43
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasnya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja(menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir. 3 Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare , tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistesinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi 3

Bab II Diare

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat diare

Citation preview

Page 1: Bab II Diare

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi

lebih dari biasnya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja(menjadi cair),

dengan atau tanpa darah dan atau lendir.3

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali

perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir

dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI

sering frekuensi buang air besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat

disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi

meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare , tetapi merupakan

intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran

cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis

adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistesinya menjadi cair

yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada

seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistesinya cair,

keadaaan ini sudah dapat disebut diare.1

B. CARA PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO

Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui

makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung

tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita

atau tidak langsung melalui lalat. (4F= field, flies, fingers, fluid).1

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara

lain:tidak memberikan ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan

bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,

kurangnya sarana kebersihan atau MCK, kebersihan lingkungan dan pribadi yang

buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara

3

Page 2: Bab II Diare

4

penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada

penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain:

gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunya

motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik. 1

1. Faktor umur

Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.

Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat

diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi

efek penurunan kadar antibody ibu, berkurangnya kekebalan aktif bayi,

pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak

langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai

merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagian

kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang yang membantu

menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan

pada orang dewasa.1

2. Infeksi asimtomatik

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi

asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan

imunitas aktif. pada infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa

hari atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri, atau kista

protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi yang asimtomatik berperan

penting dalam penyebaran banyak eneteropatogen terutama bila mereka tidak

menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan berpindah-pindah

dari satu tempat ke tempat yang lain.1

3. Faktor musim

Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. di

daerah tropis, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas,

sedangkan diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada

musim dingin. didaerah tropic (termasuk Indonesia) diare yang disebabkan

rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim

kemarau, sedangkan diare karena bakteri terus meningkat pada musim hujan.1

Page 3: Bab II Diare

5

4. Epidemi dan pendemi

Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan

epidemic dan pandemic dan mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan

kematian pada semua golongan usia. sejak tahun 1961, cholera yang

disebabkan oleh v. cholera 0.1 biotipe eltor telah menyebar ke negara-negara

di afrika, amerika latin, asia, timur tengah, dan beberapa daerah di amerika

utara dan eropa. dalam kurun waktu yang sama Shigella dysentriae 1 menjadi

penyebab wabah yang besar di amerika tengah dan terakhir di afrika tengah

dan asia selatan. Pada tahun 1992 dikenal strain baru Vibrio cholera 0139

yang menyebabkan epidemic di Asia dan lebih dari 11 negara mengalami

wabah.1

C. ETIOLOGI

Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat

diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan

diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya

adalah golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh

karena infeksi adalah non-inflamatory dan inflammatory.1

Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi

enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh

parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatoyi

diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung

atau memproduksi sitotoksin.1,6

GOLONGAN BAKTERI GOLONGAN VIRUS GOLONGAN PARASIT

Aeromonas Astrovirus Balantidiom coli

Bacillus cereus Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) Blastocystis homonis

Canpilobacter jejuni Enteric adenovirus Crytosporidium parvum

Clostridium perfringens Corona virus Entamoeba histolytica

Clostridium defficile Rotavirus Giardia lamblia

Eschercia coli Norwalk virus Isospora belli

Plesiomonas shigeloides Herpes simplek virus Strongyloides stercoralis

Salmonella Cytomegalovirus Trichuris trichiura

Page 4: Bab II Diare

6

Shigella

Staphylococcus aureus

Vibrio cholera

Vibrio parahaemolyticus

Yersinia enterocolitica

Disamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan daire pada

anak antara lain:

Kesulitan makanan Neoplasma

Neuroblastoma

Phaeochromocytoma

Sindroma Zollinger Ellison

Defek anatomis

Malrotasi

Penyakit Hirchsprung

Short Bowel Syndrome

Atrofi mikrovilli

Stricture

Lain-lain:

Infeksi non gastrointestinal

Alergi susu sapi

Penyakit Crohn

Defisiensi imun

Colitis ulserosa

Ganguan motilitas usus

Pellagra

Malabsorbsi

Defesiensi disakaridase

Malabsorbsi glukosa dan

galaktosa

Cystic fibrosis

Cholestosis

Penyakit celiac

Keracunan makanan

logam berat

Mushrooms

Endokrinopati

Page 5: Bab II Diare

7

Thyrotoksikosis

Penyakit Addison

Sindroma Androgenital

D. PATOFISIOLOGI

Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekretorik dan osmotik.

Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering

ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme tersebut

dapat terjadi bersamaan pada satu anak.1,8

1. Diare osmotic

Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan

elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen

usus dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan

bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat

hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan

osmose antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang

bersifat permeable, air akan mengalir kea rah jejunum, sehingga akan banyak

terkumpul air dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen,

dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar

Na normal. Sebagian kecil cairan ini akan dibawa kembali, akan tetapi lainya

akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap

seperti Mg, glukosa, sucrose, lactose, maltose di segmen ileum dan melebihi

kemampuan absorbs kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti

karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah

berlabihan akan memberikan dampak yang sama.1

2. Diare Sekretorik

Diare sekterik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus

halus yang terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna,

sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini

Page 6: Bab II Diare

8

menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare

sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri akbat

rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau V. cholera.01.7

Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda

osmotik dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena

Natrium ( Na+) dan kalium (K+) merupakan kation utama dalam tinja,

osmolalitas diperkirakan dengan mengalikan jumlah kadar Na + dan K+ dalam

tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan osmolalitas tinja konstan 290 mOsm/L

pada tinja diare, maka perbedaan osmotic 290-2 (Na++K+). Pada diare

osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan beda

osmotiknya bertambah besar (>160 mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja

diare mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan perbedaan osmotiknua

kuran dari 20 mOsm/L.6

Osmotik Sekretorik

Volume tinja <200 ml/hari >200 ml/hari

Puasa Diare berhenti Diare berlanjut

Na+ tinja <70 mEq/L >70 mEq/L

Reduksi (+) (-)

pH tinja <5 >6

Dikenal bahan-bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin

bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam

empedu bentuk dihidroxy, serta asam lemak rantai panjang. Toksin penyebab

diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel

cAMP, cGMP, atau Ca++ yang selanjutnya akan mengaktifasi protein kinasi.

Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilase membrane protein

sehingga megakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di

kripta keluar. Disisi lain terjadi peningkatan pompa natrium , dan natrium

masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-.1

Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas. Meskipun

motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi, teatpi perubahan

Page 7: Bab II Diare

9

motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorbs. Baik peningkatan ataupun

penurunan motilitas keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas

dapat mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare.

Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absorbsi,

Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan statis intestinal bearkibat

inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan malabsorbsi. Diare akibat

hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan

karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan motilitas

mungkin merupakan penyebab diare pada Thyrotoksikosis, malabsorbsi asam

empedu, dan berbagai peyakit lain.1

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare pada

beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction,

tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air,

elektrolit, mucus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih

menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan

dengan tipe diare laina seprti diare osmotik dan sekretorik.1

Bakteri enteral pathogen akan mempenagaruhi struktur dan fungsi tight

junction, menginduksi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade

inflamasi. Efek infeksi bacterial pada tight junction akan memepengaruhi

susunan anatomis dan funsi absorbs yaitu cytoskeleton dan perubahan susunan

protein. penelitian oleh Bakes J dkk 2003 menunjukan bahwa peranan bakteri

enteral pathogen pada diare terletak perubahan barier tight junction oleh toksin

atau produk kuman yaitu perubahan pada cellualar cytoskeleton dan spesifik

tight junction. Pengaruh ini bias pada kedua komponen tersebut atau salah satu

komponen saja sehingga akan menyebabkan hipersekresi clorida yang akan

diikuti natrium dan air. Sebagai contoh Clostridium difficile akan menginduksi

kerusakan cytoskeleton maupun protein, Bacteroides frigilis menyebabkan

degradasi proteolitik protein tight junction, V. cholera mempengaruhi

distribusi protein tight junction, sedangkan EPEC menyebabkan akumulasi

protein cytoskeleton.1,9

Page 8: Bab II Diare

10

E. MANIFESTASI KLINIS

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya

bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala

gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan manifestasi

sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah

ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah

bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini

dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia. Dehidrasi

merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan

hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.

Dehidrasi yang terjadi menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonic,

dehidrasi hipertonik ( hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat

dehidrasinya bias tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi

berat.1

Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enteric pathogen antara

lain : vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis,

meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala

neurolgik dari infeksi usus bias berupa parestesia ( akibat makan ikan, kerang,

monosodium glutamate), hipotoni dan kelemahan otot.

Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat

dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare.

Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta

rectum menunjukan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah symptom

yang nonspesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena

mikroorganisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seprti:enteric virus,

bakteri yang memproduksi enteroroksin, giardia, dan cryptosporidium.

Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya penderita

tidak panas atu hanya subfebris, nyeri perutperiumbilikal tidak berat, watery diare,

menunjukan bahwa saluran makan bagian atas yang terkena. Oleh karena pasien

Page 9: Bab II Diare

11

immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi tentang adanya

imunodefisiensi atau penyakit.

F. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama

diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir

dan darah. Bila disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing:

biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8jam terakhir.

Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakahh panas atau

penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak.

Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member oralit,

memabwa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan

yang diberikan serta riwayat imunisasinya.1

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh,

frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.

Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda tambahan lainya:ubun-ubun besar

cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air

mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.1

Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis

metabolic. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat

hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary

refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya

atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan

membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif

dengan menggunakan criteria WHO dan MMWR.1

Symptom Minimal atau

tanpa dehidrasi,

kehilangan

Dehidrasi

ringan sedang,

kehilangan BB

Dehidrasi berat,

kehilangan

BB>9%

Page 10: Bab II Diare

12

BB<3% 3%-9%

Kesadaran Baik Normal, lelah,

gelisah, irritable

Apatis, letargi,

idak sadar

Denyut

jantung

Normal Normal

meningkat

Takikardi,

bradikardi, (kasus

berat)

Kualitas nadi Normal Normal melemah Lemah, kecil tidak

teraba

Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam

Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong

Air mata Ada Berkurang Tidak ada

Mulut dan

lidah

Basah Kering Sangat kering

Cubitan kulit Segera kembali Kembali<2 detik Kembali>2detik

Cappilary

refill

Normal Memanjang Memanjang,

minimal

Ekstremitas Hangat Dingin Dingin,mottled,

sianotik

Kencing Normal Berkurang Minimal

3. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya

tidak diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan

misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain

selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh:

pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi

saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang

diperlukan pada diare akut:1

Page 11: Bab II Diare

13

Darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa

darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika

Urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika

Tinja:

a. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja,

konsistesi tinja, bau tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya

busa. Warna tinja tidak terlalu banyak berkolerasi dengan

penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan dengan adnya

warna empedu akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh

bakteri anaerob pada keadaan bacterial overgrowth. Warna merah

akibat adanya darah dalam tinja atau obat yang dapat

menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin.

Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa

menunjukan adanya gas dalam tinja kaibat fermentasi bakteri.

Tinja yang berminyak, lengket, dan berkilat menunjukan adanya

lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja menggambarkan kelainan

di kolon , khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang

sangatberbau menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri

anaerob dikolon. Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas

lakmus dapat dilakukan untuk menentukan adanya asam dalam

tinja. Asam dalam tinja tersebut adalah asam lemak rantai pendek

yang dihasilkan karena fermentasi laktosa yang tidak diserap di

usus halus sehingga masuk ke usus besar yang banyak

mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja<6 dapat dainggap

sebagai malabsorbsi laktosa.8

b. Pemeriksaan mikroskopik

Infeksi bakteri invasive ditandai dengan ditemukannya

sejumlah besar leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya

proses inflamasi. Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara

Page 12: Bab II Diare

14

mengambil bagian tinja yang berlendir seujung lidi dan diberi ½

tetes eosin atau Nacl lalu dilihat dengan mikroskop cahaya:5

Bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut

negative

Bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut

(+)

Bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut

(++)

Bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang besar

disebut (+++)

Bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut

(++++)

Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja

dengan sudan III yang mengandung alcohol untuk mengeluarkan

lemak agar dapat diwarnai secara mikroskopis dengan pembesarn

40 kali dicari butiran lemak dengan warna kuning atau jingga.

Penilaian berdasarkan 3 kriteria:8

(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari

100 buah per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3

sampai ½ lapang pandang

(++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100 per

lapang pandang atau sel memenuhi lebih dari ½ lapang

pandang

(+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang

pandang.

Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar.

Dengan memakai batang lidi atau tusuk gigi, ambilah sedikit tinja

dan emulsikan delam tetesan NaCl fisiologis, demikian juga

dilakukan dengan larutan Yodium. Pengambilan tinja cukup

Page 13: Bab II Diare

15

sedikit saja agar kaca penutup tidak mengapung tetapi menutupi

sediaan sehingga tidak terdapat gelembung udara. Periksalah

dahulu sediaan tak berwarna (NaCL fisiologis), karena telur

cacing dan bentuk trofozoid dan protozoa akan lebih mudah

dilihat. Bentuk kista lebih mudah dilihat dengan perwanaan

yodium. Pemeriksaan dimulai dengan pembesaran objekstif 10x,

lalu 40x untuk menentukan spesiesnya.

G. PENATALAKSANAAN

Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi,

dukungan nutrisi, pemberian obat sesuaiindikasi dan edukasi pada orang tua.

Tujuan pengobatan:8

1. Mencegah dehidrasi

2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada

3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan

setelah diare

4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare,

dengan memberikan suplemen zinc

Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi

yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:10

1. Rencana terapi A : Penanganan diare di rumah

Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:

Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

Jelaskan pada ibu:

- Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan

tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada

setiap kali pemberian.

Page 14: Bab II Diare

16

- Jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang

sebagai tambahan

- Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan

berikut ini: oralit, cairan makanan(kuah sayur, air tajin) atau air

matang

Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:

- Anak telah diobati dengan rencana terapi B atau dalam kunjungan

- Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah berat

Ajari pada ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6

bungkus oralit (200ml) untuk digunakan dirumah. Tunjukan pada ibu

berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai

tambahan bagi kebutuhan cairanya sehari-hari:

- <2 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali BAB

- > 2 tahun : 100 samapai 200 ml setiap kali BAB

Katakan pada ibu

- Agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/

cangkir/gelas

- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudia lanjutkan lagi dengan

lebih lambat.

- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

Beri tablet Zinc

Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari

dengan dosis :

- Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) perhari

- Umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari

Lanjutkan pemeberian makanan

Kapan harus kembali

Page 15: Bab II Diare

17

2. Rencana terapi B

Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di

klinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.

Usia <4 bulan 4-11 bulan 12-23

bulan

5-4 tahun 5-14tahun >15 tahun

Berat

badan

<5 kg 5-7,9 kg 8-10,9 kg 11-15,9 kg 16-29,9 kg >30 kg

Jumlah

(ml)

200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000

Jumlah oralit yang diperlukan 75 ml/kgBB. Kemudian setelah 3 jam

ulangi penilaian dan klasifikasikan kemabali derajat dehidrasinya, dan

pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan. Jika ibu

memaksa pulang sebelum pengobatan selesai tunjukan cara menyiapkan

oralit di rumah, tunjukan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan

dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pertama. Beri bungkus oralit yang

cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6 bungkus lagi sesuai yang

dainjurkan dalam rencana terapi A. Jika anak menginginkan oralit lebih

banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang

berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak

menyusu, beri juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah

member makan segera setelah anak ingin amkan. Lanjutkan pemberian

ASI. Tunjukan pada ibu cara memberikan larutan oralit. berikan tablet zinc

selama 10 hari.

3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)

Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit

melalui mulut, sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan

ringer laktat atau ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan

NaCl)yang dibagi sebagai berikut.

Page 16: Bab II Diare

18

Umur Pemberian pertama

30ml/kgBB selama

Pemebrian berikut

70ml/kgBB selama

Bayi (bibawah umur12

bulan)

1 jam* 5 jam

Anak (12 bulan sampai

5 tahun)

30 menit* 2 ½ jam

*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba

Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum

membaik, beri tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira

5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam

(bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal

yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3

jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi) untuk

melanjutkan penggunaan.

Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit

ditujukan untuk memberikan pada penderita:

1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit

2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi

3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan

setelah sembuh. Tujuanya adalah memberikan makanan kaya nutrient

sebanyak anak mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair,

nafsu makanya timbul kembali setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan

pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang

normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai

nutrient, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling

tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan menyebabkan

penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan kembalinya

fungsi usus akan lebih lama.

Page 17: Bab II Diare

19

Makanan yang diberikan pada anak diare tergantung kepada umur,

makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit serta budaya

setempat. Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama

dengan yang dibutuhkan dengan anak sehat.1 Bayi yang minum ASI harus

diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Peranan ASI selain

memberikan nutrisi yang terbaik, juga terdapat 0,05 SIgA/hari yang

berperan memberikan perlindungan terhadap kuman pathogen. 12Bayi yang

tidak minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap

3 jam. Pengenceran susu atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa

mungkin diperlukan untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan

diare timbul kembali atau bertambah hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi,

atau dibuktikan dengan pemeriksaan terdapat tinja yang asam (pH<6) dan

terdapat bahan yang mereduksi dalam tinja>0,5%. Setelah diare berhenti,

pemberian tetap dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba kembali dengan

susu atau formula biasanya diminum secara bertahap selama 2-3 hari.12

Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan

makanan lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50%

dari energy diit harus berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi

kecil atau sering (6kali atau lebih) dan anak dibujuk untuk makan.

Kombinasi susu formula dengan makanan tambahan seperti serealia pada

umunya dapat ditoleransi dengan baik pada anak yang telah disapih.

Makanan padat memiliki keuntungan, yakni memperlambat pengosongan

lambung pada bayi yang minum ASI atau susu formula, jadi memperkecil

jumlah laktosa pada usus halus pr satuan waktu. Pemberian makanan lebih

sering dalam jumlah kecil juga memberikan keuntungan yang sama dalam

mencernakan laktosa dan penyerapanya. Pada anak yang lebih besar, dapat

diberikan makanan yang terdiri dari:makanan pokok setempat misalnya

nasi, kentang, gandum, roti, atau bakmi. Untuk meningkatkan kandungan

energinya dapat ditambahkan 5-10 ml minyak nabati untuk setiap 100ml

makanan. Minyak kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya akan

Page 18: Bab II Diare

20

karoten. Campur makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan dan

sayur-sayuran, serta ditambahkan tahu,tempe, daing atau ikan. Sari buah

segar atau pisang baik untui menambah kalium. Makanan yang berlemak

atau makanan yang mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang

diperdagangkan, minuman ringan, sebaiknya dihindari.

Pemberian Makanan Setelah Diare

Meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama diare,

beberapa kegagalan pertumbuhan mungkin dapat terjadi teruatama bila

terjadai anorexia hebat. Oleh karena itu perlu pemberian ekstra makanan

yang akan zat gizi beberapa minggu setelah sembuh untuk memperbaiki

kurang gizi dan untuk mencapai serta mempertahankan pertumbuhan yang

normal. Berikan ekstra makanan pada saat anak merasa lapar, pada

keadaan semacam ini biasanya anak dapat menghabiskan tambahan 50%

atau lebih kalori dari biasanya.1,8,12

Zinc

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat

mengembalikan nafsu makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang

mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Dasar

pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada

efeknya terhadap imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan

terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian

zinc pada diare dapat meningkatkan absorbs air dan elektrolit oleh usus

halus meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan

jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang

mempercepat pembersihan patogen di usus. Pengobatan dengan zinc cocok

ditetapkan di negara-negara berkembang seprti Indonesia yang memiliki

banyak masalah terjadinya kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat

kesejahteraan yang rendah dan daya imunitasnya yang kurang memadai.

Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

Page 19: Bab II Diare

21

Dosis zinc untuk anak-anak:

- Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari

- Anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anka telah

sembuh dari diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI

atau oralit. Untuk anak lebih besar, zinx dapat dikunyah atau dilarutkan

dalam air matang atau oralit.1,13

Terapi Medikamentosa

Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti

antibiotika:antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetic, dan obat yang

mempengaruhi mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai lebih dari satu

mekanisme kerja, banyak diantaranya mempunyai efek toksik sistemik dan

sebagian besar tidak direkomendasikan untuk anak umur kurang dari 2-3

tahun. Secara umum dikatakan bahwa obat-obat tersebut tidak diperlukan

untuk pengobatan diare akut.

Antibiotik

Antbiotik apda umunya tidak diperlukan pad semua daire akut oleh

karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self

limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotic. Hanya sebagian kecil

(10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen seperti V,cholera,

Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan

sebagainya,1

Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif

Kolera Tetracycline 12,5

mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari

Erythromycin 12,5

mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari

Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 Pivmecillinam 20 mg/kg

Page 20: Bab II Diare

22

mg/kgBB

2x sehari selama 3 hari

BB

4x sehari selama 3 hari

Ceftriaxone 50-100

mg/kgBB

1x sehari IM selama 2-5

hari

Amoebiasis Metronidazole 10

mg/kgBB

3xs ehari selama 5 hari

(10 hari pada kasus berat)

Giadiasis Metronidazole 5mg/kgBB

3x sehari selama 5 hari

Obat Antidiare

Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai

keuntungan praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut

pada anak. Beberapa dari obat-obat ini berbahaya. Produk yang termasuk

dalam kategori ini adalah:1,3

Adsorben

Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal,

cholesteramine).

Antimotilitas

Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine,

tincture opiii, paregoric, codein).

Bismuth subsalicylate

Anti muntah

Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine

yang dapat menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu

pemberian terapi rehidrasi oral. Oleh karena itu obat anti muntah tidak

digunakan pada anak dengan diare, muntah biasanya berhenti bila

penderita telah terehidrasi

Page 21: Bab II Diare

23

Probiotik

Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam

makanan yang difermentasi yang menunjang kesehatan melalui

terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik.

Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam

waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI.

Kemungkinan efek probiotik dalam pencegahan diare melalui

perubahan lingkungan mikrolumen usus , kompetisi nutrient,

mencegah adhesi kuman pathogen pada enterosit, modifikasi toksin

atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui

penyediaan nutrient dan imunomodulasi. Pemberian makanan selama

daire harus diteruskan dan ditingkatkan setelah sembuh, tujuanya

adalah memberikan makanan yang kaya nutrient sebanyak anka

mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu

makannya timbul kembali setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan

pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang

normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai

nutrient, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling

tidak dapat dikurangi.

Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan

bakteri patogen dalam mukosa usus belum sepenuhnya jelas tetapi

beberapa laporan mneunjukan adanya kompetisi untuk mengadakan

perlekatan dengan enterosit (sel epitel mukosa). Enterosit yang telah

jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi dilekati bakteri yang

lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat

mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen. Lactobacillus strain pada

manusia mempunyai kemampuan melekat pada Caco-2 cells dan sel

goblet HT 29-MTX pada sel epitel mukosa usus. Lactobacillus

acidophilus LA1 dan LA3 mempunyai kemampuan melekat yang

kuat, tidak tergantung pada calcium, sedangkan Lactobacillus strain

Page 22: Bab II Diare

24

LA10 dan LA18 kemampuan melekatnya rendah. Kemampuan

perlekatan tersebut dapat dihilangkan dengan adanya tripsin. Strain

LA1 mempunyai kemampuan untuk mencegah perlekatan

diarrheagenic Eschercia coli (EPEC) dan bakteri enteroinvasif seperti

Salmonella typhymurium, Yersinia tuberculosis. Kemampuan

mencegah perlekatan strain LA1 lebih efektif bila diberikan sebelum

atau bersamaan dengan infeksi E coli daripada setelah infeksi E coli.

Disamping mekanisme perlekatan dengna reseptor pada epitel usus

untuk mencegah pertumbuhan bakteri patogen melalui kompetisi,

bakteri probiotik memberi manfaat pada pejamu oleh karena produksi

substansi antibakteri misalnya, asam organik, bacteriocin, microcin,

reuterin, volatile fatty acid, hidrogen peroksida dan ion hidrogen.1,8,14,15

H. KOMPLIKASI1,3

1. Gangguan elektrolit

- Hipernatremia

Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L

memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuanya adalah

menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar

natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat

menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik

menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman. Koreksi

dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan

0,45% saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan

menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium

plasma setelah 8jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila

sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma

setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-5% dekstrose,

perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap

500 ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya

pemberian diet normal dapat mulai diberikan. lanjutkan pemberian

oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.1

Page 23: Bab II Diare

25

- Hiponatremia

Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan

yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia (

Na<130 mmol/L). Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan

Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan odema. Oralit

aman dan efekstif untuk terapi dari hamper semua anak dengan

hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan

dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer laktat atau

normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum

yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh

diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan

serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam.1

- Hiperkalemia

Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan

dengan pemberian kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-

pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak jantung.1

- Hipokalemia

Diakatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan

menuurut kadar K: jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75

mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara

intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya:

(3,5-kadar K terukurx BBx0,4 +2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan

dalam 4 jam lemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5-kadar K

terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB). Hipokalemia dapat menyebakan

kelemahan otot, paralitik usus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia

jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat

dikoreksi dengan menggunakan makanan yang kaya kalium selama

diare dan sesudah diare berhenti1

2. Demam

Page 24: Bab II Diare

26

Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus.

Pada umunya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan

invasi ke dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena

dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi

dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang

tinggi mungkin diikuti kejang demam. Pengobatan: kompres dan/

antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi.3

3. Edema/overhidrasi

Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan

gejala yang tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat

terjadi bila ada edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita

dehidrasi berat yang diberi larutan garan faali. Pengobatan dengan

pemberian cairan intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika

kejang.3

4. Asidosis metabolik

Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau

hilangnay basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis

respiratorik, yang ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat

(kuszmaull). pemberian oralit yang cukup mengadung bikarbonas atau

sitras dapat memperbaiki asidosis.

5. Ileus paralitik

Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak

kecil sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala

berupa perut kembung, muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada.

Pengobatan dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang

mengandung banyak K.3

6. Kejang3

Page 25: Bab II Diare

27

o Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila

penderita dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberika iv,

dengan dosis 2,5 mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika

koma tersebut disebabkan oleh hipoglikemia dengan pemberian

glukosa intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali.

o Kejang demam

o Hipernatremia dan hiponatremia

o Penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya

dengan diare, seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsy.

7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa

Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu

formula selama diare dapat menyebabkan:3

- Volume tinja bertambah

- Berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk

- Dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.

Tindakan:

a. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar

laktosa dan menghidari efek “bolus”

b. Mengencerkan susu jadi ½-1/3 selama 24 -48 jan. Untuk mangatasi

kekeurangan gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti

makanan padat, perlu diberikan.

c. Pemberian “yogurt” atau susu ynag telah mengalami fermentasi

untuk mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri

usus.

d. Berikan susu formula yang tidak mengandung/rendah laktosa, atau

ganti dengan susu kedelai.

8. Malabsorbsi glukosa

Page 26: Bab II Diare

28

Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh

infeksi, atau penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit

dihentikan, berikan cairan intravena3

9. Muntah

Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis

yang menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan

dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena

pemberian cairan oral terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-

sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetic

sebaiknya tidak diberikan karena sering menyebabkan penurunan

kesadaran.3

10. Akut kidney injury

Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan

syok. Didiagnosis sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam

waktu 12 jam setelah hidrasi cukup.3

I. PENCEGAHAN

1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare

Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya disebarkan

secara fekal oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu

difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang

terbukti efektif meliputi:

a. Pemberian ASI yang benar

b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping

ASI

c. Menggunakan air bersih yang cukup

d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis

buang air besar dan sebelum makan

e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota

keluarga

Page 27: Bab II Diare

29

f. Membuang tinja bayi yang benar

2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan

tubuh anak dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:

a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun

b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member

makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status , gizi

anak.

c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare behrunbungan

dengan campak, dan diare yang etrjadi umunya lebih berat dan lebih

lama (susah diobati, cenderung menjadi kronis) karena adanya

kelainan pada epitel usus. Diperkirakan imunisasi campak yang

mencakup 45-90% bayi berumur 9-11 bulan dapat mencegah 40-

60% kasus campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 6-25% kematian

karena diare pada balita.1,3

d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti

infeksi alamiah, tetapi infeksi pertama oleh vaksin tidak

menimbulkan, manifestasi diare. Di dunialah beredar 2 vaksin

rotavirus oral yang diberikan sebelum usia 6 bulan dalam 2-3 kali

pemberiian dengan interval 4-6 minggu. 1,8,16,17,18

J. PROGNOSIS

Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar

(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,

sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian

kecil (5%( akan menjadi diare persisten.8