26
MAKALAH HUKUM AGRARIA SUBYEK HAK MILIK ATAS TANAH DI INDONESIA Oleh : i

Bab I.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab I.docx

MAKALAHHUKUM AGRARIA

SUBYEK HAK MILIK ATAS TANAH DI INDONESIA

Oleh :

Kata Pengantari

Page 2: Bab I.docx

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .

Tidak lupa juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari

pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik

materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke

depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah

agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalama, saya yakin

masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya

sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca demi dapat membuat kesempurnaan pada makalah ini.

                                                                                    Manado, April

2016

                                                                                               Penyusun

i

Page 3: Bab I.docx

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan 1

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Dari Penulisan

2

Bab II Pembahasan 3

A. Definisi Dan Penjelasan Umum 3

B. Subyek Hak Milik Atas Tanah

7

Bab III Penutup 14

A. Kesimpulan 14

B. Saran 15

Daftar Pustaka 16

ii

Page 4: Bab I.docx

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan

manusia, dengan adanya tanah kita bisa mendapatkan tempat tinggal

dengan mendirikan rumah ditanah yang kita miliki, membangun

tempat penghasilan untuk menghidupi keluarga atau diri kita masing-

masing.

Pertahanan diIndonesia di atur dalam Undang-Undang No.5 Tahun

1960 tentang landasan Hukum Pokok Agraria yang mempunyai

landasan hukum yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945

yang ada dalam bab XIV tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 33 ayat

(3).

Pengertian bumi meliputi permukaan bumi (yang disebut dengan

tanah), tubuh bumi dibawahnya serta yang berada di bawah air (pasal

1 ayat 4). Dengan demikian tanah meliputi apa yang ada di daratan

dan apa yang ada di bawah laut.

Dasar hukum ketentuan hak-hak atas tanah diatur dalam Pasal 4

ayat (1) UUPA, yaitu Atas dasar hak mengusasai dari negara atas

tanah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya

macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang 

dapat diberikan  kepada  dan  dipunyai  oleh  orang-orang  baik  1

Page 5: Bab I.docx

sendiri  maupun  bersama-sama dengan orang lain serta badan-

badan hukum.

Dari penjelasan singkat di atas dapat di ambil beberapa masalah

dari penjelasan tersebut, tertulis di bawah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Siapa sajakah yang dapat mempunyai Hak Milik Atas Tanah di

Indonesia?

2. Apakah warga negara asing dapat memperoleh Hak Milik Atas

Tanah?

C. Tujuan Dari Penulisan

1. Untuk mengetahui siapa sajakah yang dapat memiliki Hak Milik

Atas Tanah di Indonesia.

2. Untuk mengetahui apakah seorang warga negara asing dapat

memperoleh Hak Milik Atas Tanah yang ada di Indonesia.

2

Page 6: Bab I.docx

Bab II

PEMBAHASAN

A.Definisi Dan Penjelasan Umum

Sebelum kita berbicara lebih lanjut mengenai hak atas tanah, apa

itu hak atas tanah? Secara umum hak atas tanah bisa dikatakan

adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang yang

mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat

atas tanah tersebut. UUPA mengatakan pengertian hak atas tanah

ditulis dalam pada pasal 33 ayat (1) UUD 1945, dikatakan bahwa

“bumi air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam  yang 

terkandung  didalamnya  itu  pada  tingkatan  tertinggi  dikuasai 

oleh  Negara”.

Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hak 

menguasai  dari  Negara  termaksud  dalam  UUPA (pasal 1 ayat 2)

memberi  wewenang kepada negara untuk :

Mengatur  dan  menyelenggarakan  peruntukan, 

penggunaan,  persediaan  dan memeliharaan bumi, air dan

ruang angkasa tersebut;

3

Page 7: Bab I.docx

Menentukan  dan  mengatur  hubungan-hubungan  hukum 

antara  orang-orang  dengan  bumi, air dan ruang angkasa;

Menentukan  dan  mengatur  hubungan-hubungan  hukum 

antara  orang-orang  dan perbuatan-perbuatan hukum yang

mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam

pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi,

yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dapat dipunyai

oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang

lain serta badan hukum (UUPA Pasal 4, Ayat 1). Pasal ini memberikan

wewewang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan

demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya,

sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan

dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-

undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) ialah:

1. Hak Milik

Hak milik dia tur dalam Pasal 20 – 27 Undang-undang Nomor 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Pengertian

hak milik menurut ketentuan Pasal 20 ayat (1) UUPA adalah hak yang

turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas

tanah dengan mengingat ketentuan Pasal 6 UUPA. Hak yang terkuat

dan terpenuh yang dimaksud dalam pengertian tersebut bukan

4

Page 8: Bab I.docx

berarti hak milik merupakan hak yang bersifat mutlak, tidak terbatas

dan tidak dapat diganggu gugat, sebagaimana dimaksud dalam hak

eigendom, melainkan untuk menunjukan bahwa di antara hak-hak

atas tanah, hak milik merupakan hak yang paling kuat dan penuh.

Hak milik dikatakan merupakan hak turun temurun karena hak

milik dapat diwariskan oleh pemegang hak kepada ahli warisnya. Hak

milik sebagai hak yang terkuat berarti hak tersebut tidak mudah

dihapus dan mudah dipertahankan terhadap gangguan dari pihak

lain. Terpenuh berarti hak milik memberikan wewenang yang paling

luas dibandingkan dengan hak-hak yang lain. Ini berarti hak milik

dapat menjadi induk dari hak-hak lainnya, misalnya pemegang hak

milik dapat menyewakannya kepada orang lain. Selama tidak dibatasi

oleh penguasa, maka wewenang dari seorang pemegang hak milik

tidak terbatas. Selain bersifat turun temurun, terkuat dan terpenuh,

hak milik juga dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

2. Hak Guna Usaha

Mengenai hak guna usaha diatur dalam Pasal 28 – 34 Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

(UUPA). Ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam UUPA kemudian

dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996

tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas

Tanah (selanjutnya disebut PP 40/1996). Menurut ketentuan Pasal 28

ayat (1) UUPA, hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan

5

Page 9: Bab I.docx

tanah yang dikuasai langsung oleh negara dalam jangka waktu

tertentu untuk usaha pertanian, perikanan atau peternakan.

3. Hak Guna Bangunan

Hak guna bangunan diatur dalam Pasal 35 – 40 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(selanjutnya disebut UUPA). Pengaturan lebih lanjut mengenai hak

guna bangunan tersebut kemudian diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah (selanjutnya disebut PP

40/1996). Pasal 35 ayat (1) UUPA menerangkan pengertian hak guna

bangunan sebagai hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-

bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri selama jangka

waktu tertentu.

4. Hak Pakai

Hak pakai diatur dalam Pasal 41 – 43 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(selanjutnya disebut UUPA). Hal-hal yang ditentukan di dalam UUPA

tersebut kemudian dirinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40

Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak

Pakai atas Tanah (selanjutnya disebut PP 40/1996). Pasal 41 ayat (1)

UUPA menentukan sebagai berikut:

6

Page 10: Bab I.docx

Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil

dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang

lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam

keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang

memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya yang

bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah,

segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-

ketentuan Undang-undang ini.

5. Hak Sewa Untuk Bangunan

Pengertian hak sewa untuk bangunan. Menurut Pasal 44 ayat (1)

UUPA, seorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas

tanah, apabila ia berhak mempergunakan tanah milik orang lain

untuk keprluan bangunan, dengan membayar kepada pemiliknya

sejumlah uang sebagai sewa.

Penjelasan-penjelasan yang sebelumnya merupakan penjelasan

umum mengenani permasalahan yang akan kita bahas di bagian

selanjutnya.

B.Subyek Hak Milik Atas Tanah

Pada dasarnya menurut Pasal 9 ayat (2) UUPA mengatakan “Tiap-

tiap warganegara Indonesia, baik laki-laki maupun wanita mempunyai

kesempatan yang sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah

serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya baik bagi diri sendiri

7

Page 11: Bab I.docx

maupun keluarganya”. Jadi itu bisa di katakan bahwa saetiap warga

negara bisa mempunyai hak atas tanah yang ada di Indonesia, serta

juga memanfaatkan hasil yang di dapati dari tanah tersebut. Dengan

dasar hukum Pasal 9 ayat (2) UUPA.

Dari penjelasan yang di atas kita telah mendapati bahwa salah

satu subyek dalam hak atas tanah adalah setiap warga negara

Indonesia. Ada juga badan hukum, badan hukum dapat memiliki hak

milik atas tanah jika badan hukum tersebut mempunyai syarat-syarat

yang telah di berikan oleh pemerintah. Dasar hukum hal tersebut

tertulis dalam Pasal 21 ayat (2) yang berbunyi “Oleh Pemerintah

ditetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik dan

syaratsyaratnya”.

Dalam pengertian konteks agraria, tanah berarti permukaan bumi

paling luar berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum

tanah di sini dalam hak penguasaan atas tanahdibagi menjadi dua

aspek, yaitu aspek yuridis dan aspek fisik. Penguasaan tanah secara

yuridis dilandasi oleh suatu hak yang dilindungi oleh hukum dan

umumnya memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk

menguasai tanah tersebut secara fisik. Meskipun demikian,

penguasaan fisik tidak selalu melekat pada pihak yang menguasai

secara yuridis. Disini tidak mengatur tanah dalam segala aspeknya,

melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya saja yaitu aspek

yuridisnya.

8

Page 12: Bab I.docx

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria (UUPA) memuat beberapa tingkatan atau jenjang

hak penguasaan atas tanah, yaitu:

Hak Bangsa Indonesia;

Hak Menguasai dari Negara;

Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat; danHak-hak

Perorangan/Individual.

Ada juga Hirarki hak-hak atas penguasaan atas tanah dalam

hukum tanah nasional adalah :

1.      Hak bangsa Indonesia atas tanah;

2.      Hak menguasai negara atas tanah;

3.      Hak ulayat masyarakat hukum adat;

4.      Hak-hak perseorangan.

Seperti yang telah tertulis di pasal-pasal yang di atas hanya warga

negara Indonesia dan beberapa badan hukum yang di ijinkan dengan

adanya syarat yang dapat memiliki hak atas tanah, tidak tertulis

bagaimana jika adanya keturunan dari negara asing yang memiliki

hak atas tanah. Walaupun pada Pasal 9 ayat (2) UUPA tersebut tidak

9

Page 13: Bab I.docx

membedakan mana warga negara yang memiliki kewarganegaraan

tunggal (memiliki satu kewarganegaraan, yaitu Indonesia) dan

kewarganegaraan rangkap (memiliki dua kewarganegaraan yang

satunya Indonesia dan yang satunya lagi kewarganegaraan asing),

pada Pasal 21 ayat (4) UUPA.

Pasal 21 ayat (4) UUPA berbunyi “Selama seseorang di samping

kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarganegaraan asing

maka ia tidak dapat mempunyai tanah dengan hak milik dan baginya

berlaku ketentuan dalam ayat 3 pasal ini”.

Di dalam Pasal 21 ayat (3) UUPA mengatakan “Orang asing yang

sesudah berlakunya Undang-undang ini memperoleh hak milik karena

pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan,

demikian pula warganegara Indonesia yang mempunyai hak milik dan

setelah berlakunya undang-undang ini kehilangan

kewarganegaraannya wajib melepaskan hak itu dalam jangka waktu

satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya

kewarganegaraan itu. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau hak

milik itu tidak dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena hukum

dan tanahnya jatuh pada negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak

pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung”. Yang intinya

mengatakan jika ingin memperoleh hak atas tanah dari suatu warisan

orang tersebut harus merelakan kewarganegaraan asingnya atau

10

Page 14: Bab I.docx

merelakan hak warisannya tersebut dan menjadi milik negara, dalam

waktu satu tahun dari saat orang tersebut memperolehnya.

Tidak adanya cara lain dari seorang berkewarganegaraan asing

untuk mempunyai hak milik atas tanah, karena telah tertulis dalam

Pasal 26 ayat (2) “Setiap jual-beli, penukaran, penghibahan,

pemberian dengan wasiat dan perbuatan-perbuatan lain yang

dimaksudkan untuk langsung atau tidak langsung memindahkan hak

milik kepada orang asing, kepada seorang warganegara yang

disamping kewarganegaraan Indonesia mempunyai kewarganegaraan

asing atau kepada suatu badan hukum, kecuali yang ditetapkan oleh

Pemerintah termaksud dalam pasal 21 ayat 2, adalah batal karena

hukum dan tanahnya jatuh kepada Negara, dengan ketentuan, bahwa

pihak-pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung serta semua

pembayaran yang telah diterima oleh pemilik tidak dapat dituntut

kembali”. Dengan bunyi dari pasal tersebut orang dengan

kewarganegaraan asing atau kewarganegaraan rangkap tidak di

perbolehkan untuk memiliki hak milik atas tanah.

Setelah pembahasan mengenai warga dengan kewarganegaraan

asing atau rangkap, perusahaan penanaman modal asing (PMA) juga

tidak bisa mempunyai hak milik atas tanah. Pada prinsipnya, hanya

warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik atas tanah

menurut Pasal 21 ayat (1) UUPA. Untuk PMA yang hendak

menggunakan nama perorangan berkewarganegaraan asing juga

11

Page 15: Bab I.docx

tidak dapat memperoleh hak milik atas tanah. Orang asing (yang

berkedudukan di Indonesia) hanya dapat mempunyai hak pakai, hak

sewa dan hak sewa, hak guna bangunan, dan hak guna usaha

menurut UUPA. Dalam bagian Penjelasan Umum UUPA, disebutkan

Dasar-Dasar Dari Hukum Agraria Nasional (poin 5) yaitu:

“Sesuai dengan azas kebangsaan tersebut dalam pasal 1 maka

menurut pasal 9 yo pasal 21 ayat 1 hanya warganegara Indonesia

saja yang dapat mempunyai hak milik atas tanah, Hak milik tidak

dapat dipunyai oleh orang asing dan pemindahan hak milik kepada

orang asing dilarang (pasal 26 ayat 2). Orang-orang asing dapat

mempunyai tanah dengan hak pakai yang luasnya terbatas. Demikian

juga pada dasarnya badan-badan hukum tidak dapat mempunyai hak

milik (pasal 21 ayat 2). Adapun pertimbangan untuk (pada dasarnya)

melarang badan-badan hukum mempunyai hak milik atas tanah, ialah

karena badan-badan hukum tidak perlu mempunyai hak milik tetapi

cukup hak-hak lainnya, asal saja ada jaminan-jaminan yang cukup

bagi keperluan-keperluannya yang khusus(hak guna-usaha, hak guna-

bangunan, hak pakai menurut pasal 28, 35 dan 41)”.

Walaupun begitu pemerintah memberikan kemudahan pelayanan

dan/atau perizinan bagi PMA sebagai badan hukum yang didirikan

berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia untuk

dapat memperoleh hak atas tanah ( Pasal 21 Undang-Undang tentang

Penanaman Modal).

12

Page 16: Bab I.docx

Lebih jauh, disebutkan dalam Pasal 22 ayat (1) UUPM bahwa

kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah tersebut

dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan dapat

diperbarui kembali atas permohonan penanam modal, berupa:

a.  Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan

puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang

di muka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat

diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun;

b.  Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan

puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di

muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat

diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; dan

c.   Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun

dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus

selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui selama

25 (dua puluh lima) tahun. Simak juga artikel Klinik Hukum

sebelumnya mengenai Hak Pakai.

Hak atas tanah sebagaimana disebutkan di halaman sebelumnya

dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus untuk kegiatan

penanaman modal, dengan persyaratan antara lain (Pasal 22 ayat (2)

UUPM):

13

Page 17: Bab I.docx

1. Penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan

terkait dengan perubahan struktur perekonomian Indonesia yang

lebih berdaya saing;

2. Penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman modal yang

memerlukan pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai

dengan jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan;

3. Penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas;

4. Penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah negara;

dan

5. Penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan

masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum.

Jadi, apabila pemegang saham dari PMA tersebut menginginkan

untuk memperoleh tanah dengan status hak milik atas nama orang

asing, hal itu tidak dimungkinkan oleh peraturan perundang-

undangan di Indonesia.

Bab III

14

Page 18: Bab I.docx

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seperti yang terlah tertulis dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA),

ayat (1) yang berbunyi “Hanya warganegara Indonesia dapat

mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang

angkasa, dalam batas-batas ketentuan pasal 1 dan 2”. Dari ayat (1)

tersebut dapat kita ketahui bahwa hanya warganegara Indonesia

yang dapat memiliki hubungan sepenuhnya atas tanah yang ada di

Indonesia.

Dalam ayat (2) dapat diketahui juga bahwa tiap-tiap warga

Indonesia mempunyai hak memperoleh hak atas tanah untuk

menggunakan dan memanfaatkan hasil yang ada sebaik-baik

mungkin untuk menghidupi kelaurga kita ataupun diri kita masing-

masing.

Selanjutnya, bagi warganegara asing atau yang

berkewarganegaraan rangkap dapat di ketahui dari pembahasan di

atas meskipun ada suatu Pasal yang mengatakan bahwa

warganegara asing atau yang berkewarganegaraan rangkap tersebut

dapat mempunyai hak milik atas tanah di Indonesia, tetapi mereka

harus mengorbankan warganegara asing tersebut karena telah

tertulis di UUPA Pasal 21 Ayat (3). Walaupun begitu tetap juga

15

Page 19: Bab I.docx

warganegara asing atau kewarganegaraan rangkap harus

mendapatkan suatu wasiat agar pasal tersebut dapat berlaku bagi

yang bersangkutan.

Kita juga telah mengetahui bagaimana badan hukum yang dapat

memiliki hak milik jika telah adanya syarat-syarat dari pemerintah,

dan bagi PMA tidak bisa mendapatkan hak milik tetapi diberi

keringanan dnegan adanya Pasal 21 dan Pasal 22 UUPM.

B. Saran

Dari pembahasan yang telah di lakukan, disarankan agar

pemerintah lebih menagaskan mana yang seharusnya dapat di miliki

oleh warganegara dan mana yang dapat dimiliki oleh pemerintah.

Begitu juga dengan mempertanggung jawab atas apa yang tertulis

agar hak atas tanah warganegara tidak bercampur dengan hak

pemerintah atau hak atas tanah orang lain.

16

Page 20: Bab I.docx

Daftar Pustaka

Sholihul, A. Undang-Undang Agraria Dan Pendaftaran Tanah. Rona

Publishing

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_atas_tanah

https://realmaczman.wordpress.com/2011/06/15/hak-atas-tanah-

menurut-uupa/

http://www.jurnalhukum.com/hak-milik/

http://www.jurnalhukum.com/hak-guna-usaha/

http://www.jurnalhukum.com/hak-guna-bangunan/

http://www.jurnalhukum.com/hak-pakai/

http://www.jurnalhukum.com/macam-macam-hak-penguasaan-atas-

tanah/

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl6035/pemilikan-tanah-

untuk-kegiatan-pma

http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/

UU25Tahun2007PenanamanModal.pdf

17