40
26 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam peneliian ini memuat berbagai teori dari para ahli, hasil penelitian ornag lain dan publikasi umum yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian. Sugiyono (2013:58) mengemukakan bahwa kajian pustaka merupakan kegiatan mendalami, mencermati, menelaah dan mengidentifikasi pengetahuan-pengetahuan. Penelitian ini menggunakan berbagai sumber dan literature baik berupa buku maupun referensi lain sebagai dasar teori dalam analisis perhitungan. 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan suatu ilmu untuk mengelola perusahaan yang sangat dibutuhkan oleh seorang manajer dalam mencapai tujuan perusahaannya. Manajemen merupakan ilmu yang berperan dalam menginenditikasi, menganalisis, sekaligus mengkoordinasikan secara efektif dan efisien seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Berikut ini adalah definisi manajemen menurut beberapa ahli. Irham Fahmi (2013:2) mendefinisikan manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari secara komprehensif tentang bagaimana mangarahkan dan mengelola orang-orang dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda dengan tujuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Definisi lain dikemukakan oleh Jhon Kotter (2014:8) bahwa “Management

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

  • Upload
    haminh

  • View
    236

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam peneliian ini memuat berbagai teori dari para ahli,

hasil penelitian ornag lain dan publikasi umum yang berhubungan dengan

masalah-masalah penelitian. Sugiyono (2013:58) mengemukakan bahwa kajian

pustaka merupakan kegiatan mendalami, mencermati, menelaah dan

mengidentifikasi pengetahuan-pengetahuan. Penelitian ini menggunakan berbagai

sumber dan literature baik berupa buku maupun referensi lain sebagai dasar teori

dalam analisis perhitungan.

2.1.1 Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan suatu ilmu untuk mengelola perusahaan yang

sangat dibutuhkan oleh seorang manajer dalam mencapai tujuan perusahaannya.

Manajemen merupakan ilmu yang berperan dalam menginenditikasi,

menganalisis, sekaligus mengkoordinasikan secara efektif dan efisien seluruh

sumber daya yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.

Berikut ini adalah definisi manajemen menurut beberapa ahli. Irham

Fahmi (2013:2) mendefinisikan manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari

secara komprehensif tentang bagaimana mangarahkan dan mengelola orang-orang

dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda dengan tujuan untuk mencapai

tujuan yang diinginkan.

Definisi lain dikemukakan oleh Jhon Kotter (2014:8) bahwa “Management

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

27

is a set of processes that can keep a complicated system of people and technology

running smoothly. The most important aspect of management include planning,

budgeting, organizing, staffing, controlling, and problem solving” yang berarti

manajemen adalah serangkaian proses yang dapat membuat sistem teknologi yang

rumit dari orang-orang dan berjalan dengan lancar. Aspek yang paling penting

dari manajemen meliputi perencanaan, penganggaran, pengorganisasian, pegawai,

pengendalian, dan pemecahan masalah.

Pendapat John Kotter sejalan dengan pendapat manajemen menurut Malayu

S.P Hasibuan (2014:2) yang menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni

mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya

secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Pengertian manajemen juga didefinisikan oleh Ricky W. Griffin (2015:5)

yang berpendapat sebagai berikut:

“Management is a set of activities (including planning and decision

making, organizing leading, and controlling) directed at an organization‟s

resources (human, financial, physical, and information) with the aim of

achieving organization goals in an efficient and effective manner.”

Hal tersebut bermaksud bahwa Manajemen adalah serangkaian kegiatan

(termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, pemimpin,

dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber daya organisasi (manusia,

keuangan, fisik,, dan informasi) dengan tujuan mencapai tujuan organisasi dengan

cara yang efisien dan efektif.

Manajemen menurut Gareth R. Jones dan Jennifer M. George (2012:5)

adalah:

“Management is the plannin, organizing, leading, and controlling of

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

28

human and other resources to achieve organizational goals efficciently

and effectively.”

Hal tersebut bermaksud bahwa Manajemen adalah perencanaan,

pengorganisasian, mengarahkan, dan mengawasi sumber daya manusia dan

lainnya untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif."

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan diatas, manajemen adalah

ilmu yang dipelajari oleh seseorang untuk mengelola sumber daya perusahaan

baik sumber daya manusia atau sumber daya lainnya dengan menerapkan fungsi-

fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.1.1. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen dalam hal ini adalah serangkaian kegiatan yang

dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan

mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Martono dan

Agus (2010:4) berpendapat mengenai fungsi dari manajemen itu sendiri, yaitu:

a. Fungsi Perencanaan

Perencanaan berarti penentuan lebih dahulu suatu program kepegawaian yang

akan menunjang tujuan tujuan yg ditetapkan bagi perusahaan.

b. Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasikan semua karyawan,

dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang,

integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi.

c. Fungsi pengarahan

Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja

sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

29

perusahaan, karyawan dan masyarakat.

d. Fungsi pengawasan

Pengawasan, yakni mengadakan penyelidikan dan perbandingan dari pada

tindakan dengan rencana rencana serta mengadakan pembetulan dari pada

penyimpangan penyimpangan yang mungkin terjadi

Pendapat lain mengenai fungsi manajemen dikemukan oleh George R.

Terry yang diterjemahkan oleh S.P Hasibuan (2014:21) menyatakan bahwa fungsi

manajemen sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Planning adalah penetapan tujuan, kebijakan, program, prosedur, metode,

sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Organizing adalah proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan

bermacam-macam aktivitas berdasarkan yang diperlukan organisasi guna

mencapai tujuan.

3. Penggerakan (Actuating)

Actuating adalah proses menggerakan para karyawan agar menjalankan suatu

kegiatan yang akan menjadi tujuan bersama.

4. Pengawasan (Controling)

Controling adalah proses mengamati berbagai macam pelaksanaan kegiatan

organisasi untuk menjamin semua pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Berdasarkan berbagai definisi diatas menunjukkan bahwa dungsi

manajemen merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh manajemen

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

30

yang terdiri dari fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

pengawasan.

2.1.1.2. Manajemen Keuangan

Salah satu fungsi perusahaan yang sangat penting bagi keberhasilan

usahanya dalam mencapai tujuan salah satunya adalah kondisi manajemen

keuangan perusahaan tersebut. Manajemen kauangan dapat berpengaruh secara

langsung terhadap kehidupan setiap orang dan perusahaan, oleh karena itu

perusahaan harus memberi perhatian khusus terhadap kemajuan keuangannya

demi tercapainya tujuan perusahaan.

Manajemen keuangan menurut James C Van Horne dan Jhon M.

Wachawicz Jr. (2012:2) dalam bukunya Fundamentals of Financial Management

yang telah dialih bahasa menjadi prinsip-prinsip manajemen keuangan adalah

manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan dan

manajemen aset didasari beberapa tujuan umum.

Definisi yang diajukan James C Van Horne dan Jhon M. Wachawicz Jr. di

atas sejalan dengan definisi yang diungkapkan oleh Kasmir (2015:5) yaitu bahwa

manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan

perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan

menyeluruh.

Sedangkan menurut Irham Fahmi (2013:12), mengemukakan bahwa :

Manajemen keuangan merupakan penggabungan dari ilmu dan seni yang

membahas, mengkaji dan menganalisis tentang bagaimana seorang

manajer keuangan dengan menggunakan seluruh sumber daya perusahaan

untuk mencari dan, mengelola dana dan membagi dana dengan tujuan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

31

memberikan profit atau kemakmuran bagi para pemegang saham

suistainability (keberlanjutan) usaha bagi perusahaan.

Definisi lain dikemukakan oleh Gitman dan Zutter (2015) menyatakan

bahwa manajemen keuangan adalah:

Finance can be defined as the art and science of money,. Virtually all

individuals and organiszations earn or raise money an spend or invest

money. Finance is concerned with the process, institutions, markets, and

instrument involved in the transfer of money among and between

individuals, business and goverment, artinya keuangan dapat didefinisikan

sebagai suatu seni dan ilmu pengetahuan dari pengelolaan uang.

Sesungguhnya setiap individu dan organjsasi menghasilkan uang dan

membelanjakan atau menginvestasikan uang. Keuangan berhubungan

dengan proses, institusi, pasar dan instrumen yang terlibat dalam

perpindahan atau transfer uang antara individu, bisnis dan pemerintah.

Pendapat selanjutnya dikemukakan oleh Brigham dan Joel (2014:6) bahwa

manajemen keuangan adalah:

Financial management, also called corporate finance, focuses on

decisions relating to how much and what types of assets to acquire,how to

raise the capital needed to purchase assets, and how to run the firm so as

to maximize its value,

Artinya manajemen keuangan, disebut juga keuangan perusahaan, fokus

pada keputusan yang berkaitan dengan berapa banyak dan jenis aset apa untuk

diperoleh, bagaimana untuk meningkatkan kebutuhan modal untuk membeli aset,

dan bagaimana untuk menjalankan perusahaan sehingga dapat memaksmalkan

nilai.

Berdasarkan penyataan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka

manajemen keuangan adalah salah satu bidang manajemen fungsional yang

berperan penting dalam pengelolaan keuangan perusahaan yang menyangkut

beberapa keputusan yaitu keputusan investasi dan keputusan pendanaan yang

memiliki tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

32

2.1.1.3. Fungsi Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala

aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana,

menggunakan dana dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan.

Sehinga manajemen keuangan tentunya memiliki fungsi utama agar setiap

kegiatan yang dilakukan oleh manajer keuangan tidak menyimpang dari fungsinya

serta lebih terarah. Menurut Agus Harjito dan Martono (2010:4), terdapat 3 (tiga)

fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu :

1. Keputusan Investasi (Investment Decision)

Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan

dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang

paling penting di antara keting fungsi lainnya. Hal ini dikarenakan keputusan

investasi berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi

dan aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang. rentabilitas

investasi merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang

dihasilkan oleh suatu investasi.

2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)

Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan

mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai invetasi.

Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat

berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri.

Kedua, penetapan perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering

disebut struktur modal yang optimum. Oleh karena itu perlu ditetapkan

apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

33

hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri

dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang

ditanggung perusahaan minimal.

3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision)

Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain di perusahaan bertanggung

jawab terhadap berbagi tingkatan operasi dari aset-aset yang ada. Apabila aset

telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut

memerlukan pengelolaan secara efisien. Pengalokasian dana yang digunakan

untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer

keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan untuk lebih

memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap

Fungsi manajemen keuangan lainnya menurut I Made Sudana (2011:6)

menyatakan ada 2 (dua) fungsi keuangan yang pokok, dan berkaitan dengan

keputusan keuangan, yaitu sebagai berikut:

1. Keputusan Investasi (Investment Decision)

Berkaitan dengan proses pemilihan satu atau lebih alternatif investasi yang

dinilai menguntungkan dari sejumlah alternatif investasi yang tersedia bagi

perusahaan. Hasil dari keputusan investasi yang diambil oleh manajemen

perusahaan akan tampak di neraca sebelah aktiva berupa aktiva lancar dan

aktiva tetap.

2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)

Berkaitan dengan proses pemilihan sumber dana yang dipakai untuk

membelanjai investasi yang direncanakan dengan berbagai alternatif sumber

dana yang tersedia, sehingga diperoleh suatu kombinasi pembelanjaan yang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

34

paling efisien. Hasil dari keputusan pembelanjaan tampak pada neraca pada

sisi pasiva, yaitu berupa utang lancar, utang jangka panjang dan modal.

Modal perusahaan dapat berasal dari sumber dana di luar perusahaan, yaitu

saham dan sumber dana dari dalam perusahaan, yaitu laba ditahan

2.1.1.4. Tujuan Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang

digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian keefisienan keputusan

keuangan. pengambilan keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer

keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar

adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Tujuan

manajemen keuangan menurut Martono dan Agus (2010:13) adalah

memaksimalkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran pemegang

saham) yang diukur dengan harga saham perusahaan. Sedangkan pendapat lain

diutarakan oleh Jamen C Van Horne dan John M Wachawicz Jr. (2012:4)

mengatakan mengenai tujuan manajemen keuangan ialah sama dengan tujuan

perusahaan yaitu memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan yang ada saat

ini.

2.1.2 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menurut Scott dalam Megahelgawati (2017:27) adalah

Ukuran organisasi yaitu suatu variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan

atau produk organisasi. Pendapat lain dikemukan oleh Kurniasih (2012:148)

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

35

menyatakan ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukan besar kecilnya

perusahaan.

Menurut Nora (2016) Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat

mengklasifikasikan perusahaan besar dan kecil. Ukuran suatu perusahaan

menggambarkan seberapa besar total aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukan sinyal yang positif

bagi kreditur sebab perusahaaan akan mudah melakukan diversifikasi dan mampu

melunasi kewajiban di masa depan, sehingga perusahaan dapat menghindari

terjadinya financial distress

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 53 Tahun 2017, ukuran

perusahaan dapat diklasifikasikan berdasarkan total aset, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1

Klasifikasi Ukuran Perusahaan Berdasarkan Total Aset

Jenis Emiten Total Aset

Skala Kecil ≤ Rp. 50 Miliar

Skala Menengah Rp. 50 Miliar – Rp. 250 Miliar

Skala Besar ≥ Rp. 250 Miliar

Sumber: Peraturan OJK No. 53 Tahun 2017

Ukuran perusahaan menggambarkan besarnya aktiva yang dimiliki

perusahaan. Penggunaan total aset sebagai proksi ukuran perusahaan dikarenakan

aset merupakan gambaran kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada

waktu tertentu. Perhitungan ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma

dari total aset Jogiyanto dalam Megahelgawati (2017), yaitu :

irm i e ln otal et

Penelitian ini dalam penentuan ukuran perusahaan menggunakan total

asset dikarenakan nilai total aset yang disajikan secara historis dianggap lebih

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

36

stabil dan lebih dapat mencerminkan ukuran perusahaan, dibandingkan dengan

total penjualan maupun kapitalisasi pasar yang nilainya selalu berubah mengikuti

kondisi pasar. Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan logaritma natural dari

total aset dengan tujuan untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebih sehingga

membuat data total aset tetap terdistribusi normal, serta mengurangi perbedaan

signifikan antara ukuran perusahaan yang terlalu besar dengan yang terlalu kecil.

Oleh sebab itu, dengan menggunakan logaritma natural, seberapa besar total aset

akan dapat disederhanakan, tanpa mengubah proporsi dari total aset yang

sesungguhnya.

2.1.3 Corporate Governance

Menurut Lawrance J. Gitman dan Chad J. Zutter (2015:20) mendefinisikan

Corporate Governance refers to the rules, processes, and laws by which

companies are aperated, controlled, and regulated, yang berarti ata Kelola

Perusahaan mengacu pada aturan, proses, dan hukum di mana perusahaan

diaplikasi, dikendalikan, dan diatur.

Definisi lain dikemukakan oleh Muh. Arief Effendi (2016:11) dalam,

definisi Tata Kelola Perusahaan adalah sebagai berikut :

“ ata kelola peru ahaan yang baik dapat didefini ikan ebagai i tem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah

bagi setiap stakeholders. Ada dua hal yang ditekankan dalam mekanisme

ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham atau investor untuk

memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya,

dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara

akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja

peru ahaan,kepemilikan dan takeholder.”

Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG

(2010)), Good Corporate Governance adalah :

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

37

“ truktur, i tem dan pro e yang digunakan organ peru ahaan ebagai

upaya yang memberikan nilai tambahan perusahaan secara

berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap memberikan

kepentingan stakeholders lainnya berdasarkan norma, etika, budaya dan

aturan yang berlaku.”

Corporate Governance secara umum dapat diartikan sebagai sistem,

proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak

yang berkepentingan terutama dalamarti sempit, hubungan antara pemegang

saham,dewan komisaris, dan dewandireksi demi tercapainya tujuan organisasi

(Triwahyuningtias, 2012)

Berdasarkan agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan

pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Perusahaan pada umumnya

dibentuk dari perjanjian antar dua komponen utama, pemilik sumber daya

(principal) dan pengelola sumber daya (agent). Agen diberi kepercayaan oleh

principal untuk mengelola perusahaan dengan sumber daya yang dimilikinya.

Penunjukan ini didasari karena agen pada umumnya merupakan pihak yang

memiliki kemampuan dalam mengelola sumber daya tersebut agar tercipta

keefisienan dalam pengelolaan. Masalah muncul ketika masing-masing pihak

memiliki kepentingan sendiri-sendiri atas perusahan. Agen yang telah memiliki

kepercayaan dari pemilik sumber daya dapat menggunakan kepercayaan tersebut

untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri dan bukan kepentingan pemilik

sumber daya sehingga kemungkinan terjadi financial distress Jensen dan

Meckling dalam sipatuhar (2014).

Jensen dan Meckling (1976) dalam sipatuhar (2014).menggambarkan

hubungan keagenan (agency relationship) sebagai hubungan yang timbul karena

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

38

adanya kontrak yang ditetapkan antara principal yang menggunakan agent untuk

melaksanakan jasa yang menjadi kepentingan principal dalam hal terjadi

pemisahan kepemilikan dan kontrol perusahaan. Teori keagenan merupakan dasar

yang digunakan untuk memahami corporate governance. Permasalahan yang

muncul akibat adanya perbedaan kepentingan antara agen dan principal disebut

agency problem.

Salah satu penyebab agency problem adalah adanya Asymmetric

Information. Asymmetric Information adalah informasi yang yang tidak seimbang

yang disebabkan adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan

agen yang berakibat dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan

adanya kesulitan principal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap

tindakan-tindakan agen.

Jensen dan Meckling menyatakan permasalahan tersebut adalah :

a. Moral hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak

melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja.

b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana principal tidak dapat

mengetahui apakah suatu keputusan diambil oleh agen benar-benar

didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai

sebuah kelalaian dalam tugas.

Dengan demikian diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat

mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Mekanisme

corporate governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua

pihak yang berkepentingan, sehingga tidak terjadi konflik antara pihak agen dan

principal yang berdampak pada penurunan agency cost. Corporate governance

diperlukan untuk mengurangi agency problem antara pemilik dan manajer

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

39

sehingga timbul keselarasan kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajer

(Triwahyuningtias, 2012

2.1.3.1 Prinsip Dasar Good Corporate Governance

Prinsip-prinsip dasar dari GCG, pada dasarnya memiliki tujuan untuk

memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Secara umum,

penerapan prinsip GCG secara konkret menurut OECD (2004:3), memiliki tujuan

terhadap perusahaan sebagai berikut :

1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing;

2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah;

3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja

ekonomi perusahaan;

4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholders terhadap

perusahaan;

5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

Prinsip-prinsip utama dari GCG yang menjadi indikator, sebagaimana

ditawarkan oleh OECD adalah :

1. Transparency/Disclosure (Transparansi/Keterbukaan)

Transparansi adalah adanya pengungkapan yang akurat dan tepat pada

waktunya serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan,

kepemilikan, serta pemegang kepentingan. Untuk menjaga objektivitas dalam

menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material

dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku

kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

40

tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang - undangan,

tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang

saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Accountability (Akuntabilitas)

Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan

yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan

pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian

terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai

dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan

lainnya. Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,

terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai

kinerja yang berkesinambungan.

3. Responsibility (Responsibilitas)

Responsibility (responsibilitas) adalah adanya tanggung jawab pengurus

dalam manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban

kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan dengan

kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari adanya

wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari

penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi profesional dan menjunjung

etika dan memelihara bisnis yang sehat.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

41

4. Independency (Independensi)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara

independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling

mendominasi dan tidak dapat diinter-vensi oleh pihak lain. Independen

diperlukan untuk menghindari adanya potensi konflik kepentingan yang

mungkin timbul oleh para pemegang saham mayoritas. Mekanisme ini

menuntut adanya rentang kekuasaan antara komposisi komisaris, komite

dalam komisaris, dan pihak luar seperti auditor. Keputusan yang dibuat dan

proses yang terjadi harus obyektif tidak dipengaruhi oleh kekuatan pihak-

pihak tertentu. Prinsip-prinsip transparansi, keadilan, akuntabilitas,

responsibilitas dan independen GCG dalam mengurus perusahaan, sebaiknya

diimbangi dengan good faith (bertindak atas itikad baik) dan kode etik

perusahaan serta pedoman GCG, agar visi dan misi perusahaan yang

berwawasan internasional dapat terwujud.

5. Fairness (Keadilan)

Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi

seluruh pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan

pemegang saham asing dari kecurangan, dan kesalahan perilaku insider.

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan (OECD, 2004:22).

2.1.3.2 Struktur Kepemilikan

Para peneliti berpendapat bahwa struktur kepemilikan perusahaan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

42

memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Tujuan perusahaan sangat ditentukan

oleh struktur kepemilikan, motivasi pemilik dan kreditur. Corporate Governance

dalam proses insentif yang membentuk motivasi manajer. Pemilik akan berusaha

membuat berbagai strategi untuk mencapai tujuan perusahaan, setelah strategi

ditentukan maka langkah selanjutnya akan mengimplementasi strategi dan

mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan

perusahaan. Kesemua tahapan tersebut tidak terlepas dari peran pemilik dapat

dikatakan bahwa peran pemilik sangat penting dalam menentukan

keberlangsungan perusahaan. Dalam hal ini struktur kepemilikan dibedakan

menjadi dua yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

a. Kepemilikan manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan perusahaan oleh

manejemen (direksi), semakin besar proporsi kepemilikan oleh manajemen maka

semakin besar pula tanggung jawab manajemen tersebut dalam mengelola

perusahaan, Kepemilikan manajerial memberikan keuntungan bagi fungsi

monitoring karena kepemilikan yang terdiri atas kepemilikan oleh direksi dan

komisaris akan memberi insentif untuk melakukan yang terbaik dan

memaksimalkan nilai perusahaan.

Mekanisme insentif melalui kepemilikn langsung saham dan kontrak

kompensasi oleh manajemen mampu menurunkan konflik keagenan antara

manajer dan pemegang saham perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan

perusahaan mengalami Financial distress. Menurut Marcus, Kane dan Bodie

(2006:8), pengertian kepemilikan manajerial adalah:

“Kepemilikan manajerial akan men ejajarkan kepentingan manajemen dan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

43

pemegang saham, sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari

keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi

dari pengambilan keputusan yang salah. Pernyataan tersebut menyatakan

bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan,

maka manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang

saham yang notabene adalah dirinya endiri.”

Struktur kepemilikan manajerial dapat dihitung dengan rumus :

Kepemilikan anajerial Jumlah aham manajemen

otal aham beredar 100

Total saham manajerial yang dimaksud adalah jumlah presentase saham

yang dimiliki oleh manajemen pada akhir tahun. Sedangkan total saham yang

beredar, dihitung dengan menjumlahkan seluruh saham yang diterbitkan oleh

perusahaan tersebut pada akhir tahun (Marcus, Kane dan Bodie, 2006:9).

b. Kepemilikan institusional

Gitman dan Zutter (2015:20) berpendapat bahwa intitutional investors,

adalah:

Investment professionals, such as banks, insurance companies, mutual

funds, and pension funds, that are paid to manage and hold large

quantities of securities on behalf of others. Artinya investor profesional

atau perusahaan, diantaranya bank, perusahaan asuransi, reksadana, dan

dana pensiun, yang dibayar untuk mengelola dan memegang saham dalam

jumlah besar atas nama atau untuk kepentingan oranglain

Pendapat lain dikemukakan Marcus, Kane dan Bodie (2006:10),

pengertian ke pemilikan intitusional (institusional ownership) adalah:

“Kepemilikan in titu ional merupakan kondi i dimana in titu i memiliki

saham dalam suatu perusahaan. Institusi tersebut dapat berupa institusi

pemerintah, institusi swasta, domestik maupun asing. Kepemilikan

institusional dapat mengurangi agency costdengan cara mengaktifkan

pengawasan melalui investor-investor institusional. Hal tersebut dapat

terjadi dikarenakan dengan keterlibatan instirusional dalam kepemilikan

aham.”

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

44

dimiliki oleh institusi seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan

kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan

pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan (Triwahyuningtias,

2012). Investor institusional tidak menarget performa jangka pendek dan performa

tahunan perusahaan, namun investor ini berfokus pada jangka panjang dan

membantu manajemen dalam meningkatkan performa jangka panjang sehingga

menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami Financial distress, kepemilikan

institusional dapat dihitung dengan rumus :

Kepemilikan n titu ional Jumlah aham in titu ional

otal aham beredar 100

Total saham institusional yang dimaksud adalah jumlah presentase saham

yang dimiliki oleh insttitusi pada akhir tahun. Total saham yang beredar, dhitung

dengan menjumlahkan seluruh saham yang diterbitkan oleh perusahaan pada akhir

tahun (Marcus, Kane dan Bodie, 2006:11)

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat dinyatakan bahwa struktur

kepemilikan dapat menetukan tercapai atau tidaknya tujuan perusahaan, struktur

kepemilikan ini dibagi menjadi dua yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan

institusional.

2.1.4 Financial distress

Financial distress merupakan kondisi yang dapat dijelaskan secara luas

dan bervariasi. Berbagai penilaian yang telah dilakukan oleh para peneliti atas

kondisi ini memunculkan beragam pandangan mengenai pengertian kondisi

financial distress. Menurut Debarshi Bhattacharyya (2012:445) Distress means

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

45

acute financial hadship/crisis. Corporate distress/sickness means such a situation

of a firm when it is unable to meet its debt. In other words, when value of total

asset of a company is insufficient to discharge its total external liabilities,

company can be said a „‟distress company‟‟. Artinya: distress merupakan

kesulitan keuangan atau krisis yang akut. Perusahaan mengalami kesulitan atau

dalam keadaan sakit memiliki arti bahwa situasi perusahaan ketika itu tidak

mampu memenuhi hutang, dengan kata lain, ketika nilai total asset perusahaan

tidak cukup untuk membayar total kewajiban ekternal, maka dapat dikatakan

perusahaan mengalami kesulitan.

Stephen A. Ross, Randolph W. Westerfield, dan Jeffrey Jaffe (2010:917)

mengungkapkan bahwa “Financial distress is a situation where a firm‟s

operating cash flow are not sufficient to satisfy current obligations (such as trade

credits or interest expenses) and the firm is forced to take corrective action” hal

tersebut bermaksud bahwa kondisi kesulitan keuangan (Financial distress)

merupakan situasi di mana arus kas operasi perusahaan tidak cukup untuk

memenuhi kewajiban saat ini (seperti kredit perdagangan atau biaya bunga) dan

perusahaan dipaksa untuk mengambil tindakan korektif.

Corret dkk (2012:655) berpendapat bahwa financial distress mempunyai

banyak arti, dan membanginya menjadi tiga tipe yaitu:

a. Business failure, is a type of financial distress in which a firm no longer

stay in business. However financial distress does not automatically mean

the end of the firm.

b. Econimic failure, is a type of financial distress in which the return on a

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

46

firm‟s assets is less then the firm‟s cost of capital. Thus, the firm is not

earning enough on its assets to pay the fund suppliers their promised

payments.

c. Technical insolvency, is a type of financial distress in which firm‟s

operating cash flow are not sufficient to pay its liabilities as they come

due.

Artinya yaitu :

1. Business failure (kegagalan bisnis) adalah jenis kesulitan keuangan

dimana perusahaan tidak lagi berada dalam bisnis. Bagaimanapun

financial distress tidak secara otomatis berarti akhir dari perusahaan.

2. Economic failure (kegagalan ekonomi) adalah jenis kesulitan keuangan

dimana pengembaliaan aset suatu perusahaan kurang dari biaya modal

(cost of capital). Dengan demikiran, perusahaan tidak cukup produktif

pada aset untuk membayar pemasok dana pembayaran yang mereka

janjikan.

3. Technical insolvency (kegagalan teknis) adalah jenis kesulitan keuangan

dimana arus kas operasi perusahaan tidak cukup untuk membayar

kewajiban yang jatuh tempo.

Plat dan Plat dalam Fahmi (2013:158) mendefinisikan Financial distress

sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya

kebangkrutan ataupun likuidasi. Financial distress dimulai dengan

ketidakmampuan memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama kewajiban yang

bersifat jangka pendek termasuk kewajiban likuiditas, dan juga termasuk

kewajiban dalam kategori solvabilitas.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

47

Fahmi (2013) mengemukakan secara kajian umum ada empat kategori

pengolongan persoalan Financial distress yang bisa kita buat yaitu:

a. Pertama, Financial distress kategori A atau sangat tinggi dan benar-benar

membahayakan. Kategori ini memungkinkan perusahaan dinyatakan untuk

berada diposisi bangkrut atau pailit.

b. Kedua, Financial distress kategori B atau tinggi dianggap berbahaya. Pada

posisi ini perusahaan harus memikirkan berbagai solusi realistis dalam

menyelamatkan berbagai aset yang dimiliki

c. Ketiga, Financial distress kategori C atau sedang, dan ini dianggap

perusahaan masih mampu/ bisa menyelamatkan diri dari tindakan tambahan

dana yang bersumber dari internal dan eksternal.

d. Keempat, Financial distress kategori D atau rendah, pada kategori ini

perusahaan hanya dianggap mengalami fluktuasi financial temporer yang

disebabkan oleh berbagai kondisi eksternal.

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat dikatakan bahwa financial

distress yaitu suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan dalam

membayar kewajibannya dan jika hal tersebut berlangsung secara

berkesimambungan dikhawatirkan perusahaan akan menuju pada kebangkrutan.

2.1.4.1 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Financial distress

Kondisi kesulitan keuangan, seperti yang telah dikemukanan pada bagian

definisi, banyak terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan perusahaan

mengalami kondisi kesulitan keuangan. Bhattacharyya (2012:446)

mengemukakan faktor-faktor kesulitan keuangan perusahaan yang dapat

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

48

diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal,

berikut merupakan rincian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan

keuangan perusahaan menurut Bhattacharyya (2012:446):

Tabel 2.2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Financial distress

No. Klasifikasi Faktor-faktor

1 Internal a. Proses produksi yang kurang modern(outdated)

b. Biaya bahan baku yang tinggi

c. Rendahnya produktivitas karyawan

d. Kurangnya karyawan yang memiliki keterampilan

e. Pemborosan waktu dalam proses produksi

f. Pergantian tenaga kerja yang tinggi

g. Lemahnya kualitas pemimpin

h. Salah pemilihan lokasi/tempat

i. Perencanaan keuangan yang buruk

j. Manajemen yang tidak efisien

k. Struktur Kepemilikan yang buruk

l. Manajemen persediaan yang buruk

m. Manajemen arus kas yang buruk

n. Manajemen piutang yang buruk

2 Eksternal a. Kekurangan/terbatasnya ketersediaan bahan baku

b. Kekurangan kekuatan/daya listrik

c. Masalah transportasi

d. Pemberlakuan control harga dari pemerintah

e. Kebijakan pajak dari pemerintah

f. Fluktuasi nilai tukar

g. Kebijakan ekspor dan impor

h. Ancaman dari perusahaan multinasional

i. Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tornado

dsb

j. Keresahaan politik

Kesulitan keuangan perusahaan terjadi karena berbagai faktor yang

beberapa diantaranya telah dikemukakan oleh Bhattacharyya pada tabel 2.2 yaitu

faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal dapat mempengaruhi kondisi

kesulitan keuangan pada beberapa industri sekaligus, namun banyak peneliti yang

menemukan bahwa kondisi kesulitan keuangan perusahaan lebih banyak berasal

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

49

dari faktor internal perusahaan dimana perusahaan tidak memiliki manajemen

yang baik dan tanggap dalam menghadapi permasalahan.

2.1.4.2 Model Prediksi Financial distress (Model Altman)

Altman (1968) adalah orang yang pertama yang menerapkan Multiple

Discriminant Analysis, analisis diskriminan ini merupakan suatu teknik statistik

yang mengidentifikasikan beberapa macam rasio keuangan yang dianggap

memiliki nilai paling penting dalam mempengaruhi suatu kejadian, lalu

mengembangkannya dalam suatu model dengan maksud untuk memudahkan

menarik kesimpulan dari suatu kejadian.Analisa diskriminan ini kemudian

menghasilkan suatu dari beberapa pengelompokan yang bersifat apriori atau

mendasarkan teori dari kenyataan yang sebenarnya.

Dasar pemikiran Altman menggunakan analisa diskriminan bermula dari

keterbatasan analisis rasio yaitu metodologinya pada dasarnya bersifat suatu

penyimpangan yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah sehingga pengaruh

kombinasi dari beberapa rasio hanya didasarkan pada pertimbangan para analis

keuangan, oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan dari analisa rasio maka

perlu kombinasikan berbagai rasio agar menjadi suatu model prediksi yang

berarti.

Berdasarkan penelitian analisis diskriminan Altman melakukan penelitian

untuk mengembangkan model baru untuk memprediksikan kebangkrutan

perusahaan. Model yang dinamakan Z-score dalam bentuk aslinya adalah model

linier dengan rasio keuangan yang diberi bobot untuk memaksimalkan

kemampuan model tersebut dalam memprediksi. Model ini pada dasarnya hendak

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

50

mencari nilai “Z” yaitu nilai yang menunjukkan kondisi perusahaan, apakah

dalam keadaan sehat atau tidak dan menunjukkan kinerja perusahaan yang

sekaligus merefleksikan prospek perusahaan dimasa mendatang

Penelitiannya menyusun model Z Altman mengambil sampel 33

perusahaan manufaktur yang bangkrut pada periode 1960 sampai 1965 dan 33

perusahaan yang tidak bangkrut dengan lini industri dan ukuran yang sama.

Dengan menggunakan data laporan keuangan dari 1 sampai 5 tahun sebelum

kebangkrutan, Altman menyusun 22 rasio keuangan yang paling memungkinkan

dan mengelompokkannya dalam 5 kategori: likuiditas, profitabilitas, leverage,

solvabilitas dan kinerja. Lima macam rasio dari lima variabel yang terseleksi akan

di kombinasikan bersama untuk memperoleh prediksi yang paling akurat tentang

kebangkrutan.

Penggunaan model Altman sebagai salah satu pengukuran kinerja

kebangkrutan tidak bersifat tetap atau stagnan melainkan berkembang dari waktu

kewaktu, dimana pengujian dan penemuan model terus diperluas oleh Altman

hingga penerapannya tidak hanya pada perusahaan manufaktur publik saja tapi

sudah mencakup perusahaan manufaktur non publik, perusahaan non manufaktur,

dan perusahaan obligasi korporasi. Setelah melakukan penelitian terhadap variabel

dan sampel yang dipilih, Altman menghasilkan model kebangkrutan yang

pertama. Persamaan kebangkrutan yang ditujukan untuk memprediksi sebuah

perusahaan public manufaktur.

Cornett dkk (2012:663) menyatakan bahwa :

“Linear discriminant models divide firms into high or low banktuptcy risk.

Classes based on their observed financial characterictic (Xj). Awidely

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

51

used discriminant model is the Z-Score model developed by Edward

Altman. The incidator variable is Z is an overall measure of a firm‟s

bankruptcy risk classification. This classification, in turn, depends on the

values ratios based on the observed experienced of bankrupt versus

nonbankrupt firms derived from a discriminant analysis model”.

Artinya, model diskriminan linier membagi perusahaan kedalam risiko

kebangrutan yang tinggi atau rendah berdasrkan karakteristik keuangan

yang diamati (Xj). Model diskriminan yang banyak digunakan adalah

model Z-score yanf dikembangkan oleh Edward Altman. Indikator

variabel Z adalah ukuran keseluruhan klasifikasi risiko kebangkrutan

perusahaan. Kelasifikasi ini, pada gilirannya tergantung pada nilai-nilai

rasio berdasarkan observasi yang diamati pada perusahaan yang bangkrut

dengan perusahaan yang tidak bangkrut dan berasal dari model analisis

diskriminan.

Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Z-score

(Altman, 1968) dalam Cornett dkk (2012:663) yaitu :

Keterangan:

Z = bankrupcy index

= working capital / total asset

= retained earnings / total asset

= earning before interest and taxes/total asset

= market value of equity / book value of total debt

= sales / total asset.

Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis.

Menurut Altman, terdapat angka-angka dari nilai Z yang dapat menjelaskan

apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang

dan ia membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu:

a. Jika nilai Z<1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.

b. Jika nilai 1,8< Z<2,99 maka termasuk grey area (zona aman namun terdapat

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

52

kemungkinan perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan).

c. Jika nilai Z>2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam

penelitian yang akan dilakukan. Tabel berikut memaparkan persamaan dan

perbedaan anatara penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Sehingga jelas

bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya.

Tabel 2.3

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Judul penelitian dan

Nama Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan

Penelitian 1 Oktita Earning Hanifah

dan Agus Purwanto

2013, Pengaruh struktur

Corporate Governance dan financial indicator

terhadap kondisi

Financial distress

Hasil penelitian ukuran

dewan direksi,

kepemimpinan manajerial,

kepemilikan institusional, leverage dan operating

capacity berpengaruh

terhadap Financial

distress Penelitian ini tidak berhasil membuktikan

pengaruh ukuran dewan

komisaris, komisaris

independen, ukuran komite audit, likuiditas,

dan profitabilitas terhadap

kemungkinan terjadinya

Financial distress

Variable penelitian

Corporate

Governance dan

financial indikator terhadap kondisi

Financial distress

Terdapat

perbedaan tahun

penelitian pada

tahun 2013 dan terdapat variable

penelitian yang

berbeda,

diantaranya dewan direks ,

ukuran dewan

komisaris,

komisaris independen,

ukuran komite

audit, dan

operating capacity

2 (Santy surya

Sipatuhar 2014)

Analisis pengaruh

Ukuran Perusahaan

dan Corporate

Governance terhadap

terjadinya kondisi

Financial distress

(studi pada

perusahaan yang

terdaftar di Bursa

Efek Indonesia selain

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

leverage, profitabilitas

dan rasio aktivitas

.memiliki pengaruh

signifikan terhadap

kondisi Financial

distress. Penelitian ini

tidak berhasil

membuktikan pengaruh

likuiditas, kepemilikan

manajerial dan

kepemilikan

institusional terhadap

kemungkinan terjadinya

Menggunakan

variable penelitian

yang sama yaitu,

Ukuran

Perusahaan,

Corporate

Governance dan

Financial distress

Penelitian

pada

perusahaan

yang terdaftar

di BEI selain

sector

keuangan

periode 2010-

2012)

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

53

No Judul penelitian dan

Nama Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

sektor keuangan

periode 2010 - 2012)

Financial distress

3 Selfi Anggraeni

Fauziah Hadi,

Mekanisme

Corporate

Governance dan

Ukuran Perusahaan

pada perusahaan yang

mengalami Financial

distress

Jurnal Ilmu & Riset

Akuntansi Vol. 3 No.

5 (2014)

kepemilikan

institusional tidak

berpengaruh terhadap

Financial distress,

kepemilikan manajerial

tidak berpengaruh

terhadap Financial

distress, dewan direksi

tidak berpengaruh

terhadap Financial

distress, dewan

komisaris berpengaruh

negatif terhadap

Financial distress,

likuiditas tidak

berpengaruh terhadap

Financial distress,

leverage tidak

berpengaruh terhadap

Financial distress, dan

operating capacity

berpengaruh positif

terhadap Financial

distress

Variable penelitian

yang digunakan

sama yaitu,

kepemilikan

konstitusional,

kepemilikan

manajerial, rasio

likuiditas, dan

rasio leverage.

Variable

penelitian

yang lainnya

yaitu : dewan

direksi, dan

dewan

komisaris

4 I Gusti Agung Ayu

Pritha Cinantya, Ni

Ketut Lely Aryani

Merkusiwati,

Pengaruh Corporate

Governance, financial

indicators dan ukuran

perusahaan terhadap

financial pada

perusahaan property

& real estate terbesar

di Indonesia yaitu PT

Bakrieland

Development, Tbk

E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana

10.3(2015): 897-915

897)

hasil analisis ditemukan

bahwa kepemilikan

institusional dan

likuiditas berpengaruh

pada Financial distress.

Sedangkan kepemilikan

manajerial, proporsi

komisaris independen,

jumlah dewan direksi,

leverage dan ukuran

perusahaan tidak

berpengaruh pada

kesulitan keuangan

Menggunakan

variable penelitian

yang sama yaitu :

kepemilikan

institusional,

kepemilikan

manajerial, rasio

leverage

Studi pada

perusahaan

property &

real estate

terbesar di

Indonesia

yaitu PT

Bakrieland

Development,

Tbk, variable

indicator yang

berbeda yaitu

nilai

perusahaan

5 (Shahab Udin,

Muhammad Arshad

Khan, Attiya Yasmin

Javid, (2017) ,

The effects of

ownership structure

on likelihood of

Institutional ownership,

insider‟s ownership,

Foreign ownership dan

Government ownership

berpengaruh terhadap

Financial distress

Variable yang

sama yaitu :

Institutional

ownership

Government

ownership

Terdapat

variable

lainnya yng

berbeda yaitu:

insider‟s

ownership,

Foreign

Lanjutan Tabel 2.3

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

54

No Judul penelitian dan

Nama Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

Financial distress: an

empirical evidence.

Corporate

Governance: The

International Journal

of Business in

Society, Vol. 17

Issue: 4, pp.589-612

ownership

6 Mega, Helgawari,

(2017),

Pengaruh Penerapan

Tata kelola

Perusahaan, ukuran

perusahaan dan

Leverage terhadap

Financial distress

pada perusahaan

peserta CGPI yang

terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI)

periode 2011-2014,

Berdasarkan hasil

penelitian Tata kelola

perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap

Kesulitan Keuangan

(Financial distress),

Ukuran Perusahaan

berpengaruh signifikan

terhadap Kesulitan

Keuangan (Financial

distress, Leverage

berpengaruh signifikan

terhadap Kesulitan

Keuangan (Financial

distress)

Variable yang

sama yaitu :

Leverage dan tata

kelola perushaan

Variable yang

berbeda yaitu :

ukuran

perusahaan

7 Mohamed Shahwan,

(2015) ,

"The effects of

Corporate

Governance on

financial performance

and Financial

distress: evidence

from Egypt", Tamer

Corporate

Governance, Vol. 15

Issue: 5, pp.641-662

Firm size, Leverage,

Book-to-market ratio,

Capital intensity, ,

Return on sales,

Ownership

concentration,

Institutional ownership,

tidak berpengaruh

terhadap Financial

distress sedangkan

Current ratio dan

Ownership type

berpengeruh terhadap

financial disress

Variable yang

sama yaitu

Leverage, current

ratio, dan

Institusional

ownership

Variable yang

berbeda yaitu

Firm size,

Book-to-

market ratio,

Capital

intensity, ,

Return on

sales,

Ownership

concentration,

Ownership

type

8 (Mutiara Muhtar,

2017),

Pengaruh Ukuran

Perusahaan terhadap

kesulitan keuangan

(Financial distress)

Pada perusahaan

Telekomunikasi di

Indonesia.

Hasil peneltian

menyebutkan bahwa

Ukuran Perusahaan

berpengaruh terhadap

Financial distress

Variable yang

sama yaitu :

Ukuran Perusahaan

dan Financial

distress

Variable yang

berbeda

terdapat

perusahaan

telekounikasi

dan Corporate

Governance

9 Irawati Manurung

2015,

Hasil penelitian

menyebutkan bahwa

Variable yang

sama yaitu

Variable yang

berbeda yaitu

Lanjutan Tabel 2.3

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

55

No Judul penelitian dan

Nama Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

Analisis pengaruh

struktur kepemilikan,

likuiditas dan

leverage terhadap

Financial distress

pada perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun

2009-2014.

kepemilikan maajerial,

kepemilikan asing,

likuiditas dan leverage

berpengaruh terhadap

Financial distress

kepemilikan

manajerial,

likuiditas, leverage

dan Financial

distress

kepemilikan

asing, dan

Corporate

Governance.

10 Triwahyuningtias,

(2012),

Analisis Pengaruh

Struktur Kepemilikan,

Ukuran Dewan,

Komisaris

Independen,

Likuiditas Dan

Leverage Terhadap

Terjadinya Kondisi

Financial distress.

Hasil penelitian

menyetakan bahwa

Kepemilikan

manajerial, kepemilikan

institusional, ukuran

dewan direksi,

likuiditas berpengaruh

negatif dan signifikan

terhadap Financial

distress. Sedangkan

leverage berpengaruh

positif signifikan

terhadap Financial

distress.

Variable yang

sama yaitu:

Kepemilikan

manajerial,

kepemilikan

institusional

Leverage, dan

Financial distress

Variable yang

berbeda

yaitu:ukuran

dewan direksi,

likuiditas

11 (Wiwin Putri Rahayu

dan Dani Sopian

2016)

Pengaruh Rasio

Keuangan dan

Ukuran Perusahaan

terhadap Financial

distress (Studi

empiris pada

Perusahaan Food and

Beverage di BEI

periode 2013-2015)

- Secara simultan

likuiditas, leverage,

sales growth, dan

ukuran perusahaan

berpengaruh

signifikan terhadap

financial distress.

- Secara parsial

likuiditas, leverage

dan ukuran

perusahaan

berpengaruh tidak

signifikan terhadap

financial distress.

- Sales growth

berpengaruh positif

signifikan terhadap

financial distress

Variabel penelitian

yang sama yaitu

ukuran perusahaan

dan financial

distress

Variabel

penelitian

yang berbeda

yaitu

likuiditas,

leverage, sales

growth dan

studi empiris

pada

perusahaan

food and

beverage serta

tahun

penelitian

2013-2015

12 Alfi Rista Nora. 2016.

Pengaruh Financial

Indicators, Ukuran

Perusahaan, dan

Kepemilikan

Institusional Terhadap

Financial distress.

Variabel likuiditas tidak

berpengaruh signifikan

terhadap kondisi

financial distress,

Variabel leverage tidak

berpengaruh signifikan

terhadap kondisi

financial distress,

Variabel profitabilitas

berpengaruh signifikan

terhadap kondisi

Variabel penelitian

yang sama yaitu

ukuran perusahaan,

kepemilikan

isntirusional dan

financial distress

Variabel

penelitian

yang berbeda

yaitu Financial

Indicators

Lanjutan Tabel 2.3

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

56

No Judul penelitian dan

Nama Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

STIE Perbanas

Surabaya

financial distress,

Variabel operating

capacity tidak

berpengaruh signifikan

terhadap kondisi

financial distress,

Variabel sales growth

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

kondisi financial

distress, Variabel

ukuran perusahaan tidak

berpengaruh signifikan

terhadap kondisi

financial distress.

danVariabel

kepemilikan

institusional tidak

berpengaruh signifikan

terhadap kondisi

financial distress.

13 I Gusti Agung Ayu

Pritha Cinantya dan

Ni Ketut Lely Aryani

Merkusiwati. 2014.

Pengaruh Corporate

Governance,

Financial Indicators

Dan Ukuran

Perusahaan Pada

Financial distress.

E-Journal Udayana.

Vol. 10 N0. 3

- kepemilikan

institusional dan

likuiditas memiliki

pengaruh negatif dan

signifikan pada

kemungkinan

perusahaan

mengalami financial

distress.

- Kemudian, hasil

pengujian untuk

kepemilikan

manajerial, proporsi

komisaris

independen, jumlah

dewan direksi,

leverage, dan ukuran

perusahaan tidak

berpengaruh

signifikan pada

kemungkinan

terjadinya financial

distress

Variabel penelitian

yang sama yaitu

ukuran perusahaan,

kepemilikan

isntirusional,

kepemilikan

manajerial dan

financial distress

Variabel

penelitian

yang berbeda

yaitu likuiditas

proporsi

komisaris

independen,

jumlah dewan

direksi,

leverage

14 Robert Gitau Muigai

dan Jane Gathigia

Muriithi

The Moderating

Effect of Firm Size on

the Relationship

Between Capital

Firm size has a

significant moderating

effect on this

relationship. The

implication is tht large

scale firms are capable

to employ high level of

debt and impove their

financial distress status.

Variabel penelitian

yang sama yaitu

Ukuran perusahaan

dan financial

distress

Variabel

penelitian

yang berbeda

yaitu struktur

modal

Lanjutan Tabel 2.3

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

57

No Judul penelitian dan

Nama Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

Structure and

Financial distress of

Non-Financial

Companies Listed in

Kenya.

Journal of Finance

and Accounting 2017,

5(4): 151-158

The study also found

thar debt maturity as

measured by the

duration that debt

remains outstanding

has no significant effect

on financial distress of

non-financial firms.

15 Puji Astuti,Sugeng

Pamudji 2015,

Analisis Pengaruh

Opini Going Concern,

Likuiditas, umur

perusahaan dan

Ukuran Perusahaan

terhadap

Kemungkinan

Financial distress.

ejournal-

s1.undip.ac.id/

Volume 4, Nomor

1,Tahun 2015

- opini audit going

concern berpengaruh

positif dan signifikan

terhadap

kemungkinan

financial distress

- likuiditas (LIKD)

pengaruh signifikan

positif terhadap

kemungkinan

financial distress

- nilai solvabilitas yang

dimiliki tidak

mempengaruhi

kemungkinan

financial distress

- arus kas berpengaruh

negative dan

signifikan terhadap

kemungkinan

financial distress

- ukuran perusahaan

berpengaruh positif

signifikan terhadap

kemungkinan

financial distress, dan

- umur perusahaan

menunjukkan

pengaruh positif dan

tidak signifikan

terhadap

kemungkinan

financial distress

Variabel penelitian

yang sama yaitu

Ukuran Perusahaan

dan

Financial distress

Variabel

penelitian

yang berbeda

yaitu Opini

Going

Concern,

Likuiditas,

umur

perusahaan

16 Gathecha john

Wangige, 2016

Effect of Firm

Characteristics on

Financial distress of

Non-Financial Firms

Listed at Nairobi

Securities exchange,

Kenya.

negative non significant

relationship between

the dependable variable

(financial distress) and

independent variables (,

size of the company,

foreign ownership,

BOD local, liquidity)

and positive correlation

Variabel penelitian

yang sama yaitu

Ukuran perusahaan

dan financial

distress

Variabel

penelitian

yang berbeda

yaitu foreign

ownership,

BOD local,

liquidity,

efficiency,

Tobin Q, local

Lanjutan Tabel 2.3

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

58

No Judul penelitian dan

Nama Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

non-significant

relationship between

the dependable variable

(financial distress) and

independent variables

(efficiency, Tobin Q,

local ownership, BOD

foreign and Leverage).

ownership,

BOD foreign

and Leverage

17 Inten Puji Rianti,

Winwin Yandiati,

2018

How Financial

distress Influence By

Firm Size.

International Journal

of Scientific&

technology research

volume 2, issue 1,

January 2018

The size of the

company (X) does not

significantly influence

financial distress (Y)

Variabel penelitian

yang sama yaitu

Ukuran perusahaan

dan financial

distress

Variabel

penelitian

yang berbeda

yaitu

Corporate

Governance

18 Irawati Manurung C

Handoyo Wibisono

2016

Analisis Pengaruh

Struktur Kepemilikan,

Likuiditas dan

Leverage terhadap

Financial distress

pada Perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun

2009-2014

variabel bebas yang

terbukti signifikan

dapat memprediksi

kondisi financial

distress suatu

perusahaan adalah

struktur kepemilikan

dengan indikator

kepemilikan manajerial

dan kepemilikan asing,

likuiditas dengan

indikator Current Ratio,

Qucik Ratio dan

Leverage dengan

indikator Debt Ratio

dan Debt Equity Ratio.

Penelitian ini juga

menemukan bahwa

Kepemilikan Institusi

tidak dapat digunakan

untuk memprediksi

kondisi Financial

distress

Variabel penelitian

yang sama yaitu

struktur

kepemilikan

dengan indikator

kepemilikan

manajerial,

Kepemilikan

Institusi dan

Financial distress

Variabel

penelitian

yang berbeda

yaitu

kepemilikan

asing,

likuiditas

dengan

indikator

Current Ratio,

Qucik Ratio

dan Leverage

dengan

indikator Debt

Ratio dan Debt

Equity Ratio

19 Syed Basharat

Hussain Shah, 2016

The impact of

corporate governance

on financial distress;

Evidence from

Pakistan

corporate governance

like (institutional

shareholder, board

structure, CEO duality

and transparency

disclosure) and of effect

on financial distress

andcorporate

governance

mechanisman

insignificant impact on

Variabel penelitian

yang sama yaitu

institutional

ownership dan

financial distress

Variabel

penelitian

yang berbeda

yaitu

board

structure, CEO

duality and

transparency

disclosure

Lanjutan Tabel 2.3

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

59

No Judul penelitian dan

Nama Peneliti Hasil Penelitian

Persamaan

Penelitian

Perbedaan

Penelitian

financial distress, but in

cross sectional some

attributes of corporate

governance have

significant effects (e.g.

CEO duality and

institutional

ownership).

20 Werner Ria Murhadi,

Felicia Tanugara, &

Bertha Silvia Sutejo,

2018.

The influence of good

corporate governance

on financial distress.

Advances in Social

Science, Education

and Humanities

Research (ASSEHR),

volume 186

- The study findings

suggest that the

proportion of

independent outside

directors, audit

opinion, size, and

ownership type from

the category of good

corporate governance

are incorporated into

the model. All the

variables are

significant. The

results suggest that

the accuracy of this

bankruptcy prediction

model was 99.7%

- From the model, it

can be seen that one

variable has a

negative influence on

financial distress that

is size. In contrast,

independent director,

audit opinion, and

financial leverage

have a positive

influence on financial

distress

Variabel penelitian

yang sama yaitu

size, and

ownership type

from the category

of good corporate

governance and

Financial distress

Variabel

penelitian

yang berbeda

yaitu

independent

outside

directors,

audit opinion

21 I Ketut Sunarwijaya

2015

Pengaruh Likuiditas,

Kepemilikan

Manajerial dan

Kepemilikan

Institusional terhadap

Kemungkinan

terjadinya Financial

distress.

- Likuiditas tidak

berpengaruh terhadap

financial distress

- Leverage tidak

berpengaruh terhadap

financial distress

- Kepemilikan

manajerial tidak

berpengaruh terhadap

financial distress

- Kepemilikan

institusional tidak

berpengaruh terhadap

financial distress

Variabel penelitian

yang sama yaitu

financial distress,

Kepemilikan

manajerial dan

Kepemilikan

institusional

Variabel

penelitian

yang berbeda

yaitu

Likuiditas

Dan Leverage

Sumber : berbagai jurnal

Lanjutan Tabel 2.3

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

60

Penelitian ini, peneliti menggunakan variabel yaitu Ukuran Perusahaan,

serta Corporate Governance dan Financial distress. Penelitian berbeda dengan

penelitian terdahulu karena menggunakan metode analisis regresi data panel

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diindentifikasi sebagai masalah

penting (Sugiyono, 2012:88)

2.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Financial distress

Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan

perusahaan besar dan kecil. Ukuran suatu perusahaan menggambarkan seberapa

besar total aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki

total aset yang besar menunjukan sinyal yang positif bagi kreditur sebab

perusahaaan akan mudah melakukan diversifikasi dan mampu melunasi kewajiban

di masa depan, sehingga perusahaan dapat menghindari terjadinya financial

distress (Nora, 2016)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert (2017) menyatakan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress,

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan leh Puji Astuti (2015)

yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpegaruh positif terhadap financial

distress. Hal ini menunjukkan Perusahaan yang memiliki asset besar

menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh

tempo,dengan demikian perusahaan yang memiliki asset yang lebih besar lebih

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

61

kecil mengalami kondisi financial distress karena memiliki asset yang cukup

melimpah dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Sedangkan penelitian

lain menunjukkan hal yang berbeda yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wiwin

(2016) menyatakan bahwa secara parsial variabel ukuran perusahaan berpengaruh

tidak signifikan terhadap financial distress, penelitian ini sejalan dengan I Gusti

(2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh pada

kesulitan keuangan.

2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Financial distress

Kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan perusahaan oleh

manejemen (direksi), semakin besar proporsi kepemilikan oleh manajemen maka

semakin besar pula tanggung jawab manajemen tersebut dalam mengelola

perusahaan. Teori agensi yang dikemukakan oleh Jensen dalam Sipatuhar (2014)

menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh direksi dan komisaris dapat

membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Hal ini

berarti semakin meningkatnya proporsi kepemilikan saham oleh direksi dan

komisaris maka semakin baik kinerja perusahaan sehingga kemungkinan

mengalami Financial distress juga semakin kecil.

Teori Agensi yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam

sipatuhar (2014) Teori tersebut menyatakan bahwa agency problem adalah adanya

Asymmetric Information. Asymmetric Information adalah informasi yang yang

tidak seimbang yang disebabkan adanya distribusi informasi yang tidak sama

antara prinsipal dan agen yang berakibat dapat menimbulkan dua permasalahan

yang disebabkan adanya kesulitan principal untuk memonitor dan melakukan

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

62

kontrol terhadap tindakan-tindakan agen yang dapat meningkatkan potesi

terjadinya kondisi kesulitan keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Shahab (2017) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan

negatif terhadap kondisi Financial distress. Hal ini menunjukkan bahwa

peningkatan kepemilikan manajerial akan mampu mendorong turunnya

kemungkinan terjadinya Financial distress. Hal ini juga diperkuat oleh hasil

penelitian Hanifah (2013), Werner (2018) dan Manginge (2016) yang menyatakan

bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap financial Distres.

Sedangkan hasil penelitian yang berbeda dikemukakan oleh I Gusti Agung Ayu,

Prita Ginantia dan Ni Ketut Leli Aryani Merkusiwati (2015) bahwa kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh terhadap terjadinya kondisi financial distress.

2.2.3 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Financial Distress

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang

dimiliki oleh institusi seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasidan

kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan

pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan

(Triwahyuningtias,2012).

Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976)

dalam sipatuhar (2014) Teori tersebut menyatakan bahwa agency problem adalah

adanya Asymmetric Information. Asymmetric Information adalah informasi yang

yang tidak seimbang yang disebabkan adanya distribusi informasi yang tidak

sama antara prinsipal dan agen yang berakibat dapat menimbulkan dua

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

63

permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan principal untuk memonitor dan

melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen yang dapat meningkatkan

potesi terjadinya kondisi kesulitan keuangan. Penelitian Hanifah (2013)

menyatakan bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang negatif

terhadap Financial distress (kesulitan keuangan) perusahaan. Hal ini berarti

bahwa peningkatan kepemilikan institusional dalam perusahaan akan mendorong

semakin kecilnya potensi kesulitan keuangan. Semakin besar kepemilikan,

semakin banyak pengawasan, maka kemungkinan terjadinya Financial distress

akan semakin kecil. Penelitain lain juga menyatakan hal yang sama yaitu menurut

I gusti (2015), Syed (2016) dan Shahab (2017). Sedangkan penelitian yang bebeda

dikemukakan oleh Irawati (2015) bahwa kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap terjadinya kondisi financial distress.

2.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance terhadap

Financial distress

Ukuran Perusahaan serta Corporate Governance dapat bersama-sama

mempengaruhi Financial distress. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti.. Penelitian yang dilakukan

oleh Werner (2018) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan corporate

governance secara simultan berpengaruh signifikan terhadap financial distress

dengan prediksi sebesar 99.7%

Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka dan hasil penelitian terdahulu,

maka paradigma penelitian ini adalah seperti gambar berikut

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

64

Werner (2018)

Gambar 2.1

Paradigma Penelitian

Keterangan:

------ Berpengaruh secara Simultan

Berpengaruh secara Parsial

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan tentang sesuatu yang akan

diteliti sebagai jawaban sementara dari suatu masalah. Berdasarkan kerangka

pemikiran tersebut maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis Simultan :

a. Terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan dam Corporate Governance

Ukuran Perusahaan

(Jogiyanto dalam

Megahelgawati (2017)

Corporate Governance:

Kepemilikan

Manajerial

(Marcus, Kane dan

Bodie, 2006:9)

Kepemilikan

Institusional

(Marcus, Kane dan

Bodie, 2006:9)

Financial

distress

(Corret dkk,

2012:655)

Teori Agensi (Jensen dan

Meckling (1976) dalam sipatuhar

(2014), Hanifah (2013),

Manginge (2016), Irawati

(2016), Shahab 2017, dan

werner (2018)

Teori Agensi (Jensen dan

Meckling (1976) dalam sipatuhar

(2014), Hanifah (2013), Syed

(2016), I gusti (2015), werner

(2018) dan Shahab (2017)

Puji Astuti (2015), Robert Gitau

(2017), mutiara (2017) Werner

(2018) dan Manginge (2016)

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …repository.unpas.ac.id/39944/5/BAB II.pdf · Manajemen keuangan dalam suatu perusahaan melaksanakan segala aktivitas perusahaan yang

65

terhadap terjadinya kondisi Financial distress.

Hipotesis Parsial :

a. Terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap terjadinya kondisi

Financial distress

b. Terdapat pengaruh Corporate Governance yaitu Kepemilikan Manajerial

terhadap terjadinya kondisi Financial distress

c. Terdapat pengaruh Corporate Governance yaitu Kepemilikan Institusional

terhadap terjadinya kondisi Financial distress