Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Media Pembelajaran
2.1.1.1 Pengertian Media Pembelajaran
Kata media dalam “media pembelajaran” secara harafiah berarti perantara atau
pengantar, sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai “suatu kondisi yang diciptakan
untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”. Dengan demikian media
pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan
atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan kata lain
pada saat kegiatan belajar berlangsung, bahan belajar (learning matlerial) yang diterap
siswa diperoleh melalui media.
Latuheru (dalam Nur Rohnat), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah
bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud
agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara
tepat guna dan berdaya guna.
Media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa
mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik
perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar
siswa.
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses mengajar . Segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan,
manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran, pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.
Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar,
termasuk teknologi perangkat keras.
6
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan
kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta didik.
Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media pembelajaran
seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media seperti
buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”.
2.1.1.2 Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 5 yaitu (Ridha Sarwono, 2008):
1. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti foto, gambar, poster, grafik,
kartun, liflet, buklet, torso, film bisu, model 3 dimensi seperti diora dan mokup.
2. Media audio adalah media yang hanya dapat didengar saja seperti kaset audio, radio,
MP3 Player, dan iPod.
3. Media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus didengar seperti film
bersuara, video, televisi dan sound slide. Dalam penemuan baru contoh media audio
visual yang dibuat dengan menggunakan komputer adalah media ulead video editor.
4. Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur secara lengkap seperti suara,
animasi, video, grafis dan film. Multimedia sering diidentikkan dengan komputer,
internet dan pembelajaran berbasis komputer.
5. Media realita yaitu semua media nyata yang berada di lingkungan alam, baik
digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti tumbuhan, batuan,
binatang, insektarium, herbarium, air, sawah dan sebagainya.
2.1.1.3 Tujuan menggunakan media pembelajaran.
Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran diantaranya yaitu:
1. Memudah proses belajar-mengajar.
2. Meningkatkan efisiensi belajar-mengajar.
3. Menjaga relevansi dengan tujuan belajar.
4. Membuat konsentrasi mahasiswa.
5. Menurut Gagne:Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk
belajar.
6. Menurut Briggs: Wahana fisik yang mengadung materi instruksional.
7
7. Menurut Schramm: Teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional.
8. Menurut Y. Miarso: Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa.
Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau
sampai hari ini masih ada guru yang belum mengunakan media,itu hanya perlu satu hal
yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan
kebutuhan,situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain,media yang terbaik
adalah media yang ada. Terserah kepada guru yang bagaimana ia dapat
mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi,penjelasan pesan dan karakteristik siswa.
2.1.1.4 Pengertian VCD Pembelajaran
VCD (Video Compact Disk) adalah bahan ajar yang merupakan kombinasi dari
dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar animasi, dan video) dimana
pengoperasiannya perlu alat untuk menayangkan seperti TV, CD, komputer, dan proyektor
(Majid, 2006). Media ini dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, memperjelas
konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu
dan mempengaruhi sikap (Arsyad dalam Natael, 2008).
Video/VCD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis
dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya
mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan
peserta didik mencerna materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik (Natael, 2008).
VCD pembelajaran merupakan media atau bahan ajar audio-visual, media ini
biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar (audio visual aids/audio visual
media). Umumnya program video telah dibuat dalam rancangan lengkap, sehingga setiap
akhir dari penayangan video siswa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.
Baik tidaknya program video tentu saja tergantung pada desain awalnya, mulai analisis
kurikulum, pengetahuan media, skema yang menunjukan sekuensi (skenario) dari sebuah
program video, film, strip, pengambilan gambar dan proses editingnya.
Penggunaan VCD pembelajaran dilakukan ketika pembelajaran berlangsung,
dapat dilakukan di ruang kelas maupun di ruang peraga tergantung fasilitas yang dimiliki
oleh masing-masing sekolah. Waktu yang diperlukan dalam menggunakan media VCD
pembelajaran tergantung pada panjang video dan cakupan materinya, media ini digunakan
8
dalam proses pembelajaran yang dapat dilakukan oleh semua guru baik guru TK, SD,
SLTP, SMU serta dosen di Perguruan Tinggi.
Untuk dapat memperoleh VCD pembelajaran guru dapat memanfaatkan VCD
yang telah siap dipasaran yang dapat dibeli di toko buku seperti Gramedia atau dapat juga
membuatnya sendiri dengan menggunakan program Ulead Video Editor pada komputer.
2.1.1.5 Penggunaan Media VCD Pembelajaran
Penggunaan VCD pembelajaran dapat memberikan kesempatan kepada anak
untuk meningkatkan keterampilan berbicaranya. Anak senang melihat gambar-gambar,
VCD pembelajaran merupakan salah satu media yang menyajikan pesan audio visual.
Dengan gambar yang menarik dan lucu perhatian anak akan langsung tertuju
kesana, sehingga akan menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi anak. Gambar
dan suara yang muncul membuat anak tidak cepat bosan, sehingga mendorong ia untuk
mengetahui lebih jauh sekaligus merangsang minat mereka untuk belajar (Ermayani,
2009). Dengan menggunakan VCD pembelajaran sebagai salah satu media untuk
menyampain pesan kepada anak, akan mempermudah menyampaikan materi kepada
anak karena proses pembelajaran tidak membosankan. Eliyawati (2005) mengatakan
bahwa salah satu fungsi media adalah untuk memgkongkritkan konsep-konsep yang
abstrak pada anak.Maka dengan digunakannya VCD pembelajaran informasi-informasi
yang anak dapatkan akan diperjelas melalui gambar-gambar,dan informasi-informasi
tersebutlah yang akan mengembangkan keterampilan berbicara anak. Sebagaiman
penelitian yang telah dilakukan oleh Juwita (2009) telah membuktikan bahwa media VCD
lebih unggul daripada media gambar berwarna dalam meningkatkan keterampilan
menyimak anak TK.
Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Hermana (2007) yang membuktikan
bahwa penggunaan media VCD memberikan pengaruh yang besar dibandingkan dengan
penggunaan media slide presentation terhadap hasil belajar anak. Penulis melakukan
penelitian di kelompok A TK X dikarenakan keterampilan berbicara anak kelompok A di TK
tersebut masih harus ditingkatkan. Berdasarkan observasi pendahuluan, pembelajarannya
sebagian besar masih bersifat konvensional dan media yang digunakannya pun masih
kurang bervariatif. Berdasarkan penelitian sebelumnya dan asumsi bahwa Video
9
pembelajaran berpengaruh terhadap keterampilan berbicara anak, maka penulis memilih
fokus penelitiannya pada "Pengaruh Penggunaan Media VCD Pembelajaran Terhadap
Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Taman Kanak-kanak". Pembelajaran
hendaknya mengarah pada pengembangan kreativitas berpikir peserta didik dan
peningkatan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru untuk meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Dalam pembelajaran guru harus
mengetahui hakekat materi pelajaran sebagai bahan yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik dan memahami berbagai model pembelajaran yang
dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar (Sagala, 2007 dalam Nur
Rohnat).
2.1.1.6 Cara Menggunakan VCD Pembelajaran
VCD pembelajaran dapat ditampilkan melalui komputer, LCD dan TV. Agar
penggunaan VCD pembelajaran lebih maksimal guru dapat melakukan :
1. Jika bahan itu dibeli, disewa atau dipinjam, usahakan agar guru mempunyai waktu
untuk mempelajarinya.
2. Guru sebaiknya memahami benar isi, buatlah catatan tentang istilah-istilah baru,
konsep dan fakta-fakta, juga harus dipersiapkan dengan bahan-bahan diskusi dan
evaluasi.
3. Sebelum film itu disajikan, diskusikanlah dahulu dengan para siswa tujuan dari video,
juga istilah-istilah dan pertanyaan-pertanyaan yang bisa dijawab mengenai
penggunaan media.
4. Pasanglah VCD atau video sebelum kelas dimulai.
5. Penataan kelas/tempat duduk, suhu, ventilasi dan cahaya harus baik agar tenang
ketika melihat film yang diputar.
6. Setelah siswa melihat, diskusikanlah istilah, konsep, fakta dan pertanyaan-pertanyaan
(Kartawidjaja, 1988).
10
2.1.1.7 Pola-pola yang dapat digunakan dalam penggunaan VCD pembelajaran
(Angkowo dan Kosasih, 2007)
1. Pola klasikal
Pola klasikal adalah pola pemanfaatan video pembelajaran yang dilakukan
secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran di kelas. VCD pembelajaran dalam
pola ini bisa berfungsi sebagai pengayaan atas materi yang diajarkan oleh guru di
kelas. Namun demikian program video pembelajaran juga bisa menjadi materi pokok
sedangkan pendalamannya dilakukan melalui penjelasan guru. Hal ini tergantung isi
materi yang terdapat dalam program apakah materinya merupakan program pokok
atau program pengayaan. Guru hendaknya dapat merangsang siswa agar mereka
dapat berpartisipasi secara aktif, misalnya dengan memberikan sugesti, pertanyaan-
pertanyaan atau tugas-tugas yang jawaban atau petunjuknya terdapat di dalam
program.
TV monitor yang digunakan dalam pemanfaatan secara klasikal hendaknya
menggunakan TV monitor berwarna minimal ukuran 21 inch. TV diletakkan pada
ketinggian yang cukup agar siswa yang duduk di belakang dapat menyaksikan
gambar secara jelas. Akan lebih bagus lagi bila penayangannya menggunakan LCD
proyektor, karena gambar dapat diproyeksikan dengan ukuran yang lebih besar.
Jarak tempat duduk siswa yang paling dekat dengan TV adalah 4 x lebar layar
televisi, sedangkan tempat duduk terjauh adalah 12 x lebar layar TV. Tempat duduk
harus berada pada area sudut 90 derajat, karena siswa yang duduk di luar titik
pandang itu tidak dapat menyaksikan program dengan baik. Setelah menyaksikan
tayangan program usahakan ada kegiatan tindak lanjut. Tindak lanjut dapat berupa
diskusi atau tugas-tugas yang berhubungan dengan materi yang dibicarakan dalam
program.
2. Pola Kelompok Kecil
Jika program video dimanfaatkan oleh sekelompok kecil siswa (antara 5-10
orang), maka pemanfaatan program tersebut disebut pola kelompok kecil. Pola ini
akan lebih efektif bila dikaitkan dengan tugas kelompok. Tiap kelompok diberikan
tugas yang berbeda, untuk memanfaatkan program. Pemanfaatannya bisa dilakukan
11
di sekolah atau bisa juga di salah satu rumah siswa di luar jam pelajaran.
Konsekuensinya pihak sekolah harus menyediakan fasiltas kepada siswa untuk dapat
memanfaatkan program di luar jam sekolah. Jika pemanfaatannya di salah satu rumah
anggota kelompok, maka pihak sekolah cukup menyediakan software (CD) untuk
dipinjamkan ke siswa dan keesokan harinya harus sudah dikembalikan agar dapat
dimanfaatkan oleh orang lain. Kepada tiap kelompok diminta untuk mempresentasikan
hasilnya dan kelompok lain (yang tidak sedang presentasi) boleh menyanggah,
menambah/ menyempurnakan bahkan mengurangi. Dalam presentasi hasil kelompok
ini guru berfungsi sebagai fasilitator.
3. Pola Individual
Secara individual siswa diperkenankan memanfaatkan program video
pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah masing - masing. Pemanfaatan
secara individual ini bisa atas inisiatif siswa itu sendiri, atau bisa juga atas inisiatif
guru. Tetapi akan lebih bagus bila inisiatif itu datang dari siswa. Karena hal ini berarti
siswa akan lebih termotivasi. Oleh karena itu guru harus pandai - pandai meranqsang
siswa agar timbul kebutuhannya untuk menyaksikan program.
Akan lebih baik jika pihak sekolah memiliki kopi program lebih dari 3 buah
untuk setiap judulnya. Dengan demikian pelayanan pembelajaran kepada siswa akan
lebih sempurna, sehingga sekolah diharapkan memiliki lulusan yang lebih berkualitas.
2.1.1.8 Langkah–langkah pembelajaran dengan menggunakan VCD pembelajaran
(Angkowo dan Kosasih, 2007)
1. Persiapan
Sebelum memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topik dan program belajar
yang sudah dibuat.
b. Memeriksa kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan tegangan peralatan
dengan tegangan lisrik yang tersedia di sekolah.
c. Mempelajari bahan penyerta.
12
d. Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang perlu atau
tidak pertu disajikan dalam kegiatan pembelajaran.
e. Memeriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang tertera.
f. Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis, dan peralatan lain yang
diperlukan.
g. Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat dan mendengar
dengan baik.
2. Pelaksanaan
Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Sebelum menghidupkan/memulai program video pembelajaran, ajak siswa agar
memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik.
b. Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.
c. Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan dimanfaatkan.
d. Memberikan prasarat/persepsi pengetahuan/pelajaran sebelumnya.
e. Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan/ petunjuk
teknis dan bahan penyerta.
f. Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program. Selama
program diputar, guru tidak perlu maju ke depan menunjuk gambar di layar atau
mondar-mandir berkeliling kelas. Lebih baik guru mengajarkan:
1) Menjaga agar suasana kelas tetap tertib.
2) Usahakan agar volume suara (narasi) jelas terdengar oleh seluruh siswa
yang ada di ruangan.
3) Mengatur kekontrasan dan kecerahan gambar pada pesawat televisi,
sehingga gambar terlihat jelas oleh siswa.
g. Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadap tayangan program.
h. Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan.
i. Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan evaluasi kepada
siswa.
3. Tindak lanjut
a. Memberikan tugas kepada siswa.
13
b. Memberi pertanyaan/umpan balik.
c. Bagi mata pelajaran yang memerlukan praktikum, guru mengajak siswa untuk
mengadakan praktek di laboratorium.
d. Bagi mata pelajaran yang memerlukan tambahan referensi yang lebih lengkap,
guru mengajak siswa untuk belajar di perpustakaan.
e. Menginformasikan tentang pentingnya memperhatikan/ mendengarkan program
video pembelajaran untuk pemanfaatan program video pembelajaran
berikutnya.
f. Mengajak siswa untuk memperkaya materi melalui sumber belajar lain yang
relevan dengan materi yang dipelajari.
2.1.1.9 Kelebihan dan Kekurangan Media VCD Pembelajaran
1. Kelebihan media VCD pembelajaran
Adapun Kelebihan Media VCD (Video Compact Disc) antara lain:
a. Penonton dapat memperoleh informasi dari ahli.
b. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya sehingga pada
waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian dan penyajiannya.
c. Menghemat waktu dan bisa diputar ulang.
d. Bisa menyajikan lebih dekat obyek yang sedang bergerak atau obyek yang
berbahaya.
e. Keras atau lemahnya suara bisa diatur sesuai keinginan.
f. Gambar bisa diamati dengan seksama.
g. Ruangan tidak perlu digelapkan.
2. Kekurangan media VCD pembelajaran
Adapun Kelemahan dari Media VCD antara lain:
a. Perhatian penonton sulit untuk dikuasai.
b. Komunikasi bersifat satu arah.
c. Memerlukan peralatan mahal dan kompleks untuk memutar VCD (Video Compact
Disc).
d. Kurang mampu menampilkan detail dari obyek yang disajikan secara sempurna.
e. Media VCD (video compact disc) Mampu menyampaikan pembelajaran secara
aktual lengkap dan menyeluruh serta mampu menarik minat perhatian siswa.
14
Walaupun penggunaan media VCD (video compact disc) memiliki kelemahan, namun
manfaat yang diberikan tidak dapat diabaikan dalam menyampaikan pesan-pesan secara
terarah. Apabila diprogramkan secara baik maka dapat memberikan hasil yang bermakna
bagisiswa, dengan demikian, perluasan wawasan tentang Ilmu Pengetahuan dapat
disampaikan secara praktis dan mudah dipahami oleh siswa.
2.1.1.10 Manfaat Penggunaan VCD Pembelajaran
Manfaat media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda
dalam proses belajar siswa khususnya mata pelajaran Sains materi sifat dan perubahan
wujud benda. Objek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 07. Jumlah sampel
yang diamati mencapai 48 siswa. Perlakuan diberikan dengan memberika media VCD
Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda. Teknik analisa data
menggunakan analisis menggunakan uji t hitung terhadap perbedaan hasil belajar baik
sebelum pelajaran VCD pembelajaran mempunyai sifat informatif sehingga dalam
mendukung proses belajar mengajar akan lebih diterima siswa. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui manfaat media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud
benda dalam proses belajar siswa khususnya mata pelajaran Sains materi sifat dan
perubahan wujud benda.
Objek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 07. Jumlah sampel yang
diamati mencapai 48 siswa. Perlakuan diberikan dengan memberikan media VCD
pembelajaran yang dipandang sebagai suatu sistem integral media mempunyai peranan
penting. Media mampu merangsang minat siswa dalam memahami kontekstualisasi
persoalan, sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan akan dapat efektif.
Selain itu media khususnya VCD pembelajaran mempunyai sifat informatif sehingga dalam
mendukung proses belajar mengajar akan lebih diterima siswa. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui manfaat media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud.
manfaat media VCD Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda dalam
proses belajar siswa khususnya mata pelajaran Sains materi sifat dan perubahan wujud
benda.
Objek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 07. Jumlah sampel yang
diamati mencapai 42 siswa. Perlakuan diberikan dengan memberikan media VCD
Pembelajaran tentang sifat dan perubahan wujud benda. Teknik analisa data
15
menggunakan analisis menggunakan uji t hitung terhadap perbedaan hasil belajar baik
sebelum.
2.1.2 Hasil Belajar
2.1.2.1 Pengertian Belajar
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respon.
Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia hal-
hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Menurut Thorndike menyatakan
bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja
yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti apikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu ineraksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau
gerakan/tindakan.
Dari defenisi ini maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari
kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit
yaitu yang tidak dapat diamati. Depdiknas (2003) mendefinisikan 'belajar' sebagai proses
membangun makna/ pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses
membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain.
Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa.
Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru.
Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat
pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat
16
belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru
jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.
2.1.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
1. Faktor-faktor Intern
Di dalam membicarakan faktor intern ini,akan dibahas menjadi tiga faktor,
yaitu: faktor jasmaniah, faktor Psikologis dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmaniah
1) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-
bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal
sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar
seseorang akan terganggu jika kesehatan sesorang terganggu, selain itu juga
ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
badannya lelah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan kelainan-
kelainan fungsi alat indranya serta tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan
kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketenttuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, isitrahat, tidur, makan,
olahraga, rekreasi dan ibadah.
2) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat berupa buta,
setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan
lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat
belajarnya juga tergantung. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada
lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat
menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
b. Faktor Psikologi
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor
psikologi yang mempegaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah inteligensi, perhatian,
17
minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Upaya-upaya dapat dilaksanakan
di sekolah untuk mempengaruhi faktor-faktor tersebut:
1) Inteligensi
Untuk memberikan pengertian tentang inteligensi, J.P. Chaplin
merumuskannya sebagai:
a) The ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively.
b) The ability to utilize abstract concepts effectively.
c) The ability to grasp relationships and to learn quickly
Jadi inteligensi itu adalah kecakupan yang terdiri dari tiga jenis yitu
cakupan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi
yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat integensi
yang rendah. Walau pun begitu siswa yang mempunyai tingkat inteligensi
yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya.
Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks
dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan inteligensi adalah
salah satu faktor di antara faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat
menghambat atau berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal
dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang normal
dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya
belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktor-faktor
yang mempengaruhi belajarnya (faktor jasmaniah, psikologi, keluarga,
sekolah, masyarakat) memberi pengaruh yang positif, jika siswa memiliki
inteligensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan
khusus.
18
2) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,jiwa
itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda atau hal) atau
sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan
pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga
ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah
bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan
pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
3) Minat
Hilgard memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut:
”Interest is persisting tendancy to pay attention to and enjoy some activity or
content”.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatian terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda
dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu
yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan
minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh
kepuasan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-
segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu.
Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari
dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Jika terdapat siswa
yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia
mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang
menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan
cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
19
4) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: ”the capacity to learn”.
Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan
itu baru akan terealisasi menjadi kecakupan yang nyata sesudah belajar atau
berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat
mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau
tidak berbakat di bidang itu.
Dari uraian di atas jelas bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika
bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah ial lebih giat lagi
dalam belajarnya itu.
5) Motif
James Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai berikut:
Motive is an effective-conative factor which operates in determining the
direction of an individual’s behavior towards an end or goal, consioustly
apprehended or unconsioustly’’
Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.
Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi
untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab
berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya pengerak atau perdorongan.
Motif-motif di atas dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara
memberikan latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang
juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang,di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan,
tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah
siap utntuk berpikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan belum tentu berarti
20
anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu
diperlukan latih-latihan dan pelajaran.
Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat
melaksanakan kecakupannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil
jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakupan
itu tergantung dari kematangan dan belajar.
7) Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah
preparedness to respond or react.
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi.
Kesedian itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan
kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini
perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan
padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
c. Faktor Kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani (bersifat psikis), antara lain: kelelahan jasmani terlihat dengan lemah
gemulainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh.
Kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini
sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk
berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.
Dari uraian diatas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi
belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah mengnindari jangan
sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi
yang bebas dari kelelahan.
2. Faktor-faktor Ekstern
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan
menjadi tiga faktor yaitu;
a. Faktor Keluarga
21
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.
1) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengarunya terhadap belajar
anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipti Wirowidjojo dengan
pertanyaannya yang menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga
pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya
untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk
pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia.
2) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua
dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranyaatau dengan
anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud
relasi itu misalnya: apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan
pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah
sikap yang acuh tak acuh.
3) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian
yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar.
Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk
faktor yang di sengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut
tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut
dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya.
4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Misal
makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar
sepetri ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan buku-
buku.
22
5) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak
sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-
kadang anak mengalami lemah semangat,orang tua wajib member pengertian
dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak
di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui
perkembangannya.
6) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi
sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-
kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
b. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pembelajaran, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas rumah.
1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di
dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ing.s.Ulih bukit karo-karo
adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang lain kepada orang lain agar
orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya.
Di dalam pendidikan, orang lain yang disebut di atas disebut sebagai
murid atau siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat
menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu,
maka cara-cara mengajar haruslah setepat tepatnya dan seefisien serta
seefektif mungkin.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa metode mengajar itu menpengaruhi
belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan menpengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat
terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kekurangan menguasai
23
bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap
guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik,
sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya
siswa malas untuk belajar.
2) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebaggai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan
pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu pengaruhi belajar siswa. Kurikulum
yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang
tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan
siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat
bahwa system instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar
yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan
baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani
siswa belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan
pedoman perencanaan yang demikian.
3) Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses
tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi
cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan guru. Di dalam
relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai mata pelajaran
yang diberikan sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
4) Relasi Siswa dengan Guru
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan
melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak
sehat. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyi rasa rendah diri atau sedang
24
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya
makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya.
5) Disiplin Sekolah
Kedisiplin sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam
sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan
guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai
atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau keteraturan
kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah
dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim
BP dalam pelayanannya kepada siswa. Seluruh staf sekolah yang mengikuti
tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula,
selain itu juga memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
6) Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat berhubungannya dengan cara belajar siswa,
karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai
pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu, alat pelajaran yang
lengkap dan tepat akan mempelancar penerimaan bahan pelajaran yang
diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
7) Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di
sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu
sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk
sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertangungjawabkan. Di
mana siswa beristrirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, sehingga mereka
mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.
8) Standar Pelajaran di Atas Ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu member
pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan
takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari
25
mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tapi berdasarkan
terori belajar, yang meningkat perkembangan psikis dan kepribadian siswa
yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi.
9) Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka
masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di
dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak,
kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
10) Metode belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini
perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula
hasil belajar siswa. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-
kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan
tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan dapat
jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari dengan pembagian
waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan
meningkatkan hasil belajar.
11) Tugas rumah
Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar
waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka
diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan
di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang
lain.
c. Faktor Masyarakat
1) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembanagan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan
masyarakat yang terlalu banyak, misalnya: berorganisasi, kegiatan-kegiatan
sosial, keagamaan maka belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak
bijaksana dalam mengatur waktunya.
26
2) Mass media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat
kabar, majalah, buku-buku, komik. Semuanya itu ada dan beredar dalam
masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap
siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga
berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan
bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan
pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
3) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bargaul siswa lebih cepat masuk
dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan
berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul
yang buruk pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
4) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar,
penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan
berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak/siswa
tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya.
Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar, yang
baik-baik maka anak akan berbuat baik seperti orang-orang yang ada di
lingkungannya.
27
2.1.2.3 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-
sikap, apresiasi, dan keterampilan. Menurut pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap
rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol,
pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing.
Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan
analistis-sintesis factor konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat
khas.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya
sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan
masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam
urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai
standar perilaku.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetehuan, ingatan), comprehension
(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merancanakan,
membentuk hubungan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving
(sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization
(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor juga meliputi initiatory,
pre-routine, dan rountinized. Psikomotrik juga mencakup keterampilan produktif, teknik,
fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran
meliputi kecakupan, informasi, pengertian, dan sikap.
28
Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran
yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat
secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
Menurut Sahertian (2004:20), Hasil belajar merupakan gambaran tingkat
penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang
diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai
dengan sasaran belajar.
Gagne dan Brings (dalam Nasution 2006:2) menyatakan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar.
Reugeluth (dalam Nasution 2006:2) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perilaku yang
dapat diamati yang menunjukkan kemampuan yang dimiliki seseorang. Pendapat ini
dikemukakan oleh Surya (2003:64) bahwa hasil belajar ialah Berbentuk perubahan pada
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Prayitno (2002:164) menyatakan bahwa hasil belajar adalah Sesuatu yang baru,
baik dalam kawasan kognitif, afektif, konatif, maupun psikomotorik/keterampilan. Pendapat
yang sama dikemukakan oleh Depdiknas (2003:3) hasil belajar siswa adalah Kemampuan
yang utuh yang mencakup kemampuan kognitf maupun psikomoto, dan kemampuan
afektif atau perilaku. Sedangakan menurut Hamalik (2004:28), Hasil belajar yang utama
adalah perubahan tingkah laku yang bulat.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Winkel (2004:162) Hasil
belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah bukti dari sustu proses usaha yang
dilakukan oleh individu guna memperolah pertubahan tingkah laku yang ditempatkan
dalam interksi dengan lingkungan sekitarnya.
Dalam meningkatkan daya serap, hasil balajar dapat dipengaruhi faktor:
1. Faktor Internal
Faktor internal dalah faktor yang ada pada diri anak, misalnya Motif tertentu
dalam diri siswa. Siswa yang mempunyai motif tertentu dalam belajar akan lebih
berhasil dari pada siswa yang tidak mempunyai motif.
29
Seseorang melakukan aktivitas karena ada yang mendorongnya. Dalam hal
ini motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk
belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar yang belum sampai pada tataran
motivasi maka belum menunjukkan aktivitas nyata. Motivasi seeorang dapat
dijabarkan dalam bentuk minat.
Minat merupakan kecenderuangan psikologis yang menyenangi objek, belum
sampai melakukan kegiatan. Hal ini berarti pula bahwa minat adalah alat motivasi
dalam belajar, maka ia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentang waktu tertentu.
Oleh karena itu, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas
belajar seseorang.
2. Faktor eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri anak itu sendiri
misalnya keluarga, lingkungan, sekolah, lingkungan, dan masyarakat.
Situasi keluarga yang kurang menunjang proses belajar seperti kekacauan
rumah tangga (broken home), kurang perhatian orang tua, cara orang tua mendidik
kurang baik, kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua.
Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai, seperti kurang memadainya
sarana atau sumber belajar : cara-cara guru dalam mengajar yang kurang menarik,
kurikulum yang dipelajari tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik,
perlengkapan belajar yang kurang, cara evaluasi, ruang belajar, sistem administrasi,
waktu belajar, dan situasi sekolah.
Lingkungan sosial yang kurang memadai, seperti : pengaruh negatif dalam
pergaulan, situasi masyarakat yang kacau, gangguan kebudayaan seperti pengaruh
film, bacaan-bacaan.
Berdasarkan kajian teori tentang hasil belajar yang telah diuraikan, maka
penulis dapat merarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah gambaran tingkat
penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari
berupa perubahan perilaku belajar siswa. Perubahan tingkah laku ini meliputi ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor, dan dalam meningkatkan daya serap, hasil balajar
dapat dipengaruhi faktor internal dan eksternal.
30
a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berubungan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis,sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-
fakta,konsep-konsep,atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses
penemuan.Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah.Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat
sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.Penerapan IPA perlu dilakukan
secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI
diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sain, lingkungan, teknologi,dan
masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat
suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara
bijaksanakana.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuri ilmiah (scientific inqury) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir,bekerja,dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting hidup. Olehkarena itu pembelajaran IPA di
SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
b. Tujuan IPA
Mata pelajaran IPA SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
31
3. Mengembangkan rasa ingin tahu,sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara IPA,lingkungan,teknologi,dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperansertan dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tugan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi,sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,padat,dan gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya,bunyi,panas,magnet,listrik,chaya dan pesawat
sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah,bumi,tata surya,dan benda-benda langit lainnya.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar
minimum yang secara nasional harus dicapai oleh perserta didik dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SD dan KD didasarkan
pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,bekerja,ilimiah,dan
pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.Indikator membuat daftar sumber bunyi yang
terdapat di lingkungan sekitar.
d. Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA
Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Asumsi dasar ialah proses
pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada hubungan
antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk
menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari
pengajaran itu.
32
Hasil belajar adalah akumulasi kegiatan belajar mengajar dalam bentuk pemberian
ujian oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan siswa
dan guru (Sumaatmadja,1996).
Menurut Romiszowski (1981) bahwa hasil belajar merupakan tingkah laku yang
dapat diukur dengan tes tentang bidang yang dipelajari.
Bloom (1981) mendefinisikan hasil belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku
yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah
kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, digolongkan sebagai tingkat kognitif rendah.
Analisis, sintesis dan evaluasi disebut sebagai tingkat kognitif tinggi. Ranah afektif meliputi
penerimaan, perhatian, penanggapan, penyesuaian, penghargaan dan penyatuan. Ranah
psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketelitian, koordinasi, dan naturalisasi.
Gagne dan Briggs (1978) mengatakan bahwa hasil belajar adalah gambaran
kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar yang dapat
diklasifikasikan ke dalam lima kategori, yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap.
Hasil belajar mata pelajaran IPA adalah akumulasi kegiatan belajar mengajar dalam
bentuk pemberian ujian oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar
yang dilakukan siswa dan guru pada mata pembelajaran IPA.
IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan
menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari
hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan
(Izzatin Kamala, 2008).
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian Muji Triyono ( 2009 ) dalam skripsinya yang berjudul
”Pengembangan Media Audio Visual (VCD Pembelajaran) Untuk Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Topik Tata Surya” menyatakan bahwa, “media audio visual atau VCD
pembelajaran terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dari penelitian 23 orang
yang mendapat nilai <60 hanya 4 siswa dan lainnya mendapat nilai >70”.
Berdasarkan hasil penelitian Miftakhul Norman Arif ( 2007 ) dalam skripsinya yang
berjudul ”Efektivitas Penggunaan Media VCD Dan Gambar Cetak Dalam Pembelajaran
33
IPS Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV Di SD Negeri 05 Semarang Tahun
Pelajaran 2007/2008” menyatakan bahwa:
1. Penggunaan media VCD lebih efektif dibandingkan media gambar cetak
2. Berdasarkan uji perbedaan dua rata-rata ada perbedaan hasil belajar antara
kelompok eksperimen 1 yang menggunakan media VCD lebih baik dari pada
kelompok eksperimen 2 yang menggunakan media gambar cetak.
Menurut Colletti dalam Soekartawi (1995), urutan efektivitas dalam penggunaan
media pengajaran dalam kaitannya dengan daya serap siswa dalam menangkap informasi
dengan menggunakan media pengajaran VCD yang merupakan media audio visual lebih
efektif, dimana daya serapnya sekitar 75% dari pada penyampaian materi dengan metode
ceramah. Berdasarkan penelitian Colletti, maka dapat dilihat betapa pentingnya
penggunaan media pengajaran VCD yang dapat dilihat langsung oleh siswa sehingga
memiliki pengalaman belajar yang mendekati kongkrit.
Menurut Nana Sudjana (2003) beberapa keuntungan yang didapat dengan
penggunaan VCD pembelajaran dalam bentuk video/film, antara lain:
1. Dengan video/film seseorang dapat belajar sendiri
2. Sebagai media pandang dengar video/film menyajikan situasi yang kompetitif dan
dapat diulang-ulang.
3. Dapat menampilkan sesuatu yang detail dari benda yang bergerak kompleks yang
sulit dilihat dengan mata.
4. Video dapat diproses maupun dipercepat maupun diperlambat, dapat diulang pada
bagian tertentu yang perlu lebih jelas, dan bahkan data diperbesar.
5. Memungkinkan pula untuk membandingkan antara dua adegan berbeda diputar dalam
waktu bersama.
6. Video juga dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan, promosi suatu
produk, interview, dan menampilkan suatu percobaan yang berproses.
34
2.3 Kerangka Berpikir
Dari kajian teori yang diuraikan maka peneliti dapat mengupas bahwa, VCD
pembelajaran merupakan media audiovisual yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar
dan merupakan kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar animasi,
dan video) dimana pengoperasiannya perlu alat untuk menayangkan seperti TV, CD,
komputer, dan proyektor. VCD pembelajaran dapat menyajikan informasi, memaparkan
proses, memperjelas konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, serta merupakan
media yang dapat menyajikan suatu konsep yang lebih konkrit.
VCD pembelajaran merupakan media yang sangat tepat digunakan dalam
pembelajaran terutama pada pelajaran IPA karena pada dasarnya IPA merupakan mata
pelajaran yang mempelajari tentang lingkungan dan alam semesta sehingga perlu media
yang mendekati konkrit yang dapat diperoleh dengan menggunakan VCD pembelajaran.
VCD pembelajaran juga dapat lebih mempersingkat pembelajaran karena cakupan materi
yang banyak dapat dipersingkat melalui media ini. Pembelajaran dengan menggunakan
media VCD, harus dilakukan sesuai dengan langkah pembelajaran yang tepat. Langkah-
langkah pembelajaran yang dilakukan pada pembelajaran dengan menggunakan media
VCD pembelajaran meliputi 3 kegiatan yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Kegiatan persiapan yang dilakukan guru meliputi memeriksa kesesuaian isi materi dalam
VCD, menyiapkan kesiapan siswa dan mengatur tempat duduk siswa agar dapat melihat
dan mendengar tayangan VCD dengan jelas. Kegiatan pelaksanaan meliputi menjelaskan
tujuan pembelajaran dan materi pokok yang akan dipelajari, pemberian motivasi,
pengamatan terhadap tayangan VCD, memantau kegiatan siswa ketika mengamati
tayangan VCD, tanya jawab materi dalam VCD, menjelaskan kembali materi dalam VCD,
memberi penegasan dan penguatan tayangan VCD. Kegiatan tindak lanjut meliputi
melakukan percobaan untuk memperkaya materi, memberi pertanyaan atau umpan balik
dan membuat kesimpulan materi yang dipelajari, pemberian tugas berupa evaluasi.
Dengan adanya gambar yang menarik dan konkrit, maka pemahaman dan daya
ingat siswa terhadap materi yang disampaikan akan lebih mudah terserap dari pada
pembelajaran yang monoton dan membosankan. Siswa akan lebih terangsang dalam
mengingat pembelajaran, dan ketika dihadapkan pada soal maka siswa akan lebih mudah
35
menjawab karena siswa benar-benar memahami materi yang disajikan. Dengan adanya
pemahaman ini maka hasil belajar siswa pun akan lebih baik.
Bagan kerangka berpikir
2.4 Hipotesis Penelitian atau Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Pengaruh Penggunaan VCD
Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 07
semester II tahun ajaran 2011/2012”.
Kelas Kontrol
Terdapat pengaruh yang signifikan dengan penggunaan VCD dalam pembelajaran di mana hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Post test
Hasil pretes tidak boleh ada perbedaan
yang signifikan.
Pembelajaran Konvensional
Pre test
Kelas Eksperimen Pretest
Pembelajaran menggunakan
VCD Post test
Hasil
Belajar