26
7 D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13 BAB II DASAR TEORI Manajemen Proyek Menurut Husen .A (2008:5), manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif san efisien. Sementara proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material, peralatan dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan sumber daya yang terbatas untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil pekerjaan yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu. Dalam manajemen proyek perlunya memperhatikan aspek-aspek penting penunjang pelaksanaan suatu proyek konstruksi, diantaranya aspek keuangan, anggaran biaya, sumber daya manusia, produksi, harga, efektivitas dan efisiensi, pemasaran, mutu dan waktu. 2.1.1 Kinerja Proyek Proyek harus memiliki tiga buah indikator yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu mutu (quality), waktu (time), biaya (cost). Indikator tersebut disebut sebagai kinerja suatu proyek yang memiliki pengaruh yang sama terhadap jalannya suatu proyek, ketiga indikator tersebut dapat digambarkan sebagai hubungan segi tiga seperti pada Gambar 2.1 berikut ini.

BAB II DASAR TEORI - POLBAN

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

7

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

BAB II

DASAR TEORI

Manajemen Proyek

Menurut Husen .A (2008:5), manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan

tentang seni memimpin organisasi yang terdiri dari kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya

yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif san efisien.

Sementara proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia,

material, peralatan dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah sementara

untuk mencapai sasaran dan tujuan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan,

cara teknis yang terbaik dan sumber daya yang terbatas untuk mencapai sasaran dan

tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil pekerjaan yang optimal dalam

hal kinerja biaya, mutu dan waktu. Dalam manajemen proyek perlunya

memperhatikan aspek-aspek penting penunjang pelaksanaan suatu proyek

konstruksi, diantaranya aspek keuangan, anggaran biaya, sumber daya manusia,

produksi, harga, efektivitas dan efisiensi, pemasaran, mutu dan waktu.

2.1.1 Kinerja Proyek

Proyek harus memiliki tiga buah indikator yang saling mempengaruhi satu sama

lain, yaitu mutu (quality), waktu (time), biaya (cost). Indikator tersebut disebut

sebagai kinerja suatu proyek yang memiliki pengaruh yang sama terhadap jalannya

suatu proyek, ketiga indikator tersebut dapat digambarkan sebagai hubungan segi

tiga seperti pada Gambar 2.1 berikut ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

8

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Gambar 2. 1 Tiga Indikator Proyek

Dari Gambar 2.1 dapat dilihat hubungan antara seluruh indikator kinerja suatu

proyek konstruksi yang dapat dicapai dengan merencanakan manajemen proyek

secara cermat, teliti dan akurat. Berikut ini adalah penjelasan mengenai indikator

kinerja suatu proyek menurut Husen .A (2008:60).

1. Biaya

Seluruh urutan kegiatan proyek perlu memiliki standar kinerja biaya proyek

yang dibuat dengan akurat dengan cara membuat format perencanaan yang

terdiri dari Kurva S, diagram Cash Flow, kurva Earned Value dan Balance

Sheet. Keempat hal tersebut dibuat dalam laporan periodik agar dari waktu ke

waktu dapat dievaluasi serta dikendalikan dan menjadi rujukan dalam membuat

keputusan terkait dengan tindakan koreksi bila terjadi penyimpangan.

2. Mutu

Jaminan mutu (quality assurance) dapat diperoleh dengan melakukan proses

berdasarkan kriteria material atau kerja yang telah ditetapkan hingga didapat

standar produk akhir, dapat pula dengan melakukan suatu proses prosedur kerja

yang berbentuk system mutu hingga didapat standar system mutu terhadap

produk akhir. Pengendalian tiap-tiap proses (quality control) dimaksudkan

untuk menjamin mutu material atau kerja yang diperoleh sesuai dengan sasaran

dan tujuan yang ditetapkan.

3. Waktu

Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan

proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya. Dari semua informasi dan

data yang telah diperoleh, dilakukan proses penjadwalan sehingga akan ada

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

9

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

output berupa format-format laporan lengkap mengenai indikator progress

waktu, format informasi tersebut tersaji dengan dalam bentuk Barchart,

Network Planning dan Kurva S. Hasil pemantauan terhadap format-format

tersebut perlu dievaluasi dan dikoreksi, caranya dengan mempebaharui data

agar kinerja waktu tercapai sesuai rencana.

2.1.2 Kegiatan Proyek Konstruksi

Menurut Wulfram (2006:15), Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus

melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang

harus diselesaikan. Di samping itu, di dalam kegiatan konstruksi terdapat suatu

rangkaian yang berurutan dan berkaitan. Berikut ini adalah tahap dalam kegiatan

proyek konstruksi.

1. Tahap Studi Kelayakan

Tahap ini bertujuan meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang

diusulkannya layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek perencanaan dan

perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan), maupun aspek

lingkungan.

2. Tahap Penjelasan

Tujuan tahap penjelasan (briefing) adalah mendapatkan penjelasan dari

pemilik proyek mengenai fungsi proyek dan biaya yang diizinkan sehingga

konsultan perencana dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek

dan membuat taksiran biaya yang diperlukan.

3. Tahap Perancangan

Tahap perancangan (desain) bertujuan melengkapi penjelasan proyek dan

menentukan tata letak, rancangan, metode konstruksi dan taksiran biaya agar

mendapatkan persetujuan dari pemilik proyek dan pihak yang berwenang yang

terlibat. Tahap ini juga mempersiapkan informasi pelaksanaan yang

diperlukan, termasuk gambar rencana dan spesifikasi, serta melengkapi semua

dokumen tender.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

10

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

4. Tahap Pengadaan

Tahap pengadaan (procurement) bertujuan menunjuk kontraktor sebagai

pelaksana atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang akan

melaksanakan konstruksi di lapangan.

5. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan (construction) bertujuan mewujudkan bangunan yang

dibutuhkan oleh pemilik proyek dan sudah dirancang oleh kosultan perencana

dalam batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, serta dengan mutu yang

telah disyaratkan.

6. Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan

Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan (maintenance and strat-up)

bertujuan menjamin kesesuaian bangunan yang telah selesai dengan

dokumen kontrak dan kinerja fasilitas sebagaimana mestinya. Salain itu,

pada tahap ini juga dibuat suatu catatan mengenai konstruksi berikut

petunjuk operasinya dan melatih staf dalam menggunakan fasilitas yang

tersedia.

Perencanaan Metode Kerja

Menurut Husein Umar (2009:65), rencana kerja (perencanaan metode kerja)

adalah suatu proses yang tidak pernah berakhir, apabila rencana telah ditetapkan,

maka dokumen mengenai perencanaan yang terkait harus diimplementasikan.

Karena perencanaan atau rencana kerja adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan

pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan

oleh siapa. Dalam merencanakan metode kerja dapat dilakukan berdasarkan gambar

rencana, rencana kerja dan syarat (RKS) dan tinjauan dilapangan.

2.2.1 Gambar Rencana

Gambar rencana adalah gambaran fisik bangunan yang merupakan hasil dari

perencanaan. Dari gambar rencana kita dapat mengetahui ukuran fisik bangunan,

notasi dan detail konstruksi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

11

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

2.2.2 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)

Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) merupakan sebuah dokumen yang

berisikan persyaratan administrasi berupa instruktur kepada penyedia jasa.

Persyaratan yang terdapat pada RKS diantaranya :

a. Syarat-syarat umum

Berisi keterangan mengenai pekerjaan, pemberi tugas dan pengawas.

b. Syarat-syarat Administrasi

Jangka waktu pelaksanaan

Tanggal penyerahan pekerjaan

Syarat-syarat pembayaran

Denda keterlambatan

Besar jaminan penawaran dan pelaksanaan

c. Syarat-syarat teknis

Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilakukan

Jenis dan mutu material yang digunakan

2.2.3 Work Breakdown Structure (WBS)

Menurut Husen .A (2008:107), Work breakdown structure (WBS) merupakan

diagram terstruktur dan hirarki berupa diagram pohon. Penyusunan WBS dilakukan

dengan cara top down, dengan tujuan agar komponen-komponen kegiatan tetap

berorientasi ke tujuan proyek. Jadi pada intinya WBS digunakan sebagai pembagi

seluruh level proyek menjadi elemen- elemen kerja yang dikelompokan dalam

format struktur level, fasilitas dan mencakup seluruh item pekerjaan hingga selesai.

Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Menurut Ibrahim (1993), Rencana anggaran biaya (RAB) adalah perhitungan

banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang

berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek. Secara umum, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

12

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Berikut ini adalah contoh rencana anggaran biaya yang dapat dilihat pada Tabel

2.1 berikut ini.

Tabel 2. 1 Contoh Rencana Anggaran biaya

Sumber : Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2016

2.3.1 Koefisien

Koefisien merupakan faktor pengali atau dasar perhitungan biaya bahan,

biaya alat dan biaya tenaga kerja. Koefisien dapat menunjukan lamanya

pelaksanaan dari sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu volume

pekerjaan. Koefisien dari setiap sumber daya dapat dilihat pada SNI atau standar

lainnya yang dapat langsung digunakan untuk menghitung produktivitas sumber

daya, namun terdapat beberapa koefisien yang harus dihitung secara manual.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

13

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

2.3.1.1 Koefisien Bahan

Bahan yang dimaksud adalah bahan/material yang memenuhi

ketentuan/persyaratan yang tercantum dalam dokumen atau spesifikasi, baik

mengenai jenis, kuantitas maupun komposisinya bila merupakan suatu produk

campuran. Perhitungan dilakukan antara lain berdasarkan:

a. Faktor kembang dan susut;

b. Faktor kehilangan bahan;

c. Kuantitas;

d. Harga satuan dasar bahan.

Berdasarkan Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

28/PRT/M/2016 koefisien bahan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut

ini.

Koefisien bahan dengan proporsi persen dalam satuan m³:

%Bahan x (BiP x 1 m³ x Fh) / BiL

Koefisien bahan dengan komposisi persen, dalam satuan kg:

%Bahan x (BiP x 1 m³ x Fh) x 1.000

Koefisien bahan lepas atau padat per m³:

1 m³ x Fk x Fh

Keterangan :

%bahan : persentase bahan (agregat, tanah, dan lain-lain) yang digunakan

dalam suatu campuran

BiP : berat isi padat bahan (agregat, tanah, dan lain-lain) atau campuran

beraspal yang digunakan. Simbol ini dapat diganti dengan simbol

Dn

BiL : berat isi lepas bahan (agregat, tanah, dan lain-lain) atau campuran

beraspal yang digunakan. Simbol ini dapat diganti dengan simbol

Dn

1 m³ : salah satu satuan pengukuran bahan atau campuran

Fh : faktor kehilangan bahan berbentuk curah atau kemasan, yang

besarnya bervariasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

14

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Fk : faktor pengembangan

1.000 : perkalian dari satuan ton ke kg

n : bilangan tetap yang ditulis sub script

2.3.1.2 Koefisien Alat

Koefisien alat adalah waktu yang diperlukan (dalam satuan jam) oleh suatu alat

untukmenyelesaikan atau menghasilkan produksi sebesar satu satuan volume jenis

pekerjaan. Data utama yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi alat ini adalah:

- Jenis alat;

- Kapasitas produksi;

- Faktor efisiensi alat;

- Waktu siklus; dan

- Kapasitas produksi alat.

Berdasarkan Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

28/PRT/M/2016, dalam menentukan koefisien alat berdasarkan kapasitas produksi

(Q) dapat dilakukan menggunakan persamaan berikut ini.

1

2.3.1.3 Koefisien Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja dalam

satuan jam orang per satuan pengukuran (m¹, m², m³, ton, dan lain-lain). Berikut ini

rumus yang umum digunakan untuk menentukan koefisien tenaga kerja

berdasarkan Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

28/PRT/M/2016.

Produksi / hari, Qt = Tk x Q1; m³

Koefisien tenaga/m³:

Pekerja = (Tk x P) / Qt; Jam

Tukang = (Tk x Tb) / Qt; Jam

Mandor = (Tk x M) / Qt; Jam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

15

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Keterangan :

Q1 : besar kapasitas produksi alat yang menentukan tenaga kerja;

m³/jam

P : jumlah pekerja yang diperlukan; orang

Tb : jumlah tukang batu yang diperlukan; orang

TK : jumlah jam kerja per hari ; jam

M : jumlah mandor yang diperlukan; orang

2.3.2 Produktivitas

Produktivitas adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan (satuan volume

pekerjaan) yang dibagi dalam satuan waktu, jam dan atau hari. Produktivitas dapat

digunakan untuk menentukan jumlah sumber daya. (Husen, A. 2010). Produktivitas

dapat diketahui berdasarkan koefisien yang didapat dari SNI dan standar lainnya.

Secara umum, produktivitas dapat diketahui menggunkan persamaan berikut.

1

2.3.3 Daftar Harga Satuan (DHS)

Daftar harga satuan (DHS) merupakan kumpulan dari harga satuan yang

berisikan harga material dan upah tenaga kerja yang diterbitkan berdasarkan

peraturan pemerintah suatu daerah. Harga satuan pekerjaan akan berbeda antara

daerah satu dengan daerah lainnya, hal ini disebabkan adanya perbedaan harga

pasaran di daerah tersebut. Berikut ini adalah contoh daftar harga yang dapat dilihat

pada Tabel 2.2 berikut ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

16

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Tabel 2. 2 Contoh Daftar Harga Satuan (DHS) Material dan Upah

Sumber : Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2016

2.3.4 Analisa Harga Satuan (AHS)

Analisa harga satuan (AHS) merupakan suatu cara perhitungan harga satuan

pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan,

upah pekerja dan peralatan dengan harga yang didapat dari daftar harga satuan

(DHS). AHS dipengaruhi oleh koefisien yang menunjukan nilai suatu bahan, nilai

satuan alat dan nilai satuan upah tenaga kerja. Berikut ini adalah skema dari

perhitungan analisa harga satuan menurut Ibrahim (2008) yang dapat dilihat pada

Gambar 2.2 berikut ini.

 Gambar 2. 2 Skema Analisa Harga Satuan

Sumber : Rencana dan Estimate Real of Cost, Ibrahim. (2008)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

17

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Berikut ini adalah contoh analisa harga satuan yang dapat dilihat pada Tabel 2.3

berikut ini.

Tabel 2. 3 Contoh Analisa Harga Satuan

Sumber : Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2016

2.3.5 Daftar Harga Satuan Pekerjaan (DHSP)

Daftar harga satuan pekerjaan (DHSP) bisa dibilang sebagai rekap dari hasil

analisa harga satuan setiap pekerjaaan yang telah dilakukan sebelumnya, namun

didalamnya belum tertera volume pekerjaan yang dikerjakan. Berikut ini adalah

contoh dari daftar harga satuan pekerjaan yang dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut

ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

18

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Tabel 2. 4 Contoh Daftar Harga Satuan (DHSP)

Sumber : Permen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2016

Sumber Daya

Perencanaan sumber daya yang matang sesuai kebutuhan proyek akan

membantu pencapaian sasaran dan tujuan proyek secara maksimal, dengan tingkat

efektivitas yang tinggi dan efisiensi yang tinggi, sehingga hasil pencapaian

memuaskan pemilik proyek serta stakeholder proyek. Dalam menentukan alokasi

sumber daya proyek, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dan

dipertimbangkan sebagai berikut:

Jumlah sumber daya yang tersedia sesuai kebutuhan proyek.

Kondisi keuangan membayar sumber daya yangakan digunakan.

Produktifitas sumber daya.

Kemampuan dan kapasitas sumber daya yang akan digunakan.

Efektivitas dan efisiensi sumber daya yang akan digunakan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

19

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

2.4.1 Perencanaan Tenaga Kerja

Perencanaan sumber daya manusia (SDM) atau tenaga kerja dilakukan untuk

mencari keperluan tenaga kerja untuk satu periode dengan cara tertentu.

Perencanaan tersebut dilakukan guna mencegah terjadinya kekurangan atau

kelebihan tenaga kerja pada saat konstruksi berlangsung. Menurut Andrew Sikula

(2081:145), perencanaan sumber daya manusia adalah proses menentukan

kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar

pelaksanaannya berinteraksi dengan rencana organisasi. Adapun faktor – factor

yangharus diperhatikan dalam perencanaan sumber daya manusia / tenaga kerja

menurut Husen .A (2008:117):

Produktivitas tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja pada periode yang paling maksimal

Jumlah tenaga kerja tetap dan tidak tetap

Biaya yang dimiliki dan jenis perkerjaan

Menurut Husen .A (2008:39), dalam mengatur alokasi jumlah tenaga kerja

sepanjang durasi proyek diusahakan agar fluktuasinya cenderung membentuk

distribusi normal, pada awal proyek jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit,

seiring dengan bertambahnya volume pekerjaan maka dibutuhkan tenaga kerja yang

banyak pada pertengahan proyek dan menurun menjelang proyek berakhir. Berikut

ini adalah grafik tingkat kebutuhan tenaga kerja menurut Husen .A (2008:40).

 

Gambar 2. 3 Grafik Tingkat Kebutuhan Tenaga Kerja Sumber : Manajemen Proyek, Husen, Abrar. (2008)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

20

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Perencanaan tenaga kerja dilakukan guna mendapatkan durasi dari suatu

pekerjaan. Hal itu dikarenakan durasi pekerjaan ditentukan berdasarkan

produktivitas dari sumber daya yang menentukan, pada umumnya produktivitas

sumber daya yang menentukan adalah pekerja. Berikut ini adalah persamaan

produktivitas dari tenaga kerja berdasarkan Imam Soeharto.

2.4.2 Perencanaan Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam suatu proyek bergantung pada pekerjakan yang

akan dikerjakan dan produktivitas alat terhadap volume pekerjaan yang akan

dilakukan. Menurut Husen .A (2008:118), jumlah peralatan yang dibutuhkan

bergantung pada hal-hal berikut:

Durasi kegiatan / waktu yang tersedia

Kondisi lapangan

Keadaan cuaca

Efisiensi alat

Kemampuan operator

Kapasitas dan jumlah alat

2.4.3 Perencanaan Penggunaan Material

Perencanaan penggunaan material dimaksudkan agar dalam masa pelaksanaan

proyek penggunaan material menjadi efektif dan efisien dan tidak terjadi

kekurangan material. Menurut Husen A. (2008:121), informasi yang dibutuhkan

dalam perencanaan penggunaan material adalah sebagai berikut:

Kualitas material yang dibutuhkan

Spesifikasi teknis material

Lingkup penawaran yang diajukan pemasok

Waktu pengiriman

Pajak penjualan material

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

21

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Termin dan kondisi pembayaran

Pemasok material

Gudang penyimpanan material

Harga material saat penawaran lelang

Jadwal penggunaan material

Penjadwalan Proyek

Penjadwalan proyek adalah kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan selama

proyek berlangsung yang berisikan jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam

rangka menyelesaikan proyek hingga tercapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah

metode yang digunakan dalam menyusun penjadwalan proyek.

Bar Chart

Bar chart merupkan bagan yang tersusun pada koordinat X dan Y. Pada sumbu

X terdapat susunan pekerjaan dari hasil penguraian lingkup satu proyek.

Sedangkan sumbu Y tertulis waktu dalam satuan hari atau minggu atau bulan

sebagai durasinya.

Network Planning

Network Planning hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan

(variabel) yang digambarkan / divisualisasikan dalam diagram network.

Sofwan Badri (1997:13)

Kurva S

Kurva S adalah sebuah grafik pengamatan terhadap sejumlah proyek sejak awal

hingga akhir proyek. Kurva S dapat menunjukan kemajuan proyek berdasarkan

kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang dipresentasikan sebagai persentase

kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Husen .A (2008:152)

Jembatan

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian jembatan secara umum,

klasifikasi jembatan secara umum dan bagian-bagian jembatan secara umum, selain

itu berhubungan dengan topik yang dibahas mengenai jembatan layang box girder,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

22

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

maka akan dibahas mengenai jembatan layang box girder yang meliputi pengertian,

jenis, beserta bagian-bagian dari jembatan tersebut.

2.6.1 Umum

Menurut PP No.34 Pasal 86 ayat (3) Tahun 2006, jembatan adalah jalan yang

terletak di atas permukaan air dan / atau di atas permukaan tanah. Menurut

Azwaruddin. (2008), secara umum jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang

memungkinkan rute transportasi melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta

api dan lain-lain. Jembatan berfungsi sebagai penghubung dua bagian jalan yang

terputus oleh rintangan. Berikut ini adalah klasifikasi jembatan yang dibedakan

berdasarkan kegunaannya, jenis material, letak lantai jembatan dan bentuk struktur

menurut Bridge Manajement System 1992.

1. Klasifikasi jembatan menurut kegunaan:

Jembatan jalan raya (highway bridge)

Jembatan pejalan kaki (foot path)

Jembatan kereta api (railway bridge)

Jembatan jalan air

Jembatan jalan pipa

Jembatan militer

Jembatan penyebrangan

2. Klasifikasi jembatan menurut jenis material:

Jembatan kayu

Jembatan baja

Jembatan beton bertulang dan prategang

Jembatan komposit

3. Klasifikasi jembatan menurut letak lantai jembatan:

Jembatan lantai kendaraan di bawah

Jembatan lantai kendaraan di atas

Jembatan lantai kendaraan di tengah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

23

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Jembatan lantai kendaraan di atas dan dibawah (daouble deck bridge)

4. Klasifikasi jembatan menurut bentuk umum struktur:

Jembatan gelagar (girder bridge)

Jembatan pelengkung / busur (arch bridge)

Jembatan rangka (truss bridge)

Jembatan portal (rigid frame bridge)

Jembatan gantung (suspension bridge)

Jembatan kabel (cable-stayed bridge)

Jembatan plat beton bertulang (RC slab)

Jembatan boks beton (RC box)

Secara umum jembatan terdiri dari beberapa bagian, bagian tersebut

digolongkan kedalam dua kelompok utama yaitu struktur bawah dan struktur atas,

struktur atas sendiri terdiri dari beberapa bagian diantaranya pelat lantai kendarraan

(deck), gelagar (girder), perletakan (bearing) dan lain-lain, sedangkan untuk

struktur bawah jembatan terdiri dari pondasi (fondation), abutment, pile cap, pilar

(pier), pier head, dan lain-lain. Bagian-bagian dari jembatan secara umum apat

dilihat pada Gamber 2.5 berikut ini.

 

Gambar 2. 4 Bagian-Bagian Umum Jembatan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

24

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Sumber : www.google.com

2.6.2 Jembatan Box girder

Berdasarkan klasifikasi Bridge Manajement System 1992, box girder

merupakan jembatan dengan klasifikasi jenis material beton bertulang dan

prategang dengan bentuk umum boks beton (RC box). Menurut Manual

Pemeliharaan Jembatan Box girder Beton 018/BM/2011, box girder adalah sebuah

jembatan dimana struktur atas jembatan terdiri dari balok-balok penopang utama

yang berbentuk kotak berongga. Box girder biasanya terdiri dari elemen beton

pratekan, baja struktural, atau komposit baja dan beton bertulang. Bentuk

penampang box girder umumnya adalah persegi atau trapesium dan dapat

direncanakan terdiri atas 1 sel atau banyak sel. Berikut ini adalah bentuk

penampang dari box girder.

(a) Persegi 1 sel (b) Trapesium 1 sel

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

25

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

 (c) Banyak sel

 Gambar 2. 5 Bentuk Penampang Box Girder

Sumber : www.google.com

Berikut ini adalah bagian-bagian dari jembatan box girder menurut Manual

Pemeliharaan Jembatan Box girder Beton 018/BM/2011.

1. Abutment / Kepala Jembatan

Abutment / kepala jembatan adalah bangunan bawah jembatan yang

terletak pada kedua ujung jembatan yang berfungsi memikul reaksi beban

pada ujung jembatan dan dapat juga berfungsi sebagai dinding penahan

tanah. Contoh bentuk abutment / kepala jembatan dapat dilihat pada

Gambar 2.7 di bawah ini.

 Gambar 2. 6 Abutment Jembatan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

26

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Sumber : www.google.com

2. Pilar

Pilar berfungsi sebagai penerima gaya dari gelagar, secara perinsip

pemakaian beton pada pilar mempunyai dasar yang kuat mengingat pilar

akan mengalami gaya tekan yang besar akibat bentang jembatan serta

berat box girder itu sendiri. Contoh bentuk pilar dapat dilihat pada

Gambar 2.8 di bawah ini.

 Gambar 2. 7 Pilar Jembatan

Sumber : www.google.com

3. Gelagar

Gelagar berfungsi sebagai penerima beban yang dihasilkan oleh beban

yang melintasi jembatan dan beban gelagar itu sendiri. Contoh bentuk

gelagar dapat dilihat pada Gambar 2.9 di bawah ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

27

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

 Gambar 2. 8 Gelagar Jembatan

Sumber : www.google.com

4. Modular Expansion Joint

Sebagai mana umumnya jembatan bentang panjang, pergerakan pendek

jembatan akan selalu terjadi dan harus diakomodasi dengan baik. Untuk

mengakomodasi pergerakan yang relative besar tersebut, umumnya

digunakan expansion joint tipe modular. Contoh bentuk modular

expansion joint dapat dilihat pada Gambar 2.10 di bawah ini.

 Gambar 2. 9 Modular Expansion Joint Jembatan Sumber : Manual Pemeliharaan Jembatan Box girder Beton

5. Mecanical Bearing

Sebagai mana umumnya jembatan bentang panjang, gaya-gaya pada

perletakan akan memiliki magnitude yang bsar. Untuk itu perletakan yang

digunakan pada jembatan bentang panjang adalah perletakan yang

mempunyai kemampuan menahan gaya yang besaty.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

28

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Tipe perletakan mekanik seperti poit bearing dan spherical bearing

umumnya digunakan pada jembatan bentang panjang. Contoh bentuk

mechanical bearing dapat dilihat pada Gambar 2.11 di bawah ini.

 Gambar 2. 10 Mecanical Bearing Jembatan

Sumber : Manual Pemeliharaan Jembatan Box girder Beton

Metode Konstruksi Jembatan

Metode konstruksi jembatan yang akan dibahas pada sub bab ini adalah metode

erection jembatan box girder. Erection box girder adalah suatu pekerjaan

pemasangan segmen box girder precast untuk menjadi satu kesatuan utuh jembatan,

dimana pelaksanaannya dapat dilakukan dengan banyak metode, diantaranya :

1. Erection Box girder menggunakan Perancah (shoring)

Perancah digunakan sebagai tumpuan sementara girder sampai girder

benar-benar terhubung pada pilar, gambar erection box girder menggunakan

perancah (shoring) dapat dilihat pada Gambar 2.12 dibawah ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

29

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

 

Gambar 2. 11 Erection Box girder Menggunakan Perancah (Shoring) Sumber : www.google.com

2. Erection Box girder menggunakan crane

Crane digunakan sebagai alat utama untuk memasang segmen box girder

satu persatu hingga semua box girder terpasang menjadi satu kesatuan.

Namun demikian crane tidak dapat digunakan untuk semua metode. Gambar

erection box girder menggunakan crane dapat dilihat pada Gambar 2.13

berikut ini.

 Gambar 2. 12 Erection Box girder Menggunakan Crane

Sumber : www.google.com

3. Erection Box girder menggunakan gantry

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 24: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

30

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Gantry sendiri adalah self launching machine yang digunakan untuk

mengangkat dan menempatkan box girder satu persatu hingga menjadi satu

kesatuan utuh tanpa mengganggu lalu lintas di bawahnya. Gambar erection

box girder menggunakan crane dapat dilihat pada Gambar 2.14 berikut ini.

 

Gambar 2. 13 Erection Box girder Menggunakan Gantry Sumber : www.google.com

Gantry jenis ini terdiri dari 12 segmen struktur rangka baja (truss) dengan

panjang 9,225 meter setiap segmennya yang bertumpu pada 4 buah tumpuan

yang dua diantaranya bersifat movable (supporting chair) dan dua lainnya

bersifat permanen yakni kaki depan (front leg) dan kaki belakang (rear leg).

Untuk mengangkat dan menempatkan segmen, pada gantry terdapat winch

yang mempunyai kapasitas 50 ton yang dapat bergerak bebas diatas gantry.

Berikut ini adalah bagian-bagian dari gantry yang dapat dilihat pada Gambar

2.15 berikut ini.

 Gambar 2. 14 Bagian-Bagian dari Launching Gantry

Sumber : Dokumen PT. Wijaya Karya (Persero) .Tbk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 25: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

31

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

Gantry sendiri memiliki jenis dan spesifikasi yang beraneka ragam.

Namun yang akan dibahas adalah gantry 110/50 dengan panjang 110 meter

dan mampu untuk mengerjakan span dengan panjang maksimum 50 meter.

Erection Box girder menggunakan gantry dapat dilakukan dengan 2 jenis

sitem erection, yaitu :

1. Sistem Balance Cantilever

Sistem Balance Cantilever adalah suatu metode erection box girder

dengan menempatkan segmen demi segmen sebagai kantilever di kedua sisi

dari pier agar pier seimbang (balance). Ilustrasi Sistem Balance Cantilever

dapat dilihat pada Gambar 2.16 berikut ini.

 Gambar 2. 15 Sistem Balance Cantilever Sumber : Dokumen PT. Wijaya Karya (Persero) .Tbk

2. Sistem Span by Span

Sistem span by span adalah suatu metode erection box girder dengan

menempatkan dan menggantungkan semua segmen untuk satu span pada

gantry. Semua segmen tersebut disatukan dan di akhiri dengan proses

stressing. Berikut ini adalah ilustrasi proses erection segmental box girder

dengan sistem span by span.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 26: BAB II DASAR TEORI - POLBAN

32

 

 

D4 Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Luthfi Fakhrizal Suwarman Perencanaan RAB dan Penjadwalan Serta Penerapan Metode Kerja Span by Span Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Khusus Busway Koridor 13

 Gambar 2. 16 Sistem Span by Span

Sumber : Dokumen PT. Wijaya Karya (Persero) .Tbk