukakan pariwisata

merupakan suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya

karena suatu alasan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah.

Dari pengertian pariwisata tersebut dapat disimpulkan bahwa pariwisata

merupakan suatu perjalanan yang dlakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dari

satu tempat ke tempat lainnya, dengan tujuan untuk bersenang-senang dan bukan untuk

mencari nafkah.

2.2 Konsep Pengembangan dan Daya Tarik

Konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat untuk pertama kalinya

dipopulerkan oleh Murphy (2007). Menurutnya Murphy dalam Hadiwijoyo (2012),

produk wisata dan konsumennya harus visible bagi penduduk lokal yang seringkali

sangat sadar terhadap dampak tourism. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan. Sebab,

masyarakat lokal-lah yang harus menanggung dampak kumulatif dari perkembangan

wisata dan mereka butuh untuk memiliki input yang lebih besar, bagaimana masyarakat

dikemas dan dijual sebagai produk pariwisata.

D’amore (2007) dalam Hadiwijoyo (2012) memberikan guidelines model bagi

pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, yakni :

1) Mengidentifikasi prioritas pembangunan yang dilakukan penduduk lokal

(resident)

2) Mempromosikan dan mendorong penduduk lokal

3) Pelibatan penduduk lokal dalam industri

4) Investasi modal lokal atau wirausaha sangat dibutuhkan

5) Partisipasi penduduk dalam event-event dan kegiatan yang luas

6) Produk wisata untuk menggambarkan identitas lokal

7) Mengatasi problem-problem yang muncul sebelum pengembangan yang

lebih jauh

Pengembangan adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju,

baik, sempurna dan berguna (Suwantoro, 1997). Suwantoro menyebutkan beberapa

bentuk produk pariwisata alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu :

Pariwisata budaya (culure tourism), ekowisata (ecotourism), pariwisata bahari (marine

tourism), pariwisata petualangan (adventure tourism), pariwisata agro (agrotourism),

pariwisata pedesaan (village tourism), gastronomi (culinary tourim), pariwisata spiritual

(spiritual tourism) dan lainnya.

Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan strategi pengembangan

daya tarik wisata dalam penelitian ini adalah usaha-usaha terencana yang disusun secara

sistematis yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam usaha

meningkatkan dan memperbaiki daya tarik wisata sehingga keberadaan daya tarik

wisata itu lebih diminati oleh wisatawan.

Pengertian daya tarik wisata menurut Undang-undang Republik Indonesia No.

10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan Bab I, Pasal 5, menyebutkan sebagai berikut

“daya tarik wisata” adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai

yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

1.3 Konsep Community Based Tourism

Menurut Pinel (2007) dalam Hadiwijoyo (2012) Community Based Tourism

merupakan model pengembangan pariwisata yang berasumsi bahwa pariwisata harus

berangkat dari kesadaran nilai-nilai kebutuhan masyarakat sebagai upaya membangun

pariwisata yang lebih bermanfaat bagi kebutuhan, inisiatif dan peluang masyarakat

lokal.

Community Based Tourism menurut Isnaini (2007) dalam Hadiwijoyo (2012)

lahir dari strategi pengembangan masyarakat dengan menggunakan pariwisata sebagai

alat untuk memperkuat kemampuan organisasi masyarakat lokal.

Isnaini (2007) menambahkan konsep Community Based Tourism mempunyai

prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai tool of community development bagi

masyarakat lokal, yakni :

1) Mengakui, mendukung dan mempromosikan pariwisata yang dimiliki masyarakat,

2) Melibatkan anggota masyarakat sejak awal pada setiap aspek,

3) Mempromosikan kebanggaan masyarakat,

4) Meningkatkan kualitas hidup,

5) Menjamin sustanbilitas lingkungan,

6) Memelihara karakter dan budaya lokal yang unik,

7) Membantu mengembangkan cross-cultural learning,

8) Menghormati perbedaan-perbedaan cultural dan kehormatan manusia,

9) Mendistribusikan keuntungan secara adil diantara anggota masyarakat,

10) Menyumbang prosentase yang ditentukan bagi income proyek masyarakat.

Suansri (2003) dalam Nurhidayati (2012) mengatakan Community Based

Tourism sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan,

sosial, dan budaya. CBT merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata

yang berkelanjutan. Dalam definisi yang disampaikan Suansri, prinsip dasar CBT yang

disampaikan Suansri (2003:12) dalam gagasannya yaitu :

a) Mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam

industri pariwisata

b) Mengikutsertakan anggota, komunitas dalam memulai setiap asek

c) Mengembangkan kebanggaan komunitas

d) Mengembangkan kualitas hidup komunitas

e) Menjamin keberlanjutan lingkungan

f) Mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area lokal

g) Membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada

komunitas

h) Menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia

i) Mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas

j) Berperan dalam menentukan prosentase pendapatan (pendistribusian pendapatan)

dalam proyek yang ada di komunitas

Sepuluh prinsip dasar tersebut harus menjadi tumpuan, arah dan prinsip dasar

dari pembangunan pariwisata agar keberlanjutannya terjamin.

Ernawati (2010) mengemukakan Community Based Tourim adalah model

manajemen kepariwisataan yang dikelola oleh masyarakat setempat yang berupaya

untuk meminimalkan dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan dan budaya dan

pada saat yang sama menciptakan dampak ekonomi yang positif. Masyarakat tinggal

disekitar obyek dan daya tarik pariwisata, sesungguhnya penduduk adalah bagian dari

atraksi wisata itu sendiri. Konsep CBT bermakna bahwa manajemen pariwisata

ditempat bersangkutan dikelola oleh masyarakat setempat, ini meliputi pengelolaan

kepariwisataan secara menyeluruh dilokasi tersebut, termasuk penyiapan semua

produk/pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan. Dengan cara demikian

memungkinkan untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan

kepariwisataan untuk masyarakat setempat, serta menempatkan mereka sebagai subyek

kegiatan kepariwisataan bukan sebagai obyek.

Sementara Yaman & Mohd (2004) dalam Nurhidayati (2012) mengemukakan

beberapa kunci pengaturan pembangunan pariwisata dengan pendekatan CBT yaitu :

a) Adanya dukungan pemerintah

CBT membutuhkan dukungan struktur yang multi instutisonal agar sukses

dan berkelanjutan. Pendekatan CBT berorientasi pada manusia yang

mendukung pembagian keuntungan dan manfaat yang adil serta

mendukung pemberantasan kemiskinan dengan mendorong pemerintah dan

masyarakat untuk tetap menjaga sumber daya alam dan Budaya.

Pemerintah akan berfungsi sebagai fasilitator, coordinator atau badan

penasehat SDM dan penguatan kelembagaan.

b) Partisipasi dari stakeholder

CBT didiskripsikan sebagai variasi aktivitas yang meningkatkan dukungan

yang lebih luas terhadap pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat.

Konservasi sumber daya juga dimaksudkan sebagai upaya melindungi

dalam hal memperbaiki mata pencaharian/penghidupan masyarakat. CBT

secara umum bertujuan untuk penganekaragaman industri, peningkatan

partisipasi yang lebih luas ini termasuk partisipasi dalam sektor informal,

hak dan hubungan langsung dan tidak langsung dari sektor lainnya.

Pariwisata berperan dalam pembangunan internal dan mendorong

pembangunan aktivitas ekonomi yang lain seperti industri jasa dan lainnya.

Anggota masyarakat dengan kemampuan kewirausahaan dapat

menentukan/membuat kontak bisnis dengan tour operator, travel agent

untuk memulia bisnis baru.

c) Pembagian keuntungan yang adil

Tidak hanya berkaitan dengan keuntungan langusng yang diterima

masyarakat yang memiliki usaha disektor pariwisata tetapi juga keuntungan

tidak langsung yang dapat dinikmati masyarakat yang tidak memiliki usaha.

Keuntungan tidak langsung yang diterima masyarakat dari kegiatan

pariwisata jauh lebih luas antara lain berupa proyek pembangunan yang

bisa dibiayai dari hasil penerimaan pariwisata.

d) Penggunaan sumber daya lokal secara berkesinambungan

Salah satu kekuatan pariwisata adalah ketergantungan yang besar pada

sumber daya alam dan budaya setempat. Dimna asset tersebut dimiliki dan

dikelola olh seluruh anggota masyarakat, baik secara individu maupun

kelompok, termasuk yang tidak memiliki sumber daya keuangan. Hal ini

bisa menumbuhkan kepedulian, penghargaan diri sendiri dan kebanggaan

pada seluruh anggota masyarakat. Dengan demikian sumber daya yang ada

menjadi lebih meningkat nilai, harga dan menjadi alas an mengapa

pengunjung ingin datang ke desa tersebut.

e) Penguatan institusi lokal

Pada awalnya peluang usaha pariwisata di daerah pedesaan sulit diatur oleh

lembaga yang ada. Penting untuk melibatkan komite dengan anggota

berasal dari masyarakat. Tujuan utamanya adalah mengatur hubungan

antara penduduk, sumber daya dan pengunjung. Hal ini jelas membutuhkan

perkembangan kelembagaan yang ada di desa tersebut, yang paling baik

adalah terbentuk lembaga dengan pimpinan yang dapat diterima semua

anggota masyarakat. Penguatan kelembagaan bisa dilakukan melalui

pelatihan dan pengembangan individu dengan keterampilan kerja yang

diperlukan (teknik, managerial, komunikasi, pengalaman kewirausahaan

dan pengalaman organisasi. Penguatan kelembagaan dapat berbentuk

forum, perwakilan dan manajemen komite.

Secara Konseptual CBT menurut Patin dan Francis (2005) dalam Nurhidayati

(2012) diartikan sebagai pendekatan alternatif yang menekankan partisipasi/keterlibatan

komunitas serta merupakan alat pemberdayaan ekonomi komunitas. Berikut ini

penerapan CBT mensyaratkan terpenuhinya beberapa prinsip yang dapat ditampilkan

sebagai berikut.

A. Menurut Suansri (2003) prinsip Community Based Tourism dilihat dari

beberapa segi antara lain :

1) Ekonomi

Terciptanya lapangan pekerjaan sektor pariwisata

Timbulnya pendapatan masyarakat lokal

Timbulnya dana komunitas

2) Sosial

Peningkatan kualitas hidup

Peningkatan kebanggaan komunitas

Pembagian peran yang adil (gender, usia)

Mekanisme penguatan organisasi komunitas

3) Budaya

Mendorong masyarakat menghormati budaya lain

Mendorong pertukaran budaya

Budaya pembangunan

4) Politik

Peningkatan partisipasi penduduk lokal

Peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas

Mekanisme yang menjamin hak masyarakat lokal dalam

pengelolaan SDA

5) Lingkungan

Pengembangan carrying capacity

System pembuangan sampah yang ramah lingkungan

Kepedulian terhadap konservasi

B. Berdasarkan UNEP dan WTO (2005) prinsip Community Based Tourism

(CBT) antara lain :

1) Sosial

Mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek

Mengembangkan kebanggaan komunitas

Mengembangkan kualitas hidup komunitas

2) Ekonomi

Mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan

komunitas dalam industri pariwisata

Mendistribusikan keuntungan secara adil kepada anggota

komunitas

3) Budaya

Mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area lokal

Membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran

budaya dan martabat manusia

4) Lingkungan

Menjamin keberlanjutan lingkungan

5) Politik

Berperan dalam menentukan presentase pendapatan

(pendistribusian pendapatan)

C. Yaman dan Mohd (2004) mengemukakan prinsip-prinsip dalam Community

Based Tourism (CBT) sebagai berikut :

1) Segi ekonomi - ekonomi yang berkelanjutan

2) Lingkungan – keberlanjutan Ekologi

3) Politik – kelembagaan bersatu

4) Sosial – keadilan pada distribusi biaya dan keuntungan pada seluruh

komunitas.

Berdasarkan definisi para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsep

Community Based Tourism (CBT) adalah suatu konsep pengembangan daerah destinasi

yang melibatkan masyarakat/komunitas secara langsung maupun tidak langsung dalam

kegiatan pariwisata.