23
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam penelitiann ini teori yang akan dikaji sebagai berikut 1) Pembelajaran kooperatif; 2) Pembelajaran koperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI); 3) Hasil Belajar; 4) Ilmu Pengetahuan Alam; dan 5) Microsoft PowerPoint. 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Menurut Slavin (Isjoni 2012:12) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Johnson dan F. Johnson (Miftahul 2012:31) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan working together to accomplish shared goals yang artinya bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif sering kali didefinisikan sebagai pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dri siswa-siswa lain. Sedangkan Isjoni (2012:12) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan jumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Isjoni (2012:13) berpendapat bahwa belajar dengan model kooperatif ini dapat diterapkan untuk memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk sangat baik dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong-

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam penelitiann ini teori yang akan dikaji sebagai berikut 1)

Pembelajaran kooperatif; 2) Pembelajaran koperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI); 3) Hasil Belajar; 4) Ilmu Pengetahuan Alam; dan 5)

Microsoft PowerPoint.

2.1.1 Pembelajaran Kooperatif

2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. Menurut Slavin (Isjoni 2012:12) pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang

dengan struktur kelompok heterogen. Johnson dan F. Johnson (Miftahul 2012:31)

mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan working together to

accomplish shared goals yang artinya bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam

konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif sering kali didefinisikan sebagai

pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dri siswa-siswa lain.

Sedangkan Isjoni (2012:12) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan strategi belajar dengan jumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil

yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok,

setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu

untuk memahami materi pelajaran.

Isjoni (2012:13) berpendapat bahwa belajar dengan model kooperatif ini

dapat diterapkan untuk memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya,

menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat (sharing ideas).

Selain itu dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau

pemecahan masalah. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk

sangat baik dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong-

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

6

menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Selain itu, belajar dengan model

kooperatif ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang

sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,

bekerja sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat

aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap

kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk

meningkatkan prestasi belajarnya

Agus Suprijono (2012: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif

adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan guru. secara umum

pembelajaran kooperatif lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas

dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang

dirancang untuk membantu siswa menyelesaijan masalah yang dimaksudkan.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajran kooperatif

merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok yang heteogen

untuk saling membantu dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga semua

anggota kelompok itu dapat belajar dengan maksimal.

2.1.1.2 Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif

Lungdren dalam Isjoni (2012: 16) mengemukakan unsur-unsur dalam

pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1) para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau berenang

bersama”;

2) para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain dalam

kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari

materi yang dihadapi;

3) para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama;

4) para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota

kelompok;

5) para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh

terhadap evaluasi kelompok;

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

7

6) para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan

bekerja sama selama belajar;

7) setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Roger dan David (Agus Suprijono, 2012: 58) mengatakan bahwa tidak

semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai

hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus

diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua

pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan

kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu

mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap

keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk

semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggungjawab

perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh

kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama,

anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.

Ciri–ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien,

saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi

bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu

dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan

kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan

saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)

Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus

adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

8

dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu

menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5) Group processing (pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat

diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari

anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu

dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah

meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap

kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat

pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.

Isjoni (2012: 17) menguraikan bahwa pada pembelajaran kooperatif yang

diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan

baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi

lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai

ketuntasan.

2.1.1.3 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu

faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu

sebagai berikut:

1. guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu

memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;

2. agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan

fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;

3. selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik

permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan, dan

4. saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan

siswa yang lain menjadi pasif.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

9

Slavin (Miftahul, 2012: 68) mengidentifikasi tiga kendala utama atau apa

yang disebutnya pitfalls (lubang-lubang perangkap) terkait dalam pembelajaran

kooperatif sebagai berikut:

1. Free Rider

Jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran kooperatif justru berdampak

pada munculnya free rider atau “pengendara bebas”. Yang dimaksud free rider

disini adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada

tugas kelompoknya mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-

teman satu kelompoknya yang lain. Free rider ini sering kali muncul ketika

kelompok-kelompok kooperatif ditugaskan untuk menangani atu lembar kerja, satu

proyek, atau satu laporan tertentu.

Untuk tugas-tugas seperti ini, sering kali ada satu atau beberapa anggota yang

mengerjakan hampir semua pekerjaan kelompoknya, sementara sebagian anggota

yang lain justru “bebas berkendara”, berkeliaran kemana-mana.

2. Diffusion of responsibility

Yang dimaksud dengan diffusion of responsibility (penyebaran tanggung jawab)

ini adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota yang dianggap tidak mampu

cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang “lebih mampu”. Misalnya,

jika siswa ditugaskan untuk mengerjakan tugas IPA, beberapa anggota yang

dipersepsikan tidak mampu menghafal atau memahami materi tersebut dengan baik

sering kali tidak dihiraukan oleh teman-temannya yang lain. Siswa yang memiliki

skill IPA yang baik pun terkadang malas mengajarkan keterampilannya pada

teman-temannya yang kurang mahir di bidang IPA. Hal ini hanya membuang-

buang waktu dan energi saja.

3. Learning a Part of Task Specialization

Beberapa model pembelajaran tertentu, seperti Jigsaw, Group Investigation, dan

metode-metode lain yang terkait, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari

atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antarsatu sama lain. Pembagian

semacam ini sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi lain yanng

dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak dihiraukan sama sekali, padahal semua

materi tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

10

Slavin (Miftahul,2012: 69) mengemukakan bahwa ketiga kendala ini bisa

diatasi jika guru mampu melakukan beberapa faktor sebagai berikut:

1) mengenakan sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswanya,

2) selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap siswanya

dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah bekerja kelompok, dan

yang paling penting

3) mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain.

2.1.1.4 Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009:11-26) ada berbagai

macam tipe, yaitu Student Teams-Achievement Division (STAD), Team Game

Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC), Team Assisted Individualization (TAI), Group Investigation, Learning

Together, Complex Instruction, dan Structure Dyadic Methods.

2.1.2 Pembelajaran Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI)

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Slavin

(2005) tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan

pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa

secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak

digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada model pembelajaran TAI ini

adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah

dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok

untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota

kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab

bersama.

Pengembangan TAI menurut Miftahul (2013: 200) dapat mendukung

praktik-praktik ruang kelas, seperti pengelompokkan siswa, pengelompokkan

kemampuan di dalam kelas, pengejaran terprogram, dan pengjaran berbasis

komputer. Tujuan TI adalah untuk meminimalisasi pengajaran individual yang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

11

terbuktu kurang efektif; selain itu juga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan,

kemampuan, serta motivasi siswa dengan belajar kelompok.

Pembelajaran kooperatif ini mengkombinasikan keunggulan dari

pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Sehingga dapat membantu

mengatasi kesulitan belajar siswa.

2.1.2.2 Komponen-komponen TAI

Nur Asma (2006: 55) mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran

dengan model pembelajaran TAI tidak sama dengan kegiatan pembelajaran pada

model pembelajaran STAD dan TGT, TAI terikat pada serangkaian materi

pelajaran yang khas dan memiliki petunjuk pelaksanaan sendiri.

Menurut Slavin (Nur Asma, 2006: 56) model pembelajaran TAI terdiri

dari delapan komponen, yaitu.

Tahap 1 : Mempelajari Materi Pelajaran

Siswa mempelajari materi pelajaran yang telah disiapkan oleh guru.

Tahap 2 : Tes Penempatan (Placement test)

Pada awal program pembelajaran diberikan pretest, dimaksudkan untuk

menempatkan siswa pada program individual yang didasarkan pada hasil

tes mereka.

Tahap 3 : Membagi Siswa ke dalam Kelompok

Siswa dalam model pembelajaran TAI ditempatkan dalam

kelompokkelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

Tahap 4 : Belajar Kelompok (study teams)

Setelah ujian penempatan, masing-masing individu menempatkan diri

sesuai dengan kelompoknya. Setiap kelompok mendiskusikan materi

yang sudah dipelajari oleh masing-masing individu. Setiap kelompok

harus memastikan bahwa setiap anggotanya paham tentang materi yang

sudah dipelajari.

Tahap 5 : Skor dan Penghargaan kelompok

Guru memberikan skor dan penghargaan terhadap kelompok yang hasil

dari diskusi kelompoknya bagus. Skor ini didasarkan pada jumlah

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

12

ratarata unit yang tercakup oleh anggota kelompok dan akurasi dari tes-

tes unit. Kriteria ditetapkan untuk penampilan (hasil) kelompok.

Tahap 6 : Refleksi

Guru menberikan penegasan terhadap materi yang sudah dipelajari. Guru

menerangkan materi yang sudah dipelajari agar siswa lebih yakin dan

mantap terhadap materi yang dipelajari, sehingga jika mendapatkan soal

siswa bisa menyelesaikannya.

Tahap 7 : Tes Akhir

Pada akhir pembelajaran guru memberikan posttest yang dikerjakan

secara individu untuk mengukur seberapa pemahaman siswa terhadap

materi yang sudah dipelajari.

Tahap 8 : Unit Keseluruhan

Setiap akhir pembelajaran guru mengevaluasi pembelajaran yang dilihat

dari hasil belajar yang diperoleh siswa.

2.1.2.3 Karakteristik TAI

Slavin (Miftahul, 2013:200) dalam pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI) terdapat beberapa komponen sebagai berikut:

1. Team

pembentukan kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.

2. Placement test

pemberian pretest kepada siswa /melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru

mengetahui kelemahan siswa pada bidang tersebut.

3. Student Creative

melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana

keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.

4. Team Study

tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru

memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.

5. Team Score and Team Recognition

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

13

pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan criteria

penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok

yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

6. Teaching Group

pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas

kelompok.

7. Fact Test

pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

8. Whole-Class Units

pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan

strategi pemecahan masalah.

2.1.2.4 Langkah-langkah Pembelajaran Tipe TAI

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) berbantuan Ms. PowerPoint adalah sebagai berikut:

1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran

secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru;

2. Guru memberikan kuis (pretest) secara individual kepada siswa untuk

mendapatkan skor dasar atau skor awal;

3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa

dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang

dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang

berbeda serta kesetaraan jender;

4. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam

diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman

satu kelompok;

5. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari;

6. Guru memberikan kuis (posttest) kepada siswa secara individual;

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

14

7. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya

(terkini).

2.1.2.5 Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki kekurangan dan

kelebihan. Adapun kelebihannya antara lain meminimalisasi keterlibatan guru

dalam pemeriksaan dan pengelolaan secara rutn, melibatkan guru untuk mengajar

dalam kelompok-kelompok kecil, memudahkan siswa untuk melaksanakannya

karena teknik operasi yang sederhana, memotivasi siswa untuk mempelajar materi-

materi yang diberikan dengan cepat dan akurat tanpa jalan pintas, dan

memungkinkan siswa untuk bekerja dengan siswa –siswa lain yang berbeda

sehingga tercipta sikap positif diantara mereka (Miftahul, 2013:200).

Model pembelajaran tipe TAI kelebihannya antara lain siswa yang lemah

dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah, siswa berlatih bekerjasama dalam

kelompok, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan

keterampilannya, adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam

menyelesaikan masalah. Sedangkan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe

TAI ini adalah siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan bergantung

pada siswa yang pandai, dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat dan

mengembangkan perangkat belajar, dan guru dapat mengalami kesulitan jika

jumlah siswa terlalu banyak. Model ini tidak cocok digunakan untuk kelas dengan

jumlah siswa yang banyak karena guru akan kesulitan dalam membagi kelompok

sehingga akan membutuhkan waktu yang cukup lama, siswa yang kurang pandai

akan terbiasa bergantung dengan siswa yang pandai. Di satu sisi, kelebihan dari

pembelajaran TAI ini siswa yang lemah akan terbantu dalam menyelesaikan

masalahnya, siswa yang pandai dapat mengembangkan bakat dan keterampilannya,

siswa akan saling membantu dan bekerja sama.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

15

2.1.3 Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2011: 22) dalam proses pembelajaran di kelas terdapat

hasil belajar. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai

tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Menurut Susanto (2013: 5), hasil belajar ialah perubahan-perubahan yang

terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Menurut Oemar Hamalik (Rusman, 2012:123), hasil belajar adalah bila

seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai

melalui tiga kategori ranah, antara lain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah hasil kecakapan manusia yang mencakup tiga aspek yang dimiliki

manusia, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat

melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang

akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada

aspek kognitif adalah tes.

2.1.3.2 Teknik Penilaian

Secara umun teknik asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu

teknik tes dan nontes.

1. Teknis tes

Teknik tes secara harafiah berasal dari bahasa Perancis Kuno “testum”

artinya piring untuk menyisihkan logam- logam mulia. Tes merupakan alat ukur

yang standar dan objektif sehingga dapat digunakan secara meluas untuk mengukur

dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Dengan demikian

berarti sudah dapat dipastikan akan mampu memberikan informasi yang tepat dan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

16

objektif tentang objek yang hendak diukur baik berupa psikis maupun tingkah

lakunya, sekaligus dapat membandingkan antara seseorang dengan orang lain.

Dilihat dari tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi menjadi :

1) Tes kecepatan (Speed test)

Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes, (testi) dalam hal kecepatan,

ketepatan berpikir, atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logik)

maupun hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajarinya.

2) Tes Kemampuan (Power Test)

Tes ini bertujuan untuk mengases peserta tes dalam mengungkapkan

kemampuannya dalam bidang tertentu dengan tidak dibatasi secara ketat oleh

waktu yang disediakan.

3) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)

Tes ini dimaksudkan untuk mengases hal yang telah diperoleh dalam suatu

kegiatan seperti Tes Hasil Belajar (THB), Tes Harian (Formatif) dan Tes Akhir

Semester (Sumatif). Tes ini bertujuan untuk mengases hasil belajar setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu tertentu.

4) Tes Kemajuan Belajar (Gains/ Achievment Test)

Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan. Tes ini dimaksudkan

untuk mengetahui kondisi awal testi sebelum pembelajaran dan kondisi akhir

testi setelah pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi awal testi digunakan pre-

tes dan kondisi akhir testi digunakan post-tes.

5) Tes Diagnostik (Diagnostic Test)

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk mendiagnosis atau

mengidentifikasi kesukaran- kesukaran dalam belajar, mendeteksi faktor- faktor

yang menyebabkan terjadinya kesukaran belajar, dan menetapkan cara

mengatasi kesukaran atau kesulitan belajar tersebut, seperti tes diagnostik

matematika.

6) Tes Formatif

Tes Formatif adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui sejauh

mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam suatu

program pembelajaran tertentu seperti tes harian, ulangan harian.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

17

7) Tes Sumatif

Istilah sumatif berasal dari kata “sum” yang berarti jumlah. Dengan demikian tes

sumatif berarti tes yang ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan peserta didik

terhadap sekumpulan materi pelajaran (pokok bahasan) yang telah dipelajari,

seperti UAN (Ujian Akhir Nasional), THB.

2. Teknik Nontes

Teknik nontes sangat penting dalam mengases peserta didik pada ranah

afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada

aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes, beberapa diantaranya seperti

unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas kelompok,

laporan, ujian praktik. Dari keterangan di atas penulis memutuskan untuk

mengukur peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan tes formatif yang

dilaksanakan pada setiap akhir pertemuan. Untuk mencapai hasil belajar perlu

adanya pengukuran dan penilaian untuk mengetahui memperoleh informasi tingkat

perubahan atau hasil proses belajar. Menurut (Akhmad Sudrajat) pengukuran

(measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi

numerik dari suatu tingkatan di mana peserta didik telah mencapai karakteristik

tertentu. Menurut (Akhmad Sudrajat) penilaian (assessment) adalah penerapan

berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi

tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi

(rangkaian kemampuan) peserta didik.

2.1.3.3 Bentuk Penilaian

Menurut betuknya tes dapat dibedakan menjadi dua (2) yaitu:

1. Tes Objektif

Tes objektif terdiri dari bermacam-macam jenis, yaitu pilihan ganda,

menjodohkan, benar salah, dan tes jawaban singkat atau mengisi titik-titik.

2. Tes Essay

Tes yang meminta siswa untuk menyusun jawabannya sendiri. Bagian yang

paling sukar dari pengukuran dengan tes ini adalah menimbang-nimbang dan

memutuskan kualitas jawaban yang diberikan siswa, disamping membuat

pertanyaan-pertanyaan yang baik dan jelas juga tidak mudah.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

18

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.4.1 Pengertian IPA

Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 pada Standar Isi, dijelaskan

bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Powler (Samatowa, 2010: 3) menyatakan bahwa IPA merupakan ilmu

yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendan yang sistematis yang tersusun

secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari dari hasil observasi dan

eksperimen/sistematis (teratur) yang artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu

sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling

menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan

berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seseorang atau

beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang

sama.

Sains atau IPA menurut Susanto (2013: 167) adalah usaha manusia dalam

memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta

menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu

kesimpulan.

IPA sebagai ilmu terdiri dari produk dan proses. Produk IPA terdiri atas

fakta (misalnya: orang menghirup udara dan mengeluarkan udara dari hidungnya,

biji kacang hijau muncul hipokotil dan epikotilnya dan akan bertambah panjang

ukurannya saat ditanam pada kapas dan disiram air), konsep (misalnya: udara yang

dihirup ke paru-paru, logam memuai bila dipanaskan), prinsip (misalnya:

kehidupan memerlukan energi, benda tak hidup tidak mengalami pertumbuhan),

prosedur (misalnya: pengamatan, pengukuran, tabulasi data, analisis data), teori

(misalnya: teori evolusi, teori asal mula), hukum dan postulat (misalnya, hukum

Boyle, Archimides, Postulat Kock). Semua itu merupakan produk yang diperoleh

melalui serangkaian proses penemuan ilmiah melalui metode ilmiah yang didasari

oleh sikap ilmiah.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

19

Ditinjau dari segi proses, maka keterampilan proses IPA didefinisikan oleh

Paolo dan Marten (Samatowa, 2010: 5) adalah: (1) mengamati, (2) mencoba

memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk

meramalkan apa yang terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-

kondisi untuk melihat apakah ramaln itu benar. Salanjutnya Paolo dan Marten juga

menegaskan bahwa dalam IPA juga menyangkut coba-coba dan melakukan

kesalahan, gagal dan mencoba lagi. Ilmu Pengetahuan Alam tidak menyediakan

semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan. Dalam IPA anak-anak dan

kita harus bersikap skeptis sehingga kita selalu siap memodifikasi model-model

yang kita punyai tentang alam ini sejalan dengan penemuan-penemuan baru yang

kita dapat.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam merupakan sebuah proses dalam menemukan produk yang

berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum melalui serangkaian proses penemuan

ilmiah melalui metode ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah.

2.1.4.2 Fungsi dan Tujuan IPA

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Ditingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan

konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Standar Kompetensi

(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di SD/MI merupakan standar minimum yang

secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam

pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan.

Pembelajaran IPA di SD/MI memiliki tujuan yang hendak dicapai yang

termuat dalam Standar isi di Permendiknas no 22 tahun 2006, yaitu:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan penegtahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterpkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

20

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan

melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/Mts.

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa

konsep-konsep IPA yang diberikan di SD secara umum bertujuan agar siswa dapat

menyadari dan ikut berpartisipasi dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan

lingkungan alam, serta menghargai alam sebagai ciptaan Tuhan. Tujuan IPA akan

berhasil bila dalam prosesnya melibatkan interaksi siswa yang optimal. Interaksi

trsebut meliputi interaksi terhadap guru dengan siswa, interaksi siswa dengan guru,

interaksi siswa dengan sesame siswa, juga interaksi siswa dengan lingkungannya.

Selain itu, tujuan pembelajaran IPA akan berhasil bila ditunjang oleh suasana yang

kondusif, suasana yang dapat memfasilitasi keberhasilan proses kegiatan

pembelajaran, sehingga mampu membangkitkan minat siswa dari ketidaktahuan

menjadi keingintahuan.

2.1.4.3 Ruang Lingkup IPA

Selain tujuan pembelajaran IPA, dalam standar isi di Permendiknas No. 22

Tahun 2006 juga disebutkan bahwa ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI

meliputi 4 aspek, yaitu:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

21

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya

dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

2.5.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Permendiknas No. 22 tahun 2006 juga memuat tentang Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar

minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam

pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar kelas IV semester II. Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar mata pelajaran IPA di sekolah dasar adalah sebagai berikut (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan, 2006).

Tabel 2.1

SK dan KD IPA Kelas 4 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan

Perubahannya

7. Memahami gaya dapat

mengubah gerak

dan/atau bentuk suatu

benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu

benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

(dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk

suatu benda.

8. Memahami

berbagai bentuk energi

dan cara penggunaannya

dalam kehidupan sehari-

hari.

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang

terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara

penggunaannya.

8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan

perubahan energi gerak akibat pengaruh udara,

misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat

kertas/parasut.

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui

penggunaan alat musik.

Bumi dan Alam

Semesta

9. Memahami

perubahan kenampakan

permukaan bumi dan

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan

bumi dari hari ke hari.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

22

benda langit

10. Memahami

perubahan lingkungan

fisik dan pengaruhnya

terhadap daratan

10.1Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan

lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari,

dan gelombang air laut).

10.2Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik

terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor).

10.3Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan

lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

11. Memahami

hubungan antara sumber

daya alam dengan

lingkungan, teknologi,

dan masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam

dengan lingkungan

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam

dengan teknologi yang digunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam

terhadap pelestarian lingkungan

Dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah disebutkan

penulis memilih Standar Kompetensi memahami hubungan antara sumber daya

alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat dengan Kompetensi Dasar

menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan dan

menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan.

Penulis memilih SK dan KD tersebut untuk dijadikan arah dan landasan untuk

mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian.

2.1.5 Microsoft PowerPoint

2.1.5.1 Pengertian Microsoft PowerPoint

Menurut Novyan Siswanto & Akfen Effendi dalam buku Satelit TIK kelas

VIII, Microsoft PowerPoint adalah program komputer yang merupakan bagian dari

Microsoft Office yang dapat digunakan untuk mengatur dan menyajikan informasi

dalam bentuk slide yang dapat ditampilkan dalam layar proyektor.

Menurut Istiningsih (Zariasman dkk, 2012: 3) Microsoft PowerPoint

merupakan software yang akan membantu dalam menyusun sebuah presentasi yang

efektif, profesional, dan juga mudah yang menjadikan sebuah gagasan menjadi

lebih menarik dan jelas tujuannya.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

23

Menurut Susilana (Khoirul, 2012 yang diambil dari

http://ekokhoerul.wordpress.com/2012/06/27/definisi-dan-keunggulan-multimedia-

powerpoint/) Microsoft PowerPoint merupakan program aplikasi persentasi dalam

komputer.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Microsoft

PowerPoint merupakan software atau program bagian dari bagian Microsoft Office,

berbasis multimedia dan dirancang untuk untuk menyampaikan informasi yang

mampu menjadikannya media yang menarik.

2.1.5.2 Manfaat Microsoft PowerPoint

Microsoft PowerPoint mempunyai kegunaan, diantaranya sebagai berikut:

1. Menyelesaikan pekerjaan lebih cepat.

2. Mengatur dan mencetak slide Anda lebih efektif.

3. Presentasi berkualitas tinggi dengan pemandangan grafis.

4. Membawa lebih banyak energi dan dampak visual presentasi.

Penggunaan Microsoft PowerPoint mudah serta program PowerPoint dapat

diintegrasikan dengan Microsoft yang lainnya seperti Word, Excel, Access dan

sebagainya (Susilana, 2007: 99).

2.1.5.3 Kelebihan Microsoft PowerPoint

Menurut Herlanti (dalam Munadi, 2010: 150), keunggulan multimedia

PowerPoint antara lain:

1. Mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada secara fisik

atau diistilahkan dengan imagery.

2. Mampu mengembangkan materi pembelajaran terutama membaca dan

mendengarkan secara mudah.

3. Memiliki kemampuan dalam menggabungkan semua unsur media seperti

teks, gambar, video, tabel, grafik, suara dan animasi menjadi satu kesatuan

penyajian yang terintegrasi.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

24

4. Dapat mengakomodasi peserta didik sesuai dengan modalitas belajarnya

terutama bagi mereka yang memiliki tipe visual, auditif, kinestetik, atau yang

lainnya.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Indah Setyaningrum (2012)

yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Assisted

Individualization) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Siswa

Kelas VIIIA SMP Negeri 1 Gemawang Semester 2 Tahun Pelajarn 2011/2012

menunjukkan bahwa dengan adanya pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar 77 % dan

siklus II sebesar 90 %.

Penelitian yang dilakukan Verena Natania Pratami (2012) yang berjudul

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dengan Pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI ( Team Assisted Individualization) Menggunakan Alat Peraga

Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Rapah 03 Banyubiru Semester 2 Tahun

2011/1012. Dari penelitian yang sudah dilakukan, menunjukkan bahwa dengan

adanya pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tingkat ketuntasan pada kondisi awal adalah 41%, siklus I 70% dan pada siklus II

tingkat ketuntasan menjadi 93%.

Penelitian yang dilakukan Sri Munarsih (2012) yang berjudul Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe TAI ( Team Assisted Individualization) Bagi Siswa Kelas IV SDN

Sembung 01 Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa dengan

adanya pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tingkat ketuntasan pada kondisi awal adalah 40%, siklus I 70% dan pada siklus II

tingkat ketuntasan menjadi 100%.

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Sarono (2013) yang berjudul

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajarannumbered Heads

Together Berbantuan Powerpoint pada Siswa Kelas 5 SDN Gombong Kecamatan

Pecalungan Kabupaten Batang Semester I /2013-2014 menunjukkan dengan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

25

berbantuan PowerPoint dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tingkat ketuntasan

pada kondisi awal adalah 44%, siklus I 75% dan pada siklus II tingkat ketuntasan

menjadi 87,5%.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti tersebut, maka penulis kemudian

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan Microsoft

PowerPoint pada mata pelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Watupawon

Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan dengan Standar Kompetensi

memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi dan

masyarakat..

2.3 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini kerangka berpikir yang dapat saya sampaikan yaitu

apabila pembelajaran IPA dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI

berbantuan Ms. PowerPoint, maka peserta didik Kelas IV SD Negeri Watupawon

akan mengalami peningkatan hasil belajar serta akan menjadi lebih aktif dalam

proses belajar mengajar.

Apabila dalam kegiatan belajar mengajar guru hanya menggunakan

metode ceramah dengan media yang digunakan yaitu media cetak saja, hal itu akan

membosankan bagi peserta didik sehingga siswa cenderung pasif. Guru sebagai

salah satu sumber belajar hendaknya mampu menyediakan kondisi kelas yang

kondusif dalam kegiatan belajar IPA di kelas. Sebagai perwujudannya, salah satu

kegiatan yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan pemilihan dan

penentuan metode pembelajaran yang tepat.

TAI merupakan metode pembelajaran yang cocok diterapkan dalam kelas

yang memiliki karakteristik yang heterogen, baik dalam kemampuan akademik,

jenis kelamin, suku, motivasi, dan lain-lain. Dalam pembelajaran kooperatif tipe

TAI berbantuan Ms. PowerPoint ini tanggung jawab siswa terhadap proses belajar

lebih besar karena siswa lebih banyak bekerja daripada sekedar mendengarkan

informasi, sehingga tipe pembelajaran ini dapat melatih tanggung jawab siswa

terhadap proses belajarnya.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

26

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan Ms. PowerPoint

pada mata pelajaran IPA diharapkan dapat tercipta suasana belajar siswa aktif yang

saling berkomunikasi, saling mendengar, saling berbagi, dan saling menghargai

berbagai pendapat. Selain itu dapat mengatasi adanya siswa yang lamban dalam

belajar, dapat melatih kerjasama, berlatih untuk dapat menerima pendapat orang

lain, berlatih sebagai pemimpin yang baik, berlatih bertanggungjawab, baik untuk

dirinya sendiri maupun bagi kelompoknya. Sehingga dari penjelasan di atas dapat

diduga bahwa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI berbantuan Ms.

PowerPoint hasil belajar IPA akan mengalami peningkatan.

Berdasarkan kerangka berpikir maka dapat dibuat alur sistematis seperti

pada gambar berikut.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Kondisi

Awal

Tindakan

Awal

Kondisi

Akhir

Pembelajaran dengan

berceramah dan

menggunakan media

cetak

penggunaan

model TAI

berbantuan Ms.

PowerPoint

Hasil belajar

meningkat

Pembelajaran dilakukan

dengan menggunakan

model TAI berbantuan

Ms. PowerPoint

Hasil belajar

rendah

Siswa pasif

Siswa aktif

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 - UKSW

27

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut: Hasil belajar IPA dapat ditingkatkan melalui

model pembelajaran kooperatif tipe Team Assested Individualization (TAI)

berbantuan Ms. Powerpoint siswa kelas 4 di SD Negeri Watupawon semester II

tahun pelajaran 2013/2014.