57
15 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terhadap likuiditas saham pada saat perusahaan melakukan pemecahan saham diterapkan dalam waktu serta tempat yang berbeda, tetapi penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pihak lain diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan kajian berkaitan dengan penelitian. Indah Kurniawati (JRAI, 2003) melakukan penelitian mengenai analisis kandungan informasi stock split dan likuiditas saham: studi empiris pada non-synchronous trading. Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan abnormal return dan akivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity : TVA) serta resiko sestematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Diduga ada perbedaan abnormal return dan aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity : TVA) serta resiko sistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan: (1) abnormal return signifikan pada saat peristiwa pemecahan saham, hal ini karena informasi tersebut direspon oleh publik yang ditunjukkan dengan reaksi pasar yang signifikan (2) terdapat perbedaan beta yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, hal tersebut disebabkan karena adanya aktivitas noisy trader yang kurang memiliki informasi dan lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terhadap likuiditas saham pada saat perusahaan

melakukan pemecahan saham diterapkan dalam waktu serta tempat yang

berbeda, tetapi penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pihak lain

diharapkan dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan kajian

berkaitan dengan penelitian.

Indah Kurniawati (JRAI, 2003) melakukan penelitian mengenai

analisis kandungan informasi stock split dan likuiditas saham: studi

empiris pada non-synchronous trading. Permasalahan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan abnormal return dan

akivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity : TVA) serta

resiko sestematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di

Bursa Efek Jakarta. Diduga ada perbedaan abnormal return dan aktivitas

volume perdagangan (Trading Volume Activity : TVA) serta resiko

sistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa

Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan: (1) abnormal return

signifikan pada saat peristiwa pemecahan saham, hal ini karena informasi

tersebut direspon oleh publik yang ditunjukkan dengan reaksi pasar yang

signifikan (2) terdapat perbedaan beta yang signifikan pada saat sebelum

dan sesudah peristiwa pemecahan saham, hal tersebut disebabkan karena

adanya aktivitas noisy trader yang kurang memiliki informasi dan lebih

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

16

menyukai harga saham yang stabil (3) terdapat perbedaan volume

perdagangan saham tetapi tidak signifikan pada saat sebelum dan sesudah

peristiwa pemecahan saham, hal tersebut disebabkan adanya sinyal positif

yang ditimbulkan oleh pemecahan saham yang menyebabkan para calon

investor lebih tertarik untuk membeli saham (aksi jual beli secara cepat).

Yunia Ekasari (2004) melakukan penelitian mengenai Analisis

Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham pada Perusahaan

LQ-45 di Bursa Efek Jakarta : Studi Empiris Terhadap Abnormal Return,

Resiko Sistematis (beta) dan Trading Volume Activity. Permasalahan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan

abnormal return, resiko sistematis (beta) dan aktivitas volume

perdagangan (Trading Volume Activity: TVA) saham dari suatu peristiwa

pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Diduga ada perbedaan abnormal

return, resiko sistematis (beta) dan aktivitas volume perdagangan

(Trading Volume Activity: TVA) saham dari suatu peristiwa pemecahan

saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan: (1) abnormal

return tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada saat peristiwa

pemecahan saham, hal ini karena informasi tersebut direspon negatif oleh

publik karena investor sudah mengetahui dahulu berita mengenai

pengumuman stock split (2) tidak terdapat perbedaan beta yang signifikan

pada saat sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, hal tersebut

disebabkan karena investor lebih memilih harga saham yang tidak stabil

(3) terdapat perbedaan volume perdagangan saham tetapi tidak signifikan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

17

pada saat sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, hal tersebut

disebabkan adanya sinyal positif yang ditimbulkan oleh pemecahan saham

yang menyebabkan investor lebih tertarik untuk membeli saham tersebut

(aksi jual beli secara cepat).

Lany Wulansari (2004) melakukan penelitian mengenai Analisis

Perbedaan Return Saham dan Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah

Stock Split pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan return saham dan likuiditas saham sebelum dan

sesudah stock split pada perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta.

Diduga terdapat perbedaan return saham dan likuiditas saham sebelum

dan sesudah stock split pada perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat perbedan return saham yang

signifikan pada saat sebelum dan sesudah stock split. Return saham

mengalami penurunan sesusah stock split, hal ini dikarenakan harga saham

lebih rendah sehingga banyak investor tertarik untuk membeli saham

tersebut (2) terdapat perbedaan likuiditas saham yang signifikan pada saat

sebelum dan sesudah stock split, hal ini dikarenakan harga saham turun

sehingga banyak investor tertarik untuk membeli saham tersebut.

Penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian

terdahulu. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

adalah sama- sama menggunakan data-data perusahaan yang melakukan

stock split dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai populasi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

18

penelitian dan model analisis uji beda (Paired sample test) sebagai alat uji

analisis. Sedangkan perbedaannya adalah periode penelitian.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pasar Modal

2.2.1.1 Pengertian pasar modal

Pasar modal menurut beberapa ahli memiliki definisi yang berbeda-

beda, akan tetapi pada prinsipnya sama. Berikut ini pendapat beberapa ahli

tentang pasar modal.

Salah satu definisi yang dikemukakan oleh Tandelilin (2001 : 13)

pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana

dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

sekuritas.

Sunariyah (2004 : 4) membagi dua definisi mengenai pasar modal:

a. Secara umum :

Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di

dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di

bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.

b. Dalam arti sempit :

Pasar modal adalah suatu pasar yang disiapkan guna memperdagangkan

saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan

memakai jasa para perantara pedagang efek.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

19

Perkembangan bursa efek telah ada sejak tahun 1912, namun

kemudian ditutup ketika meletus perang dunia dan Belanda diduduki

Jerman yaitu sekitar tahun 1942. Di awal tahun 1950-an, setelah Indonesia

merdeka, maka Bursa Efek dibuka kembali, namun karena kondisi

ekonomi dan politik yang tidak mendukung maka Bursa Efek mati begitu

saja. Antara periode satu dengan yang lain dalam perkembangan pasar

modal Indonesia tidak terjadi hubungan, sehingga dikatakan terjadi

“patahan historis”. Terjadi patahan historis karena perkembangan Bursa

Efek di Indonesia tidak berlangsung kontinyu, secara kronologis kinerja

bursa sekarang tidak berhubungan secara tegas dengan bursa sebelumnya

(Winarto, 1997) yang dikutip oleh (Endah, 2001 : 16).

Pasar modal Indonesia memulai kegiatannya kembali tahun 1977,

ketika pemerintah membentuk BAPEPAM, tetapi baru pada dekade kedua

Bursa Efek tersebut berkembang pesat, dengan berbagai deregulasi yang

dikeluarkan pemerintah di bidang ekonomi dan pasar modal.

Perkembangan pasar modal Indonesia semakin pesat dengan

dilaksanakannya otomatisasi perdagangan efek (Winarto, 1997) yang

dikutip oleh (Endah, 2001 : 16). Beberapa pelaku yang terdapat dalam

sebuah pasar modal antara lain emiten swasta, pemegang saham,

BAPEPAM sebagai pengawas dan penyelenggara. Pelaku tersebut dalam

menjalankan fungsinya terkait satu dengan yang lain, sehingga pasar

modal dapat berjalan dengan baik.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

20

Menurut Kep. Menkeu RI No. KMK 606/KMK.01/205 (Jogiyanto,

2008 : 84) dilakukan penggabungan antara Unit Eselon I Badan Pengawas

Pasar Modal (Bapepam) dengan Unit Eselon I Direktorat Jenderal

Lembaga Keuangan (DLJK). Gabungan ini menjadi Badan Pengawas

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). BAPEPAM-LK

memiliki tugas untuk :

a. Mengatur, mengarahkan, dan mengawasi kegiatan sehari-hari pasar

modal

b. Merumuskan kebijakan di bidang lembaga keuangan, seperti misalnya

membuat dan menyakinkan pelaksanaan peraturan, kebijakan, standar,

norma, dan pedoman kriteria dan prosedur di bidang pasar modal, dan

menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan bagi Emiten dan Perusahaan

Publik.

Selain pihak-pihak tersebut, terdapat pula perusahaan efek yang

terdiri dari lembaga penjamin emisi dan pialang, juga pemodal dan

lembaga penunjang yaitu biro administrasi efek, bank kustodian, serta

profesi penunjang seperti akuntan publik, konsultan hukum, notaris,

perusahaan penilai dan sebagainya (Winarto, 1997) yang dikutip oleh

(Endah, 2001 : 16).

2.2.1.2 Peranan dan fungsi pasar modal

Peranan pasar modal menurut Marzuki Usman (Anogara dan

Widiyanti, 1992 : 3) dilihat dari sudut ekonomi makro adalah suatu piranti

untuk melakukan alokasi sumber dana ekonomi secara optimal serta

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

21

merupakan sumber pembiayaan yang tidak menimbulkan inflasi. Akibat

lebih jauh dari berfungsinya pasar modal sebagai piranti untuk

mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal naiknya pendapatan

nasional, terciptanya kesempatan kerja dan semakin meratanya

pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Menurut Sunariyah (2004 : 7) mengemukakan peranan pasar modal

dari sisi kepentingan para pelaku pasar modal (aspek makro) sebagai

berikut :

1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual

untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang

diperjualbelikan

2. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk

memperoleh hasil (return) yang diharapkan

3. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual

kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya

4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk

berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian

5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga

Fungsi pasar modal dalam perekonomian nasional menurut

Sunariyah (2004 : 9) adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Tabungan

Pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan mudah, tanpa ada

resiko adanya penurunan nilai mata uang untuk menginvestasikan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

22

dana dengan membeli surat berharga, masyarakat diharapkan bisa

mengantisipasi standar hidup yang lebih baik. Hal ini akan

mempertinggi standar hidup suatu masyarakat.

2. Fungsi Kekayaan

Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam

jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan itu tidak

mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva tetap.

3. Fungsi Likuiditas

Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi

melalui pasar modal dengan resiko yang lebih kecil dibandingkan

dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif

lebih murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah

ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang

surat berharga.

4. Fungsi Pinjaman

Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi atau

investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal

bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan

pembangunan dari pinjaman yang dihimpun masyarakat.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

23

2.2.1.3 Manfaat pasar modal

Manfaat pasar modal menurut Sartono (2001 : 38-40) adalah sebagai

berikut :

Manfaat pasar modal bagi Emiten yaitu :

a. Jumlah dana yang dihimpun bagi berjumlah besar.

b. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.

c. Tidak ada ”convement” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam

pengelolaan dana yang diperoleh perusahaan. Yang dimaksud dengan

convement (akad/perjanjian) adalah persyaratan yang dimuat dalam

akad kredit. Akad tersebut dirancang agar dapat melindungi pemberi

pinjaman dengan memasukkan hal-hal seperti pembatasan jumlah

hutang, pembatasan pembagian deviden, rasio aktiva lancar minimum

dan persyaratan serupa lainnya.

d. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra

perusahaan.

e. Ketergantungan emiten terhadap Bank menjadi kecil.

f. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga

nominal perusahaan.

g. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang beresiko

tinggi.

h. Tidak ada beban finansial yang tetap.

i. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.

j. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

24

k. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.

Manfaat pasar modal bagi investor / pemodal yaitu :

a. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang

menjadi capital gain.

b. Sebagai pemegang saham investor memperoleh deviden dan sebagai

pemegang obligasi investor memperoleh bunga tetap setiap tahun.

c. Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam Rapat Umum

Pemegang Obligasi (RUPO) bila diadakan bagi pemegang saham.

d. Dapat mudah mengganti intsrumen investasi, misalnya dari saham A

ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau

mengurangi resiko.

e. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang

mengurangi resiko secara keseluruhan dan memaksimumkan

keuntungan.

Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang :

a. Menuju ke arah profesional di dalam memberikan pelayanan sesuai

dengan bidang tugas masing-masing.

b. Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.

c. Semakin bervariasinya jenis Lembaga Penunjang.

d. Likuiditas efek semakin tinggi.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

25

Manfaat pasar modal bagi pemerintah yaitu :

a. Mendorong laju pertumbuhan.

b. Mendorong investasi.

c. Penciptaan lapangan kerja.

d. Memperkecil Debt Service Rasio (DRS).

e. Bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) mengurangi beban

anggaran.

2.2.1.4 Jenis-jenis pasar modal

a. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan

saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya

sebelum saham tersebut dicatat dibursa. Harga saham dipasar perdana

ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public,

berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.

b. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah

melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder

dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas setelah

melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar

sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli

dan penjual.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

26

c. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain

diluar bursa. Dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi

perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). Operasi

yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi yang disebut

”trading information”. Informasi yang diberikan dalam pasar ini

meliputi : harga-harga saham, jumlah transaksi dan keterangan lainnya

mengenai surat berharga yang bersangkutan.

d. Pasar Keempat (Fourth Market)

Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal

atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke

pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.

(Sunariyah, 2004 : 12)

2.2.2. Pemecahan Saham (Stock Split)

Stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar

saham, harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n

dari harga sebelumnya (Jogiyanto, 2008 : 534). Pemecahan saham

merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manajer-manajer

perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang

beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor.

Split factor merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar sebelum

dilakukannya split dengan jumlah saham yang beredar setelah

dilakukannya split. Ada dua macam split yaitu split-up atau forward split

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

27

dan split down atau reverse split. Split up merupakan penurunan nilai

nominal perlembar saham sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah

saham yang beredar. Split down merupakan peningkatan nilai nominal per

lembar saham sehingga mengakibatkan berkurangnya jumlah saham yang

beredar (Luciana & Emanuel, 2005 :3) .

Beberapa pelaku pasar, khususnya para emiten mempunyai pendapat

stock split memiliki berbagai macam manfaat diantaranya adalah 1) harga

saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik

investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehingga dapat

mengubah investor add lot yaitu investor yang membeli saham di bawah

500 lembar (1 lot) menjadi investor round lot yaitu investor yang membeli

saham minimal 500 lembar. 2) meningkatkan daya tarik investor kecil

untuk melakukan investasi. 3) meningkatkan jumlah pemegang saham

sehingga pasar akan menjadi likuid. 4) sinyal positif bagi pasar bahwa

kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang baik

(Ekasari, 2004 : 23).

Apabila harga suatu saham semakin tinggi, maka kemungkinan

saham tersebut dapat dibeli oleh masyarakat semakin kecil. Manajemen

perusahaan yakin bahwa apabila kepemilikan saham semakin luas maka

hubungan dengan masyarakat akan lebih baik, sehingga adanya stock split

dapat mengurangi nilai pasar saham dan memiliki kemampuan menarik

investor (Ekasari, 2004 : 23).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

28

Alasan lain perusahaan melakukan stock split adalah 1) untuk

menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada tingkat dimana

individu dapat lebih banyak menginvestasikan dananya pada saham

tersebut. 2) untuk menyebarkan/ memperluas pemegang saham dengan

meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan nilai pasar yang dapat

dijangkau. 3) untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan

memberi kesempatan pada mereka untuk mengambil manfaat dari suatu

penyesuaian pasar yang dengan memberi kesempatan pada mereka untuk

mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna

setelah stock split tersebut (Ekasari, 2004 : 24).

Pengumuman stock split di pasar merupakan sinyal yang positif

terhadap aliran kas perusahaan di masa yang akan datang. Sinyal positif

dari pengumuman stock split menginterprestasikan bahwa manajer

perusahaan akan menyampaikan prospek yang baik sehingga dianggap

dapat meningkatkan kesejahteraan investor, selain itu stock split juga

menunjukkan sinyal yang valid karena tidak semua perusahaan dapat

melakukannya. Hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik yang

dapat melakukan stock split, karena untuk melakukan stock split,

perusahaan harus menanggung semua biaya yang ditimbulkan oleh stock

split tersebut, meskipun stock split tidak memiliki nilai ekonomis. Oleh

karena itu, stock split merupakan sinyal positif yang diberikan oleh

perusahaan kepada pasar, sehingga pasar memberikan reaksi positif

terhadap pengumuman stock split tersebut. Kebalikannya dengan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

29

perusahaan yang memiliki reaksi kurang bagus dan tidak memiliki

prospek yang baik di masa depan, tidak akan mampu menanggung biaya

transaksi yang harus dikeluarkan pada saat melakuan stock split.

(Kurniawati, 2003 : 266).

Aktivitas split yang dilakukan oleh perusahaan akan

diinterprestasikan oleh investor sebagai sinyal bahwa manajer memiliki

informasi yang menguntungkan dimana hal tersebut ditunjukkan dengan

adanya abnormal return yang positif di sekitar pengumuman split.

Kandungan informasi stock split dalam hal ini apabila suatu

pengumuman yang masuk ke bursa akan mempengaruhi pasar untuk

bereaksi, jika suatu pengumuman mengandung informasi, maka pasar

akan melakukan reaksi pada waktu pengumuman tersebut. Reaksi pasar

ini tercermin dari harga pasar yang berubah-ubah, hal ini disebabkan

karena pasar memproses pengumuman yang masuk dan akan

mengevaluasi kandungan informasi yang terdapat pada pengumuman

tersebut. Pengumuman stock split mengandung informasi, jika informasi

tersebut menimbulkan reaksi pasar setelah pengumuman tersebut diterima

oleh pasar. Reaksi pasar ini dapat diukur dengan adanya abnormal return

yang diterima oleh para pelaku pasar, sebaliknya jika pengumuman stock

split tidak memiliki kandungan informasi maka tidak ada abnormal return

pada pasar (Ekasari, 2004 : 26).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

30

2.2.2.1. Abnormal Return

Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang

sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan

return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan

demikian abnormal return adalah selisih antara return yang sesungguhnya

yang terjadi dengan return ekspektasi. Return sesungguhnya merupakan

return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga

sekarang relatip terhadap harga sebelumnya, sedangkan return ekspektasi

merupakan return yang harus diestimasi. Periode estimasi umumnya

merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event

period) disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa

(event window) (Jogiyanto, 2008 : 551).

ARit = Rit – E (Rit) (Jogiyanto 2008 : 550)

Dimana :

ARit = Abnormal Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Rit = Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada

periode peristiwa ke-t

E (Rit) = Return Ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t

Pengumuman yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat direaksi

positif ataupun negatif. Reaksi positif ditunjukkan oleh abnormal return

yang positif, artinya kenaikan harga saham pada perusahaan. Reaksi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

31

negatif ditunjukkan oleh adanya abnormal return negatif pada perusahaan,

artinya terjadi penurunan harga saham (Luciana & Emanuel, 2005 : 3).

2.2.3. Likuiditas Saham

Salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu perusahaan

adalah tingkat likuiditas saham tersebut. Dalam akuntansi, likuiditas suatu

asset menunjukkan seberapa cepat asset tersebut dikonversi menjadi uang

tunai (kas). Semakin cepat asset tersebut berubah menjadi kas maka

semakin tinggi likuiditasnya.

Begitu pula halnya dengan saham yang juga merupakan asset bagi

para pemegangnya. Likuiditas saham dilihat dari ukuran mudah atau

sukarnya suatu saham dipasarkan. Dalam hal intrumen keuangan, mudah

dipasarkan saham diukur dengan dapatnya dijual sejumlah besar surat-

surat berharga tersebut dalam waktu yang singkat dengan pengorbanan

harga yang kecil. Saham yang mudah diperjualbelikan dalam jangka

waktu yang relatif singkat akan diminati oleh banyak orang. Agar mudah

untuk diperjualbelikan, saham tersebut harus mempunyai daya tarik

tersendiri, misalnya harga yang murah dan biaya komisi untuk transaksi

jual beli yang relatif kecil (Setiawan, 2005 : 21).

Surat berharga atau efek yang telah dijual oleh pasar perdana

selanjutnya akan dijual di pasar sekunder. Sebab apabila ditinjau dari

sudut investor, pasar sekunder dapat menjamin likuiditas efek. Karena,

investor dapat membeli kembali sekuritas untuk mendapatkan uang tunai.

Sedangkan dari sudut pandang perusahaan, pasar sekunder merupakan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

32

wadah untuk menghimpun para investor, baik investor lembaga maupun

perorangan. Jika pasar sekunder tidak cukup likuid maka tentunya investor

tidak akan membeli efek-efek pasar perdana (Wulansari, 2004 : 25).

Banyak investor dan emiten di Amerika Serikat yang percaya bahwa

saham-saham yang berada pada tingkat harga ”optimal” akan

meningkatkan likuiditas saham tersebut. Harga saham yang dinilai terlalu

tinggi dan menjauhi harga ”optimal” akan dipecah. Maka diharapkan

semakin banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan

dan akan meningkatkan likuiditas saham di bursa.

Sebelum melakukan stock split harga saham perusahaan yang terlalu

tinggi akan menurunkan permintaan saham tersebut. Hal ini disebabkan

karena para investor kecil tidak dapat membeli saham tersebut atau

kemampuan daya belinya rendah. Sehingga salah satu tujuan perusahaan

melakukan stock split adalah mengarahkan harga saham pada suatu range

tertentu sehingga perdagangan saham bisa optimal dan dapat aktif

diperdagangkan serta dapat meningkatkan daya tarik investor kecil untuk

membeli sejumlah saham yang lebih besar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lamourex dan Poon (1987),

Szewezky & Tsesekos (1991) menunjukkan bahwa volume perdagangan

dan jumlah pemegang saham setelah stock split mengalami peningkatan

yang signifikan (Kurniawati, 2003 : 269). Meningkatkan likuiditas setelah

split dengan dapat muncul akibat semakin besarnya kepemilikan saham

dan jumlah transaksi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa jumlah

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

33

pemegang saham menjadi bertambah banyak setelah split. Kenaikan

tersebut sebabkan karena dengan menurunnya harga, volatilitas harga

saham menjadi bertambah besar sehingga menarik investor untuk

memperbanyak jumlah saham yang dipegang. Dengan demikian likuiditas

meningkat akibat semakin banyak investor yang dapat menjual atau

membeli saham. Bertolak belakang dari hasil penelitian tersebut.

Copeland (1979) dalam Jogiyanto (2008 : 535) menemukan hal yang

sebaliknya, yaitu likuiditas pasar akan semakin rendah setelah stock split,

yaitu volume perdagangan menjadi lebih rendah dibandingkan

sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan karena biaya transaksi

pialang secara proporsi meningkat setelah pemecahan saham. Hasil yang

berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Murray (1985)

dalam Winarso (2003 : 25) yaitu aktivitas split yang dilakukan oleh

perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap volume perdagangan saham.

Para investor kemungkinan juga akan mengurangi kepemilikan jumlah

saham hasil pemecahan, karena mereka akan menyusun kembali

portofolio yang dianggap optimal. Tujuan penyusunan kembali portofolio

tersebut adalah untuk mengurangi resiko tersebut.

Saat ini masih belum ada suatu standar mengenai likuiditas saham di

pasar modal Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pendapat

mengenai likuiditas saham. Permasalahan pokok dalam hal ini adalah

belum terdapat keseragaman dalam kriteria likuiditas saham. Namun

secara umum, likuiditas saham ditentukan oleh frekuensi saham yang

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

34

bersangkutan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap volume dan nilai

transaksinya.

Namun demikian, meskipun volume dan nilai transaksi dipengaruhi

oleh frekuensi transaksi, volume dan nilai transaksi dapat juga dipandang

sebagai variabel yang berdiri sendiri. Semakin likuid suatu saham,

tentunya harus ditunjukkan oleh semakin banyaknya volume transaksi.

Demikian juga dengan nilai transaksi, semakin likuid suatu saham

haruslah ditunjukkan oleh besarnya nilai transaksi, karena asumsi saham

yang likuid akan disukai investor, yang akan menyebabkan banyaknya

permintaan yang pada gilirannya akan meningkatkan harga saham yang

bersangkutan.

Berdasarkan keterangan diatas, maka terdapat perbedaan likuiditas

saham sebelum dan sesudah stock split. Likuiditas saham sesudah stock

split relatif meningkat akibat semakin besarnya kepemilikan saham dan

jumlah transaksi.

2.2.3.1. Volume Perdagangan

Volume perdagangan saham merupakan petunjuk mengenai

kekuatan dan kelemahan pasar. Konsep ini menganggap bahwa kenaikan

atau penurunan pergerakan pasar saham yang disertai dengan volume

perdagangan yang besar merupakan tanda kekuatan pasar, sedang jika

tidak disertai dengan volume yang relatif besar merupakan tanda pasar

yang lemah (Setiawan, 2005 :14).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

35

Menurut Sudana dan Pradityo dalam Setiawan (2005 : 15) Volume

perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham yang ditransaksikan

oleh para investor diperdagangan saham. Volume permintaan saham dari

perusahaan adalah jumlah transaksi-transaksi dari permintaan saham tiap

perusahaan pada hari yang sama diperdagangan saham. Perubahan

permintaan saham mempunyai pengaruh terhadap volume perdagangan

saham, karena perkembangan pasar modal terutama di pasar sekunder

tidak lepas dari peran para investor (sisi permintaan di pasar modal).

Semakin banyak dan semakin besar para investor menginvestasikan

modalnya pada saham akan menjadikan saham-saham yang

diperdagangkan semakin likuid. Dengan semakin likuidnya saham-saham

yang diperdagangkan, akan mengundang banyak investor untuk

menginvestasikan modalnya di saham, dan hal tersebut akan menarik

banyak perusahaan untuk go publik.

Menurut Marwan Asri dalam Ekasari (2004 : 32) Trading Volume

Activity (TVA) merupakan instrumen yang dapat digunakan unuk melihat

reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan

aktivitas volume perdagangan di pasar. Ditinjau dari fungsinya, maka

dapat dikatakan bahwa TVA merupakan suatu variasi dari event study.

Perbedaan dari keduanya adalah pada parameter yang digunakan untuk

mengukur reaksi pasar terhadap suatu kejadian. Pendekatan TVA ini dapat

juga digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisiensi pada bentuk

lemah. Hal ini karena pada pasar yang belum efisien atau efisien dalam

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

36

bentuk lemah, perubahan harga belum mencerminkan informasi yang ada,

sehingga penelitian hanya dapat mengamati reaksi pasar modal melalui

pergerakan volume perdagangan pada pasar modal yang diteliti.

Perhitungan TVA dilakukan dengan membandingkan jumlah saham

perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan

keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan pada kurun waktu yang

sama.

2.2.4. Teori yang Membahas Pemecahan Saham atas Abnormal Return

Teori sinyal dikembangkan oleh Ross (1977) dikutip oleh

Frydenberg (2004 : 7). Teori sinyal menyatakan bahwa pihak eksekutif

perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan

terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor

agar harga saham perusahaannya meningkat. Perusahaan dengan prospek

menguntungkan akan menghindari penjualan saham dan mengupayakan

penambahan modal dengan penggunaan hutang, sedangkan perusahaan

dengan prospek yang kurang menguntungkan seharusnya menjual saham,

yang berarti mencari investor baru sebagai teman berbagi kerugian. Ada

dua asumsi untuk menjelaskan teori ini :

a. Perusahaan dengan prospek yang bagus akan menggunakan hutang

karena dipandang sebagai sinyal positif bagi investor luar.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

37

b. Perusahaan yang memiliki prospek buruk akan memilih menjual

saham atau menerbitkan saham baru, merupakan sinyal negatif bagi

investor.

http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eman/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-

31403413-9563-perusahaan_farmasi-chapter2.pdf (data ini di unduh

tanggal 13 Juni 2010).

Signalling theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal

yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek

masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum

mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan

bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang

mempunyai kinerja yang baik. Teori ini menyatakan bahwa stock split

memberikan informasi kepada investor tentang peningkatan return masa

depan yang substantial. Jadi jika pasar bereaksi terhadap pengumuman

stock split, reaksi ini tidak semata-mata karena informasi stock split yang

tidak mempunyai nilai ekonomis tetapi karena mengetahui prospek masa

depan yang bersangkutan.

Sesuai yang dikemukakan oleh Copeland (1979) bahwa pemecahan

saham mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya perusahaan

yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya ini,

sehingga akan memberikan sinyal yang positif pada pasar terhadap

kredibilitas perusahaan. Selain itu, dengan tingkat biaya komisi yang

tinggi, tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi broker untuk

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

38

benar-benar melakukan analisa setepat mungkin agar harga saham berada

pada tingkat perdagangan optimal serta mampu memberi informasi yang

menguntungkan bagi perusahaan dan investor. Sebaliknya perusahaan

yang tidak memiliki prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal

tidak valid lewat pemecahan saham akan tidak mampu menanggung biaya

tersebut.

Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut (stock split)

sebagai suatu sinyal terhadap adanya event yang dapat mempengaruhi

nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan volume

perdagangan saham yang terjadi. Sebagai implikasinya, pengumuman

perusahaan untuk menambah jumlah lembar saham baru yang beredar

akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal yang menyampaikan adanya

informasi baru yang dikeluarkan oleh pihak manajemen yang selanjutnya

akan mempengaruhi nilai saham perusahaan dan aktivitas perdagangan

saham (Dewi, 2007 : 6).

Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari

reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya

dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto, 2008 : 529). Jika

pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan

bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi

pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang

bersangkutan.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

39

Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai

perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto,

2008 : 529). Pengumuman yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat

direaksi positif ataupun negatif. Reaksi positif ditunjukkan oleh abnormal

return yang positif, artinya kenaikan harga saham pada perusahaan. Reaksi

negatif ditunjukkan oleh adanya abnormal return negatif pada perusahaan,

artinya terjadi penurunan harga saham (Luciana & Emanuel, 2005 :3).

2.2.5. Teori yang Membahas Pemecahan Saham atas Likuditas Saham

Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan

meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga pasar saham

mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka

semakin tinggi nilai perusahaan dan sebaliknya. Namun jika harga saham

dinilai terlalu tinggi akan mempengaruhi kemampuan para investor untuk

membeli saham, sehingga menimbulkan efek seolah-olah harga saham

sulit untuk meningkat lagi. Menurut Trading range Theory harga saham

yang dinilai terlalu tinggi akan menyebabkan berkurangnya aktivitas

saham untuk diperdagangkan. Dengan adanya pemecahan saham, harga

saham akan dinilai tidak terlalu tinggi, sehingga akan meningkatkan

kemampuan para investor untuk melakukan transaksi, terutama para

investor kecil. Dengan kata lain saham akan semakin likuid (Marwata,

2001) dikutip oleh Endah (2001 : 13).

Perusahaan yang melakukan split akan menambah daya tarik

investor akibat penurunan harga saham pada saat split yang meyebabkan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

40

semakin bertambahnya jumlah saham yang diperdagangkan dan juga

jumlah pemegang saham. Peningkatan pada kedua variabel dapat

mempengaruhi likuiditas saham setelah split yakni meningkat.

Beberapa pendapat yang mendukung teori ini telah dikemukakan

oleh peneliti, sebagai berikut :

Merupakan hasil dari survei yang telah dilakukan yaitu manajer

cenderung menyebut alasan likuiditas sebagai motivasi dari stock split

(Marwata, 2001). Marwata (2001) menyatakan bahwa stock split

merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada

rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipasi pasar akan terlibat

dalam perdagangan.

http://www.scribd.com/doc/11319666/Pengertian-Saham (data ini diunduh

tanggal 11 Juni 2010).

Sesuai dengan hasil penelitian Baker dan Gallangher dalam Sutrisno

(2000) yang menyatakan bahwa split mengembalikan harga per-lembar

saham pada tingkat perdagangan yang optimal dan meningkatkan

likuiditas.

Bertolak belakang dari hasil penelitian tersebut. Menurut Barker dan

Powell dalam Sutrisno (2000), distribusi saham dalam bentuk stock split

semata-mata hanya memiliki perubahan yang bersifat ”kosmetik” karena

stock split tidak berpengaruh pada arus kas perusahaan dan proporsi

kepemilikan investor. Copeland (1979) dalam Jogiyanto (2008 : 535)

menemukan hal yang sebaliknya, yaitu likuiditas pasar akan semakin

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

41

rendah setelah stock split, yaitu volume perdagangan menjadi lebih rendah

dibandingkan sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan karena biaya

transaksi pialang secara proporsi meningkat setelah pemecahan saham.

Para investor kemungkinan juga akan mengurangi kepemilikan jumlah

saham hasil pemecahan, karena mereka akan menyusun kembali portofolio

yang dianggap optimal. Tujuan penyusunan kembali portofolio tersebut

adalah untuk mengurangi resiko investasi.

Secara umum likuiditas saham ditentukan oleh frekuensi saham

yang bersangkutan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap volume

saham dan nilai transaksinya (Dewi, 2007 : 37).

2.3. Kerangka Pikir

Saat ini pasar modal telah menjadi sumber pendanaan yang banyak

diminati oleh perusahaan. Menghadapi persaingan ketat dalam

memperebutkan kesempatan untuk melakukan ekspansi usaha, perusahaan

membutuhkan dana yang tidak sedikit. Disamping itu perusahaan juga

harus memperkuat struktur permodalannya sehingga dapat

mempertahankan kegiatan usahanya.

Likuiditas saham merupakan indikasi penting untuk mempelajari

tingkah laku pasar, yaitu investor. Dalam menentukan apakah investor

akan melakukan transaksi di pasar modal, biasanya ia akan mendasarkan

keputusan pada berbagai informasi yang dimilikinya, baik informasi yang

tersedia di publik maupun informasi pribadi. Salah satu informasi yang

ada adalah pengumuman stock split.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

42

Adapun Premis yang digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam

melakukan penelitian dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

1. Premis I

Teori sinyal menyatakan bahwa pihak eksekutif perusahaan memiliki

informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan terdorong untuk

menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor agar harga

saham perusahaannya meningkat. Teori ini menyatakan bahwa stock

split memberikan informasi kepada investor tentang peningkatan

return masa depan yang substansial Ross (1977).

2. Premis II

Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi

pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya

dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Reaksi ini dapat diukur

dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau

dengan menggunakan abnormal return (Jogiyanto : 2008).

3. Premis III

Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan

meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut Trading range

Theory harga saham yang dinilai terlalu tinggi akan menyebabkan

berkurangnya aktivitas saham untuk diperdagangkan (Marwata :

2001).

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

43

Usaha memperjelas pengaruh antara variabel - variabel yang

diturunkan dari permasalahan dan tujuan penelitian secara lebih spesifik,

maka pada bagian ini akan digambarkan kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir

Abnormal Return, Trading Volume Activity

sebelum Stock Split

Uji Beda (Paired Sample t test)

Abnormal Return, Trading Volume Activity

sesudah Stock Split

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

dan landasan teori yang digunakan, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

a. Bahwa ada perbedaan secara signifikan Abnormal Return perusahaan

sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham (stock split).

b. Bahwa ada perbedaan secara signifikan aktivitas volume perdagangan

saham (Trading Volume Actyvity/ TVA) perusahaan sebelum dan

sesudah peristiwa pemecahan saham (stock split).

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi tentang

pernyataan pengoperasian atas penelitian termasuk penetapan cara dan

satuan pengukuran variabel. Berikut akan diuraikan definisi operasional

serta pengukuran masing-masing.

Stock split (Pemecahan saham)

Stock split berarti memecah selembar saham menjadi n lembar

saham. Stock split mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham

tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. Harga per

lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar faktor

pemecahannya (split factor). Informasi stock split berkaitan dengan

pembentukan harga saham dalam mengambil keputusan untuk menjual

atau membeli saham. Informasi ini dapat diperoleh oleh investor baik

dari informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (privat).

Stock split pada umumnya dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan agar

perdagangan saham menjadi lebih likuid, karena jumlah saham yang

beredar menjadi lebih banyak dan harganya lebih rendah atau lebih

murah.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

45

1. Abnormal return (AbR) (µ1.j)

Abnormal return merupakan kelebihan atau selisih total return

(return sesungguhnya) dengan expected return (return yang

diharapkan oleh investor). Perhitungan Abnormal return dengan

(Diukur dengan satuan persen skala rasio) :

ARit = Rit – E (Rit) (Jogiyanto, 2008 : 550)

ARit = Abnormal Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa

ke-t

Rit = Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i

pada periode peristiwa ke-t

E (Rit) = Return Ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa

ke-t

a. Return sesungguhnya (Rit) adalah return keseluruhan dari

suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total

sering disebut dengan return saja, Total return skala

pengukurannya dinyatakan dalam skala rasio dengan satuan

rupiah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(Pit - Pi,t - 1) Rit =

Pi,t-1 (Jogiyanto, 2008 : 550)

Dimana :

Rit = Total Return untuk sekuritas ke-i pada peristiwa ke-t

Pit = Harga Saham untuk sekuritas ke-i pada peristiwa ke-t

Pi,t-1 = Harga Saham untuk sekuritas ke-i pada peristiwa ke- t-1

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

46

b. Return ekspektasi (E(Rit)) merupakan return yang harus

diestimasi, untuk menghitungnya menggunakan market model.

Perhitungan return ekpektasi dengan model pasar (market

model) ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk

model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama

periode estimasi dan (2) menggunakan model ekspektasi ini

untuk mengestimasi return ekpektasi di periode jendela. Model

ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS

(Ordinary Least Square) dengan persamaan :

E(Ri,t) = αi + βi . RMt + εi,t (Jogiyanto, 2008 : 555)

Dimana :

E(Rit) = Return yang diharapkan dari sekuritas ke-i pada

periode ke-t

αi = Intercept pada sekuritas ke-i

βi = Koefisien slope yang merupakan beta dari

sekuritas ke-i

RMt = Return indeks pasar pada periode estimasi ke-t

yang dapat dihitung dengan rumus RMt = (IHSGt

– IHSGt-1) / IHSGt-1 dengan IHSG adalah Indeks

Harga Saham Gabungan

εi,t = Kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode

estimasi ke-t

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

47

c. Menghitung rata-rata Abnormal return dengan menggunakan

rumus :

∑Arit AARt =

N Dimana :

AARt = Rata-rata abnormal return pada waktu t

Arit = abnormal return sekuritas i pada waktu t

N = Banyaknya sampel yang diamati

d. Membuat perbandingan secara statistik rata-rata abnormal return

sebelum tanggal pengumuman dan rata-rata abnormal return

setelah tanggal pengumuman dengan rata-rata abnormal return

pada hari ke-0 untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang

signifikan diantara dua periode tersebut dibandingkan dengan

hari ke-0.

2. Volume perdagangan (µ2.j)

Volume perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham yang

ditransaksikan oleh para investor di perdagangan saham. Likuiditas

saham diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). Trading

Volume Activity (TVA) merupakan instrumen yang dapat digunakan

unuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui

parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar.

Perbandingan saham yang ditransaksikan pada periode event

windows dengan saham yang beredar pada event window. Diukur

dengan skala rasio dengan satuan persen.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

48

ΣSaham i ditransaksikan waktu t TVA =

ΣSaham i beredar waktu t

a. Setelah TVA masing-masing saham diketahui, selanjutnya

dihitung rata-rata TVA untuk periode di seputar tanggal

pengumuman :

n ∑ TVAi

i=1

X TVA =

N Dimana :

X TVA = Rata-rata TVA

b. Membuat perbandingan secara statistik rata-rata TVA sebelum

tanggal pengumuman dan rata-rata TVA sesudah tanggal

pengumuman dengan rata-rata hari ke-0 untuk melihat apakah

terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik TVA

diantara kedua periode tersebut dibandingkan dengan hari ke-0.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah himpunan yang mencakup semua elemen dengan

sifat atau ciri-ciri tertentu yang dipelajari (Hakim, 2001 : 9). Populasi dalam

penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang go publik dan terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI), dan yang telah melakukan stock split selama

periode waktu Januari 2005 sampai dengan Desember 2008 yang berjumlah

33 perusahaan. Berikut nama-nama perusahaan yang melakukan stock split

dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008:

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

49

Tabel 3.1 : Perusahaan yang Melakukan Stock Split Tahun 2005 - 2008

No. Nama Perusahaan Tanggal Pemecahan Saham

1. PT. Smart Tbk 20 Juni 2005 2. PT. Ciputra Surya Tbk 25 Juli 2005 3. PT. Tigaraksa Satria Tbk 30 Agustus 2005 4. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 1 September 2005 5. PT. Prima Alloy Steel Tbk 20 September 2005 6. PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk 15 Desember 2005 7. PT. Intraco Penta Tbk 16 Januari 2006 8. PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk 10 Juli 2006 9. PT. Lippo Karawaci Tbk 28 Juli 2006

10. PT. Jaya Real Property Tbk 14 Agustus 2006 11. PT. Tempo Scan Pasific Tbk 14 September 2006 12. PT. Buana Finance Tbk 2 Oktober 2006 13. PT. Ekadharma Internasional Tbk 19 Oktober 2006 14. PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk 24 Oktober 2006

15. PT. Plaza Surabaya Realty Tbk 26 Desember 2006 16. PT. Davomas Abadi Tbk 28 Mei 2007 17. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk 12 Juli 2007

18. PT. AKR Corporindo Tbk 27 Juli 2007 19. PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 22 Agusutus 2007 20. PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk 11 September 2007 21. PT. HD Capital Tbk 13 September 2007 22. PT. Pakuwon Jati Tbk 19 September 2007 23. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 1 Nopember 2007 24. PT. Jaya Pari Steel Tbk 12 Desember 2007 25. PT. Lippo Karawaci Tbk 26 Desember 2007 26. PT. Panin Sekuritas Tbk 21 Januari 2008 27. PT. Bank Central Asia Tbk 28 Januari 2008 28. PT. Panorama Sentrawisata Tbk 11 Februari 2008 29. PT. Suryainti Permata Tbk 12 Maret 2008 30. PT. Delta Dunia Petroindo Tbk 15 April 2008 31. PT. Mitra Rajasa Tbk 30 Mei 2008 32. PT. Berlina Tbk 4 Agustus 2008 33. PT. Island Concept Indonesia Tbk 10 Desember 2008

Sumber : www.idx.co.id (data ini diunduh tanggal 12 Maret 2010)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik atau

ciri- ciri yang sama dengan populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini, diambil secara (non probability) dengan menggunakan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

50

purposive sampling, adalah suatu teknik penarikan sampel non probabilitas

yang menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus

yang dimiliki oleh sampel (Sumarsono, 2004 : 52).

Adapun ciri- ciri atau sifat khusus yang menjadi pertimbangan dalam

pengambilan sampel ini yaitu :

- Saham-saham yang terdaftar di Bursa Efek

- Saham tersebut termasuk dalam saham yang paling aktif

diperdagangkan pada saat mengumumkan kebijakan pemecahan saham

(stock split) pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008

- Saham tersebut tidak mengeluarkan kebijakan lain seperti stock

deviden, saham bonus atau pengumuman perusahaan lainnya

Berdasarkan beberapa kriteria diatas, maka terdapat 4 perusahaan

yang memenuhi kriteria tersebut dan akan menjadi sampel dalam penelitian

ini.

Tabel 3.2 : Perusahaan yang Aktif Melakukan Stock Split Tahun 2005 -

2008

No. Nama Perusahaan Tanggal Pemecahan Saham

1. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk 12 Juli 2007

2. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 01 November 2007

3. PT. Jaya Pari Steel Tbk 12 Desember 2007

4. PT. Mitra Rajasa Tbk 30 Mei 2008

Sumber : www.idx.co.id (data ini diunduh tanggal 14 April 2010)

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

51

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data sekunder

yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dan

sumber yang telah ada. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

dokumen yang berupa transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dan daftar saham tercatat di BEI pada tahun 2005-2008.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh guna terlaksananya penelitian ini

diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui internet Bursa Efek

Indonesia (www.idx.co.id) dan dari Data Ruang Baca FE UPN “Veteran”

Jatim.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan uji beda (Paired

sampel test) pada variabel Abnormal return dan variabel Trading Volume

Activity (TVA), dengan metode ini akan diketahui apakah terdapat

perbedaan yang signifikan variabel yang diteliti selama 5 hari sebelum

pemecahan saham dan 5 hari sesudah pemecahan saham.

Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi

dua periode, yaitu periode estimasi ( estimation period ) selama 100 hari,

yaitu dari hari -100 sampai dengan hari -1 dan periode peristiwa ( event

period ) selama 10 hari, periode peristiwa ini terdiri dari dua bagian, yaitu 5

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

52

hari sebelum pengumuman ( event day ), dan 5 hari setelah pengumuman

(event day). Penggunaan periode estimasi dimaksudkan untuk mendapatkan

expected return dari hasil regresi selama setahun dimana hari Sabtu dan

Minggu atau libur tidak diperhitungkan karena pasar tidak aktif.

Periode peristiwa dipilih 10 hari karena peristiwa yang diteliti dapat

ditentukan dan mudah nilai ekonomisnya oleh para investor sehingga

investor dapat bereaksi dengan cepat, oleh sebab itu periode tidak perlu

panjang dan pergerakan harga saham yang terjadi diharapkan hanya

dipengaruhi oleh event yang diamati saja. Penulis berasumsi kondisi 10 hari

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kurniawati (2003).

3.4.2. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis pertama ”ada perbedaan abnormal return

sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham” digunakan uji beda

(Paired samplet test). Prosedur pengujiannya dilakukan sebagai berikut :

a. Hipotesis :

Ho : µ1.1 = µ1.2 , artinya tidak ada perbedaan Abnormal Return

sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham.

Ha : µ1.1 ≠ µ1.2 , artinya ada perbedaan Abnormal Return sebelum dan

sesudah peristiwa pemecahan saham.

b. Tingkat signifikansi yang digunakan 5% atau α = 0,05

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

53

c. Rumus yang digunakan :

ARt t1 =S/√ n

Dimana :

ARt = Rata-rata Abnormal return

S = Standar deviasi Abnormal return

n = Banyaknya perusahaan

(Djarwanto, 1996 : 135)

d. Kriteria pengujian :

- Jika nilai signifikan yang didapat lebih besar dari 5% maka Ho

diterima dan Ha ditolak, menunjukkan bahwa perbedaan tidak

signifikan.

- Jika nilai signifikan lebih kecil dari 5% maka Ha diterima dan Ho

ditolak, menunjukkan bahwa perbedaan signifikan.

Untuk menguji hipotesis kedua ” ada perbedaan Trading Volume

Activity (TVA) saham sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham”

digunakan uji beda (Paired sampel test). Prosedur pengujiannya dilakukan

sebagai berikut :

a. Hipotesis :

Ho : µ2.1 = µ2.2 , artinya tidak ada perbedaan Trading Volume Activity

(TVA) sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan

saham.

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

54

ahan

digunakan 5% atau α = 0,05

c. Rumus yang digunakan :

TVA t1 =

S/√ n

Ha : µ2.1 ≠ µ2.2 , artinya ada perbedaan Trading Volume Activity

(TVA) sebelum dan sesudah peristiwa pemec

saham.

b. Tingkat signifikansi yang

Dimana :

TVA = Rata-rata Trading Volume Activity (TVA)

al return

perusahaan

35)

n Ha ditolak, menunjukkan bahwa perbedaan tidak

ima dan

Ho ditolak, menunjukkan bahwa perbedaan signifikan.

S = Standar deviasi Abnorm

n = Banyaknya

(Djarwanto, 1996 : 1

d. Kriteria pengujian :

a. Jika nilai signifikan yang didapat lebih besar dari 5% maka Ho

diterima da

signifikan.

b. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 5% maka Ha diter

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Dekripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk

Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Aneka Tambang Tbk

(“Perusahaan”) didirikan sebagai “Perusahaan Negara (PN) Aneka

Tambang” di Republik Indonesia pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1968.

Menurut Pasal 3 Perusahaan AA, ruang lingkup perusahaan

meliputi pertambangan, deposito alam, industri, perdagangan,

pengangkutan dan yang lain yang terkait pelayanan.

Kantor pusat perusahaan berlokasi di Gedung Aneka Tambang, Jl.

Letjen T.B. Simatumpang No.1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta,

Indonesia.

Perusahaan melakukan konsolidasi pada Anak Perusahaan karena

mempunyai kepemilikan mayoritas atau hak untuk mengendalikan hak

operasi mereka. Asia Pasific Nickel Pty. Ltd., PT. Antam Resourcindo,

PT. Mega Citra Utama, PT. Indonesia Chemical Alumina, PT. Borneo Edo

International, PT. Antam Jindal Stainless Indonesia, PT. Indonesia Coal

Resources, PT. Cibaliung Sumberdaya, dan kepemilikan tidak langsung

pada APN PT. Gag Nikel Indonesia.

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

56

4.1.2. Sejarah Singkat PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk

PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (“Perusahaan”) didirikan

berdasarkan Akta Notaris No.6 tanggal 07 Januari 1972 oleh Drs. Gde

Ngurah Rai, S.H.

Ruang lingkup perusahaan meliputi, pembuatan dan penjualan

pakan ternak, peralatan unggas, daging ayam olahan dan investasi pada

perusahaan lain.

Kantor Pusat Perusahaan terletak di Jl. Ancol VIII / 1, Jakarta

14430 dan memiliki kantor cabang di Tangerang (Banten), Serang

(Banten), Sidoarjo (Jawa Timur), Surabaya (Jawa Timur), Deli Serdang

(Sumatera Utara), Semarang (Jawa Tengah), Salatiga (Jawa Tengah),

Bandar Lampung (Lampung), Makassar (Sulawesi Selatan), Denpasar

(Bali).

Perusahaan memiliki kepemilikan langsung dan kepemilikan tidak

langsung pada anak perusahaan : PT. Charoen Pokphand Jaya Farm, PT.

Primafood International, PT. Vista Grain, PT. Poly Packaging Industry,

PT. Feprotama Pertiwi, PT. Agrico International, PT. Centralavian Pertiwi,

PT. Satwa Utama Raya, PT .Vista Agung Kencana, PT. Istana Satwa

Borneo dan PT. Cipta Khatulistiwa Mandiri.

4.1.3. Sejarah Singkat PT. Jaya Pari Steel Tbk

PT. Jaya Pari Steel Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 18

Juli 1973.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

57

Perusahaan bergerak dalam bidang pembuatan dan penjualan

produk besi dan baja. Hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam

negeri, termasuk DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Kalimantan Timur, Sumatera Utara, dan Bali.

Kantor pusat perusahaan terletak di Jl. Margomulyo No.4 Tandes,

Surabaya 60186.

4.1.4. Sejarah Singkat PT. Mitra Rajasa Tbk

PT. Mitra Rajasa Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 24

Oktober 1979. PT. Mitra Rajasa Tbk menyediakan jasa angkutan truk.

Perusahaan mengangkut barang komersial seperti semen, kertas, kaca,

pasir, dan steelballs.

PT Mitra International Resources Tbk, sebelumnya PT Mitra

Rajasa Tbk, adalah perusahaan berbasis transportasi Indonesia. Perusahaan

bergerak dalam bidang penyediaan jasa angkutan penumpang non-tanah.

anak perusahaan termasuk PT Rama Dinamika Raya, yang merupakan

perusahaan transportasi; Sabre Systems International Pte. Ltd, yang

bergerak dalam produksi minyak dan gas, dan PT Pulau Kencana Raya,

yang menyediakan dukungan layanan lepas pantai untuk energi, sektor

minyak dan gas. Perusahaan ini didukung oleh kantor-kantor operasional

di Bogor dan Surabaya, Indonesia.

Kantor pusat perusahaan terletak di Jl. Ampera Raya No. 20

Cilandak, Jakarta 12560.

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

58

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, diperoleh data abnormal

return, volume transaksi dan volume saham beredar dari masing-masing

perusahaan mulai 5 hari sebelum diumumkannya pemecahan saham sampai

dengan 5 hari setelah diumumkannya pemecahan saham. Penentuan periode

peristiwa 5 hari sebelum pemecahan dan 5 hari sesudah pemecahan saham

karena peristiwa yang diteliti dapat ditentukan dan mudah nilai ekonomisnya

oleh para investor sehingga investor dapat bereaksi dengan cepat, oleh sebab

itu periode tidak perlu panjang dan pergerakan harga saham yang terjadi

diharapkan hanya dipengaruhi oleh event yang diamati saja. Penulis berasumsi

kondisi 10 hari mengacu atau berdasarkan pada penelitian yang telah

dilakukan oleh Kurniawati (2003). Berikut data-data Abnormal Return,

volume transaksi, volume saham beredar, dan volume perdagangan saham

(TVA) :

Tabel 4.1. Data Abnormal Return dari Masing-Masing Perusahaan pada 5

Hari Sebelum Pengumuman Pemecahan Saham

Abnormal Return (dalam %)

Hari Sebelum Pengumuman Stock Split No. Nama Perusahaan

-5 -4 -3 -2 -1

1 PT. Aneka Tambang Tbk 0.0113 0.0028 0.0199 0.0049 -0.0039

2 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0.0284 0.0107 0.0164 -0.0017 -0.0073

3 PT. Jaya Pari Steel Tbk 0.0055 0.0099 -0.0059 0.0041 0.0074

4 PT. Mitra Rajasa Tbk -0.0152 -0.0187 -0.0094 0.0153 0.0054Sumber : Lampiran 1

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

59

Tabel 4.2. Data Abnormal Return dari Masing-Masing Perusahaan pada 5

Hari Sesudah Pengumuman Pemecahan Saham

Abnormal Return (dalam %)

Hari Sesudah Pengumuman Stock Split No. Nama Perusahaan

1 2 3 4 5

1 PT. Aneka Tambang Tbk 0.0073 -0.0067 0.0066 -0.0029 0.017

2 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0.0022 -0.0214 0.0111 0.012 -0.0132

3 PT. Jaya Pari Steel Tbk -0.0143 -0.0057 -0.0274 -0.007 0.0044

4 PT. Mitra Rajasa Tbk -0.0068 -0.0099 -0.0172 0.0157 0.0011Sumber : Lampiran 1

Tabel 4.3. Data Volume Transaksi dari Masing-Masing Perusahaan pada 5

Hari Sebelum Pengumuman Pemecahan Saham

Volume Transaksi Saham (Lembar)

Hari Sebelum Pengumuman Stock Split No. Nama Perusahaan

-5 -4 -3 -2 -1

1 PT. Aneka Tambang Tbk 15,189,000 27,898,500 35,677,500 14,748,500 22,599,500

2 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 23,423,500 21,569,500 23,028,000 34,592,500 32,555,000

3 PT. Jaya Pari Steel Tbk 43,000 419,000 555,500 808,000 794,500

4 PT. Mitra Rajasa Tbk 59,121,000 227,456,500 87,232,000 87,345,500 100,886,000

Sumber : Lampiran 2

Tabel 4.4. Data Volume Transaksi dari Masing-Masing Perusahaan pada 5

Hari Sesudah Pengumuman Pemecahan Saham

Volume Transaksi Saham (Lembar)

Hari Sesudah Pengumuman Stock Split No. Nama Perusahaan

1 2 3 4 5

1 PT. Aneka Tambang Tbk 27,336,500 8,288,500 15,128,000 20,367,500 39,736,000

2 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk 77,873,500 54,241,000 48,286,500 57,628,000 50,236,000

3 PT. Jaya Pari Steel Tbk 5,196,500 4,276,500 922,500 2,135,500 1,266,500

4 PT. Mitra Rajasa Tbk 82,252,000 74,229,000 72,936,500 181,625,000 49,951,000

Sumber : Lampiran 2

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

60

Tabel 4.5. Data Volume Saham yang Beredar dari Masing-Masing

Perusahaan pada 5 Hari Sebelum Pengumuman Pemecahan Saham

Volume Saham Beredar (Lembar)

Hari Sebelum Pengumuman Stock Split No. Kode

Perusahaan

-5 -4 -3 -2 -1

1 ANTM 192,610,350,000 370,463,325,000 496,649,625,000 197,359,550,00 295,531,400,000

2 CPIN 31,544,760,000 29,524,445,000 32,168,515,000 48,746,730,000 47,029,850,000

3 JPRS 81,290,000 812,660,000 1,100,100,000 1,668,337,500 1,566,737,500

4 MIRA 95,324,245,000 399,695,280,000 156,097,495,000 155,527,610,000 176,763,320,000

Sumber : Lampiran 3

Tabel 4.6. Data Volume Saham yang Beredar dari Masing-Masing

Perusahaan pada 5 Hari Sesudah Pengumuman Pemecahan Saham

Volume Saham Beredar (Lembar)

Hari Sesudah Pengumuman Stock Split No. Kode

Perusahaan

1 2 3 4 5

1 ANTM 72,948,962,500 21,818,425,000 39,383,625,000 52,492,462,500 104,866,462,500

2 CPIN 54,695,415,000 38,576,930,000 35,692,155,000 43,690,600,000 36,719,540,000

3 JPRS 2,139,627,500 1,736,055,000 359,340,000 832,652,500 476,765,000

4 MIRA 67,237,410,000 60,075,375,000 54,583,415,000 132,290,130,000 35,462,070,000

Sumber : Lampiran 3

4.3. Pengolahan Data

4.3.1. Data Volume Perdagangan Saham

Data yang digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas

volume perdagangan saham (Trading Volume Activity / TVA) antara

sebelum dan sesudah perisitiwa pemecahan saham (stock split) adalah data

volume perdagangan dalam selang waktu 5 hari sebelum dan sesudah

adanya pengumuman pemecahan saham, dimana untuk mengukur

perubahan aktivitas volume perdagangan tersebut digunakan TVA

(Trading Volume Activity) yang dihitung dalam prosentase dengan

persamaan sebagai berikut :

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

61

Berdasarkan persamaan tersebut diatas, maka dapat dilihat hasil

perhiungan data TVA masing-masing perusahaan sampel penelitian pada

Tabel berikut ini diperlihatkan data TVA hasil perhitungan masing-masing

perusahaan sample penelitian pada 5 hari sebelum sampai dengan 5 hari

setelah adanya pengumuman pemecahan saham, yang dihitung

berdasarkan data volume transaksi saham serta data volume saham yang

beredar seperti yang telah diperlihat nya.

asing-Masing Perusahaan pada 5 Hari Sebelum

Sumber : L

Tabel 4.8. TVA Data Masing-Masing Perusahaan pada 5 Hari Sesudah

ecahan

%

∑Saham perusahaani yang diperdagangkan pada waktut TVAi,t = ∑Saham perusahaani yang beredar pada waktut

X 100%

kan pada tabel-tabel sebelum

Tabel 4.7. TVA Data M

TVA (dalam %)

Hari Sebelum Pengumuman Stock Split No. Nama Perusahaan

-5 -4 -3 -2 -1

1 PT. Aneka Tambang Tbk 0.00789 0.00753 0.00718 0.00747 0.00765

2 PT. Charoen Pokphand Indonesia 0.07425 0.07306 0.07159 0.07096 0.06922

3 PT. Jaya Pari Steel Tbk 0.0529 0.05156 0.0505 0.04843 0.05071

4 PT. Mitra Rajasa Tbk 0.06202 0.00057 0.05588 0.05616 0.05707

Pengumuman Pemecahan Saham

ampiran 4 C

Pengumuman Pem Saham

TVA (dalam )

Hari P a Sesudah engumum n Stock Split N o. Nama Perusahaan

1 2 3 4 5

1 PT. Aneka Tambang Tbk 0.03747 0.03799 0.03841 0.03880 0.03789

2 P nesia 0.14238 0.14060 0.13529 0.13190 0.13681T. Charoen Pokphand Indo

3 PT. Jaya Pari Steel Tbk 0.00243 0.00246 0.00257 0.00256 0.00266

4 PT. Mitra Rajasa Tbk 0.00122 0.00124 0.00134 0.00137 0.00141 Sumber : Lampiran 5 C

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

62

4.4. Analisis

sesudah adanya peristiwa pengumuman

pemecah

nalisis dengan nilai signifikansi yang sudah ditetapkan sebesar 5% atau

4.4.1. Analis

emberikan hasil

ah ini.

Tabel 4.9 Paired Sample Test

Sumbe

P Sam

Pa nces

dan Pengujian Hipotesis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

dengan metode uji beda (Paired Sample test) untuk menguji apakah terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap abnormal return dan Trading Volume

Activity (TVA) sebelum dan

an saham (stock split).

Sedangkan dalam pengujian hipotesis, langkah yang dilakukan

adalah dengan membandingkan nilai signifikansi thitung yang diperoleh dari

hasil a

0,05.

is Paired Sample Test pada Data Abnormal Return

Hasil perhitungan dan analisis uji beda dua rata-rata berpasangan

(paired sample test) abnormal return dalam selang waktu 5 hari antara

sebelum dengan 5 hari sesudah pemecahan saham m

seperti yang ditampilkan dalam Tabel 4.9. dibaw

Abnormal Return

aired

ired Differe

ples Test

Mean Std. Std. Error

df Sig. (2-tailDeviation Mean t ed)

r : Lampiran 6 B

Berdasarkan tabel diatas telah dilakukan mengenai abnormal

return antara sebelum dan sesudah adanya pemecahan saham dilihat

bahwa hasil perhitungan antara sebelum dengan sesudah adanya peristiwa

PSesudah 0.033

air 1 Sebelum -0.00675 0.0131676 0.0029444 2.293 19

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

63

pemecahan saham diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi yang diperoleh

adalah sebesar 2,293 dengan tingkat signifikansi 0,033, dimana nilai

tersebut kurang dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan sebesar 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan abnormal return

dalam selang waktu 5 hari antara sebelum dan sesudah perisitiwa

n yang diteliti

4.4.2. Analis

rikan hasil t hitung seperti

rikut ini.

ple T

Pai ample

Pai nces

pemecahan saham (stock split) pada 4 perusahaa

is Paired Sample Test pada Data TVA

Hasil perhitungan dan analisis uji beda rata-rata berpasangan

(paired sample test) TVA dalam selang waktu 5 hari antara sebelum

dengan 5 hari sesudah pemecahan saham membe

yang ditampilkan dalam Tabel 4.10. be

Tabel 4.10. Paired Sam est TVA

red S

red Differe

s Test

Mean Std. Std. Error

dSig. (2-taDeviation Mean t f iled)

Pair 1 Sebelum -Sesudah -0.00071 0.05162977 0.01154477 -0.061 19 0.952Sumber : Lampiran 7 B

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa tidak terdapat

perbedaan aktivitas volume perdagangan saham (Trading Volume Activity/

TVA) dalam selang waktu 5 hari sebelum dengan sesudah adanya

peristiwa pemecahan saham. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung yang

diperoleh sebesar -0,061 dengan tingkat signifikansi 0,952, dimana nilai

tesebut lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan TVA dalam

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

64

selang waktu 5 hari antara sebelum dan sesudah perisitiwa pemecahan

4.5

signifikansi 0,033, dimana nilai tersebut kurang dari nilai

sign

ikan pada saat

per

ak semata-mata karena

saham (stock split) pada 4 perusahaan yang diteliti.

. Analisis Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diatas maka

diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan abnormal return dalam selang

waktu 5 hari antara sebelum dan sesudah perisitiwa pemecahan saham (stock

split) pada 4 perusahaan yang diteliti. Hal ini dapat dilihat dari hasil

perhitungan uji beda dua rata-rata berpasangan (paired sample test) abnormal

return antara sebelum dengan sesudah adanya peristiwa pemecahan saham

diperoleh hasil bahwa nilai t hitung yang diperoleh adalah sebesar 2,293

dengan tingkat

ifikans yang telah ditetapkan sebesar 0,05. Sehingga hipotesis 1 teruji

kebenarannya.

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (JRAI,

2003) yang menyatakan bahwa : abnormal return signif

istiwa pemecahan saham. Hal ini karena informasi tersebut direspon oleh

publik yang ditunjukkan dengan reaksi pasar yang signifikan.

Sesuai dengan Teori Sinyal menurut Copeland (1979) dalam Dewi (2007 :

6) yang menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif. Teori

ini menyatakan bahwa stock split memberikan informasi kepada investor

tentang peningkatan return masa depan yang substantial. Pasar bereaksi positif

terhadap pengumuman stock split, reaksi ini tid

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

65

info

apat diketahui dari nilai t hitung yang diperoleh sebesar -0,061

den

udah peristiwa

pem

rmasi stock split yang tidak mempunyai nilai ekonomis tetapi karena

mengetahui prospek masa depan yang bersangkutan.

Hasil analisis aktivitas volume perdagangan saham (Trading Volume

Activity/ TVA) maka diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan aktivitas

volume perdagangan saham (Trading Volume Activity/ TVA) antara sebelum

pemecahan saham dengan setelah pemecahan saham, karena dari pengujian 4

perusahaan yang diteliti tidak memberikan bukti signifikan tentang adanya

perbedaan aktivitas volume perdagangan saham (Trading Volume Activity/

TVA). Hal ini d

gan tingkat signifikansi 0,952, dimana nilai tesebut lebih besar dari nilai

signifikansi yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Sehingga hipotesis 2 tidak teruji

kebenarannya.

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (JRAI,

2003) yang menyatakan bahwa : tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara volume perdagangan saham pada sebelum dan ses

ecahan saham, dimana hal tersebut disebabkan adanya sinyal positif yang

ditimbulkan oleh pemecahan saham yang menyebabkan para calon lebih

tertarik untuk membeli saham (aksi jual dan beli secara tepat).

Secara teoritis adanya pemecahan saham akan memberikan pengaruh

penilaian investor dalam pengambilan keputusan investasi, yang akan

mengakibatkan adanya perbedaan dalam aktivitas perdagangan saham

sebelum dan sesudah pengumuman. Namun demikian dalam penelitian ini

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

66

hasil tersebut tidak terbukti. Seperti telah dikemukakan diatas bahwa dalam

penelitian ini tidak terdapat perbedaan TVA antara sebelum dengan sesudah

ada

n oleh perusahaan sehingga tidak mengubah

tidak

ada

4.6

5 hari

seb

nya pemecahan saham yang berarti dapat diartikan bahwa pemecahan

saham ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap volume perdagangan

saham perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia.

Hal ini kemungkinan terjadi karena bahwa investor pada Bursa Efek

Indonesia telah lebih dahulu mengantisipasi adanya kemungkinan pemecahan

saham yang akan dilakuka

penilaian investor dalam keputusan investasinya, yang mengakibatkan

perubahan volume saham yang diperdagangkan antara sebelum ataupun

sesudah pemecahan saham.

.Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatima Wardani (2010) mengenai

“Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Tingkat Likuiditas Saham

Perusahaan di BEI atas Pemecahan Saham”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah ada perbedaan secara signifikan abnormal return dan

volume perdagangan saham perusahaan sebelum dan sesudah peristiwa

pemecahan saham (stock split). Penelitian ini menyatakan bahwa abnormal

return yang memiliki perbedaan yang signifikan pada selang waktu

elum dengan sesudah pemecahan saham, sedangkan volume perdagangan

saham (Trading Volume Activity) tidak terdapat perbedaan yang signifikan

pada selang waktu 5 hari sebelum dengan sesudah pemecahan saham.

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

67

Penelitian yang dilakukan oleh Yunia Ekasari (2004) mengenai “Analisis

Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham pada Perusahaan LQ-

45 di Bursa Efek Jakarta : Studi Empiris Terhadap Abnormal Return, Resiko

Sistematis (beta) dan Trading Volume Activity”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah ada perbedaan abnormal return, resiko sistematis (beta)

dan aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity/ TVA) saham

dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan

hasil analisis menunjukkan bahwa abnormal return tidak terjadi perbedaan

yang signifikan pada saat peristiwa pemecahan saham, hal ini karena

informasi tersebut direspon negatif oleh publik karena investor sudah

mengetahui dahulu berita mengenai pengumuman stock split. Terdapat

perbedaan volume perdagangan saham tetapi tidak signifikan pada saat

sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham, hal tersebut disebabkan

adanya sinyal positif yang ditimbulkan oleh pemecahan saham yang

menyebabkan investor lebih tertarik untuk membeli saham tersebut (aksi jual

beli secara cepat).

Penelitian yang dilakukan oleh Lany Wulansari (2004) dengan judul

”Analisis Perbedaan Return Saham dan Likuiditas Saham Sebelum dan

Sesudah Stock Split pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan return

saham dan likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan

go public di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan

bahwa terdapat perbedan return saham yang signifikan pada saat sebelum dan

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

68

sesudah stock split. Return saham mengalami penurunan sesusah stock split,

hal ini dikarenakan harga saham lebih rendah sehingga banyak investor

am tersebut. Terdapat perbedaan likuiditas saham

yan

4.7

tesis penelitian ini perlu diuji kembali pada

pen

memberikan

jawaban yang riil dan pasti penyebab ada atau tidaknya perbedaan. Untuk

tertarik untuk membeli sah

g signifikan pada saat sebelum dan sesudah stock split, hal ini dikarenakan

harga saham turun sehingga banyak investor tertarik untuk membeli saham

tersebut.

.Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak luput dari keterbatasan, dimana penelitian ini hanya

mencakup 4 periode (tahun) laporan keuangan dengan 4 sampel perusahaan

yang melakukan pemecahan saham pada periode tahun 2005-2008. jumlah

sampel yang relatef kecil tersebut disebabkan oleh terlalu sedikitnya jumlah

perusahaan yang melakukan pemecahan saham pada periode tersebut. Dengan

keterbatasan tersebut maka hipo

elitian selanjutnya untuk melihat apakah terdapat perbedaan reaksi investor

pada saat adanya peristiwa pemecahan saham pada tahun-tahun lainnya serta

apakah penelitian akan memberikan hasil yang berbeda jika meneliti pada

jenis perusahaan yang berbeda.

Karena penelitian ini bersifat kuantitatif maka penelitian ini hanya dapat

memberikan suatu pembuktian atas hipotesis mengenai ada atau tidaknya

perbedaan abnormal return dan aktivitas volume perdaganan saham (TVA)

yang diakibatkan oleh adanya peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek

Indonesia dengan kemungkinan penyebabnya, tanpa dapat

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

69

dapat memberikan jawaban yang lebih pasti mengenai penyebab tersebut,

maka perlu pengembangan penelitian dengan metode yang berbeda misalnya

dengan metode kualitatif dan penelitian yang bersifat eksploratif.

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan peneliti untuk menguji dan

menganalisis perbedaan secara signifikan abnormal return dan volume

perdagangan saham sebelum dan sesudah pemecahan saham. Maka dapat

disimpulkan dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa terdapat perbedaan yang signifikan Abnormal return antara

sebelum pemecahan saham dengan sesudah peristiwa pengumuman

pemecahan saham (stock spit) pada 4 perusahaan yang diteliti. Sehingga

hipotesis 1 teruji kebenarannya.

2. Bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan aktivitas volume

perdagangan saham (Trading Volume Activity/ TVA) antara sebelum

pemecahan saham dengan sesudah peristiwa pengumuman pemecahan

saham (stock spit) pada 4 perusahaan yang diteliti. Sehingga hipotesis 2

tidak teruji kebenarannya.

5.2. Saran

Berdasarkan manfaat yang telah dikemukakan bagi praktisi, akademisi dan

peneliti supaya hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi

dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi dan ilmu pengetahuan

tentang pasar modal dan investasi sehingga peneliti dapat mengembangkan

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulueprints.upnjatim.ac.id/822/2/file2.pdfsistematis (beta) saham dari suatu peristiwa pemecahan saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian

70

dan menerapkan teori-teori yang diperoleh. Maka dapat disimpulkan dari hasil

analisis dan kesimpulan diatas, dapat diajukan saran penelitian sebagai

berikut:

1. Bagi praktisi yang akan melakukan transaksi hendaknya harus mampu

mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan adanya pemecahan saham

berakibat pada perubahan harga saham di pasar, yang pada akhirnya akan

mempengaruhi abnormal return dan TVA (Trading Volume Activity).

2. Bagi akademisi yang akan datang, hendaknya dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan tentang pasar modal dan investasi sehingga ilmu tersebut

menjadi lebih luas dan lebih bermanfaat.

3. Bagi peneliti yang akan datang, hendaknya memperpanjang periode

pengamatan sehingga dapat diperoleh perbedaaan yang lebih signifikan

lagi dalam penelitian sebelum dan sesudah peristiwa tertentu terhadap

perubahan return sahan dan perdagangan saham yang menyebabkan

perubahan nilai abnormal return, dan TVA (Trading Volume Activity).