Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terhadap likuiditas saham pada saat perusahaan
melakukan pemecahan saham diterapkan dalam waktu serta tempat yang
berbeda, tetapi penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pihak lain
diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan kajian
berkaitan dengan penelitian.
Indah Kurniawati (JRAI, 2003) melakukan penelitian mengenai
analisis kandungan informasi stock split dan likuiditas saham: studi
empiris pada non-synchronous trading. Permasalahan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan abnormal return dan
akivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity : TVA) serta
resiko sestematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di
Bursa Efek Jakarta. Diduga ada perbedaan abnormal return dan aktivitas
volume perdagangan (Trading Volume Activity : TVA) serta resiko
sistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa
Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan: (1) abnormal return
signifikan pada saat peristiwa pemecahan saham, hal ini karena informasi
tersebut direspon oleh publik yang ditunjukkan dengan reaksi pasar yang
signifikan (2) terdapat perbedaan beta yang signifikan pada saat sebelum
dan sesudah peristiwa pemecahan saham, hal tersebut disebabkan karena
adanya aktivitas noisy trader yang kurang memiliki informasi dan lebih
16
menyukai harga saham yang stabil (3) terdapat perbedaan volume
perdagangan saham tetapi tidak signifikan pada saat sebelum dan sesudah
peristiwa pemecahan saham, hal tersebut disebabkan adanya sinyal positif
yang ditimbulkan oleh pemecahan saham yang menyebabkan para calon
investor lebih tertarik untuk membeli saham (aksi jual beli secara cepat).
Yunia Ekasari (2004) melakukan penelitian mengenai Analisis
Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham pada Perusahaan
LQ-45 di Bursa Efek Jakarta : Studi Empiris Terhadap Abnormal Return,
Resiko Sistematis (beta) dan Trading Volume Activity. Permasalahan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan
abnormal return, resiko sistematis (beta) dan aktivitas volume
perdagangan (Trading Volume Activity: TVA) saham dari suatu peristiwa
pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Diduga ada perbedaan abnormal
return, resiko sistematis (beta) dan aktivitas volume perdagangan
(Trading Volume Activity: TVA) saham dari suatu peristiwa pemecahan
saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan: (1) abnormal
return tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada saat peristiwa
pemecahan saham, hal ini karena informasi tersebut direspon negatif oleh
publik karena investor sudah mengetahui dahulu berita mengenai
pengumuman stock split (2) tidak terdapat perbedaan beta yang signifikan
pada saat sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, hal tersebut
disebabkan karena investor lebih memilih harga saham yang tidak stabil
(3) terdapat perbedaan volume perdagangan saham tetapi tidak signifikan
17
pada saat sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, hal tersebut
disebabkan adanya sinyal positif yang ditimbulkan oleh pemecahan saham
yang menyebabkan investor lebih tertarik untuk membeli saham tersebut
(aksi jual beli secara cepat).
Lany Wulansari (2004) melakukan penelitian mengenai Analisis
Perbedaan Return Saham dan Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah
Stock Split pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan return saham dan likuiditas saham sebelum dan
sesudah stock split pada perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta.
Diduga terdapat perbedaan return saham dan likuiditas saham sebelum
dan sesudah stock split pada perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat perbedan return saham yang
signifikan pada saat sebelum dan sesudah stock split. Return saham
mengalami penurunan sesusah stock split, hal ini dikarenakan harga saham
lebih rendah sehingga banyak investor tertarik untuk membeli saham
tersebut (2) terdapat perbedaan likuiditas saham yang signifikan pada saat
sebelum dan sesudah stock split, hal ini dikarenakan harga saham turun
sehingga banyak investor tertarik untuk membeli saham tersebut.
Penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian
terdahulu. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
adalah sama- sama menggunakan data-data perusahaan yang melakukan
stock split dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi
18
penelitian dan model analisis uji beda (Paired sample test) sebagai alat uji
analisis. Sedangkan perbedaannya adalah periode penelitian.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pasar Modal
2.2.1.1 Pengertian pasar modal
Pasar modal menurut beberapa ahli memiliki definisi yang berbeda-
beda, akan tetapi pada prinsipnya sama. Berikut ini pendapat beberapa ahli
tentang pasar modal.
Salah satu definisi yang dikemukakan oleh Tandelilin (2001 : 13)
pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas.
Sunariyah (2004 : 4) membagi dua definisi mengenai pasar modal:
a. Secara umum :
Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di
dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di
bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
b. Dalam arti sempit :
Pasar modal adalah suatu pasar yang disiapkan guna memperdagangkan
saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan
memakai jasa para perantara pedagang efek.
19
Perkembangan bursa efek telah ada sejak tahun 1912, namun
kemudian ditutup ketika meletus perang dunia dan Belanda diduduki
Jerman yaitu sekitar tahun 1942. Di awal tahun 1950-an, setelah Indonesia
merdeka, maka Bursa Efek dibuka kembali, namun karena kondisi
ekonomi dan politik yang tidak mendukung maka Bursa Efek mati begitu
saja. Antara periode satu dengan yang lain dalam perkembangan pasar
modal Indonesia tidak terjadi hubungan, sehingga dikatakan terjadi
“patahan historis”. Terjadi patahan historis karena perkembangan Bursa
Efek di Indonesia tidak berlangsung kontinyu, secara kronologis kinerja
bursa sekarang tidak berhubungan secara tegas dengan bursa sebelumnya
(Winarto, 1997) yang dikutip oleh (Endah, 2001 : 16).
Pasar modal Indonesia memulai kegiatannya kembali tahun 1977,
ketika pemerintah membentuk BAPEPAM, tetapi baru pada dekade kedua
Bursa Efek tersebut berkembang pesat, dengan berbagai deregulasi yang
dikeluarkan pemerintah di bidang ekonomi dan pasar modal.
Perkembangan pasar modal Indonesia semakin pesat dengan
dilaksanakannya otomatisasi perdagangan efek (Winarto, 1997) yang
dikutip oleh (Endah, 2001 : 16). Beberapa pelaku yang terdapat dalam
sebuah pasar modal antara lain emiten swasta, pemegang saham,
BAPEPAM sebagai pengawas dan penyelenggara. Pelaku tersebut dalam
menjalankan fungsinya terkait satu dengan yang lain, sehingga pasar
modal dapat berjalan dengan baik.
20
Menurut Kep. Menkeu RI No. KMK 606/KMK.01/205 (Jogiyanto,
2008 : 84) dilakukan penggabungan antara Unit Eselon I Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) dengan Unit Eselon I Direktorat Jenderal
Lembaga Keuangan (DLJK). Gabungan ini menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). BAPEPAM-LK
memiliki tugas untuk :
a. Mengatur, mengarahkan, dan mengawasi kegiatan sehari-hari pasar
modal
b. Merumuskan kebijakan di bidang lembaga keuangan, seperti misalnya
membuat dan menyakinkan pelaksanaan peraturan, kebijakan, standar,
norma, dan pedoman kriteria dan prosedur di bidang pasar modal, dan
menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan bagi Emiten dan Perusahaan
Publik.
Selain pihak-pihak tersebut, terdapat pula perusahaan efek yang
terdiri dari lembaga penjamin emisi dan pialang, juga pemodal dan
lembaga penunjang yaitu biro administrasi efek, bank kustodian, serta
profesi penunjang seperti akuntan publik, konsultan hukum, notaris,
perusahaan penilai dan sebagainya (Winarto, 1997) yang dikutip oleh
(Endah, 2001 : 16).
2.2.1.2 Peranan dan fungsi pasar modal
Peranan pasar modal menurut Marzuki Usman (Anogara dan
Widiyanti, 1992 : 3) dilihat dari sudut ekonomi makro adalah suatu piranti
untuk melakukan alokasi sumber dana ekonomi secara optimal serta
21
merupakan sumber pembiayaan yang tidak menimbulkan inflasi. Akibat
lebih jauh dari berfungsinya pasar modal sebagai piranti untuk
mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal naiknya pendapatan
nasional, terciptanya kesempatan kerja dan semakin meratanya
pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Menurut Sunariyah (2004 : 7) mengemukakan peranan pasar modal
dari sisi kepentingan para pelaku pasar modal (aspek makro) sebagai
berikut :
1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual
untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang
diperjualbelikan
2. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk
memperoleh hasil (return) yang diharapkan
3. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya
4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian
5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga
Fungsi pasar modal dalam perekonomian nasional menurut
Sunariyah (2004 : 9) adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Tabungan
Pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan mudah, tanpa ada
resiko adanya penurunan nilai mata uang untuk menginvestasikan
22
dana dengan membeli surat berharga, masyarakat diharapkan bisa
mengantisipasi standar hidup yang lebih baik. Hal ini akan
mempertinggi standar hidup suatu masyarakat.
2. Fungsi Kekayaan
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam
jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan itu tidak
mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva tetap.
3. Fungsi Likuiditas
Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi
melalui pasar modal dengan resiko yang lebih kecil dibandingkan
dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif
lebih murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah
ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang
surat berharga.
4. Fungsi Pinjaman
Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau
investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal
bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan
pembangunan dari pinjaman yang dihimpun masyarakat.
23
2.2.1.3 Manfaat pasar modal
Manfaat pasar modal menurut Sartono (2001 : 38-40) adalah sebagai
berikut :
Manfaat pasar modal bagi Emiten yaitu :
a. Jumlah dana yang dihimpun bagi berjumlah besar.
b. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
c. Tidak ada ”convement” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam
pengelolaan dana yang diperoleh perusahaan. Yang dimaksud dengan
convement (akad/perjanjian) adalah persyaratan yang dimuat dalam
akad kredit. Akad tersebut dirancang agar dapat melindungi pemberi
pinjaman dengan memasukkan hal-hal seperti pembatasan jumlah
hutang, pembatasan pembagian deviden, rasio aktiva lancar minimum
dan persyaratan serupa lainnya.
d. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra
perusahaan.
e. Ketergantungan emiten terhadap Bank menjadi kecil.
f. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga
nominal perusahaan.
g. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang beresiko
tinggi.
h. Tidak ada beban finansial yang tetap.
i. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
j. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu.
24
k. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
Manfaat pasar modal bagi investor / pemodal yaitu :
a. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang
menjadi capital gain.
b. Sebagai pemegang saham investor memperoleh deviden dan sebagai
pemegang obligasi investor memperoleh bunga tetap setiap tahun.
c. Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam Rapat Umum
Pemegang Obligasi (RUPO) bila diadakan bagi pemegang saham.
d. Dapat mudah mengganti intsrumen investasi, misalnya dari saham A
ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau
mengurangi resiko.
e. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang
mengurangi resiko secara keseluruhan dan memaksimumkan
keuntungan.
Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang :
a. Menuju ke arah profesional di dalam memberikan pelayanan sesuai
dengan bidang tugas masing-masing.
b. Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.
c. Semakin bervariasinya jenis Lembaga Penunjang.
d. Likuiditas efek semakin tinggi.
25
Manfaat pasar modal bagi pemerintah yaitu :
a. Mendorong laju pertumbuhan.
b. Mendorong investasi.
c. Penciptaan lapangan kerja.
d. Memperkecil Debt Service Rasio (DRS).
e. Bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) mengurangi beban
anggaran.
2.2.1.4 Jenis-jenis pasar modal
a. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan
saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya
sebelum saham tersebut dicatat dibursa. Harga saham dipasar perdana
ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public,
berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder
dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas setelah
melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar
sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli
dan penjual.
26
c. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain
diluar bursa. Dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi
perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). Operasi
yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi yang disebut
”trading information”. Informasi yang diberikan dalam pasar ini
meliputi : harga-harga saham, jumlah transaksi dan keterangan lainnya
mengenai surat berharga yang bersangkutan.
d. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal
atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke
pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.
(Sunariyah, 2004 : 12)
2.2.2. Pemecahan Saham (Stock Split)
Stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar
saham, harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n
dari harga sebelumnya (Jogiyanto, 2008 : 534). Pemecahan saham
merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manajer-manajer
perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang
beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor.
Split factor merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar sebelum
dilakukannya split dengan jumlah saham yang beredar setelah
dilakukannya split. Ada dua macam split yaitu split-up atau forward split
27
dan split down atau reverse split. Split up merupakan penurunan nilai
nominal perlembar saham sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah
saham yang beredar. Split down merupakan peningkatan nilai nominal per
lembar saham sehingga mengakibatkan berkurangnya jumlah saham yang
beredar (Luciana & Emanuel, 2005 :3) .
Beberapa pelaku pasar, khususnya para emiten mempunyai pendapat
stock split memiliki berbagai macam manfaat diantaranya adalah 1) harga
saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik
investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehingga dapat
mengubah investor add lot yaitu investor yang membeli saham di bawah
500 lembar (1 lot) menjadi investor round lot yaitu investor yang membeli
saham minimal 500 lembar. 2) meningkatkan daya tarik investor kecil
untuk melakukan investasi. 3) meningkatkan jumlah pemegang saham
sehingga pasar akan menjadi likuid. 4) sinyal positif bagi pasar bahwa
kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang baik
(Ekasari, 2004 : 23).
Apabila harga suatu saham semakin tinggi, maka kemungkinan
saham tersebut dapat dibeli oleh masyarakat semakin kecil. Manajemen
perusahaan yakin bahwa apabila kepemilikan saham semakin luas maka
hubungan dengan masyarakat akan lebih baik, sehingga adanya stock split
dapat mengurangi nilai pasar saham dan memiliki kemampuan menarik
investor (Ekasari, 2004 : 23).
28
Alasan lain perusahaan melakukan stock split adalah 1) untuk
menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada tingkat dimana
individu dapat lebih banyak menginvestasikan dananya pada saham
tersebut. 2) untuk menyebarkan/ memperluas pemegang saham dengan
meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan nilai pasar yang dapat
dijangkau. 3) untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan
memberi kesempatan pada mereka untuk mengambil manfaat dari suatu
penyesuaian pasar yang dengan memberi kesempatan pada mereka untuk
mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna
setelah stock split tersebut (Ekasari, 2004 : 24).
Pengumuman stock split di pasar merupakan sinyal yang positif
terhadap aliran kas perusahaan di masa yang akan datang. Sinyal positif
dari pengumuman stock split menginterprestasikan bahwa manajer
perusahaan akan menyampaikan prospek yang baik sehingga dianggap
dapat meningkatkan kesejahteraan investor, selain itu stock split juga
menunjukkan sinyal yang valid karena tidak semua perusahaan dapat
melakukannya. Hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik yang
dapat melakukan stock split, karena untuk melakukan stock split,
perusahaan harus menanggung semua biaya yang ditimbulkan oleh stock
split tersebut, meskipun stock split tidak memiliki nilai ekonomis. Oleh
karena itu, stock split merupakan sinyal positif yang diberikan oleh
perusahaan kepada pasar, sehingga pasar memberikan reaksi positif
terhadap pengumuman stock split tersebut. Kebalikannya dengan
29
perusahaan yang memiliki reaksi kurang bagus dan tidak memiliki
prospek yang baik di masa depan, tidak akan mampu menanggung biaya
transaksi yang harus dikeluarkan pada saat melakuan stock split.
(Kurniawati, 2003 : 266).
Aktivitas split yang dilakukan oleh perusahaan akan
diinterprestasikan oleh investor sebagai sinyal bahwa manajer memiliki
informasi yang menguntungkan dimana hal tersebut ditunjukkan dengan
adanya abnormal return yang positif di sekitar pengumuman split.
Kandungan informasi stock split dalam hal ini apabila suatu
pengumuman yang masuk ke bursa akan mempengaruhi pasar untuk
bereaksi, jika suatu pengumuman mengandung informasi, maka pasar
akan melakukan reaksi pada waktu pengumuman tersebut. Reaksi pasar
ini tercermin dari harga pasar yang berubah-ubah, hal ini disebabkan
karena pasar memproses pengumuman yang masuk dan akan
mengevaluasi kandungan informasi yang terdapat pada pengumuman
tersebut. Pengumuman stock split mengandung informasi, jika informasi
tersebut menimbulkan reaksi pasar setelah pengumuman tersebut diterima
oleh pasar. Reaksi pasar ini dapat diukur dengan adanya abnormal return
yang diterima oleh para pelaku pasar, sebaliknya jika pengumuman stock
split tidak memiliki kandungan informasi maka tidak ada abnormal return
pada pasar (Ekasari, 2004 : 26).
30
2.2.2.1. Abnormal Return
Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan
return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan
demikian abnormal return adalah selisih antara return yang sesungguhnya
yang terjadi dengan return ekspektasi. Return sesungguhnya merupakan
return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga
sekarang relatip terhadap harga sebelumnya, sedangkan return ekspektasi
merupakan return yang harus diestimasi. Periode estimasi umumnya
merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event
period) disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa
(event window) (Jogiyanto, 2008 : 551).
ARit = Rit – E (Rit) (Jogiyanto 2008 : 550)
Dimana :
ARit = Abnormal Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Rit = Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada
periode peristiwa ke-t
E (Rit) = Return Ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t
Pengumuman yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat direaksi
positif ataupun negatif. Reaksi positif ditunjukkan oleh abnormal return
yang positif, artinya kenaikan harga saham pada perusahaan. Reaksi
31
negatif ditunjukkan oleh adanya abnormal return negatif pada perusahaan,
artinya terjadi penurunan harga saham (Luciana & Emanuel, 2005 : 3).
2.2.3. Likuiditas Saham
Salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu perusahaan
adalah tingkat likuiditas saham tersebut. Dalam akuntansi, likuiditas suatu
asset menunjukkan seberapa cepat asset tersebut dikonversi menjadi uang
tunai (kas). Semakin cepat asset tersebut berubah menjadi kas maka
semakin tinggi likuiditasnya.
Begitu pula halnya dengan saham yang juga merupakan asset bagi
para pemegangnya. Likuiditas saham dilihat dari ukuran mudah atau
sukarnya suatu saham dipasarkan. Dalam hal intrumen keuangan, mudah
dipasarkan saham diukur dengan dapatnya dijual sejumlah besar surat-
surat berharga tersebut dalam waktu yang singkat dengan pengorbanan
harga yang kecil. Saham yang mudah diperjualbelikan dalam jangka
waktu yang relatif singkat akan diminati oleh banyak orang. Agar mudah
untuk diperjualbelikan, saham tersebut harus mempunyai daya tarik
tersendiri, misalnya harga yang murah dan biaya komisi untuk transaksi
jual beli yang relatif kecil (Setiawan, 2005 : 21).
Surat berharga atau efek yang telah dijual oleh pasar perdana
selanjutnya akan dijual di pasar sekunder. Sebab apabila ditinjau dari
sudut investor, pasar sekunder dapat menjamin likuiditas efek. Karena,
investor dapat membeli kembali sekuritas untuk mendapatkan uang tunai.
Sedangkan dari sudut pandang perusahaan, pasar sekunder merupakan
32
wadah untuk menghimpun para investor, baik investor lembaga maupun
perorangan. Jika pasar sekunder tidak cukup likuid maka tentunya investor
tidak akan membeli efek-efek pasar perdana (Wulansari, 2004 : 25).
Banyak investor dan emiten di Amerika Serikat yang percaya bahwa
saham-saham yang berada pada tingkat harga ”optimal” akan
meningkatkan likuiditas saham tersebut. Harga saham yang dinilai terlalu
tinggi dan menjauhi harga ”optimal” akan dipecah. Maka diharapkan
semakin banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan
dan akan meningkatkan likuiditas saham di bursa.
Sebelum melakukan stock split harga saham perusahaan yang terlalu
tinggi akan menurunkan permintaan saham tersebut. Hal ini disebabkan
karena para investor kecil tidak dapat membeli saham tersebut atau
kemampuan daya belinya rendah. Sehingga salah satu tujuan perusahaan
melakukan stock split adalah mengarahkan harga saham pada suatu range
tertentu sehingga perdagangan saham bisa optimal dan dapat aktif
diperdagangkan serta dapat meningkatkan daya tarik investor kecil untuk
membeli sejumlah saham yang lebih besar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lamourex dan Poon (1987),
Szewezky & Tsesekos (1991) menunjukkan bahwa volume perdagangan
dan jumlah pemegang saham setelah stock split mengalami peningkatan
yang signifikan (Kurniawati, 2003 : 269). Meningkatkan likuiditas setelah
split dengan dapat muncul akibat semakin besarnya kepemilikan saham
dan jumlah transaksi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa jumlah
33
pemegang saham menjadi bertambah banyak setelah split. Kenaikan
tersebut sebabkan karena dengan menurunnya harga, volatilitas harga
saham menjadi bertambah besar sehingga menarik investor untuk
memperbanyak jumlah saham yang dipegang. Dengan demikian likuiditas
meningkat akibat semakin banyak investor yang dapat menjual atau
membeli saham. Bertolak belakang dari hasil penelitian tersebut.
Copeland (1979) dalam Jogiyanto (2008 : 535) menemukan hal yang
sebaliknya, yaitu likuiditas pasar akan semakin rendah setelah stock split,
yaitu volume perdagangan menjadi lebih rendah dibandingkan
sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan karena biaya transaksi
pialang secara proporsi meningkat setelah pemecahan saham. Hasil yang
berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Murray (1985)
dalam Winarso (2003 : 25) yaitu aktivitas split yang dilakukan oleh
perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap volume perdagangan saham.
Para investor kemungkinan juga akan mengurangi kepemilikan jumlah
saham hasil pemecahan, karena mereka akan menyusun kembali
portofolio yang dianggap optimal. Tujuan penyusunan kembali portofolio
tersebut adalah untuk mengurangi resiko tersebut.
Saat ini masih belum ada suatu standar mengenai likuiditas saham di
pasar modal Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pendapat
mengenai likuiditas saham. Permasalahan pokok dalam hal ini adalah
belum terdapat keseragaman dalam kriteria likuiditas saham. Namun
secara umum, likuiditas saham ditentukan oleh frekuensi saham yang
34
bersangkutan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap volume dan nilai
transaksinya.
Namun demikian, meskipun volume dan nilai transaksi dipengaruhi
oleh frekuensi transaksi, volume dan nilai transaksi dapat juga dipandang
sebagai variabel yang berdiri sendiri. Semakin likuid suatu saham,
tentunya harus ditunjukkan oleh semakin banyaknya volume transaksi.
Demikian juga dengan nilai transaksi, semakin likuid suatu saham
haruslah ditunjukkan oleh besarnya nilai transaksi, karena asumsi saham
yang likuid akan disukai investor, yang akan menyebabkan banyaknya
permintaan yang pada gilirannya akan meningkatkan harga saham yang
bersangkutan.
Berdasarkan keterangan diatas, maka terdapat perbedaan likuiditas
saham sebelum dan sesudah stock split. Likuiditas saham sesudah stock
split relatif meningkat akibat semakin besarnya kepemilikan saham dan
jumlah transaksi.
2.2.3.1. Volume Perdagangan
Volume perdagangan saham merupakan petunjuk mengenai
kekuatan dan kelemahan pasar. Konsep ini menganggap bahwa kenaikan
atau penurunan pergerakan pasar saham yang disertai dengan volume
perdagangan yang besar merupakan tanda kekuatan pasar, sedang jika
tidak disertai dengan volume yang relatif besar merupakan tanda pasar
yang lemah (Setiawan, 2005 :14).
35
Menurut Sudana dan Pradityo dalam Setiawan (2005 : 15) Volume
perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham yang ditransaksikan
oleh para investor diperdagangan saham. Volume permintaan saham dari
perusahaan adalah jumlah transaksi-transaksi dari permintaan saham tiap
perusahaan pada hari yang sama diperdagangan saham. Perubahan
permintaan saham mempunyai pengaruh terhadap volume perdagangan
saham, karena perkembangan pasar modal terutama di pasar sekunder
tidak lepas dari peran para investor (sisi permintaan di pasar modal).
Semakin banyak dan semakin besar para investor menginvestasikan
modalnya pada saham akan menjadikan saham-saham yang
diperdagangkan semakin likuid. Dengan semakin likuidnya saham-saham
yang diperdagangkan, akan mengundang banyak investor untuk
menginvestasikan modalnya di saham, dan hal tersebut akan menarik
banyak perusahaan untuk go publik.
Menurut Marwan Asri dalam Ekasari (2004 : 32) Trading Volume
Activity (TVA) merupakan instrumen yang dapat digunakan unuk melihat
reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan
aktivitas volume perdagangan di pasar. Ditinjau dari fungsinya, maka
dapat dikatakan bahwa TVA merupakan suatu variasi dari event study.
Perbedaan dari keduanya adalah pada parameter yang digunakan untuk
mengukur reaksi pasar terhadap suatu kejadian. Pendekatan TVA ini dapat
juga digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisiensi pada bentuk
lemah. Hal ini karena pada pasar yang belum efisien atau efisien dalam
36
bentuk lemah, perubahan harga belum mencerminkan informasi yang ada,
sehingga penelitian hanya dapat mengamati reaksi pasar modal melalui
pergerakan volume perdagangan pada pasar modal yang diteliti.
Perhitungan TVA dilakukan dengan membandingkan jumlah saham
perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan
keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan pada kurun waktu yang
sama.
2.2.4. Teori yang Membahas Pemecahan Saham atas Abnormal Return
Teori sinyal dikembangkan oleh Ross (1977) dikutip oleh
Frydenberg (2004 : 7). Teori sinyal menyatakan bahwa pihak eksekutif
perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan
terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor
agar harga saham perusahaannya meningkat. Perusahaan dengan prospek
menguntungkan akan menghindari penjualan saham dan mengupayakan
penambahan modal dengan penggunaan hutang, sedangkan perusahaan
dengan prospek yang kurang menguntungkan seharusnya menjual saham,
yang berarti mencari investor baru sebagai teman berbagi kerugian. Ada
dua asumsi untuk menjelaskan teori ini :
a. Perusahaan dengan prospek yang bagus akan menggunakan hutang
karena dipandang sebagai sinyal positif bagi investor luar.
37
b. Perusahaan yang memiliki prospek buruk akan memilih menjual
saham atau menerbitkan saham baru, merupakan sinyal negatif bagi
investor.
http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eman/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-
31403413-9563-perusahaan_farmasi-chapter2.pdf (data ini di unduh
tanggal 13 Juni 2010).
Signalling theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal
yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek
masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum
mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan
bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang
mempunyai kinerja yang baik. Teori ini menyatakan bahwa stock split
memberikan informasi kepada investor tentang peningkatan return masa
depan yang substantial. Jadi jika pasar bereaksi terhadap pengumuman
stock split, reaksi ini tidak semata-mata karena informasi stock split yang
tidak mempunyai nilai ekonomis tetapi karena mengetahui prospek masa
depan yang bersangkutan.
Sesuai yang dikemukakan oleh Copeland (1979) bahwa pemecahan
saham mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya perusahaan
yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya ini,
sehingga akan memberikan sinyal yang positif pada pasar terhadap
kredibilitas perusahaan. Selain itu, dengan tingkat biaya komisi yang
tinggi, tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi broker untuk
38
benar-benar melakukan analisa setepat mungkin agar harga saham berada
pada tingkat perdagangan optimal serta mampu memberi informasi yang
menguntungkan bagi perusahaan dan investor. Sebaliknya perusahaan
yang tidak memiliki prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal
tidak valid lewat pemecahan saham akan tidak mampu menanggung biaya
tersebut.
Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut (stock split)
sebagai suatu sinyal terhadap adanya event yang dapat mempengaruhi
nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan volume
perdagangan saham yang terjadi. Sebagai implikasinya, pengumuman
perusahaan untuk menambah jumlah lembar saham baru yang beredar
akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal yang menyampaikan adanya
informasi baru yang dikeluarkan oleh pihak manajemen yang selanjutnya
akan mempengaruhi nilai saham perusahaan dan aktivitas perdagangan
saham (Dewi, 2007 : 6).
Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari
reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto, 2008 : 529). Jika
pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi
pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang
bersangkutan.
39
Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai
perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto,
2008 : 529). Pengumuman yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat
direaksi positif ataupun negatif. Reaksi positif ditunjukkan oleh abnormal
return yang positif, artinya kenaikan harga saham pada perusahaan. Reaksi
negatif ditunjukkan oleh adanya abnormal return negatif pada perusahaan,
artinya terjadi penurunan harga saham (Luciana & Emanuel, 2005 :3).
2.2.5. Teori yang Membahas Pemecahan Saham atas Likuditas Saham
Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga pasar saham
mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka
semakin tinggi nilai perusahaan dan sebaliknya. Namun jika harga saham
dinilai terlalu tinggi akan mempengaruhi kemampuan para investor untuk
membeli saham, sehingga menimbulkan efek seolah-olah harga saham
sulit untuk meningkat lagi. Menurut Trading range Theory harga saham
yang dinilai terlalu tinggi akan menyebabkan berkurangnya aktivitas
saham untuk diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga
saham akan dinilai tidak terlalu tinggi, sehingga akan meningkatkan
kemampuan para investor untuk melakukan transaksi, terutama para
investor kecil. Dengan kata lain saham akan semakin likuid (Marwata,
2001) dikutip oleh Endah (2001 : 13).
Perusahaan yang melakukan split akan menambah daya tarik
investor akibat penurunan harga saham pada saat split yang meyebabkan
40
semakin bertambahnya jumlah saham yang diperdagangkan dan juga
jumlah pemegang saham. Peningkatan pada kedua variabel dapat
mempengaruhi likuiditas saham setelah split yakni meningkat.
Beberapa pendapat yang mendukung teori ini telah dikemukakan
oleh peneliti, sebagai berikut :
Merupakan hasil dari survei yang telah dilakukan yaitu manajer
cenderung menyebut alasan likuiditas sebagai motivasi dari stock split
(Marwata, 2001). Marwata (2001) menyatakan bahwa stock split
merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada
rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipasi pasar akan terlibat
dalam perdagangan.
http://www.scribd.com/doc/11319666/Pengertian-Saham (data ini diunduh
tanggal 11 Juni 2010).
Sesuai dengan hasil penelitian Baker dan Gallangher dalam Sutrisno
(2000) yang menyatakan bahwa split mengembalikan harga per-lembar
saham pada tingkat perdagangan yang optimal dan meningkatkan
likuiditas.
Bertolak belakang dari hasil penelitian tersebut. Menurut Barker dan
Powell dalam Sutrisno (2000), distribusi saham dalam bentuk stock split
semata-mata hanya memiliki perubahan yang bersifat ”kosmetik” karena
stock split tidak berpengaruh pada arus kas perusahaan dan proporsi
kepemilikan investor. Copeland (1979) dalam Jogiyanto (2008 : 535)
menemukan hal yang sebaliknya, yaitu likuiditas pasar akan semakin
41
rendah setelah stock split, yaitu volume perdagangan menjadi lebih rendah
dibandingkan sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan karena biaya
transaksi pialang secara proporsi meningkat setelah pemecahan saham.
Para investor kemungkinan juga akan mengurangi kepemilikan jumlah
saham hasil pemecahan, karena mereka akan menyusun kembali portofolio
yang dianggap optimal. Tujuan penyusunan kembali portofolio tersebut
adalah untuk mengurangi resiko investasi.
Secara umum likuiditas saham ditentukan oleh frekuensi saham
yang bersangkutan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap volume
saham dan nilai transaksinya (Dewi, 2007 : 37).
2.3. Kerangka Pikir
Saat ini pasar modal telah menjadi sumber pendanaan yang banyak
diminati oleh perusahaan. Menghadapi persaingan ketat dalam
memperebutkan kesempatan untuk melakukan ekspansi usaha, perusahaan
membutuhkan dana yang tidak sedikit. Disamping itu perusahaan juga
harus memperkuat struktur permodalannya sehingga dapat
mempertahankan kegiatan usahanya.
Likuiditas saham merupakan indikasi penting untuk mempelajari
tingkah laku pasar, yaitu investor. Dalam menentukan apakah investor
akan melakukan transaksi di pasar modal, biasanya ia akan mendasarkan
keputusan pada berbagai informasi yang dimilikinya, baik informasi yang
tersedia di publik maupun informasi pribadi. Salah satu informasi yang
ada adalah pengumuman stock split.
42
Adapun Premis yang digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam
melakukan penelitian dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
1. Premis I
Teori sinyal menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki
informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan terdorong untuk
menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor agar harga
saham perusahaannya meningkat. Teori ini menyatakan bahwa stock
split memberikan informasi kepada investor tentang peningkatan
return masa depan yang substansial Ross (1977).
2. Premis II
Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi
pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Reaksi ini dapat diukur
dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau
dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto : 2008).
3. Premis III
Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut Trading range
Theory harga saham yang dinilai terlalu tinggi akan menyebabkan
berkurangnya aktivitas saham untuk diperdagangkan (Marwata :
2001).
43
Usaha memperjelas pengaruh antara variabel - variabel yang
diturunkan dari permasalahan dan tujuan penelitian secara lebih spesifik,
maka pada bagian ini akan digambarkan kerangka pikir sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
Abnormal Return, Trading Volume Activity
sebelum Stock Split
Uji Beda (Paired Sample t test)
Abnormal Return, Trading Volume Activity
sesudah Stock Split
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,
dan landasan teori yang digunakan, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
a. Bahwa ada perbedaan secara signifikan Abnormal Return perusahaan
sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham (stock split).
b. Bahwa ada perbedaan secara signifikan aktivitas volume perdagangan
saham (Trading Volume Actyvity/ TVA) perusahaan sebelum dan
sesudah peristiwa pemecahan saham (stock split).
44
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi tentang
pernyataan pengoperasian atas penelitian termasuk penetapan cara dan
satuan pengukuran variabel. Berikut akan diuraikan definisi operasional
serta pengukuran masing-masing.
Stock split (Pemecahan saham)
Stock split berarti memecah selembar saham menjadi n lembar
saham. Stock split mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham
tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. Harga per
lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar faktor
pemecahannya (split factor). Informasi stock split berkaitan dengan
pembentukan harga saham dalam mengambil keputusan untuk menjual
atau membeli saham. Informasi ini dapat diperoleh oleh investor baik
dari informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (privat).
Stock split pada umumnya dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan agar
perdagangan saham menjadi lebih likuid, karena jumlah saham yang
beredar menjadi lebih banyak dan harganya lebih rendah atau lebih
murah.
45
1. Abnormal return (AbR) (µ1.j)
Abnormal return merupakan kelebihan atau selisih total return
(return sesungguhnya) dengan expected return (return yang
diharapkan oleh investor). Perhitungan Abnormal return dengan
(Diukur dengan satuan persen skala rasio) :
ARit = Rit – E (Rit) (Jogiyanto, 2008 : 550)
ARit = Abnormal Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa
ke-t
Rit = Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i
pada periode peristiwa ke-t
E (Rit) = Return Ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa
ke-t
a. Return sesungguhnya (Rit) adalah return keseluruhan dari
suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total
sering disebut dengan return saja, Total return skala
pengukurannya dinyatakan dalam skala rasio dengan satuan
rupiah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(Pit - Pi,t - 1) Rit =
Pi,t-1 (Jogiyanto, 2008 : 550)
Dimana :
Rit = Total Return untuk sekuritas ke-i pada peristiwa ke-t
Pit = Harga Saham untuk sekuritas ke-i pada peristiwa ke-t
Pi,t-1 = Harga Saham untuk sekuritas ke-i pada peristiwa ke- t-1
46
b. Return ekspektasi (E(Rit)) merupakan return yang harus
diestimasi, untuk menghitungnya menggunakan market model.
Perhitungan return ekpektasi dengan model pasar (market
model) ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk
model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama
periode estimasi dan (2) menggunakan model ekspektasi ini
untuk mengestimasi return ekpektasi di periode jendela. Model
ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS
(Ordinary Least Square) dengan persamaan :
E(Ri,t) = αi + βi . RMt + εi,t (Jogiyanto, 2008 : 555)
Dimana :
E(Rit) = Return yang diharapkan dari sekuritas ke-i pada
periode ke-t
αi = Intercept pada sekuritas ke-i
βi = Koefisien slope yang merupakan beta dari
sekuritas ke-i
RMt = Return indeks pasar pada periode estimasi ke-t
yang dapat dihitung dengan rumus RMt = (IHSGt
– IHSGt-1) / IHSGt-1 dengan IHSG adalah Indeks
Harga Saham Gabungan
εi,t = Kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode
estimasi ke-t
47
c. Menghitung rata-rata Abnormal return dengan menggunakan
rumus :
∑Arit AARt =
N Dimana :
AARt = Rata-rata abnormal return pada waktu t
Arit = abnormal return sekuritas i pada waktu t
N = Banyaknya sampel yang diamati
d. Membuat perbandingan secara statistik rata-rata abnormal return
sebelum tanggal pengumuman dan rata-rata abnormal return
setelah tanggal pengumuman dengan rata-rata abnormal return
pada hari ke-0 untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang
signifikan diantara dua periode tersebut dibandingkan dengan
hari ke-0.
2. Volume perdagangan (µ2.j)
Volume perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham yang
ditransaksikan oleh para investor di perdagangan saham. Likuiditas
saham diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). Trading
Volume Activity (TVA) merupakan instrumen yang dapat digunakan
unuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui
parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar.
Perbandingan saham yang ditransaksikan pada periode event
windows dengan saham yang beredar pada event window. Diukur
dengan skala rasio dengan satuan persen.
48
ΣSaham i ditransaksikan waktu t TVA =
ΣSaham i beredar waktu t
a. Setelah TVA masing-masing saham diketahui, selanjutnya
dihitung rata-rata TVA untuk periode di seputar tanggal
pengumuman :
n ∑ TVAi
i=1
X TVA =
N Dimana :
X TVA = Rata-rata TVA
b. Membuat perbandingan secara statistik rata-rata TVA sebelum
tanggal pengumuman dan rata-rata TVA sesudah tanggal
pengumuman dengan rata-rata hari ke-0 untuk melihat apakah
terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik TVA
diantara kedua periode tersebut dibandingkan dengan hari ke-0.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah himpunan yang mencakup semua elemen dengan
sifat atau ciri-ciri tertentu yang dipelajari (Hakim, 2001 : 9). Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang go publik dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI), dan yang telah melakukan stock split selama
periode waktu Januari 2005 sampai dengan Desember 2008 yang berjumlah
33 perusahaan. Berikut nama-nama perusahaan yang melakukan stock split
dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008:
49
Tabel 3.1 : Perusahaan yang Melakukan Stock Split Tahun 2005 - 2008
No. Nama Perusahaan Tanggal Pemecahan Saham
1. PT. Smart Tbk 20 Juni 2005 2. PT. Ciputra Surya Tbk 25 Juli 2005 3. PT. Tigaraksa Satria Tbk 30 Agustus 2005 4. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 1 September 2005 5. PT. Prima Alloy Steel Tbk 20 September 2005 6. PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk 15 Desember 2005 7. PT. Intraco Penta Tbk 16 Januari 2006 8. PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk 10 Juli 2006 9. PT. Lippo Karawaci Tbk 28 Juli 2006
10. PT. Jaya Real Property Tbk 14 Agustus 2006 11. PT. Tempo Scan Pasific Tbk 14 September 2006 12. PT. Buana Finance Tbk 2 Oktober 2006 13. PT. Ekadharma Internasional Tbk 19 Oktober 2006 14. PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk 24 Oktober 2006
15. PT. Plaza Surabaya Realty Tbk 26 Desember 2006 16. PT. Davomas Abadi Tbk 28 Mei 2007 17. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk 12 Juli 2007
18. PT. AKR Corporindo Tbk 27 Juli 2007 19. PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 22 Agusutus 2007 20. PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk 11 September 2007 21. PT. HD Capital Tbk 13 September 2007 22. PT. Pakuwon Jati Tbk 19 September 2007 23. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 1 Nopember 2007 24. PT. Jaya Pari Steel Tbk 12 Desember 2007 25. PT. Lippo Karawaci Tbk 26 Desember 2007 26. PT. Panin Sekuritas Tbk 21 Januari 2008 27. PT. Bank Central Asia Tbk 28 Januari 2008 28. PT. Panorama Sentrawisata Tbk 11 Februari 2008 29. PT. Suryainti Permata Tbk 12 Maret 2008 30. PT. Delta Dunia Petroindo Tbk 15 April 2008 31. PT. Mitra Rajasa Tbk 30 Mei 2008 32. PT. Berlina Tbk 4 Agustus 2008 33. PT. Island Concept Indonesia Tbk 10 Desember 2008
Sumber : www.idx.co.id (data ini diunduh tanggal 12 Maret 2010)
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik atau
ciri- ciri yang sama dengan populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini, diambil secara (non probability) dengan menggunakan
50
purposive sampling, adalah suatu teknik penarikan sampel non probabilitas
yang menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus
yang dimiliki oleh sampel (Sumarsono, 2004 : 52).
Adapun ciri- ciri atau sifat khusus yang menjadi pertimbangan dalam
pengambilan sampel ini yaitu :
- Saham-saham yang terdaftar di Bursa Efek
- Saham tersebut termasuk dalam saham yang paling aktif
diperdagangkan pada saat mengumumkan kebijakan pemecahan saham
(stock split) pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008
- Saham tersebut tidak mengeluarkan kebijakan lain seperti stock
deviden, saham bonus atau pengumuman perusahaan lainnya
Berdasarkan beberapa kriteria diatas, maka terdapat 4 perusahaan
yang memenuhi kriteria tersebut dan akan menjadi sampel dalam penelitian
ini.
Tabel 3.2 : Perusahaan yang Aktif Melakukan Stock Split Tahun 2005 -
2008
No. Nama Perusahaan Tanggal Pemecahan Saham
1. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk 12 Juli 2007
2. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 01 November 2007
3. PT. Jaya Pari Steel Tbk 12 Desember 2007
4. PT. Mitra Rajasa Tbk 30 Mei 2008
Sumber : www.idx.co.id (data ini diunduh tanggal 14 April 2010)
51
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data sekunder
yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dan
sumber yang telah ada. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
dokumen yang berupa transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan daftar saham tercatat di BEI pada tahun 2005-2008.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh guna terlaksananya penelitian ini
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui internet Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id) dan dari Data Ruang Baca FE UPN “Veteran”
Jatim.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan uji beda (Paired
sampel test) pada variabel Abnormal return dan variabel Trading Volume
Activity (TVA), dengan metode ini akan diketahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan variabel yang diteliti selama 5 hari sebelum
pemecahan saham dan 5 hari sesudah pemecahan saham.
Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi
dua periode, yaitu periode estimasi ( estimation period ) selama 100 hari,
yaitu dari hari -100 sampai dengan hari -1 dan periode peristiwa ( event
period ) selama 10 hari, periode peristiwa ini terdiri dari dua bagian, yaitu 5
52
hari sebelum pengumuman ( event day ), dan 5 hari setelah pengumuman
(event day). Penggunaan periode estimasi dimaksudkan untuk mendapatkan
expected return dari hasil regresi selama setahun dimana hari Sabtu dan
Minggu atau libur tidak diperhitungkan karena pasar tidak aktif.
Periode peristiwa dipilih 10 hari karena peristiwa yang diteliti dapat
ditentukan dan mudah nilai ekonomisnya oleh para investor sehingga
investor dapat bereaksi dengan cepat, oleh sebab itu periode tidak perlu
panjang dan pergerakan harga saham yang terjadi diharapkan hanya
dipengaruhi oleh event yang diamati saja. Penulis berasumsi kondisi 10 hari
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kurniawati (2003).
3.4.2. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pertama ”ada perbedaan abnormal return
sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham” digunakan uji beda
(Paired samplet test). Prosedur pengujiannya dilakukan sebagai berikut :
a. Hipotesis :
Ho : µ1.1 = µ1.2 , artinya tidak ada perbedaan Abnormal Return
sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham.
Ha : µ1.1 ≠ µ1.2 , artinya ada perbedaan Abnormal Return sebelum dan
sesudah peristiwa pemecahan saham.
b. Tingkat signifikansi yang digunakan 5% atau α = 0,05
53
c. Rumus yang digunakan :
ARt t1 =S/√ n
Dimana :
ARt = Rata-rata Abnormal return
S = Standar deviasi Abnormal return
n = Banyaknya perusahaan
(Djarwanto, 1996 : 135)
d. Kriteria pengujian :
- Jika nilai signifikan yang didapat lebih besar dari 5% maka Ho
diterima dan Ha ditolak, menunjukkan bahwa perbedaan tidak
signifikan.
- Jika nilai signifikan lebih kecil dari 5% maka Ha diterima dan Ho
ditolak, menunjukkan bahwa perbedaan signifikan.
Untuk menguji hipotesis kedua ” ada perbedaan Trading Volume
Activity (TVA) saham sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham”
digunakan uji beda (Paired sampel test). Prosedur pengujiannya dilakukan
sebagai berikut :
a. Hipotesis :
Ho : µ2.1 = µ2.2 , artinya tidak ada perbedaan Trading Volume Activity
(TVA) sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan
saham.
54
ahan
digunakan 5% atau α = 0,05
c. Rumus yang digunakan :
TVA t1 =
S/√ n
Ha : µ2.1 ≠ µ2.2 , artinya ada perbedaan Trading Volume Activity
(TVA) sebelum dan sesudah peristiwa pemec
saham.
b. Tingkat signifikansi yang
Dimana :
TVA = Rata-rata Trading Volume Activity (TVA)
al return
perusahaan
35)
n Ha ditolak, menunjukkan bahwa perbedaan tidak
ima dan
Ho ditolak, menunjukkan bahwa perbedaan signifikan.
S = Standar deviasi Abnorm
n = Banyaknya
(Djarwanto, 1996 : 1
d. Kriteria pengujian :
a. Jika nilai signifikan yang didapat lebih besar dari 5% maka Ho
diterima da
signifikan.
b. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 5% maka Ha diter
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Dekripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Aneka Tambang Tbk
(“Perusahaan”) didirikan sebagai “Perusahaan Negara (PN) Aneka
Tambang” di Republik Indonesia pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1968.
Menurut Pasal 3 Perusahaan AA, ruang lingkup perusahaan
meliputi pertambangan, deposito alam, industri, perdagangan,
pengangkutan dan yang lain yang terkait pelayanan.
Kantor pusat perusahaan berlokasi di Gedung Aneka Tambang, Jl.
Letjen T.B. Simatumpang No.1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta,
Indonesia.
Perusahaan melakukan konsolidasi pada Anak Perusahaan karena
mempunyai kepemilikan mayoritas atau hak untuk mengendalikan hak
operasi mereka. Asia Pasific Nickel Pty. Ltd., PT. Antam Resourcindo,
PT. Mega Citra Utama, PT. Indonesia Chemical Alumina, PT. Borneo Edo
International, PT. Antam Jindal Stainless Indonesia, PT. Indonesia Coal
Resources, PT. Cibaliung Sumberdaya, dan kepemilikan tidak langsung
pada APN PT. Gag Nikel Indonesia.
56
4.1.2. Sejarah Singkat PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (“Perusahaan”) didirikan
berdasarkan Akta Notaris No.6 tanggal 07 Januari 1972 oleh Drs. Gde
Ngurah Rai, S.H.
Ruang lingkup perusahaan meliputi, pembuatan dan penjualan
pakan ternak, peralatan unggas, daging ayam olahan dan investasi pada
perusahaan lain.
Kantor Pusat Perusahaan terletak di Jl. Ancol VIII / 1, Jakarta
14430 dan memiliki kantor cabang di Tangerang (Banten), Serang
(Banten), Sidoarjo (Jawa Timur), Surabaya (Jawa Timur), Deli Serdang
(Sumatera Utara), Semarang (Jawa Tengah), Salatiga (Jawa Tengah),
Bandar Lampung (Lampung), Makassar (Sulawesi Selatan), Denpasar
(Bali).
Perusahaan memiliki kepemilikan langsung dan kepemilikan tidak
langsung pada anak perusahaan : PT. Charoen Pokphand Jaya Farm, PT.
Primafood International, PT. Vista Grain, PT. Poly Packaging Industry,
PT. Feprotama Pertiwi, PT. Agrico International, PT. Centralavian Pertiwi,
PT. Satwa Utama Raya, PT .Vista Agung Kencana, PT. Istana Satwa
Borneo dan PT. Cipta Khatulistiwa Mandiri.
4.1.3. Sejarah Singkat PT. Jaya Pari Steel Tbk
PT. Jaya Pari Steel Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 18
Juli 1973.
57
Perusahaan bergerak dalam bidang pembuatan dan penjualan
produk besi dan baja. Hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam
negeri, termasuk DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Timur, Sumatera Utara, dan Bali.
Kantor pusat perusahaan terletak di Jl. Margomulyo No.4 Tandes,
Surabaya 60186.
4.1.4. Sejarah Singkat PT. Mitra Rajasa Tbk
PT. Mitra Rajasa Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 24
Oktober 1979. PT. Mitra Rajasa Tbk menyediakan jasa angkutan truk.
Perusahaan mengangkut barang komersial seperti semen, kertas, kaca,
pasir, dan steelballs.
PT Mitra International Resources Tbk, sebelumnya PT Mitra
Rajasa Tbk, adalah perusahaan berbasis transportasi Indonesia. Perusahaan
bergerak dalam bidang penyediaan jasa angkutan penumpang non-tanah.
anak perusahaan termasuk PT Rama Dinamika Raya, yang merupakan
perusahaan transportasi; Sabre Systems International Pte. Ltd, yang
bergerak dalam produksi minyak dan gas, dan PT Pulau Kencana Raya,
yang menyediakan dukungan layanan lepas pantai untuk energi, sektor
minyak dan gas. Perusahaan ini didukung oleh kantor-kantor operasional
di Bogor dan Surabaya, Indonesia.
Kantor pusat perusahaan terletak di Jl. Ampera Raya No. 20
Cilandak, Jakarta 12560.
58
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, diperoleh data abnormal
return, volume transaksi dan volume saham beredar dari masing-masing
perusahaan mulai 5 hari sebelum diumumkannya pemecahan saham sampai
dengan 5 hari setelah diumumkannya pemecahan saham. Penentuan periode
peristiwa 5 hari sebelum pemecahan dan 5 hari sesudah pemecahan saham
karena peristiwa yang diteliti dapat ditentukan dan mudah nilai ekonomisnya
oleh para investor sehingga investor dapat bereaksi dengan cepat, oleh sebab
itu periode tidak perlu panjang dan pergerakan harga saham yang terjadi
diharapkan hanya dipengaruhi oleh event yang diamati saja. Penulis berasumsi
kondisi 10 hari mengacu atau berdasarkan pada penelitian yang telah
dilakukan oleh Kurniawati (2003). Berikut data-data Abnormal Return,
volume transaksi, volume saham beredar, dan volume perdagangan saham
(TVA) :
Tabel 4.1. Data Abnormal Return dari Masing-Masing Perusahaan pada 5
Hari Sebelum Pengumuman Pemecahan Saham
Abnormal Return (dalam %)
Hari Sebelum Pengumuman Stock Split No. Nama Perusahaan
-5 -4 -3 -2 -1
1 PT. Aneka Tambang Tbk 0.0113 0.0028 0.0199 0.0049 -0.0039
2 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0.0284 0.0107 0.0164 -0.0017 -0.0073
3 PT. Jaya Pari Steel Tbk 0.0055 0.0099 -0.0059 0.0041 0.0074
4 PT. Mitra Rajasa Tbk -0.0152 -0.0187 -0.0094 0.0153 0.0054Sumber : Lampiran 1
59
Tabel 4.2. Data Abnormal Return dari Masing-Masing Perusahaan pada 5
Hari Sesudah Pengumuman Pemecahan Saham
Abnormal Return (dalam %)
Hari Sesudah Pengumuman Stock Split No. Nama Perusahaan
1 2 3 4 5
1 PT. Aneka Tambang Tbk 0.0073 -0.0067 0.0066 -0.0029 0.017
2 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0.0022 -0.0214 0.0111 0.012 -0.0132
3 PT. Jaya Pari Steel Tbk -0.0143 -0.0057 -0.0274 -0.007 0.0044
4 PT. Mitra Rajasa Tbk -0.0068 -0.0099 -0.0172 0.0157 0.0011Sumber : Lampiran 1
Tabel 4.3. Data Volume Transaksi dari Masing-Masing Perusahaan pada 5
Hari Sebelum Pengumuman Pemecahan Saham
Volume Transaksi Saham (Lembar)
Hari Sebelum Pengumuman Stock Split No. Nama Perusahaan
-5 -4 -3 -2 -1
1 PT. Aneka Tambang Tbk 15,189,000 27,898,500 35,677,500 14,748,500 22,599,500
2 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 23,423,500 21,569,500 23,028,000 34,592,500 32,555,000
3 PT. Jaya Pari Steel Tbk 43,000 419,000 555,500 808,000 794,500
4 PT. Mitra Rajasa Tbk 59,121,000 227,456,500 87,232,000 87,345,500 100,886,000
Sumber : Lampiran 2
Tabel 4.4. Data Volume Transaksi dari Masing-Masing Perusahaan pada 5
Hari Sesudah Pengumuman Pemecahan Saham
Volume Transaksi Saham (Lembar)
Hari Sesudah Pengumuman Stock Split No. Nama Perusahaan
1 2 3 4 5
1 PT. Aneka Tambang Tbk 27,336,500 8,288,500 15,128,000 20,367,500 39,736,000
2 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 77,873,500 54,241,000 48,286,500 57,628,000 50,236,000
3 PT. Jaya Pari Steel Tbk 5,196,500 4,276,500 922,500 2,135,500 1,266,500
4 PT. Mitra Rajasa Tbk 82,252,000 74,229,000 72,936,500 181,625,000 49,951,000
Sumber : Lampiran 2
60
Tabel 4.5. Data Volume Saham yang Beredar dari Masing-Masing
Perusahaan pada 5 Hari Sebelum Pengumuman Pemecahan Saham
Volume Saham Beredar (Lembar)
Hari Sebelum Pengumuman Stock Split No. Kode
Perusahaan
-5 -4 -3 -2 -1
1 ANTM 192,610,350,000 370,463,325,000 496,649,625,000 197,359,550,00 295,531,400,000
2 CPIN 31,544,760,000 29,524,445,000 32,168,515,000 48,746,730,000 47,029,850,000
3 JPRS 81,290,000 812,660,000 1,100,100,000 1,668,337,500 1,566,737,500
4 MIRA 95,324,245,000 399,695,280,000 156,097,495,000 155,527,610,000 176,763,320,000
Sumber : Lampiran 3
Tabel 4.6. Data Volume Saham yang Beredar dari Masing-Masing
Perusahaan pada 5 Hari Sesudah Pengumuman Pemecahan Saham
Volume Saham Beredar (Lembar)
Hari Sesudah Pengumuman Stock Split No. Kode
Perusahaan
1 2 3 4 5
1 ANTM 72,948,962,500 21,818,425,000 39,383,625,000 52,492,462,500 104,866,462,500
2 CPIN 54,695,415,000 38,576,930,000 35,692,155,000 43,690,600,000 36,719,540,000
3 JPRS 2,139,627,500 1,736,055,000 359,340,000 832,652,500 476,765,000
4 MIRA 67,237,410,000 60,075,375,000 54,583,415,000 132,290,130,000 35,462,070,000
Sumber : Lampiran 3
4.3. Pengolahan Data
4.3.1. Data Volume Perdagangan Saham
Data yang digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas
volume perdagangan saham (Trading Volume Activity / TVA) antara
sebelum dan sesudah perisitiwa pemecahan saham (stock split) adalah data
volume perdagangan dalam selang waktu 5 hari sebelum dan sesudah
adanya pengumuman pemecahan saham, dimana untuk mengukur
perubahan aktivitas volume perdagangan tersebut digunakan TVA
(Trading Volume Activity) yang dihitung dalam prosentase dengan
persamaan sebagai berikut :
61
Berdasarkan persamaan tersebut diatas, maka dapat dilihat hasil
perhiungan data TVA masing-masing perusahaan sampel penelitian pada
Tabel berikut ini diperlihatkan data TVA hasil perhitungan masing-masing
perusahaan sample penelitian pada 5 hari sebelum sampai dengan 5 hari
setelah adanya pengumuman pemecahan saham, yang dihitung
berdasarkan data volume transaksi saham serta data volume saham yang
beredar seperti yang telah diperlihat nya.
asing-Masing Perusahaan pada 5 Hari Sebelum
Sumber : L
Tabel 4.8. TVA Data Masing-Masing Perusahaan pada 5 Hari Sesudah
ecahan
%
∑Saham perusahaani yang diperdagangkan pada waktut TVAi,t = ∑Saham perusahaani yang beredar pada waktut
X 100%
kan pada tabel-tabel sebelum
Tabel 4.7. TVA Data M
TVA (dalam %)
Hari Sebelum Pengumuman Stock Split No. Nama Perusahaan
-5 -4 -3 -2 -1
1 PT. Aneka Tambang Tbk 0.00789 0.00753 0.00718 0.00747 0.00765
2 PT. Charoen Pokphand Indonesia 0.07425 0.07306 0.07159 0.07096 0.06922
3 PT. Jaya Pari Steel Tbk 0.0529 0.05156 0.0505 0.04843 0.05071
4 PT. Mitra Rajasa Tbk 0.06202 0.00057 0.05588 0.05616 0.05707
Pengumuman Pemecahan Saham
ampiran 4 C
Pengumuman Pem Saham
TVA (dalam )
Hari P a Sesudah engumum n Stock Split N o. Nama Perusahaan
1 2 3 4 5
1 PT. Aneka Tambang Tbk 0.03747 0.03799 0.03841 0.03880 0.03789
2 P nesia 0.14238 0.14060 0.13529 0.13190 0.13681T. Charoen Pokphand Indo
3 PT. Jaya Pari Steel Tbk 0.00243 0.00246 0.00257 0.00256 0.00266
4 PT. Mitra Rajasa Tbk 0.00122 0.00124 0.00134 0.00137 0.00141 Sumber : Lampiran 5 C
62
4.4. Analisis
sesudah adanya peristiwa pengumuman
pemecah
nalisis dengan nilai signifikansi yang sudah ditetapkan sebesar 5% atau
4.4.1. Analis
emberikan hasil
ah ini.
Tabel 4.9 Paired Sample Test
Sumbe
P Sam
Pa nces
dan Pengujian Hipotesis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
dengan metode uji beda (Paired Sample test) untuk menguji apakah terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap abnormal return dan Trading Volume
Activity (TVA) sebelum dan
an saham (stock split).
Sedangkan dalam pengujian hipotesis, langkah yang dilakukan
adalah dengan membandingkan nilai signifikansi thitung yang diperoleh dari
hasil a
0,05.
is Paired Sample Test pada Data Abnormal Return
Hasil perhitungan dan analisis uji beda dua rata-rata berpasangan
(paired sample test) abnormal return dalam selang waktu 5 hari antara
sebelum dengan 5 hari sesudah pemecahan saham m
seperti yang ditampilkan dalam Tabel 4.9. dibaw
Abnormal Return
aired
ired Differe
ples Test
Mean Std. Std. Error
df Sig. (2-tailDeviation Mean t ed)
r : Lampiran 6 B
Berdasarkan tabel diatas telah dilakukan mengenai abnormal
return antara sebelum dan sesudah adanya pemecahan saham dilihat
bahwa hasil perhitungan antara sebelum dengan sesudah adanya peristiwa
PSesudah 0.033
air 1 Sebelum -0.00675 0.0131676 0.0029444 2.293 19
63
pemecahan saham diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi yang diperoleh
adalah sebesar 2,293 dengan tingkat signifikansi 0,033, dimana nilai
tersebut kurang dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan sebesar 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan abnormal return
dalam selang waktu 5 hari antara sebelum dan sesudah perisitiwa
n yang diteliti
4.4.2. Analis
rikan hasil t hitung seperti
rikut ini.
ple T
Pai ample
Pai nces
pemecahan saham (stock split) pada 4 perusahaa
is Paired Sample Test pada Data TVA
Hasil perhitungan dan analisis uji beda rata-rata berpasangan
(paired sample test) TVA dalam selang waktu 5 hari antara sebelum
dengan 5 hari sesudah pemecahan saham membe
yang ditampilkan dalam Tabel 4.10. be
Tabel 4.10. Paired Sam est TVA
red S
red Differe
s Test
Mean Std. Std. Error
dSig. (2-taDeviation Mean t f iled)
Pair 1 Sebelum -Sesudah -0.00071 0.05162977 0.01154477 -0.061 19 0.952Sumber : Lampiran 7 B
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa tidak terdapat
perbedaan aktivitas volume perdagangan saham (Trading Volume Activity/
TVA) dalam selang waktu 5 hari sebelum dengan sesudah adanya
peristiwa pemecahan saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung yang
diperoleh sebesar -0,061 dengan tingkat signifikansi 0,952, dimana nilai
tesebut lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan TVA dalam
64
selang waktu 5 hari antara sebelum dan sesudah perisitiwa pemecahan
4.5
signifikansi 0,033, dimana nilai tersebut kurang dari nilai
sign
ikan pada saat
per
ak semata-mata karena
saham (stock split) pada 4 perusahaan yang diteliti.
. Analisis Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diatas maka
diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan abnormal return dalam selang
waktu 5 hari antara sebelum dan sesudah perisitiwa pemecahan saham (stock
split) pada 4 perusahaan yang diteliti. Hal ini dapat dilihat dari hasil
perhitungan uji beda dua rata-rata berpasangan (paired sample test) abnormal
return antara sebelum dengan sesudah adanya peristiwa pemecahan saham
diperoleh hasil bahwa nilai t hitung yang diperoleh adalah sebesar 2,293
dengan tingkat
ifikans yang telah ditetapkan sebesar 0,05. Sehingga hipotesis 1 teruji
kebenarannya.
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (JRAI,
2003) yang menyatakan bahwa : abnormal return signif
istiwa pemecahan saham. Hal ini karena informasi tersebut direspon oleh
publik yang ditunjukkan dengan reaksi pasar yang signifikan.
Sesuai dengan Teori Sinyal menurut Copeland (1979) dalam Dewi (2007 :
6) yang menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif. Teori
ini menyatakan bahwa stock split memberikan informasi kepada investor
tentang peningkatan return masa depan yang substantial. Pasar bereaksi positif
terhadap pengumuman stock split, reaksi ini tid
65
info
apat diketahui dari nilai t hitung yang diperoleh sebesar -0,061
den
udah peristiwa
pem
rmasi stock split yang tidak mempunyai nilai ekonomis tetapi karena
mengetahui prospek masa depan yang bersangkutan.
Hasil analisis aktivitas volume perdagangan saham (Trading Volume
Activity/ TVA) maka diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan aktivitas
volume perdagangan saham (Trading Volume Activity/ TVA) antara sebelum
pemecahan saham dengan setelah pemecahan saham, karena dari pengujian 4
perusahaan yang diteliti tidak memberikan bukti signifikan tentang adanya
perbedaan aktivitas volume perdagangan saham (Trading Volume Activity/
TVA). Hal ini d
gan tingkat signifikansi 0,952, dimana nilai tesebut lebih besar dari nilai
signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Sehingga hipotesis 2 tidak teruji
kebenarannya.
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (JRAI,
2003) yang menyatakan bahwa : tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara volume perdagangan saham pada sebelum dan ses
ecahan saham, dimana hal tersebut disebabkan adanya sinyal positif yang
ditimbulkan oleh pemecahan saham yang menyebabkan para calon lebih
tertarik untuk membeli saham (aksi jual dan beli secara tepat).
Secara teoritis adanya pemecahan saham akan memberikan pengaruh
penilaian investor dalam pengambilan keputusan investasi, yang akan
mengakibatkan adanya perbedaan dalam aktivitas perdagangan saham
sebelum dan sesudah pengumuman. Namun demikian dalam penelitian ini
66
hasil tersebut tidak terbukti. Seperti telah dikemukakan diatas bahwa dalam
penelitian ini tidak terdapat perbedaan TVA antara sebelum dengan sesudah
ada
n oleh perusahaan sehingga tidak mengubah
tidak
ada
4.6
5 hari
seb
nya pemecahan saham yang berarti dapat diartikan bahwa pemecahan
saham ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap volume perdagangan
saham perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia.
Hal ini kemungkinan terjadi karena bahwa investor pada Bursa Efek
Indonesia telah lebih dahulu mengantisipasi adanya kemungkinan pemecahan
saham yang akan dilakuka
penilaian investor dalam keputusan investasinya, yang mengakibatkan
perubahan volume saham yang diperdagangkan antara sebelum ataupun
sesudah pemecahan saham.
.Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatima Wardani (2010) mengenai
“Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Tingkat Likuiditas Saham
Perusahaan di BEI atas Pemecahan Saham”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan secara signifikan abnormal return dan
volume perdagangan saham perusahaan sebelum dan sesudah peristiwa
pemecahan saham (stock split). Penelitian ini menyatakan bahwa abnormal
return yang memiliki perbedaan yang signifikan pada selang waktu
elum dengan sesudah pemecahan saham, sedangkan volume perdagangan
saham (Trading Volume Activity) tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada selang waktu 5 hari sebelum dengan sesudah pemecahan saham.
67
Penelitian yang dilakukan oleh Yunia Ekasari (2004) mengenai “Analisis
Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham pada Perusahaan LQ-
45 di Bursa Efek Jakarta : Studi Empiris Terhadap Abnormal Return, Resiko
Sistematis (beta) dan Trading Volume Activity”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan abnormal return, resiko sistematis (beta)
dan aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity/ TVA) saham
dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan
hasil analisis menunjukkan bahwa abnormal return tidak terjadi perbedaan
yang signifikan pada saat peristiwa pemecahan saham, hal ini karena
informasi tersebut direspon negatif oleh publik karena investor sudah
mengetahui dahulu berita mengenai pengumuman stock split. Terdapat
perbedaan volume perdagangan saham tetapi tidak signifikan pada saat
sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, hal tersebut disebabkan
adanya sinyal positif yang ditimbulkan oleh pemecahan saham yang
menyebabkan investor lebih tertarik untuk membeli saham tersebut (aksi jual
beli secara cepat).
Penelitian yang dilakukan oleh Lany Wulansari (2004) dengan judul
”Analisis Perbedaan Return Saham dan Likuiditas Saham Sebelum dan
Sesudah Stock Split pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan return
saham dan likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan
go public di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan
bahwa terdapat perbedan return saham yang signifikan pada saat sebelum dan
68
sesudah stock split. Return saham mengalami penurunan sesusah stock split,
hal ini dikarenakan harga saham lebih rendah sehingga banyak investor
am tersebut. Terdapat perbedaan likuiditas saham
yan
4.7
tesis penelitian ini perlu diuji kembali pada
pen
memberikan
jawaban yang riil dan pasti penyebab ada atau tidaknya perbedaan. Untuk
tertarik untuk membeli sah
g signifikan pada saat sebelum dan sesudah stock split, hal ini dikarenakan
harga saham turun sehingga banyak investor tertarik untuk membeli saham
tersebut.
.Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak luput dari keterbatasan, dimana penelitian ini hanya
mencakup 4 periode (tahun) laporan keuangan dengan 4 sampel perusahaan
yang melakukan pemecahan saham pada periode tahun 2005-2008. jumlah
sampel yang relatef kecil tersebut disebabkan oleh terlalu sedikitnya jumlah
perusahaan yang melakukan pemecahan saham pada periode tersebut. Dengan
keterbatasan tersebut maka hipo
elitian selanjutnya untuk melihat apakah terdapat perbedaan reaksi investor
pada saat adanya peristiwa pemecahan saham pada tahun-tahun lainnya serta
apakah penelitian akan memberikan hasil yang berbeda jika meneliti pada
jenis perusahaan yang berbeda.
Karena penelitian ini bersifat kuantitatif maka penelitian ini hanya dapat
memberikan suatu pembuktian atas hipotesis mengenai ada atau tidaknya
perbedaan abnormal return dan aktivitas volume perdaganan saham (TVA)
yang diakibatkan oleh adanya peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek
Indonesia dengan kemungkinan penyebabnya, tanpa dapat
69
dapat memberikan jawaban yang lebih pasti mengenai penyebab tersebut,
maka perlu pengembangan penelitian dengan metode yang berbeda misalnya
dengan metode kualitatif dan penelitian yang bersifat eksploratif.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan peneliti untuk menguji dan
menganalisis perbedaan secara signifikan abnormal return dan volume
perdagangan saham sebelum dan sesudah pemecahan saham. Maka dapat
disimpulkan dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa terdapat perbedaan yang signifikan Abnormal return antara
sebelum pemecahan saham dengan sesudah peristiwa pengumuman
pemecahan saham (stock spit) pada 4 perusahaan yang diteliti. Sehingga
hipotesis 1 teruji kebenarannya.
2. Bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan aktivitas volume
perdagangan saham (Trading Volume Activity/ TVA) antara sebelum
pemecahan saham dengan sesudah peristiwa pengumuman pemecahan
saham (stock spit) pada 4 perusahaan yang diteliti. Sehingga hipotesis 2
tidak teruji kebenarannya.
5.2. Saran
Berdasarkan manfaat yang telah dikemukakan bagi praktisi, akademisi dan
peneliti supaya hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi
dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi dan ilmu pengetahuan
tentang pasar modal dan investasi sehingga peneliti dapat mengembangkan
70
dan menerapkan teori-teori yang diperoleh. Maka dapat disimpulkan dari hasil
analisis dan kesimpulan diatas, dapat diajukan saran penelitian sebagai
berikut:
1. Bagi praktisi yang akan melakukan transaksi hendaknya harus mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan adanya pemecahan saham
berakibat pada perubahan harga saham di pasar, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi abnormal return dan TVA (Trading Volume Activity).
2. Bagi akademisi yang akan datang, hendaknya dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang pasar modal dan investasi sehingga ilmu tersebut
menjadi lebih luas dan lebih bermanfaat.
3. Bagi peneliti yang akan datang, hendaknya memperpanjang periode
pengamatan sehingga dapat diperoleh perbedaaan yang lebih signifikan
lagi dalam penelitian sebelum dan sesudah peristiwa tertentu terhadap
perubahan return sahan dan perdagangan saham yang menyebabkan
perubahan nilai abnormal return, dan TVA (Trading Volume Activity).