29
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak geografis Wilayah Buton Utara merupakan daerah bekas fatsal Kesultanan Buton. Akan tetapi sebelum terintegrasi dengan Kesultanan Buton, wilayah Buton Utara menurur sumber lokal memiliki masa tersendiri yakni oleh masyarakat setempat menyebutnya masa prabarata. Pada masa ini, Buton Utara memiliki tiga pemukiman utama yakni Doule, Bangkudu, dan Lemo, dari ketiga pemukiman ini sebagai awal daerah yang masuk dalam wilayah Buton Utara pada masa prabarata. Akan tetapi dalam pencarian sumber dalam penelitian ini, tidak ditemukan sumber tertulis, ataupun sumber mengenai keadaan geografi yang jelas tentang Buton Utara pada masa prabarata. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dari tokoh adat dan masyarakat yang mengetahui cerita sejarah pada masa prabarata mnegetahui secara jelas tentang keadaan geografinya, dan hanya mereka ketahui pernah ada peradaban tersendiri sebelum terintegrasi dengan Kesultanan Buton. Berdasarkan yang ditemukan peneliti dilapangan dalam penelitian ini, yakni penemuan bekas peninggalan seperti benteng, bekas-bekas karamik, yang menjadi bekas pemukiman masyarakat di Buton Utara pada masa prabarata, yang membuktikan bahwasannya daerah ini memilki sejarah tersendiri. adapun daerah ini juga tidak diketahui pasti letak geografinya pada Buton Utara masa prabarata karena 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

  • Upload
    vothien

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Letak geografis

Wilayah Buton Utara merupakan daerah bekas fatsal Kesultanan Buton. Akan

tetapi sebelum terintegrasi dengan Kesultanan Buton, wilayah Buton Utara menurur

sumber lokal memiliki masa tersendiri yakni oleh masyarakat setempat menyebutnya

masa prabarata. Pada masa ini, Buton Utara memiliki tiga pemukiman utama yakni

Doule, Bangkudu, dan Lemo, dari ketiga pemukiman ini sebagai awal daerah yang

masuk dalam wilayah Buton Utara pada masa prabarata. Akan tetapi dalam

pencarian sumber dalam penelitian ini, tidak ditemukan sumber tertulis, ataupun

sumber mengenai keadaan geografi yang jelas tentang Buton Utara pada masa

prabarata. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dari tokoh adat dan masyarakat yang

mengetahui cerita sejarah pada masa prabarata mnegetahui secara jelas tentang

keadaan geografinya, dan hanya mereka ketahui pernah ada peradaban tersendiri

sebelum terintegrasi dengan Kesultanan Buton.

Berdasarkan yang ditemukan peneliti dilapangan dalam penelitian ini, yakni

penemuan bekas peninggalan seperti benteng, bekas-bekas karamik, yang menjadi

bekas pemukiman masyarakat di Buton Utara pada masa prabarata, yang

membuktikan bahwasannya daerah ini memilki sejarah tersendiri. adapun daerah ini

juga tidak diketahui pasti letak geografinya pada Buton Utara masa prabarata karena

13

Page 2: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

dua kali masuk dalam wialayah daerah lain yakni pada saat terintegrasinya dengan

kesultanan Buton pada awal abad ke-17.

Setelah pembentukan kabupaten Muna pada masa Orde Baru, karenanya

Buton Utara dua kali daerah ini masuk dalam wilayah kekuasaan daerah lain

sehingga hanya diketahuai letaknya disebelah selatan pulau Buton, dan sebelah barat

Kabupaten Muna. Dengan adanya pemekaran kabupaten Buton Utara pada abad ke-

21 baru diketahui secara jelas tentang letak daerah Buton Utara, yang akan dijelaskan

rincianya sebagai berikut:

Kabupaten Buton Utara adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi

Tenggara yang wilayahnya meliputi lebih separuh wilayah Pulau Buton bagian Utara,

serta pulau-pulau kecil yang tersebar di sekitar kawasan tersebut terutama di

Kulisusu, minus Kecamatan Wakurumba Selatan, Kecamatan Pasir Putih, dan

Kecamatan Maligano. Kabupaten Buton Utara terletak di bagian selatan katulistiwa

pada garis lingtang 4006’ sampai 5015’ lintang selatan dan dari barat ke timur

122059’ bujur timur sampai dengan 123015’bujur timur.

Kabupaten Buton Utara di sebelah utara berbatasan dengan selat dan pulau

Wawonii; sebelah timur berbatasan dengan laut Banda dan kabupaten Wakatobi,

sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Buton dan sebelah barat berbatasan

dengan selat Buton, kabupaten Muna dan daratan kabupaten Konawe selatan. Karena

letak dan batas-batas wilayahnya tersebut maka Buton Utara merupakan daerah

Page 3: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

transit perjalanan laut atau pelayaran dan berdagang dari dan ke Wakatobi-Buton

Utara-Wawonii, Wakatobi-Butur-Muna–Wakatobi-Butur-Kendari pulang pergi.

Sekarang ini Buton Utara menjadi rute pelayaran tetap empat kali seminggu dari dan

ke Wakatobi-Butur-Kendari dengan pelabuhan transit teluk Wa ode Buri. Rute ini

mulai ada sejak pemekaran tahun 2007.

Sejarah kawasan Buton Utara merupakan daerah transit dalam kegiatan

pelayaran dan perdagangan dari dan ke Maluku-Buton atau sebaliknya, baik melalui

jalur selat Buton sebelah barat maupun jalur laut banda sebelah timur. Karena itu

kawasan ini hingga abad ke-19 merupakan daerah yang menjadi sumber sengketa

antara Ternate dan Buton. Di kawasan ini, terdapat teluk Kulisusu yang dipenuhi oleh

karang dan pulau-pulau kecil berliku-liku yang sangat membahayakan bagi setiap

pelayaran. Karena itu pada zaman kompeni, di teluk ini dinamakan teluk

menyesatkan. Dalam kaitan dengan bahaya teluk ini Susanto Zuhdi menjelaskan

bahwa selain itu perairan yang berbahaya adalah teluk Kulisusu terletak di bagian

timur pulau Buton. Pelaut-pelaut VOC menyebut teluk ini sebagai teluk menyesatkan

(dawalbai). Wilayah perairan ini merupakan pertemuan arus laut Banda dengan laut

Flores mengenai keadaan perairan teluk ini dapat diperhatikan peristiwa yang dialami

oleh seorang nakhoda bernama Frans Arendsz pada bulan November 1730 (dalam

Zuhdi 2010:41-42)

Di bagian barat ada tiga pelabuhan dan unik pemukiman penting yang

bernama Labuan Walanda, Labuan Tobelo, Labuan Wolio. Tiga pelabuhan ini

Page 4: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

mempunyai arti penting dalam sejarah kawasan Buton Utara. Labuan Walanda

berkaitan dengan berlabunya pasukan Belanda, Labuan Tobelo berkaitan dengan

berlabunya pasukan Tobelo (Ternate), dan Labuan Wolio berkaitan dengan

berlabunya pasukan Wolio (Buton) ketika ada rencana serangan Ternate ke Buton

yang di pimpin oleh kesultanan Ternate Baabullah pada masa pemerintah sultan

Buton I Murhum. Ligvoed menjelaskan bahwa tidak jauh dari bagian utara di jalan

masuk selat Buton terdapat tempat bernama Walanda, disinilah pengawas utama

wilayah timur. Arnold De Vlaming Van Oudshor pada Desember 1654 dan Januari

1655 mendaratkan pasukannya dalam upaya menghadang orang Makassar menuju ke

Maluku, tempat mereka mengobarkan perlawanan terhadap VOC Livoed (dalam

Alihadara 2010:15). Dari arah ini pula perampok Tobelo memasuki pelabuhan Buton.

Tempat berlabu mereka sampai sekarang dikenal dengan nama Labuan Tobelo yang

terletak di Buton Utara (Zuhdi, 2010:40) dan kini menjadi ibukota Kecamatan

Wakurumba Kabupaten Buton Utara.

2.2 Luas wilayah

Kabupaten Buton Utara secara adminitratif terdiri dari enam kecamatan

definitif selanjutnya, terbagi atas 49 desa, delapan kelurahan, dan dua Unit

Pemukiman Transmigrasi (UPT) yang dalam tahap pembinaan dinas tenaga kerja, dan

transmigrasi, kabupaten Buton Utara. Adapun luas daratan Kabupaten Buton Utara

adalah1.923,03 km atau 192.303 hektar yang terletak dibagian utara pulau Buton.

Dari enam kecamatan yang berada di kabupaten Buton Utara, kecamatan Bonegunu,

Page 5: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

merupakan kecamatan paling luas dibandingkan kecamatan yang lainnya, yaitu seluas

491, 44 km atau 25, 59% dari seluruh luas Kabupaten Buton Utara. Selajutnya,

disusul kecamatan Kulisusu Barat seluas 370,47 km atau 19,26%. Kecamatan

Kulisusu Utara seluas, 339,64 km atau 15,78%. Selanjutnya dua kecamatan kecil

dengan luas masing-msing kecamatan Wakurumba seluas 245, 26 km atau 12, 75%

dan terakhir kecamatan Kulisusu 172, 78 km atau 8,98% dari seluruh luas wilayah

Kabupaten Buton Utara.

2.3 Kondisi Tanah Dan Air

2.3.1 Topografi

Pada bagian wilayah utara pulau Buton terdiri dari barisan pegunungan yang

sedikit melengkung kearah utara-selatan dengan ketinggian antara 300-800 meter di

atas permukaan laut. Berdasarkan ketinggian di atas permukaan air laut, hampir

setengah (92.799 ha) atau sebesar 48,26% luas wilayah Kabupaten Buton Utara

berada diketinggian 100-500 meter di atas permukaan air laut, disusul ketinggian 25-

100 meter diatas permukaan air laut seluas 40.694 ha atau sebesar, 21,16%.

Sedangkan wilayah yang memiliki ketinggian 0-7 meter di atas permukaan laut

adalah seluas 13.100 ha, atau 6,81% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Buton

Utara.

Page 6: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

Berdasarkan kemiringan, wilayah Kabupaten Buton Utara memiliki

kemiringan yang hampir merata pada setiap klasifikasi kemiringan, dimana

kemiringan, 0-2% atau seluas 57.129 hektar (29,71 persen) kemudian disusul

kemiringan 51-40% seluas 55.309 hektar atau 28,76% dari seluruh wilayah

Kabupaten Buton Utara. Selanjutnya kemiringan lebih dari 40% seluas, 50. 875

hektar atau 26,46% serta kemiringan 2-15% seluas 28.990 hektar atau 15, 08% dari

seluruh luas wilayah Kabupaten Buton Utara.

2.3.2 Geologis

Kondisi wilayah Kabupaten Buton Utara ditinjau dari sudut geologis pada

umumnya, di pulau Buton bagian utara memiliki jenis tanah mediteran, rensiana dan

litosol, sedangkan wilayah Kabupaten Buton Utara bagian selatan memiliki tanah,

podsolik, merah kuning.

2.3.3 Hidrologis

Ditinjau dari keberadaan sungai, beberapa sungai yang cukup besar dan telah

melalui kajian teknis di Kabupaten Buton Utara antara lain sungai Lambale, sungai

Langkumbe, sungai Kioko, sungai Bubu, sungai Kambowa, sungai Lahumoko, dan

sungai Lagito, sungai-sungai tersebut selain sebagai jalur tranportasi, yang membawa

hasil pertanian dan hasil hutan dari Kabupaten Buton Utara ke daerah-daerah lain.

Diwilayah pesisir, juga sangat potensial sebagai air irigasi bagi usaha perkembangan

pertanian di Kabupaten Buton Utara.

Page 7: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

2.3.4 Oceonografi

Kabupaten Buton Utara memiliki wilayah, perairan laut yang cukup potensial

untuk mengembangkan usaha perikanan dan hasil laut lainnya, berbagai jenis ikan

yang banyak ditangkap oleh nelayan di Kabupaten Buton Utara antara lain cakalang,

teri, kembung, udang serta berbagai udang lainnya. Selain jenis ikan lainnya juga

terdapat hasil laut lainnya yang sangat potensial antara lain teripang, japing-japing,

lola, mutiara serta agar-agar yang sampai saat ini masih merupakan primadona

perairan laut, bagi masyarakat Buton Utara.

2.3.5 iklim

Kabupaten Buton Utara pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata

antara 250 C – 27

0 C dan seperti halnya daerah lain, dimana pada bulan tersebut angin

bertiup dari benua Asia dan samudra Pasifik mengandung banyak uap air yang

menyebabkan terjadinya hujan sebagian besar wilayah Indonesia termasuk wilayah

Kabupaten Buton Utara.

2.4 Keadaan Demografi

2.4.1 Jumlah penduduk dan persebarannya.

Penduduk asli yang mendiami wilayah Buton Utara adalah orang Kulisusu

yang termasuk salah satu suku di Buton. Sebagaimana disebutkan dalam satu sumber

tertulis bahwa dari ciri-ciri fisiknya penduduk suku Buton pada umumnya termasuk

Page 8: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

ras Proto Melayu dan Mongoloid yang persebarannya dimulai dari daratan Asia

melalui Annam, Indocina, Kamboja terus ke Asia Tenggara kepulauan. Gelombang

penyebaran tersebut boleh jadi akibat peperangan antara suku atau penyakit menular

dan wabah. Penduduk yang menyebar kearah selatan secara berangsur-angsur melalui

pelayaran di jazirah Sulawesi Tenggara yang membawa suku Tolaki, Meronene,

Buton dan Muna ke daerah tempat tinggal mereka saat ini. Gelombang persebaran

penduduk saat ini hampir sama dengan penyebaran penduduk dibeberapa daerah lain

di Indonesia.

Penduduk yang bermukin di wilayah Buton Utara memeliki banyak kesamaan

dengan penduduk yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara pada ummnya. Mereka

adalah orang-orang kreatif penuh fitalitas, ulet dan pemberani disertai dengan salinan

kekerabatan yang kuat dan akrab. Hal ini diperkuat lagi dengan jalinan komunikasi

yang lancar antar penduduk yang tersebar diberbagai pulau yang ada di Sulawesi

Tenggara.

Kondisi kesejahteraan disuatu wilayah juga berkaitan dengan masalah

kependudukan. Semakin besar jumlah penduduk disuatu wilayah maka semakin besar

pula beban dan tangung jawab pemerintah daerah dalam mengelolah keberadaan dan

kebutuhan penduduk tersebut. Ada banyak masalah kependudukan yang mengemuka

akhir-akhir ini dimana pemerintahan daerah harus cepat mengatasinya.

Page 9: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

Penduduk Kabupaten Buton Utara berjumlah 48.700 jiwa yang terdiri dari

penduduk laki-laki 23.389 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 25.311 jiwa dengan

jumlah rumah tangga sebesar 12.500 kepala keluarga (KK) penduduk Kabupaten

Buton Utara tersebar di enam kecamatan yakni kecamatan Bonegunu sebesar 7.252

jiwa (14,89%), kecamatan Kambowa 5.364 jiwa (11,01%), kecamatan Wakurumba

6.096 jiwa (12,52%), kecamatan Kulisusu 17.100 jiwa (35,11%) kecamatan Kulisusu

Barat 5.978 jiwa (12,28%) dan Kecamatan Kulisusu Utara 6.910 jiwa (14,19%).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram tabel dibawah ini

Tabel 1

Kecamatan Luas wilayah

(𝐊𝐌𝟐)

Penduduk Persebaran

(%)

Bonegunu 491,44% 7.252 41,89

Kambowa 303,44% 5.364 11,01

Wakurumba 245,26% 6.096 12,52

Kulisusu 172,78% 17.100 35,11

Kulisusu barat 370,47% 5.078 12,28

Kulisusu utara 339,64% 6.910 14,19

Buton utara 1.923,03 48.700 100

Sumber : Buton Utara dalam angka 2013

Tabel 2

Kecamatan Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

Bonegunu 3.328 3.924 7.252

Page 10: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

Kambowa 2.606 2.758 5.364

Wakurumba 2.902 3.904 6.096

Kulisusu 8.200 8.900 17.100

Kulisusu barat 2.978 3000 5.978

Kulisusu utara 3.375 3.535 6.910

Jumlah 23.389 25.311 48.700

Sumber: Buton Utara dalam angka 2013

Berdasarkan tabel diatas terlihat jelas bahwa didominasi oleh kaum

perempuan, hal ini disebabkan tradisi masyarakat Buton Utara pada umumnya

dimana kaum laki-laki selalu merantau ke daerah lain untuk mencari nafkah demi

memenuhi kebutuhan hidup mereka.

2.4.2 Kepadatan Penduduk

Penduduk Kebupaten Buton Utara berjumlah 48.700 jiwa dengan luas wilayah

sebesar 1923,03 km2 mempuyai kepadatan penduduk rata-rata 25 jiwa/km2.

Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Kulisusu sebesar 99

jiwa/km2 menyusul Kecamatan Wakurumba sebesar 25 jiwa/km2, Kecamatan

Kulisusu rata-rata 20 jiwa/km2, Kecamatan Kambowa sebesar 18 jiwa/km2,

Kecamatan Kulisusu Barat 16 jiwa/km2 dan yang paling jarang penduduknya adalah

Kecamatan Bonegunung sebesar 15 jiwa/km2. Tingginya tingkat kepadatan penduduk

sebagian besar aktifitas jasa pemerintah dan perdagangan masih berpusat di

Kecamatan Kulisusu (Buton Utara dalam angka 2013)

Page 11: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

2.4.3 Kelompok Umur

Penduduk kelompok usia 0-14 tahun berjumlah 20.098 jiwa atau 41,27% dari

seluruh penduduk Kabupaten Buton Utara. Kemudian kelompok usia 15-54 tahun

dikenal pula dengan kelompok penduduk usia produktif berjumlah 24.825 jiwa

(50,98%) serta kelompok usia 55 tahun sebanyak 3.377 jiwa atau sebesar 7,75% dari

seluruh penduduk Kebupaten Buton Utara. Dengan komposisi usia seperti itu nampak

bahwa usia ketergantungan penduduk di Kabupaten Buton Utara masih relatif besar

dimana usia produktif memliki beban terhadap penduduk yang belum atau tidak

produktif lagi atau lanjut usia (Buton Utara dalam angka 2013)

2.4.4 Pendidikan

Keberhasilan kegiatan pembangunan tidak hanya memerlukan dukungan

investasi modal fisik namun jauh lebih memerlukan dukungan investasi sumberdaya

manusia (SDM). Tanpa dukungan sumberdaya manusia yang memadai akan terjadi

ketidakmampuan menjalankan investasi diberbagai sektor perekonomian dan sebagai

akibatnya pertumbuhan ekonomi tidak akan dapat dicapai secara berkelanjutan.

Untuk itu UUD 1945 secara tegas telah menetapkan bahwa pendidikan merupakan

hak bagi setiap warga negara. Hingga 1983 kenyataan menunjukan masih 16,46%

pendudk usia SD (7-12) dalam kondisi tidak sekolah. Beranjang dari realita itu, pada

tahun 1984 pemerintah mencanagkan gerakan wajib belajar untuk anak usia 7-12

tahun. Selain bertujuan untuk mereduksi peresentase penduduk yang tidak tamat SD

Page 12: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

secara implisit kebijakan ini juga menegaskan juga bahwa pendidikan SD merupakan

suatu kebutuhan dasar bagi setiap penduduk (Buton Utara dalam angka 2013).

Sejalan dengan tuntutan global pemerintah kembali menyadari bahwa

peningkatan mutu SDM merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat titunda-tunda

lagi. Untuk itu secara tertulis pemerintah kembali menuangkan kebijaksanaan

pengembangan SDM dalam garis besar haluan negara (GBHN). Sebagai tindak lanjut

pada tanggal 2 Mei 1924 pemerintah mencanagkan pendidikan lanjut 9 tahun.

Dengan kata lain pendidikan SLTP sudah dianggap kebutuhan dasar setiap penduduk.

Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi setiap warga negara dimana

keberhasilan suatu bangsa sangat dipengaruhi tingkat pendidikan peduduknya.

Pendidikan merupakan pembentuk watak bangsa disegala bidang kehidupan,

khususnya meningkatkan mutu sumberdaya manusia dalam pembangunan ekonomi.

Upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan meningkatkan

penyediaan fasilitas-fasilitas dan tenaga pendidik dari berbagai ilmu pengetahuan.

Dengan tersedianya fasilitas pendidik dan para pendidik yang berkualitas, diharapkan

setiap warga dapat menikmati pendidikan yang layak.

Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Buton Utara untuk

tingkatan TK, SD, SMP telah menjangkau semua kecamatan. Indikator yang dapat

mengukur tingkat perkembanganpendidikan di Kabupaten Buton Utara seperti jumlah

Sekolah, guru dan murid sebagai mana disajikan dalam tabel dibawah ini:

Page 13: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

Tabel 3

Tingkat

pendidikn Sekolah Guru Murid

Rata-rata

Guru/sekolah Murid/sekolah Murid/guru

TK 36 59 1.569 2 43 27

SD 70 523 9.533 8 136 16

SMP 19 225 3.501 12 184 16

SMA 9 158 2.264 17 252 15

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Buton Utara 2013

Tabel 4

Jumlah sekolah, Guru, dan Murid TK, SD, SMP, SMA

menurut kacamata tahun ajaran 2013

Kecamatan Sekolah Guru Murid Rasio murid/guru

Bonegunu

TK 2 3 117 39

SD 11 79 1420 18

SMP 4 34 588 17

SMA 2 20 432 22

Kambowa

TK 5 6 210 35

SD 8 63 1144 18

SMP 2 28 340 12

SMA 1 7 40 6

Wakurumba

TK 3 5 300 60

SD 11 77 1351 18

Page 14: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

SMP 2 20 438 22

SMA 1 12 212 18

Kulisusu

TK 14 28 508 18

SD 23 197 3271 17

SMP 8 131 1406 11

SMA 2 70 1038 15

Kulisusu Barat

TK 7 7 279 40

SD 8 43 1028 24

SMP 1 1 265 24

SMA 1 9 157 17

Kulisusu Utara

TK 5 10 151 15

SD 9 70 1319 19

SMP 2 22 464 21

SMA 2 34 385 11

Jumlah 134 986 16863 74

Sumber : Dinas pendidikan Nasional Buton Utara 2013

Pada tabel 4 memberikan informasi pendidikan meliputi jumlah Sekolah guru

dan murid tahun ajaran 2013. Pada tahun ajaran 2013 sekolah taman kanak-kanak

(TK) berjumlah 36 unit dengan jumlah Guru 59 orang serta murid 1569 orang. Rasio

murid terhadap Guru adalah 27 yang berarti setiap 1 orang guru terdapat 27 murid.

Page 15: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

Jumlah sekolah dasar (SD) di Kabupaten Buton Utara tahun ajaran 2013

adalah 70 unit yang tersebar di 6 kecamatan dengan jumlah Guru 529 orang serta

jumlah murid sebanyak 9533 orang. kecamatan Kulisusu adalah kecamatan yang

memiliki sekolah dasar terbanyak yaitu 23 unit dengan jumlah Guru sebabnya 197

orang, murid sebanyak 3271 orang, menyusul Kecamatan Bonegunu dan Wakurumba

masing-masing terdapat 11 unit, Kecamatan Kulisusu Utara ada 9 unit dan yang

paling sedikit adalah Kecamatan Kambowa dan Kecamatan Kulisusu Barat masing-

masing hanya memiliki 8 unit Sekolah dasar. Adapun rasio murid sekolah dasar

terhadap guru adalah 18 dan yang paling tinggi terdapat di Kecamatan Kulisusu barat

sebanyak 24 dan yang paling kecil adalah Kecamatan kulisusu sebesar 17. Kecilnya

rasio murid/guru di Kecamatan Kulisusu disebabkan pertambahan jumlah guru yang

relatif besar sebanyak 197 orang pada tahun 2010.

Pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Buton Utara

berjumlah 19 unit dengan jumlah guru sebanyak 246 orang serta murid sebanyak 351

orang. pembangunan sarana pendidikan di Kabupaten Buton Utara sudah ada setiap

Kecamatan, bahkan Kecamatan Kulisusu terdapat 8 unit SMP, Kecamatan Bonegunu

4 unit, Kecamatan Kambowa, Wakurumba dan Kulisusu Utara masing-masing 2 unit

serta Kecamatan Kulisusu Barat terdapat 1 unit SMP. Dilihat dari rasio murid

terhadap Guru untuk tingkat SMP rata-rata 13

Pembangunan pendidikan di tingkat sekolah menengah atas (SMA) di

Kabupaten Buton Utara telah menjangkau disemua Kecamatan bahkan di Kecamatan

Bonegunu, Kulisusu, Kulisusu Utara terdapat 2 SMA sedangkan di Kecamatan

Page 16: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

lainnya masing-masing 1 unit. Jumlah sekolah menengah atas di Kabupaten Buton

Utara sebanyak 9 unit dengan 152 orang Guru dengan siswa berjumlah 2264 orang.

adapun rasio murid terhadap Guru adalah rata-rata 15, yang tertinggi terdapat di

Kecamatan Bonegunu rata-rata 22 dan yang paling rendah di Kecamatan Kambowa

rata-rata 6.

2.4.5 Keadaan Penduduk Menurut Agama

Mayoritas penduduk Buton Utara memeluk agama Islam. Hal ini dapat dilihat

dari berbagai macam kegiatan seperti sunatan, ibadah di Mesjid, dan puasa

Ramadhan. Namun, selain keyakinan mereka kepada Allah dan Qur’an, mereka juga

memiliki tradisi seperti praktek perdukungan. Perdukunan adalah kepercayaan adanya

dunia gaib para dewa, iblis, roh, dan jin. Mereka bergantung kepada dukun (laki-laki

atau perempuan) untuk menyembuhkan penyakit dengan kekuatan magis,

berkomunikasi dengan para dewa, dan mengendalikan segala kejadian. Masyarakat

Buton Utara juga melakukan pesta makan untuk menentramkan para roh halus (Idrap

2013).

Pembangunan bidang agama diarahkan kepada terciptanya kebahagian dunia

dan akhirat. Oleh karena itu peningkatan pengalaman kepada Tuhan yang Maha Esa

dan diarahkan kepada terciptanya keserasian hubungan antara manusia dengan

sesama dan diantara manusia dengan alam sekitarnya. Jumlah pemeluk agama dan

kegiatan pembangunan bidang agama seperti pembangunan sarana peribadatan di

Buton Utara dapat dilihat dari tabel 5 dibawah ini

Page 17: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

Tabel 5

Jumlah agama dan sarana peribadatan Buton Utara tahun 2013

Agama Pemeluk Sarana peribadatan

Masjid/langgar Gereja Vihara

Islam 30875 99 - -

Kristen 9708 - 4 -

Hindu 8917 - - 16

Total 48700 99 4 16

Sumber : Buton Utara dalam angka 2013

Pada tabel jumlah penduduk dan sara peribadatan diatas terlihat bahwa pemeluk

agama Isalam posisi teratas dari total jumlah penduduk di Buton Utara yaitu sebesar

63,40 persen, menyusul penganut Agama Kristen sebesar 19,93 persen dan penganut

Agama Hindu sebesar 16,67 persen. Pada tahun 2013 jumlah sarana peribadatan di

Buton Utara sebanyak 199 buah atau sebesar 94, 28 persen dari total jumlah rumah

ibadah di Buton Utara yang terdiri atas 72 buah Mesjid 27 buah Langgar/ Surau/

Mushallah, 4 buah Gereja (3,18 persen) dan 16 buah Pura/Vihara (15,24 persen).

Perlu ditegaskan bahwa penganut agama Islam di Buton Utara adalah penduduk asli,

sedangkan penganut agama Kristen adalah para taransmigrasi dari asal Flores Nusa

Tenggara Timur dan penganut agama Hindu adalah para transmigrasi berasal dari

Bali.

2.5 Struktur Masyarakat

Page 18: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

2.5.1 Sistem Kekerabatan

Sebagaimana halnya masyarakat lain di Indonesia, masyarakat Buton Utara

mengenal hubungan kekerabatan antara satu dengan lainnya, baik dalam lingkungan

keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Sistem kekerabatan dalam lingkungan

keluarga adalah berdasarkan keturunan yang biasa disebut keluarga batin (inti) yang

berasal dari satu rumah yang kemudian berkembang menjadi keluarga luas.

Keluarga batin adalah suatu kelaurga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.

Ayah adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jwab untuk mencari nafkah bagi

kelangsungan hidup keluarganya. Ia merupakan tumpangan perlindungan lahir dan

batin bagi istri dan anak-anaknya. Ibu bertugas mengatur rumah tangga, termasuk

membinan anak-anak secara langsung. Sedangkan anak-anak merupakan tenaga yang

diharapkan untuk turut membantu ayah dan ibu dalam memperkuat ekonomi

keluarga. Selain itu juga seorang anak juga diharapkan dapat menjaga nama baik dan

kehormatan keluarga, dengan demikian dalam kelaurga batin terjaling hubungan

yang harmoni antara ayah, ibu, dan anak-anaknya.

Kelauarga yang laus adalah suatu kelompok keluarga yang masih mempunyai

hubungan darah yang abtara lain terdiri dari spupu, paman, bibi, kakek, nenek, cucu,

kemanakan, saudara sekandung dan ipar. Uraian tersebut mengambarkan hubungan

kekerabatan dalam hubungan kekerabatan dalam suatu laingkungan keluarga serta

masih mempunyai hubungan darah dan menunjukan pertalian antara satu sama lain

Page 19: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

sehingga dinamakan keluarga yang laus. Dalam keluarga luas selalu ada yang

dituakan yang mempunyai peranan yang sangat penting seperti hal yang dihadapi

anggotanya. Selain itu sebagai tumpuan perlindungan jika terjadi perselisihan

diantara anggotanya.

2.5.2 Sistem Pelapisan Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat sudah menjadi kenyataan bahwa masyarakat

senantiasa bergelut dengan nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur pola tingkah

laku setiap anggota masyarakat. Namun demikian dapat memenuhi hak dan

kewajiban sesuai dengan norma-norma atau aturan nilai yang dianutn oleh

masyarakat. Dengan tidak meratanya hak dan kewajiban menyebabkan pelapisan

sosial dalam masyarakat.

Sebagaimana halnya masyarakat Buton Utara pada masa lampau atau sejak

dahulu telah mengenal pelapisan sosial berdasarkan pada keturunan. Dalam

stratifikasi sosial terbagi atas tiga golongan yakni:

1. Golongan bangsawan (kaomu)

2. Golongan masyarakat kebanyakan (walaka)

3. Golongan papara, golongan ini muncul akibat masalah khusus atau ada alasan-

alasan tertentu .

Golongan ini oleh masyarakat kulisusu disebut dengan maradika. Namun

dalam prakteknya kehidupan masyarakat buton utara hanya mengenal dua golongan

Page 20: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

masyarakat yakni golongan kaomu dan golongan walaka. Golongan bangsawan

biasanya bergelar (Ode) adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam struktur

pemerintahan barata kulisusu seperti jabatan lakino (raja) dan Kabobato (kepala

daerah). Sedangkan golongan walaka terbagi dua yaitu golongan walaka siolimbano

yang disebut cumbu salaka dan golongan walaka sebagai rakyat biasa. Golongan

walaka cumbu salaka megang kekuasaan yang disebut Kabonto atau dewan kerajaan.

Sedangkan walaka biasa diberi jabatan seperti jabatan pande gau atau juru bicara,

talombo (penerangan) dan saragenti (prajurit).

Stratifikasi sosial masyarakat Buton Utara dipersatukan oleh suatu falsafat

yang menjadi perekat sosial sejak terbentuknya komunitas kecil masyarakat pertama,

yakni polibu-libu pogaa hinay koloota bersatu padu bercerai tetap tidak berantara.

Falsafah ini menjadi kenyataan kehidupan pemerintahan karena apa yang menjadi

haknya golongan kaomu menjadi kewajiban golongan walaka dan sebaliknya apa

yang menjadi haknya golongan walaka merupakan kewajiban golongan kaomu.

2.5.3 Suku Bangsa dan Falsafah Hidup

Mayoritas suku kulisusu atau Buton Utara hidup disemenanjung kecil dan

berbukit, kira-kira selebar 5 km dan sepanjang 20 km. Pertumbuhan penduduk cukup

pesat. Akibatnya, beberapa masyarakat Buton Utara bergeser kebagian utara

semenanjung. Daratan ini oleh pemerintah indonesia dipilot menjadi lokasi

transmigrasi dari wilayah-wilayah Indonesia yang padat penduduknya.

Page 21: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

Etnis Kulisusu atau Buton Utara berdomisili dibagian timur pulau Buton.

Meskipun asal usul etnis Kulisusu masih banyak yang terungkap, akan tetapi mereka

diperkirakan telah menempati wilayah sekarang ini lebih dari 400 tahun yang lalu.

Karenanya ancaman terus-menerus dari Ternate yang berlangsung kurang lebih 300

tahun, maka Kulisusu merasa nyaman menjadi bagian dari kesultanan Buton.

Secara garis besar suku-suku yang mendiami Buton Utara terdiri dari tiga

suku asli yakni suku Kulisusu, suku Kioko, dan suku Wakurumba/Taloki (radar

Buton kamis 29 juli 2010). Suku Kulisusu mendiami daerah dibagian timur, suku

Kioko mendiami daerah bagian selatan, dan suku Taloki mendiami bagian barat

(Idrap, 2013).

Semenjak buton utara masuk menjadi pemerintahan Kabupaten Muna pada

tahun 1960, suku mulai bermigrasi kewilayah ini terutama dibagian barat yakni

Kecamatan Wakurumba, kemudian menyusul etnis Jawa, Madura, Bali melalui

program transmigrasi yang ditempatkan di Kecamatan Kulisusu Barat dan Kecamatan

Bonegunu. (Idrap, 2013) dan kemudian menyusul etnis Flores dari Nusa Tenggara

Timur melalui program transmigrasi nasional, Wolio, Cia-cia, Wakatobi, dan Tolaki.

Pandangan hidup masyarakat Buton Utara, dapat dilihat pada sistem

pelayanan atau perantauan masyarakat Buton pada umumnya dan khusususnya

masyarakat Buton Utara memegang semangat kebaharian atau pandangan hidup

bahwa “key tekarakoako pangaawa, hinamo imoiko betobansule mpendua” yang

Page 22: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

artinya “ kalau layar sudah terkembang, maka tidak baik akan pulang sebelum tiba

ditempat tujuan ( Anwar, 2003, dalam Alihadara 2010:34)

Selain itu pandangan hidup dapat dilihat dari sistem pemerintahan diman

dalam masyarakat Buton Utara dimana mereka memegang falsafah yakni, polibu libu

pogaa hinai kolota, yang artinya bersatu padu, bercerai tapi tidak berantara. Falsafah

ini mengikat seluruh masyarakat Buton Utara baik masyarakat biasa maupun

golongan bangsawan. Ketika Kulisusu atau Buton Utara menjadi bagian dari

Kesultanan Buton, daerah ini menerima senjata ampuh dari Sultan Buton dengan

falsafah gaung katoto (bahasa adat). (Abusaru, 2005, Alihadara, 2010:34). Dalam

bermasyarakat dan berpemerintahan , pertama-tama orang Kulisusu selalu

berlandaskan pada falsafah tokonukui kulino yang artinya kebebasan dan

kemerdekaan, asas tenggang rasa, tidak saling menyakiti, kemudian falsafah

topamentaso laronto mia atau sebagai asas mengasah hati segala manusia dalam

wujud pemberian anugrah dapat berupa pengangkatan dalam suatu kedudukan

jabatan, juga pemberian fasilitas (Abusaru 2005, dalam Alihadara, 2010:34).

2.5.4 Mata Pencaharian

Penduduk yang bermukim di wilayah Buton Utara memeliki banyak

kesamaan dengan penduduk yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara pada umumnya.

Mereka adalah orang-orang yang kreatif, penuh fitalitas, ulet dan pemberani disertai

dengan jalinan komunikasi yang lancar antara penduduk yang tersebar di wilayah

Page 23: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

Sulawesi Tenggara. Masyarakat Kulisusu dikenal jujur serta pekerja keras. Ikatan

kekeluargaan sangat kental, sistem kerja upah masih jarang, kejujuran dijunjug tinggi

dan tingkat kriminal masih sangat rendah.

Sistem mata pencaharian penduduk Buton Utara masih tergantung pada

kondisi geografi setempat. Masyarakat Buton Utara yang bermukim di pesisir

memilih mata pencaharian sebagai nelayan menangkap ikan dan mencari hasil-hasil

laut lainya seperti lola dan japing-japing untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Sedangkan masyarakat Buton Utara yang bermukim di daerah pedalaman atau

pegunungan memilih pencarian sebagai petani. Khususnya petani mereka tanam jenis

tanaman jangka panjang antara lain kelapa, jambu mente, dan kopi. Selain itu juga

tanaman jangka pendek antara lain jagung, padi tadah hujan, ubi-ubian, kacang-

kacangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Hasil tanaman tersebut dijual keluar

daerah seperti Raha, Bau-Bau dan Kendari. Namun ada juga yang dijual di pasaran

lokal setempat.

Secara sistematis mata pencarian masyarakat Buton Utara dapat dibagi dalam

beberapa bidang antara lain pertanian, nelayan, pelayaran, perdagangan, butuh,

tukang, pengumpul hasil hutan, pegawai negeri sipil, perindustrian, perdagangan,

peternak dan jenis usaha lainnya.

2.5.5 Kesenian

Page 24: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

Pada masyarakat Buton Utara memiliki kesenian tersendiri sebelum

terintegrasi dengan Kesultanan Buton di antaranya sebagai berikut:

1. Tari Marere

Tari marere merupakan tari tradisional yang berasal dari Buton Utara.

Sedangkan kata marere dalam bahasa Kulisusu disebut membuat dinding pembatas

yang bersrti seseorang yang belum balig harus melaksanakan prosesi merere. Merere

adalah pelaksanaan prosesi adat untuk mengislamkan seorang menjelang dewasa agar

diberi pengetahuan ilmu keagamaan dengan diajarkannya mengucapkan dua kalimat

syahadat sebagai pertanda telah sah menjadi penganut agama Islam sejati. Biasanya,

sebelum acara merere digelar terlebih dahulu dilaksanakan upacara kegembiraan

pada siang dan malam hari, yakni pertunjukan seni budaya balumpa, ngibi, dan

pencak silat. Usai kegiatan tersebut, dilanjutkan dengan berziarah ke mata morawu

(kima susu) sebagai simbol bahwa asal mula nama Kulisusu yang terdapat letaknya

terdapat didalam benteng kraton (Benteng Lipu) ritual ini menandakan bahwa

seorang telah lahir ditanah Kulisusu.

Setelah ritual adat dilaksanakan, maka dimulailah upacara merere yang

dilaksanakan pada malam hari. Itupun masih melalui beberapa tahapan, seperti

mebulili (memutar), mehungke (pertanda acara merere telah selesai) moato,

(diarahkan keliling kota yang diiringi dengan bunyi-bunyian alat musik taradisional),

meuhu (pemberian selamat kepada orang yang telah melaksanakan merere).

Page 25: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

Sedangkan puncak dari pagelaran ini adalah saat duan penari putra,

mengusung dan mengarak nseorang gadis. Gadis ini menutupi wajahnya dengan

sehelai selendang berwarna biru sehingga raut wajahnya tidak terlihat jelas sehingga

dengan kain sutra berwarna keemasan. Selanjutnya diikuti enam penari cantik,

sambil diiringi dengan musik tradisional, enam wanita cantik ini terus menerus

menampilkan gerakan-gerakan tari. Proses selanjutnya, gadis itu diturunkan dan

secara perlahan-lahan selendang yang menutupi wajahnya dibuka sampai kelihatan

wajah perempuan tersebut.

2. Tari Alionda Tari Lense, dan Tari Ngibi

Tari Alionda merupakan kesenian masyarakat kulisusu dimana dibagi

perempuan menggunakan pakayan adat (biludu) dan pakai konde yang dihias renda

serata bagi laki-laki dengan pakayan biasa. Pakayan biludu (baju) yang ditata

tersendiri dengan sarung adat yang merupakan pakayan adat kulisusu. Alionda

biasanya dipertunjukan pada hari-hari raya yang berlangsung sepanjang hari dan ada

kalanya selama tiga sampai tujuh hari. Peserta kesenian ini jumlahnya tidak terbatas.

Sambil membuat lingkaran secara berjejer dengan ayunan tangan dan mempunyai

lagu khusus yakni lagu Alionda. Tradisi lisan menuturkan bahwa tari Alionda

diciptakan oleh bidadari di Kalibu pada 1-3 bulan di langit bulan puasa Ramadhan

(Abusaru 2005, dalam Alihadara 2010:36) Alionda merupakan salah satu acara

hiburan bagi masyarakat Buton Utara. Adapun tahapan pelaksanaan tarian ini

adalalah membuat lingkaran, lalu melantunkan lagu alionda sambil tangan diayunkan

Page 26: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

seperti orang molulo (tradisi orang Tolaki) bedanya bahwa tari Lulo sambil berputar,

sedangkan tarian Alionda tidak berputar tapi diiringi dengan bunyi-bunyian alat

musik tradisional.

Pada akhir tarian ini ditutupi dengan tarian Lense. Tradisi lisan menuturkan

bahwa tari Lense diciptakan oleh Wa Ode Bilahi. Karena itu gaya dalam tarian Lense

ini sangat lemah karena penarinya adalah seorang perempuan, tapi mempunyai makna

tersendiri sebagai simbol tingkah laku seorang perempuan yang berbudi luhur,

(Abusaru 2005 dalam Alihadara 2010:36). Dalam tari Alionda diiringi dengan acara

silat, dimana para pesilat berada ditengah-tengah lingkaran. Acara silat ini juga

seperti yang sering dilakukan di Kabupaten Wakatobi, dimana para pelaku saling

mengadu ketangkasan, teknik, dan gaya. Sedangkan tari Ngibi dimainkan oleh laki-

laki dan perempuan yang bermakna kedewasaan baik laki-lakimaupun perempuan.

Tarian ini juga diciptakan oleh Wa Ode Bilahi.

3. Tari Minau, Tari Pangoro, Tari Moloku, dan Tari Bulu-Bulu

Tardisi lisan menuturkan bahwa tari Maniu diciptakan oleh Kapasarano.

Istilah Maniu berasal dari bahasa Arab, manaa yang berarti memberi, salah satu dari

sembilan salah satu dari 99 Asmaul Husna menyebutkan al maniu yang berarti yang

maha member. Tapi dalam bahasa Kulisusu berarti menang. Tari Maniu berarti tari

kemenangan (wawancara dengan bapak Rahmat, 8 juli 2013). Dalam kaitanya dengan

pengertian pertama menunjukan bahwa tari ini adalah salah satu bukti adanya

pengaruh agama dan budaya Islam di Buton Utara. Tradisi lisan menuturkan bahwa

Page 27: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

tarian ini lahir sesudah masuknya Islam pada tahun 1538. Tarian ini dimainkan oleh

saregenti (prajurit) (Abusaru, 2005, dalam Alihadara 2010:37). Karena itu dapat

diidentikan dan mempunyai makna sebagai tari perang. Selain tarian minau beberapa

tarian lain mirip dengan tarian ini adalah tarian Pangoro, Moloku, dan Bulu-bulu.

Perbedaan dari atri yang ada ini terletak pada alat atau senjata atau adat yang

digunakan. Tari Minau adalah tari perang dengan menggunakan alat atau senjata

panjang yang dinamakan oleh masyarakat Buton Utara yakni pandanga (tombak).

Tari Moloku menggunakan pedang atau parang (taowu). Tari Bulu-bulu

menggunakan senjata yang dibungkus dengan bulu ayam.

Selain kesenian dalam bentuk tarian juga terdapat jenis kesenian dalam bentuk

tarian suara (seni suara) yang biasanya diiringi dengan alat musik biola, gendang,

gong, (tapasi). Kesenian yang dimaksud adalah lagu lense, kandoo-doo, alionda, dan

maaludu (maulud). Perlu diketahui bahwa lagu maaludu dilaksanakan sepanjang

malam mulai dari magrib sampai dini hari. Adapun pelaksanaannya, pada waktu-

waktu tertentu seperti malam syukuran dan hari-hari raya yang sampai sekarang

masih tetap dipertahankan oleh masyarakat Buton Utara.

2.4.6 Bahasa

Adapun bahasa yang digunakan oleh masyarakat Buton Utara adalah sebagai

berikut:

1. Bahasa Kulisusu (Kalinsusu, Kolinsusu, Kolensusu) dan Bonegunu (1995 Sil).

Merupakan salah satu suku di Sulawesi Tenggara, berada dibagian utara pulau

Page 28: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

Buton merupakan rumpun Ausronesia, Malayo Polinesia barat, memiliki

kemiripan bahasa antara Sulawesi Tengah dan Barat, Bungku-Mori Tolaki,

Bungku 81%, kemiripan bahasa antara dialek 77% dengan Tolaki, 75% dengan

Koroni, dengan 66% Wawonii dan Bungku, 65% dengan Moronene, 54% dengan

Mori dan Tolaki.

2. Kioko (1991 Rene Van Den Berg SIL). Sulawesi Tenggara, kecamatan Kulisusu,

di pulau Buton. Austronesia, Malayo-Polynesia Barat, Sulawesi Muna-Buton,

Muna. Dialek: Kioko, Kambowa. Dilaporkan menjadi bahasa tersendiri.

Merupakan bagian bahasa pancana. 82% kemiripan bahasa engan Kambowa, 81%

dengan dialek Laompo Muna, 74% dengan Muna, 75% dengan Liabuku dan

Busoa.

3. Tolaki (taluki) 500 (1995 SIL) Sulawesi Tenggara, pantai barat daya pulau Buton,

kecamatan Wakurumba, desa Maligano, dan beberapa di pulau Buton bagian

selatan, kecamatan Kapontori, desa Wakalambe. Ausronesia, Malayo-Polynesia,

Malayo Polynesia Barat Sulawesi, Sulawesi Tengah, Barat, Bungku, Mori-Tolaki.

77% kemiripan bahasa Kulisusu, 75% dengan Koroni, 66% dengan Wawonii

Bungku, Tulanbatu, 65% dengan Moronene. Para penutur dilaporkan memiliki

dwibahasa yang tinggi di Muna. (Idrap. Etnolinguistik, internet. 2013).

Selain itu masih ada pengaruh bahasa Buton (Wolio) meskipun hanya

ditemakan pada kelompok masyarakat tertentu utamanya mereka yang berusia lanjut

dan pernah menjadi aparat atau syara dimasa Kesultanan Buton. Hal ini menunjukan

Page 29: BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak …eprints.ung.ac.id/2532/5/2013-1-87201-231409043-bab2-26072013043113.pdf · kesultanan Buton pada awal abad ke-17. Setelah pembentukan

bahwa bahasa Buton pernah menjadi bahasa kerajaan Kulisusu. Sementara mereka

menjadi pendatang tentap menggunakan bahasa masing-masing asal daerah.