Upload
rizko-pradana-andika
View
361
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II STUDI PUSTAKA
Bagian jalinan merupakan suatu bagian antara dua gerakan lalulintas, yaitu yang menyatu
(converging) dan memencar (diverging).
2.1 Jenis jalinan
Bagian jalinan dibagi dua tipe utama yaitu bagian jalinan tunggal dan bagian jalinan
bundaran. Bundaran dianggap sebagai beberapa bagian jalinan tunggal yang berurutan.
Bagian jalinan yang dimaksud pada penelitian ini adalah bagian jalinan tunggal. Ukuran
kinerja pada bagian jalinan dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 2.1 Ukuran kinerja
Sumber: MKJI (1997)
Sumber: MKJI (1997)
Gambar 2.1 Tipe bagian jalinan
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-1
SI-5143 Rekayasa Lalulintas
Metode pada dasarnya empiris dan oleh karenanya harus digunakan dengan hati-hati dan
dengan pertimbangan teknik lalu lintas yang matang apabila digunakan di luar rentang
variasi untuk variabel data empiris yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini
Tabel 2.2 Rentang variasi data empiris untuk variabel masukan
Sumber: MKJI (1997)
2.1.1 Kapasitas
Kapasitas total bagian jalinan adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar (Co) yaitu
kapasitas pada kondisi tertentu (ideal) dan faktor penyesuaian (F), dengan
memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan sesungguhnya terhadap kapasitas.
Model kapasitas adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Variabel masukan untuk di gunakan dalam menentukan kapasitas adalah
sebagai berikut :
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-2
SI-5143 Rekayasa Lalulintas
Sumber: MKJI (1997)
2.1.2 Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan biagian jalinan, dihitung sebagai :
DS = Qsmp / C
Dimana :
DS = Derajat kejenuhan
Qsmp = Arus total (smp/jam) dihitung sebagai berikut Qsmp = Qkend x Fsmp
Fsmp = Faktor smp
C = Kapasitas (smp/jam)
2.1.3 Tundaan pada bagian jalinan bundaran
Terbagi karena 2 sebab :
1. Tundaan lalu lintas (DT) akibat interaksi lalu lintas dengan gerakan yang lain dalam
persimpangan
2. Tundaan geometrik (DG) akibat percepatan dan perlambatan lalu lintas
D = DT + DG
Dimana :
D = tundaan rata-rata bagian jalinan (det/smp)
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-3
SI-5143 Rekayasa Lalulintas
DT = tundaan lalu lintas rata-rata bagian jalinan (det/smp)
DG = tundaan geometrik rata-rata bagian jalinan (det/smp)
2.1.4 Peluang antrian pada bagian jalinan bundaran
Ditentukan berdasarkan kurva antrian empiris dengan derajat kejenuhan sebagai variabel
masukan.
QP% = Maks. dari QP% ; i = 1 ... n
Dimana :
QP% = peluang antri bagian jalinan i
n = jumlah bagian jalinan dalam bundaran
2.1.5 Kecepatan tempuh pada bagian jalinan tunggal
Kecepatan tempuh (km/jam) sepanjang bagian jalinan dihitung dengan rumus empiris
berikut :
V = Vo x 0.5 x (1+ (1-DS)0.5)
Dimana :
Vo = Kecepatan arus bebas (km/jam)
Vo = 43 x (1 - Pw/3)
DS = derajat kejenuhan
2.1.6 Waktu tempuh pada bagian jalinan tunggal
Waktu tempuh (TT) sepanjang bagian jalinan dihitung sebagai berikut
TT = Lw x 3.6/V
Dimana :
Lw = Panjang bagian jalinan (m)
V = Kecepatan tempuh (km/jam)
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-4
SI-5143 Rekayasa Lalulintas
Waktu tempuh dari metode ini dapat digabung dengan nilai tundaan dan waktu tempuh
dari metode untuk mendapatkan waktu tempuh sepanjang rute pada jaringan jalan.
2.1.7 Kecepatan rata-rata ruang
Kecepatan (S) adalah jarak yang dilalui sebuah kendaraan pada suatu unit waktu
atau laju perjalanan yang biasanya dinyatakan dalam kilometer per jam (km/jam).
Kecepatan tempuh sebagai ukuran utama kinerja segmen jalan merupakan
masukan yang penting untuk biaya pemakai jalan dalam analisa ekonomi.
Kecepatan tempuh didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata ruang yang
dirumuskan sebagai :
Keterangan :
V = kecepatan rata-rata ruang LV (km/jam)
L = panjang segmen (km)
TT = waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen (jam)
2.1.8
2.2 Tipe bundaran standar
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-5
SI-5143 Rekayasa Lalulintas
Sumber: MKJI (1997)
Tabel 2.4 Tipe bundaran
Sumber: MKJI (1997)
2.2.1 Pemilihan tipe bundaran
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-6
SI-5143 Rekayasa Lalulintas
a. Umum
Pada umumnya bundaran dengan pengaturan hak jalan (prioritas dari kiri) digunakan di
daerah perkotaan dan pedalaman bagi persimpangan antara jalan dengan arus lalu lintas
sedang. Pada arus lalu lintas yang tinggi dan kemacetan pada daerah keluar simpang,
bundaran tersebut mudah terhalang, yang mungkin menyebabkan kapasitas terganggu
pada semua arah.
b. Pertimbangan ekonomi
Geometri
Sumber: MKJI (1997)
Gambar 2.2 Bagian jalinan
Lebar jalinan (WX) adalah lebar jalur lalu lintas dari pendekat (diukur pada bagian
tersempit) yang digunakan oleh lalu lintas yang bergerak. Lebar masuk rata-rata (WE)
adalah lebar rata-rata pendekat ke bagian jalinan.
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-7
SI-5143 Rekayasa Lalulintas
WE = w 1+w 22
Jika W1 > W, W1 = W
W2 > W, W2 = W
Sumber: MKJI (1997)
Gambar 2.3 Faktor WW = 135WW1.3
Sumber: MKJI (1997)
Gambar 2.4 Faktor penyesuaian WE/WW
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-8
SI-5143 Rekayasa Lalulintas
Lingkungan
Ukuran kota
Faktor penyesuaian ukuran ditentukan dari tabel kelas ukuran kota berdasarkan
jumlah penduduk kota (juta jiwa).
Tabel 2.2 Kelas ukuran kota
>3.0 1.05
1.0-3.0 1
0.5-1.0 0.94
0.1-0.5 0.83
<0.1 0.82
Penduduk Kota (juta Jiwa)
Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (Fcs)
Sumber: MKJI (1997)
Tipe lingkungan jalan
Menurut MKJI 1997, lingkungan jalan diklasifikasikan dalam kelas menurut
guna tanah dan aksesibilitas jalan tersebut dari aktivitas sekitarnya.
Tabel 2.3 Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan
kendaraan tak bermotor
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-9
SI-5143 Rekayasa Lalulintas
Sumber: MKJI (1997)
Tabel berdasarkan anggapan bahwa pengaruh kendaraan tak bermotor terhadap
kapasitas adalah sama seperti kendaraan ringan yaitu empum = 1.0.
2.3 Perilaku lalulintas
Derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan bagian jalinan, dihitung sebagai:
DS = QsmpC
…………………………………………………………………(II-23)
dimana:
Qsmp = Arus total (smp/jam)
dihitung sebagai berikut:
Qsmp = Qkend x Fsmp
Fsmp = faktor smp (Fsmp)
C = Kapasitas (smp/jam)
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-10
SI-5143 Rekayasa Lalulintas
Kecepatan tempuh – bagian jalinan tunggal
Kecepatan tempuh dihitung dalam dua langkah sebagai berikut :
Kecepatan arus bebas ditentukan dari persamaan berikut.
VO = 43 x (1-pw/3)…………………………………………………………(II-24)
dimana:
VO = kecepatan arus bebas (km/jam)
pw = rasio arus jalinan/arus total
Sumber: MKJI (1997)
Gambar 2.5 Faktor pw = 43 x (1-pw/3)
Kecepatan tempuh pada bagian jalinan tunggal
Kecepatan tempuh (km/jam) sepanjang bagian jalinan dihitung dengan rumus empiris
berikut:
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-11
SI-5143 Rekayasa Lalulintas
V = VO x 0,5 x (1+(1−DS)¿¿0,5)¿ …………………………………………(II-25)
Dimana:
V = kecepatan tempuh (km/jam)
Vo = kecepatan arus bebas (km/jam)
DS = derajat kejenuhan
Sumber: MKJI (1997)
Gambar 2.6 Faktor pw = (1-pw/3)0.5
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-12
SI-5143 Rekayasa Lalulintas
Sumber: MKJI (1997)
Gambar 2.7 Faktor DS = 0,5 (1+(1-DS)0,5)
Waktu tempuh
Waktu tempuh (TT) sepanjang bagian jalinan dihitung sebagai:
TT = Lw x 3,6V
……………………………………………………………(II-26)
dimana:
TT = waktu tempuh (detik)
Lw = panjang bagian jalinan (m)
V = kecepatan tempuh (km/jam)
LAPORAN SURVEI WEAVING SECTION 2-13