View
220
Download
6
Embed Size (px)
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. CEDERA KEPALA
2.1.1. Definisi Cedera Kepala
Trauma kepala didefinisikan sebagai trauma non degeneratifnon
konginetal yang terjadi akibat ruda paksa mekanis eksternal yang menyebabkan
kepala mengalami gangguan kognitif, fisik dan psikososial baik sementara atau
permanen dan bisa juga menyebabkan kelumpuhan sampai kematian. Cedera
kepala sedang merupakan cedera kepala dengan skala koma glassgow 9 12
(Osborn et al, 2003).
2.1.2 Epidemiologi
Cedera kepala merupakan penyebab utama kematian, terutama pada
dewasa muda dan penyebab utama kecacatan. Di Amerika Serikat, hampir 10%
kematian disebabkan karena trauma, dan setengah dari total kematian akibat
trauma berhubungan dengan otak. Kasus cedera kepala terjadi setiap 7 detik dan
kematian akibat cedera kepala terjadi setiap 5 menit. Cedera kepala dapat terjadi
pada semua kelompok usia, namun angka kejadian tertinggi adalah pada dewasa
muda berusia 15-24 tahun. Angka kejadian pada laki-laki 3 atau 4 kali lebih sering
dibandingkan wanita (Rowland et al, 2010).
9
2.1.3. Morfologi Cedera Kepala
Secara morfologi cedera kepala dapat dibagi atas: (Peteret al 2009)
2.1.3.1. Laserasi kulit kepala
Laserasi kulit kepala sering didapatkan pada pasien cedera cedera kepala.
Kulit kepala terdiri dari lima lapisan (dengan akronim SCALP) yaitu skin,
connective tissue, apponeurosis galea, jaringan ikat longgar dan perikranium.
Diantara galea aponeurosis dan periosteum terdapat jaringan ikat longgar yang
memungkinkan kulit bergerak terhadap tulang. Pada fraktur tulang kepala
sering terjadi robekan pada lapisan ini.
2.1.3.2. Fraktur tulang kepala
Fraktur tulang tengkorak berdasarkan pada garis fraktur dibagi menjadi:
1. Fraktur Linier
Fraktur linier merupakan fraktur dengan bentuk garis tunggal atau
stellata pada tulang tengkorak yang mengenai seluruh ketebalan tulang
kepala.
2. Fraktur diastasis
Fraktur diastasis adalah jenis fraktur yang terjadi pada sutura tulang
tengkorak yang menyebabkan pelebaran sutura-sutura tulang kepala.
Jenis fraktur ini terjadi pada bayi dan balita karena sutura-sutura belum
menyatu dengan erat.
10
3. Fraktur kominutif
Fraktur komunitif adalah jenis fraktur tulang kepala yang memiliki
lebih dari satu fragmen dalam satu area fraktur.
4. Fraktur impresi
Fraktur impresi tulang kepala terjadi akibat benturan dengan tenaga
besar yang langsung mengenai tulang kepala. Fraktur impresi pada
tulang kepala dapat menyebabkan penekanan atau laserasi pada
duramater dan jaringan otak, fraktur impresi dianggap bermakna
terjadi jika tabula eksterna segmen yang impresi masuk dibawah tabula
interna segmen tulang yang sehat.
5. Fraktur basis cranii
Fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linier yang terjadi pada dasar
tulang tengkorak. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan pada
duramater yang merekat erat pada dasar tengkorak. Pada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan adanya rhinorrhea dan racon eyes sign (Fraktur
basis kranii fossa anterior), atau ottorhea dan battles sign (fraktur
kranii fossa media).
11
2.1.4 Cedera Otak Fokal dan Diffuse
Tobing, 2011 mengklasifikasikan cedera otak fokal dan cedera otak
diffuse:
A. Cedera otak fokal meliputi:
1. Perdarahan Epidural/ Epidural Hematom (EDH)
EDH adalah adanya darah di ruang epidural yaitu ruang potensial
antara tabula interna tulang tengkorak dan duramater. EDH dapat
menimbulkan penurunan kesadaran, adanya lusid interval selama
beberapa jam dan kemudian terjadi defisit neurologis berupa
hemiparesis kontralateral dan dilatasi pupil ipsilateral. Gejala lain yang
ditimbulkan antara lain sakit kepala, muntah, kejang dan hemiparesis.
2. Perdarahan subdural akut atau subdural hematom (SDH) akut
Perdarahan SDH adalah terkumpulnya darah di ruang subdural yang
terjadi akut (3-6 hari). Perdarahan ini terjadi akibat robeknya vena-
vena kecil dipermukaan korteks cerebri.
3. Perdarahan subdural kronik atau SDH Kronik
SDH kronik adalah terkumpulnya darah di ruang subdural lebih dari 3
minggu setelah trauma. SDH kronik diawali dari SDH akut dengan
jumlah darah yang sedikit-sedikit.
12
4. Perdarahan intra cerebral/Intracerebral Hematomn (ICH)
Intra cerebral hematom adalah area perdarahan yang homogen dan
konfluen yang terdapat didalam parenkim otak. Intra cerebral hematom
bukan disebabkan oleh benturan antara parenkim otak dengan tulang
tengkorak, tetapi disebabkan oleh gaya akselerasi dan deselerasi akibat
trauma yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang terletak
lebih dalam, yaitu di parenkim otak ataupembuluh darah kortikal dan
subkortikal.
5. Perdarahan subarahnoid traumatik (SAH)
Perdarahan subarahnoid diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah
kortikal baik arteri maupun vena dalam jumlah tertentu akibat trauma
dapat memasuki ruang subarahnoid dan disebut sebagai perdarahan
subarahnoid (PSA).
Gambar 1. Lesi intrakranial (Tomio, 2000).
13
B. Cedera otak diffuse
Cedera otak diffuse merupakan terminologi yang menunjukkan
kondisi parenkim otak setelah terjadinya trauma. Terjadinya cedera kepala
difuse disebabkan karena gaya akselerasi dan deselerasi gaya rotasi dan
translasi yang menyebabkan bergesernya parenkim otak dari permukaan
terhadap parenkim yang sebelah dalam. Vasospasme luas pembuluh darah
dikarenakan adanya perdarahan subarahnoid traumatik yang
menyebabkan terhentinya sirkulasi di parenkim otak dengan manifestasi
iskemia yang luas, edema otak disebabkan karena hipoksia akibat renjatan
sistemik, bermanifestasi sebagai cedera kepala difuse. Dari gambaran
morfologi pencitraan atau radiologi, cedera kepala difuse dikelompokkan
menjadi (Sadewa, 2011):
1. Cedera akson difuse ( Diffuse aksonal injury )
Difus axonal injury adalah keadaan dimana serabut subkortikal yang
menghubungkan inti permukaan otak dengan inti profunda otak
(serabut proyeksi), maupun serabut yang menghubungkan inti-inti
dalam satu hemisfer (asosiasi) dan serabut yang menghubungkan inti-
inti permukaan kedua hemisfer (komisura) mengalami kerusakan.
2. Kontusio Cerebri
Kontusio cerebri adalah kerusakan parenkimal otak yang disebabkan
karena efek gaya akselerasi dan deselerasi. Mekanisme lain yang
menjadi penyebab kontusio cerebri adalah adanya gayacoup dan
countercup, dimana hal tersebut menunjukkan besarnya gaya yang
14
sanggup merusak struktur parenkim otak yang terlindung begitu kuat
oleh tulang dan cairan otak yang begitu kompak.
3. Edema Cerebri
Edema cerebri terjadi karena gangguan vaskuler akibat trauma kepala.
Pada edema cerebri tidak tampak adanya kerusakan parenkim otak
namun terlihat pendorongan hebat pada daerah yang mengalami
edema. Edema otak bilateral lebih disebabkan karena episode hipoksia
yang umumnya dikarenakan adanya renjatan hipovolemik.
4. Iskemia cerebri
Iskemia cerebri terjadi karena suplai aliran darah ke bagian otak
berkurang atau berhenti. Kejadian iskemia cerebri berlangsung lama
(kronik progresif) dan disebabkan karena penyakit degenerative
pembuluh darah otak
2.1.5. Patofisiologi Cedera Kepala
Mekanisme cedera otak primer setelah trauma.
Cedera primer bisa berhubungan dengan koma yang berkepanjangan dan
mempengaruhi respon motorik sebagai degenerasi subcortical matter yang
tersebar, yang biasanya disebut sebagai diffused axonal injury ( DAI ). Setelah
beberapa minggu setelah injuri axon dan degenerasi wallerian dari fiber tracts
maka akan terbentuk sekelompok neuroglia. Secara klinis DAI diperkirakan
terjadi karena trauma luas berupa mild concussion dimana tidak ada lesi struktural
15
yang bisa ditunjukkan dan bisa terjadi penyembuhan total secara klinis, koma
yang berkepanjangan, bahkan kematian(Andrewset al,2002).
Cedera otak primer tidak dapat menjelaskan terjadinya deteriorasi
dibandingkan dengan cedera otak sekunder yaitu proses seluler dan biokimiawi
yang kompleks yang terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa hari setelah
trauma(Jesset al, 2000).
Gambar 02. Neuronal damage (Paragon SC, 2008)
Pada kondisi cedera yang mengalami robekan (shear-force), maka dapat
terjadi Diffuse Axonal Injury (DAI) secara menyeluruh yang merusak serat-serat
axonal dan selaput myelin. Dan gambaran ini nampak dalam CT scan kepala dan
16
gambaran histopatologis dalam bentuk petechiae dalam substansia alba. Selain itu
dapat pula terjadi contusio otak, hematoma (subdural, epidural, intracerebral)
dan perdarahan subarachnoid(Andrewset al,2002).
Kerusakan pada cedera kepala dapat berupa fokal lesi maupun diffuse,
terletak pada area spesifik atau tersebar. Diffuse injury sedikit terlihat pada
gambaran neuroimaging namun akan tampak jelas pada pemeriksaan
histopatologis post mortem secara mikroskopis. Dimana tipe dari diffuse injury
dapat berupa concusion atau diffuse axonal injury. Lesi fokal biasa berhubungan
dengan fungsi dari kerusakan area yang terjadi, manifestasi berupa gejala
hemiparesis atau aphasia. Gambaran fokal lesi yang dapat terlihat pada CT Scan
berupaLaserasi Cerebri, Contusio Cerebri (bila darah bercampur dengan jaringan
otak), Intrakranial hem