14
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian dalam bidang morfologi memang telah banyak dilakukan oleh para linguis. Hal ini membantu penelitian ini sehingga dapat membuka wawasan topik yang sama. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian Chattri Sigit Widyastuti (2008) dalam tesisnya yang berjudul “Nomina Deverba dalam Bahasa Indonesia” membahas pembentukan nomina dari dasar verba yang berkaitan dengan verba meng-D, meng-D-i, dan meng-D-kan serta kemungkinannya bertalian dengan nomina peng-D, peng-D-an, dan D-an. Penelitian tersebut berusaha mencari kaidah penominalan yang digunakan secara umum dan wajar di dalam bahasa Indonesia. Pembahasan mengenai pembentukan nomina juga telah dilakukan oleh Edi Subroto pada tahun 2012 dalam bukunya yang berjudul “Pemerian Morfologi Bahasa Indonesia Berdasarkan Perspektif Derivasi dan Infleksi Proses Afiksasi”. Dalam tulisan itu dibahas tentang konsep teoretik masalah derivasi dan infleksi serta penerapan konsep tersebut dalam morfologi bahasa Indonesia. Penelitian Widyastuti dalam Jurnal Humanika yang berjudul “Proses Pembentukan Nomina Bahasa Muna Dialek Gu-Mawasangka” mendeskripsikan proses pembentukan nomina berdasarkan bentuk morfologis, perangai sintaksis, dan perangai semantik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Studi Terdahulu

Penelitian dalam bidang morfologi memang telah banyak dilakukan oleh para

linguis. Hal ini membantu penelitian ini sehingga dapat membuka wawasan topik

yang sama. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian ini.

Penelitian Chattri Sigit Widyastuti (2008) dalam tesisnya yang berjudul

“Nomina Deverba dalam Bahasa Indonesia” membahas pembentukan nomina dari

dasar verba yang berkaitan dengan verba meng-D, meng-D-i, dan meng-D-kan

serta kemungkinannya bertalian dengan nomina peng-D, peng-D-an, dan D-an.

Penelitian tersebut berusaha mencari kaidah penominalan yang digunakan secara

umum dan wajar di dalam bahasa Indonesia.

Pembahasan mengenai pembentukan nomina juga telah dilakukan oleh Edi

Subroto pada tahun 2012 dalam bukunya yang berjudul “Pemerian Morfologi

Bahasa Indonesia Berdasarkan Perspektif Derivasi dan Infleksi Proses Afiksasi”.

Dalam tulisan itu dibahas tentang konsep teoretik masalah derivasi dan infleksi

serta penerapan konsep tersebut dalam morfologi bahasa Indonesia.

Penelitian Widyastuti dalam Jurnal Humanika yang berjudul “Proses

Pembentukan Nomina Bahasa Muna Dialek Gu-Mawasangka” mendeskripsikan

proses pembentukan nomina berdasarkan bentuk morfologis, perangai sintaksis,

dan perangai semantik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam bahasa

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

14

Muna Dialek Gu-Mawasangka terjadi proses pembentukan nomina melalui

prefiks, sufiks, dan konfiks yang diturunkan melalui kelas kata adjektiva, verba,

atau nomina itu sendiri.

Pembahasan yang berkaitan dengan pembentukan nomina dengan afiksasi

telah dilakukan oleh Ida Basaria dalam tulisannya berjudul “Morfologi Nomina

dalam Bahasa Pakpak Dairi”. Tulisan itu memberikan deskripsi tentang ciri-ciri

nomina bahasa Pakpak Dairi, proses morfologi nomina, dan bentuk-bentuk

nomina bahasa Pakpak Dairi. Dalam tulisan tersebut dinyatakan bahwa proses

morfologi nomina mencakup proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses

pemajemukan.

Berdasarkan kajian-kajian di atas, penelitian tentang derivasi dan infleksi

dalam bahasa Indonesia terutama tentang pembentukan nomina yang berasal dari

nomina lain menurut penulis masih perlu dilakukan. Hal ini akan menambah

keragaman penelitian tentang kajian morfologi. Meskipun penelitian tentang

pembentukan nomina telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain, tetapi penelitian

ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian-

penelitian sebelumnya menggunakan objek bahasa daerah, misalnya bahasa

Pakpak Dairi di atas, sedangkan penelitian ini menggunakan objek bahasa

Indonesia. Meskipun penelitian Chattri S. Widyastuti juga menggunakan bahasa

Indonesia, namun pembahasan yang dilakukan berbeda. Chattri S. Widyastuti

membahas tentang pembentukan nomina yang berasal dari verba, sedangkan

penelitian ini membahas tentang pembentukan nomina yang berasal dari nomina

lain. Meskipun Edi Subroto juga telah menerbitkan buku yang di dalamnya

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

15

membahas tentang pembentukan nomina yang berasal nomina lain, tetapi penulis

merasa penelitian tentang hal itu masih perlu dilakukan secara mendalam.

B. Landasan Teori

Dalam bab ini penulis menguraikan pengertian-pengertian pokok yang

digunakan sebagai acuan dalam menganalisis data.

1. Morfologi

Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-

satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal (Verhaar, 2010:97).

Kridalaksana menyatakan bahwa morfologi dipandang sebagai subsistem

yang berupa proses yang mengolah leksem menjadi kata (Kridalaksana,

2009:10). Adapun menurut M. Ramlan yang dimaksud dengan morfologi

adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari

seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap

golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-

perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik

(Ramlan, 1985:19). Morfologi adalah salah satu studi kebahasaan yang

membicarakan atau mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh

perubahan-perubahan struktur kata terhadap kelas dan arti kata (Putrayasa,

2008:3).

Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata (Chaer, 2008:3). Pendapat

lain juga dikemukakan oleh John Lyons yang menyatakan bahwa

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

16

“morphology deals with the internal structure of words” (morfologi

berurusan dengan struktur dalam kata-kata), artinya morfologi hanyalah

penyelidikan bentuk-bentuk (Lyons, 1968:194). Pernyataan itu senada dengan

pendapat Katamba (1993:14) yang menyebutkan bahwa “morphology, the

study of the internal structure of words” (morfologi, studi tentang struktur

internal kata).

Morfologi adalah cabang linguistik yang menyelidiki morfem bahasa dan

penggabungan morfem tersebut menjadi satuan lingual yang dikenal dengan

kata polimorfemik (Rohmadi dkk, 2012:5). Nida mengungkapkan

“morphology is the study of morphemes and their arrangements in forming

words” (Morfologi adalah studi tentang morfem dan susunan-susunannya

dalam membentuk kata) (Nida, 1949:1). Adapun morfologi menurut Edi

Subroto ialah cabang linguistik yang meneliti dan memerikan aturan-aturan

pembentukan kata dalam suatu bahasa (Subroto, 2007:29).

Dengan demikian dapat ditarik suatu pengertian bahwa morfologi

sebagai salah satu bidang linguistik yang mempelajari tentang pembentukan

kata dan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya perubahan-perubahan

tersebut.

2. Kata dan Leksem

Derivasi dan infleksi berkaitan dengan kata dan leksem. Istilah kata dan

leksem sering dibedakan oleh para ahli bahasa. Edi Subroto (2011:40)

membagi pengertian kata menjadi tiga, yaitu pengertian kata secara fonologis,

pengertian kata sebagai kata gramatikal, dan pengertian kata sebagai leksem.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

17

Pengertian kata secara fonologis adalah satuan terkecil yang memiliki arti

yang tersusun dari fonem-fonem yang jenis dan urutannya berbeda. Misalnya,

“palu”, “panu”, “paku” diperlakukan sebagai kata yang berbeda karena jenis

fonem pendukungnya berbeda. Jenis fonem pendukung yang berbeda itu

terlihat pada fonem /l/ pada “palu”, fonem /n/ pada “panu”, dan fonem /k/

pada “paku”. Contoh lainnya, misalnya, “ramah”, “marah”, dan “haram”.

Satuan tersebut dianggap sebagai kata yang berbeda meskipun jenis fonem

pendukungnya sama, yaitu fonem /r/, /a/, /m/, /a/, dan /h/. Satuan-satuan itu

dianggap sebagai kata berbeda meskipun jenis fonem pendukungnya sama

karena susunan atau urutan fonem-fonem itu berbeda.

Pengertian kata sebagai kata gramatikal menurut pendapat Edi Subroto

dapat dijelaskan sebagai bentuk kata yang berbeda dari leksem yang sama.

Kemunculan bentuk-bentuk yang berbeda itu karena tuntutan sintaksis bahasa

yang bersangkutan. Edi Subroto mencontohkan dengan leksem WRITE (V)

dalam bahasa Inggris yang membentuk beberapa kata yang berbeda, yaitu

write, writes, wrote, writing, dan written. Berkaitan dengan hal ini, Katamba

menyatakan bahwa “…pockling and pockle, pockles and pockled are all in

sense different manifestations of the „same‟ abstract vocabulary item”

(…pockling dan pockle, pockles dan pockled merupakan perwujudan yang

berbeda dari satuan abstrak yang „sama‟) (1993:17).

Katamba menyebutkan bahwa leksem adalah the same abstract

vocabulary item (Katamba, 1993:18). Leksem merupakan satuan terkecil

(tidak dapat diperkecil lagi), baik simpel maupun kompleks. Lyons (1968:23)

menyatakan “lexemes are the words that a dictionary would list under a

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

18

separate entry” yang berarti bahwa leksem merupakan kata yang menjadi

entri dalam kamus.

Pendapat lain tentang pengertian kata juga diungkapkan oleh banyak ahli

bahasa. Di antaranya adalah sebagai berikut.

Kata merupakan satuan terbesar dalam morfologi dan sekaligus satuan

terkecil dalam sintaksis (Kridalaksana, 2009:8). Muslich menyatakan bahwa

kata adalah satuan ujaran bebas terkecil yang bermakna (Muslich, 2014:5).

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bloomfield bahwa “…a word is a

minimum free form”.

Verhaar menyatakan bahwa kata adalah satuan atau bentuk bebas dalam

tuturan (Verhaar, 2010:97). Lebih lanjut Abdul Chaer menyatakan kata dalam

morfologi merupakan satuan terbesar, dibentuk melalui salah satu proses

morfologi (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi)

(Chaer, 2008:5).

3. Kelas Kata

Beberapa ahli bahasa yang membicarakan tentang kelas kata dalam

bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

Pembagian kelas kata menurut Kridalaksana (2005:51-121) yaitu (1)

verba, (2) adjektiva, (3) nomina, (4) pronomina, (5) numeralia, (6) adverbia,

(7) interogativa, (8) demonstrativa, (9) artikula, (10) preposisi, (11)

konjungsi, (12) kategori fatis, dan (13) interjeksi.

Hasan Alwi (dalam TBBBI, 2003: 87-304) membagi kelas kata menjadi

(1) verba, (2) adjektiva, (3) adverbial, (4) nomina, (5) pronomina, (6)

numeralia, (7) kata tugas, (8) interjeksi, dan (9) artikula.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

19

Adapun M. Ramlan (1985) membagi kelas kata menjadi 12, yaitu (1)

kata verbal, (2) kata nominal, (3) kata keterangan, (4) kata tambah, (5) kata

bilangan, (6) kata penyukat, (7) kata sandang, (8) kata tanya, (9) kata suruh,

(10) kata penghubung, (11) kata depan, dan (12) kata seruan.

C.A. Mess (1953) membagi kelas kata menjadi sepuluh, yakni (1) kata

benda, (2) kata keadaan, (3) kata ganti, (4) kata kerja, (5) kata bilangan, (6)

kata sandang, (7) kata depan, (8) kata keterangan, (9) kata sambung, dan (10)

kata seru.

Abdul Chaer (2008) mengklasifikasikan kata menjadi dua, yaitu (1) kata

kelas terbuka yakni nomina, verba, dan ajektifa, dan (2) kata kelas tertutup

yakni adverbial, pronominal, numeralia, preposisi, konjungsi, artikulus,

interjeksi, dan partikel.

4. Morfem, Afiks, dan Proses Morfologis

Pendapat mengenai definisi morfem memang banyak. Namun, definisi

umum tentang morfem yang lazim digunakan adalah satuan (unit) tata bahasa

terkecil yang memiliki arti. Sehubungan dengan itu, Nida (1949:6)

menyebutkan morfem sebagai “the minimal meaningful units” yang berarti

bahwa morfem sebagai satuan terkecil yang memiliki arti. Katamba

menambahkan dengan mengemukakan “the term morpheme is used to refer to

the smallest, indivisible units of semantics content or grammatical function

which words are made up of” (istilah morfem digunakan untuk menunjuk

satuan terkecil yang tak dapat dibagi lagi yang memiliki arti atau fungsi

gramatika yang mana kata dibentuk darinya) (1993:20).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

20

Edi Subroto (2012:20) menyebutkan bahwa secara umum morfem

dibedakan atas morfem dasar dan morfem afiks. Morfem dasar adalah

morfem yang ditempeli oleh morfem afiks dalam pembentukan kata,

sedangkan morfem afiks bersifat menempel pada morfem dasar dalam

pembentukan kata.

Kaitannya dengan afiks, Katamba mengemukakan bahwa “An affix is a

morpheme which only occurs when attached to some other morpheme or

morpheme such as a root or stem or base” (1993:44). Pendapat lain

dikemukakan oleh Verhaar (2010:107) dengan menyebutkan bahwa afiks

terdiri dari empat macam, yaitu prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Contoh

dari afiks-afiks tersebut, misalnya, prefiks (laut pe-laut), infiks (getar

gemetar), sufiks (ikat ikat-an), dan konfiks (menteri ke-menteri-an).

Proses morfologis merupakan proses pembentukan kata. Salah satu yang

termasuk proses morfologis yaitu proses afiksasi.

5. Nomina

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2013:966)

dijelaskan bahwa nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia

yang ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, biasanya

dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa. Nomina juga dapat

disebut sebagai kata benda seperti yang diungkapkan oleh Hasan Alwi dkk.,

yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau

pengertian (Hasan Alwi dkk, 2003:213).

Nomina menurut Kridalaksana adalah kategori yang secara sintaksis

tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, tetapi

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

21

mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari, yang menurut

bentuknya dapat dibedakan menjadi nomina dasar, nomina turunan, nomina

paduan leksem, dan nomina paduan leksem gabungan (Kridalaksana,

2005:68). Lebih lanjut Kridalaksana menyebutkan bahwa nomina berbentuk:

a. Nomina dasar, misalnya: batu, kertas, radio, udara, dan lain sebagainya.

b. Nomina turunan. Nomina turunan terbagi lagi atas nomina berafiks

(misalnya: keuangan, perpaduan), nomina reduplikasi (misalnya: rumah-

rumah, pohon-pohon), nomina hasil gabungan proses (misalnya: batu-

batuan, kesinambungan), dan nomina yang berasal dari berbagai kelas kata

lain.

c. Nomina paduan leksem, misalnya, daya juang, loncat indah, jejak langkah,

dan lain sebagainya.

d. Nomina paduan leksem gabungan, misalnya, kejaksaan tinggi,

pendayagunaan, dan lain sebagainya.

6. Pembentukan Nomina

Nomina dapat dibentuk dari kelas kata yang lain. Menurut Edi Subroto,

nomina dapat dibentuk dari verba, nomina yang lain, adjektiva, numeralia,

dan adverbia (Subroto, 2012:37-62). Hal ini tentunya tidak terlepas dari

proses afiksasi.

1. Pembentukan nomina yang berasal dari verba dapat dibentuk melalui

verba kelas I (V I) dan verba kelas II (V II).

a. Pembentukan melalui V I meliputi (1) pembentukan nomina kategori

peng-D, peng-D-an, dan D-an, (2) pembentukan nomina deverba pe-

D, dan (3) nomina deverba kategori ke-ter-D-an.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

22

b. Pembentukan melalui V II meliputi (1) nomina deverba kategori peng-

D, (2) nomina deverba peng-D-an, (3) nomina deverba D-an, (4)

nomina deverba pe- atau per-D, (5) nomina deverba pe- atau per-D-

an, dan (6) nomina deverba ke-D-an.

2. Pembentukan nomina dari nomina lain meliputi:

a. Nomina kategori D menjadi ke-D-an

b. Nomina D menjadi nomina pe- atau per-D-an

c. Nomina D menjadi D-wan atau D-wati

d. Nomina D menjadi D-isme atau D-is

e. Nomina D menjadi D-isasi

f. Nomina D menjadi D-an

3. Pembentukan nomina yang berasal dari adjektiva

a. Penurunan D Adj. menjadi nomina kategori ke-D-an

b. Adj. menjadi nomina kategori peng-D

c. Penurunan D Adj. menjadi nomina kategori D-isasi dan D-isme

d. Penurunan D Adj. menjadi nomina kategori ke-D dan pe-D

4. Pembentukan nomina yang berasal dari numeralia (kata bilangan)

a. Numeralia menjadi nomina kategori D-an

b. Penurunan D Num. menjadi nomina kategori ke-D-an

5. Pembentukan nomina yang berasal dari D Adv. yaitu adverbia menjadi

nomina kategori ke-D-an.

7. Derivasi dan Infleksi

Verhaar dalam bukunya Asas-asas Linguistik Umum membedakan antara

infleksi dan derivasi sebagai berikut.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

23

Fleksi adalah perubahan morfemis dengan mempertahankan identitas

leksikal dari kata yang bersangkutan, dan derivasi adalah perubahan

morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lain.

Misalnya, Inggris friend and friends termasuk leksem yang sama,

sedangkan friend dan befriend merupakan leksem-leksem yang berbeda.

Verba to befriend adalah hasil derivasi dari nomina friend, bukan hasil

infleksi, karena kedua kata itu tidak sama kelasnya yaitu verba dan

nomina. Jikalau dua kata dengan dasar yang sama termasuk kelas kata

yang sama, tetapi berbeda maknanya, kedua kata itu juga berbeda

secara leksikal. Misalnya, friend dan friendship dalam bahasa Inggris,

atau kata Indonesia pengajar dan pengajaran, yang sama-sama

kelasnya dan dasarnya ({:ajar}) (Verhaar, 2010:143)

Berkaitan dengan hal itu, pendapat John Lyons tentang derivasi dan

infleksi yakni “inflexion is a change made in the form of a word to express its

relation to other words in the sentence” (infleksi didefinisikan sebagai

perubahan yang dibuat pada bentuk kata untuk mengatakan hubungannya

dengan kata-kata lain dalam kalimat), sedangkan “derivation will list various

processes whereby new words are formed from existing words” (derivasi

mendaftar berbagai proses pembentukan kata-kata baru dari kata-kata yang

ada) (Lyons, 1968:195). Adapun infleksi dan derivasi menurut Katamba

“inflectional morphology deals with syntactically determined affixation

processes while derivational morphology is used to create new lexical items”

(morfologi infleksional menentukan proses afiksasi sedangkan morfologi

derivasional digunakan untuk membentuk leksem baru) (1993:205).

Bauer dalam Widyastuti (2008: 94) menyatakan bahwa ada sejumlah cara

untuk mengetahui apakah sebuah afiks bersifat derivasional atau infleksional,

yakni:

(a) Jika sebuah afiks mengubah kelas kata bentuk kata dasarnya, afiks itu

bersifat derivasional. Afiks-afiks yang tidak mengubah kelas kata

bentuk dasarnya biasanya termasuk afiks infleksioanl. Contoh: form

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

24

adalah nomina, formal adalah adjektiva; berarti, al telah mengubah

kelas kata sehingga termasuk afiks derivasional. Formalise adalah

verba dan formalizes juga verba berarti –s tidak mengubah kelas kata,

sehingga kemungkinan termasuk afiks infleksional.

(b) Afiks-afiks infleksional selalu menampakkan makna yang teratur atau

dapat diprediksikan; sebaliknya, makna dari afiks-afiks derivasional

tidak dapat diramalkan. Sebagai contoh afiks infleksional –s yang

menunjukkan makna jamak dalam bahasa Inggris, seperti: dogs,

bycycles, shoes, trees. Lain halnya dengan perubahan makna secara

derivasional seperti age dalam bandage „pembalut‟, cleavage

„perpecahan‟, mileage „jarak mil‟, shortage „kekurangan‟.

(c) Terdapat suatu kaidah umum bahwa bila dapat menambahkan afiks

infleksional pada salah satu anggota dari sebuah kelas kata, maka akan

dapat menambah afiks infleksional pada semua anggota kelas yang

lain, sedangkan afiks derivasional tidak dapat ditambahkan pada

setiap anggota kelas. Dengan demikian, dapat ditentukan bahwa afiks-

afiks infleksional itu bersifat produktif, sedangkan afiks derivasional

bersifat tidak produktif.

Selain itu, Nida dalam Subroto (1985:269) juga menguraikan tentang

perbedaan antara pembentukan secara derivasional dan infleksional.

(1) Pembentukan derivasional termasuk jenis kata yang sama dengan kata

tunggal (dari suatu sistem jenis kata tertentu) (misalnya, singer (nomina)

dari (to) sing (verba) termasuk jenis kata yang sama dengan boy

(nomina)), sedangkan pembentukan infleksional tidak (misalnya, verba

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

25

kompleks atau polimorfemis walked tidak termasuk jenis kata yang sama

dengan verba tunggal yang mana pun).

(2) Secara statistik, afiks derivasional lebih beragam (misalnya, dalam bahasa

Inggris terdapat afiks-afiks pembentuk nomina: -er, -ment, -ion, -ation, -

ness (singer, arrangement, correction, nasionalization, stableness);

sedangkan afiks infleksional dalam bahasa Inggris kurang beragam atau

tertentu: -s, -ed1, -ed2, -ing, (walks, walked, walked, walking).

(3) Afiks-afiks derivasional dapat mengubah jenis kata, sedangkan afiks-afiks

infleksional tidak.

(4) Afiks-afiks derivasional mempunyai distribusi yang lebih terbatas

(misalnya, -er tidak dapat diramalkan selalu terdapat pada dasar verba),

sedangkan afiks infleksional mempunyai distribusi yang lebih luas.

(5) Pembentukan derivasional dapat menjadi dasar bagi pembentukan

berikutnya (singer singers), sedangkan pembentukan infleksional tidak.

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan proses

pembentukan nomina denomina ke-D-an, pe- atau per-D-an, dan D-an dari

nomina dasar dalam bahasa Indonesia serta kaitannya dengan derivasi dan

infleksi. Analisis terhadap data menggunakan metode agih sehingga dapat

menjelaskan proses pembentukan nomina denomina ke-D-an, pe- atau per-D-an,

dan D-an dari nomina dasar dalam bahasa Indonesia serta kaitannya dengan

derivasi dan infleksi tersebut. Kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan

sebagai berikut.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0212042_bab2.pdf · Morfologi di dalam kajian linguistik menurut Abdul Chaer berarti ilmu

26

Nomina Denomina

D-an Nomina Denomina

ke-D-an

Nomina Denomina

pe- atau per-D-an

Temuan

1. Berkorelasi dengan arti

„kompleks atau

lingkungan D‟

2. Berkorelasi dengan arti

„seluk-beluk/hal-hal

yang berkaitan dengan

D‟

3. Berkorelasi dengan arti

„proses, cara, perbuatan

D/me-D/me-D-kan/me-

D-i‟

1. Berkorelasi dengan

dengan arti

„kompleks atau yang

berkaitan dengan D‟

2. Berkorelasi dengan

dengan arti „segala

sesuatu yang

berkaitan dengan D‟

1. Berkorelasi dengan arti

„tiap-tiap D‟

2. Berkorelasi dengan arti

„hasil me(N)-D‟

3. Berkorelasi dengan arti

„sesuatu yang di-D/di-

D-kan/di-D-i‟

Analisis dengan metode agih

1. Teknik substitusi

2. Teknik perluas

Derivasi Infleksi

Nomina Denomina