54
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid Lipid adalah senyawa yang terdiri dari karbon dan hydrogen yang mempunyai sifat umum tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut bipolar. Kelompok lipid mencakup lemak, minyak, malam (wax), dan senyawa-senyawa lainnya (Mayes, 2003a). Lemak disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya energy, berfungsi sebagai sumber energy yang utama dalam proses metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi (Guyton dan Hall, 2007). Lipid dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: 1. Lipid sederhana yaitu senyawa ester asam lemak dengan berbagai alcohol, termasuk di dalamnya lemak dan malam (wax) 2. Lipid kompleks yaitu asam lemak yang mengandung gugus lain selain alcohol dan asam lemak. Dapat dikelompokkan lagi menjadi fosfolipid, glikolipid dan lipid kompleks lainnya, lipoprotein termasuk dalam kelompok ini. 3. Prekursor dan derivate lipid, bentuk ini mencakup asam lemak, gliserol, steroid, senyawa alcohol disamping gliserol serta sterol, aldehid lemak, badan keton, hidrokarbon, vitamin larut lemak serta berbagai hormon (Mayes, 2003a).

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Lipid

Lipid adalah senyawa yang terdiri dari karbon dan hydrogen yang mempunyai

sifat umum tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut bipolar. Kelompok lipid

mencakup lemak, minyak, malam (wax), dan senyawa-senyawa lainnya (Mayes,

2003a).

Lemak disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya energy, berfungsi

sebagai sumber energy yang utama dalam proses metabolisme tubuh. Lemak yang

beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil

produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan

energi (Guyton dan Hall, 2007).

Lipid dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Lipid sederhana yaitu senyawa ester asam lemak dengan berbagai alcohol,

termasuk di dalamnya lemak dan malam (wax)

2. Lipid kompleks yaitu asam lemak yang mengandung gugus lain selain alcohol

dan asam lemak. Dapat dikelompokkan lagi menjadi fosfolipid, glikolipid dan

lipid kompleks lainnya, lipoprotein termasuk dalam kelompok ini.

3. Prekursor dan derivate lipid, bentuk ini mencakup asam lemak, gliserol, steroid,

senyawa alcohol disamping gliserol serta sterol, aldehid lemak, badan keton,

hidrokarbon, vitamin larut lemak serta berbagai hormon (Mayes, 2003a).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

13

2.1.1. Metabolisme Lipid

Lipid dari intestinal akan diangkut oleh lipoprotein sebagai kilomikron dan

dari hati sebagai VLDL, untuk kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh

untuk dioksidasi dan ke jaringan adiposa untuk penyimpanan. Kemudian lipid dari

jaringan adiposa akan diangkut sebagai asam lemak bebas yang terikat dengan

albumin serum (Mayes, 2003b).

Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi

asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut,

dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini

dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lemak,

trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju

sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini

dinamakan lipolisis (Guyton dan Hall 2007).

Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang

memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA). Tidak

semua asam lemak bebas berasal melalui lipolisis, dan digunakan sebagai energi.

Asam lemak bebas yang tidak dioksidasi akan mengalami reesterifikasi menjadi

trigleserida didalam jaringan adiposa maupun hepar atau disimpan intramuskular

(Guyton dan Hall 2007).

Asam lemak bebas yang digunakan untuk energi diaktifkan oleh enzim asil-

KoA sintetase (tiokinase), kemudian dibawa ke dalam mitokondria dengan diubah

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

14

oleh CPT (Carnitine Palmitoyl Transferase) I menjadi asilkarnitin, kemudian CPT II

mengubah kembali asilkarnitin menjadi Asil-KoA dengan melepaskan karnitin. Asil-

KoA mengalami oksidasi β menjadi asetil-KoA. Asetil-KoA masuk ke dalam siklus

asam sitrat untuk menghasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah

mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan

selanjutnya dapat disimpan kembali sebagai trigliserida (Guyton dan Hall 2007;

Mayes, 2003d).

Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan

sebagai berikut (Kathleen et al., 2006):

1. Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh

enzim tiokinase.

2. Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin

palmitoil transferase I (CPT I) yang terdapat pada membran eksterna

mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa

tersebut bisa menembus membran interna mitokondria.

3. Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin

translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan

karnitin keluar.

4. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan

KoA (Ko-enzim A) dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoil transferase

II (CPT II) yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil KoA dan

karnitin dibebaskan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

15

5. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam

proses oksidasi β.

Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi β ini selanjutnya akan masuk siklus

asam sitrat. Sebagian dari Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi

kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid.

Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-

badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan

ketogenesis (Guyton dan Hall, 2007).

Gambar 2.1. Ikhtisar Metabolisme Lemak

Kolesterol

Aseto asetat

hidroksi butirat Aseton

Steroid

Steroidogenesis

Kolesterogenesis

Ketogenesis

Diet

Lemak

Karbohidrat

Protein

Asam lemak

Trigliserida

Asetil-KoA

Esterifikasi Lipolisis

Lipogenesis Oksidasi beta

Siklus asam

sitrat

ATP

CO2

H2O

+ ATP

Gliserol

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

16

2.1.1.1 Oksidasi Asam Lemak (Oksidasi β)

Asam lemak bebas dioksidasi di mitokondria untuk memperoleh energi dalam

proses oksidasi β. Pada oksidasi β, asam lemak bebas masuk ke dalam rangkaian

siklus dengan 4 tahapan proses dan pada setiap proses, 2 atom C diangkat dengan

hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam siklus asam

sitrat (Kathleen et al., 2006).

Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut (Kathleen et al., 2006) :

1. Reaksi pertama adalah reaksi pembentukan enoil KoA dengan cara oksidasi.

Enzim asil KoA dehidrogenase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini.

Koenzim yang dibutuhkan dalam reaksi ini adalah FAD yang berperan sebagai

akseptor hidrogen. Dua molekul ATP dibentuk untuk tiap pasang elektron yang

ditransportasikan dari molekul FADH2 melalui sistem transport elektron.

2. Pada reaksi kedua, enzim enoil KoA hidratase merupakan katalis yang

menghasilkan L-hidroksiasil KoA. Reaksi ini ialah reaksi hidrasi terhadap ikatan

rangkap antara C-2 dan C-3.

3. Reaksi ketiga adalah reaksi oksidasi yang mengubah hidroksiasil koenzim A

menjadi ketoasil koenzim A. Enzim L-hidrokdiasil koenzim A dehidrogenase

melibatkan NAD yang direduksi menjadi NADH.

4. Tahap keempat adalah reaksi pemecahan ikatan C-C, sehingga menghasilkan

asetil koenzim A dan asil koenzim A yang mempunyai jumlah atom C dua buah

lebih pendek dari molekul semula.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

17

Asil KoA yang terbentuk pada reaksi tahap 4, mengalami metabolisme lebih

lanjut melalui reaksi tahap 1 hingga tahap 4 dan demikian seterusnya sampai rantai

C pada asam lemak bebas terpecah menjadi molekul-molekul asetil KoA yang

mengandung 2 atom C dan asil-KoA yang telah kehilangan 2 atom C. Demikian

seterusnya hingga hasil yang terakhir adalah 2 asetil-KoA. Asetil-KoA yang

dihasilkan oleh oksidasi β ini kemudian akan masuk siklus asam sitrat (Kathleen et

al., 2006; Guyton dan Hall, 2007).

Sebagian dari asetil-KoA akan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya

asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton atau badan-badan keton,

proses ini dinamakan ketogenesis. Sebagian lain dari asetil KoA dapat diubah

menjadi kolesterol melalui proses kolesterogenesis yang selanjutnya dapat digunakan

sebagai bahan untuk disintetik menjadi steroid melalui proses steroidogenesis

(Guyton dan Hall, 2008).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

18

Gambar 2.2.Lintasan Ketogenesis di Hati

(Dikutip dari : Guyton dan Hall, 2008).

2.1.1.2. Biosintesis Kolesterol

Pada hakekatnya semua jaringan tubuh yang mengandung sel-sel berinti

mampu mensintesis kolesterol. Banyak faktor mempengaruhi keseimbangan

kolesterol dalam jaringan. Peningkatan terjadi akibat ambilan lipoprotein yang

mengandung kolesterol oleh reseptor, ambilan kolesterol bebas dari lipoprotein yang

kaya kolesterol ke membrane sel, sinstesis kolesterol dan hidrolosis ester kolesteril

oleh enzim ester kolesteril hidrolase. Penurunan terjadi akibat aliran keluar kolesterol

dari membrane sel ke lipoprotein yang potensial kolesterolnya rendah, esterifikasi

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

19

kolesterol oleh enzim asil ko-A transferase dan penggunaan kolesterol untuk sintesis

senyawa steroid lainnya di hati (Mayes, 2003c).

Struktur dasar kolesterol adalah inti sterol. Inti sterol seluruhnya dibentuk dari

molekul asetil-KoA. Selanjutnya, inti sterol dapat dimodifikasi dengan berbagai

rantai samping untuk membentuk kolesterol, asam kolat (merupakan dasar dari asam

empedu yang dibentuk di hati), dan beberapa hormon steroid penting yang diskresi

oleh korteks adrenal, ovarium dan testis (Guyton dan Hall, 2008).

Terdapat lima tahapan utama dalam biosintesis kolesterol yaitu (Mayes,

2003c):

1. Konversi asetil-KoA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA (HMG KoA) dan

mevalonat

2. Fosforilasi mevalonat menjadi molekul isoprenoid aktif yaitu isopentenil difosfat

bersamaan dengan hilangnya CO2.

3. Pembentukan skualen dari 6 unit isoprenoid.

4. Konversi squalene menjadi lanosterol

5. Konversi lanosterol menjadi kolesterol.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

20

Gambar 2.3. Tahapan Biosintesis Kolesterol

Sintetis kolesterol melibatkan banyak enzim yaitu asetoasetil-KoA sintetase

(thiolase), HMG KoA sintase, HMG KoA reduktase, mevalonat kinase,

difosfomevalonat kinase, difosfomevalonat dekarboksilase, isopentenil-difosfat

isomerase, cis-prenil transferase, squalene sintetase, squalene eposkisdase,

oksidoskualen lanosterol siklase, isomerase dan skualen reduktase (Mayes, 2003c;

Guyton dan Hall, 2008).

2.1.2. Transpor Lipid

Lemak yang diserap dari makanan dan lipid yang diproduksi oleh hati dan

jaringan adipose, harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ tubuh untuk

digunakan dan disimpan. Karena lipid tidak larut air maka untuk pengangkutannya

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

21

dalam plasma darah, senyawa lipid non polar harus dikaitkan dengan lipid amfipatik

dan protein untuk membentuk lipoprotein yang bisa bercampur dengan air (Mayes,

2003b).

Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen

dan jalur endogen (Rader dan Hobbs, 2014).

1. Jalur eksogen

Trigliserida yang berasal dari makanan akan dihidrolisa oleh enzim lipase di

lumen usus kemudian diemulsifikasikan oleh asam empedu membentuk misel. Asam

lemak rantai panjang bergabung membentuk trigeliserida dan dikemas dengan apo B-

48, ester kolesterol, ester retinil, fosfolipid, dan kolesterol membentuk kilomikron.

Kilomikron yang baru terbentuk disekresikan ke dalam limfe intestinal dan masuk ke

sirkulasi melalui duktus torasikus, diproses di jaringan perifer kemudian masuk ke

hati.

Kilomikron akan bertemu dengan lipoprotein lipase (LPL) yang melekat di

dinding endotel kapiler jaringan adipose, jantung dan otot skeletal. Trigliserid yang

ada pada kilomikron akan dihidrolisa oleh LPL dan asam lemak bebas dilepaskan.

Asam lemak ini akan diambil oleh jaringan adipose atau miosit dan dapat juga

dioksidasi untuk menghasilkan energy ataupun mengalami reesterisfikasi dan

disimpan sebagai trigliserid. Apolipoprotein pada pada permukaan kilomikron akan

ditransfer ke HDL, menghasilkan kilomikron remnant. Kilomikron remnant

kemudian dikeluarkan dari sirkulasi oleh hati melalui proses yang memerlukan apoE

sebagai ligan untuk reseptor di hati.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

22

2. Jalur endogen

Jalur endogen dari metabolisme lipoprotein mengacu pada sekresi lipoprotein

yang mengandung apoB dari hati dan metabolisme partikel kaya trigliserid ini di

jaringan perifer.

Partikel VLDL menyerupai kilomikron pada komposisi proteinnya namun ia

mengandung apoB-100 dan memiliki perbandingan kolesterol terhadap trigliserid

yang lebih tinggi. Setelah disekresikan ke plasma VLDL memperoleh banyak apoE

dan apoC dari HDL, trigliserid dari VLDL kemudian dihidrolisa oleh LPL, terutama

di otot, jantung, dan jaringan adipose. Setelah VLDL remnant terpisah dari LPL,

mereka disebut dengan IDL yang mengandung jumlah kolesterol dan trigliserid

dalam jumlah yang hampir sama. Hati akan mengeluarkan 40-60% IDL dengan

endositosis yang dimediasi oleh reseptor LDL melalui ikatannya dengan apoE. IDL

yang tersisa akan diremodeling oleh hepatic lipase untuk membentuk LDL. Selama

proses ini, hampir semua trigliserid telah terhidrolisis dan semua apolipoporotein

telah ditransfer ke lipoprotein lain, kecuali apoB-100.

Kolesterol dalam LDL mencakup lebih dari separuh dari total kolesterol

plasma pada sebagian besar orang. Sekitar 70% LDL di sirkulasi dibersihkan melalui

endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati

2.1.3. Kolesterol

Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel pada sel hewan. Tubuh

dapat mencukupi kebutuhan kolesterol harian dengan mensintesisnya sendiri. Dengan

diet campuran hanya setengah dari kolesterol berasal dari biosíntesis endogen di usus,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

23

kulit dan sebagian besar di hati (50%); sisanya berasal dari makanan (makanan yang

dikonsumsi) (Koolman dan Roehm, 2015).

Kolesterol merupakan zat esensial dalam tubuh yang menyusun membran,

struktur selaput sel dan merupakan komponen utama sel otak plasma. Kolesterol

adalah jenis lemak yang paling dikenal oleh masyarakat dan merupakan bahan

perantara untuk pembentukan sejumlah komponen penting seperti vitamin D untuk

membentuk dan mempertahankan tulang yang sehat, hormon seks (contohnya

Estrogen dan Testosteron) dan asam empedu untuk fungsi pencernaan (Mark et al.,

2000).

Kolesterol terdapat dalam diet semua orang, dan dapat diabsorbsi dengan

lambat dari saluran pencernaan ke dalam saluran limfe , secara spesifik mampu

membentuk ester dengan asam lemak. Hampir 70% kolesterol dalam lipoprotein

plasma berada dalam bentuk ester kolesterol (Guyton dan Hall, 2007).

Kolesterol bebas di dalam sirkulasi diangkut oleh lipoprotein. Ester kolesteril

merupakan bentuk penyimpanan kolesterol yang ditemukan pada sebagian besar

jaringan tubuh. LDL merupakan perantara ambilan kolesterol dan ester kolesteril ke

dalam banyak jaringan. Kolesterol bebas dikeluarkan dari jaringan oleh HDL

kemudian diangkut ke hati untuk dikonversi menjadi asam empedu, proses ini dikenal

dengan nama pengangkutan balik kolesterol (reverse cholesterol transport) (Mayes,

2003c).

Kolesterol adalah substansi menyerupai lemak yang berada di membrane sel

dan merupakan precursor dari asam empedu dan hormone steroid. Kolesterol beredar

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

24

dalam darah dalam bentuk partikel yang mengandung lipid dan protein (Lipoprotein).

Terdapat 3 kelas utama dari lipoprotein yang ditemukan dalam darah yaitu low

density lipoproteins (LDL), high density lipoproteins (HDL), dan very low density

lipoproteins (VLDL). Kelas lipoprotein lainnya, intermediate density lipoprotein

(IDL), terletak antara VLDL dan LDL, dalam praktis klinis termasuk dalam

perhitungan LDL (Grundy. et al., 2002).

Gambar 2.4. Struktur Dasar Kolesterol (Mayes, 2003c)

2.1.4. Lipoprotein

Lipid diangkut di dalam plasma sebagai lipoprotein. Lipoprotein terdiri dari

inti lipid hidrofobik (trigliserid dan ester kolesteril) yang dikelilingi oleh lipid

hidrofilik (fosfolipid, kolesterol tidak teresterifikasi) dan protein yang berinteraksi

dengan cairan tubuh. Disamping itu terdapat juga asam lemak bebas dalam jumlah

yang jauh lebih sedikit, yang kini dikenal sebagai lipid plasma yang paling aktif

secara metabolic (Mayes, 2003b; Rader dan Hobbs, 2014).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

25

Empat kelas lipoprotein plasma yang telah diidentifikasikan ialah (Mayes,

2003b):

1. Kilomikron

Kilomikron berasal dari penyerapan triasilgliserol di usus, berfungsi sebagai alat

transportasi lemak dari usus ke jaringan lain, kecuali ginjal

2. VLDL (very low - density lypoproteins)

VLDL berasal dari hati untuk mengeluarkan triasilgliserol dengan mengikatnya di

dalam hati dan mengangkutnya menuju jaringan lemak

3. LDL (low - density lypoproteins)

LDL merupakan tahap akhir katabolisme VLDL, berperan mengangkut kolesterol

ke jaringan perifer

4. HDL (high - density lypoproteins)

HDL mengikat kolesterol plasma dan mengangkut kolesterol ke hati, juga

berperan dalam metabolism VLDL dan kilomikron.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

26

Keterangan :

A = Protein C = Kolesterol

B = Trigeliserida D = Fosfolipid

Gambar 2.5. Jenis-Jenis Lipoprotein dalam Darah

(Rader and Hobbs, 2005 )

2.1.5. Trigliserida

Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 98-99% trigliserida.

Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan

gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka

dinamakan monogliserida. Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak

disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi,

enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam

lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Oleh sel-sel yang membutuhkan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

27

komponen-komponen tersebut kemudian dibakar dan menghasilkan energi,

karbondioksida (CO2), dan air (H2O) (Lichtenstein dan Jones, 2001).

2.1.6. Low Density Lipoprotein (LDL)

LDL kolesterol meliputi 60–70% dari total serum kolesterol. LDL

mengandung apolipoprotein tunggal yaitu apo B-100 (Apo B). LDL merupakan

lipoprotein aterogenik yang utama dan telah diidentifikasikan sebagai target utama

dalam terapi penurunan kolesterol, penelitian menunjukkan efikasi bahwa penurunan

LDL kolesterol akan menurunkan risiko penyakit jantung koroner (Grundy, et al.,

2002).

Lipoprotein densitas rendah (LDL) berfungsi membawa kolesterol dari hepar

ke jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung, pembuluh darah, otak dan lain-lain

agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya (untuk sintetik membran plasma dan

hormon steroid). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10 persen dan

kolesterol 60 persen. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk

kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi

LDL. Bila kita makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan

kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan berada

dalam darah dengan risiko penumpukan atau pengendapan kolesterol LDL pada

dinding pembuluh darah arteri yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. Oleh

karena sifat di atas, maka LDL disebut kolesterol yang aterogenik (Metchinson dan

Ball, 2004).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

28

2.1.7. High Density Lipoprotein (HDL)

HDL berasal dari hati, ia mengembalikan kolesterol yang terbentuk secara

berlebihan di jaringan dan dinding pembuluh darah kembali ke hati. Selama

ditranspor, kolesterol diasilasi oleh lechitin cholesterol acytransferase (LCAT). HDL

ini mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi atau

lebih berat sehingga mampu membawa kelebihan kolesterol jahat di pembuluh arteri

untuk diproses dan dibuang. Ester kolesterol yang terbentuk tidak lagi bersifat

amfipatik dan dapat ditransfer ke inti lipoprotein. HDL juga mendukung perubahan

VLDL dan kilomikron dengan bertukar lipid dan apoprotein dengan mereka. .. HDL

mencegah kolesterol mengendap di arteri dan mencegah terjadinya atherosklerosis

(Mark et al., 2000; Koolman dan Roehm, 2005).

HDL biasanya mencakup 20-30% dari total serum kolesterol. Apolipoprotein

mayor dari HDL adalah apo A-I dan apo A-II. Level HDL kolesterol berbanding

terbalik dengan risiko penyakit jantung koroner. Beberapa bukti bahkan menunjukkan

bahwa HDL melindungi dari perkembangan ateroklerosis, walaupun HDL yang

rendah dapat juga mencerminkan adanya faktor aterogenik lain (Grundy, et al., 2002).

2.1.8. Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan Intermediate Density

Lipoprotein (IDL)

Sebenarnya VLDL, IDL, dan LDL mirip satu sama lain. VLDL mentranspor

triasilgliserol, kolesterol dan fosfolipid ke jaringan lain. Seperti kilomikron, mereka

dikonversi menjadi IDL dan LDL oleh lipoprotein lipase. Proses ini juga distimulasi

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

29

oleh HDL. Sel yang memerlukan kolesterol mengikat LDL melalui interaksi antara

reseptor LDL dengan ApoB-100, kemudian mengambil partikel secara keseluruhan

melalui endositosis yang dimediasi oleh reseptor (Koolman dan Roehm, 2005).

VLDL adalah lipoprotein yang kaya trigliserid, meliputi 10-15% dari total

serum kolesterol. Apolipoprotein utamanya dalah apo B-100, apo Cs (C-I, C-II, dan

C-III) dan apo E. VLDL diproduksi di hati dan merupakan precursor dari LDL.

Beberapa bentuk dari VLDL, terutama VLDL remnant, mendukung terjadinya

aterosklerosis =, seperti LDL. VLDL remnant terdiri dari VLDL yang terdegradasi

dan kaya ester kolesterol. SebenarnyaIDL termasuk dalam lipoprotein remnant,

walaupun dalam prakti sklinis ia termasuk dalam fraksi LDL (Grundy. et al., 2002).

2.2. Dislipidemia

Dislipidemia sebagai faktor risiko dari penyakit jantung koroner,

dimanifestasikan oleh peningkatan atau penurunan konsentrasi lipoprotein plasma

(Fakhrzadeh dan Tabatabaei, 2012). Dislipidemia adalah tingginya level lipid yang

diangkut oleh lipoprotein dalam darah (kolesterol, trigliserida ataupun keduanya),

termasuk di dalamnya hiperlipoproteinemia (hiperlipidemia) yang mengacu pada

tingginya total kolesterol, LDL kolesterol ataupun trigliserida dan juga rendahnya

HDL kolesterol (Goldberg, 2015).

Secara umum dislipidemia didefinisikan sebagai level total kolesterol, LDL

kolesterol, trigeliserida, apoB dan Lp(a) di atas persentil 90 ataupun HDL kolesterol

dan ApoA dibawah persentil 10 dari populasi (Fakhrzadeh dan Tabatabaei, 2012).

Dislipidemia juga didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

30

dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi

lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total , kolesterol LDL, trigliserida,

serta penurunan kolesterol HDL (Muray,1991).

Tidak ada batasan yang jelas antara tingkat lipid normal dan abnormal karena

pengukuran lipid adalah kontinyu. Sehingga, tidak ada definisi numerik dislipidemia,

hubungan linear antara kadar lipid dan risiko kardiovaskular yang menentukan kadar

lipid yang memerlukan pengobatan (Goldberg, 2015).

Dislipidemia dapat dibagi menjadi dua, yaitu dislipidemia primer dan

sekunder. Dislipidemia primer biasanya perubahan level lipoprotein terkait dengan

kondisi genetik sedangkan pada dislipidemia sekunder perubahan level lipoprotein

terkait dengan penyakit lainnya, seperti obesitas, diabetes, penyakit tiroid, penyakit

ginjal, penyakit hati dan konsumsi alkohol, estrogen ataupun pemakaian obat-obatan

(Rader dan Hobbs, 2014).

2.2.1 Etiologi Dislipidemia

Penyebab primer (genetik) dan sekunder (gaya hidup dan lainnya)

berkontribusi terhadap terjadinya dislipidemia dalam berbagai tingkatan. Contohnya

familial combined hyperlipidemia hanya akan berekspresi dengan adanya penyebab

sekunder yang signifikan (Goldberg, 2015).

1. Penyebab Primer

Ialah mutasi gen tunggal atau multipel yang menghasilkan overproduksi ataupun

defek pada pembersihan trigliserida dan LDL kolesterol, ataupun underproduksi

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

31

atau pembersihan yang berlebihan dari HDL kolesterol. Yaitu kelainan penyakit

genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.

2. Penyebab Sekunder

Penyebab sekunder berkontribusi besar terhadap banyak kasus dislipidemia pada

orang dewasa. Penyebab sekunder terpenting di negara yang berkembang adalah

gaya hidup sedentari dengan asupan makanan berlebihan dari lemak jenuh,

kolesterol dan lemak trans. Penyebab sekunder lainnya meliputi diabetes mellitus,

penggunaan alkohol yang berlebihan, penyakit ginjal kronik, hipotiroidisme,

sirosis bilier primer atau penyakit hati lainnya, dan penggunaan obat-obatan

(contohnya: thiazide, β-blockers, retinoid, antiretroviral, siklosporin, takrolimus,

estrogen dan progestin dan glukokortikoid)

Diabetes merupakan penyebab sekunder yang signifikan karena pasien

cenderung memiliki kombinasi kolesterol aterogenik dengan tingginya trigliserida

dan small dense LDL kolesterol, dan rendahnya HDL kolesterol (Dislipidemia

diabetes). Hal ini dikarenakan konsekuensi dari adanya obesitas, control diabetes

yang buruk ataupun keduanya yang dapat menyebabkan peningkatan asam lemak

bebas (FFA), yang menyebabkan peningkatan produksi VLDL. VLDL yang tinggi

trigliserida kemudian akan mentransfer trigliserida dan kolesterol ke LDL kolsterol

sehingga terbentuk small dense LDL kolesterol yang kaya trigliderida dan

pembersihan HDL kolesterol. Dislipidemia diabetes biasanya muncul karena adanya

peningkatan asupan kalori dan inaktifitas fisik (Goldberg, 2015).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

32

2.2.2. Diagnosis Dislipidemia

Langkah pertama dalam menangani kelainan lipid adalah menentukan kelas

lipoprotein yang meningkat atau menurun pada pasien. Dislipidemia pada umumnya

tidak memberikan gejala namun dapat menyebabkan penyakit vascular seperti,

penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit arteri perifer (Rader dan Hobbs, 2014;

Goldberg, 2015).

Pedoman skrining oleh Grundy, et al (NCEP-ATP III [Adult Treatment

Panel]) untuk abnormalitas lipid merekomendasikan bahwa skrining harus dilakukan

paling tidak sekali dalam 5 tahun pada usia diatas 20 tahun. Individu tanpa riwayat

penyakit jantung koroner dengan level kolesterol yang memuaskan (<160mg/dL pada

individu dengan 0-1 faktor risiko dan <130mg/dL pada individu dengan 2 atau lebih

faktor risiko) dapat melakukan skrining ulang dalam 5 tahun. Namun pasien dengan

kolesterol di ambang batas tinggi harus melakukan skrining ulang dalam 1-2 tahun.

Level memuaskan LDL kolesterol pada penderita penyakit jantung koroner atau yang

memiliki risiko ekuivalennya adalah dibawah 100mg/dL, risiko ekuivalen tersebut

meliputi penyakit arteri carotid dengan gejala, penyakit arteri perifer, aneurisma aorta

abdominal dan diabetes mellitus (Rosenson, 2012).

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

33

Tabel 2.1.

Klasifikasi total kolesterol dan LDL kolesterol berdasarkan ATP III

Total kolesterol (mg/dL) LDL kolesterol (mg/dL)

<100 Optimal

<200 Desireable 100-129 Near optimal

200-239 Borderline high 130-159 Borderline high

> 240 High 160-189 High

>190 Very high

Tabel 2.2.

Klasifikasi serum trigliserida berdasarkan ATP III

Katagori trigliserida Level

Normal <150mg/dL

Borderline high 150-199 mg/dL

High 200-499 mg/dL

Very high >500 mg/dL

Tabel 2.3.

Klasifikasi HDL kolesterol berdasarkan ATP III

Katagori

Low HDL <40mg/dL

High HDL >60mg/dL

(Grundy, et al., 2002)

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

34

2.2.3. Penanganan Dislipidemia

Gol dari terapi modifikasi lipid adalah pencegahan terjadinya penyakit

kardiovaskular aterosklerotik dan komplikasinya. LDL kolesterol merupakan target

utama terapi dislipidemia, hal ini dikarenakan peningkatan LDL kolesterol

merupakan faktor risiko kuat terjadinya penyakit jantung koroner. Penelitian juga

menunjukkan bahwa LDL kolesterol merupakan lipoprotein aterogenik yang paling

banyak, peran LDL kolesterol dalam aterogenesis terbukti pada kelainan genetik

dimana LDL kolesterol meningkat tajam tanpa adanya faktor risiko lain (Grundy, et

al., 2002; Rader dan Hobbs, 2014).

Terapi untuk menurunkan lipid memegang peranan penting dalam

pencegahan primer dan sekunder dari penyakit kardiovascular. Penilaian terhadap

risiko absolute, pengobatan faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan optimalisasi

gaya hidup, terutama diet dan olah raga, adalah pusat dari penanganan semua kasus.

Pasien dengan risiko absolute kardiovaskular yang tinggilah yang akan mendapatkan

keuntungan terbesar dengan pengobatan. Pasien dengan risiko tinggi harus mencapai

HDL kolesterol >38mg/dL, trigliserida<180mg/dL dan LDL kolesterol < 76mg/dL.

Secara umum total kolesterol harus dibawah 190mg/dL selama terapi dan <150mg/dL

pada pasien dengan risiko tinggi ataupun untuk pencegahan sekunder dari penyakit

kardiovaskular (Field et al., 2006).

ATP III merekomendasikan LDL kolesterol sebagai target terapi, gol untuk

masing-masing kategori risiko ialah (Grundy, et al., 2002):

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

35

Tabel 2.4.

Target terapi LDL kolesterol menurut ATP III

Level risiko Gol LDL kolesterol

CHD dan CHD risk equivalent < 100mg/dL

Multiple (2+) risk factor <130 mg/dL

0-1 risk factor <160mg/dL

Penanganan dislipidemia dibagi 2 yaitu terapi non farmakologi dan terapi

farmakologi (Grundy, 2006,; Field et al., 2006; Rader dan Hobbs, 2012).

A. Terapi Non Farmakologi dapat dilakukan dengan :

1. Melakukan terapi diet.

Modifikasi diet merupakan komponen penting dalam penanganan

dislipidemia. Terapi diet bertujuan untuk menurunkan asupan lemak total, asam

lemak jenuh, dan kolesterol secara progresif dan untuk mencapai berat badan

yang diinginkan. Pasien dengan peningkatan LDL kolesterol harus melakukan

restriksi diet lemak jenuh dan kolesterol. Pada pasien dengan hipertrigliserida

asupan karbohidrat sederhana harus dibatasi dan pada hipertrigliserida yang

berat, restriksi total asupan lemak sangat kritis. Diet kolesterol dan asam lemak

jenuh memicu penurunan pengeluaran LDL di hati.

Respon terhadap diet biasanya mulai terlihat hasilnya setelah 3-4 minggu

dan penyesuaian diet perlu dilakukan secara gradual. Penurunan berat badan,

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

36

bahakan yang minimal, akan menurunkan risiko kardiovaskular, terutama pada

pasien dengan obesitas.

2. Perbaikan gaya hidup (Therapeutic Lifestyle Change).

Komponen-komponen Therapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi

pengurangan asupan-asupan dari kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan

makanan yang berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti

stanol dan sterol serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan

berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik.

Penurunan berat badan, bahkan yang minimal, akan menurunkan risiko

kardiovaskular, terutama pada pasien dengan obesitas. Level trigliserida dan LDL

kolesterol cenderung turun dan HDL kolesterol cenderung meningkat pada

penderita obesitas yang mengalami penurunan berat badan.

Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk

dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia familial (secara

bawaan/genetik mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau

hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, yaitu penanganan terapinya dengan

pengaturan makanan dan terapi dengan obat dimulai secara bersamaan (Grundy,

2006).

B. Terapi Farmakologi

Keputusan untuk menggunakan obat-obatan tergantung pada risiko

kardiovaskular yang dimiliki. Terapi hiperkolesterolemia pada penderita penyakit

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

37

kardivaskular dan bahkan pada pasien dengan risiko kardiovaskular sangatlah

menguntungkan (Grundy, et al., 2002).

Obat antidislipidemik adalah obat yang ditujukan untuk

menurunkan/meningkatkan kadar lipid/lemak di dalam darah/plasma. Pemberian obat

antidislipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus dislipidemia apabila dengan

terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak responsive (Illingworth, 2002).

Efek terapi farmakologi dapat diperiksa setelah 6 minggu (12 minggu untuk

fibrat). Pada pemeriksaan ulang perlu dievaluasi efek samping yang timbul, respon

penurunan lipid, level creatinin kinase dan fungsi hati (Field et al., 2006).

Obat antidislipidemik yang beredar di Indonesia dapat dibagi sebagai berikut

(Grundy, 2006; Rader dan Hobbs, 2012):

1. Penghambat HMG-KoA Reduktase (3 Hidroksi 3 Metil Glutaril Ko - Enzim A

Reduktase Inhibitor).

Statin yang merupakan obat pilihan utama pada terapi dislipidemia. HMG Ko-

A adalah enzim kunci dalam biosintesis kolesterol. Golongan obat ini

menghambat pembentukan kolesterol dengan cara menghambat kerja enzim

HMG KoA reduktase yang ada di jaringan hati yang memproduksi mevalonate,

molekul kecil yang digunakan untuk mensintesa kolesterol dan derivat mevalonat,

sehingga sintesis kolesterol akan menurun. Dengan menghambat sintesis

kolesterol, statin menyebabkan peningkatan aktivitas reseptor LDL hati sebagai

mekanisme counter-regulatory dan akhirnya mempercepat pembersihan LDL

yang ada di sirkulasi. Juga terjadi peningkatan pembersihan precursor LDL, IDL,

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

38

sehingga terjadi penurunan sekunder dari sintesis LDL kolesterol. Statin juga

dapat menurunkan trigliserid tergantung pada dosis, yang biasanya proporsional

dengan penurunan LDL kolesterol. Golongan ini dapat menurunkan kolesterol

total, LDLkolesterol dan trigliserida, juga meningkatkan HDL (Field et al., 2006;

Rader dan Hobbs, 2014).

2. Penghambat absorbsi kolesterol (Ezetimibe)

Kolesterol yang berada di intestinal adalah turunan dari diet (sekitar sepertiga)

dan dari asam empedu ( sekitar dua per tiga), diserap secara aktif oleh enterosit

melalui proses yang melibatkan protein NPC1L1. Ezetimibe terikat secara

langsung pada protein NPC1L1 dan memblok absorbsi kolesterol dari intestinal.

Ezetimibe menghambat absorbsi kolesterol sampai dengan 60%, sehingga

menurunkan pengiriman sterol dari diet ke hati dan meningkatkan ekspresi

reseptor LDL kolesterol hati.

3. Sekuestran Asam Empedu (Resin)

Golongan obat ini mengikat asam empedu di intestinal dan merangsang

sekresinya. Untuk mempertahankan jumlah asam empedu, hati akan mengalihkan

kolesterolnya untuk sintesis asam empedu. Penurunan kolesterol intraselular di

hati akan menyebabkan upregulation reseptor LDL dan meningkatkan

pembersihan LDL kolesterol dari sirkulasi.

4. Asam nikotinat

Asam nikotinat (nicotinic acid) atau niasin adalah vitamin B komplek yang

telah digunakan sebagai agen modifikasi lipid sejak lebih dari 5 dekade. Niasin

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

39

menurunkan aliran asam lemak non-ester ke hati, yang diperkirakan menimbulkan

penurunan sintesis trigliserida hati dan sekresi VLDL. Belakangan ini ditemukan

adanya reseptor asam nikotinat (GPR109A) yang menekan pelepasan asam lemak

non-ester oleh jaringan adipose, yang memediasi efek niasinpada supresi asam

lemak non-ester.

Niasin menurunkan trigliserida dan LDL kolesterol, serta meningkatkan HDL

kolesterol. Niasin adalah satu-satunya obet penurun lipid yang menurunkan Lp(a),

sampai dengan 40%.

5. Turunan Asam Fibrat (Fibrat)

Turunan asam fibrat adalah agonis PPAR α, reseptor yang terlibat dalam

pengaturan metabolism lipid. Fibrat merangsang aktivitas lipoprotein lipase

sehingga hidrolisis trigliserida meningkat, menurunkan sintesis ApoC-III

sehingga meningkatkan pembersihan lipoprotein remnant, merangsang oksidasi

beta dari asam lemak dan menurunkan VLDL kolesterol. Fibrat adalah obat yang

paling efektif dalam menurunkan trigliserida dan meningkatkan HDL kolesterol

secara moderat.

2.3. Diet Terkait Kolesterol

Rekomendasi diet kolesterol harian saat ini adalah di kisaran 200-300 mg per

hari. Pada individu yang sehat tanpa diabetes, penyakit jantung dan hiperkolesterol

rekomendasi asupan yang dianjurkan adalah di bawah 300 mg per hari, sedangkan

pada individu dengan resiko tinggi rekomendasi yang disarankan adalah di bawah

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

40

200 mg. Rekomendasi asupan kolesterol oleh Institute of Medicine ialah serendah

mungkin (Kanter, et al., 2012).

Tubuh dapat mencukupi kebutuhan kolesterol harian dengan mensintesisnya

sendiri. Orang dewasa muda mensintesis kolesterol sekitar 1 gr per hari dan

mengkonsumsi sekitar 0.3gr per hari. Dengan tambahan asupan diet, setengah dari

kolesterol berasal dari biosíntesis endogen yang sebagian besar di hati, juga di usus

dan kulit (50%); sisanya berasal dari makanan (makanan yang dikonsumsi). Level

kolesterol dalam darah yang konstan di kisaran 150-200 mg/dL dipertahankan

terutama oleh pengontrolan sintesis secara de novo. Sintesis kolesterol diatur sebagian

oleh asupan kolesterol (Koolman dan Roehm, 2015; King, 2016).

Laporan terbaru dari berbagai intervensi klinis menunjukkan bahwa

peningkatan asupan kolesterol menyebabkan peningkatan kolesterol LDL dan

kolesterol HDL pada subyek yang responsif terhadap tantangan diet kolesterol

(Sekitar 25% populasi), baik anak-anak, dewasa muda ataupun orang tua. Pada

kondisi tertentu asupan kolesterol meningkatkan kolesterol HDL saja, tanpa

peningkatan kolesterol LDL, seperti pada kasus intervensi penurunan berat badan,

asupan satu telur per hari ataupun faktor lainnya (Kanter, et al., 2012).

Bukti epidemiologi saat ini mengindikasikan bahwa asupan kolesterol tidak

meningkatkan resiko penyakit jantung pada individu yang sehat. Studi klinis

menunjukkan bahwa dua per tiga atau lebih dari populasi tidak memiliki peningkatan

yang bermakna setelah pemberian asupan kolesterol dalam waktu yang lama, dan

mereka yang berespon akan mengalami peningkatan kolesterol HDL dan kolesterol

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

41

LDL sehingga rasio kolesterol LDL terhadap kolesterol HDL tetap terjaga (Kanter, et

al., 2012).

2.4. Penuaan (Aging)

Penuaan (aging) oleh gerontologis didefinisikan sebagai penurunan struktur

dan fungsi molekul, sel, jaringan, organ dan organisme secara gradual, progresif dan

berbahaya yang terjadi setelah kematangan seksual tercapai. Penuaan juga

didefiniskan sebagai perburukan fungsi secara umum dan progresif yang

mengakibatkan hilangnya respon adaptasi terhadap stress dan berkembangnya risiko

penyakit terkait penuaan (Colledge , 2006; Martin, 2014).

Penuaan merupakan proses multifaktorial dan sangat kompleks yang

menyebabkan deteriorasi fungsional secara gradual. Proses ini biasanya terjadi

setelah maturitas, mengarah ke disabilitas dan kematian. Bahkan bila para ilmuwan

menemukan obat untuk semua penyakit degenerative kronis, usia harapan hidup

hanya akan bertambah sekitar 12 tahun dan orang akan tetap meninggal akibat

komplikasi proses penuaan. Tanda penuaan akan tampak setelah maturitas ketika

kesehatan, kekuatan dan penampilan berada dalam kondisi terbaik. Pada beberapa

tahun terakhir stress oksidatif terbukti terlibat dalam berbagai proses, penyakit dan

sindrom degeneratif, bahkan mungkin termasuk faktor yang mendasari proses

penuaan itu sendiri (Poljsak dan Milisav, 2013).

Terdapat banyak teori tentang terjadinya proses penuaan, Denham Harman

merupakan orang yang pertama mengajukan teori penuaan terkait dengan radikal

bebas pada tahun 1950an, yang meluas ke ide tentang produksi spesies oksigen

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

42

reaktif oleh mitokondria di tahun 1970an. Selain teori radikal bebas, terdapat

beberapa teori penuaan, yaitu hipotesis pemendekan telomere, teori siklus sel

reproduksi, teori wear and tear, teori mitohormesis, teori disposable soma dan teori-

teori lainnya. Bukti menunjukkan keterkaitan semua teori ini terhadap kerusakan sel

merupakan konsekuensi dari paparan spesies oksigen reaktif (Poljsak dan Milisav,

2013).

Gambar 2.6. Stres Oksidatif sebagai Demoninator Mayor Teori Penuaan

(Poljsak dan Milisav, 2013)

Komponen tubuh tidak dapat berkembang setelah mencapai usia dewasa,

bahkan terjadi penurunan akibat proses penuaan. Pada umumnya, orang menganggap

menjadi tua memang harus terjadi dan sudah ditakdirkan. Padahal terdapat banyak

faktor yang menyebabkan orang mengalami proses penuaan, yang kemudian

menyebabkan sakit dan akhirnya kematian. Penuaan bukanlah proses intrinsic, karena

penuaan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan sekitar. Walaupun gen berperan

dalam proses penuaan, kontributor utama terletak pada banyaknya kerusakan random

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

43

yang dibiarkan karena mekanisme housekeeping sel somatic yang tidak efesien

(Colledge , 2006; Pangkahila, 2011).

Berbagai faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang berkurang, glikosilasi,

metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang

utama ialah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi

lingkungan, stres dan kemiskinan (Pangkahila, 2011).

Bila faktor penyebab itu dapat dihindari, maka proses penuaan dapat dicegah,

diperlambat, bahkan mungkin dihambat, sehingga kualitas hidup dapat

dipertahankan. Dengan demikian usia harapan hidup menjadi lebih panjang dengan

kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2011).

2.4.1. Tanda Penuaan

Penurunan fungsi akibat penuaan akan menimbulkan tanda dan gejala terkait

yang pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu tanda fisik seperti berkurangnya

massa otot, peningkatan lemak, kulit berkerut ataupun gangguan fungsi seksual dan

tanda psikis, seperti menurunnya gairah hidup, sulit tidur, mudah cemas, mudah

tersinggung dan merasa tidak berarti lagi (Pangkahila, 2011).

Konsekuensi sistemik dari proses penuaan sangat luas, namun dapat

dikelompokkan menjadi 4 kelompok utama, yaitu (Ferrucci dan Studenski, 2014):

1. Komposisi tubuh, perubahan komposisi tubuh mungkin merupakan efek penuaan

yang paling nyata dan tidak terhindarkan. Berat badan cenderung meningkat

sampai dengan usia pertengahan, kemudian menurun setelah usia 65-70 tahun.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

44

Lean body mass menurun setelah dekade ketiga kehidupan dan massa lemak

meningkat pada usia pertengahan. Demineralisasi dan modifikasi arsitektur tulang

secara progresif yang menurunkan kekuatan tulang terjadi lebih awal pada wanita

dibandingkan pria.

2. Keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan energy, energi yang dibutuhkan

tubuh saat istirahat (Resting metabolic rate –RMR) biasanya menurun terkait

dengan penuaan hal ini dikarenakan penurunan lean body mass, jaringan yang

aktif secara metabolik. Namun pada orang dengan homeostasis yang tidak stabil

akibat penyakit biasanya memerlukan energy yang lebih tinggi untuk mekanisme

kompensasi.

3. Jaringan signaling untuk mempertahankan homeostasis, jalur signaling utama

melibatkan hormone, mediator inflamasi dan antioksidan. Level hormone seks

menurun seiring dengan penuaan sedangkan perubahan hormone lainnya tidak

terlalu terlihat. Pada orang tua ditemukan kondisi pro-inflamasi ringan walaupun

ia sehat, yang ditandai dengan peningkatan marker pro-inflamasi (IL-6 dan CRP).

Penuaan juga berhubungan dengan peningkatan kerusakan akibat stress oksidatif,

yang dikarenakan peningkatan produksi spesies oksigen reaktif ataupun kerja

buffer anti oksidan yang kurang efektif. Hormon, mediator inflamasi dan anti

oksidan berintegrasi membentuk jaringan signaling kompleks sehingga strategi

terapi tunggal terhadap salah satunya saja menjadi tidak efektif bahkan counter-

productive.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

45

4. Neurodegenerasi, neuron berhenti bereproduksi saat kelahiran dan jumlahnya

menurun sepanjang kehidupan. Atropi otak terjadi setelah usia 60 tahun, hal ini

dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan motorik.

Proses penuaan berlangsung melalui 3 tahap sebagai berikut (Pangkahila,

2011):

1. Tahap Subklinik (Usia 25-35 tahun)

Pada tahap ini sebagian besar hormone tubuh mulai menurun dan pembentukan

radikal bebas mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak

dari luar dan orang merasa dan tampak normal.

2. Tahap Transisi ( Usia 35-45 tahun)

Pada tahap ini hormone menurun sampai dengan 25% dan massa otot berkurang

1kg setiap beberapa tahun , sehingga tenaga dan kekuatan terasa hilang.

Komposisi lemak tubuh juga bertambah sehingga menyebabkan resistensi insulin

dan meningkatnya risiko penyakit jantung dan obesitas. Gejala mulai tampak dan

orang mulai merasa tidak muda lagi dan tampak lebih tua.

3. Tahap Klinik (Usia 45 tahun ke atas)

Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut, juga terjadi penurunan

penyerapan bahan makanan, penurunan densitas tulang dan massa otot menurun,

serta peningktan lemak tubuh dan berat badan. Penyakit kronis menjadi lebih

nyata dan sistem organ mulai mengalami kegagalan.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

46

2.4.2. Biomarker Penuaan

Penuaan dapat diketahui dengan mengukur atau melihat tanda atau

perubahan yang terjadi dibandingkan sebelumnya, yang disebut biomarker. Tanda

atau perubahan yang terjadi dapat digunakan sebagai parameter. Dalam kaitan dengan

penyakit tertentu, biomarker merupakan parameter adanya penyakit atau berat

ringannya suatu penyakit (Pangkahila, 2011).

Salah satu cara untuk mengetahui biomarker penuaan adalah dengan

pemeriksaan biokimia. Pemeriksaan profil lipid termasuk dalam pemerksaan

biokimia, meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida,

dan kolesterol HDL. Pemeriksaan profil lipid dilakukan untuk mengetahui risiko

penyakit kardiovaskular (Pangkahila, 2011).

Biomarker penuaan berkaitan erat dengan fungsi berbagai organ tubuh yang

menunjang aktivitas sehari-hari. Dengan demikian biomarker berkaitan erat juga

dengan kualitas hidup. Karena itu pemeriksaan adanya tanda atau perubahan akibat

proses penuaan seharusnya dilakukan sebelum muncul keluhan dan gangguan dalam

aktivitas hidup sehari-hari (Pangkahila, 2011).

2.4.3. Hubungan Dislipidemia dan Aging

Studi longitudinal menunjukkan bahwa total kolesterol meningkat pada laki-

laki setelah pubertas sampai dengan usia 50 tahun, diikuti dengan kondisi plateau

sampai dengan usia 70 tahun, kemudian akan menurun secara perlahan-lahan. Pada

wanita, serum kolesterol sedikit lebih tinggi dari laki-laki saat usia 20-25 tahun.

Antara usia 25-50 tahun serum kolesterol pada wanita meningkat secara lebih lambat

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

47

dibandingkan pada laki-laki. Level kolesterol pada usia 55-60 tahun sebanding antara

wanita dan laki-laki dan pada usia yang lebih tua wanita cenderung memiliki level

kolesterol yang lebih tinggi dibandingkan pria (Rosenson, 2015).

Kolesterol total diketahui berada pada level tertinggi pada dekade usia

keenam, kemudian menurun dengan meningkatnya usia. Pasien diatas usia 65 tahun

memiliki prevalensi hiperlipidemia yang tinggi, dengan level total kolesterol diatas

240mg/dL pada sekitar 25% laki-laki dan 42% wanita. Dislipidemia terkait penuaan

lebih jelas pada wanita dibandingkan pria, terkait dengan itu angka kejadian penyakit

jantung koroner lebih tinggi pada wanita usia 65 tahun ke atas (Shao et al., 2011).

Pada pencegahan primer dan sekunder, terapi penurunan kolesterol akan

menurunkan kejadian kardiovaskular secara setara baik pada orang tua maupun pada

orang yang lebih muda. Orang tua dengan riwayat penyakit jantung dan peningkatan

level kolesterol akan mendapatkan penurunan risiko absolut yang lebih besar dengan

terapi dibandingkan dengan orang dengan usia yang lebih muda. Berdasarkan

beberapa penelitian terbukti bahwa terapi dislipidemia pada orang tua efektif

menurunkan risiko kejadian kardiovaskular pada orang dengan risiko sedang dan

risiko tinggi (Shao et al., 2011 ).

Hubungan antara hiperkolesterolemia dengan penyakit jantung koroner (PJK)

pada orang tua laki-laki dan wanita telah terbukti pada banyak penelitian besar.

Framingham Heart Study menunjukkan risiko relative berkembangnya gejala PJK

ialah 1.5 pada laki-laki dan 2.3 pada wanita dengan level total kolesterol 90 persentil

dibandingkan dengan mereka yang level kolesterolnya dibawah 200mg/dL. Level

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

48

HDL kolesterol yang rendah juga merupakan faktor risiko, risiko relative mortalitas

akibat PJK pada kasus HDL kolesterol yang rendah ialah 4.9 pada laki-laki dan 2.0

pada wanita (Rosenson, 2015).

Dislipidemia dapat menyebabkan stress oksidatif dalam tubuh, yaitu terjadi

peningkatan produksi radikal oksigen oleh sel endotel. Peningkatan kadar radikal

oksigen akan menyebabkan degradasi NO serta produksi radikal bebas lainnya.

(Winarsi, 2007) Peningkatan radikal bebas pada dislipidemia berkaitan dengan

peningkatan oksidasi LDL, glikasi protein dan autooksidasi glukosa. Hal ini akan

menimbulkan penumpukan produk peroksidasi lipid lebih lanjut (Rui-Li et al., 2008).

Kolesterol plasma meningkat seiring dengan usia sama dengan insiden

coronary artery disease (CAD). Pada penuaan terdapat perubahan ultrastruktur dari

sel endotel sinusoidal, perubahan postprandial lipemia, resistensi insulin yang

diinduksi oleh asam lemak bebas atau free fatty acids (FFA), defisiensi hormon

pertumbuhan (growth hormone), penurunan androgen pada pria, serta penurunan

peroxisome proliferator-activated receptor (PPARs) (Liu et al., 2014).

2.5. Stevia Rebaudiana

Stevia rebaudiana merupakan jenis tanaman asli Amerika Selatan dari famili

bunga matahari (Asteraceae) yang sering disebut dengan daun manis ataupun daun

gula, tanaman ini berasal dari daerah Brazil dan Paraguay. Diduga lebih dari 80 jenis

spesies stevia tumbuh liar di Amerika Utara dan 200 spesies alami di Amerika

Selatan. Walaupun terdapat lebih dari 200 macam spesies dari genus stevia, hanya

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

49

stevia rebaudiana yang memberikan rasa manis. Tanaman ini telah digunakan sejak

lebih dari 1500 tahun yang lalu oleh kaum Guarani di Paraguay sebagai pemanis

ataupun obat-obatan (Sharma et al., 2009; Raini dan Isnawati, 2011; Gupta et al.,

2014).

Gambar 2.7. Stevia Rebaudiana (Lemus-Mondaca et al., 2012)

Pada tahun 1887 seorang ahli botani bernama Moises Santiago Bertoni

menemukan tanaman stevia dan menamakannya Eupatorium rebaudianum Bertoni,

kemudian dimasukkan dalam genus stevia pada tahun 1905. Dan pada tahun 1931,

ahli kimia bernama M. Bridel dan R. Levielle mengisolasi stevioside dan rebauside

yang memberikan rasa manis pada daun ini (Lemus-Mondaca et al., 2012; Anonim,

2015).

Daun stevia mengandung pemanis alami dan mampu menghasilkan rasa

manis 70-400 kali dari manisnya gula tebu. Stevia telah digunakan di banyak negara

di dunia sebagai pemanis non-kalori. Sebagai ekstrak ia memiliki potensi yang sama

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

50

dengan rasa manis larutan sukrosa 10%, aspartame dan juga sakarin. Stevia lebih

unggul dibandingkan pemanis buatan karena ia stabil pada temparatur tinggi dan pH

3-9. Steviosida, salah satu glikosida stevia, lebih manis sekitar 300 kali dari sakarosa

(Goyal et al., 2010; Raini dan Isnawati, 2011).

Saat ini stevia rebaudiana telah dibudidayakan dan digunakan sebagai

pemanis makanan di Asia timur, termasuk Cina (sejak 1084), Korea, Taiwan,

Thailand, dan Malaysia. Tanaman ini juga dapat ditemukan di Saint Kitts dan Nevis,

Brazil, Kolombia, Paraguay, Uruguay dan Israel. Sekarang, stevia menjadi sangat

popular di Jepang dan digunakan sebagai pemanis secara komersial dengan pasar di

atas 50%. Stevia digunakan sebagai pemanis mulai dari saus kedelai, sayur–sayuran

hingga minuman ringan. Sebagai pemanis tanpa kalori, tanpa penambahan bahan

kimia dan tanpa menimbulkan efek samping yang serius, stevia cepat populer si

seluruh dunia (Anonim, 2015).

2.5.1 Kandungan Stevia Rebaudiana

Bagian yang berguna dari tumbuhan ini adalah daunnya. Komposisi kimia

spesies stevia secara lengkap belum tersedia, namun beberapa varietas spesies stevia

telah diperiksa. Dari 100 spesies stevia yang diperiksa untuk rasa manisnya, hanya 18

spesies yang memiliki karakteristik ini. Pemanis natural dari daun stevia disebut

glikosida steviol yang diisolasi dan diindentifikasikan sebagai dulkosida A, rebausida

A, B, C, D, E, steviolbiosida, dan steviosida (Goyal et al., 2010).

Stevia rebaudiana bertoni merupakan spesies yang paling manis, mengandung

semua 8 komponen glikosida ini pada daunnya dengan steviosida sebagai komponen

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

51

yang terbanyak. Glikosida adalah senyawa yang mengandung karbohidrat (gula)

yang terikat ke bagian non-karbohidrat, terutama ditemukan pada tanaman dan dapat

diubah menjadi gula dan komponen non gula (aglikon) oleh pembelahan hidrolitik.

Stevioside dideskripsikan sebagai glikosida yang terdiri dari 3 molekul glukosa yang

melekat pada aglikon (C38H60O18). Steviol adalah tulang punggung aglikon dari

glikosida stevia (Goyal et al., 2010; Lemus-Mondaca et al., 2012).

Gambar 2.8. Steviol, Blok Bangunan Dasar dari Glikosida Manis Stevia

(Anonim, 2015)

Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa selain rasa manis yang dimiliki,

steviosida, bersama dengan senyawa lainnya termasuk rebausida A, steviol, dan

isosteviol, juga memiliki kelebihan terapeutik sebagai anti-hiperglikemia, anti-

hipertensi, anti-inflamasi, anti-tumor, anti-diare, diuretic, dan efek immunomodulator

(Lemus-Mondaca et al., 2012).

Pada daun dan akar stevia ditemukan inulin fruktooligosakarida, yang

memiliki fungsi terkait sebagai prebiotik, serat diet, metabolism lemak dan control

diabetes. Pada daun stevia terindentifikasi 9 asam amino, yaitu asam glutamat, asam

aspartat, lisin, serin, isoleusin, alanin, prolin, tirosin dam metionin, bahkan ditemukan

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

52

sampai dengan 17 macam asam amino termasuk arginin dan hanya triptofan yang

tidak ada dari keseluruhan asam amino esensial. Mineral yang merupakan trace

element esensial, meliputi potassium, kalsium, magnesium, sodium, zinc dan zat besi,

ditemukan pada daun stevia dalam jumlah yang cukup (Lemus-Mondaca et al., 2012).

Enam asam lemak terindentifikasi dari minyak daun stevia, meliputi asam

palmitat dan asam linolenat sebagai yang terbanyak, asam palmitoleat, asam stearat,

asam oleat dan asam linoleat. Kandungan asam linolenat yang tinggi dapat membantu

mempertahankan rasio asam lemak ideal dalam diet. Vitamin utama yang ditemukan

pada ekstrak daun stevia ialah asam folat dan vitamin C (Lemus-Mondaca et al.,

2012).

Tabel 2.5. Kandungan nutrisional dari ekstrak daun stevia rebaudiana

(Lemus-Mondaca et al., 2012)

Mishra et

al. (2010)

Goyal et

al. (2010)

Serio

(2010)

Savita et

al. (2004)

Abou-Arab

et al.

(2010)

Tadhani and

Subhash

(2006a)

Kaushik et

al. (2010)

Moisture 7 4.65 ND 7 5.37 ND 7.7

Protein 10 11.2 11.2 9.8 11.40 20.4 12

Fat 3 1.9 5.6 2.5 3.73 4.34 2.7

Ash 11 6.3 ND 10.5 7.41 13.1 8.4

Carbohydrate 52 ND 53 52 61.9 35.2 ND

Crude fibre 18 15.2 15 18.5 15.5 ND ND

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

53

Tabel 2.6.

Perkiraan Komposisi Stevia Rebaudiana Bertoni (Goyal et al., 2010)

No Konstituen Jumlah (%)

1 Aluminium 0.0072

2 Mangan 0.0147

3 Abu 6.3000

4 Fosfor 0.3180

5 B-karoten 0.0075

6 Potasium 1.7800

7 Kalsium 0.5440

8 Protein 11.200

9 Kromium 0.0039

10 Selenium 0.0025

11 Kobal 0.0025

12 Silikon 0.0132

13 Lemak 1.9000

14 Sodium 0.0892

15 Serat 15.200

16 Timah 0.0015

17 Zat besi 0.0039

18 Vitamin 0.0110

19 Magnesium 0.3490

20 Air 82.300

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

54

Fitokomia yang dapat ditemukan pada stevia rebaudiana meliputi

austroinulin, beta karoten, dulkosida, nilasin, oksida rebaudi, riboflavin, steviol,

steviosida dan tiamin. Stevia rebaudiana bertoni juga mengandung stigmasterol, b-

sitosterol, campesterol, sterebin A-H, minyak volatil, asam askorbat, mineral,

elektrolit, vitamin dan juga flavonoid (Goyal et al., 2010; Lemus-Mondaca et al.,

2012).

Fungsi obat dari tanaman terletak pada beberapa zat kimia yang menghasilkan

kerja fisiologis pada tubuh manusia, terutama ditemukan pada alkaloid, flavonoid,

tannin, dan senyawa fenol. Skrining fitokimia terhadap bubuk daun stevia rebaudiana

menunjukkan kandungan yang terbanyak adalah tannin dan alkaloid, diikuti oleh

glikosida jantung, saponin, sterol, triterpen dan antrakuinon. Tannin dilaporkan

memiliki kemampuan menangkap radikal bebas dan aktifitas antioksidan. Saponin

dapat menstimulasi pertumbuhan otot, meningkatkan level testosterone, dan juga

menunjukkan kemampuan anti-bakteri, anti-diabetes dan fungsi imunologis (Lemus-

Mondaca et al., 2012).

Analisis fitokimia terhadap daun stevia yang dilakukan di laboratorium

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana menunjukkan hasil sebagai

berikut: (Lampiran 2)

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

55

Tabel 2.7.

Tabel Hasil Analisis Ekstrak Daun Stevia

Tanin

(%TAE)

Kap. Antioksidan

(% GAEAC)

Flavonoid

(% QE)

Fenol

(% GAE)

Ekstrak daun stevia 54.97 44.47 20.01 2.49

Keterangan:

Kap. Antioksidan : Kapasitas antioksidan

TAE : Tannic acid equivalent

GAEAC : Gallic acid equivalent antioxidant capacity

QE : Quarcetin equivalent

GAE : Gallic acid equivalent

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

56

Tabel 2.8.

Tabel Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Stevia rebaudiana

Partitionates

Saponin

Tannins

Triterpines

Alkaloids

Flavonoids

Glycosides

Pet-ether + + + + + +

Ethyl acetate

+ + + - + +

Chloroform

+ + - + + +

(Kujur et al., 2010; Hossain et al., 2011)

Keterangan:

A. E. : Aqueous extract

E. E. : Ether extract

M. E. : Methanol extract

2.5.2. Efek Antioksidan Stevia Rebaudiana

Literatur ilmiah menunjukkan bahwa daun stevia mengandung antioksidan

dengan peran biokimia yang berbeda-beda, terdiri dari asam askorbat, senyawa fenol,

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

57

termasuk flavonoid dan tannin. Aktivitas antioksidan dan pencegahan kerusakan

oksidatif DNA dilaporkan terjadi secara in vitro oleh ekstrak methanol dan etil asetat

daun stevia (Bender et al., 2015).

Metode yang didasarkan pada penangkapan radikal stabil 1,1 -diphenyl-2-

picrylhydrazyl (DPPH) telah digunakan secara luas untuk memprediksi aktivitas

antioksidan pada tanaman. Jahan, et al. menilai aktivitas DPPH, total fenol dan total

flavonoid dari ekstrak stevia pada konsentrasi yang berbeda dan didapatkan bahwa

ekstrak daun stevia dalam etanol 80% memiliki aktivitas antioksidan yang signifikan

sehingga ia berpotensi sebagai antioksidan natural.

Penelitian Bender et al. (2015) melalui pemeriksaan oxygen radical

absorbance capacity (ORAC) dan cellular antioxidant activity (CAA) menemukan

bahwa aktivitas antioksidan ekstrak daun stevia lebih tinggi dibandingkan ekstrak

batangnya, dan kapasitas steviosida dan rebausida A murni jauh lebih rendah. Juga

ditemukan tidak ada aktivitas antioksidan dari pemeriksaan CAA pada steviosida, hal

ini menunjukkan bahwa glikosida steviol sulit diserap di sel hati sehingga antivitas

antioksidannya tidak melibatkan level intraselular. Kandungan polifenol di dalam

ekstrak stevia tidak berhubungan secara signifikan dengan ORAC dan CAA.

Ekstrak daun stevia memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dan dilaporkan

menghambat pembentukan hidroksi peroksida di minyak sarden, lebih kuat

dibandingkan dengan teh hijau dan alfa tokoferol. Aktivitas antioksidan dari ekstrak

daun stevia dikaitkan dengan penangkapan elektron radikal bebas dan superoksid

(Lemus-Mondaca et al., 2012).

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

58

Penelitian oleh Vasko, et al. melaporkan pemberian ekstrak stevia tidak

memberikan efek yang signifikan terhadap aktivitas superoksid dismutase, enzim

antioksidan penting. Sehingga mekanisme kerja kapasitas antioksidan dari stevia

diduga melalui kemampuannya menurunkan radikal bebas teroksidasi secara

langsung, dibandingkan melalui modulasi sistem enzimatik endogen antioksidan.

2.5.3. Stevia Rebaudiana dan Dislipidemia

Penelitian oleh Sharma et al. (2007) mengamati pemberian ekstrak stevia pada

20 wanita hiperkolesterol, ditemukan bahwa konsumsi ekstrak stevia menurunkan

level kolesterol, trigliserida dan LDL kolesterol secara signifikan dan peningkatan

HDL kolesterol, sesuai dengan yang diharapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

ekstrak stevia memiliki efek hipolipidemik yang menurunkan risiko penyakit

kardiovaskular di masa yang akan datang.

Pemberian isosteviol selama 7 hari, asam hidrosilat dari stevioside, pada tikus

dengan diet tinggi lemak menunjukkan penurunan total kolesterol dan LDL kolesterol

serta peningkatan HDL kolesterol (Xu et al., 2012). Dua studi pada tikus diabetes

serta satu studi pada tikus dengan diet tinggi lemak yang menunjukkan penurunan

level serum lipid dengan pemberian ekstrak daun stevia. Aktivitas antihiperlipidemik

dari stevia rebaudiana diduga dikarenakan adanya flavonoid, asam askorbat dan

bahan lainnya (Park dan Cha, 2010; Hossain et al., 2011; Singh et al., 2013).

Studi pemberian ekstrak akar stevia selama 21 hari menunjukkan perbaikan

status lipid pada tikus diabetes, juga terjadi normalisasi dari penurunan antioksidan

enzimatik dan konsentrasi antioksidan non enzimatik (Singh dan Garg, 2014).

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

59

Penelitian oleh Savita dkk terhadap pemberian ekstrak stevia pada penderita

hipertensi dan diabetes menunjukkan perbaikan profil lipid, namun tidak bermakna

(Savita et al., 2004). Penelitian lainnya menunjukkan pemberian stevioside,

komponen aktif stevia, secara double–blind pada penderita hipertensi menunjukkan

tidak terdapat perubahan yang bermakna pada profil lipid dengan pemberian

stevioside (Chan et al., 2000).

Kerja antihiperlipidemik dari stevia diduga terkait dengan kandungan

konstituen di dalamnya, meliputi flavonoid, saponin, tannin, triterpin dan alkaloid.

Flavonoid telah diketahui memiliki aktivitas biologisnya yang luas termasuk aktivitas

hipolipidemik dari kerja antioksidannya. Kapasitas penurunan lipid dari tanaman ini

diperkirakan berasal dari konstituennya yang bekerja menghambat enzim hydroxyl-

methyl-glutaryl-CoA reductase yang berperan dalam biosintesis kolesterol secara de

novo (Hossain et al., 2011).

Penelitian oleh Elekofehinti et al.(2013) menunjukkan bahwa saponin dapat

memperbaiki profil lipid. Penurunan trigliserida yang terjadi diduga melibatkan

banyak faktor, diantaranya: penurunan sintesis asam lemak, peningkatan reseptor

LDL, aktivasi Lecithin-cholesterol acyl transferase (LCAT) and lipase dan

penghambatan acetyl-CoA carboxylase. Penurunan total kolesterol dapat dikarenakan

penurunan absorbsi kolesterol dari usus, melalui ikatan asam empedu, dan

peningkatan ekskresi asam empedu feses. Mekanisme lain yang diduga terlibat ialah

supresi sintesis kolesterol dengan menurunnya aktivitas 3-hydroxy-3-methyl-glutaryl-

CoA reductase (HMG-CoA reductase).

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

60

Flavonoid, yang meningkatkan resistensi tubuh terhadap oksidasi LDL

kolesterol, diyakini dapat menghambat aterosklerosis. HDL kolesterol menunjukkan

aktivitas dari lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT), yang memegang peranan

penting dalam metabolisme lipoprotein dan berkontribusi terhadap pengaturan lipid

dalam darah. Flavonoid meningkatkan rasio HDL-C/LDL-C sehingga mempercepat

pembuangan kolesterol dari jaringan perifer ke hati untuk katabolisme dan ekskresi

(Chen dan Li, 2007)

Penelitian oleh Niu et al.(2015) menemukan bahwa flavonoid mencegah

penghambatan adenosine monophosphate-activated protein kinase (AMPK) dan

bahkan meningkatkan fosforilasi AMPK dan ACC sebanyak dua kali lipat pada hati

tikus diabetes, hal yang sama ditemukan pada sel hati manusia (Hepatosit HepG2)

yang terpapar glukosa yang tinggi. Hal ini akan menyebabkan penurunan ACC dan

lipid hepar. Pada akhirnya aktivasi AMPK akan menurunkan sintesis lipid dan

meningkatkan oksidasi asam lemak.

Penelitian oleh Park dan Cha (2010) menemukan bahwa suplementasi ekstrak

stevia meningkatkan ACO, PPAR α, dan level mRNA ACC di hati, sehingga

meningkatkan level ACS dan CPT-I mRNA di hati. Penelitian ini menemukan bahwa

ekstrak stevia menyebabkan up-regulation proses kode gen enzim pada oksidasi asam

lemak di hati melalui aktivasi PPAR, sehingga didapatkan bahwa ekstrak stevia

mencegah obesitas dan gejala terkait obesitas, termasuk hyperlipidemia dan penyakit

kardiovaskular.

Hasil yang hampir serupa ditemukan pada Xu et al. (2012), yaitu terjadi

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

61

peningkatan ekspresi PPAR α di hati. PPAR bertanggung jawab dalam pengambilan,

katabolisme dan homeostasis lemak di berbagai jaringan termasuk di hati. Aktivasi

PPAR α dapat menurunkan toksisitas lipid melalui biogenesis mitokondrial,

peningkatan oksidasi asam lemak, penurunan akumulasi diasilgliserol dan seramid

pada jaringan, down-regulation komplek protein terkait adaptor 1 dan aktivasi NFkB.

Efek anti-apotosis dan antiinflamasi dari isosteviol diduga turut berperan dalam

perbaikan profil lipid.

PPAR α diaktivasi oleh asam lemak alami dan ligan sintetik, seperti fibrat,

dan memediasi gen yang mengatur pengambilan asam lemak dan katabolisme

oksidatif. Penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa komponen fenol dari

berbagai tanaman adalah aktivator PPAR α, yang mengontrol ekspresi banyak gen

yang terlibat dalam oksidasi asam lemak. Hasil penelitian menunjukkan level mRNA

PPAR di hati ditemukan paling tinggi pada grup dengan suplementasi stevia. Hasil ini

mengindikasikan bahwa stevia bisa jadi merupakan ligan / activator alami PPAR α,

sehingga terjadi peningkatan gen yang terlibat dalam oksidasi asam lemak (Park dan

Cha, 2010).

Pada studi ini juga ditemukan bahwa konsentrasi asil karnitin/ karnitin bebas

meningkat di hati setelah pemberian ekstrak stevia, yang kemungkinan dikarenakan

peningkatan biosintesis karnitin di hati. Karnitin mentranspor asam lemak ke

mitokondria, dimana asam lemak mengalami oksidasi beta, sehingga ia memiliki

peranan vital dalam mengaktifkan oksidasi asam lemak di jaringan. Karnitin yang

rendah akan memperlambat oksidasi beta dan meningkatkan serum lipid. Suplemetasi

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

62

stevia meningkatkan acid-insoluble acylcarnitine (AIAC), yang artinya ekstrak stevia

dapat memperbaiki fungsi metabolik seperti oksidasi asam lemak dan ketogenesis

(Park dan Cha, 2010).

Stevioside, kandungan aktif stevia rebaudiana, memperbaiki adipogenesis

dan pengambilan glukosa di jaringan adipose visceral, yang dibuktikan dengan

adanya ekspresi Lxr α (Liver-X-receptor-α), Fabp 4 dan Glut 4 yang tinggi. Induksi

Lxr α di jaringan adipose pada pemeberian ekstrak stevia mendukung peningkatan

ekspresi Glut 4, yang memperbaiki ambilan glukosa dan Fabp 4, yang memperbaiki

metabolisme asam lemak. Stevioside juga memperbaiki pertahanan antioksidan

melalui peningkatan ekspresi SOD, yang berhubungan dengan penurunan akumulasi

LDL teroksidasi di sirkulasi dan pembuluh darah (Geeraert, 2010).

2.5.4. Toksisitas Stevia Rebaudiana

Studi toksikologis menunjukkan bahwa steviosida tidak memiliki efek

mutagenik, teratogenik, ataupun karsinogenik. Belum pernah ditemukan reaksi alergi

terhadap penggunaannya sebagai pemanis. Studi terbaru pada toksisitas rebausida A

secara umum dan terhadap reproduksi memperkuat studi sebelumnya pada pada

steviol murni, menunjukkan keamanannya pada asupan dalam jumlah besar (Lemus-

Mondaca et al., 2012).

Kematian merupakan kriteria yang ambigu, tes toksisitas akut ditentukan pada

keadaan dimana setengah dari binatang coba mati (lethal dose 50% - LD50).

Steviosida dan steviol memiliki toksisitas akut oral yang rendah pada tikus, yang

artinya nilai LD50 nya tinggi. Steviosida sampai dengan 15g/kgBB tidak bersifat letal

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

63

terhadap tikus ataupun hamster. Nilai LD50 pada hamster adalah 5.2 dan 6.1 g/kg BB

pada jantan dan betina. Pada tikus nilai LD50 steviol lebih tinggi dari 15g/kgBB pada

kedua jenis kelamin (Geuns, 2002).

LD50 oral untuk ekstrak stevia ialah 17g/kgBB (20% dari steviosida) dan

15g/kgBB untuk steviosida murni (kemurnian 93.5%). Pada tikus LD50 steviosida

dengan pemberian oral ialah 8.2g/kgBB dan dengan pemberian intraperitoneal

2.99g/kgBB. Karena steviosida 300 kali lebih manis dari gula, maka LD 50 pada

angka 8.2g/kgBB setara dengan 2.5kg/kg BB gula (Geuns, 2002).

2.6 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus

norvegicus) Wistar jantan. Klasifikasi taksonomi dari tikus putih (Kusumawati,

2004):

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mammalia

Order : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Rattus

Species : norvegicus

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

64

Tikus digunakan untuk penelitian karena kesamaannya dengan manusia dalam

fisiologi, anatomi, nutrisi, patologi, dan metabolismenya. Sifat-sifat yang dimiliki

tikus antara lain mudah dipelihara, ukurannya cukup besar untuk diamati dan relatif

sehat, sehingga memenuhi kriteria sebagai hewan percobaan. Usia tikus 2-3 bulan

memiliki persamaan dengan manusia usia dewasa muda dan belum mengalami proses

penuaan intrinsik (Malole and Pramono, 1989; Harini and Astrin, 2009).

Tikus jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak

dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina.

Tikus jenis jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan

kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Ngatidjan, 2006).

Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan, yaitu

bahwa tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatominya yang tidak lazim di

tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus putih tidak mempunyai

kandung empedu (Smith and Mangkoewidjojo, 1988; Krinke, 2000).

Strain tikus yang paling popular digunakan sebagai standar penelitian

terhadap nutrisi, penuaan ataupun kelaianan metabolik adalah wistar adan sprague-

dawley. Sebuah studi yang membandingkan tikus wistar dan tikus sprague-dawley

menunjukkan bahwa tikus wistar lebih rentan terhadap obesitas, resistensi insulin dan

kelainan terkait lainnya, yang dibuktikan dengan penambahan berat badan yang lebih

cepat and nyata pada pemberian diet tinggi lemak. Serupa dengan sindrom metabolik

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Lipid - sinta.unud.ac.id II.pdf · endositosis yang dimediasi LDL reseptor di hati 2.1.3. Kolesterol Kolesterol adalah konstituen mayor dari membran sel

65

pada manusia, tikus wistar yang diberikan diet tinggi lemak tidak memanfaatkan

asam lemak secara luas dan menyebabkan akumulasi lemak dan terjadinya resistensi

insulin. Nilai RQ yang tinggi pada tikus Wistar menunjukkan bahwa mereka

meningkatkan oksidasi karbohidrat dan lipogenesis dengan mengorbankan

katabolisme lipid (Jun and Fehn, 2006).

Kadar kolesterol normal pada tikus putih galur wistar adalah 40-130 mg/dl

dan trigliserida darah normal 26-145mg/ dl. Jika dianalogikan dengan manusia, tikus

mengalami hiperkolesterolemia bila konsentrasi darahnya meningkat 20%.

Peningkatan kolesterol plasma dipengaruhi oleh jenis lemak yang ada dalam diet.

(Malole and Pramono, 1989).