Upload
lethien
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
9
BAB II
EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi
Aspek Geografi
Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung meliputi
areal dataran seluas 35.288,35 Km2 termasuk 160 pulau yang
terletak pada bagian paling ujung Tenggara Pulau Sumatera.Secara
geografis Provinsi Lampung terletak pada1030 40’ – 1050 50’ Bujur
Timur; serta antara 60 45’ – 30 45’ Lintang Selatan. Sebagian besar
lahan di Provinsi Lampung merupakan kawasan hutan yaitu
mencapai 833.847 Ha atau 25,26%. Selain itu merupakan daerah
perkebunan (20,92%); tegalan/ladang (20,50%); daerah pertanian,
dan perumahan.
Topografi Lampung dapat dibagi dalam 5 (lima) unit topografi,
yakni 1) daerah berbukit sampai bergunung dengan kemiringan
berkisar 25%, dan ketinggian rata-rata 300 m diatas permukaan
laut; 2) daerah berombak sampai bergelombang dengan
kemiringannya antara 8% sampai 15% dan ketinggian antara 300 m
sampai 500 m dari permukaan laut; 3) daerah dataran
alluvialdengan kemiringan 0% sampai 3%; 4) daerah dataran rawa
pasang surutdengan ketinggian ½ m sampai 1 m; serta 5) serta
daerah river basin.
Secara administratif Provinsi Lampung terdiri dari 15
Kabupaten/Kota, yaitu:
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
10
Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
No Kabupaten/Kota Ibukota Jumlah
Kecamatan
Luas
Wilayah (km2)
Kabupaten
1 Lampung Barat Liwa 15 2.043,17
2 Tanggamus Kota Agung 20 2.731,16
3 Lampung Selatan Kalianda 17 2.007,01
4 Lampung Tengah Gunung Sugih 28 4.789,82
5 Lampung Utara Kotabumi 23 2.725,63
6 Way Kanan Blambangan
Umpu 14 3.921,63
7 Tulang Bawang Menggala 15 4.385,84
8 Lampung Timur Sukadana 24 4.337,89
9 Pesawaran Geding Tataan 7 1.173,77
10 Pringsewu Pringsewu 8 625
11 Mesuji Mesuji 7 2.184
12 Tulang Bawang Barat
Panaragan jaya
8 1.201
13 Pesisir Barat Krui 11 2.907,23
Kota
14 Bandar Lampung Bandar
Lampung 13 192,96
15 Metro Metro 5 61,79
Jumlah 215 35.288,09
Provinsi Lampung mempunyai posisi menjadi pintu gerbang
baik dari arah Pulau Sumatera maupun dari arah Pulau Jawa. Agar
posisi yang strategis tersebut akan berdampak optimum bagi
kepentingan daerah dan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah
Provinsi Lampung Tahun 2010 menerbitkan Peraturan Daerah
Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Lampung Tahun 2009-2029.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
11
Tujuan dilakukannya penataan ruang wilayah Provinsi adalah
untuk ‖Terwujudnya keterpaduan Penataan Ruang Provinsi
Lampung untuk mendukung Pembangunan yang Berkelanjutan
dan Berdaya Saing.‖
Agar ruang wilayah dapat dimanfaatkan dengan baik, dalam
RTRW dibagi dalam beberapa rencana struktur ruang wilayah,
yaitu:
a. Rencana Sistem Perkotaan;
b. Rencana Jaringan Transportasi, meliputi darat, laut dan udara;
c. Rencana Sistem Jaringan Energi;
d. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi;
e. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air;
Sedangkan pola ruang Provinsi Lampung meliputi:
a. Kawasan Andalan, yaitu adalah bagian dari kawasan budidaya,
baik di ruang darat maupun ruang laut yang yang
pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.
Bebarapa kawasan andalan yang diproyeksikan, yaitu: Mesuji,
Bandar Lampung dan Metro, Kotabumi, dan Liwa-Krui;
b. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung, antara lain:
memantapkan ekosisten Mangrove dan Rawa dan pengendalian
perambahan hutan dan alih fungsi hutan. Wilayahnya
meliputi:
1. Kecamatan Cukuh Balak, Wonosobo, dan Pulau Panggung
di Kabupaten Tanggamus.
2. Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Lampung Selatan.
3. Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
12
4. Kecamatan Sribawono dan Labuhan Ratu di Kabupaten
Lampung Timur.
5. Kecamatan Kasui dan Banjit di Kabupaten Way Kanan.
6. Kecamatan Bukit Kemuning dan Tanjung Raja di Lampung
Utara.
7. Kecamatan Balik Bukit, Sumberjaya, dan Belalau di
Lampung Barat.
c. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya yaitu arahan
pemanfaatan kawasan hutan, kawasan pertanian, serta
kawasan non-pertanian yang didasarkan pada:
1. Kesesuaian lahan, yang merupakan hasil penilaian terhadap
kemampuan daya dukung lahan terhadap penggunaan
lahan tertentu bila kegiatan atau penggunaan lahan yang
dikembangkan tersebut memilki produktivitas optimal
dengan input yang minimal. Secara umum kesesuaian
lahan di Provinsi Lampung dibagi kedalam 3 (tiga) kategori,
yaitu:
a. Arahan rencana tanaman pangan lahan kering. Lahan
yang sesuai untuk budidaya tanaman pangan lahan
kering meliputi hampir seluruh wilayah tengah dan timur
Provinsi Lampung, kecuali disekitar Way Tulang Bawang,
daerah pesisir dan bagian selatan Kabupaten Lampung
Timur, serta bagian barat Kabupaten Way Kanan dan
Lampung Utara.
b. Arahan rencana untuk tanaman pangan lahan basah.
Lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman pangan
lahan basah meliputi wilayah Tengah dan Timur
Provinsi Lampung.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
13
c. Arahan rencana untuk tanaman tahunan (perkebunan).
Lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman tahunan
meliputi wilayah Tengah dan Timur Provinsi Lampung.
2. Potensi pengembangan, yang merupakan hasil penilaian
ekonomi terhadap potensi pengembangan budidaya
tertentu. Pemanfaatan kawasan budidaya direncanakan
sesuai dengan upaya desentralisasi ruang
bagipengembangan wilayah dan potensi lokal, baik sektor
primer, sekunder, maupun tersier. Berdasarkan
kecenderungan perkembangan hingga tahun 2009, sektor
primer merupakan sektor ekonomi potensial hampir di
seluruh wilayah Provinsi Lampung sesuai dengan potensi
wilayah
Aspek Demografis
1) Kependudukan
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 jumlah
penduduk Provinsi Lampung sudah mencapai 7.596.115 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung tahun 1990-
2000 mencapai 0,98% dan tahun 2000-2010 meningkat
menjadi 1,23%. Jumlah Penduduk Provinsi Lampung pada
Tahun 2011 menurut BPS Provinsi Lampug adalah sebagai
berikut:
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
14
Tabel 2.2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan
Kab/Kota di Provinsi Lampung
Kabupaten/Kota Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
Lampung Barat 2.043,17 285.508 139,74
Tanggamus 2.731,61 542.439 198,58
Lampung Selatan 2.007,01 922.397 459,59
Lampung Timur 4.337,89 961.971 221,76
Lampung Tengah 4.789,82 1.183.427 247,07
Lampung Utara 2.725,63 590.620 216,69
Way kanan 3.921,63 410.532 104,68
Tulang Bawang 4.385,84 402.226 91,71
Pesawaran 1.173,77 403.178 343,49
Pringsewu 625,00 369.336 590,94
Mesuji 2.184,00 189.442 86,74
Tulang Bawang Barat 1.201,00 253.429 211,01
Pesisir Barat 2.907,23 136.370 46,91
Bandar Lampung 192,96 891.374 4.619,48
Metro 61,79 147.050 2.379,83
Lampung 35.288,35 7.691.007 217,95
Sumber: BPS, 2013
Dari 15 kabupaten/kota di Provinsi Lampung kepada
penduduk wilayah perkotaan jauh lebih padat dibandingkan
kabupaten. Bandar Lampung memiliki kepadatan 4.619,48
jiwa/km2 dan Metro 2.379,83 jiwa/km2. Sedangkan wilayah
kabupaten, Pringsewu merupakan kabupaten terpadat
dengan 590 jiwa/km2 karena Pringsewu merupakan
kabupaten dengan wilayah terkecil hanya 1,77% dari luas
Provinsi Lampung. Kabupaten terpadat selanjutnya adalah
Lampung Selatan hampir 460 jiwa/km2, disusul Pesawaran
dengan 344 jiwa/km2.
Tiga wilayah kabupaten yang secara geografis berdekatan
yakni Lampung Tengah, Lampung Timur dan Lampung
Selatan tercatat sebagai daerah dengan jumlah penduduk
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
15
terbanyak, yaitu mencapai 3.067.795 jiwa atau mendekati
40% dari seluruh penduduk Provinsi Lampung.
Laju pertumbuhan penduduk menurut Sensus Penduduk
Tahun 2010, secara grafik dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 2000-2010
Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung selama 10
tahun terakhir mencapai 1,23% pertahun. Sedangkan daerah
dengan laju pertumbuhan penduduk di atas Provinsi
Lampung di antaranya Tulang Bawang (2,61%), Metro (1,95),
dan Bandar Lampung (1,59). Ketiga daerah ini merupakan
daerah dengan laju pertumbuhan penduduk
tertinggi.Sedangkan daerah dengan laju pertumbuhan
penduduk terendah adalah Pringsewu (0,55%), Lampung
Timur (0,78%) dan Lampung Tengah (0,83%).
Perkembangan penduduk Provinsi Lampung Tahun 2011—
2012 berdasarkan data BPS terbaru adalah sebagai berikut:
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
16
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Provinsi Lampung Tahun 2011-
2012
Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
2011 3.964.479 3.726.528 7.691.007
2012 3.998.423 3.768.889 7.767.312 Sumber: BPS Lampung, 2013
Proyeksi pertambahan penduduk Provinsi Lampung 5 tahun
ke depan dengan pendekatan aritmetika dengan rumus Pn =
P0 {1 + (r.n)} diperkirakan sekitar 8.164.004 jiwa atau terjadi
pertambahan sekitar 94.599 jiwa pertahun.
Sementara jumlah penduduk Provinsi Lampung menurut
Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam Keputusan KPU Pusat
Nomor 100/Kpts/KPU/2013 bahwa jumlah penduduk
Lampung sudah mencapai 9.586.492 jiwa, yaitu:
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Provinsi Lampung berdasarkan Keputusan KPU Pusat
No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk
1 Bandar Lampung 1.251.642
2 Lampung Selatan 1.097.353
3 Lampung Barat 472.443
4 Lampung Utara 780.937
5 Lampung Tengah 1.411.922
6 Lampung Timur 1.114.838
7 Tanggamus 650.625
8 Tulang Bawang 539.002
9 Way Kanan 472.918
10 Metro 160.962
11 Pringsewu 475.353
12 Pesawaran 569.729
13 Tulang Bawang Barat 268.435
14 Mesuji 320.333
Jumlah 9.586.492 Sumber: KPU, 2013
Jumlah penduduk Provinsi Lampung berdasarkan tabel di
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
17
atas terdapat dua versi, yaitu BPS yang berjumlah 7.767.312 jiwa
(2012) dan KPU berjumlah 9.586.492 jiwa (2013). Selanjutnya perlu
dilakukan validasi dan penentuan data mana yang akan digunakan
untuk kepentingan perencanaan dan implementasi pembangunan.
2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
A. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Perekonomian Provinsi Lampung beberapa tahun terakhir
menunjukkan pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Bahkan
sejak Tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung lebih
tinggi dari nasional yaitu sebesar 6,48% dan nasional hanya
sebesar 6,23. Meskipun pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi
Provinsi Lampung terjadi penurunan sebesar 0.51%, namun angka
pertumbuhan Provinsi Lampung di tahun 2013 yaitu sebesar
5,97%, tetap lebih baik dibandingkan dengan nasional yaitu
sebesar 5,78%. Hal ini tentunya perlu mendapatkan apresiasi
positif, mengingat kinerja tersebut berdampak positif secara
nasional dikarenakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung
yang berada diatas nasional tersebut artinya kinerja pertumbuhan
ekonomi Provinsi Lampung akan mendorong naik kinerja
pertumbuhan ekonomi secara nasional, bukan menarik turun.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
18
Gambar 2.3. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung
(Sumber: BPS 2014)
Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung
sebesar 6,48%, merupakan yang tertinggi dalam lima tahun
terakhir. Hal tersebut mengakibatkan perkembangan ekonomi yang
relatif lebih baik. Perkembangan ekonomi ini juga ditandai dengan
peningkatan PDRB dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, PDRB
atas harga berlaku sebesar Rp.73,72 Triliun, pada tahun 2011
meningkat menjadi Rp.127,91 Triliun dan mencapai Rp.144.56
Triliun pada tahun 2012 atau terjadi peningkatan yang cukup baik
yaitu sebesar Rp.70,84 Trilyun dari tahun 2008 hingga tahun 2012.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
19
Gambar 2.4. Pertumbuhan PDRB Harga Berlaku Provinsi Lampung
Tahun 2008-2012
(Sumber: Lampung Dalam Angka 2013)
Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari
distribusi masing-masing sektor yang didasarkan pada nilai
nominal atas dasar harga berlaku. Dari nilai distribusi tersebut bisa
diketahui besarnya kontribusi masing-masing sektor dalam
pembentukan totalPDRB Provinsi Lampung. Dengan melihat
kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB,
maka dapat diketahui seberapa besar peran suatu sektor dalam
menunjang perekonomian daerah.
Struktur perekonomian Provinsi Lampung pada tahun 2012,
bila dilihat dari kontribusinya pada PDRB Provinsi Lampung atas
dasar harga berlaku, didominasi oleh sektor tersieryang memiliki
peranan sebesar 42,66%. Pembentuk sektor tersier yaitu
Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan
Telekomunikasi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta
Jasa-jasa, seperti yang tergambar pada tabel 3.1.Sedangkan sejak
tahun 2010, sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan dan
penggalian menjadi penyumbang kedua PDRB Provinsi Lampung
yang semakin menurun kontribusinya yaitu tahun 2010 sebesar
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
20
38,81%, tahun 2011 37,65%, dan tahun 2012 sebesar 37,88%.
Tabel 2.4. Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB Provinsi Lampung
ADHB (2008-2012)
Lapangan Usaha 2008 2009 2010* 2011** 2012**
I. Primer 42,2 41,4 38,81 37,65 37,88
Pertanian 39,07 39,28 36,82 35,56 35,92 Pertambangan dan
Penggalian 3,13 2,12 1,99 2,09 1,96 II. Sekunder 18,36 19,1 20,01 20,05 19,46 Industri Pengolahan 13,29 14,25 15,8 16,07 15,55
Listrik, Gas dan Air Bersih 0,62 0,59 0,55 0,54 0,55 Bangunan 4,45 4,26 3,66 3,44 3,36 III. Tersier 39,44 39,5 41,18 42,3 42,66
Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,78 13,50 15,25 16,01 15,86
Pengangkutan dan Telekomunikasi 9,03 10,02 10,16 11,5 11,54 Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 6,47 6,75 6,31 5,97 6,15 Jasa-jasa 10,16 9,23 9,46 8,82 9,11
TOTAL 100 100 100 100 100
Sumber : BPS Lampung 2013 (Data Diolah) * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
Dalam struktur perekonomian perekonomian Provinsi
Lampung terjadi lompatan dari sektor dari primer menjadi tersier
tanpa melewati fase sekunder yang menjadi kontribusi utama
dalam pembentukan PDRB Provinsi Lampung.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
21
Grafik 2.3 Kontribusi Sektoral Pembentuk PDRB Provinsi Lampung
Tahun 2008-2010
Sumber : BPS Lampung 2013
Perekonomian Provinsi Lampung ditopang oleh 3 sektor
utama yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan
sektor perdagangan hotel dan restauran. Data tahun 2012
memperlihatkan bahwa sektor pertanian mempunyai pangsa
sebesar 35,92% dalam perekonomian Provinsi Lampung. Sektor
pertanian dalam hal ini mempunyai beberapa sub sektor antara lain
tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan
hasilnya, kehutanan dan perikanan. Provinsi Lampung merupakan
lumbung beras dan lumbung jagung nasional dan merupakan
penghasil terbesar singkong di Indonesia.
Mengingat sektor pertanian tetap menjadi sektor primadona
sebagai penyumbang terbesar dalam PDRB Provinsi Lampung,
maka lompatan dari sektor primer menjadi sektor tersier tersebut
perlu menjadi perhatian dari Pemerintah Provinsi Lampung untuk
lebih menggeliatkan industri pengolahan agar memberikan
kontribusi yang cukup signifikan yaitu dengan memberikan nilai
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
22
tambah terhadap hasil-hasil pertanian di Provinsi Lampung serta
menggerakkan sektor agribisnis, yang diharapkan akan
menggerakkan sektor riil yang selanjutnya akan berdampak
terhadap perluasan lapangan pekerjaan yang akan meningkatkan
produktivitas yang dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi
dan pengurangan kemiskinan.
Pendapatan perkapita Provinsi Lampung dari tahun 2009
hingga tahun 2012 (PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku)
menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2009 pendapatan
perkapita sebesar 11,82 juta rupiah, naik menjadi 18,61 juta
rupiah pada tahun 2012. Sedangkan untuk pendapatan perkapita
kabupaten/kota, untuk kota Bandar Lampung menempati urutan
tertinggi yaitu sebesar 28,3 juta rupiah dan sebaliknya Lampung
Barat dengan posisi terendah yaitu sebesar 9,2 juta rupiah.
(Sumber: Lampung Dalam Angka, 2013).
Gambar 2.5. Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota se-Provinsi
Lampung Tahun 2012 (dalam Juta Rupiah)
(Sumber : BPS Lampung 2013)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
23
Salah satu indikator untuk mengukur ketimpangan
pendapatan adalah koefisien Gini (Gini Ratio). Gini ratio Provinsi
Lampung pada periode 2012 adalah sebesar 0,36 yang
mengindikasikan/menujukkan bahwa ketimpangan pendapatan
yang terjadi masih dalam kategori ketimpangan rendah.
Ketimpangan yang rendah ini ditunjukkan dengan 40% penduduk
berpendapatan rendah di Provinsi Lampung menikmati lebih dari
17% total pendapatan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
pembangunan di Provinsi Lampung juga dinikmati oleh masyarakat
ekonomi lemah. Indikator kesejahteraan ekonomi juga diukur dari
jumlah penduduk miskin. Angka kemiskinan Provinsi Lampung
pada tahun 2012 adalah sebesar 1,219 juta jiwa atau hanya
menurun sebesar 58.630 jiwa dari tahun 2011.
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota se-Provinsi
Lampung Tahun 2011-2012 (jiwa)
NO. KABUPATEN/KOTA 2011 2012
1 Lampung Barat 67.880 64.800
2 Tanggamus 92.750 88.400
3 Lampung Selatan 177.740 169.500
4 Lampung Timur 189.460 180.800
5 Lampung Tengah 187.000 178.400
6 Lampung Utara 155.810 148.600
7 Way Kanan 72.510 69.200
8 Tulang Bawang 40.750 38.800
9 Pesawaran 77.050 73.500
10 Pringsewu 43.020 41.000
11 Mesuji 15.320 14.600
12 Tulang Bawang Barat 18.060 17.300
13 Bandar Lampung 121.580 116.300
14 Metro 19.000 18.100
1.277.930 1.219.300 PROVINSI LAMPUNG
(Sumber : BPS Lampung 2013)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
24
Atau dalam persentase jumlah penduduk miskin terhadap
total penduduk dapat kita lihat trendnya pada grafik 3.5, dimana
terlihat terjadi penurunan persentase jumlah penduduk miskin di
Provinsi Lampung dari tahun ke tahun (2008-2012).
Gambar 2.6. Trend Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Lampung
tahun 2008-2012 (persen)
(Sumber : BPS Lampung 2013)
B. Kesejahteraan Sosial
Pembangunan bidang kesejahteraan sosial digambarkan
dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan salah
satu ukuran keberhasilan pencapaian pembangunan manusia dan
terkait dengan upaya meningkatkan kualitas manusia yang
merupakan gabungan dari 3 indeks, yaitu : Indeks Pendidikan,
Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli Masyarakat.
Indeks Pendidikan yang merupakan salah satu komponen
utama dalam IPM merupakan nilai rata-rata dari variabel Angka
Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). AMH
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
25
Provinsi Lampung yang menggambarkan proporsi penduduk usia
15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis (latin maupun
huruf lainnya) mengalami peningkatan yang meskipun sangat kecil
yaitu sebesar 0,11% dari tahun 2011 yaitu sebesar 95,02% menjadi
95,13% di tahun 2012 (Tabel 3.2.). AMH Provinsi Lampung
tersebut lebih besar dari AMH nasional yang hanya sebesar 93.25%
namun mengalami peningkatan yang lebih besar 0.26% dari tahun
2011, bila dibandingkan peningkatan AMH Provinsi Lampung.
Sedangkan untuk nilai RLS Provinsi Lampung yang
menggambarkan proporsi penduduk usia 15 tahun yang bersekolah
(dalam tahun bersangkutan) adalah 7,82 pada tahun 2011 dan 7,87
pada tahun 2012, lebih rendah dari nasional yang sebesar 8,08.
Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kelulusan
penduduk Provinsi Lampung adalah tidak tamat SMP atau baru
mencapai kelas 1 SMP. Untuk mencapai wajib belajar 9 tahun,
Provinsi Lampung masih membutuhkan berbagai upaya-upaya dan
lompatan yang cukup signifikan agar pencapaiannya dapat relatif
lebih singkat.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
26
Tabel 2.7. AMH dan RLS Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung dan
Nasional Tahun 2011-2012
2011 2012 2011 2012
INDONESIA 92,99 93,25 7,94 8,08
LAMPUNG 95,02 95,13 7,82 7,87
Lampung Barat 97,33 97,36 7,46 7,47
Tanggamus 95,47 95,48 7,40 7,43
Lampung Selatan 94,91 94,94 7,49 7,50
Lampung Timur 93,63 93,74 7,58 7,60
Lampung Tengah 93,74 93,74 7,41 7,60
Lampung Utara 95,32 95,71 8,10 8,10
Way Kanan 94,89 94,91 7,32 7,33
Tulang Bawang 94,52 95,79 7,20 7,39
Pesawaran 95,58 96,76 7,51 7,53
Pringsewu 94,72 95,09 8,60 8,62
Mesuji 93,30 93,03 6,37 6,39
Tulang Bawang Barat 93,03 93,88 7,47 7,49
Bandar Lampung 98,47 98,50 10,18 10,30
Metro 98,38 98,40 10,12 10,15
ANGKA MELEK HURUF RATA-RATA LAMA SEKOLAHKABUPATEN/KOTA
(Sumber :
http://lampung.bps.go.id/publikasi/buku/2014/LE2013/index.html)
Indeks Kesehatan menggambarkan mengenai derajat
kesehatan masyarakat suatu wilayah pada periode tertentu, dan
diukur melalui Angka Harapan Hidup (AHH). AHH Provinsi
Lampung pada tahun 2011 sebesar 69,75 lebih rendah dari
nasional (69,85) dan meningkat sebesar 0,30 yaitu sebesar 70,05
tahun 2012. Peningkatan tersebut berdampak AHH Provinsi
Lampung berada diatas AHH Nasional yang hanya meningkat 0.02
dari tahun 2011 ke tahun 2012 (sebesar 69,87)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
27
Tabel 2.8. AHH Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung dan Nasional
Tahun 2011-2012
2011 2012
INDONESIA 69,85 69,87
LAMPUNG 69,75 70,05
Lampung Barat 67,45 67,77
Tanggamus 69,74 70,15
Lampung Selatan 68,74 69,05
Lampung Timur 70,48 70,74
Lampung Tengah 69,48 69,72
Lampung Utara 68,21 68,49
Way Kanan 69,70 69,96
Tulang Bawang 69,13 69,41
Pesawaran 68,56 68,71
Pringsewu 68,64 68,77
Mesuji 68,45 68,50
Tulang Bawang Barat 68,72 68,78
Bandar Lampung 71,24 71,61
Metro 72,76 72,98
KABUPATEN/KOTAANGKA HARAPAN HIDUP
(Sumber:
http://lampung.bps.go.id/publikasi/buku/2014/LE2013/index.html)
Indeks Daya Beli Masyarakat, sebagai salah satu komponen
utama IPM yang dipengaruhi oleh nilai Paritas Daya Beli
Masyarakat pada tahun tertentu, yang sangat dipengaruhi beberapa
faktor seperti pendapatan dan inflasi.
Berdasarkan data publikasi Badan Pusat Statistik Provinsi
Lampung selama beberapa tahun penerbitan, perkembangan data
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Lampung selama kurun
waktu tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada
grafik dalam gambar di bawah ini.
Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa Indeks
Pembangunan Manusia Provinsi Lampung, selama kurun waktu
tahun 2006 sampai dengan tahun 2012, terus menerus mengalami
kenaikan secara konsiten. Hal ini menunjukkan bahwa secara
umum pembangunan di Provinsi Lampung mampu meningkatkan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
28
kesejahteraan penduduknya, karena IPM ini merupakan indeks
yang digunakan untuk menggambarkan capaian disektor
kesejahteraan masyarakat secara agregat, karena indeks ini
menangkap perkembangan di sektor ekonomi dan sektor sosial
sekaligus. Indeks ini sangat sering digunakan untuk mengukur
profil kesejahteraan umum suatu negara atau daerah.
Selama periode tahun 2008 hingga tahun 2012, IPM
Provinsi Lampung menunjukkan peningkatan, yakni dari 70,3 pada
tahun 2008 meningkat menjadi 71,42 pada tahun 2010, dan pada
tahun 2012 meningkat menjadi 72,45. Namun apabila kita
membandingkan IPM Provinsi Lampung di Pulau Sumatera, IPM
Provinsi Lampung masih yang terendah di tahun 2012, bahkan
nilainya masih lebih rendah dari IPM Nasional yang artinya IPM
Provinsi Lampung menarik turun agregat IPM nasional.
Gambar 2.6. IPM Provinsi Lampung tahun 2008-2012
(Sumber : BPS Lampung,berbagai tahun)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
29
C. Seni Budaya dan Olahraga
Pembangunan kebudayaan difokuskan pada pengembangan
budaya keragaman (keragaman budaya) mengingat Provinsi
Lampung mempunyai karakter multikultur, multi etnis, dan sangat
heterogen dalam hal budaya. Dalam fokus seni budaya, beberapa
kegiatan seni budaya yang telah terselenggara di Provinsi Lampung
antara lain
2.1.3.Aspek Pelayanan Umum A. Pendidikan
Penyelenggaraan pembangunan di bidang pendidikan telah
banyak dilakukan perbaikan baik dalam peningkatan kualitas
maupun dalam peningkatan prasarana dan sarana. Pencapaian
bidang pendidikan Provinsi Lampung salah satunya ditunjukan
dengan tingkat kelulusan siswa yang semakin baik. Angka
kelulusan siswa tingkat SD di Provinsi Lampung meningkat dari
99,7 persen pada tahun 2008 menjadi 99,98 persen pada tahun
2010 dan 100 persen pada 2011. Persentase kelulusan siswa
tingkat SMP meningkat dari 99,83 persen pada tahun 2009,
menjadi 99,80 persen pada tahun 2010 dan 99,99 persen pada
tahun 2011. Persentase kelulusan siswa yang meningkat cukup
tajam adalah angka kelulusan tingkat SMA, yaitu dari 93,71 persen
pada tahun 2009 menjadi 99,11 persen pada tahun 2010 dan 99,53
persen pada tahun 2011 (Grafik 3.14).
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
30
Grafik 2.7. Angka Partisipasi Murni Provinsi Lampung tahun 2008-
2012
Sumber : BPS Provinsi Lampung 2013
Tabel 2.6. Rasio Jumlah Guru dan Murid se-Provinsi Lampung
2008-2012
Sumber : BPS Provinsi Lampung 2013
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
31
Sampai tahun 2011, Pemerintah Provinsi Lampung memiliki
jumlah Sekolah Dasar (SD) Negeri sebanyak 3.224 unit, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 319 unit, Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 117 unit dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 62 unit. Total perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada
di Provinsi Lampung sampai tahun 2010 berjumlah 330 unit.
Sedangkan untuk lembaga pendidikan informal lainnya, Pemerintah
Provinsi Lampung juga memberikan bantuan bagi penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 1.258 unit.
Tingkat pendidikan yang ditamatkan juga mengalami
peningkatan. Jumlah penduduk yang berumur 10 tahun keatas
yang menamatkan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah
Lanjutan Pertama, Sekolah Lanjutan Atas dan Akademi/Universitas
meningkat dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Hal yang perlu
menjadi perhatian adalah bahwa persentase penduduk berumur 10
tahun keatas yangtidak sekolah dan belum tamat SD berkurang
dari 12,55 persen pada tahun 2007 menjadi 10,36 persen pada
tahun 2011.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
32
Tabel 2.9. Persentase Penduduk yang Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut PendidikanTertinggi yang
Ditamatkan, 2007 – 2011
Jenis Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011
Tidak Sekolah dan Belum
Tamat SD 12,55 13,40 10,53 9,15 10,36
Sekolah Dasar 20,50 19,85 20,25 21,62 18,75
Sekolah Lanjutan
Pertama 20,29 19,61 19,79 20,37 19,38
Sekolah Lanjutan Atas 33,71 30,52 35,78 35,96 37,27
Akademi/Universitas 12,95 16,61 13,65 13,90 14,24
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
(Sumber: Provinsi Lampung Dalam Angka 2012)
Untuk meningkatkan pelayanan pendidikan, Pemerintah
Provinsi Lampung menyediakan Biaya Operasional Pendidikan
(BOP) dan Biaya Operasional Buku (BOB) untuk SD/MI, SMP/MTs
dan SMA/MA/SMK negeri dan swasta. BOP dan BOB merupakan
program yang menunjang pemberian BOS oleh Pemerintah
Pusat.Pemberian dana BOP dan BOB oleh Pemerintah Provinsi
Lampung melalui dana APBD, memberikan kontribusi yang cukup
besar dalam menaikkan persentase angka partisipasi sekolah pada
tingkat pendidikan dasar.
B. Kesehatan
Pembangunan sektor kesehatan pada dasarnya bertujuan
agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan
kesehatan secara mudah, murah dan merata sehingga diharapkan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
33
akan tercapainya kesehatan masyarakat yang baik. Pembangunan
sektor kesehatan yang berhasil akan berpengaruh secara langsung
atau tidak langsung dalam peningkatan kesejahteraan rakyat,
karena pembangunan bidang kesehatan juga mempunyai
keterkaitan dengan peningkatan mutu penduduk. Oleh sebab itu
program–program kesehatan harus lebih difokuskan kepada calon–
calon generasi penerus bangsa, yaitu secara khusus pada bayi dan
anak dibawah usia lima tahun (balita). Indikator dalam menilai
keberhasilan program pembangunan di sektor kesehatan
khususnya pada masyarakat usia dini adalah tingkat kematian bayi
dan balita serta kondisi kecukupan gizi bagi balita. Indikator
tersebut penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat
karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat
setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi
berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu
tahun tertentu. Sedangkan Angka Kematian Balita adalah jumlah
kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per
1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk
di dalamnya adalah kematian bayi).
Sementara Gizi Buruk merupakan status kondisi seseorang
yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar. Gizi
buruk banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun (balita).
Masalah gizi buruk dan kekurangan gizi telah menjadi keprihatinan
dunia sebab penderita gizi buruk umumnya adalah balita dan
anak-anak yang tidak lain adalah generasi generus bangsa.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
34
Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan Prevalensi
Balita Gizi Buruk, menggambarkan keadaan sosial ekonomi
masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Akan tetapi,
terdapat perbedaan antara kegunaan Angka Kematian Bayi dengan
Angka Kematian Balita dalam kaitannya dengan perencanaan dan
evaluasi pembangunan. Angka Kematian Bayi berguna untuk
perencanaan dan evaluasi program dan kegiatan yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program
pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan Angka
Kematian Balita dapat berguna untuk perencanaan dan evaluasi
program dan kegiatan imunisasi yang berhubungan dengan
kesehatan anak seperti program-program pencegahan penyakit
menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang
gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia lima
tahun.
Sementara data Prevalensi Balita Gizi Buruk berguna untuk
perencanaan dan evaluasi program dan kegiatan yang terkait
dengan pemenuhan pangan dan gizi. Oleh karena itu, angka
kematian bayi, kematian balita dan prevalensi balita gizi buruk
merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat
kesehatan masyarakat karena dapat menggambarkan kesehatan
penduduk secara umum.
Berdasarkan data publikasi Profil Kesehatan Indonesia yang
diterbitkan Kementerian Kesehatan selama beberapa tahun
penerbitan, didapatkan data angka kematian bayi dan balita serta
persentase prevalensi balita gizi buruk untuk Provinsi Lampung
sebagaimana grafik dibawah.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
35
C. Pekerjaan Umum
Dalam urusan pekerjaan umum, pelayanan prasarana dan
sarana infrastruktur kota mendapat perhatian khusus bagi
Pemerintah Provinsi Lampung. Fokus layanan urusan pekerjaan
umum meliputi sistem tata air, jaringan jalan, pengelolaan sampah,
penyediaan air bersih, serta pelayanan penyediaan energi.
Dalam peningkatan jaringan jalan sejak tahun 2007
Pemerintah Provinsi Lampung telah melakukan peningkatan jalan
seluas 8.739 m2 dan pelebaran jalan seluas23.798 m2, jalan
tembus seluas 23.519 m2, pembangunan dan peningkatan 14 buah
jembatan. Selain itu, dalam mendukung operasional Kanal Banjir
Timur (KBT), telah dilakukan pembangunan jalan dan saluran
pengaman sejajar KBT seluas 130.231 m3.
Tabel 3.3. Panjang Jalan Menurut Kota Administrasi dan Jenis Status Jalan Tahun 2011
Uraian
Jenis Satuan Jalan Jumlah
Jalan Nasional Provinsi Tol Negara
A. Panjang Jalan (m) 123.481,00 143.647,00 6.666.164,84 6.933.292,84
B. Luas Jalan (m2) 3.040.746,00 3.743.886,00 43.526.727,97 48.311.359,97
(Sumber : Provinsi Lampung dalam Angka 2012)
Salah satu tujuan pembangunan prasarana penyediaan air
baku untuk memastikan komitmen pemerintah terhadap Millenium
Development Goals (MDGs) yaitu memastikan kelestarian
lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya
proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air
minum layak dan sanitasi dasar hingga 2015.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
36
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum. Penyelenggara air minum dapat berasal
dari badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah,
koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok
masyarakat, dan/atau individual yang melakukan penyelenggaraan
penyediaan air minum. Syarat-syarat kualitas air minum sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Parameter mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom,
kadar maksimum yang di perbolehkan 0 jumlah per 100 ml
sampel;
b. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak
berwarna;
c. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan
0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l), pH 6,5-8,5.
Dalam rangka pencapaian target Renstra tentang persentase
kualitas air minum berkualitas dengan salah satu target prioritas
adalah persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat
kesehatan, dalam hal ini adalah air minum yang didistribusikan
oleh PDAM dengan target tahun 2012 adalah 95%. Hal tersebut di
atas merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya
kemungkinan munculnya penyakit berbasis air (waterborne
disease) karena air merupakan salah satu media lingkungan yang
berperan dalam penyebaran penyakit melalui media pertumbuhan
mikrobiologi serta adanya kemungkinan terlarutnya unsur kimia
yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
37
Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu
fondasi inti dari masyarakat yang sehat. Air bersih dan sanitasi
yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan
manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi
sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai
dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya
sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian
diare dan munculnya penyakit.
Pada Gambar 2.11 persentase rumah tangga menurut akses
terhadap sanitasi layak di Indonesia sebesar 56,24%, lebih rendah
dari target Renstra Tahun 2012 sebesar 69%.Provinsi Lampung
sendiri hanya 43,35% terendah nomor 5 setelah Papua, Sumatera
Barat, Kalimantan Tengah, dan NTT.
Gambar 2.11 Persentase Rumah Tangga dengan Akses terhadap Sanitasi Layak Menurut Provinsi di Indonesia tahun
2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Susenas 2012, Triwulan I)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
38
2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai
Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD
Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD
merupakan suatu proses untuk menilai kinerja penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat menjadi masukkan bagi proses
perencanaan dan penganggaran yang didukung oleh ketersediaan
informasi dan data yang lebih akurat. Dengan demikian, program
pembangunan menjadi lebih efisien, efektif, disertai dengan
akuntabilitas pelaksanaannya yang jelas.
Kesesuaian program prioritas RKPD dengan rencana
program dalam RPJMD diukur dengan membandingkan program
prioritas yang tercantum dalam dokumen RKPD dengan rencana
program tahunan berkenaan yang tercantum dalam dokumen
RPJMD. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa penyusunan
RKPD telah berpedoman pada RPJMD.
Berdasarkan hasil analisis perbandingan (analisis
komparatif) terhadap RKPD Provinsi Lampung tahun 2013 dengan
RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2010—2014, diperoleh
perbndingan sebagai berikut : program prioritas yang tercantum
dalam RKPD Tahun 2013 sejumlah 241 program sedangkan yang
tercantum dalam RPJMD Tahun 2010—2014 adlah 196 program.
Dari jumlah tersebut, terdapat 145 program yang sesuai (nama
program terdapat dalam RKPD maupun RPJMD).
2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah dan Isu Strategis
Tahun 2015
2.3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
39
Pemerintah Provinsi Lampung telah melaksanakan
pembangunan pada seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan
hasil yang cukup menggembirakan. Hal ini terlihat dari semakin
membaiknya berbagai indikator pembangunan. Namun demikian,
sebagai kota yang multifungsi, sampai saat ini Provinsi Lampung
tetap menyandang banyak permasalahan, baik dari eksternal
maupun internal. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi
Provinsi Lampung meliputi permasalahan dan tantangan yang
terkait dengan infrastruktur wilayah, daya dukung lingkungan dan
sumber daya alam, ketahanan sosial dan budaya, kapasitas dan
kualitas pemerintahan, kerjasama regional dan daya saing ekonomi
daerah.
No Kabupaten/
Kota
Permasalahan
Pembangunan Isu Strategik
1 Way Kanan 1. Masuk kategori daerah tertinggal;
2. Infrastruktur yang masih sangat terbatas;
3. Kekurangan Listrik;
4. Pembangunan sektor pertanian belum
optimal;
5. Belum terpadunya
program antar SKPD;
6. Kualitas SDM rendah;
7. PDRB Perkapita
rendah;
8. Belum optimalnya
pelaksanaan reformasi birokrasi
1. Menjadi
kawasan
pertahanan
regional
dengan adanya
Pangkalan AD
Gatot Subroto
di Bahuga;
2 Lampung
Tengah
1. Infrastruktur terutama
jalan nasional (Jalinteng) dalam kondisi rusak sehingga
1. Rencana
Pembentukan DOB: Seputih Timur dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
40
No Kabupaten/
Kota
Permasalahan
Pembangunan Isu Strategik
menghambat kelancaran arus orang dan barang khususnya
dari Gunung Sugih (perbatasan
Pesawaran) hingga Terbanggi Besar;
2. Kekurangan Listrik
Seputih Barat
2. Kawasan
Pendidikan Terpadu
3. Akan membangun
kawasan ―Techno Park‖ bekerjasama
dengan BPPT
3 Lampung Barat
1. Infrastruktur jalan baik nasional, provisi
dan kabupaten masih sangat terbatas;
2. Sering terjadi longsor;
3. Masuk kategori daerah tertinggal;
1. RPJMD akan menjadi bahan
evaluasi keberhasilan
bupati rawan di politisasi bila dg
indikator kuantitatif;
2. Adanya lapangan
udara Pekon Serai
4 Lampung Timur
1. Infrastruktur jalan nasional, provinsi dan
kabupaten masih sangat terbatas;
2. Kekurangan Listrik;
3. Tidak masuk dalam kategori daerah
tertinggal namun tingkat kemiskinan tinggi
1. Rendahnya IPM
2. Kec. Labuhan Meringgai masuk dalam
kecamatan termiskin
tingkat nasional;
3. Lamtim punya
5 DAM yg dpt dimanfaatkan u/ energi
listrik; 4. Lamtim masuk
dalam KSN (Kawasan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
41
No Kabupaten/
Kota
Permasalahan
Pembangunan Isu Strategik
Strategis Nasional)
5 Mesuji 1. Merupakan daerah otonom baru (DOB);
2. Infrastruktur jalan
nasional, provinsi dan kabupaten sangat
terbatas; 3. Kekurangan Listrik; 4. Berlarut-larutnya
rencana penyelesaian perambah hutan Register 45 Sungai
Buaya; 5. PDRB tertinggi kedua
di Lampung namun tingkat ketimpangan pendapatan tinggi
1. 10 kampung tua yang terisolasi
2. Fasilitas dan tenaga
kesehatan 3. Wilayah miskin
yang belum
masuk wilayah daerah tertinggal;
6 Tulang Bawang
1. Infrastruktur jalan nasiona, provinsi dan
kabupaten terbatas; 2. Kekurangan Listrik; 3. Alih fungsi pertanian
ke perkebunan yg berdampak pada
ketahanan pangan
1. Infrastruktur wilayah
terutama jalan poros provinsi
2. Perlindungan
DAS; 3. Memiliki
lapangan udara Astra Ksetra sebagai basis
pertahanan udara nasiona
7 Pesisir Barat 1. Merupakan daerah otonom baru (DOB)
hasil pemekaran dari Kabupaten Lampung
Barat
1. Pengelolaan pesisir (10 km)
panjang pantai
2. Pengembangan
wisata Pulau Pisang
3. Infarstruktur pendukung ke
kawasan wisata
8 Lampung 1. Infrastruktur jalan; 1. Periodeisasi
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
42
No Kabupaten/
Kota
Permasalahan
Pembangunan Isu Strategik
Utara 2. Kekurangan Listrik; 3. Angka Kemiskinan
tertinggi di Lampung
4. Masuk kategori daerah tertinggal
RPJMD shub LU baru saja Pilkada
2. Rendahnya IPM 3. Faktor
Keamanan 4. Legalisasi
RPJMD
5. Pembentukan Kota Kotabumi
6. Pembentukan DOB Provinsi eks Lampung
Utara; 7. Termasuk
kabupaten
tertua di Lampung
namun lambat dalam perkembangan
dan kemajuan daerah
9 Tulang Bawang Barat
1. Infrastruktur jalan nasional, provinsi dan kabupaten sangat
terbatas; 2. Kekurangan Listrik
1. Krisis Listrik terutama di Pagardewa
2. Faktor keamanan
3. Sengketa pertanahan
10 Pringsewu 1. Infrastruktur jalan; 2. Kekurangan Listrik; 3. Alih fungsi lahan, krn
Pringsewu kawasan tanaman pangan
1. Sektor jasa memerlukan regulasi krn
menjdi unggulan dalam PAD
2. Daerah Irigasi Way
Sekampung yg melalui Pringsewu, tp
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
43
No Kabupaten/
Kota
Permasalahan
Pembangunan Isu Strategik
tidak ada kantor pengendalinya
shg petani di Pringsewu
kesulitan memperoleh akses air;
3. Rencana pembentukan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
11 Pesawaran 1. Keterbatasan
infratruktur dasar,
2. masih tingginya angka
kemiskinan 18 %
Masuk kategori DOB daerah
tertinggal
12 Lampung Selatan
1. Sektor pertanian sebagai penyumbang terebsar PDRB belum
ditingkatkan nilai tambahnya;
2. Potensi pariwisata yang besar belum terintegrasi dalam
suatu kawasan khusus
1. Integrasi kultural;
2. Pengembangan
wilayah khusus
pariwisata (Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata)
13 Bandar Lampung
1. Tingkat pengangguran tertinggi di Provinsi
Lampung
1. Pengembangan Bandar Lampung
sebagai daerah Metropolitan
Area; 2. Rencana
pemindahan
pusat pemerintahan provinsi ke
Kota Baru
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
44
No Kabupaten/
Kota
Permasalahan
Pembangunan Isu Strategik
Natar (Bandar Negara)
14 Metro
1. Luas wilayah yang sangat terbatas 6.874
ha yang didominasi lahan persawahan 43,27%;
2. Tingkat Pengangguran
Terbuka cukup tinggi
1. Benturan kewenangan
antara kabupaten dengan
provinsi dalam bidang
pendidikan;
2. Menjadikan
Metro sebagai Kota Pendidikan
3. Pengembangan
ekonomi kreatif
15 Tanggamus 1. Potensi perikanan dan
kelautan belum
optimal diusahakan;
2. Rendahnya tingkat
kesejahteraan nelayan
1. Pengembangan
Kawasan
Industri
Maritim
2.3.2. Isu Strategis Provinsi
NO ISU STRATEGIS PROGRAM STRATEGIS
1. Penyediaan Infrastruktur Dasar Untuk Menunjang
Peningkatan Kesejahteraan (lanjutan direktif Presiden)
1. Integrasi moda angkutan KA dari sentra produksi ke
pelabuhan ekspor
- AMDAL Dryport Way Kanan Sudah sampai tahap DED
- DED Trase Terbanggi Besar- Sp. Pematang (268 Km)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
45
NO ISU STRATEGIS PROGRAM STRATEGIS
- LARAP Trase Pringsewu – Sukadana (100 Km) Sudah sampai Tahap DED
(Rp. 1.3 M)
- Pembangunan Jalan KA
Lintas Tulung Buyut – Blambangan Negara Ratu (Jalan KA, Jembatan
Gorong2/Box Culvert, Persinyalan, Bangunan Penunjang)
- Short Cut Rejosari Km 4 – Tarahan (Studi Amdal,
Pembebasan Lahan ±26 Km, Land Clearing/ Pembebasan
Lahan, Pembangunan Jalan KA 26 Km), Persinyalan)
- Pembangunan Jalan KA Bakauheni – Rejosari (Studi DED, DED SInyal dan
Jembatan, Studi AMDAL)
- Trase Pringsewu – Rejosari –
Tegineneng – Metro (Studi Sinyal dan Jembatan, Studi AMDAL, Pembebasan Lahan
62 Km)
2. Lanjutan Pembangunan
Fisik Terminal Agribisnis sebagai penguatan Logistik
Nasional
- Pembangunan Infrastruktur Dasar :
Instalasi Pengolahan Limbah
- Pembangunan Sarana Terminal Agribisnis dan
Penunjang : Pembangunan Pasar Grosir
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
46
NO ISU STRATEGIS PROGRAM STRATEGIS
- Pembangunan Laboratorium Uji Keamanan Pangan dan
Alat-Alat Laboratorium
3. Penataan dan
pengembangan kawasan metropolitan Bandar Lampung sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN)
- Updating Masterplan kawasan metropolitan Bandar Lampung
- Penyusunan DED prasarana perkotaan yang dikembangkan secara
terpadu di Kawasan Metropolitan Bandar
Lampung
- Perencanaan Infrastruktur
Hijau di Kawasan Metropolitan Bandar Lampung
- Revitalisasi kawasan DAS di Metropolitan Bandar
Lampung
- Revitalisasi Kawasan Kota
Tua Bandar Lampung
- Perencanaan Transportasi Terpadu Kawasan
Metropolitan Bandar Lampung
4. Peningkatan Jalan Nasional,Jalan Strategis
Provinsi, Pembangunan Jalan Tol, Jembatan Mesuji
Usulan Peningkatan Status
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
47
NO ISU STRATEGIS PROGRAM STRATEGIS
Ruas Jalan Provinsi Menjadi Jalan Nasional
- Sp.Pugung (Pos PJR / Ir.Sutami) – Sribawono (58,5 Km) (feeder Lintas Tengah
menuju lintas Timur)
Pembangunan Jalan Strategis
Provinsi
- Ruas Sp. Empat – Blambangan Umpu Panjang Ruas : 12,4 Km
Lebar jalan : 3 - 4,5 Meter Potensi : Perkebunan Sawit
dan Karet Untuk dapat berfungsi secara maksimal maka dana yang
dibutuhkan untuk ruas ini yaitu sebesar 12,4 Km X Rp
3,5 Milyar
- Ruas Blambangan Umpu – Pakuan Ratu
Panjang Ruas : 59,65 Km Lebar jalan : 3 - 4,5 Meter
Potensi: Perkebunan Sawit dan Karet Untuk dapat berfungsi
dibutuhkan untuk ruas ini yaitu sebesar 59,65 Km X Rp
3,5 Milyar
- Ruas Batas Lampung Utara – Pakuan Ratu
Panjang jalan : 11,4 Km Lebar jalan : 3 – 4,5 Meter
Potensi : Perkebunan Sawit Untuk dapat berfungsi secara maksimal maka dana yang
dibutuhkan untuk ruas ini yaitu sebesar 11,4 Km
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
48
NO ISU STRATEGIS PROGRAM STRATEGIS
(Kondisi Rusak dan Kritis) X Rp 3,5 Milyar
- Ruas Serupa Indah - Tajab Panjang jalan : 11,1 Km Lebar jalan : 3 – 4,5 Meter
Potensi : Perkebunan Sawit Untuk dapat berfungsi secara
maksimal maka dana yang dibutuhkan untuk ruas ini yaitu sebesar 11,1 Km
(Kondisi Rusak dan Kritis) X Rp 3,5 Milyar
- Ruas Batas Tajab – Bts Tulang Bawang Barat/Way Kanan
Panjang jalan : 27 Km Lebar jalan : 3 – 4,5 Meter
Potensi : Perkebunan Karet dan Perkebunan Sawit Untuk dapat berfungsi secara
maksimal maka dana yang dibutuhkan untuk ruas ini yaitu sebesar 27 Km X Rp 3,5
Milyar
- Ruas Bts Way Kanan / Tulangbawang Barat - Simpang Tulung Randu
Panjang Ruas : 34,7 Km
Lebar jalan : 3 - 4,5 Meter Potensi : Perkebunan Sawit
dan Karet Untuk dapat berfungsi secara maksimal maka dana
yang dibutuhkan untuk ruas ini yaitu sebesar 34,7 Km X
Rp 3,5 Milyar = Rp 121,45 Milyar. Sehingga total kebutuhan pembiayaan yang
dibutuhkan untuk jalan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015
49
NO ISU STRATEGIS PROGRAM STRATEGIS
bypass ruas Sp. Empat – Blambangan Umpu – Sp. Tulung Randu adalah
156,25 Km x Rp 3,5 Milyar