31
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Media Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Media Pembelajaran Kata media dalam “media pembelajaran” secara harafiah berarti perantara atau pengantar, sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai “suatu kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”. Dengan demikian media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan kata lain pada saat kegiatan belajar berlangsung, bahan belajar ( learning matlerial) yang diterap siswa diperoleh melalui media. Latuheru (dalam Nur Rohnat), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses mengajar . Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran, pelatihan. Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Media Pembelajaran

2.1.1.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media dalam “media pembelajaran” secara harafiah berarti perantara atau

pengantar, sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai “suatu kondisi yang diciptakan

untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”. Dengan demikian media

pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan

atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan kata lain

pada saat kegiatan belajar berlangsung, bahan belajar (learning matlerial) yang diterap

siswa diperoleh melalui media.

Latuheru (dalam Nur Rohnat), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah

bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud

agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara

tepat guna dan berdaya guna.

Media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa

mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik

perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar

siswa.

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses mengajar . Segala

sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses

belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan,

manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran, pelatihan.

Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk

menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.

Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media

pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,

termasuk teknologi perangkat keras.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

6

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan

kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri

peserta didik.

Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran

seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media seperti

buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”.

2.1.1.2 Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 5 yaitu (Ridha Sarwono, 2008):

1. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti foto, gambar, poster, grafik,

kartun, liflet, buklet, torso, film bisu, model 3 dimensi seperti diora dan mokup.

2. Media audio adalah media yang hanya dapat didengar saja seperti kaset audio, radio,

MP3 Player, dan iPod.

3. Media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus didengar seperti film

bersuara, video, televisi dan sound slide. Dalam penemuan baru contoh media audio

visual yang dibuat dengan menggunakan komputer adalah media ulead video editor.

4. Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur secara lengkap seperti suara,

animasi, video, grafis dan film. Multimedia sering diidentikkan dengan komputer,

internet dan pembelajaran berbasis komputer.

5. Media realita yaitu semua media nyata yang berada di lingkungan alam, baik

digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti tumbuhan, batuan,

binatang, insektarium, herbarium, air, sawah dan sebagainya.

2.1.1.3 Tujuan menggunakan media pembelajaran.

Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran diantaranya yaitu:

1. Memudah proses belajar-mengajar.

2. Meningkatkan efisiensi belajar-mengajar.

3. Menjaga relevansi dengan tujuan belajar.

4. Membuat konsentrasi mahasiswa.

5. Menurut Gagne:Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk

belajar.

6. Menurut Briggs: Wahana fisik yang mengadung materi instruksional.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

7

7. Menurut Schramm: Teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional.

8. Menurut Y. Miarso: Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa.

Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau

sampai hari ini masih ada guru yang belum mengunakan media,itu hanya perlu satu hal

yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan

kebutuhan,situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain,media yang terbaik

adalah media yang ada. Terserah kepada guru yang bagaimana ia dapat

mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi,penjelasan pesan dan karakteristik siswa.

2.1.1.4 Pengertian VCD Pembelajaran

VCD (Video Compact Disk) adalah bahan ajar yang merupakan kombinasi dari

dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar animasi, dan video) dimana

pengoperasiannya perlu alat untuk menayangkan seperti TV, CD, komputer, dan proyektor

(Majid, 2006). Media ini dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, memperjelas

konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu

dan mempengaruhi sikap (Arsyad dalam Natael, 2008).

Video/VCD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis

dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya

mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan

peserta didik mencerna materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik (Natael, 2008).

VCD pembelajaran merupakan media atau bahan ajar audio-visual, media ini

biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar (audio visual aids/audio visual

media). Umumnya program video telah dibuat dalam rancangan lengkap, sehingga setiap

akhir dari penayangan video siswa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.

Baik tidaknya program video tentu saja tergantung pada desain awalnya, mulai analisis

kurikulum, pengetahuan media, skema yang menunjukan sekuensi (skenario) dari sebuah

program video, film, strip, pengambilan gambar dan proses editingnya.

Penggunaan VCD pembelajaran dilakukan ketika pembelajaran berlangsung,

dapat dilakukan di ruang kelas maupun di ruang peraga tergantung fasilitas yang dimiliki

oleh masing-masing sekolah. Waktu yang diperlukan dalam menggunakan media VCD

pembelajaran tergantung pada panjang video dan cakupan materinya, media ini digunakan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

8

dalam proses pembelajaran yang dapat dilakukan oleh semua guru baik guru TK, SD,

SLTP, SMU serta dosen di Perguruan Tinggi.

Untuk dapat memperoleh VCD pembelajaran guru dapat memanfaatkan VCD

yang telah siap dipasaran yang dapat dibeli di toko buku seperti Gramedia atau dapat juga

membuatnya sendiri dengan menggunakan program Ulead Video Editor pada komputer.

2.1.1.5 Penggunaan Media VCD Pembelajaran

Penggunaan VCD pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada anak

untuk meningkatkan keterampilan berbicaranya. Anak senang melihat gambar-gambar,

VCD pembelajaran merupakan salah satu media yang menyajikan pesan audio visual.

Dengan gambar yang menarik dan lucu perhatian anak akan langsung tertuju

kesana, sehingga akan menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi anak. Gambar

dan suara yang muncul membuat anak tidak cepat bosan, sehingga mendorong ia untuk

mengetahui lebih jauh sekaligus merangsang minat mereka untuk belajar (Ermayani,

2009). Dengan menggunakan VCD pembelajaran sebagai salah satu media untuk

menyampain pesan kepada anak, akan mempermudah menyampaikan materi kepada

anak karena proses pembelajaran tidak membosankan. Eliyawati (2005) mengatakan

bahwa salah satu fungsi media adalah untuk memgkongkritkan konsep-konsep yang

abstrak pada anak.Maka dengan digunakannya VCD pembelajaran informasi-informasi

yang anak dapatkan akan diperjelas melalui gambar-gambar,dan informasi-informasi

tersebutlah yang akan mengembangkan keterampilan berbicara anak. Sebagaiman

penelitian yang telah dilakukan oleh Juwita (2009) telah membuktikan bahwa media VCD

lebih unggul daripada media gambar berwarna dalam meningkatkan keterampilan

menyimak anak TK.

Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Hermana (2007) yang membuktikan

bahwa penggunaan media VCD memberikan pengaruh yang besar dibandingkan dengan

penggunaan media slide presentation terhadap hasil belajar anak. Penulis melakukan

penelitian di kelompok A TK X dikarenakan keterampilan berbicara anak kelompok A di TK

tersebut masih harus ditingkatkan. Berdasarkan observasi pendahuluan, pembelajarannya

sebagian besar masih bersifat konvensional dan media yang digunakannya pun masih

kurang bervariatif. Berdasarkan penelitian sebelumnya dan asumsi bahwa Video

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

9

pembelajaran berpengaruh terhadap keterampilan berbicara anak, maka penulis memilih

fokus penelitiannya pada "Pengaruh Penggunaan Media VCD Pembelajaran Terhadap

Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Taman Kanak-kanak". Pembelajaran

hendaknya mengarah pada pengembangan kreativitas berpikir peserta didik dan

peningkatan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru untuk meningkatkan

penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Dalam pembelajaran guru harus

mengetahui hakekat materi pelajaran sebagai bahan yang dapat mengembangkan

kemampuan berpikir peserta didik dan memahami berbagai model pembelajaran yang

dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar (Sagala, 2007 dalam Nur

Rohnat).

2.1.1.6 Cara Menggunakan VCD Pembelajaran

VCD pembelajaran dapat ditampilkan melalui komputer, LCD dan TV. Agar

penggunaan VCD pembelajaran lebih maksimal guru dapat melakukan :

1. Jika bahan itu dibeli, disewa atau dipinjam, usahakan agar guru mempunyai waktu

untuk mempelajarinya.

2. Guru sebaiknya memahami benar isi, buatlah catatan tentang istilah-istilah baru,

konsep dan fakta-fakta, juga harus dipersiapkan dengan bahan-bahan diskusi dan

evaluasi.

3. Sebelum film itu disajikan, diskusikanlah dahulu dengan para siswa tujuan dari video,

juga istilah-istilah dan pertanyaan-pertanyaan yang bisa dijawab mengenai

penggunaan media.

4. Pasanglah VCD atau video sebelum kelas dimulai.

5. Penataan kelas/tempat duduk, suhu, ventilasi dan cahaya harus baik agar tenang

ketika melihat film yang diputar.

6. Setelah siswa melihat, diskusikanlah istilah, konsep, fakta dan pertanyaan-pertanyaan

(Kartawidjaja, 1988).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

10

2.1.1.7 Pola-pola yang dapat digunakan dalam penggunaan VCD pembelajaran

(Angkowo dan Kosasih, 2007)

1. Pola klasikal

Pola klasikal adalah pola pemanfaatan video pembelajaran yang dilakukan

secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran di kelas. VCD pembelajaran dalam

pola ini bisa berfungsi sebagai pengayaan atas materi yang diajarkan oleh guru di

kelas. Namun demikian program video pembelajaran juga bisa menjadi materi pokok

sedangkan pendalamannya dilakukan melalui penjelasan guru. Hal ini tergantung isi

materi yang terdapat dalam program apakah materinya merupakan program pokok

atau program pengayaan. Guru hendaknya dapat merangsang siswa agar mereka

dapat berpartisipasi secara aktif, misalnya dengan memberikan sugesti, pertanyaan-

pertanyaan atau tugas-tugas yang jawaban atau petunjuknya terdapat di dalam

program.

TV monitor yang digunakan dalam pemanfaatan secara klasikal hendaknya

menggunakan TV monitor berwarna minimal ukuran 21 inch. TV diletakkan pada

ketinggian yang cukup agar siswa yang duduk di belakang dapat menyaksikan

gambar secara jelas. Akan lebih bagus lagi bila penayangannya menggunakan LCD

proyektor, karena gambar dapat diproyeksikan dengan ukuran yang lebih besar.

Jarak tempat duduk siswa yang paling dekat dengan TV adalah 4 x lebar layar

televisi, sedangkan tempat duduk terjauh adalah 12 x lebar layar TV. Tempat duduk

harus berada pada area sudut 90 derajat, karena siswa yang duduk di luar titik

pandang itu tidak dapat menyaksikan program dengan baik. Setelah menyaksikan

tayangan program usahakan ada kegiatan tindak lanjut. Tindak lanjut dapat berupa

diskusi atau tugas-tugas yang berhubungan dengan materi yang dibicarakan dalam

program.

2. Pola Kelompok Kecil

Jika program video dimanfaatkan oleh sekelompok kecil siswa (antara 5-10

orang), maka pemanfaatan program tersebut disebut pola kelompok kecil. Pola ini

akan lebih efektif bila dikaitkan dengan tugas kelompok. Tiap kelompok diberikan

tugas yang berbeda, untuk memanfaatkan program. Pemanfaatannya bisa dilakukan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

11

di sekolah atau bisa juga di salah satu rumah siswa di luar jam pelajaran.

Konsekuensinya pihak sekolah harus menyediakan fasiltas kepada siswa untuk dapat

memanfaatkan program di luar jam sekolah. Jika pemanfaatannya di salah satu rumah

anggota kelompok, maka pihak sekolah cukup menyediakan software (CD) untuk

dipinjamkan ke siswa dan keesokan harinya harus sudah dikembalikan agar dapat

dimanfaatkan oleh orang lain. Kepada tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan

hasilnya dan kelompok lain (yang tidak sedang presentasi) boleh menyanggah,

menambah/ menyempurnakan bahkan mengurangi. Dalam presentasi hasil kelompok

ini guru berfungsi sebagai fasilitator.

3. Pola Individual

Secara individual siswa diperkenankan memanfaatkan program video

pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah masing - masing. Pemanfaatan

secara individual ini bisa atas inisiatif siswa itu sendiri, atau bisa juga atas inisiatif

guru. Tetapi akan lebih bagus bila inisiatif itu datang dari siswa. Karena hal ini berarti

siswa akan lebih termotivasi. Oleh karena itu guru harus pandai - pandai meranqsang

siswa agar timbul kebutuhannya untuk menyaksikan program.

Akan lebih baik jika pihak sekolah memiliki kopi program lebih dari 3 buah

untuk setiap judulnya. Dengan demikian pelayanan pembelajaran kepada siswa akan

lebih sempurna, sehingga sekolah diharapkan memiliki lulusan yang lebih berkualitas.

2.1.1.8 Langkah–langkah pembelajaran dengan menggunakan VCD pembelajaran

(Angkowo dan Kosasih, 2007)

1. Persiapan

Sebelum memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya

melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topik dan program belajar

yang sudah dibuat.

b. Memeriksa kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan tegangan peralatan

dengan tegangan lisrik yang tersedia di sekolah.

c. Mempelajari bahan penyerta.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

12

d. Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang perlu atau

tidak pertu disajikan dalam kegiatan pembelajaran.

e. Memeriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang tertera.

f. Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis, dan peralatan lain yang

diperlukan.

g. Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat dan mendengar

dengan baik.

2. Pelaksanaan

Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya

melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Sebelum menghidupkan/memulai program video pembelajaran, ajak siswa agar

memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik.

b. Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.

c. Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan dimanfaatkan.

d. Memberikan prasarat/persepsi pengetahuan/pelajaran sebelumnya.

e. Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan/ petunjuk

teknis dan bahan penyerta.

f. Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program. Selama

program diputar, guru tidak perlu maju ke depan menunjuk gambar di layar atau

mondar-mandir berkeliling kelas. Lebih baik guru mengajarkan:

1) Menjaga agar suasana kelas tetap tertib.

2) Usahakan agar volume suara (narasi) jelas terdengar oleh seluruh siswa

yang ada di ruangan.

3) Mengatur kekontrasan dan kecerahan gambar pada pesawat televisi,

sehingga gambar terlihat jelas oleh siswa.

g. Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadap tayangan program.

h. Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan.

i. Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan evaluasi kepada

siswa.

3. Tindak lanjut

a. Memberikan tugas kepada siswa.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

13

b. Memberi pertanyaan/umpan balik.

c. Bagi mata pelajaran yang memerlukan praktikum, guru mengajak siswa untuk

mengadakan praktek di laboratorium.

d. Bagi mata pelajaran yang memerlukan tambahan referensi yang lebih lengkap,

guru mengajak siswa untuk belajar di perpustakaan.

e. Menginformasikan tentang pentingnya memperhatikan/ mendengarkan program

video pembelajaran untuk pemanfaatan program video pembelajaran

berikutnya.

f. Mengajak siswa untuk memperkaya materi melalui sumber belajar lain yang

relevan dengan materi yang dipelajari.

2.1.1.9 Kelebihan dan Kekurangan Media VCD Pembelajaran

1. Kelebihan media VCD pembelajaran

Adapun Kelebihan Media VCD (Video Compact Disc) antara lain:

a. Penonton dapat memperoleh informasi dari ahli.

b. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya sehingga pada

waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian dan penyajiannya.

c. Menghemat waktu dan bisa diputar ulang.

d. Bisa menyajikan lebih dekat obyek yang sedang bergerak atau obyek yang

berbahaya.

e. Keras atau lemahnya suara bisa diatur sesuai keinginan.

f. Gambar bisa diamati dengan seksama.

g. Ruangan tidak perlu digelapkan.

2. Kekurangan media VCD pembelajaran

Adapun Kelemahan dari Media VCD antara lain:

a. Perhatian penonton sulit untuk dikuasai.

b. Komunikasi bersifat satu arah.

c. Memerlukan peralatan mahal dan kompleks untuk memutar VCD (Video Compact

Disc).

d. Kurang mampu menampilkan detail dari obyek yang disajikan secara sempurna.

e. Media VCD (video compact disc) Mampu menyampaikan pembelajaran secara

aktual lengkap dan menyeluruh serta mampu menarik minat perhatian siswa.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

14

Walaupun penggunaan media VCD (video compact disc) memiliki kelemahan, namun

manfaat yang diberikan tidak dapat diabaikan dalam menyampaikan pesan-pesan secara

terarah. Apabila diprogramkan secara baik maka dapat memberikan hasil yang bermakna

bagisiswa, dengan demikian, perluasan wawasan tentang Ilmu Pengetahuan dapat

disampaikan secara praktis dan mudah dipahami oleh siswa.

2.1.1.10 Manfaat Penggunaan VCD Pembelajaran

Manfaat media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda

dalam proses belajar siswa khususnya mata pelajaran Sains materi sifat dan perubahan

wujud benda. Objek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 07. Jumlah sampel

yang diamati mencapai 48 siswa. Perlakuan diberikan dengan memberika media VCD

Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda. Teknik analisa data

menggunakan analisis menggunakan uji t hitung terhadap perbedaan hasil belajar baik

sebelum pelajaran VCD pembelajaran mempunyai sifat informatif sehingga dalam

mendukung proses belajar mengajar akan lebih diterima siswa. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui manfaat media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud

benda dalam proses belajar siswa khususnya mata pelajaran Sains materi sifat dan

perubahan wujud benda.

Objek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 07. Jumlah sampel yang

diamati mencapai 48 siswa. Perlakuan diberikan dengan memberikan media VCD

pembelajaran yang dipandang sebagai suatu sistem integral media mempunyai peranan

penting. Media mampu merangsang minat siswa dalam memahami kontekstualisasi

persoalan, sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan akan dapat efektif.

Selain itu media khususnya VCD pembelajaran mempunyai sifat informatif sehingga dalam

mendukung proses belajar mengajar akan lebih diterima siswa. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui manfaat media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud.

manfaat media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda dalam

proses belajar siswa khususnya mata pelajaran Sains materi sifat dan perubahan wujud

benda.

Objek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 07. Jumlah sampel yang

diamati mencapai 42 siswa. Perlakuan diberikan dengan memberikan media VCD

Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda. Teknik analisa data

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

15

menggunakan analisis menggunakan uji t hitung terhadap perbedaan hasil belajar baik

sebelum.

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Belajar

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat

dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar

sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.Dengan kata lain, belajar

merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk

bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan

respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus

dan keluaran atau output yang berupa respon.

Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon,

namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat

diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya

perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia hal-

hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Menurut Thorndike menyatakan

bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja

yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti apikiran, perasaan, atau hal-hal

lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu ineraksi yang

dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau

gerakan/tindakan.

Dari defenisi ini maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari

kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit

yaitu yang tidak dapat diamati. Depdiknas (2003) mendefinisikan 'belajar' sebagai proses

membangun makna/ pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses

membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain.

Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa.

Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru.

Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat

pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

16

belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru

jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.

2.1.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

1. Faktor-faktor Intern

Di dalam membicarakan faktor intern ini,akan dibahas menjadi tiga faktor,

yaitu: faktor jasmaniah, faktor Psikologis dan faktor kelelahan.

a. Faktor Jasmaniah

1) Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-

bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal

sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar

seseorang akan terganggu jika kesehatan sesorang terganggu, selain itu juga

ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika

badannya lelah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan kelainan-

kelainan fungsi alat indranya serta tubuhnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan

kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan

ketenttuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, isitrahat, tidur, makan,

olahraga, rekreasi dan ibadah.

2) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat berupa buta,

setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan

lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat

belajarnya juga tergantung. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada

lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat

menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

b. Faktor Psikologi

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor

psikologi yang mempegaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah inteligensi, perhatian,

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

17

minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Upaya-upaya dapat dilaksanakan

di sekolah untuk mempengaruhi faktor-faktor tersebut:

1) Inteligensi

Untuk memberikan pengertian tentang inteligensi, J.P. Chaplin

merumuskannya sebagai:

a) The ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively.

b) The ability to utilize abstract concepts effectively.

c) The ability to grasp relationships and to learn quickly

Jadi inteligensi itu adalah kecakupan yang terdiri dari tiga jenis yitu

cakupan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru

dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep

yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan

cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi

yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat integensi

yang rendah. Walau pun begitu siswa yang mempunyai tingkat inteligensi

yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya.

Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks

dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan inteligensi adalah

salah satu faktor di antara faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat

menghambat atau berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal

dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang normal

dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya

belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktor-faktor

yang mempengaruhi belajarnya (faktor jasmaniah, psikologi, keluarga,

sekolah, masyarakat) memberi pengaruh yang positif, jika siswa memiliki

inteligensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan

khusus.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

18

2) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,jiwa

itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda atau hal) atau

sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa

harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan

pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga

ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah

bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan

pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

3) Minat

Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut:

”Interest is persisting tendancy to pay attention to and enjoy some activity or

content”.

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,

diperhatian terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda

dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu

yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan

minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh

kepuasan.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan

belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-

segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu.

Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari

dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Jika terdapat siswa

yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia

mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang

menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan

cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

19

4) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: ”the capacity to learn”.

Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan

itu baru akan terealisasi menjadi kecakupan yang nyata sesudah belajar atau

berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat

mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau

tidak berbakat di bidang itu.

Dari uraian di atas jelas bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika

bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil

belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah ial lebih giat lagi

dalam belajarnya itu.

5) Motif

James Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai berikut:

Motive is an effective-conative factor which operates in determining the

direction of an individual’s behavior towards an end or goal, consioustly

apprehended or unconsioustly’’

Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.

Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi

untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab

berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya pengerak atau perdorongan.

Motif-motif di atas dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara

memberikan latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang

juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan

seseorang,di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan

kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan,

tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah

siap utntuk berpikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan belum tentu berarti

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

20

anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu

diperlukan latih-latihan dan pelajaran.

Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat

melaksanakan kecakupannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil

jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakupan

itu tergantung dari kematangan dan belajar.

7) Kesiapan

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah

preparedness to respond or react.

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi.

Kesedian itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan

kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini

perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan

padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

c. Faktor Kelelahan

Kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani (bersifat psikis), antara lain: kelelahan jasmani terlihat dengan lemah

gemulainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh.

Kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini

sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk

berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.

Dari uraian diatas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi

belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah mengnindari jangan

sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi

yang bebas dari kelelahan.

2. Faktor-faktor Ekstern

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan

menjadi tiga faktor yaitu;

a. Faktor Keluarga

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

21

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara

orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga.

1) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengarunya terhadap belajar

anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipti Wirowidjojo dengan

pertanyaannya yang menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga

pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya

untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk

pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia.

2) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua

dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranyaatau dengan

anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud

relasi itu misalnya: apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan

pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah

sikap yang acuh tak acuh.

3) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian

yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar.

Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk

faktor yang di sengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut

tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut

dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya.

4) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.

Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Misal

makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar

sepetri ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan buku-

buku.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

22

5) Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak

sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-

kadang anak mengalami lemah semangat,orang tua wajib member pengertian

dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak

di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui

perkembangannya.

6) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi

sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-

kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

pelajaran dan waktu sekolah, standar pembelajaran, keadaan gedung, metode

belajar dan tugas rumah.

1) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di

dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ing.s.Ulih bukit karo-karo

adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang lain kepada orang lain agar

orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya.

Di dalam pendidikan, orang lain yang disebut di atas disebut sebagai

murid atau siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat

menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu,

maka cara-cara mengajar haruslah setepat tepatnya dan seefisien serta

seefektif mungkin.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa metode mengajar itu menpengaruhi

belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan menpengaruhi belajar

siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat

terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kekurangan menguasai

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

23

bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap

guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik,

sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya

siswa malas untuk belajar.

2) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebaggai sejumlah kegiatan yang diberikan

kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan

pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan

pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu pengaruhi belajar siswa. Kurikulum

yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang

tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan

siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat

bahwa system instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar

yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan

baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani

siswa belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan

pedoman perencanaan yang demikian.

3) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses

tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi

cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan guru. Di dalam

relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai mata pelajaran

yang diberikan sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.

4) Relasi Siswa dengan Guru

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan

melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak

sehat. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang

menyenangkan teman lain, mempunyi rasa rendah diri atau sedang

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

24

mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya

makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya.

5) Disiplin Sekolah

Kedisiplin sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam

sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan

guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai

atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau keteraturan

kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah

dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim

BP dalam pelayanannya kepada siswa. Seluruh staf sekolah yang mengikuti

tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula,

selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.

6) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat berhubungannya dengan cara belajar siswa,

karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai

pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu, alat pelajaran yang

lengkap dan tepat akan mempelancar penerimaan bahan pelajaran yang

diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan

menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.

7) Waktu Sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di

sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu

sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk

sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertangungjawabkan. Di

mana siswa beristrirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, sehingga mereka

mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.

8) Standar Pelajaran di Atas Ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu member

pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan

takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

25

mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tapi berdasarkan

terori belajar, yang meningkat perkembangan psikis dan kepribadian siswa

yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi.

9) Keadaan Gedung

Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka

masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di

dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak,

kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.

10) Metode belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini

perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula

hasil belajar siswa. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-

kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan

tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan dapat

jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari dengan pembagian

waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan

meningkatkan hasil belajar.

11) Tugas rumah

Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar

waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka

diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan

di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang

lain.

c. Faktor Masyarakat

1) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap

perkembanagan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan

masyarakat yang terlalu banyak, misalnya: berorganisasi, kegiatan-kegiatan

sosial, keagamaan maka belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak

bijaksana dalam mengatur waktunya.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

26

2) Mass media

Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat

kabar, majalah, buku-buku, komik. Semuanya itu ada dan beredar dalam

masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap

siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga

berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan

bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan

pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

3) Teman bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bargaul siswa lebih cepat masuk

dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan

berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul

yang buruk pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.

4) Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap

belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar,

penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan

berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak/siswa

tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya.

Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar, yang

baik-baik maka anak akan berbuat baik seperti orang-orang yang ada di

lingkungannya.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

27

2.1.2.3 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-

sikap, apresiasi, dan keterampilan. Menurut pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,

baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap

rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol,

pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing.

Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan

analistis-sintesis factor konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat

khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya

sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan

masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam

urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan

eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai

standar perilaku.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetehuan, ingatan), comprehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merancanakan,

membentuk hubungan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving

(sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization

(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor juga meliputi initiatory,

pre-routine, dan rountinized. Psikomotrik juga mencakup keterampilan produktif, teknik,

fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran

meliputi kecakupan, informasi, pengertian, dan sikap.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

28

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan

bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran

yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat

secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

Menurut Sahertian (2004:20), Hasil belajar merupakan gambaran tingkat

penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang

diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai

dengan sasaran belajar.

Gagne dan Brings (dalam Nasution 2006:2) menyatakan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar.

Reugeluth (dalam Nasution 2006:2) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perilaku yang

dapat diamati yang menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang. Pendapat ini

dikemukakan oleh Surya (2003:64) bahwa hasil belajar ialah Berbentuk perubahan pada

pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Prayitno (2002:164) menyatakan bahwa hasil belajar adalah Sesuatu yang baru,

baik dalam kawasan kognitif, afektif, konatif, maupun psikomotorik/keterampilan. Pendapat

yang sama dikemukakan oleh Depdiknas (2003:3) hasil belajar siswa adalah Kemampuan

yang utuh yang mencakup kemampuan kognitf maupun psikomoto, dan kemampuan

afektif atau perilaku. Sedangakan menurut Hamalik (2004:28), Hasil belajar yang utama

adalah perubahan tingkah laku yang bulat.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Winkel (2004:162) Hasil

belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Berdasarkan pengertian tersebut

dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah bukti dari sustu proses usaha yang

dilakukan oleh individu guna memperolah pertubahan tingkah laku yang ditempatkan

dalam interksi dengan lingkungan sekitarnya.

Dalam meningkatkan daya serap, hasil balajar dapat dipengaruhi faktor:

1. Faktor Internal

Faktor internal dalah faktor yang ada pada diri anak, misalnya Motif tertentu

dalam diri siswa. Siswa yang mempunyai motif tertentu dalam belajar akan lebih

berhasil dari pada siswa yang tidak mempunyai motif.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

29

Seseorang melakukan aktivitas karena ada yang mendorongnya. Dalam hal

ini motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk

belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar yang belum sampai pada tataran

motivasi maka belum menunjukkan aktivitas nyata. Motivasi seeorang dapat

dijabarkan dalam bentuk minat.

Minat merupakan kecenderuangan psikologis yang menyenangi objek, belum

sampai melakukan kegiatan. Hal ini berarti pula bahwa minat adalah alat motivasi

dalam belajar, maka ia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang waktu tertentu.

Oleh karena itu, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas

belajar seseorang.

2. Faktor eksternal

Faktor Eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri anak itu sendiri

misalnya keluarga, lingkungan, sekolah, lingkungan, dan masyarakat.

Situasi keluarga yang kurang menunjang proses belajar seperti kekacauan

rumah tangga (broken home), kurang perhatian orang tua, cara orang tua mendidik

kurang baik, kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua.

Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai, seperti kurang memadainya

sarana atau sumber belajar : cara-cara guru dalam mengajar yang kurang menarik,

kurikulum yang dipelajari tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik,

perlengkapan belajar yang kurang, cara evaluasi, ruang belajar, sistem administrasi,

waktu belajar, dan situasi sekolah.

Lingkungan sosial yang kurang memadai, seperti : pengaruh negatif dalam

pergaulan, situasi masyarakat yang kacau, gangguan kebudayaan seperti pengaruh

film, bacaan-bacaan.

Berdasarkan kajian teori tentang hasil belajar yang telah diuraikan, maka

penulis dapat merarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah gambaran tingkat

penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari

berupa perubahan perilaku belajar siswa. Perubahan tingkah laku ini meliputi ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor, dan dalam meningkatkan daya serap, hasil balajar

dapat dipengaruhi faktor internal dan eksternal.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

30

a. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berubungan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis,sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-

fakta,konsep-konsep,atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses

penemuan.Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah.Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat

sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui

pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.Penerapan IPA perlu dilakukan

secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI

diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sain, lingkungan, teknologi,dan

masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat

suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara

bijaksanakana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuri ilmiah (scientific inqury) untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir,bekerja,dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting hidup. Olehkarena itu pembelajaran IPA di

SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

b. Tujuan IPA

Mata pelajaran IPA SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

31

3. Mengembangkan rasa ingin tahu,sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan

yang saling mempengaruhi antara IPA,lingkungan,teknologi,dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan

masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperansertan dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai

salah satu ciptaan Tugan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

c. Ruang Lingkup

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi,sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,padat,dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya,bunyi,panas,magnet,listrik,chaya dan pesawat

sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah,bumi,tata surya,dan benda-benda langit lainnya.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar

minimum yang secara nasional harus dicapai oleh perserta didik dan menjadi acuan dalam

pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SD dan KD didasarkan

pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,bekerja,ilimiah,dan

pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.Indikator membuat daftar sumber bunyi yang

terdapat di lingkungan sekitar.

d. Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA

Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Asumsi dasar ialah proses

pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada hubungan

antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk

menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari

pengajaran itu.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

32

Hasil belajar adalah akumulasi kegiatan belajar mengajar dalam bentuk pemberian

ujian oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan siswa

dan guru (Sumaatmadja,1996).

Menurut Romiszowski (1981) bahwa hasil belajar merupakan tingkah laku yang

dapat diukur dengan tes tentang bidang yang dipelajari.

Bloom (1981) mendefinisikan hasil belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku

yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah

kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, digolongkan sebagai tingkat kognitif rendah.

Analisis, sintesis dan evaluasi disebut sebagai tingkat kognitif tinggi. Ranah afektif meliputi

penerimaan, perhatian, penanggapan, penyesuaian, penghargaan dan penyatuan. Ranah

psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketelitian, koordinasi, dan naturalisasi.

Gagne dan Briggs (1978) mengatakan bahwa hasil belajar adalah gambaran

kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar yang dapat

diklasifikasikan ke dalam lima kategori, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif,

informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap.

Hasil belajar mata pelajaran IPA adalah akumulasi kegiatan belajar mengajar dalam

bentuk pemberian ujian oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar

yang dilakukan siswa dan guru pada mata pembelajaran IPA.

IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan

menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari

hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan

(Izzatin Kamala, 2008).

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian Muji Triyono ( 2009 ) dalam skripsinya yang berjudul

”Pengembangan Media Audio Visual (VCD Pembelajaran) Untuk Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam Topik Tata Surya” menyatakan bahwa, “media audio visual atau VCD

pembelajaran terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dari penelitian 23 orang

yang mendapat nilai <60 hanya 4 siswa dan lainnya mendapat nilai >70”.

Berdasarkan hasil penelitian Miftakhul Norman Arif ( 2007 ) dalam skripsinya yang

berjudul ”Efektivitas Penggunaan Media VCD Dan Gambar Cetak Dalam Pembelajaran

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

33

IPS Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV Di SD Negeri 05 Semarang Tahun

Pelajaran 2007/2008” menyatakan bahwa:

1. Penggunaan media VCD lebih efektif dibandingkan media gambar cetak

2. Berdasarkan uji perbedaan dua rata-rata ada perbedaan hasil belajar antara

kelompok eksperimen 1 yang menggunakan media VCD lebih baik dari pada

kelompok eksperimen 2 yang menggunakan media gambar cetak.

Menurut Colletti dalam Soekartawi (1995), urutan efektivitas dalam penggunaan

media pengajaran dalam kaitannya dengan daya serap siswa dalam menangkap informasi

dengan menggunakan media pengajaran VCD yang merupakan media audio visual lebih

efektif, dimana daya serapnya sekitar 75% dari pada penyampaian materi dengan metode

ceramah. Berdasarkan penelitian Colletti, maka dapat dilihat betapa pentingnya

penggunaan media pengajaran VCD yang dapat dilihat langsung oleh siswa sehingga

memiliki pengalaman belajar yang mendekati kongkrit.

Menurut Nana Sudjana (2003) beberapa keuntungan yang didapat dengan

penggunaan VCD pembelajaran dalam bentuk video/film, antara lain:

1. Dengan video/film seseorang dapat belajar sendiri

2. Sebagai media pandang dengar video/film menyajikan situasi yang kompetitif dan

dapat diulang-ulang.

3. Dapat menampilkan sesuatu yang detail dari benda yang bergerak kompleks yang

sulit dilihat dengan mata.

4. Video dapat diproses maupun dipercepat maupun diperlambat, dapat diulang pada

bagian tertentu yang perlu lebih jelas, dan bahkan data diperbesar.

5. Memungkinkan pula untuk membandingkan antara dua adegan berbeda diputar dalam

waktu bersama.

6. Video juga dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan, promosi suatu

produk, interview, dan menampilkan suatu percobaan yang berproses.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

34

2.3 Kerangka Berpikir

Dari kajian teori yang diuraikan maka peneliti dapat mengupas bahwa, VCD

pembelajaran merupakan media audiovisual yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar

dan merupakan kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar animasi,

dan video) dimana pengoperasiannya perlu alat untuk menayangkan seperti TV, CD,

komputer, dan proyektor. VCD pembelajaran dapat menyajikan informasi, memaparkan

proses, memperjelas konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, serta merupakan

media yang dapat menyajikan suatu konsep yang lebih konkrit.

VCD pembelajaran merupakan media yang sangat tepat digunakan dalam

pembelajaran terutama pada pelajaran IPA karena pada dasarnya IPA merupakan mata

pelajaran yang mempelajari tentang lingkungan dan alam semesta sehingga perlu media

yang mendekati konkrit yang dapat diperoleh dengan menggunakan VCD pembelajaran.

VCD pembelajaran juga dapat lebih mempersingkat pembelajaran karena cakupan materi

yang banyak dapat dipersingkat melalui media ini. Pembelajaran dengan menggunakan

media VCD, harus dilakukan sesuai dengan langkah pembelajaran yang tepat. Langkah-

langkah pembelajaran yang dilakukan pada pembelajaran dengan menggunakan media

VCD pembelajaran meliputi 3 kegiatan yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.

Kegiatan persiapan yang dilakukan guru meliputi memeriksa kesesuaian isi materi dalam

VCD, menyiapkan kesiapan siswa dan mengatur tempat duduk siswa agar dapat melihat

dan mendengar tayangan VCD dengan jelas. Kegiatan pelaksanaan meliputi menjelaskan

tujuan pembelajaran dan materi pokok yang akan dipelajari, pemberian motivasi,

pengamatan terhadap tayangan VCD, memantau kegiatan siswa ketika mengamati

tayangan VCD, tanya jawab materi dalam VCD, menjelaskan kembali materi dalam VCD,

memberi penegasan dan penguatan tayangan VCD. Kegiatan tindak lanjut meliputi

melakukan percobaan untuk memperkaya materi, memberi pertanyaan atau umpan balik

dan membuat kesimpulan materi yang dipelajari, pemberian tugas berupa evaluasi.

Dengan adanya gambar yang menarik dan konkrit, maka pemahaman dan daya

ingat siswa terhadap materi yang disampaikan akan lebih mudah terserap dari pada

pembelajaran yang monoton dan membosankan. Siswa akan lebih terangsang dalam

mengingat pembelajaran, dan ketika dihadapkan pada soal maka siswa akan lebih mudah

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1 - UKSW

35

menjawab karena siswa benar-benar memahami materi yang disajikan. Dengan adanya

pemahaman ini maka hasil belajar siswa pun akan lebih baik.

Bagan kerangka berpikir

2.4 Hipotesis Penelitian atau Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Penggunaan VCD

Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 07

semester II tahun ajaran 2011/2012”.

Kelas Kontrol

Terdapat pengaruh yang signifikan dengan penggunaan VCD dalam pembelajaran di mana hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Post test

Hasil pretes tidak boleh ada perbedaan

yang signifikan.

Pembelajaran Konvensional

Pre test

Kelas Eksperimen Pretest

Pembelajaran menggunakan

VCD Post test

Hasil

Belajar