33
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen membutuhkan pemahaman akan arti biaya dan terminologi yang berkaitan dengan biaya. Pembebanan biaya atas produk, jasa, pelanggan dan objek lain yang merupakan kepentingan manajemen, adalah salah satu tujuan dasar sistem informasi akuntasi manajemen. Peningkatan keakuratan pembebanan biaya menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi yang kemudian dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik. Memperbaiki penentuan biaya telah menjadi pengembangan utama dalam bidang manajemen biaya. Sebelum membicarakan proses penentuan biaya, baiknya menentukan mengenai definisi biaya (cost). Biaya (cost) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu aktiva atau aset dan beban atau expense. Biaya akan dicatat sebagai aktiva atau aset apabila memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Sedangkan biaya akan dikategorikan sebagai beban atau expense jika memberikan manfaat pada periode akuntansi berjalan. Aktiva atau aset juga dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu : aktiva atau aset dan beban atau expense. Jika aktiva atau aset tersebut belum terpakai,

BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

  • Upload
    lamdan

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Biaya

Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian

manajemen membutuhkan pemahaman akan arti biaya dan terminologi yang

berkaitan dengan biaya. Pembebanan biaya atas produk, jasa, pelanggan dan objek

lain yang merupakan kepentingan manajemen, adalah salah satu tujuan dasar

sistem informasi akuntasi manajemen. Peningkatan keakuratan pembebanan biaya

menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi yang kemudian dapat

digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik. Memperbaiki penentuan

biaya telah menjadi pengembangan utama dalam bidang manajemen biaya.

Sebelum membicarakan proses penentuan biaya, baiknya menentukan mengenai

definisi biaya (cost).

Biaya (cost) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu aktiva atau aset

dan beban atau expense. Biaya akan dicatat sebagai aktiva atau aset apabila

memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Sedangkan biaya akan

dikategorikan sebagai beban atau expense jika memberikan manfaat pada periode

akuntansi berjalan.

Aktiva atau aset juga dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu : aktiva

atau aset dan beban atau expense. Jika aktiva atau aset tersebut belum terpakai,

Page 2: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

10

maka tetap dicatat sebagai aktiva atau aset. Sedangkan apabila aktiva atau aset

tersebut telah digunakan, maka akan dicatat sebagai beban.

Sprouse dan Moonitz dalam Carter (2009) mendefinisikan biaya sebagai

suatu nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin

perolehan manfaat. Sedangkan Purwanti dan Prawironegoro (2013)

mendefinisikan biaya sebagai kas atau setara kas yang dikorbankan untuk

memproduksi atau memperoleh manfaat atas suatu barang dan jasa di masa yang

akan datang. Jadi, biaya adalah suatu pengorbanan yang biasanya diukur dalam

satuan mata uang yang digunakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai

pengeluar biaya.

Biaya merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan. Tanpa informasi

biaya, maka perusahaan tidak dapat menentukan apakah kegiatan usaha yang

dijalankannya menghasilkan laba atau hasil usaha yang perusahaan tersebut

inginkan. Tanpa informasi biaya pula, perusahaan tidak memiliki dasar untuk

mengalokasikan sumber daya ekonomi yang akan digunakan untuk aktivitas

bisnisnya pada periode selanjutnya.

Dalam operasi perusahaan pada umumnya biaya akan terjadi lebih dahulu

sebelum pendapatan terjadi pada waktu kemudian. Oleh karena itu pengakuan dan

pengukuran secara tepat pada biaya akan mempengaruhi ketepatan pengakuan dan

pengukuran pendapatan. Pengertian biaya, Sri Dewi Anggadini, dkk (2012)

mendefenisikan biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan, untuk

memperoleh manfaat.

Page 3: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

11

Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan biaya sebagai kas atau nilai

ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi.

Sedangkan defenisi biaya menurut Mulyadi (2012), yaitu: “pengorbanan sumber

ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang

kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.” Sedangkan menurut PSAK 16

(2009) biaya adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar

dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat

perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang distribusikan

pada aset ketika pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu

dalam PSAK lain, contohnya PSAK 53 Pembayaran Berbasis Saham” (PSAK

16.6; 2009)

Di samping itu biaya dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber

nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Sebagai contoh,

menukar peralatan dengan bahan yang digunakan untuk produksi. Dalam usaha

menghasilkan manfaat saat ini dan di masa depan, manajemen suatu organisasi

harus melakukan berbagai usaha untuk meminimumkan biaya yang dibutuhkan

dalam mencapai keuntungan tertentu. Mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk

mencapai manfaat tertentu memiliki arti bahwa perusahaan menjadi lebih efisien.

Biaya tidak harus ditekan, tetapi juga harus dikelola secara strategis.

Page 4: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

12

Berdasarkan dari pengertian-pengertian biaya di atas dapat diambil empat

kesimpulan sebagai berikut:

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber uang

2. Diukur dalam satuan uang

3. Yang terjadi atau yang akan terjadi

4. Pengorbanan untuk memperoleh manfaat

2.1.2 Klasifikasi biaya

Akuntansi biaya dalam membantu manejemen untuk memperoleh

informasi biaya selalu berkaitan dengan masalah klasifikasi biaya. Hal ini

merupakan salah satu proses pengelompokan biaya ke dalam kelompok tertentu

menurut persamaan yang ada, untuk memberikan informasi yang sesuai dengan

kebutuhan menejemen.

Adapun klasifikasi biaya menurut Sri Dewi Anggadi dkk (2012) sebagai

berikut:

1. Biaya atas dasar elemen produk yaitu:

a. Biaya bahan baku, adalah biaya bahan baku yang dapat diidentifikasi ke

produk jadi dan dapat dengan mudah ditelusur ke produk jadi serta

membentuk sebagai produk jadi.

b. Biaya tenaga kerja langsung, adalah biaya tenaga kerja yang secara

langsung ikut memperoduksi produk jadi dan dapat secara mudah ditelusur

ke produk jadi.

c. Biaya overhead, adalah biaya yang merupakan penjumlahan dari biaya

Page 5: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

13

bahan baku tak langsung, dan biaya produksi tak langsung yang lain.

2. Biaya atas dasar hubungan dengan aktifitas volume, yaitu:

a. Biaya tetap, adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam range volume

tertentu tetapi per unitnya berubah-ubah, artinya biaya per satuannya

berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan. Semakin banyak

volume yang diproduksi akan rendah biaya per satuannya, sebaliknya

semakin sedikit volume yang diproduksi akan semakin tinggi biaya per

satuanya.

b. Biaya variabel, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara

proposional dengan perubahan volume produksi tetapi per unitnya selalu

tetap.

c. Biaya semi variabel (semi variable cost), yaitu biaya yang mempunyai

karakteristik tetap dan variabel yang secara total mengalami perubahan

tetapi tidak proposional dengan volume produksinya. Semakin besar

volume produksi semakin besar biaya Lolalnya. Sedangkan biaya per

satuannya akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume

produksi tetapi sifatnya tidak sebanding. Pengeluaran yang digolongkan

sebagai biaya semi variabel adalah biaya listrik, biaya telepon, biaya air,

biaya pemeliharaan mesin, biaya pemeliharaan kendaraan.

3. Biaya atas dasar dapat-tidaknya ditelusur, yaitu

a. Biaya langsung (direct cost), adalah biaya yang dapat langsung

dibebankan pada produk/departemen tertentu, contohnya biaya bahan

baku, baiya lenaga kerja langsung.

Page 6: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

14

b. Biaya tidak langsung (indirect cost), adalah biaya yang tidak dapat secra

langsung dibebankan pada produksi departeman tertentu, contohny biaya

overhead

4. Biaya atas dasar hubungan dengan departemen terjadinya, yaitu:

a. Biaya departemen produksi, adalah biaya departemen yang mengolah

bahan baku menjadi produk jadi.

b. Biaya departemen pembantu, adalah biaya departemen yang secard tidak

langsung berhubungan dengan produksi sehingga akan memberikan jasa

tertentu untuk dinikmati oleh departemen lain.

5. Biaya atas dasar fungsinya, yaitu

a. Biaya produksi, adalah biaya yang berhubungan dengan pengolahan suatu

produk yang merupakan penjumlahan dari biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead.

c. Biaya pemasaran, adalah biaya yang dikeluarkan dari produk selesai

sampai dengan pengumpulan piutang menjadi kas. Biaya ini berhubungan

dengan pemasaran atau penjualan produk, contohnya komisi penjualan,

biaya promosi.

d. Biaya administrasi dan umum, adalah biaya yang berhubungan dengan

operasional perusahaan.

e. Biaya keuangan, yaitu biaya yang berhubungan dengan perolehan dana

untuk operasi perusahaan, contohnya biaya bunga.

Page 7: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

15

6. Biaya atas dasar periode pembebanan, yaitu

a. Biaya pengeluaran modal (capital expenditure cost), adalah biaya yang

mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi pada saat terjadi

dicatat sebagai aktiva dan dibebankan sebagai biaya jika sudah digunakan.

b. Biaya pengeluaran penghasilan (revenue expenditure cost), adalah biaya

yang bermanfaat hanya pada saat periode akuntansi terjadinya biaya

tersebut. Biaya ini langsung dibebankan sebagai biaya.

7. Biaya atas dasar hubungan dengan pengendalian biaya

a. Biaya terkendali (controllable cost), adalah biaya yang secara langsung

dapat dipengaruhi oleh manajer tertentu dalam jangka waktu terentu.

b. Biaya tak terkendali (uncontrollable cost), adalah biaya yang secara tidak

langsung dapat dipengaruhi oleh manejer tertentu dalamjangka waktu

tertentu.

8. Biaya atas dasar hubungan dengan pengambilan keputusan

a. Biaya relevan (relevant cost), adalah biaya masa datang yang berbeda atau

terpengaruh dalam berbagai altematif suatu pengambilan keputusan.

b. Biaya tidak relevan (unrelevant cost), adalah biaya yang tidak terpangaruh

dalam pengambilan keputusan yang sama jumlahnya tanpa adanya

altematif yang dipilih.

Page 8: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

16

2.1.3 Harga Pokok Produksi

2.1.3.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi merupakan hal yang penting untuk perusahaan

dalam menilai kinerja produksi yang telah dilakukannya. Harga pokok produksi

dapat digunakan oleh perusahaan untuk melihat apakah produksi memberikan laba

yang optimal. Harga pokok produksi dibentuk dari biaya produksi, yang

selanjutnya digunakan perusahaan untuk menentukan harga jual produknya.

Menurut Mulyadi (2012), harga pokok produksi atau yang disebut dengan harga

pokok adalah pengorbanan ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah

terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Sedangkan

menurut Hansen dan Mowen (2012), harga pokok produksi adalah total harga

pokok produk, yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead

yang terkait produk, yang diselesaikan selama periode berjalan.

Sementara menurut Soemarso S.R (2004), biaya yang telah diselesaikan

selama suatu periode disebut harga pokok produksi barang selesai (cost of good

manufactured) atau disingkat dengan harga pokok produksi. Harga pokok ini

terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi

persediaan dalam proses akhir periode.

Berdasarkan dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa harga pokok produksi merupakan semua biaya-biaya yang seharusnya

dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa yang dinyatakan dalam

satuan uang. Jumlah seluruh biaya yang diperlukan untuk memperoleh dan

mempersiapkan barang untuk dijual disebut dengan harga pokok penjualan (cost

Page 9: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

17

of good sold).

2.1.3.2 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi

Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui berapa

besarnya biaya yang dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan

baku menjadi barang jadi yang siap untuk dipakai dan dijual. Penentuan harga

pokok produksi sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah

satu elemen yang dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi

pimpinan untuk mengambil keputusan.

Adapun tujuan penentuan harga pokok produksi yang lain, di antaranya

adalah:

1. Sebagai dasar untuk menilai efisiensi perusahaan.

2. Sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pimpinan perusahaan.

3. Sebagai dasar penilaian bagi penyusunan neraca menyangkut penilaian

terhadap aktiva.

4. Sebagai dasar untuk menetapkan harga penawaran atau harga jual kepada

konsumen.

5. Menentukan nilai persediaan dalam neraca, yaitu harga pokok persediaan

produk jadi dan produk dalam proses pada akhir periode.

6. Untuk menghitung harga pokok produksi dalam laporan rugi-laba perusahaan.

7. Sebagai evaluasi hasil kerja.

8. Pengawasan terhadap efesiensi biaya, terutama biaya produksi.

9. Sebagai dasar pengambilan keputusan.

10. Untuk tujuan perencanaan laba.

Page 10: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

18

2.1.4 Akuntansi Biaya Konvensional

Sistem akuntansi biaya konvensional adalah sistem yang menyediakan

informasi mengenai kumpulan dan alokasi biaya dari objek biaya, dimana biaya

ditelusuri ke setiap produk sebab setiap bagian produk mengkonsumsi sumber

daya. Pada sistem ini, biasanya seluruh biaya tidak langsung akan dikumpulkan

dalam satu pengelompokan biaya (cost pool), kemudian seluruh total biaya

tersebut dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian (cost allocation based)

kepada suatu objek biaya. Pemilihan dasar pengalokasian biasanya berdasarkan

hubungan sebab akibat yang paling mewakili sebagian besar biaya tidak langsung.

Dalam sistem akuntansi biaya konvensional istilah pemicu biaya ini

dikenal sebagai basis alokasi (allocation bases) seperti jumlah jam tenaga kerja

langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan langsung, jumlah jam mesin

dan jumlah unit yang dihasilkan. Semua basis alokasi ini merupakan pemicu biaya

yang hanya berhubungan dengan volume atau tingkat produksi (volume related

bases or unit level cost drivers) yang digunakan untuk mengalokasikan biaya

overhead pabrik.

Sistem akuntansi biaya konvensional yang banyak dipakai perusahaan-

perusahaan saat ini tidak dapat digunakan untuk menghadapi persaingan dalam

dunia bisnis modern sekarang ini. Peningkatan penggunaan sistem manajemen

biaya, terutama pada perusahaan-perusahaan yang menghadapi peningkatan

keragaman produk, kompleksitas produk yang lebih tinggi, daur hidup yang lebih

pendek, meningkatnya persyaratan mutu, dan tekanan persaingan yang hebat.

Untuk perusahaan yang beroperasi pada lingkungan produksi yang maju, sistem

Page 11: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

19

akuntansi biaya konvensional tidak dapat bekerja dengan baik.

Sistem biaya konvensional akan dapat mengukur harga pokok produk

dengan tepat bila semua sumber daya yang dikonsumsi oleh produk memiliki

proporsi yang sama dengan jumlah unit yang diproduksi, akan tetapi karena dalam

sistem konvensional menggunakan dasar pembebanan ini, sedangkan produk

mengkonsumsi sebagian besar sumber daya pendukung yang proporsinya tidak

sama dengan jumlah unit yang dihasilkan, sehingga terjadi distorsi biaya.

Pengguna sistem akuntansi biaya konvensional menyadari kecenderungan

distorsi pada data biaya yang dihasilkan dari sebuah sistem perhitungan biaya

seringkali berusaha untuk membuat penyesuaian dengan menggunakan intuisi dan

cenderung kurang tepat atas informasi biaya tanpa memahami dampak

keseluruhannya, sehingga mendistorsi informasi biaya. Informasi biaya yang tidak

akurat dapat mengarah pada hasil-hasil strategis yang tidak diinginkan, seperti

keputusan lini produk yang salah, penetapan harga yang tidak realistis, dan

alokasi sumber daya yang tidak efektif.

2.1.5 Activity Based Costing (ABC)

2.1.5.1 Pengertian Activity Based Costing

Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing – ABC)

didefinisikan oleh Charter (2009) sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana

untuk biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan

dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume

yang dihasilkan. Sedangkan menurut Rudianto (2013) mendefinisikan biaya

berdasarkan aktivitas sebagai pendekatan yang digunakan untuk menentukan

Page 12: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

20

biaya produk dengan membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan atas

konsumsi sumber daya oleh aktivitas tersebut.

Hansen dan Mowen (2012) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

sistem ABC adalah sistem biaya yang pada awalnya menelusuri penggunaan biaya

ke aktivitas yang menyerapnya, kemudian menelusuri biaya dari aktivitas tersebut

ke produk yang menggunakannya. ABC lebih mencerminkan biaya yang diserap

oleh produk secara menyeluruh. ABC mengakui besarnya biaya yang dibebankan

ke produk berdasarkan aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output

tersebut.

Islahuzzaman (2011) menjelaskan bahwa sistem ABC memiliki manfaat

utama, antara lain:

1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, yang menuju

pada pengukuran kemampuan perolehan laba atas produk yang lebih akurat dan

pengambilan keputusan strategis.

2. ABC memberikan pengukuran yang lebih akurat atas biaya yang memicu

aktivitas, yang membantu manajer dalam memperbaiki produk dan proses

menilai dengan membuat keputusan desain produk yang lebih baik,

pengendalian biaya yang lebih baik dan membantu mempertinggi berbagai

nilai projek.

3. ABC membantu manajer lebih mudah mengakses informasi tentang biayabiaya

yang relevan dalam membuat keputusan bisnis.

Page 13: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

21

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa sistem ABC merupakan

salah satu upaya meningkatkan akurasi informasi biaya dari sistem akuntansi

biaya konvensional. Untuk itu, Hongren (2008) mendefinisikan ABC sebagai

suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-

aktivitas yang ada di perusahaan.

Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya

biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan, sehingga wajar

bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan aktivitas

tersebut. Hansen dan Mowen (2000) mendefinisikan ABC sebagai sistem yang

pertama kali menelusuri biaya pada kegiatan/aktivitas kemudian pada produk.

Sedangkan Muh. Akbar dalam Garrison dan Brewer (2006) menjelaskan bahwa

ABC adalah metode perhitungan biaya (costing) yang dirancang untuk

menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan

keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya

tetap.

Garrison menambahkan bahwa metode ABC biasanya digunakan sebagai

pelengkap bukan sebagai pengganti sistem biaya yang biasa dipakai perusahaan.

Kebanyakan perusahaan yang menggunakan ABC memiliki dua sistem biaya,

sistem biaya resmi yang disiapkan untuk laporan keuangan eksternal dan ABC

yang digunakan untuk pengambilan keputusan internal dan untuk menjalankan

aktivitas.

Page 14: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

22

Berdasarkan dari defenisi-defenisi di atas ditarik kesimpulan bahwa sistem

ABC merupakan suatu metode mengenai sistem perencanaan biaya yang

dikembangkan untuk mengantisipasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam

sistem akuntansi biaya konvensional. Yang menjadi pokok perhatian ABC adalah

aktivitas-aktivitas perusahaan, dengan penelusuran biaya untuk menghitung harga

pokok produk atau jasa, yaitu aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan

produk atau jasa yang mengkonsumsi aktivitas. Dengan demikian sistem ABC

memudahkan perhitungan harga pokok objek biaya yang akurat sehingga

mengurangi distorsi pada sistem biaya konvensional dan meningkatkan efektivitas

pengambilan keputusan pihak manajemen.

Gambar 2.1. Konsep Dasar Activity Based Costing

Sumber : Hansen/Mowen, 2006

2.1.5.2 Kriteria Penerapan Activity Based Costing System pada Perusahaan

Dalam penerapannya, terdapat beberapa kriteria penerapan Activity Based

Costing pada perusahaan, antara lain:

Resources Performance

Cost Object

Activities

Resources

Page 15: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

23

1. Product diversity

Menunjukkan jumlah dan keanekaragaman product families yang

ditawarkan. Dalam hal ini semakin banyak produk yang dihasilkan, maka

semakin cocok menggunakan analisis ABC. Hal ini dikarenakan jika semakin

banyak beragam produk yang dihasilkan akan berakibat semakin beragam pula

aktivitasnya sehingga semakin tinggi pula tingkat distorsi biaya.

2. Support diversity

Menunjukkan jumlah dan keanekaragaman aktivitas yang mengakibatkan

tingginya pengeluaran biaya overhead. Hal tersebut menyebabkan kesulitan

dalam pengalokasian biaya overhead. Jadi, semakin banyak jumlah dan

keanekaragaman aktivitas maka semakin cocok menggunakan analisis ABC.

3. Common processes

Menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kegiatan yang dilakukan secara

bersama untuk menghasilkan produk-produk tertentu sehingga biaya periode

masing-masing produk sulit dipisahkan. Kegiatan bersama tersebut misalnya

:kegiatan manufacturing, engineering, marketing, distribution, accounting,

material handling dan sebagainya. Banyaknya departemen yang diperlukan

dalam menjalankan operasi perusahaan akan menyebabkan banyaknya

common cost. Hal itu berdampak pada sulitnya alokasi biaya per produk. Jadi,

semakin tinggi tingkat common processes maka semakin cocok menggunakan

analisis ABC.

Page 16: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

24

4. Period cost allocation

Menunjukkan kemampuan sistem akuntansi biaya yang ada

mengalokasikan biaya periode secara akurat. Biaya periode merupakan biaya

uang diidentifikasi dengan interval waktu tertentu karena tidak diperlukan

untuk memperoleh barang atau produk yang akan dijual. Untuk dapat

memperkecil biaya produk maka lebih disarankan biaya agar biaya periode

menjadi proporsi yang paling besar dalam produk. Perusahaan yang telah

menerapkan hal tersebut maka cocok untuk menggunakan analisis ABC.

5. Rate of growth of period costs

Menunjukkan tingkat kecepatan pertumbuhan biaya periode sepanjang

tahun. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan biaya periode yang

pesat akan akan sulit untuk mengalokasikan biaya, dan sehingga tingkat

kemungkinan untuk terjadinya distorsi biaya menjadi tinggi. Maka perusahaan

yang memiliki tingkat pertumbuhan biaya periode yang pesat, cocok dalam

penggunaan analisis ABC.

6. Pricing freedom

Menunjukkan tingkat independensi perusahaan dalam menentukan harga

sehingga menghasilkan product profitability. Perusahaan yang memiliki

ketidakbebasan dalam menentukan harga biasanya disebabkan adanya

persaingan dengan kompetitor dalam pasar. Persaingan tersebut berdampak

pada penentuan biaya yang tepat bagi perusahaan. Maka perusahaan yang

tidak memiliki tingkat independensi untuk menentukan harga maka perusahaan

tersebut cocok dengan menggunakan analisis ABC.

Page 17: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

25

7. Period expense ratio

Menunjukkan kemungkinan terjadinya distorsi biaya produk secara

material. Ini berkaitan dengan seberapa tingkat pengaruh penurunan ataupun

kenaikan biaya dengan proporsi laba. Jika laba perusahaan tersebut mempunyai

pengaruh yang signifikan maka perusahaan cocok menggunakan analisis ABC.

8. Strategic considerations

Menunjukkan seberapa penting informasi biaya dimanfaatkan dalam

proses pengambilan keputusan manajemen. Keputusan yang diambil oleh

manajemen berkaitan dengan strategi yang diterapkan oleh perusahaan, tidak

hanya terbatas pada strategi pemasaran. Sehingga semakin penting informasi

biaya dalam pengambilan keputusan maka perusahaan cocok menggunakan

analisis ABC.

9. Cost reduction effort

Menggambarkan seberapa penting akurasi pelaporan alokasi biaya

periode untuk pengambilan keputusan internal manajemen. Adanya

keakuratan pelaporan alokasi biaya periode juga berkaitan dengan evaluasi

bagi internal manajemen. Pihak manajemen dapat menggunakan informasi

yang disajikan dalam laporan tersebut untuk membuat kebijakan yang lebih

tepat pada kemudian hari. Jadi, semakin tinggi tingkat kepentingan akurasi

maka semakin cocok menggunakan analisis ABC.

Page 18: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

26

10. Analysis of frequency

Menunjukkan tinggi rendahnya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

analisis biaya pada produk. Banyak kegiatan berkaitan dengan frekuensi

kebutuhan informasi biaya. Semakin tinggi tingkat frekuensinya maka tingkat

keakuratan alokasi biaya pun juga semakin dibutuhkan. Maka semakin tinggi

tingkat frekuensinya, perusahaan semakin cocok menggunakan analisis ABC.

Ada dua hal mendasar yang harus dipahami sebelum kemungkinan

penerapan metode ABC, yaitu:

1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan dari

biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi hanya

oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika digunakan

akuntansi biaya tradisional pun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat

sehingga penggunaan sistem ABC kehilangan relevansinya. Artinya, Activity

Based Costing akan lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya

overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi saja.

2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit

harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua

biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya. Pada

kondisi ini penggunaan sistem ABC justru tidak tepat karena sistem ABC

hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit

maupun non unit (memakai banyak cost driver). Apabila berbagai produk

rasio konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya tradisonal atau sistem

ABC membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi,

Page 19: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

27

perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah) mungkin

masih dapat menggunakan sistem tradisional tanpa ada masalah.

2.1.6 Klasifikasi Aktifitas

Sistem Activity Based Costing (ABC) pada dasarnya mencari suatu metode

atau cara untuk menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat dengan

melakukan identifikasi atas berbagai aktivitas. Untuk mengidentifikasi biaya

sumber daya pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu mengelompokkan seluruh

aktivitas menurut cara bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut mengkonsumsi

sumber daya. Sistem ABC membagi aktivitas ke dalam 4 tingkatan, yaitu:

1. Aktivitas tingkat unit (Unit-Level Activities)

Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit

bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh,

menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut

cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang

diproduksi.

2. Aktivitas tingkat kelompok unit (Batch-Level Activities)

Aktivitas dilakukan setiap kelompok unit diproses, tanpa memperhatikan

berapa unit yang ada pada kelompok unit tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti

membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah

aktivitas berlevel kelompok unit.

3. Aktivitas pendukung produk/jasa (Product/Service-Sustaining Activities)

Aktivitas ini mendukung produksi produk/jasa spesifik dan biasanya

dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau

Page 20: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

28

dijual. Aktivitas ini dilakukan karena dibutuhkan untuk menopang produksi

setiap jenis produk/jasa yang berlainan. Sebagai contoh merancang produk atau

mengiklankan produk.

4. Aktivitas pendukung fasilitas (Facility-Sustaining Activities)

Aktivitas ini tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk/ jasa

yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan.

Pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan

produk/jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan

perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi barang/ jasa. Contoh:

biaya keamanan dan biaya kebersihan.

2.1.7 Cost Driver

Cost driver adalah setiap aktivitas yang menimbulkan biaya. Cost driver

merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead.

Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan

menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya. Landasan penting untuk

menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu

biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat atas

pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya,

sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan.

Page 21: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

29

2.1.8 Mekanisme Pendesainan ABC system

Sementara dalam proses pembebanan biaya overhead dengan mekanisme

pendesainan metode ABC, terdapat dua tahap yang harus disiapkan. Kedua tahap

tersebut sangat penting dalam proses pengalokasian biaya overhead yang akurat.

Rudianto (2013) menjelaskan dua tahap tersebut sebagai berikut:

2.1.8.1 Biaya overhead dibebankan pada aktivitas

Dalam tahap ini terdapat lima langkah yang harus dilakukan. Langkah-

langkah tersebut mencakup:

1. Mengidentifikasi aktivitas. Tahap ini memiliki dua langkah penting, yaitu: 1)

identifikasi terhadap sejumlah aktivitas yang dianggap menimbulkan biaya

ketika proses pembuatan produk atau jasa dengan cara menetapkan secara rinci

tahap proses aktivitas produksi sejak penerimaan bahan baku hingga barang

atau jasa tersebut siap dikirim ke konsumen, dan 2) dipisahkan menjadi

aktivitas yang menambah nilai dan aktivitas yang tidak menambah nilai dari

produk.

2. Menentukan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas. Menentukan

pemicu biaya (cost driver), yaitu faktor-faktor yang menentukan seberapa besar

atau seberapa banyak usaha dan beban tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

melakukan sebuah aktivitas.

3. Mengelompokkan aktivitas yang seragam menjadi satu. Memisahkan

kelompok aktivitas diidentifikasi menjadi aktivitas berlevel unit, aktivitas

berlevel batch, aktivitas berlevel produk, dan aktivitas berlevel fasilitas.

Page 22: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

30

4. Menggabungkan biaya aktivitas yang dikelompokkan. Biaya untuk masing-

masing kelompok (level unit, level batch, level produk, dan level fasilitas)

dijumlahkan sehingga dihasilkan total biaya yang dikeluarkan untuk masing-

masing kelompok.

5. Menghitung tarif per kelompok aktivitas (homogen cost pool rate).

Menghitung tarif per kelompok dengan cara membagi jumlah total biaya pada

masing-masing kelompok dengan jumlah cost driver.

2.1.8.2 Membebankan biaya aktivitas pada produk

Setelah melakukan penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas,

selanjutnya yang harus dilakukan adalah membebankan biaya aktivitas tersebut ke

masingmasing produk yang menggunakan cost driver. Setelah tarif per kelompok

aktivitas diketahui, maka dapat dilakukan perhitungan biaya overhead yang

dibebankan pada produk dengan rumus sebagai berikut:

Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x jumlah konsumsi tiap produk

Konsep ABC System, bahwa biaya produk ditimbulkan oleh aktivitas, baik

aktivitas yang berkaitan dengan volume produk maupun aktivitas yang tidak

berkaitan dengan volume produk. BOP merupakan biaya yang akan diatribusikan

kepada produk berdasarkan pemicu biaya (cost drivers), bukan berdasarkan

volume produk.

Aktivitas merupakan tindakan yang berulang-ulang untuk memenuhi

fungsi bisnis. Setiap aktivitas dapat ditentukan sebagai value added atau non value

added. Carter (2007), menyatakan bahwa, sistem manajemen biaya mempunyai

dua sisi pengukuran kinerja, yaitu finansial dan non finansial. Pengukuran kinerja

Page 23: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

31

yang bersifat finansial digunakan untuk pengukuran kinerja periodik dan untuk

penentuan biaya produk yang akurat. Sedangkan pengukuran kinerja non finansial

dapat digunakan untuk mengembangkan dan memperbaiki secara terus menerus

proses produksi dengan mengurangi non value added time. Continuous

improvement ini mengacu pada falsafah pengolahan bernilai tambah (value added

manufacturing), yang mengacu pada kegiatan manufaktur yang terbaik dan

sederhana, sehingga sistem manufaktur menjadi lebih efisien.

2.1.9 Manfaat Activity Based Costing

Manfaat menggunakan sistem biaya ABC bagi pihak manajemen

perusahaan adalah:

1. Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak manajemen

bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih

kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu

sambil secara simultan fokus pada pengurangan biaya yang memungkinan.

Analisis biaya ini dapat menyoroti bagaimana mahalnya proses manufakturing,

hal ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mengorganisasi proses,

memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya.

2. Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran

kompetitif yang lebih wajar.

3. Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan

(management decision making) membuat-membeli yang manajemen harus

lakukan, di samping itu dengan penentuan biaya yang lebih akurat maka

keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen akan lebih baik dan tepat.

Page 24: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

32

Hal ini didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang

menjadi sangat penting dalam iklim kompetisi dewasa ini.

4. Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continous improvement),

melalui analisa aktivitas, sistem ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau

perbaikan terhadap aktivitas yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien.

Hal ini berkaitan erat dengan masalah produktivitas perusahaan.

5. Memudahkan Penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost reduction),

pada sistem tradisional, banyak biaya-biaya yang kurang relevan yang

tersembunyi. Sistem ABC yang transparan menyebabkan sumber-sumber biaya

tersebut dapat diketahui dan dieliminasi.

6. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, pihak manajemen dapat melakukan

analisis yang lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk

mencapai impas (break even) atas produk yang bervolume rendah.

2.1.10 Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Sistem Activity based Costing

Keunggulan sistem Activity Based Costing membantu mengurangi distorsi

yang disebabkan alokasi biaya tradisional. Sistem ini memberikan gambaran yang

jernih tentang bagaimana bauran dari beraneka ragam produk, jasa, dan aktivitas

memberikan kontribusi kepada laba usaha dalam jangka panjang. Manfaat utama

dari sistem Activity Based Costing adalah:

1. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik. Sistem ABC menyajikan biaya

produk yang lebih akurat dan informatif, mengarahkan pada pengukuran

profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan strategis yang

diinformasikan dengan lebih baik tentang penetapan harga jual, lini produk,

Page 25: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

33

dan segmen pasar.

2. Keputusan dan kendali yang lebih baik. Sistem ABC menyajikan pengukuran

yang lebih akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas,

membantu manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses

dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk,

mengendalikan biaya secara lebih baik, dan membantu perkembangan proyek-

proyek yang meningkatkan nilai.

3. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas. Sistem ABC

membantu manajer mengidentifikasi dan mengendalikan biaya kapasitas yang

tidak terpakai dalam pengambilan keputusan bisnis.

4. Kemampuan sistem ABC untuk mengungkapkan aktivitas yang tidak

memberikan nilai tambah (non value added activities) bagi produk atau jasa

yang dihasilkan.

Sistem Activity Based Costing bukanlah merupakan sistem yang sempurna.

Menggunakan sistem Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok

produk juga mempunyai kekurangan yang antara lain adalah:

1. Implementasi sistem Activity Based Costing ini belum dikenal dengan baik,

sehingga prosentase penolakan terhadap sistem ini cukup besar.

2. Banyak dan sulitnya mendapat data yang dibutuhkan untuk menerapkan sistem

Activity Based Costing.

3. Masalah joint cost yang dihadapi sistem konvensional juga tidak dapat teratasi

dengan sistem ini.

Page 26: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

34

4. Sistem Activity Based Costing melaporkan biaya dengan cara pembebanan

untuk suatu periode penuh dan tidak mempertimbangkan untuk

mengamortisasi long term payback expense. Contohnya dalam penelitian dan

pengembangan, biaya pengembangan dan penelitian yang cukup besar untuk

periode yang disingkatkan akan ditelusuri ke produk sehingga menyebabkan

biaya produk yang terlalu besar.

2.1.11 Sistem Activity Based Costing Pada Perusahaan Jasa

Sistem Activity Based Costing pada awalnya diterapkan pada perusahaan

manufaktur. Sistem ABC menjadikan aktivitas sebagai titik pusat kegiatannya.

Informasi tentang aktivitas diukur, dicatat, dan disediakan dalam shared database

melalui sistem ABC. Oleh karena aktivitas dapat dijumpai baik di perusahaan

manufaktur, jasa, dan dagang, serta organisasi sektor publik dan organisasi

nirlaba, maka sistem ABC dapat diterapkan sama baiknya di berbagai jenis

organisasi tersebut. Dengan sistem ABC ini, untuk pertama kalinya perusahaan

jasa dan perusahaan dagang serta organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba

dapat memanfaatkan sistem informasi biaya yang sangat bermanfaat untuk

mengurangi biaya dan penentuan secara akurat harga pokok produk/jasa.

Sistem ABC tidak hanya berfokus ke perhitungan harga pokok

produk/jasa, namun mencakup perspektif yang lebih luas, yaitu pengurangan

biaya melalui pengelolaan aktivitas. Perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang

serta organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba berkepentingan untuk

mengurangi biaya dalam pengelolaan aktivitas, sehingga perusahaan dan

organisasi tersebut membutuhkan sistem informasi biaya yang mampu

Page 27: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

35

menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas.

Namun, ada beberapa perbedaan dasar antara perusahaan jasa dan

manufaktur. Kegiatan dalam perusahaan manufaktur cenderung menjadi jenis

yang sama dan dilaksanakan dengan cara yang serupa. Hal ini berbeda untuk

perusahaan jasa. Perbedaan dasar lainnya antara perusahan jasa dan manufaktur

adalah pendefinisian keluaran. Untuk perusahaan manufaktur, keluaran mudah

ditentukan (produk-produk nyata yang di produksi), tetapi untuk perusahaan jasa,

pendefinisian keluaran lebih sulit. Keluaran untuk perusahaan jasa kurang nyata.

Keluaran harus didefinisikan sehingga keluaran dapat dihitung harganya.

Untuk menjawab permasalahan di atas, Activity Based Costing benar-

benar dapat digunakan pada perusahaan jasa, setidak-tidaknya pada beberapa

perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Activity Based

Costing pada perusahaan jasa adalah:

1. Identifying and Costing Activities

Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka beberapa

kesempatan untuk pengoperasian yang efisien.

2. Special Challenger

Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan memiliki

permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya

mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu

persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan

menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari.

Page 28: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

36

3. Output Diversity

Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi

output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang menggambarkan

aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk

dijelaskan atau ditentukan.

2.2 Hotel

Sejarah perkembangan akomodasi telah dimulai sejak belasan ribu tahun

yang lampau yaitu sejak zaman Yunani dan Romawi kuno. Pemondokan yang

dianggap sebagai jenis akomodasi pertama kali adalah Inn, yang tidak lebih dari

pondok, sama seperti sebagian rumah perorangan yang disewakan kepada

pedagang atau pelancong selama dalam perjalanan yang kebetulan lewat. Setelah

mengalami masa yang cukup panjang, pada tahun 1794 berdirilah hotel pertama

yang menjadi cikal bakal dari hotel inn yang berkapasitas 75 kamar dengan nama

City Hotel di kota New York.

Hotel-hotel jaman dahulu, pintu kamar-kamar tidur tanpa dilengkapi

dengan kunci, tidak mempunyai ruang lobby (ruang khusus untuk menunggu dan

bersantai), dan tidak mempunyai khusus pintu masuk ke ruang hotel. Kemudan

pada tahun 1829 hotel Tremont House di Boston Amerika, untuk yang pertama

kali melengkapi hotelnya dengan ruang lobby, menyediakan kamar privat dengan

pintu kamar-kamarnya dipasang kunci pengaman, serta disetiap kamar dilengkapi

dengan sistem drainase.

Page 29: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

37

Ada dua definisi mengenai hotel, yang pertama definisi hotel secara

internasional, sedangkan yang satu lagi dikeluarkan oleh Menparpostel dengan

Surat Keterangannya (Bagyono, 2008) Definisi hotel menurut Charles

E.Steadmon & Michal L.Kasanova (2010) dalam bukunya Managing Front Office

Operation dari AHMA (American Hotel & Hotel Assosiation) disebutkan sebagai

berikut: “Hotel dapat didefinisikan sebagai sebuah bangunan yang dikelola secara

komersial dengan memberikan fasilitas untuk umum dengan fasiitas

penginapannya sebagai berikut: pelayanan kamar, pelayanan barang bawaaan,

pencucian pakaian dan dapat mengunakan fasilitas perabotan dan menikmati

hiasan-hiasan yang ada didalamnya”.

Definisi hotel menurut SK Menparpostel Nomor:KM 34/HK103/MPPPT-

87 adalah sebagai berikut: “Hotel adalah salah satu jenis akomodasi yang

mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa

pelayanan penginapan makan dan minum serta jasa lainnya bagi tamu, yang

dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan

dalam keputusan pemerintah”.

Sementara perhotelan adalah bidang usaha yang berkembang seiring

dengan kemajuan sektor pariwisata (Agus Sambodo & Bagyono, 2006).

Sedangkan menurut Dennis L. Foster, dalam buku An introduction to Travel &

Tourism mengungkapkan bahwa dalam arti luas, hotel mungkin merujuk pada

segala jenis penginapan. Sedangkan dalam arti sempit, hotel adalah sebuah

bangunan yang dibangun khusus untuk menyediakan penginapan bagi para

pejalan, dengan pelayanan makanan dan minuman.

Page 30: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

38

2.3 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan skripsi Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing

dalam Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel pada Hotel Coklat Makassar yang

ditulis oleh Akbar (2011), penulis mendapatkan kesimpulan bahwa penggunaan

metode ABC dalam perhitungan harga pokok kamar akan menghasilkan harga

pokok kamar yang akurat, karena biaya-biaya yang terjadi dibebankan pada

produk atas dasar aktivitas dan sumber daya yang dikonsumsikan oleh produk dan

juga menggunakan dasar lebih dari satu cost driver. Dalam perhitungan antara

metode konvensional dengan metode ABC, maka diperoleh selisih yang lebih

rendah jika menggunakan metode ABC sebesar Rp. 58.024,84 untuk kamar

standard, Rp. 175.411,58 untuk kamar deluxe, Rp. 99.034,88 untuk kamar suite,

Rp. 100.045,60 untuk kamar family. Sedangkan akan terjadi selisih yang lebih

tinggi jika menggunakan metode ABC sebesar Rp. 368.096,17 untuk kamar jenis

executive suite/pent house.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putikadea (2013) yang

berjudul Penentuan Harga Pokok Penjualan Kamar “Deluxe” dengan

Menggunakan Metode Activity Based Costing pada Resort G-Land Joyo’s Camp

Tahun 2010, maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil dari perhitungan harga

pokok penjualan kamar G-Land Joyo’s Camp untuk jenis “Deluxe Room” dengan

menggunakan metode Activity Based Costing sebesar Rp 303.284,26. Selisih

antara harga pokok penjualan kamar G-Land Joyo’s Camp jenis “Deluxe Room”

menggunakan metode Activity Based Costing dengan metode konvensional

sebesar Rp 155.715,74. Hal ini membuktikan bahwa hasil perhitungan harga

Page 31: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

39

pokok penjualan kamar G-Land Joyo’s Camp “Deluxe Room” dengan

mengunakan metode Activity Based Costing lebih rendah daripada metode

konvensional atau dengan kata lain harga pokok penjualan kamar dengan

menggunakan metode yang diterapkan oleh manajemen G-Land Joyo’s Camp

disebut over costing dikarenakan adanya pembebanan biaya yang menyeluruh per

unit kamar bukan berdasarkan aktivitas yang terjadi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Erawati dan Syafitri (2013) tentang

Analisis Harga Pokok Produksi sebagai Dasar Penentuan Harga Jual,

menjelaskan bahwa selisih perhitungan harga pokok pesanan menurut perusahaan

yang lebih tinggi dibanding hasil perhitungan analisis. Maka hasil perhitungan

harga jual lemari hias medium menurut perusahaan juga akan tinggi yaitu sebesar

Rp 7.513.029 per unitnya. Sedangkan dari hasil perhitungan analisis harga jual per

unit adalah Rp 7.072.599. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketepatan

perhitungan harga pokok produksi akan mempengaruhi secara signifikan pada

harga yang dibebankan kepada konsumen. Akan mungkin untuk terjadi

kekurangan atau kelebihan pembebanan harga atas produk.

Peneliti selanjutnya adalah Ratna Kusumastuti dengan judul “Penentuan

Harga Pokok Kamar Hotel dengan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus

pada Hotel Rachmad Jati Caruban)”. Tujuan dari penelitian ini adalah

menghitung dan menganalisis penentuan harga pokok kamar dengan metode

Activity Based Costing (ABC) dan mengetahui selisih tarif (harga jual) baru dan

lama atas setiap jenis kamar. Setelah dilakukan pengalokasian biaya berdasarkan

cost driver masing-masing, terbentuk harga pokok kamar berdasarkan Activity

Page 32: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

40

Based Costing (ABC) untuk masingmasing jenis kamar. Harga pokok kamar ini

selanjutnya ditambahkan laba yang diinginkan sehingga membentuk harga jual

kamar. Harga jual baru yang terbentuk lebih tinggi jika dibandingkan dengan

harga jual yang sebelumnya telah ditetapkan oleh pihak manajemen Hotel

Rachmad Jati. Hal ini dikarenakan dalam pembentukan harga pokok kamar lama,

pihak manajemen tidak memasukkan beberapa komponen biaya yang seharusnya

diperhitungkan.

Octavian Surya Pratiwi (2012) dengan mengambil judul: “Analisis

Penerapan Metode Activity Based Costing dalam Menentukan Harga Sewa

Kamar Hotel (Studi Kasus Pada Hotel Pandanaran Semarang)” Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnisi Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis

mengenai perhitungan harga sewa kamar tahun 2011 pada Hotel Pandanaran

Semarang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perhitungan harga kamar hotel dengan menggunakan metode ABC, dilakukan

melalui 2 tahap. Tahap pertama biaya ditelusur ke aktivitas yang menimbulkan

biaya dan tahap kedua membebankan biaya aktivitas ke produk. Sedangkan

harga diperoleh dengan menambahkan cost sewa kamar dengan laba yang di

harapkan.

2. Terdapat perbedaan yang terjadi antara harga sewa kamar dari pihak hotel

dengan menggunakan metode ABC, disebabkan karena pembebanan biaya

overhead. Pada metode ABC, biaya overhead pada masing-masing produk

dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam metode ABC telah

Page 33: BAB II - eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/250/2/BAB II.pdf2.1.1 Pengertian Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen

41

mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat.

3. Perhitungan harga sewa kamar hotel dapat diterapkan karena perhitungan

menggunakan metode ABC ini sesuai dengan aktivitas yang dikonsumsi pada

masing-masing tipe kamar