Click here to load reader
View
212
Download
0
Embed Size (px)
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Penelitian Terdahulu
Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam
pembangunan.Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan
sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil
pembangunan.Dalam kaitan dengan peran penduduk tersebut, maka
kualitas mereka perlu ditingkatkan melalui berbagai sumber daya yang
melekat, dan perwujudan keluarga kecil yang berkualitas, serta upaya
untuk menskenario kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan
(Lucas, 2006: 29).
Kuantitas penduduk yang terlalu tinggi dan tidak diimbangi dengan
kualitas yang baik dapat menyebabkan permasalahan sosial, untuk itu
perlu adanya upaya atau program peningkatan kualitas penduduk dengan
mengontrol jumlah penduduk yang ada (Arief, 2009).
Hasil sensus (Badan Pusat Statistik) BPS pada bulan Agustus 2010,
jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363 orang, terdiri atas
119.507.600 laki-laki dan 118.048.783 perempuan dengan laju tumbuh
penduduk 1,49% per tahun. Dengan pertumbuhan penduduk 1,64 % dan
Total Fertility Rate (TFR) 2,6. Dari segi kuantitas jumlah penduduk
Indonesia cukup besar tetapi dari sisi kualitas melalui Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) kondisi Indonesia sangat memprihatinkan
karena dari 117 negara, Indonesia di posisi 108. Tingginya laju
9
pertumbuhan yang tidak diiringi peningkatan kualitas penduduk ini akan
berpengaruh kepada tingkat kehidupan dan kesejahteraan penduduk.
Hartanto (2013: 27) juga menambahkan bahwa tingginya jumlah
penduduk di Indonesa dengan tingkat persebaran yang tidak merata
menyebabkan banyaknya masalah kependudukan yang belum bisa teratasi
hingga saat ini.Permasalahan kependudukan di Indonesia tersebut menurut
diantaranya ketersediaan lahan perumahan yang semakin sempit,
meningkatnya jumlah pengangguran, meningkatnya jumlah kaum urban
diperkotaan, dan berdampak pada tingginya kaum tunawisma dan angka
kriminal.
Peningkatan jumlah penduduk yang cukup pesat di Indonesia
tersebut, membuat pemerintah menyadari pentingnya penduduk yang
berkualitas sebagai modal utama dalam mempercepat pembangunan yang
pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah
melakukan berbagai program pembangunan Sumber Daya Manusia, salah
satunya adalah dilaksanakannya program Keluarga Berencana (KB).
Secara makro, Keluarga Berencana (KB) berfungsi mengendalikan
kelahiran, sedangkan dalam perspektif mikro bertujuan untuk membantu
keluarga dan individu dalam mewujudkan hak-hak reproduksi,
penyelenggaraan pelayanan, pengaturan, dan dukungan untuk membentuk
keluarga dengan usia kawin ideal, mengatur jumlah, jarak dan usia ideal
melahirkan anak, serta pengaturan kehamilan dan pembinaan ketahanan
kesejahteraan keluarga (BKKBN, 2008). Menurut Sulistyowati (2011),
progam KB yang baru didalam paradigma ini misinya sangat menekan
10
pentingnya upaya menghormati hakhak reproduksi sebagai integral
dalam meningkatkan kualitas keluarga.
Program KB yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut tidak serta
merta diikuti oleh seluruh penduduk yang ada di Indonesia.Terdapat
banyak faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi pasangan suami istri
dalam keluarga berencana. Faktor-faktor yang mendukung partisispasi
pasangan usia subur dalam KB menurut Kurnia (2008), meliputi
kurangnya pengetahuan pasangan usia subur tentang KB, social sosial
budaya, akses pelayanan KB dan kualitas pelayanan KB.
Pemakaian alat KB lebih banyak di daerah perkotaan dengan
tingkat sosial ekonomi relative tinggi. Berbagai macam kontrasepsi yang
digunakan oleh pasangan usia subur dalam tingkat yang rendah. Faktor
lain yaitu akseptor khawatir terhadap efek samping yang ditimbulkan dari
alat kontrasepsi seperti terjadinya peningkatan berat badan, Peningkatan
berat badan yang tidak terkontrol merupakan sesuatu yang ditakuti
akseptor karena struktur tubuh menjadi jelek, tidak menarik dan menjadi
faktor resiko timbulnya penyakit jantung, diabetes melitus,hipertensi.
Purwanti (2003) juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal
yang dipertimbangkan masyarakat sebelum memutuskan menggunakan
KB. Diantaranya adalah faktor ekonomi atau pendapatan rumah tangga,
pendidikan, umur, pekerjaan dan jumlah konsumsi. Faktor ekonomi atau
pendapatan menjadi salah satu yang dipertimbangkan masyarakat sebelum
menggunakan KB, dimana pendapatan dapat berupa gaji dan upah.
11
Bila dihubungkan dengan tingkat keikutsertaan pada program
keluarga berencana, maka seseorang dengan tingkat pendapatan yang
tinggi akan lebih mudah menerima dan mengikuti program KB.
Sebaliknya seseorang dengan pendapatan rendah akan sangat sulit dalam
mengikuti program KB. Hal ini dikarenakan pada program KB, akseptor
menanggung sendiri biaya yang dikenakan bila dia menggunakan salah
satu alat kontrasepsi. Sehingga semakin tinggi pendapatan maka semakin
tinggi pula kemungkinan seseorang untuk mengakses program KB.
Selain pendapatan, pendidikan juga menjadi salah satu
pertimbangan masyarakat dalam melaksanakan program KB. Semakin
tinggi pendidikan masyarakat, maka transformasi pengetahuan, teknologi
dan budaya akan mudah dan cepat diterima. Orang yang mempunyai
pendidikan tinggi akan memberikan tanggapan yang rasional
dibandingkan dengan orang yang berpendidikan lebih rendah.
Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan
salah satu yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap terhadap
metode kontrasepsi. Menurut Green (2008) perilaku seseorang untuk
menggunakan kontrasepsi dipengaruhi oleh faktor PRECEDE yaitu
Presdiposing, Enabling, Reinforcing, dimana salah satu faktor
Presdiposing adalah pendidikan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pasangan suami istri
berpartisipasi terhadap program KB adalah pengetahuan dan usia atau
umur. Usia seseorang dalam berumah tangga dapat mempengaruhi
kehidupan keluarga. Usia yang sudah matang akan memberikan
12
kenyamaman dalam mengambil suatu keputusan dan mengatasi masalah.
Hal tersebut juga berdampak pada pemelihan akseptor KB, usia yang
sudah matang akan mudah untuk memilih kontrasepsi yang baik. Hasil
penelitian Suprihastuti (2002) menunjukkan bahwa dari segi usia,
pemakaian alat kontrasepsi PUS (Pasangan Usia Subur) cenderung pada
umur yang lebih tua dibandingkan umur muda. Indikasi ini memberi
petunjuk bahwa kematangan pria juga ikut mempengaruhi untuk saling
mengerti dalam kehidupan keluarga. Sedangkan menurut Kusumaningrum
(2009), pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi
dalam program KB, dimana seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi
memiliki hubungan positif terhadap partisipasi KB dan pengetahuan yang
rendah dapat membuat seseorang tidak ingin menggunakan KB.
Penelitian mengenai pelaksanaan program kependudukan di Kota
Malang khusunya di Kelurahan Lowokwaru Kecamatan Klojen adanya
beberapa alasan. Pertama, di Kota Malang terdapat keseimbangan PUS
(Pasangan Usia Subur) yang menjadi peserta KB aktif pada setiap
Kecamatan. Kota Malang memiliki 5 Kecamatan dengan sektor wilayah
yang berbeda-beda, ada yang sebagian wilayahnya berada pada sektor
perdagangan, perkantoran, dan ada pula yang sektor pertanian. Perbedaan
wilayah tersebut tentunya akan berpengaruh kepada perbedaan pekerjaan
masyarakat, dan tentunya masyarakat yang bekerja pada sektor industri
mempunyai pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor
pertanian.
13
Adanya perbedaan pendapatan maka berpengaruh juga terhadap
konsumsi, tingkat konsumsi antara pendapatan tinggi dengan pendapatan
rendah tergantung pada preferensi seseorang, yaitu digunakan untuk
konsumsi atau ditabung. Apabila lebih banyak digunakan untuk konsumsi
di masa sekarang, maka tingkat konsumsi pendapatan tinggi akan lebih
besar dibanding pendapatan rendah. Perbedaan tersebut menjadi alasan
apakah benar faktor- faktor kondisi sosial ekonomi masyarakat
berpengaruh terhadap pelaksanaan program kependudukan yaitu program
KB.
Alasan kedua, adanya perbedaan penelitian terdahulu dimana
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Purwanti (2003) lebih
memfokuskan pada tingkat kelahiran yang di dorong oleh faktor
pendapatan, umur, pendidikan, dan status pekerjaan. Sedangkan peneliti
dalam penelitian ini ingin memfokuskan penelitian pada partisipasi
pasangan usia subur program KB yang diduga dipengaruhi oleh faktor
ekonomi yaitu pendapatan, pendidikan, umur, dan pengetahuan.
Penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai perbandingan hasil
penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian yang sedang dilakukan
oleh peneliti, berikut beberapa penelitian terdahulu yang mendukung judul
penelitian ini dalam bentuk tabel;
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ken Sudarti, Puji Prasetyaningtyas(2011)
Judul Peningkatan Minat Dan Keputusan Berpartisipasi Akseptor Kb.
Mengunakan met