4

Click here to load reader

BAB II DK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab ii diagnosa komunitas

Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. DefinisiPneumonia adalah inflamasi yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Di dalam alveoli terdapat kapiler-kapiler pembuluh darah dimana terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida. Ketika seseorang menderita pneumonia, nanh (pus) dan cairan mengisi alveoli dan menyebabkan kesulitan penyerapan oksigen, sehingga terjadi kesukaran bernapas. [1]II.2. KlasifikasiInfeksi saluran pernafasan akut diklasifikasikan menjadi bukan pneumonia, pneumonia, dan pneumonia berat. [6]Bukan pneumonia mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam. [6]Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas. Diagnosis pneumonia berdasarkan umur. Batas frekuensi nafas cepat pada anak berusia dua bulan sampai kurang dari satu tahun adalah 50 kali per menit dan untuk anak usia 1 tahun sampai kurang dari lima tahun adalah 40 kali per menit. [6]Pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai sesak nafas atau tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam (chest indrawing) pada anak berusia dua bulan sampai kurang dari lima tahun. Untuk anak berusia kurang dari dua bulan,diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke arah dalam (severe chest indrawing). [6]

II.3. Faktor resikoII.3.1. Asupan gizi kurangAsupan gizi kurang merupakan resiko untuk kejadian dan kematian balita dengan infeksi saluran pernafasan. Pemberian gizi seperti pemberian ASI eksklusif bisa membantu pencegahan penyakit pada anak. [4]II.3.2. Berat badan lahir rendahBerat badan lahir rendah mempunyai peningkatan resiko terkena ISPA. [4]II.3.3. Tidak ada / memberikan ASIPemberian ASI sub-optimal mempunyai resiko kematian karena infeksi saluran napas bawah sebesar 20%.[4]II.3.4. Tidak imunisasiPemberian imunisasi dapat menurunkan resiko untuk terkena pneumonia. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia adalah imunisasi pertusis (DPT), campak, Haemophilus influenza type b (Hib), dan Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV). [4]II.3.5. Penyakit campakPenyakit campak merupakan salah satu penyakit yang sangat infeksius dan 90% mengenai balita. Dikhawatirkan apabila anak balita menderita penyakit campak dengan komplikasi pneumonia dapat menyebabkan kematian. [2]II.3.6. LingkunganKeadaan lingkungan seperti polusi udara dalam rumah oleh asap memasak, tinggal di rumah yang berpenduduk padat, cenderung membuat anak lebih sering sakit infeksi saluran pernafasan akut dibandingkan dengan anak yang tinggal dengan dapur menggunakan listrik atau gas. Hal ini dapat diperburuk apabila ventilasi rumah kurang baik dan dapur menyatu dengan ruang keluarga atau kamar. Dan orang tua yang merokok mempunyai kecenderungan anak lebih sering sakit ISPA. dibanding anak yang orang tuanya tidak merokok ( berbanding 16% dan 11%). [4]II.4. PencegahanUpaya pencegahan merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia pada anak terdiri dari pencegahan melalui imunisasi dan non-imunisasi. Imunisasi terhadap patogen yang bertanggung jawab terhadap pneumonia merupakan strategi pencegahan spesifik. Pencegahan non-imunisasi merupakan pencegahan non-spesifik misalnya mengatasi berbagai faktor resiko seperti polusi udara dalam-ruang, merokok, kebiasaan, perilaku tidak sehat/ bersih, perbaikan gizi dan lain-lain. [7]