21
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 1.1 Kajian Pustaka Kajian mengenai uang kepeng merupakan suatu fenomena yang menarik. Uang kepeng merupakan alat pertukaran yang digunakan di Bali sejak jaman dahulu, yang hingga kini masih tetap digunakan di Bali walaupun telah mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng dari jaman kuna hingga jaman masyarakat Bali kontemporer, merupakan bukti uang kepeng yang tidak lekang oleh waktu. Daya tarik itulah yang membuat banyak peneliti meneliti uang kepeng di Bali. Beberapa tulisan mengenai uang kepeng, dan hasil karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan sosial budaya,maupun teori-teori yang mendukung dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini. “Uang Kepeng ( Pis Bolong) dalam Masyarakat Kamasan Klungkung: Perspektif Kajian Budaya”, merupakan kajian mengenai uang kepeng yang disusun oleh Anak Agung Gede Dira (2011). Permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah mengenai bentuk, fungsi, dan makna uang kepeng yang diproduksi oleh masyarakat di Desa Kamasan, Kabupaten Klungkung. Uang kepeng dalam masyarakat Desa Kamasan terdiri dari tiga jenis yaitu jinah koci, wadon dan lanang wadon. Uang kepeng dalam masyarakat Desa Kamasan, selain sebagai sarana upakara, juga mengalami komodifikasi sebagai barang komoditi. Uang kepeng dalam masyarakat Desa Kamasan, yang berkaitan dengan upakara

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

  • Upload
    vuque

  • View
    242

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

1.1 Kajian Pustaka

Kajian mengenai uang kepeng merupakan suatu fenomena yang

menarik. Uang kepeng merupakan alat pertukaran yang digunakan di Bali sejak

jaman dahulu, yang hingga kini masih tetap digunakan di Bali walaupun telah

mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng dari jaman kuna

hingga jaman masyarakat Bali kontemporer, merupakan bukti uang kepeng yang

tidak lekang oleh waktu. Daya tarik itulah yang membuat banyak peneliti meneliti

uang kepeng di Bali. Beberapa tulisan mengenai uang kepeng, dan hasil karya

ilmiah lainnya yang berkaitan dengan sosial budaya,maupun teori-teori yang

mendukung dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini.

“Uang Kepeng (Pis Bolong) dalam Masyarakat Kamasan Klungkung:

Perspektif Kajian Budaya”, merupakan kajian mengenai uang kepeng yang

disusun oleh Anak Agung Gede Dira (2011). Permasalahan yang diangkat dalam

tulisan ini adalah mengenai bentuk, fungsi, dan makna uang kepeng yang

diproduksi oleh masyarakat di Desa Kamasan, Kabupaten Klungkung. Uang

kepeng dalam masyarakat Desa Kamasan terdiri dari tiga jenis yaitu jinah koci,

wadon dan lanang wadon. Uang kepeng dalam masyarakat Desa Kamasan, selain

sebagai sarana upakara, juga mengalami komodifikasi sebagai barang komoditi.

Uang kepeng dalam masyarakat Desa Kamasan, yang berkaitan dengan upakara

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

14

menggunakan aksara Bali dan berbahan unsur panca datu sehingga disebut

dengan jinah upakara yadnya. Uang kepeng selain sebagai sarana upakara, juga

dikembangkan sebagai produk kerajinan. Jika dilihat dari fungsinya, uang kepeng

dalam masyarakat Desa Kamasan memiliki beberapa fungsi yaitu: fungsi estetika

atau seni, fungsi pendidikan, fungsi religi, fungsi ekonomi, fungsi sosial, dan

fungsi pelestarian. Keseluruhan fungsi-fungsi tersebut saling berkaitan satu sama

lain mewujudkan bentuk uang kepeng dalam masyarakat Desa Kamasan. Jika

dilihat dari segi makna, penelitian ini mengungkapkan bahwa uang kepeng dalam

masyarakat hindu di Bali memiliki beberapa makna yaitu: makna religi dalam

kaitannya dengan uang kepeng sebagai jinah upakara,makna estetis, makna seni,

dan makna pelestarian budaya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut diatas adalah

sama-sama melakukan penelitian uang kepeng, dan lokasi penelitian yaitu UD

Kamasan, Desa Kamasan, Kab. Klungkung. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah penelitian ini merupakan pengembangan secara

lebih mendalam mengenai uang kepeng, tidak hanya terbatas pada uang kepeng

yang diproduksi di Desa Kamasan, tapi cenderung lebih konstruktif dengan

mengkaji fenomena dinamika dan eksistensi uang kepeng dalam kehidupan

masyarakat Bali kontemporer.

Penelitian mengenai fenomena mengenai uang kepeng di Bali, juga

dilakukan oleh I Wayan Mudra, A.A Rai Kalam, I Nyoman Ngidep Wiyasa, dan I

Wayan Sukaryasa (2007). Penelitian disajikan dalam sebuah laporan hasil

penelitian fundamental yang berjudul “Studi Uang Kepeng Sebagai Produk Seni

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

15

Kerajinan dan Hubungannya dengan Konsep Ajeg Bali”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui penggunaan uang kepeng sebagai seni kerajinan tangan. Selain

itu, peneliti juga berkeinginan untuk mengetahui proses pencetakan uang kepeng

di Bali, dikaitkan dengan konsep Ajeg Bali. Penelitian ini dilakukan seiring

dengan perkembangan wacana Ajeg Bali yang berkembang di masyarakat.

Dari hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa pencetakan

uang kepeng di Bali merupakan upaya pemenuhan kebutuhan uang kepeng Cina

yang kini telah langka di Bali. Dalam kaitannya dengan konsep ajeg Bali, peneliti

menyampaikan bahwa hal tersebut tidak secara jelas terungkap dari narasumber,

hanya mengindikasikan bahwa pencetakan uang kepeng tersebut merupakan

upaya pelestarian budaya Bali.

Sama halnya dengan penelitian I Wayan Mudra, dkk (2007), penelitian

ini juga memiliki kesamaan objek penelitian dan lokasi penelitian, sama-sama

melakukan kajian mengenai uang kepeng, dengan lokasi penelitian UD Kamasan,

Desa Kamasan, Kab. Klungkung dan UD Mulya, Desa Mengwi, Kab. Badung.

Perbedaaan utama penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian

sebelumnya mengkaji uang kepeng dari kajian estetika dan dikaitkan dengan

konsep ajeg Bali, selain itu penelitian ini telah mengembangkan lokasi penelitian

yang meliputi tiga lokasi penelitian yaitu UD Kamasan, Desa Kamasan, Kab.

Klungkung, UD Mulya, Desa Mengwi Kab. Badung dan Pasar Badung di Kota

Denpasar. Penelitian ini mencoba mengamati fenomena uang kepeng dengan lebih

menyeluruh dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

16

Penelitian mengenai uang kepeng tentunya tidak terlepas dari integrasi

budaya Tionghoa di Bali. Penelitian mengenai uang kepeng dan budaya Tiongkok

di Bali juga ditulis oleh Sulistyawati (2008), dalam tulisannya yang berjudul

“Pengaruh Kebudayaan Tionghoa terhadap Peradaban Kebudayaan Bali”. Tulisan

ini disajikan sebagai materi Kuliah Umum di hadapan 250 orang calon wisudawan

XXVI Universitas Ngurah Rai Denpasar, pada Dies Natalis XXIX, tanggal 17 Mei

2008, di Ruang Serba Guna UNR. Dalam tulisan ini dipaparkan mengenai bentuk-

bentuk pengaruh kebudayaan Tiongkok terhadap kebudayaan Bali. Terdapat tujuh

pengaruh kebudayaan Tiongkok terhadap kebudayaan lokal di Bali yaitu: (1)

Sistem religi dan upacara keagamaan; (2) Sistem dan organisasi kemasyarakatan;

(3) Sistem pengetahuan; (4) Bahasa; (5) Kesenian; (6) Sistem mata pencaharian

hidup; (7) Sistem teknologi dan peralatan. Uang kepeng dalam tulisan ini

disebutkan sebagai salah satu bentuk pengaruh dalam sistem religi dan upacara

keagamaan, serta dalam sistem pengetahuan. Beradasarkan pengaruh-pengaruh

tersebut disimpulkan, bahwa masyarakat Bali bersifat sangat terbuka dan selektif

dalam menerima pengaruh dari luar Bali, sehingga tidak pernah kehilangan

kepribadian budaya dan bangsanya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Sulistyawati (2007),

terletak pada pengamatan mengenai pemanfaatan uang kepeng dalam kehidupan

masyarakat Bali. Pengetahuan mengenai uang kepeng sebagai salah satu bentuk

budaya Tiongkok yang masuk ke Bali, menjadi referensi dalam penelitian ini.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini lebih

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

17

bersifat cultural studies dengan mengungkap eksistensi dan menggali makna uang

kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer.

Fenomena uang kepeng di Bali juga menarik perhatian I Dewa

Nyoman Putra Harthawan, dalam bukunya “Uang Kepeng Cina dalam Ritual

Masyarakat Bali” (2011). Buku ini memberikan pemahaman mengenai

pemanfaatan uang kepeng dalam sarana upakara di Bali. Buku ini membahas

secara mendetail setiap penggunaan uang kepeng dalam upakara masyarakat

Hindu di Bali. Selain itu buku ini juga membahas sejarah uang kepeng Cina dari

berbagai Dinasti dan alasan penggunaan uang kepeng Cina dalam kegiatan ritual

masyarakat Hindu di Bali.

Penelitian yang berkaitan dengan budaya Tiongkok juga disusun ke

dalam sebuah buku. Buku Integrasi Budaya Tionghoa ke dalam Budaya Bali

(Sebuah Bunga Rampai) disusun oleh I Gusti Made Ardana, dkk dengan editor

Made Sulistyawati (2008). Terdapat beberapa tulisan dalam buku ini yang

memaparkan bentuk-bentuk integrasi budaya Tionghoa ke dalam budaya Bali.

Salah satu tulisan karya Made Sulistyawati dalam buku ini berjudul “Nilai

Budaya Pis Bolong Dalam Upakara di Bali” membahas mengenai sejarah

masuknya uang kepeng (pis bolong) ke Bali, dan nilai budaya yang ada dalam pis

bolong dan pemanfaatannya dalam upakara masyarakat Hindu di Bali.

Kedua buku tersebut di atas merupakan sumber informasi dan referensi

yang penting berkaitan dengan sejarah masuknya uang kepeng ke Bali dan

pemanfaatan uang kepeng dalam ritual keagamaan masyarakat Hindu di Bali.

Perbedaan penelitian ini dengan pembahasan dalam buku ini tentunya penelitian

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

18

ini merupakan suatu kajian kritis yang berupaya untuk mengungkap eksistensi

uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer. Penelitian ini tidak

hanya memfokuskan pada nilai religi dari uang kepeng,dan pemanfaatan dalam

ritual keagamaan tetapi juga berupaya melihat unsur-unsur lainnya yang

mendukung eksistensi uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali

kontemporer, serta dinamikanya.

2.2 Konsep

Terdapat dua konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu

uang kepeng dan masyarakat Bali kontemporer, yang dapat dijelaskan sesuai

dengan anak subbab di bawah ini.

1.2.1 Uang Kepeng

Uang kepeng dalam masyarakat Bali biasa dikenal dengan sebutan

pipis bolong. Pipis dalam bahasa Bali berarti uang, sedangkan bolong berarti

lubang, pipis bolong berarti uang yang berlubang dibagian tengahnya. Dalam

kehidupan sosial masyarakat Bali, istilah pipis biasa disingkat dengan pis,

sehingga dikenal istilah pis bolong. Harthawan (2011: 12) menyatakan bahwa

kepeng merupakan penyebutan oleh orang Bali terhadap uang logam Cina yang

mereka gunakan sebagai alat pembayaran pada masa itu. Uang kepeng yang

disebut oleh masyarakat Bali, berbentuk pipih dengan lubang dibagian tengahnya

yang berbentuk segi empat, sekeliling permukaan bertuliskan huruf Cina. Jadi

uang kepeng atau pis bolong merupakan nama untuk mata uang logam Cina yang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

19

masuk dan dikenal di Bali sebagai alat pembayaran, yang merupakan akibat dari

transaksi perdagangan masyarakat Bali dengan pedagang-pedadang dari Cina.

Sulistyawati (2008: 145) menyatakan bahwa terdapat suatu fakta

sampai saat ini, dimana orang Bali menyebut uang logam Cina sebagai pis bolong,

dengan tidak menyertakan kata Cina di belakangnya. Hal ini dikarenakan

masyarakat Bali telah menganggapnya sebagai bagian dari budaya Bali, sehingga

masyarakat Bali mengidentifikasinnya sebagai pis Bali. Hal ini dilakukan untuk

membedakannya dengan uang logam lain yang pernah beredar di Bali seperti uang

emas dan uang perak dan juga uang logam Negara Indonesia.

Menurut Harthawan (2011: 30), Pada tahun 1300-an, uang kepeng

digunakan sebagai alat pembayaran yang sah. Seiring dengan perkembangan

zaman, uang kepeng mengalami perubahan fungsi. Tahun 1950-an, uang kepeng

di Bali berubah fungsi sebagai sarana upakara. Uang kepeng sebagai alat

pembayaran sah, diketahui dari sumber tertulis dan berita-berita Cina, sedangkan

penggunaan uang kepeng sebagai sarana upakara diketahui dari sumber tertulis

berupa lontar-lontar yadnya.

Uang kepeng yang digunakan di Bali, merupakan suatu bentuk

percampuran budaya, yang pemanfataannya tidak lekang oleh waktu dan

perubahan zaman. Uang kepeng dalam penelitian ini, meliputi uang kepeng yang

beredar dipasaran, baik berupa uang kepeng yang diproduksi kembali bertuliskan

huruf cina, aksara Bali, maupun uang kepeng lainnya seperti uang kepeng tiruan

berbahan seng yang juga dimanfaatkan dalam kegiatan ekonomi kreatif dan religi

masyarakat Bali kontemporer.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

20

2.2.2 Masyarakat Bali Kontemporer

Masyarakat (jika diterjemahkan dari istilah society) adalah sekelompok

orang yang membentuk suatu sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka),

dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada

dalam kelompok tersebut. Masyarakat juga dapat disebut sebagai sebuah

komunitas ruang interdependen, atau saling tergantung sama lain. Istilah

masyarakat juga digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup

bersama dalam suatu komunitas yang teratur

(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Masyarakat diunduh pada 20 Januari 2015).

Kontemporer dapat diartikan sebagai kekinian, atau lebih tepatnya

sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Kontemporer

juga dapat diartikan sebagai kekinian mencerminkan bahwa adanya kebebasan

dalam menentukan sesuatu apa yang berlaku saat itu. Jadi masyarakat

kontemporer dapat diartikan sebagai masyarakat kekinian

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/prof-dr-suharjanamkes/

pengertian-or-kontemporer.pdf diunduh pada 05 Januari 2015)

Masyarakat kontemporer erat kaitannya dengan globalisasi. Globalisasi

menurut Barker (2011: 409) adalah koneksi global ekonomi, sosial, kultural dan

politik yang mengarah ke seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran

kita atas mereka. Produk global atas produk lokal dan lokalisasi produk global.

Diasosiasikan dengan institusi modernitas dan penyempitan ruang dan waktu.

Menurut pandangan Appadurai dalam Lull (1998: 180-181), terdapat lima faktor

yang membetuk dinamika kebudayaan kontemporer yaitu (1) ethnoscape: yaitu

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

21

pergerakan manusia melintasi batas negara, meliputi wisatawan, imigran,

pengungsi dan sebagainya, (2) finanscape: yang mengacu pada pola transfer uang

global, (3) ideoscape: yang mengacu pada citra yang secara spesifik mengacu

pada aspek-aspek politik yakni kontur kebudayaan yang bersifat ideologis, (4)

mediascape: mengacu pada perangkat keras media massa dan elektronik serta

citra-citra yang dihasilkan, (5) technoscape: menggambarkan pemindahan

teknologi industri melintasi batas-batas nasional.

Berdasarkan pandangan tersebut di atas, dapat dinyatakan bahwa

globalisasi masuk ke Bali sejalan dengan perkembangan industri pariwisata di

Bali yang kemudian membentuk dinamika kebudayaan temporer dalam

masyarakat Bali. Masuknya globalisasi ke Bali pada era 1990an, yang ditandai

perkembangan industri pariwisata sebagai bentuk ethoscape, berdirinya pusat

perbelanjaan (supermarket) dan perusahaan franchaise seperti Mc. Donalds di

Bali sebagai bentuk finance scape telah menyebabkan terjadi perubahan sosial

pada masyarakat Bali yang semula merupakan masyarakat Bali kuna, menjadi

masyarakat Bali kontemporer atau masyarakat Bali era kekinian. Globalisasi juga

menyebabkan masyarakat Bali kontemporer jauh lebih berkembang dibanding

masyarakat Bali kuna. Perkembangan arus informasi, teknologi, dan industri

pariwisata di Bali turut berpengaruh terhadap perkembangan sosial masyarakat

Bali.

Masyarakat Bali kotemporer dalam penelitian ini, dikhususnya pada

masyarakat kontemporer di Bali yang beragama Hindu. Masyarakat Bali

kontemporer adalah masyarakat yang hidup pada era globalisasi, ditengah

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

22

derasnya arus perkembangan kapitalisme di Bali. Agama Hindu sebagai agama

mayoritas masyarakat di Bali, tetap dipertahankan dengan berbagai tradisi

budayanya. Faktor pariwisata budaya, secara langsung dan tidak langsung juga

telah membantu eksistensi tradisi masyarakat Hindu di Bali dalam melakukan

ritual keagamaan tetap terjaga. Fokus penelitian ini adalah masyarakat Hindu di

Bali, yang hingga dewasa ini masih tetap melakukan ritual keagamaan yang sudah

berjalan secara turun temurun. Masyarakat Hindu di Bali pada era kekinian,

dinyatakan sebagai masyarakat Bali kontemporer, merupakan batasan penelitian

ini.

1.3 Landasan Teori

Penelitian mengenai uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali

kontemporer, dilandasi oleh tiga teori yaitu: Teori Praktik, Teori Ideologi, dan

Teori Semiotika. Ketiga teori tersebut akan digunakan secara ekletik untuk

menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut.

2.3.1 Teori Praktik

Teori Praktik dikemukakan oleh Pierre Bourdieu (1930). Bourdieu

berhasil meramu pemikiran dari para pemikir besar mulai dari Aristoteles,

Thomas Aquinas, Hegel, Marx, Durkheim, Max Weber, Picasso, Franz Fanon,

Jean Paul Sartre, Husserl, Ferdinand de Saussure, Levi Strauss, Michel Faoucault

dan lain-lain menjadi satu bentuk pemikiran baru, khususnya mengenai “metode

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

23

strukturalisme konstruktif”. Metode ini dianggap dapat mensintesiskan antara

teori yang terlalu menekankan pada “struktur”dan ‘objektivitas” versus teori yang

menekankan “actor” dan :subjektivitas” (Lubis, 2014: 95). Bourdieu menyatakan

sebuah rumus generatif yang menerangkan praktik sosial dengan persamaan :

(Habitus x Modal) +Ranah = Praktik (Bourdieu dalam Takwin, 2009: xxi).

Berdasarkan pemikiran Bourdieu, praktik dinyatakan sebagai suatu

produk relasi antara habitus sebagai produk sejarah dan ranah yang yang juga

merupakan produk sejarah. Pada saat yang bersamaan, habitus dan ranah juga

merupakan produk dari medan daya-daya yang ada di masyarakat. Dalam suatu

ranah ada pertaruhan kekuatan-kekuatan serta orang yang memiliki banyak modal

dan orang yang tidak memiliki modal (Takwin, 2009: xx). Bourdie memandang

kehidupan sosial sebagai relasi dialektis antara struktur dan agensi. Pandangan ini

menyebabkan hubungan sosial menjadi sangat kompleks, dan memang begitu

kenyataannya menurut Bourdieu. Bourdieau mengembangkan pendekatan

strukturalisme generatif yang ditawarkannya sebagai kerangka teori dan metode

untuk memahami kompleksitas realitas sosial (Takwin, 2009: xxiii).

Berdasarkan teori praktik yang dikemukakan oleh Bourdieu, habitus

dinyatakan sebagai struktur kognitif yang menjadi perantara individu dan realitas

sosial. Habitus juga dinyatakan sebagai struktur subjektif yang terbentuk dari

pengalaman individu yang berhubungan dengan individu lain dalam jaringan

struktur objektif yang ada dalam ruang sosial. Habitus dinyatakan sebagai

ketidaksadaran kultural, yakni pengaruh sejarah yang secara tidak sadar dianggap

alamiah. Habitus adalah produk sejarah yang terbentuk setelah manusia lahir dan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

24

berinteraksi dengan masyarakat dalam ruang dan waktu tertentu (Takwin, 2009:

xviii- xix).

Modal menurut Bourdieu merupakan sebuah konsentrasi kekuatan,

suatu kekuatan speesifik yang beroperasi didalam ranah. Setiap ranah menuntut

individu untuk memiliki modal-modal khusus agar dapat hidup secara baik dan

bertahan didalamnya (Takwin, 2009: xx). Bagi Bourdieu definisi modal sangat

luas dan mencakup hal-hal material (yang dapat memiliki nilai simbolik) dan

berbagai atribut “yang tak tersentuh”, namun memiliki siginifikansi secara

kultural, misalnya prestise, status, otoritas (yang dirujuk sebagai modal simbolik),

serta modal budaya (yang didefinisikan sebagai selera bernilai budaya dan pola-

pola konsumsi) (Bourdieu dalam Harker, 2006: 16).

Ranah merupakan metafora yang digunakan Bourdieu untuk

menggambarkan untuk menggambarkan kondisi masyarakat yang terstruktur dan

dinamis dengan daya-daya yang dikandungnya (Takwin, 2009: xix). Adib (2012:

102) menyatakan bahwa ranah merupakan arena kekuatan sebagai upaya

perjuangan untuk memperebutkan modal dan juga memperoleh akses tertentu.

Ranah juga dinyatakan sebagai semacam hubungan yang terstruktur dan tanpa

disadari mengatur posisi-posisi individu dalam kelompok tatanan masyarakat

secara spontan. Bourdieu dalam Harker (2009: 10) menyatakan bahwa ranah

merupakan ranah kekuatan yang secara parsial bersifat otonom dan juga

merupakan suatu ranah yang didalamnya berlangsung perjuangan posisi-posisi.

Perjuangan ini dipandang mentransformasi atau mempertahankan ranah kekuatan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

25

Penggunaan uang kepeng dalam sebagai sarana upakara merupakan

warisan turun temurun dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali. Segala bentuk

tradisi dalam kehidupan beragama di Bali merupakan warisan leluhur yang

dilanjutkan dan dipakai hingga saat ini dinyarakan sebagai habitus. Eksistensi

uang kepeng dalam kehidupan masyarakat kontemporer, tentunya dilatar

belakangi oleh kekuatan dari modal ekonomi kapitalis yang menyebabkan uang

kepeng tetap diproduksi kembali hingga saat ini. Modal simbolik dan modal

budaya yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer

tentunya menjadi modal yang berperan dalam praktik sosial yang terjadi.

Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali kontemporer merupakan tempat dimana

praktik sosial dilakukan merupakan ranah dimana praktik sosial terjadi.Teori

praktik dalam penjabarannya melalui konsep (habitus x modal) + ranah = praktik,

akan digunakan untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai uang kepeng

dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer. Teori praktik dalam penelitian ini

akan digunakan secara eklektik dengan teori lainnya untuk menjawab rumusan

masalah pertama dan rumusan masalah kedua dari penelitian ini.

2.3.2 Teori Ideologi

Kata ideologi berasal dari bahasa Yunani yang dapat dibagi menjadi

dua kata yaitu idea dan lugas. Idea berarti gagasan, sedangkan lugas berarti ilmu.

Sehingga ideologi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu tentang ide-ide

sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu, dan pengetahuan

(Sukanto dalam Darma, 2009: 56). Istilah ideologi pertama kali diperkenalkan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

26

oleh seorang filsuf Perancis Destutt de Tracy untuk menjelaskan ilmu tentang ide,

yaitu sebuah disiplin ilmu yang memungkinkan orang untuk mengenali

prasangka-prasangka dan bias-bias mereka (Cavallaro, 2004: 135).

Para kritikus dan filsuf telah mengusulkan sejumlah definisi ideologi,

antara lain: ideologi didefiniskan sebagai suatu proses dimana sebuah budaya

memproduksi makna dan peran-peran bagi subjek-subjeknya. Ideologi juga

disebut sebagai gabungan budaya dan bahasa, serta perwujudan konstruksi budaya

sebagai kenyataan yang sesungguhnya. Ideologi dapat didefinisikan baik secara

netral, sebagai seperangkat ide tanpa konotasi-konotasi politis yang secara jelas

atau terang-terangan, maupun secara kritis, sebagai perangkat ide melalui mana

orang membiasakan dirinya sendiri dan orang lain dalam konteks sosio historis

yang spesifik, dan melalui mana kemakmuran kelompok-kelompok tertentu

dikedepankan (Cavallaro, 2004: 137).

Pandangan mengenai konsep ideologi dalam kajian budaya

dikemukakan oleh dua pemikir yang memiliki pengaruh yaitu Althusser dan

Gramsci. Menurut Althusser, ideologi memiliki peran dalam masuknya kita ke

dalam suatu tatanan simbolis (bahasa) dan dalam konstritusi kita sebagai subjek

(seseorang). Althusser juga menyatakan bahwa subjek tidak dipandang sebagai

agen yang membentuk dirinya sendiri tapi sebagai efek dari suatu struktur.

Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas ideologi adalah memunculkan subjek,

karena pada dasarnya tak ada praktik yang berada diluar dan yang bukan

dilakukan oleh ideologi. Dapat dikatakan bahwa wacana ideologis akan

mengkonstruksi posisi-posisi subjek atau tempat-tempat yang dijadikan pijakan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

27

oleh subjek tersebut untuk memahami dunia. Althusser juga menyatakan bahwa

ideologi memiliki dua sisi. Sisi yang pertama, ideologi membentuk kondisi-

kondisi dalam kehidupan nyata, dan membentuk pandangan dunia yang dipakai

orang untuk hidup dan mengalami dunia, sehingga dalam pengertian ini ideologi

dapat dikatakan tidak palsu. Disisi lain, ideologi dikatakan merepresentasikan

hubungan khayal antara individu dengan kondisi eksistensi yang sebenarnya

(Barker, 2005: 74-76).

Analisis Gramsci kemudian muncul sebagai respon atas teori

Althusserian. Dalam analisis Gramsci, ideologi dipahami gagasan, makna, praktik,

yang meski tak tampak kebenaraan universalnya, sebenarnya merupakan peta-peta

makna yang menyokong kekuasaan kelompok-kelompok sosial tertentu. Hal yang

paling penting dari analisis Gramsci adalah ideologi dinyatakan bukan sebagai

sesuatu yang terpisah dari aktivitas-aktivitas praktis kehidupan, melainkan

fenomena material yang memiliki akar dalam kondisi sehari-hari (Gramsci dalam

Barker, 2005: 78-79).

Satu sumbangan Althusser yang paling vital dalam perdebatan

mengenai ideologi adalah dalam pernyataan bahwa ideologi tidak semata-mata

merefleksikan basis ekonomi masyarakat tetapi ideologi memiliki eksistensi

materinya tersendiri sebagai sebuah praktik atau aktivitas produksi. Produk utama

dari ideologi adalah subjek manusia. Melalui institusi-institusi dan ritual-ritual,

ideologi mentransformasikan individu menjadi makhluk sosial. Ideologi sampai

kepada kita sebagai agen bebas dengan pusat dan batas-batas dan membangkitkan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

28

ilusi bahwa dunia yang kita huni dirumuskan dengan baik dan bermakna

(Cavallaro, 2004: 149-150).

Eksistensi uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali, yang

bertahan hingga saat ini tentunya didorong oleh ideologi yang berkembang dalam

masyarakat. Eksistensi uang kepeng dari jaman dahulu hingga saat ini, dilator

belakangi oleh suatu ideologi yang sangat kuat, yang menyebkan uang kepeng

tidak tergerus oleh perkembangan jaman. Sejalan dengan perkembangan jaman,

ideologi-ideologi yang ada dalam perkembangan uang kepeng tentunya beraneka

ragam, sehingga menjadi penting untuk dikaji secara lebih mendalam. Teori

ideologi dalam penelitian ini akan digunakan untuk mengetahui secara lebih

mendalam penyebab dibalik eksistensi uang kepeng dalam kehidupan masyarakat

Bali kontemporer. Teori ideologi juga akan digunakan secara eklektik dengan

teori-teori lainnya yang ada untuk menjawab rumusan masalah kedua dalam

penelitian ini.

2.3.3 Teori Semiotika

Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia.

Yang mana dapat diartikan semua yang hadir dalam kehidupan kita dapat dilihat

sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri tanda (Hoed 2008: 3). Semiotika

memulai dari suatu premis bahwa semua aspek dalam budaya dapat dianggap

sistem tanda. Memahami sebuah budaya berarti menemukan dan menafsirkan

sistem tanda budaya tersebut. Tanda tidak mengandung makna atau konsep

tertentu. Tanda menjadi bermakna manakala diuraikan isi kodenya (decode)

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

29

menurut konvensi dan aturan budaya yang dianut orang secara sadar maupun tidak

sadar (Cavallaro, 2004: 30).

Para strukturalis salah satunya Ferdinand de Saussure (1961) melihat

tanda sebagai pertemuan antara bentuk (sesuatu yang tercitra dalam kognisi

seseorang) dengan makna (isi yang dipahami oleh pemakai petanda)

(Hoed, 2008: 3). Salah satu pengikut ajaran de Saussure adalah Rolland Barthes.

Teori semiotika Barthes secara harfiah merupakan turunan dari teori bahasa De

Saussure. De Saussure mengemukakan empat konsep teoritis, yaitu konsep

langue-parole, significant-signifie, sintagmatik-paradigmatik, dan sinkroni-

diakroni (Hoed, 2008: 9).

Barthes menyatakan bahwa terdapat dua macam pemaknaan yaitu

konotasi dan denotasi. Denotasi dinyatakan sebagai tingkat makna deskriptif dan

literal yang mana dipahami oleh semua anggota dalam suatu kebudayaan.

Sedangkan konotasi merupakan tingkat kedua, makna tercipta dengan cara

menghubungkan antara petanda dan penanda dengan aspek kebudayaan yang

lebih luas yang meliputi ideologi-ideologi, keyakinan, kerangka kerja, sikap dan

sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa disuatu tanda makna baru akan

tercipta terus sampai tanda itu penuh dengan beragam makna (Barker, 2005: 93).

Pada tulisan-tulisan periode post-strukturalisnya, Barthes sendiri

membongkar sistem pertandaannya. Barthes merombak rantai pertandaannya

sedemian rupa, sehingga pertandaan tidak menjadi absolut lagi, bahkan menjadi

terbalik sama sekali. Pembongkaran yang dilakukan Barthes menempatkan dua

tingkat sistem penandaannya dalam posisi terbalik. Dalam hal ini, sebuah penanda

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

30

pada tingkat denotasi, sebetulnya sudah langsung mengandung makna konotasi

atau ideologis. Makna ideologis sedemikian rupa menjadi menggantungkan

dirinya pada penanda yang cenderung berubah-ubah. Hal ini menyebabkan yang

dibongkar oleh Barthes tidak hanya relasi dan tingkatan pertandaan, tetapi juga

konsep ideologi itu sendiri (Piliang, 2010: 161-162).

Barthes merupakan keturunan strukturalisme, namun mencoba melihat

pemaknaan tanda secara lebih dinamis. Perbedaan pokoknya adalah Barthes

mengembangkan teorinya terutama menjadi teori konotasi yang justru dimiliki

oleh masyarakat budaya tertentu (bukan secara individual). Barthes mengkritik

masyarakatnya dengan mengatakan bahwa semua yang dianggap wajar dalam

suatu kebudayaan, sebenarnya adalah hasil dari proses konotasi. Bila konotasi

menjadi tetap maka ia akan menjadi mitos, dan bila mitos menjadi tetap maka ia

akan menjadi ideologi (Hoed, 2008: 16).

Uang kepeng memiliki peran dalam kehidupan masyarakat Bali, bukan

hanya dari segi keagamaan tetapi juga dari segi sosial, ekonomi dan sebagainya.

Besarnya peranan uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer

tentunya menimbulkan berbagai pemaknaan didalamnya. Makna uang kepeng

dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer dikaji melalui Teori Semiotika

dalam penelitian ini digunakan untuk mengkaji hubungan antara penanda dan

petanda berkaitan dengan makna uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali

kontemporer. Pemaknaan menurut Barthes, dapat dikategorikan menjadi makna

denotasi dan makna konotasi, makna konotasi merupakan segi ideologi petanda

(Hoed, 2008: 12). Hal tersebut menyebabkan kajian mengenai hubungan penanda

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

31

dengan petanda untuk mengungkap makna uang kepeng perlu dikaji daengan teori

semiotika. Uang kepeng merupakan salah satu benda bernilai historis, yang

memiliki makna besar dalam kehidupan masyarakat Bali. Sejalan dengan teori

lainnya, teori Semiotika dalam penelitian ini akan digunakan secara eklektik untuk

menjawab rumusan masalah ketiga dalam penelitian ini.

2.4 Model Penelitian

Penelitian mengenai uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali

kontemporer dapat digambarkan dalam model berikut.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

32

Gambar 2.1 Model Penelitian

Berdasarkan model penelitian ini (Gambar 2.1) dapat dilihat bahwa

dalam kebudayaan lokal mengandung unsur-unsur religius, estetika, tradisi, adat-

istiadat maupun ekonomi tetap bertahan dalam kehidupan masyarakat. Ditengah

gempuran globalisasi yang di dalamnya tumbuh dan berkembang kapitalisme,

modernitas, perkembangan industri pariwisata, dan rasionalisme, kebudayaan

lokal secara langsung maupun tidak langsung turut terkena pengaruh globalisasi.

Lokal

Globalisasi

- Religius - Estetika - Tradisi - Adat isitiadat - Ekonomi

- Kapitalisme - Modernitas - Pariwisata - Rasionalisme

Eksistensi uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali

kontemporer

Dinamika uang kepeng dalam

kehidupan masyarakat Bali

Latar eksistensi uang kepeng dalam kehidupan

masyarakat Bali

Makna uang kepeng bagi masyarakat

Bali kontemporer

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … II.pdfKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... mengalami transformasi fungsi. Pemanfataan uang kepeng

33

Dalam teori modernisasi, diketahui bahwa unsur tradisional atau

budaya lokal akan hilang tergerus oleh kekuatan modernitas dan globalisasi.

Namun tidak demikian halnya dengan uang kepeng. Uang kepeng sebagai salah

satu bentuk budaya lokal di Bali, masih tetap eksis dalam kehidupan masyarakat

Bali kontemporer. Uang kepeng berkembang sejalan dengan globalisasi yang

menimbulkan berbagai dinamika, uang kepeng mengalami transformasi dari segi

bentuk, fungsi dan makna dalam kehidupan masyarakat Bali. Transformasi yang

terjadi dalam uang kepeng merupakan suatu bentuk strategi dan adaptasi sebagai

respon masyarakat dalam perkembangan sosial budaya yang terjadi. Eksitensi

uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer akan dipahami

dengan pendekatan cultural studies, dikaji dengan teori-teori kritis yang relevan.

Melalui pendekatan tersebut diharapkan pemahaman mengenai eksistensi uang

kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer menjadi lebih baik.