15
BAB II STUDI PUSTAKA Bagian jalinan merupakan suatu bagian antara dua gerakan lalulintas, yaitu yang menyatu (converging) dan memencar (diverging). 2.1 Jenis jalinan Bagian jalinan dibagi dua tipe utama yaitu bagian jalinan tunggal dan bagian jalinan bundaran. Bundaran dianggap sebagai beberapa bagian jalinan tunggal yang berurutan. Bagian jalinan yang dimaksud pada penelitian ini adalah bagian jalinan tunggal. Ukuran kinerja pada bagian jalinan dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 2.1 Ukuran kinerja Sumber: MKJI (1997) LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-1

BAB II DASAR TEORI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II DASAR TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

Bagian jalinan merupakan suatu bagian antara dua gerakan lalulintas, yaitu yang menyatu

(converging) dan memencar (diverging).

2.1 Jenis jalinan

Bagian jalinan dibagi dua tipe utama yaitu bagian jalinan tunggal dan bagian jalinan

bundaran. Bundaran dianggap sebagai beberapa bagian jalinan tunggal yang berurutan.

Bagian jalinan yang dimaksud pada penelitian ini adalah bagian jalinan tunggal. Ukuran

kinerja pada bagian jalinan dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 2.1 Ukuran kinerja

Sumber: MKJI (1997)

Sumber: MKJI (1997)

Gambar 2.1 Tipe bagian jalinan

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-1

Page 2: BAB II DASAR TEORI

SI-5143 Rekayasa Lalulintas

Metode pada dasarnya empiris dan oleh karenanya harus digunakan dengan hati-hati dan

dengan pertimbangan teknik lalu lintas yang matang apabila digunakan di luar rentang

variasi untuk variabel data empiris yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini

Tabel 2.2 Rentang variasi data empiris untuk variabel masukan

Sumber: MKJI (1997)

2.1.1 Kapasitas

Kapasitas total bagian jalinan adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar (Co) yaitu

kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) dan faktor penyesuaian (F), dengan

memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan sesungguhnya terhadap kapasitas.

Model kapasitas adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Variabel masukan untuk di gunakan dalam menentukan kapasitas adalah

sebagai berikut :

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-2

Page 3: BAB II DASAR TEORI

SI-5143 Rekayasa Lalulintas

Sumber: MKJI (1997)

2.1.2 Derajat kejenuhan

Derajat kejenuhan biagian jalinan, dihitung sebagai :

DS = Qsmp / C

Dimana :

DS = Derajat kejenuhan

Qsmp = Arus total (smp/jam) dihitung sebagai berikut Qsmp = Qkend x Fsmp

Fsmp = Faktor smp

C = Kapasitas (smp/jam)

2.1.3 Tundaan pada bagian jalinan bundaran

Terbagi karena 2 sebab :

1. Tundaan lalu lintas (DT) akibat interaksi lalu lintas dengan gerakan yang lain dalam

persimpangan

2. Tundaan geometrik (DG) akibat percepatan dan perlambatan lalu lintas

D = DT + DG

Dimana :

D = tundaan rata-rata bagian jalinan (det/smp)

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-3

Page 4: BAB II DASAR TEORI

SI-5143 Rekayasa Lalulintas

DT = tundaan lalu lintas rata-rata bagian jalinan (det/smp)

DG = tundaan geometrik rata-rata bagian jalinan (det/smp)

2.1.4 Peluang antrian pada bagian jalinan bundaran

Ditentukan berdasarkan kurva antrian empiris dengan derajat kejenuhan sebagai variabel

masukan.

QP% = Maks. dari QP% ; i = 1 ... n

Dimana :

QP% = peluang antri bagian jalinan i

n = jumlah bagian jalinan dalam bundaran

2.1.5 Kecepatan tempuh pada bagian jalinan tunggal

Kecepatan tempuh (km/jam) sepanjang bagian jalinan dihitung dengan rumus empiris

berikut :

V = Vo x 0.5 x (1+ (1-DS)0.5)

Dimana :

Vo = Kecepatan arus bebas (km/jam)

Vo = 43 x (1 - Pw/3)

DS = derajat kejenuhan

2.1.6 Waktu tempuh pada bagian jalinan tunggal

Waktu tempuh (TT) sepanjang bagian jalinan dihitung sebagai berikut

TT = Lw x 3.6/V

Dimana :

Lw = Panjang bagian jalinan (m)

V = Kecepatan tempuh (km/jam)

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-4

Page 5: BAB II DASAR TEORI

SI-5143 Rekayasa Lalulintas

Waktu tempuh dari metode ini dapat digabung dengan nilai tundaan dan waktu tempuh

dari metode untuk mendapatkan waktu tempuh sepanjang rute pada jaringan jalan.

2.1.7 Kecepatan rata-rata ruang

Kecepatan (S) adalah jarak yang dilalui sebuah kendaraan pada suatu unit waktu

atau laju perjalanan yang biasanya dinyatakan dalam kilometer per jam (km/jam).

Kecepatan tempuh sebagai ukuran utama kinerja segmen jalan merupakan

masukan yang penting untuk biaya pemakai jalan dalam analisa ekonomi.

Kecepatan tempuh didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata ruang yang

dirumuskan sebagai :

Keterangan :

V = kecepatan rata-rata ruang LV (km/jam)

L = panjang segmen (km)

TT = waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen (jam)

2.1.8

2.2 Tipe bundaran standar

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-5

Page 6: BAB II DASAR TEORI

SI-5143 Rekayasa Lalulintas

Sumber: MKJI (1997)

Tabel 2.4 Tipe bundaran

Sumber: MKJI (1997)

2.2.1 Pemilihan tipe bundaran

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-6

Page 7: BAB II DASAR TEORI

SI-5143 Rekayasa Lalulintas

a. Umum

Pada umumnya bundaran dengan pengaturan hak jalan (prioritas dari kiri) digunakan di

daerah perkotaan dan pedalaman bagi persimpangan antara jalan dengan arus lalu lintas

sedang. Pada arus lalu lintas yang tinggi dan kemacetan pada daerah keluar simpang,

bundaran tersebut mudah terhalang, yang mungkin menyebabkan kapasitas terganggu

pada semua arah.

b. Pertimbangan ekonomi

Geometri

Sumber: MKJI (1997)

Gambar 2.2 Bagian jalinan

Lebar jalinan (WX) adalah lebar jalur lalu lintas dari pendekat (diukur pada bagian

tersempit) yang digunakan oleh lalu lintas yang bergerak. Lebar masuk rata-rata (WE)

adalah lebar rata-rata pendekat ke bagian jalinan.

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-7

Page 8: BAB II DASAR TEORI

SI-5143 Rekayasa Lalulintas

WE = w 1+w 22

Jika W1 > W, W1 = W

W2 > W, W2 = W

Sumber: MKJI (1997)

Gambar 2.3 Faktor WW = 135WW1.3

Sumber: MKJI (1997)

Gambar 2.4 Faktor penyesuaian WE/WW

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-8

Page 9: BAB II DASAR TEORI

SI-5143 Rekayasa Lalulintas

Lingkungan

Ukuran kota

Faktor penyesuaian ukuran ditentukan dari tabel kelas ukuran kota berdasarkan

jumlah penduduk kota (juta jiwa).

Tabel 2.2 Kelas ukuran kota

>3.0 1.05

1.0-3.0 1

0.5-1.0 0.94

0.1-0.5 0.83

<0.1 0.82

Penduduk Kota (juta Jiwa)

Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (Fcs)

Sumber: MKJI (1997)

Tipe lingkungan jalan

Menurut MKJI 1997, lingkungan jalan diklasifikasikan dalam kelas menurut

guna tanah dan aksesibilitas jalan tersebut dari aktivitas sekitarnya.

Tabel 2.3 Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan

kendaraan tak bermotor

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-9

Page 10: BAB II DASAR TEORI

SI-5143 Rekayasa Lalulintas

Sumber: MKJI (1997)

Tabel berdasarkan anggapan bahwa pengaruh kendaraan tak bermotor terhadap

kapasitas adalah sama seperti kendaraan ringan yaitu empum = 1.0.

2.3 Perilaku lalulintas

Derajat kejenuhan

Derajat kejenuhan bagian jalinan, dihitung sebagai:

DS = QsmpC

…………………………………………………………………(II-23)

dimana:

Qsmp = Arus total (smp/jam)

dihitung sebagai berikut:

Qsmp = Qkend x Fsmp

Fsmp = faktor smp (Fsmp)

C = Kapasitas (smp/jam)

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-10

Page 11: BAB II DASAR TEORI

SI-5143 Rekayasa Lalulintas

Kecepatan tempuh – bagian jalinan tunggal

Kecepatan tempuh dihitung dalam dua langkah sebagai berikut :

Kecepatan arus bebas ditentukan dari persamaan berikut.

VO = 43 x (1-pw/3)…………………………………………………………(II-24)

dimana:

VO = kecepatan arus bebas (km/jam)

pw = rasio arus jalinan/arus total

Sumber: MKJI (1997)

Gambar 2.5 Faktor pw = 43 x (1-pw/3)

Kecepatan tempuh pada bagian jalinan tunggal

Kecepatan tempuh (km/jam) sepanjang bagian jalinan dihitung dengan rumus empiris

berikut:

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-11

Page 12: BAB II DASAR TEORI

SI-5143 Rekayasa Lalulintas

V = VO x 0,5 x (1+(1−DS)¿¿0,5)¿ …………………………………………(II-25)

Dimana:

V = kecepatan tempuh (km/jam)

Vo = kecepatan arus bebas (km/jam)

DS = derajat kejenuhan

Sumber: MKJI (1997)

Gambar 2.6 Faktor pw = (1-pw/3)0.5

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-12

Page 13: BAB II DASAR TEORI

SI-5143 Rekayasa Lalulintas

Sumber: MKJI (1997)

Gambar 2.7 Faktor DS = 0,5 (1+(1-DS)0,5)

Waktu tempuh

Waktu tempuh (TT) sepanjang bagian jalinan dihitung sebagai:

TT = Lw x 3,6V

……………………………………………………………(II-26)

dimana:

TT = waktu tempuh (detik)

Lw = panjang bagian jalinan (m)

V = kecepatan tempuh (km/jam)

LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-13