Upload
lykhuong
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI
DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Dalam sub bab ini dapat diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang
dianggap relevan dan sebagai bahan rujukan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Sukartini dkk (2014), menyatakan dengan iklim tropis yang dimiliki
Indonesia sangat potensial menghasilkan buah-buahan tropis. Sementara hal yang
bertolak belakang terjadi dikehidupan masyarakat seperti konsumsi rumah tangga,
industri pariwisata dan industri minuman yang ada di Indonesia lebih memilih
menggunakan buah impor.
Permasalahan tersebut terjadi karena buah lokal yang kalah bersaing dengan
buah impor, hasil kajian dari artikel ini meliputi adanya beberapa faktor yang
mengakibatkan buah lokal yang kalah bersaing dengan buah impor diantaranya
faktor perubahan selera konsumen, kurangnya promosi buah lokal, kualitas buah
lokal yang masih rendah, kuantitas buah impor yang masuk ke Indonesia yang
tidak terkontrol dan keberlangsungan pasokan buah lokal yang tidak terjamin.
Analisis faktor digunakan dalam menentukan faktor dominan buah lokal kalah
bersaing dengan buah impor. Hasil kajian ini disimpulkan bahwa pasokan buah
lokal yang masih bergantung pada musim yang menyebabkan keterbatasan buah
lokal sehingga masuknya kuantitas buah impor yang tidak terkontrol dapat
mengisi permintaan konsumen terhadap ketersediaan buah.
21
Permasalahan lainnya karena kurangnya pengawasan dalam masuknya buah
import ke Indonesia dapat mengubah selera konsumen. Solusi untuk permasalahan
tersebut dengan cara kerjasama antara pihak swasta, petani buah dan pemerintah,
adapun solusi yang menjadi harapan kedepan dengan cara mengadakan
penyuluhan dalam rangka meningkatkan kualitas buah lokal dengan menggunakan
varietas unggul, memperbaiki infrastruktur maupun teknologi pasca panen bagi
petani. Saran untuk pemerintah diupayakan untuk pengadaan penyuluhan dan
pelatihan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani buah,
menyediakan peminjaman modal bagi petani buah dan melakukan promosi atau
branding buah lokal yang bekerja sama dengan pihak swasta dalam penyerapan
buah lokal untuk menumbuhkan budaya konsumsi buah lokal dalam kehidupan
masyarakat atau konsumsi wisatawan.
Hasil kajian dalam jurnal memaparkan bahwa industri rumah tangga lebih
banyak menggunakan buah impor dalam kegiatan sehari-hari dibandingkan
dengan industri pariwisata. Penyajian buah impor dipandang lebih menarik dari
segi warna, penampilan dan tidak bergantung pada musim sehingga pada saat
dipergunakan tidak menunggu musim buah tersebut. Penyajian buah impor dalam
industri rumah tangga lebih banyak terserap pada hari raya dan sebagai sarana
upacara adat umat hindu. Menyikapi hal ini, sangat diperlukan tindak lanjut
pemerintah dalam membantu petani lokal untuk memberikan penyuluhan dalam
pengadaan buah sepanjang tahun serta membantu peminjaman modal untuk
petani. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti buah lokal
dan permasalahan yang membuat buah lokal kalah bersaing dengan buah impor.
22
Perbedaan dengan penelitian ini adalah narasumber yang digunakan, dalam
penelitian Sukartini,dkk memiliki narasumber dari masyarakat yang ada di Kota
Denpasar sedangkan penelitian ini memiliki narasumber dari pihak hotel di
Kawasan Sanur.
Sinambela dkk (2014), dalam artikelnya membahas dengan adanya kegiatan
impor mengakibatkan kuantitas jumlah produksi lokal berkurang. Ketergantungan
pada kegiatan impor dapat memberikan dampak penurunan produksi lokal secara
terus menerus sehingga eksistensi dan daya saing produksi lokal menjadi
menurun. Peneliti menganalisis pengaruh keberadaan buah impor terhadap buah
lokal secara kuantitatif di daerah penelitian dan menganalisis strategi peningkatan
daya saing buah lokal terhadap keberadaan buah impor. Penelitian ini meliputi
analis Faktor internal yang mempengaruhi daya saing buah lokal adalah modal,
kualitas buah, tampilan (packing) buah, ketersediaan, dan sifat buah yang
musiman. Faktor eksternal adalah penggunaan pengawet, supermarket di sekitar
pasar tradisional yang identik dengan buah impor, permintaan (minat) konsumen,
penawaran dari agen, hari raya besar/akhir pekan, dan harga buah. Metode
penelitian yang digunakan yaitu secara purposive, metode penarikan sampel
dilakukan secara Accidental Sampling, metode analisis data menggunakan analisis
SWOT.
Penelitian Sinambela dkk membahas dampak dari penyajian buah impor
yang lebih tinggi dibandingkan dengan peggunaan buah lokal. Hasil dari kajian ini
menganalisis pengaruh secara internal dan eksternal dengan menggunakan analisis
SWOT. Adapun pengaruh dalam penggunaan buah impor yang lebih banyak
23
dibandingkan dengan buah lokal membuat strategi agar penggunaan buah lokal
dapat secara maksimal. Strategi yang digunakan berdasarkan analisis SWOT dari
faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi daya saing buah lokal
dengan buah impor. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti
buah lokal dengan perbedaan lokasi penelitian, analisis yang dipergunakan dalam
menjawab rumusan masalah adalah SWOT sedangkan peneliti menggunakan
analisis faktor dan sumber informan yang berbeda dengan penelitian ini.
Sudarmini (2008), dalam artikelnya menunjukkan bahwa secara umum
terjadi perbedaan persepsi konsumen terhadap buah import dan buah lokal di Kota
Denpasar dimana persepsi konsumen lebih baik terhadap buah impor
dibandingkan buah lokal. Persamaan dengan penelitian ini adalah persepsi
konsumen terhadap buah impor baik dari segi penampilan buah import lebih
menarik dari segi warna dan rasa, rasa status yang dianggap mampu ketika tetap
menggunakan buah impor dalam sehari-hari, ketersediaan buah import tidak
tergantung dengan musim dan kualitias buah lokal yang masih rendah.
Penelitian ini menggunakan data primer dengan melakukan wawancara dan
pengisian kuesioner kepada masyarakat di Kota Denpasar untuk menjawab
persepsi konsumen (masyarakat Kota Denpasar) terhadap penggunaan buah impor
dan buah lokal. Hasil dari jurnal ini lebih dominannya masyarakat menggunakan
buah impor dibandingkan buah lokal. Persamaan dalam penelitian ini adalah
meneliti pengaruh penggunaan buah impor dan buah lokal dan menggunakan
analisis faktor sedangkan perbedaannya dari narasumber dan lokasi penelitian.
24
Sumawidari dkk (2013), yang melakukan penelitian terhadap industri
pariwisata khususnya hotel menemukan bahwa ada lima faktor yang menentukan
permintaan buah lokal pada hotel berbintang yang ada di Kabupaten Badung yaitu
kualitas buah, harga, kriteria hotel, ketersediaan dan kebijakan pemerintah.
Persamaan dengan penelitian ini adalah pemilihan lokasi yang mengambil lokasi
penyajian buah lokal di hotel berbintang di Bali. Penelitian Sumawidari dkk
secara umum menganalisis faktor-faktor yang nantinya akan mempengaruhi
permintaan buah lokal yang terjadi di industri pariwisata, maka dari itu disarankan
kepada pihak pemerintah bekerjasama dengan petani lokal dalam membentuk
perkumpulan agribisnis yang dengan rutin mengadakan penyuluhan dalam
mengembangkan buah lokal, karena permasalahan yang terjadi di industri
pariwisata adalah belum maksimalnya kontinueitas pasokan buah yang sementara
terjadi di industri pariwisata permintaan buah yang cukup tinggi. Dari penelitian
ini adanya hipotesis adanya faktor dominan yang menentukan permintaan buah
lokal di hotel berbintang Denpasar dan Badung adalah kualitas buah.
Relevansi penelitian ini disimpulkan adanya faktor- faktor yang
mempengaruhi penyajian buah lokal yang terjadi di industri pariwisata.
Permasalahan yang terjadi adalah ketersediaan buah lokal yang bergantung pada
musim sehingga sulit memenuhi permintaan pasar, sehingga dengan keadaan
seperti itu akan sangat memungkinkan masuknya buah impor yang tidak
terkontrol dengan rasa dan tampilan yang lebih menarik daripada buah lokal
sehingga perlu adanya kerjasama antara pemerintah dalam upaya penyuluhan dan
perbantuan modal bagi petani, upaya petani yang lebih kreatif dalam
25
memproduksi buah lokal yang tidak hanya terfokus pada produksi buah musiman
dan pihak swasta yang membantu penyerapan buah lokal sebagai konsumsi
masyarakat dan wisatawan, disamping telah ditetapkan Perda No. 3 tahun 2013
tentang Perlindungan Buah Lokal. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi
dalam penelitian ini hanya dalam lingkup Hotel Berbintang di Kawasan
Pariwisata Sanur.
2.2 Konsep
Penelitian ini menggunakan beberapa konsep sesuai pokok pikiran
diantaranya :
2.2.1 Pengertian Kawasan Pariwisata
Suatu kawasan pariwisata diharapkan menyediakan akomodasi, daya tarik
dan fasilitas wisata yang dikemas secara unik dan berbeda yang tidak didapatkan
wisatawan di daerah asal mereka. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia
No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pengertian kawasan pariwisata dan
kawasan strategis pariwisata sebagai berikut :
Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun
atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata dan kawasan
strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai
pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, daya dukung lingkungan hidup, serta
pertahanan dan keamanan.
Kawasan pariwisata yang menjadi lokasi penelitian adalah kawasan
pariwisata Sanur. Kawasan Pariwisata Sanur adalah salah satu kawasan pariwisata
yang telah dikenal oleh mata dunia, dimana Kawasan Pariwisata Sanur dilengkapi
26
oleh prasarana dan sarana yang mendukung dalam memenuhi kebutuhan
wisatawan.
Perkembangan suatu kawasan pariwisata tergantung pada apa yang dimiliki
kawasan tersebut untuk ditawarkan kepada wisatawan. Suatu kawasan pariwisata
memenuhi pelayanan yang ditunjukkan untuk memenuhi kepuasan dan kebutuhan
wisatawan dari saat mereka meninggalkan rumah hingga kembali ke daerah asal.
Menurut Pitana dan Surya Diarta (2009:130), komponen yang dimiliki kawasan
pariwisata diantaranya atraksi destinasi, fasilitas destinasi, aksesibilitas, image dan
harga. Komponen kawasan pariwisata Sanur dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Atraksi Destinasi
Elemen yang terkandunng dalam destinasi dan lingkungan di dalamnya
yang secara individual atau kombinasinya memegang peranan penting dalam
memotivasi wisatawan untuk berkunjung ke destinasi tersebut. Atraksi destinasi
alam yang dimiliki Sanur meliputi pantai dan atraksi buatan seperti museum dan
gallery dan adanya atraksi budaya dengan adanya kesempatan berbaur dengan
masyarakat Sanur dalam kegiatan upacara melasti dan adanya Sanur Village
Festival.
b. Fasilitas Destinasi
Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan
wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Adapun sarana-
sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata Sanur adalah
hotel melati hingga hotel berbintang, homestay/penginapan, restaurant, money
changer, sarana komunikasi dan keamanan.
27
c. Aksesibilitas
Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan
komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan
seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam
aksesibilitas adalah transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya,
kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat.
Selain transportasi yang berkaitan dengan aksesibilitas adalah prasarana meliputi
jalan, jembatan, terminal, stasiun, dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk
membantu menghubungkan suatu tepat dengan tempat yang lain untuk
memudahkan perpindahan wisatawan seperti adanya penyewaan sepeda, sepeda
motor, mobil dan taxi yang mudah ditemui oleh wisatawan di area Sanur.
d. Image
Image atau kesan wisatawan untuk memotivasi mengunjungi suatu kawasan
pariwisata. Image ini bisa berupa produk, pelayanan, pengalaman dan fakta
mengenai suatu kawasan pariwisata. Kawasan pariwisata Sanur lebih dikenal
dengan image sebagai rumah kedua bagi wisatawan Eropa, kuliner dan keramah-
tamahan masyarakat Sanur dapat mendorong wisatawan mengunjungi Sanur.
e. Harga
Biaya keseluruhan selama perjalanan wisata, biaya ini biasanya terdiri dari
satu harga untuk akomodasi, makanan dan minuman dan biaya perjalanan.
Kawasan pariwisata Sanur menawarkan banyak variasi harga untuk menginap di
hotel maupun penginapan, biaya selama berlibur di Sanur yang biasanya
ditawarkan Travel Agent kepada wisatawan yang ingin berlibur ke Sanur.
28
Kawasan Pariwisata Sanur merupakan kawasan pengembangan wisata
pertama di Bali yang ditandai dengan hadirnya hotel-hotel berbintang serta
berbagai macam fasilitas pendukung untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
2.2.2 Pengertian Hotel Berbintang
Kawasan pariwisata memiliki berbagai macam fasilitas dimana salah satu
nya adalah hotel. Definisi hotel menurut SK Menparpostel Nomor KM 94/ HK
103/MPPT 1987 adalah :
Suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh
bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan
minum serta jasa lainnya bagi umum,yang dikelola secara komersial.
Hotel juga sangat berperan penting bagi wisatawan asing maupun domestik
yang sedang mengadakan kegiatan atau hanya sekedar berlibur. Katagori jenis
hotel yang paling diminati wisatawan saat berlibur adalah resort hotel. Resort
Hotel merupakan hotel tersebut berlokasi di daerah khusunya yang bertema
pegunungan, di tepi pantai, atau aliran sungai lainnya. Hotel tersebut
diperuntukkan bagi keluarga yang sedang melakukan liburan dan hanya sekedar
ingin beristirahat sejenak. Motel merupakan tempat menginap yang berlokasi di
pinggiran atau sepanjang jalan raya di suatu kota besar. Hotel tersebut
diperuntukkan mereka yang sedang berlibur dan membawa kendaraan pribadi
sendiri dengan disediakan fasilitas garasi dan city hotel yang berada di pusat kota
biasanya diperuntukkan untuk businessman yang mengadakan pemesanan kamar
dengan tujuan meeting corporate.
29
Pengertian di atas dapat dikemukanan bahwa hotel sendiri akan memilki
karakteristik yang berbeda-beda. Secara umum hotel memiliki karakteristik,
sebagai berikut :
1. Industri yang bermodalkan nominal besar.
2. Dipengaruhi oleh beberapa sektor antara lain sektor ekonomi, politik, sosial,
budaya, dan keamanan dimana hotel tersebut berada.
3. Pemasaran produk adalah jasa dan produk itu sendiri.
4. Beroperasi selama 24 jam.
5. Pelanggang sebagai raja sekligus partner dalam usaha.
6. Menyediakan berbagai fasilitas pendukung lainnya seperti room service,
internet centre, free wifi dan fasilitas yang memnuhi kebutuhan wisatawan
yang menginap di hotel.
Berdasarkan kelasnya hotel berbintang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Hotel bintang satu : minimal 15 kamar
2. Hotel bintang dua : minimal 20 kamar
3. Hotel bintang tiga : minimal 30 kamar
4. Hotel bintang empat : minimal 50 kamar
5. Hotel bintang lima : minimal 100 kamar
6. Hotel bintang lima + diamond : hotel dengan kualitas lebih baik dari hotel
bintang lima (Soenarno, 2000:28).
Katagori hotel berbintang juga ditentukan oleh mempertimbangkan
keberadaan atau ketiadaan fasilitas penunjang hotel. Menurut Komar (2006:135)
memamparkan :
30
Klasifikasi hotel bintang adalah kriteria penggolongan hotel berdasarkan
jumlah poin yang didapatkan dari hasil penilaian. Penilaian itu berdasarkan
fisik/bangunan, manajemen/operasional dan pelayanan/service.
Pada penelitian ini, hotel yang ditunjuk sebagai lokasi penelitian adalah
hotel katagori bintang 2, bintang 3, bintang 4 dan bintang 5 yang berada di
kawasan pariwisata Sanur.
2.2.3 Buah Lokal
Pemasaran komoditas buah-buahan di pasar dunia berkembang cukup pesat.
Buah-buahan tropis Indonesia mulai dilirik pasar dunia, sehingga keadaan ini
membuka peluang untuk mengembangkan buah lokal Indonesia. Produk buah
lokal sudah diatur dalam Perda Bali No. 3 Tahun 2013 di mana :
Buah lokal adalah semua jenis buah-buahan yang dikembangkan dan
dibudidayakan di Bali. Produk Buah Lokal adalah semua hasil dan
turunan hasil yang berasal dari tanaman buah lokal yang masih segar atau
yang telah diolah.
Menurut Sunarjono (2013;7), di Indonesia terdapat berbagai macam jenis
buah-buahan. Namun pada dasarnya berbagai jenis buah dibedakan menjadi dua
kelompok sesuai syarat hidupnya, yaitu buah-buahan subtropics dan buah-buahan
tropis yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Buah-buahan subtropis menghendaki suhu rendah (kurang dari 210 C) untuk
tumbuh dan berbuah. Lokasi di Indonesia terdapat di dataran tinggi dengan
ketinggian lebih dari 1.000 m diatas permukaan laut. Adapun buah dataran
tinggi seperti apel, pir, persik, kiwi dan markisa.
b. Buah-buahan tropis menghendaki suhu tinggi (lebih dari 250 C) untuk
tumbuh subur dan berbuah. Lokasi di Indonesia terdapat di dataran rendah
31
dan disekitar garis khatulistiwa. Buah yang masuk dalam kelompok buah
tropis antara lain durian, rambutan, salak, manggis, duku dan mangga.
Buah subtropis dan buah tropis masuk dalam katagori buah lokal yang
dikembangkan di Indonesia. Keanekaragaman buah lokal yang ditanam di
Indonesia menambah banyaknya varietas buah lokal yang menjadi konsumsi bagi
masyarakat dan wisatawan. Varietas yang dihasilkan buah lokal meliputi dua
macam, yang pertama adalah buah yang varietas tanamannya asli Indonesia dan
ditanam petani di Indonesia dan yang kedua ialah buah yang varietas tanamannya
dari negara lain namun ditanam petani di Indonesia. Dengan demikian, buah lokal
itu buah yang dihasilkan petani Indonesia terlepas dari mana asal varietasnya.1
Buah lokal dengan penanganan panen dengan baik akan diserap lebih
banyak oleh masyarakat. Menurut Pujimulyani (2009:1), penanganan hasil
pertanian setelah panen terkait dengan istilah pasca panen. Pasca panen adalah
suatu kegiatan yang dimulai dari bahan setelah dipanen sampai siap untuk
dipasarkan atau digunakan konsumen dalam kondisi masih segar atau siap diolah
lebih lanjut dalam industri.
Petani mengadakan sortasi dengan tujuan memisahkan sayuran dan buah-
buahan sesuai tingkat kematangan, tingkat kekerasan (tekstur), ukuran, warna
hasil panen memisahkan yang rusak. Petani tidak melakukan sortasi dengan tepat
karena keterbatasan pengetahuan dan ingin segera memenuhi keperluan hidup
dengan menjual hasil panen segera setelah dipanen.
1 Atep Hidayat. 1 Oktober 2014.”Buah Lokal dan Nasionalisme Kita”[Diunduh tanggal 5 Oktober
2014]. Sumber:URL: file:///C:/Users/Acer/Downloads/Agro%20012%281%29.pdf.
32
Hasil pertanian yang telah melalui tahap sortasi akan dikelompokkan sesuai
dengan kriteria atau grade untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut
Wirawan dkk (2014:22), kriteria buah lokal dengan mengambil sampel buah jeruk
atau salak dapat dibagi menjadi:
a. Grade A terdiri dari buah yang dengan ukuran besar yang dijual keluar
untuk di ekspor, dipergunakan di industri pariwisata dan sebagian terdapat
di supermarket.
b. Grade B terdiri dari buah dengan ukuran sedang yang biasanya ada di
supermarket.
c. Grade C terdiri dari buah ukuran kecil yang biasanya ada pada pasar
tradisional.
Pola sortasi buah lokal akan mewujudkan buah lokal menjadi tuan rumah
dinegerinya sendiri yang dapat diwujudkan apabila dibangun supply-chain
management (SCM). Menurut Nurchayati dan Hikmah (2014:29), SCM
merupakan strategi bisnis yang mengintegrasikan secara vertical perusahaan-
perusahaan dalam supply chain (SC) untuk meningkatkan efisiensi dan prestasi
keseluruhan anggota SC agar dapat memenuhi tuntutan konsumen sehingga
menjadi satu kesatuan kegiatan bisnis yang kompetitif. Penerapan SCM dapat
diuraikan dalam contoh berikut :
1. Petani buah di Taiwan membentuk asosiasi atau kelompok tani. Mereka
melakukan seleksi sendiri dengan buah dikemas sesuai standar kemudian
ditawarkan ke pasar grosir. Para tengkulak dipersilahkan memberli di pasar
grosir dengan cara lelang dengan ketentuan yang dibuat asosiasi.
33
2. Indonesia yakni di Lumajang, Jawa Timur telah membuat kelompok petani
pisang mas Kirana dengan membentuk Kelompok Tani Sumber Jambe.
Proses sortasi pada buah lokal yang siap dipasarkan melalui pascapanen
sebaik mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah. Masalah kerusakan buah
tampaknya sederhana namun penanganan pascapanen sangat berpengaruh pada
mutu buah dan harga jual. Buah yang baik (tidak cacat) memiliki harga jual yang
jauh lebih tinggi dibandingkan buah yang cacat. Untuk mendapatkan mutu yang
baik, buah yang dipetik harus benar-benar memiliki derajat kematangan yang
tepat. Proses sortasi pada buah dapat mengelompokkan buah yang dapat
memenuhi standarisasi yang diperlukan dalam operasional hotel.
Adanya standarisasi buah lokal sangat diharapkan penyajian berbagai jenis
buah lokal dapat maksimal di industri pariwisata khususnya hotel. Menurut Dewi
Apriyanti, hotel berkomitmen untuk memanfaatkan hasil produksi lokal buah dan
sayuran dimana tidak hanya mutu, persediaan bahan baku lokal yang kuantitasnya
terjaga sangat diperlukan dalam operasional hotel. Permintaan buah lokal untuk
industri pariwisata dengan kebutuhan buah-buahan sangat dominan dengan
tingginya konsumsi buah pada umumnya pagi hari saat breakfast. 2
Standar mutu buah lokal secara fisik tidak bisa menjamin standar mutu yang
terkandung dalam buah lokal. Standar mutu berupa batasan gabungan dari sifat-
sifat atau ciri-ciri yang memberikan nilai kepada setiap komoditi yang dihasilkan.
Mutu tidak selalu berkaitan dengan produk yang dihasilkan tetapi dapat berupa
2 Dewi Apriyanti. 17 Februari 2015.“Pembatasan Buah Impor Pengelola Hotel dan Restoran
Harapkan Mutu Buah Lokal Ditingkatkan”.[Diunduh tanggal 20 Maret 2015].
Sumber:URL:http://www.bisnisbali.com/2013/04/10/news/bog/gg.html.
34
pelayanan meliputi kemasan dengan label atau merk, ketepatan waktu pengiriman,
ketersediaan buah dsb).
Standar mutu dibuat untuk melindungi konsumen yang berkaitan dengan kualitas
buah-buahan yang dihasilkan. Unsur yang berkaitan dengan kualitas buah yang
dihasilkan meliputi :
a. Kualitas yang dapat dilihat (dimensi, berat, dan volume), bentuk (rasio antar
dimensi, keseragaman, kondisi permukaan), warna (keseragaman warna,
intensitas, gloss), kondisi umum (kemulusan, ada/tidak cacat dan
kerusakan).
b. Kualitas rasa meliputi kekerasan, keempukan, kerenyahan, kesegaran,
kealotan, kekentalan sari buah. Mutu tekstur buah sangat berkaitan untuk
buah lokal ekspor dalam bentuk segar maupun olahan.
c. Aroma meliputi kemanisan, keasaman, intensitas rasa pahit, pedas dan
sepat.
d. Kualitas terkadung pada nutrisi meliputi kandungan gula, karbohidrat,
vitamin dan mineral, anti oksidan (karoten, isoflavon) dan serat.
e. Kualitas kesehatan meliputi bebas kontaminasi baik oleh mikroba pathogen,
toksin, bahan kimia, pestisida serta cemaran fisik lainnya (kotoran).
f. Fleksibilitas meliputi kemudahan untuk dikonsumsi, kemudahan untuk
disajikan, kemudahan pembuangan sampah dsb.
35
g. Kualitas lainnya meliputi faktor ekonomi (harga), faktor lingkungan, halal,
umur simpan, konsistensi suplai, sampah bekas kemasan.3
Semua kelas buah memiliki ketentuan minimum yang harus dipenuhi antara
lain buah tersebut harus utuh, penampilan segar, padat, layak konsumsi, bersih,
bebas dari benda-benda asing, bebas dari lecet yang mengakibatkan perubahan
pada rasa dan penampilan, bebas dari hama dan penyakit, bebas dari kelembaban
eksternal yang abnormal kecuali pengembunan sesaat setelah pemindahan dari
tempat penyimpanan dingin dan bebas dari aroma asing. Adanya proses penerapan
standarisasi mutu pada buah lokal berdampak pada beberapa elemen diantaranya :
1. Produsen
Standarisasi mutu buah lokal memberikan keuntungan bagi produsen karena
produsen dapat memperoleh harga jual tinggi dari produk bermutu yang
dihasilkan, penerapan standarisasi mutu menciptakan persaingan yang sehat
dan dapat melakukan transaksi penjualan yang fair.
2. Pedagang
Buah-buahan yang masuk ke pasaran adalah buah yang bermutu tinggi dan
memiliki daya jual tinggi, memudahkan mengatur sistem penjualan, buah
yang melalui uji standar mutu membuka peluang untuk dapat di ekspor.
3. Konsumen
Dapat memilih jenis buah yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan
membayar karena harga akan berbeda untuk buah lokal dengan standar
mutu tinggi, selain itu dengan adanya transaksi yang fair dapat membantu
3 Subandi. 18 Oktober 2014."Kualitas Buah Hasil hortikultura”. [Diunduh tanggal 29 Mei 2015].
Sumber:URL:Bangsosekgamas.blogspot.com/2014/10/kualitas-buah-hasil-hortikultura.html?m=1/.
36
konsumen menuntut ke penjual atau produsen buah apabila buah yang dibeli
tidak sesuai dengan kelas mutu yang tertera.
Proses standarisasi mutu buah lokal biasanya ditandai penandaan dan
pelabelan pada kemasan dimana setiap kemasan dalam container harus
menggunakan tulisan pada sisi yang sama, mudah dibaca dan tidak terhapus serta
tampak dari luar atau ditunjukkan pada dokumen yang menyertai pengiriman
barang. Untuk buah yang diangkut dalam bentuk curah, label harus ditunjukkan
pada dokumen yng menyertai buah dimana pelabelan sekurang-kurangnya
mencantumkan nama dan varietas buah, nama dan alamat perusahaan eksportir,
pengemas atau pengepul, asal buah, kelas, ukuran (kode ukuran atau kisaran bobot
dalam gram) dan jumlah buah.
2.3 Landasan Teori
Landasan teori merupakan teori yang relevan yang digunakan untuk
menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti dan sebagai dasar untuk memberi
jawaban dari rumusan masalah yang diteliti. Landasan teori akan menjadi dasar
yang kuat dalam sebuah penelitian yang dilakukan sehingga landasan teori dipilih
oleh peneliti sebagai tuntunan untuk mengerjakan penelitian lebih lanjut untuk
menjadi acuan dalam menyelesaikan rumusan masalah. Penelitian ini
menggunakan teori bauran pemasaran dan teori sikap pengambilan keputusan
konsumen.
2.3.1 Teori Bauran Pemasaran
Alur distribusi buah dari produsen berpindah ke konsumen tidak lepas dari
sistem pemasaran. Menurut Antara (2009:6), Subsistem pemasaran atau
37
perdagangan adalah proses pengaliran barang dari sentra produsen ke sentra
konsumen. Proses ini meliputi rangkaian jenis kegiatan mulai dari pengumpulan
produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan, sortasi, distribusi, promosi,
informasi pasar serta intelijen pasar. Menurut Assauri (2009:5), sistem pemasaran
sebagai usaha yang menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat
kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang
tepatdengan promosi dan komunikasi yang tepat. Pengertian ini memberikan suatu
gagasan kegiatan tertentu yang dilakukan mencakup barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan.
Setiap perusahaan khususnya hotel berbintang menentukan efektivitas biaya
dari komponen bauran pemasaran dan bisa merumuskan bauran pemasaran yang
bisa memberikan keuntungan maksimal. Strategi pemasaran yang diperlukan
kerangka empat P dalam teori bauran pemasaran. Elemen 4P terdiri dari
kombinasi variabel-variabel pemasaran yang merupakan faktor internal yang
dimiliki oleh hotel berbintang.
a. Produk
Pihak supplier buah berusaha menawarkan kualitas produksi buah yang
akan menyebabkan pasar sasaran menyukainya bahkan bersedia membayar tinggi.
Atribut produk adalah unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan
dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk menurut
Assauri (2009:200) mengemukakan setiap produk memiliki mutu/kualitas,
penampilan, gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis, jaminan dan pelayanan.
Supplier buah sangat memperhatikan atribut produk buah lokal dilihat dari
38
keadaan fisik buah lokal, pada umumnya konsumen (hotel berbintang) akan
membeli buah lokal karena buah lokal jauh lebih sehat daripada mengkonsumsi
buah impor. Tingkat kesegaran buah lokal yang dianggap banyak orang bisa jauh
menyehatkan. Untuk mengoptimalkan penyerapan buah lokal pada hotel
berbintang diperlukan kerjasama strategi dengan petani buah dalam memasarkan
produk buah lokal dengan mengadakan sortasi setelah panen buah lokal, dalam
sortasi ini sangat membantu mengelompokkan ukuran buah dan mengelompokkan
buah mana yang dapat di ekspor dan buah yang dapat dikonsumsi dalam negeri.
Setelah melakukan proses sortasi dilakukan proses pengemasan buah terhadap
kerusakan akibat cuaca dan kotoran, buah-buahan yang melewati sortasi dikemas
sesuai dengan ukuran buah. Produk buah lokal yang dalam keadaan segar dan
tidak lecet dapat membuat buah lokal mempunyai nilai jual tinggi sehingga buah
yang segar dapat menarik minat pihak hotel berbintang untuk membeli. Atribut
produk yang memenuhi standar hotel akan memudahkan hotel untuk mengolah
buah lokal untuk dapat disajikan kepada wisatawan setiap harinya.
b. Harga
Harga merupakan elemen dalam perusahaan yang dapat menghasilkan
pemasukan dan biaya, sehingga harga dapat berubah secara fleksibel agar
mengenai sasaran sehinggga menghasilkan pemasukan. Harga juga sangat
berpengaruh pada ketersediaan buah lokal. Saat buah lokal tidak pada musimnya
atau saat musim kemarau akan berdampak pada tinggi nya harga buah yang
berbanding terbalik saat musim panen maka produksi buah yang melimpah
membuat harga buah lokal di pasaran menjadi turun. Harga yang ditetapkan oleh
39
supplier buah pada umumnya dengan menambahkan harga pokok buah yang
dibeli dari penjual dan biaya distribusi buah, karena apabila buah yang dijual
memiliki alur distribusi yang panjang maka akan ad penambahan biaya yang
mempengaruhi nilai jual buah lokal.
Harga produksi buah lokal juga sangat berpengaruh pada lingkungan
sekitar. Contohnya, akibat dari letusan Gunung Kelud dengan aktivitas hujan abu
vulkanik berdampak pada kualitas dan distribusi bahkan pemasaran buah di
sejumlah kota di Jawa Timur. Buah-buahan yang dihasilkan seperti jeruk, apel,
semangka semula dengan harga Rp. 25.000/kg kini naik menjadi Rp. 30.000/kg.
Adanya kenaikan harga disebabkan oleh telatnya pengiriman seta pasokan dari
buah lokal yang berada pada daerah yang terkena imbas dari abu vulkanik.4
c. Tempat (Place)
Pemilihan tempat menimbulkan sejumlah tantangan. Perusahaan menyadari
bahwa tempat sangat berkaitan dengan pilihan distribusi akan menimbulkan
kewajiban komitmen jangka panjang yang mengharuskan mereka mungkin tetap
harus mempertahankan sekalipun nanti muncul saluran distribusi yang lebih baru
dan lebih menarik. Menurut Nurchayati dan Hikmah (2014:23), keterkaitan
antara produsen dan konsumen tidaklah terlepas dari kegiatan distribusi. Barang
yang dihasilkan oleh produsen akan bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis
apabila dapat sampai ke konsumen untuk pemenuhan kebutuhannya. Peran
distribusi barang dalam arti tepat waktu dan terjangkau merupakan faktor penentu
4 Meta. 15 Maret 2015.”Manajemen Strategi Pemasaran Secara Efesiensi Buah Lokal Pasca
Letusan Gunung Kelud” [Diunduh tanggal 17 Maret 2015]. Sumber
URL:http://tesismanajemen.com/manajemen-strategi-pemasaran-secara-efisiensi-buah-lokal-
pasca-letusan-gunung-kelud/.
40
terhadap keberhasilan fungsi distribusi barang. Saluran distribusi dapat dibagi
menjadi menjadi :
a. Saluran distribusi langsung yaitu saluran distribusi yang langsung mengarah
pada konsumen seperti hotel, restauran, rumah sakit dan rumah tangga.
Saluran distribusi langsung ini biasanya dilakukan oleh distributor agribisnis
pertanian dalam skala kecil atau yang sudah besar dengan mengadakan
kerjasama dengan pihak konsumen dengan kriteria dan kualitas hasil
produksi yang sudah disepakati.
b. Saluran distribusi tidak langsung, seperti pasar pasar tradisional, swalayan,
pedagang pengecer dan koperasi. Seorang pelaku agribisnis pertanian yang
langsung membawa hasil produksinya ke pasar, tetapi tidak sedikit pula
yang karena keterbatasan sarana transportasi, arus informasi, dan
komunikasi, hasil produksi agribisnis pertanian harus dikumpulkan oleh
pedagang pengumpul.
c. Saluran distribusi yang terakhir adalah eksportir. Kegiatan eksportir
melakukan ekspor hasil produksi agribisnis pertanian, biasanya ditetapkan
standar mutu yang dikeluarkan oleh negara tujuan terhadap kualitas produk
agribisnis pertanian. Kegiatan ekspor perlu memperhatikan keadaan dan
kebutuhan pasar negara yang akan dituju.
Peranan distribusi pedagang perantara yang biasa dijumpai dalam usaha
agribisnis pertanian adalah pedagang eceran, pedagang besar, dan pedagang
pengumpul. Pedagang eceran merupakan perantara yang menjual barang
dagangannya langsung kepada konsumen akhir. Sementara pedagang besar adalah
41
pedagang yang menerima produk agribisnis pertanian dari petani atau pedagang
pengumpul dan menyalurkan kepada pedagang kecil atau eceran. Banyaknya
pedagang perantara membuat mata rantai tata niaga menjadi semakin panjang.
Akibatnya tingkat harga yang diterima petani relatif sangat rendah dibanding
dengan harga yang harus dibayar oleh konsumen. Untuk mengatasi hal ini, perlu
adanya upaya memperpendek jalur tata niaga, disamping upaya peningkatan
efisiensi peranan lembaga tata niaga serta perbaikan sarana transportasi. Dampak
keterlambatan distribusi buah lokal dari produsen ke konsumen membuat
fenomena peredaran buah impor menjadi menjamur di pasaran, fenomena buah
impor dengan harga murah, supply buah yang melimpah, warna dan penampilan
buah impor yang menarik sehingga buah impor tidak kesulitan untuk
memasarkan. Menurut Nurchayati dan Hikmah (2014:29), dengan fenomena
menjamurnya buah impor maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang perlu
mendapatkan perhatian dalam pendistribusian buah lokal yang dapat menjadi
penghambat antara lain :
1. Buah-buahan Indonesia belum dikenal di dunia internasional dan belum
menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
2. Belum berorientasi pada mutu sehingga dalam pengiriman, buah bermutu
baik dicampur dengan buah bermutu jelek, daun, ranting bahkan buah
busuk. Akibatnya 40-60 persen buah rusak dan harus dibuang. Rendahnya
mutu buah lokal terkait erat dengan sistem produksi, sistem panen dan
penanganan pasca panen.
42
3. Sistem produksi buah-buahan di Indonesia umumnya menggunakan sistem
produksi pekarangan dan agroforestry.
Sistem agroforestri adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan
ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim.
Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan,
secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam
larikan sehingga membentuk lorong/pagar. Bentuk agroforestri sederhana yang
paling banyak dibahas di Jawa adalah tumpangsari.5
d. Promosi
Kegiatan promosi mencakup semua alat komunikasi yang dapat
menyampaikan pesan pada khalayak sasaran. Kegiatan promosi dikelompokkan
menjadi lima kelompok umum diantaranya periklanan, promosi penjualan,
hubungan masyarakat (public relation), tenaga penjual dan pemasaran langsung.
Kegiatan promosi dapat berupa suatu bentuk komunikasi pemasaran, sedangkan
komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang menyebarkan informasi,
mempengaruhi, membujuk atau mengingatkan pasar sasaran perusahaan dan
produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang
ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Kegiatan promosi yang dilakukan
untuk memperkenalkan buah lokal telah dilakukan oleh pihak pemerintah yang
bekerja sama dengan pihak swasta dan petani buah. Kegiatan promosi dalam hotel
berbintang di Kawasan Sanur dengan menambahkan sajian buah lokal dalam
5 Kurniatun Hairiah dkk, 10 Mei 2014. “ Sistem Agroforestri Di Indonesia”[Diunduh tanggal 15
Mei 2015]. Sumber:URL:http://worldagroforestry.org/sea/Publications/files/lecturenote/LN0034-
04/LN0034-04-2.pdf/.
43
operasional hotel sehingga kemungkinan besar terserap banyak buah lokal pada
operasional hotel dan penambahan penyajian buah lokal pada event MICE yang
ada pada hotel tersebut.
Kesimpulan dengan adanya bauran pemasaran dapat mengarahkan
perusahaan mencapai sasaran perusahaan yang berupa tingkat laba yang diperoleh
perusahaan dalam jangka panjang dan share pasar tertentu. Teori bauran
pemasaran terdiri dari elemen-elemen yang dimiliki perusahaan dalam melakukan
komunikasi dengan konsumen sehingga tujuan dari perusahaan dapat diorganisir
dengan tepat dan efektif sekaligus dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan
konsumen. Teori bauran pemasaran sangat terkait dengan penelitian ini adalah
adanya bauran pemasaran dapat diketahui kriteria buah lokal yang diminati pihak
industri pariwisata khususnya hotel bintang lima dari 4P yang terdapat pada teori
bauran pemasaran sehingga membantu memberikan refrensi atau informasi
kepada para petani dan supplier buah dalam menyiapkan buah lokal yang
diperlukan sesuai permintaan hotel.
2.3.2 Sikap Pengambilan Keputusan Konsumen
Konsumen akan melewati beberapa tahapan dalam proses pengambilan
keputusan dalam melakukan pembelian suatu produk. Menurut Suprapti
(2010:264), dalam perilaku konsumen teknik pengambilan keputusan bisa
meliputi beberapa jenis diantaranya :
Keputusan yang satu mempengaruhi keputusan yang lain. Tindakan nya
misalnya keputusan untuk membeli suatu produk atau tidak, apabila
membeli suatu produk maka akan mengarah pada merek produk tersebut,
bila sudah memutuskan membeli maka pembelian akan dihadapkan pada
pilihan saluran untuk membeli kemudian menyangkut pembayaran sehingga
keputusan bisa berpengaruh pada jenis keputusan lainnya.
44
Keputusan membeli konsumen masih berpengaruh pada merek, dalam
pembelian buah lokal kebanyakan konsumen lebih memilih buah lokal yang
memiliki tampilan yang lebih menarik dari segi warna dan buah favorit saat itu.
Buah lokal yang dibandingkan dengan buah impor sangat jauh berbeda, keputusan
konsumen lebih banyak membeli buah impor karena buah impor telah memiliki
merek yang telah dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan dengan membeli
buah impor akan menambah rasa atau status mampu bagi konsumen walaupun
harga buah impor jauh lebih mahal dibandingkan buah lokal. Pengaruh keputusan
konsumen pada umumnya meliputi harga, warna, kesegaran, rasa, aroma, tempat
pembelian dan sebagainya sebagai salah satu acuan perancangan produk.
Konsumen memiliki kebebasan untuk memilih produk yang ditawarkan
berdasarkan kepentingan atribut yang mereka inginkan. Preferensi konsumen
terhadap atribut-atribut produk dapat digunakan sebagai acuan perbaikan dan
pengembangan produk baru. Produk yang disukai konsumen ialah produk yang
dapat memenuhi keinginan konsumen. Karakteristik kualitas produk dapat
diperoleh melalui preferensi konsumen berdasarkan pendekatan konsep atribut
produk. Preferensi akan menjadi dasar seorang konsumen dalam mengambil
keputusan pembelian suatu produk.
Sikap pengambilan keputusan konsumen sangat mempengaruhi banyak
faktor secara eksternal dan internal. Adanya kedua faktor tersebut mempengaruhi
keputusan membeli konsumen dalam memutuskan buah yang akan dibeli. Faktor
eksternal seperti atribut harga menjadi artibut yang paling penting dalam memilih
buah. Konsumen merasa bahwa atribut harga sebagai atribut penting yang menjadi
45
evaluasi konsumen dalam pembelian buah. Buah yang harganya murah dan
terjangkau akan menarik minat konsumen untuk membelinya secara konsisten.
Atribut terpenting kedua yang menjadi evaluasi konsumen dalam membeli buah
adalah kesegaran. Kesegaran yang dimaksud adalah buah yang tidak
dijual/disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga akan mempengaruhi
tingkat kesegaran buah tersebut. Semakin segar buah itu terlihat akan menarik
minat konsumen untuk membelinya.
Atribut terpenting ketiga yang menjadi evaluasi konsumen membeli buah
adalah manfaat bagi kesehatan. Konsumen sangat mementingkan manfaat buah
bagi kesehatan. Buah buahan bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh,
kekebalan tubuh, kecantikan kulit wajah, menyegarkan tubuh, menjadikan wajah
terlihat awet muda, mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit, seperti
penyakit luar maupun penyakit dalam.
Atribut terpenting keempat yang menjadi evaluasi konsumen dalam
membeli buah adalah kemudahan memperoleh. Konsumen mementingkan atribut
kemudahan memperoleh menjadi penilaian terpenting bagi konsumen dalam
membeli buah, yaitu konsumen berharap tempat penjualan buah tidak hanya
terbatas di satu tempat saja.
Atribut terpenting kelima yang menjadi evaluasi konsumen dalam membeli
buah adalah warna. Warna pada buah bukanlah sekedar pembeda jenis antara
buah satu dengan lainnya. Warna buah ternyata merupakan informasi kandungan
nutrisinya. Buah yang memiliki warna tertentu bermanfaat untuk membangun
sistem kekebalan tubuh dengan caranya sendiri.
46
Atribut terpenting terakhir yang menjadi evaluasi konsumen dalam membeli
buah adalah kandungan zat seperti vitamin, mineral dan terbebas dari residu
bahan-bahan kimia yang berbahaya seperti pestisida dan herbisida. Atribut
evaluasi konsumen sangat berpengaruh terhadap daya beli konsumen karena
dewasa ini prilaku konsumsi buah lokal juga dapat menyehatkan tubuh.
Keputusan membeli buah lokal untuk keperluan operasional hotel dari
faktor internal dilihat dari tingkat hunian kamar, banyaknya menu dalam suatu
hotel yang memerlukan buah dan permintaan dari wisatawan. Bagian food and
beverage akan membuat market list yang telah disetujui oleh pihak Chef atau
Food and Beverage Manager yang kemudian diadakan pembelian oleh pihak
purchasing. Permintaan buah lokal pada hotel berbintang lebih dominan
dibandingkan dengan buah impor, permintaan yang tinggi akan konsumsi buah
lokal secara tidak langsung menjadi strategi pembatasan masuknya buah impor di
hotel berbintang. Maraknya konsumsi buah impor lebih dominan pada industri
rumah tangga dimana pemilihan buah impor pada sajian sehari-hari dan saat
melakukan yadnya dianggap menjadi trend dan meningkatkan status keluarga
dianggap mampu. Meningkatnya impor buah menunjukkan tingginya tingkat
konsumsi masyarakat terhadap buah impor akan terjadi kompetisi antara buah
lokal dan buah impor baik dari segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Kompetisi
ini dalam jangka panjang akan mengakibatkan buah impor secara bertahap akan
mengancam petani buah lokal di Indonesia.
Sikap konsumen diharapkan lebih banyak mengkonsumsi buah lokal
dibandingkan dengan buah impor, pasokan buah lokal lebih banyak daripada buah
47
impor dilihat dari masuknya buah lokal ke pasar swalayan hampir setiap hari
dibandingkan dengan masuknya buah impor yang dua sampai tiga kali dalam
seminggu. Penyerapan buah lokal dalam industri pariwisata juga diharapkan lebih
banyak menyerap buah lokal karena industri pariwisata merupakan industri
penghasil devisa terbesar. Konsumen dalam hal ini hotel berbintang merupakan
salah satu komponen penting dalam sistem agribisnis. Tumbuhnya sektor
agribisnis akan ditentukan oleh seberapa besar permintaan konsumen terhadap
produk produk agribisnis. Memahami perilaku konsumen buah-buahan
merupakan informasi pasar yang sangat penting bagi sektor agribisnis. Informasi
ini diperlukan sebagai bahan masukan untuk merencanakan produksi,
mengembangkan produk dan memasarkan buah-buahan dengan baik.
2.4 Model Penelitian
Dalam model penelitian bertujuan untuk memaparkan kerangka konsep atau
sebuah bagan yang dimulai dari permasalahan, pembahasan dan simpulan berupa
saran selama penelitian ini. Adapun bagan tersebut didukung oleh konsep dan
landasan teori yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini menguraikan
permasalahan yang terjadi meliputi jenis buah apa saja yang dipergunakan dalam
operational hotel berbintang kawasan pariwisata Sanur, faktor-faktor yang
mempengaruhi penyajian buah lokal di hotel berbintang dan hambatan yang
dialami pihak hotel dalam penyajian buah lokal. Teknik analisis yang digunakan
dengan analisis presentase faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan buah
lokal dengan analisis kualitatif. Seluruh penjelasan tersebut digambarkan dalam
bagan pada Gambar 2.1.
48
Gambar 2.1. Model Penelitian.
Industri Pariwisata
Sanur
Penyajian Buah Lokal
Jenis buah
lokal yang
disajikan
Hambatan yang dialami pihak
hotel dalam penyajian buah lokal
Faktor-faktor yang menjadi
alasan penyajian buah
lokal
Hasil penelitian
Analisis
Kualitatif
Rekomendasi
Konsep
Kawasan Pariwisata
Pengertian Hotel Bebintang
Buah lokal
Teori
Bauran pemasaran
Sikap pengambilan
keputusan konsumen