BAB I.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangOsteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain (misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas). Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalnya : fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

B. Rumusan Masalah1. Apakah pengertian dari osteomielitis?2. Bagaimana insidensi dari osteomielitis?3. Sebutkan dan jelaskan Anatomi dan Fisiologi tulang?4. Apa sajaetiologi dari osteomielitis?5. Apa saja klasifikasi dari osteomielitis?6. Bagaimana patofisiologidari osteomielitis?7. Apa saja manifestasi klinis dari osteomielitis?8. Apa saja komplikasidari osteomielitis?9. Apa saja pemeriksaan penunjang dari osteomielitis?10. Bagaimana penatalaksanaandari osteomielitis?11. Bagaimana cara pencegahan dari osteomielitis?12. Bagaimana asuhan keperawatan pada osteomielitis?

C. Tujuan1. Tujuan UmumSecara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan osteomielitis2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui pengertian dari osteomielitis.b. Untuk mengetahui insidensi dari osteomielitis.c. Untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi tulang.d. Untuk mengetahui etiologi dari osteomielitis.e. Untuk mengetahui klasifikasi dari osteomielitis.f. Untuk memahami patofisiologidari osteomielitis.g. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari osteomielitis.h. Untuk mengetahui komplikasidari osteomielitis.i. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari osteomielitis.j. Untuk mengetahui penatalaksanaandari osteomielitis.k. Untuk mengetahuicara pencegahan dari osteomielitis.l. Untuk mengetahuiasuhan keperawatan pada osteomielitis

BAB IIPEMBAHASAN

KONSEP DASAR PENYAKITA. Pengertian1. Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2001:257).2. Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik (Overdoff, 2002:571).3. Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium dan jamur juga dapat menyebabkan osteomyelitis jika mereka menginvasi tulang (Ros, 1997:90).4. Menurut Price (1995:1200). Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang. Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, staphylococcus aureus, atau streptococcus pyogenes (Tucker, 1998:429).Jadi pengertian osteomielitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik.Osteomielitis dapat timbul akut atau kronik.Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 1995:1200).

B. InsidensiOsteomielitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian seluruh usia bisa saja berisiko untuk terjadinya osteomielitis pada umumnya kasus ini banyak terjadi pada laki-laki dengan perbandingan 2:1.

C. Anatomi dan FisiologiPada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:1. PeriosteumPada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.2. Tulang Kompak (Compact Bone)Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.3. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula (L. singkatan dari trabs = sebuah balok) yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah untuk membentuk jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.4. Sumsum Tulang (Bone Marrow)Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.

D. EtiologiBisa disebabkan oleh :(Henderson, 1997)1. Bakteri:a. Staphylococcus aureussebanyak 90%b. Haemophylus influenzae(50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.c. Streptococcus hemolitikusd. Pseudomonas aurenginosae. Escherechia colif. Clastridium perfringeng. Neisseria gonorhoeaeh. Salmonella thyposa2. Virus3. Jamur4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C,2002).Aliran darah, penyebaran langsung, Infeksi dari jaringan lunak di dekatnyaOsteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:a. Aliran darahInfeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi).Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul.Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.b. Penyebaran langsungOrganisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.c. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnyaOsteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunakInfeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah(misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).Osteomielitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomielitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalanipembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomielitis.Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%). Organisme penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan pneumococcus (Overdoff, 2002:571).Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau memperparah proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengkorak.Faktur compound, prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering menyebabkan traumatik osteomielitis. Osteomielitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua karena factor penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001:273).

E. Klasifikasi OsteomielitisDari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:1. Osteomielitis Primer dan Osteomielitis Sekunder.Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.2. Osteomielitis Sekunder.Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:1. Osteomielitis akutYaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen) Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:a. Osteomielitis hematogenMerupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.b. Osteomielitis direkDisebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.2. Osteomielitis sub-akutYaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.3. Osteomielitis kronisYaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :1. Staphylococcus (orang dewasa)2. Streplococcus (anak-anak)3. Pneumococcus dan Gonococcus

F. PatofisiologiOsteomielitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus. Organisme penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan pneumococcus. Metafisis tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi di dekatnya atau secara langsung selama pembedahan. Reaksi inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis tulang.Pus mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau menyebabkan abses superiosteal.Suquestra tulang yang mati terbentuk.Pembentukan tulang baru dibawah perioteum yang terangkan diatas dan disekitar jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar (Overdoff, 2002:541, Rose, 1997:90).

G. Pathway (Terlampir)

H. Manifestasi KlinisManifestasi klinis osteomielitis berkembang secara progenesis penyakit, antara lain :1. Osteomielitis akut berkembang secara progresif atau cepat. Pada keadaan ini, mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakteri pada kulit dan saluran nafas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri konstan pada daerah infeksi atau nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan. Gejala umum timbul akibat bakteremia dan septikemia yang berupa panas tinggi, malaise, serta nafsu makan berkurang.Pada orang dewasa, lokasi infeksi biasanya pada daerah torako lumbal yang terjadi akibat torako sintesis atau prosedur urologis dan dapat ditemukan adanya riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan atau pengobatan dengan imunosupresif.Oleh karena itu, riwayat tentang hal tersebut perlu ditanyakan.2. Osteomielitis hematogen subakut.Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal, sedikit pembengkakan, dan dapat pula lansia menjadi pincang. Terdapat nyeri pada area sekitar sendiselama beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan. Suhu tubuh lansia biasanya normal.Pada pemerikasaan laboratorium, leukosit umumnya normal, tetapi laju endap darah meningkat.Pada foto rontgen, biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm terutama pada aderah metafisis dari tibia dan femur atau kadang- kadang pada daerah diafisis tulang panjang.

3. Osteomielitis kronisLansia sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka sinus setelah operasi, yang bersifat menahun.Kelainan kadang-kadang disertai demam dan nyeri local yang hilang timbul di daerah anggota gerak tertentu.Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya sinus, fistel, atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan.Mungkin dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit.Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pada lansia.

I. KomplikasiMenurut Arif muttaqin (2008) :1. Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang memadai, kematian akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan1. Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastasis ke tulang sendi lainnya,otak dan paru-paru, dapat bersifat multifokal, dan biasanya terjadi pada klien dengan gizi buruk1. Artitis supuratif. Dapat terjadi pada bayi karena lempng epifisis bayi belum berfungsi dengan baik1. Gangguan pertumbuhan. Osteomilitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi gangguan pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek.

J. Pemeriksaan penunjang (Brunner, suddarth. (2001)1. Pemeriksaan darahSel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcusPemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas3. Pemeriksaan fesesPemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella4. Pemeriksaan biopsy tulang merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.5. Pemeriksaan ultra sound yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi6. Pemeriksaan radiologisPemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.7. Pemeriksaan tambahan :a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertamab. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.K. PenatalaksanaanSasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis.Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

L. Pencegahan osteomielitis (Depkes RI, 1995).1. Berhenti merokok Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda, yang keduanya buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merokok, sangat disarankan Anda berhenti sesegera mungkin. 2. Diet sehat Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak di arteri Anda, dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi Anda, diet tinggi serat rendah lemak dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan sayuran (setidaknya lima porsi sehari) dan biji-bijian. Makan makanan yang sehat juga dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan Anda. 3. Mengelola berat badan Anda Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan berat badan dan kemudian mempertahankan berat badan yang sehat dengan menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol dan olahraga teratur. Setelah Anda telah mencapai berat badan yang sehat akan membantu menjaga tekanan darah Anda pada tingkat normal, yang akan membantu meningkatkan sirkulasi Anda. Anda dapat menggunakan Body Mass Index (BMI) kalkulator untuk memeriksa.4. Mengurangi alkohol Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang direkomendasikan,tiga sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah pint bir yang normal-kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh. Secara teratur melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan baik tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda buruk. Hubungi dokter Anda jika Anda menemukan kesulitan untuk moderat minum Anda. Layanan dan obat-obatan Konseling dapat membantu Anda mengurangi asupan alkohol Anda. 5. Olahraga teratur Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung dan sistem peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh lemah. Bagi kebanyakan orang, 150 menit dari moderat untuk olahraga berat seminggu dianjurkan. Namun, jika kesehatan Anda secara keseluruhan miskin, mungkin perlu bagi Anda untuk berolahraga menggunakan program khusus disesuaikan dengan kebutuhan Anda saat ini dan tingkat kebugaran. GP Anda akan dapat menyarankan Anda tentang tingkat yang paling cocok bagi anda berolah raga. Jika Anda merasa sulit untuk mencapai 150 menit latihan seminggu, mulai dari tingkat yang Anda merasa nyaman dengan. Sebagai contoh, Anda bisa melakukan lima sampai 10 menit latihan ringan sehari sebelum secara bertahap meningkatkan durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai kebugaran Anda mulai membaik.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian1. IdentitasNama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.2. Keluhan UtamaAlasan yang menyebabkan lansia masuk ke rumah sakit.Biasanya karena adanya gangguan pada sistem muskoloskletal.3. GenogramMengkaji silsilah keluarga yang berkaitan dengan penyakit osteomyelitis.4. Riwayat Kesehatan SekarangSejak kapan timbul keluhan, apakan ada riwayat trauma.Hal-hal yang menimbulkan gejala.Timbulnya gejala mendadak atau perlahan.Timbulnya untuk pertama kalinya atau berulang.Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya gangguan pada sistem lainnya. Kaji lansia untuk mengungkapkan alasan lansia memeriksakan diri atau mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama pasien dan gangguan muskuloskeletal meliputi :a) Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah, sendi, fasia atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk atau berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Inflamasi pada bursa atau tendon makin meningkat pada malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan obat tertentu. b) Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya kekakuan tersebut, dan apakah selalu terjadi kekakuan. Beberapa kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit degenarasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu dingin dan kurang aktivitas biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasme otot. c) Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri. Dengan istirahat dan meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips. Identifikasi apakah ada panas atau kemerahan karena tanda tersebut menunjukkan adanya inflamasi, infeksi atau cedera. d) Deformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan aktivits, apakah dengan posisi tetentu makin memburuk. Apakah lansia menggunakan alat bantu (kruk, tongkat, dll) e) Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri. Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya sensasi. 5. Riwayat Kesehatan KeluargaRiwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya (penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis, dll) 6. Riwayat Lingkungan HidupPengkajian terhadap lingkungan hidup lansia.Seperti lingkungan keluarga, tetangga, dan lain-lain.7. Riwayat RekreasiPengkajian terhadap seberapa seringnya lansia melakukan rekreasi.8. Sumber/Sistem PendukungPengkajian terhadap siapa saja sistem pendukung pada lansia, seperti pasangan, anak, teman, saudara, atau tetangga.9. Deskripsi Hari KhususPengkajian terhadap hari khusus yg di miliki oleh lansia.10. Riwayat Kesehatan dahulu Data ini meliputi kondisi kesehatan individu.Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan, riwayat artritis dan osteomielitis.11. Pemeriksaan Fisik (Tinjauan Sistem)Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (local) Keadaan umum meliputi : Tingkat kesadaran (apatis, sopor, gelisah, compos mentis yang bergantung pada keadaan klien). Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus osteomielitis biasanya akut) Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis dengan komplikasi septikemia. B1 (Breathing). Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi thorax, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi tidak didapatkan suara nafas tambahan. B2(Blood). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur. B3 (Brain) tingkat kesadaran biasanya, compos mentis. Kepala : tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada sakit kepala). Leher : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada). Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk Mata : tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi peradangan). Klien osteomielitis yang disertai adanya malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis. Telinga: tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan. Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung. Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat. Status mental : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya status mental tidak mengalami perubahan. Pemriksaan saraf cranial Saraf I. biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman. Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal. Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor. Saraf V. klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan reflex kornea tidak ada kelainan. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris. Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi. Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik Saraf XI tidak ada atrofi otot sternokleidomasteideus dan trapezius. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada vasikulasi. Indra pengecapan normal. Pemeriksaan reflek : Biasanya tidak terdapat reflex patologis. B4 (Bladder). Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada system. B5 (Bowel). Inspeksi abdomen : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi : turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi : suara timpani ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi : peristaltic usus normal (20x/menit). Inguinal-genitalia-anus : tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limpe, tidak ada kesulitan defekasi. Pola nutrisi dan metabolisme: klien osteomielitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang.maslah nyeri pada osteomielitis menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi : tidak ada gangguan pola eliminasi tetapi tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Pada pola berkemih, dikaji frekuensi kepekatan, warna, bau, dan jumlah urin. B6 (Bone). Adanya osteomielitis kronis, dengan proses supurasi ditulang dan osteomielitis yang menginfeksi sendi akan menggangu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas. Look. Pada osteomielitis hematogen akut akan ditemukan gangguan pergerakan sendi karena pembengkakan sendi dan gangguan bertambah berat bila terjadi spasme local. Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi (atritis septic) secara umum, klien osteomielitis kronis, menunjukkan adanya luka khas yang disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang berasal dari tulang yang mengalami infeksi dan proses supurasi. Manifestasi klinis osteomielitis akibat fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri, pembengkakan pada daerah fraktur, dan sekresi pus pada luka. Feel. Kaji adanya nyeri tekan. Move. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. Pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan atau keterbatasan gerak sendi pada osteomielitis akut. Pengkajian Tulang Belakang Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu :1) Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang) a) Bahu tidak sama tinggi b) Garis pinggang yang tidak simetris c) Skapula yang menonjolSkoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), kelainan kongenital, atau akibat kerusakan otot para-spinal, seperti poliomielitis.2) Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakti neuromuskular. 3) Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang berlebihan. Lordosis bisa ditemukan pada wanita hamil Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepas untuk melihat seluruh punggung, bokong dan tungkai.Pemeriksan kurvantura tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan berdiri di belakang pasien, perhatikan setiap perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Kesimetrisan bahu, pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa dalam posisi pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan. Pengkajian Sistem PersendianPengkajian system persendian dengan pemeriksaan luas gerak sendi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas dan adanya benjolan.Pemeriksaan sendi menggunakan alat goniometri, yaitu busur derajat yang dirancang khusus untuk evakuasi gerak sendi.1) Jika sendi diekstensikan maksimal namun masih ada sisa fleksi, luas gerakan ini diangap terbatas. Keterbatasan ini dapat disebabkan oleh deformitas skeletal, patologik sendi, kontraktur otot dan tendon sekitar.2) Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus diperiksa adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi), pembengkakan dan inflamasi. Tempat yang paling sering terjadi efusi adalah pada lutut. Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi mengenai integritas sendi. Suara gemeletukdapat menunjukkan adanya ligamen yang tergelncir di antara tonjolan tulang.Adanya krepitus karena permukaan sendi yang tidak rata ditemukan pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat benjolan yang khas ditemukan pada pasien :1) Artritits reumatoid, benjolan lunak di dalam dan sepanjang tendon. 2) Gout, benjolan keras di dalam dan di sebelah sendi 3) Osteoatritis, benjolan keras dan tidak nyeri merupakan pertumbuhan tulang baru akibat destruksi permukaan kartilago pada tulang dalam kapsul sendi, biasanya ditemukan pada lansia. Kadang-kadang ukuran sendi menonjol akibat artrofi otot di proksimal dan distal sendi sering terlihat pada artritis reumatoid sendi lutut. Pengkajian Sistem Otot Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan koordinasi otot, serta ukuran masing-masing otot.Kelemahan sekelompok otot menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati, gangguan elektrolit, miastenia grafis, poliomielitis dan distrofi otot.Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif, perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan meminta pasien menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan.Misalnya, otot bisep yang diuji dengan meminta klien meluruskan lengan sepenuhnya, kemudian fleksikan lengan melawan tahanan yang diberikan oleh perawat.Tonus otot (kontraksi ritmik otot) dapat dibangkitkan pada pergelangan kaki dengan dorso-fleksi kaki mendadak dan kuat, atau tangan dengan ekstensi pergelangan tangan.Lingkar ekstrimitas harus diukur untuk memantau pertambaan ukuran akibat edema atau perdarahan, penurunan ukuran akibat atrofi dan dibandingkan ekstrimitas yang sehat. Pengukuran otot dilakukan di lingkaran terbesar ekstrimitas, pada lokasi yang sama, pada posisi yang sama dan otot dalam keadaan istirahat.Gradasi Ukuran Kekuatan Otot

0 (zero) Tidak ada kontraksi saat palpasi, paralisis

1 (trace) Terasa adanya kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan

2 (poor) Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan gerakan sendi (range of motion, ROM) secara penuh

3 (fair) Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh dengan melawan gravitasi, tetapi tidak dapat melawan tahanan

4 (good) Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat melawan tahanan tingkat sedang

5 (normal)Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh dan dapat melawan gravitasi dan tahanan

Pola tidur dan istirahat. Semua klien osteomielitis merasakan nyeri sehingga dapat menganggu pola dan kebutuhan tidur. Pengkajian yang dilakukan adalah lama tidur, suasana, kebiasaan, dan kesulitan serta penggunaan obat tidur.

B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (abses tulang)2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tonus otot menurun, ketidakmampuan mengabsorbsi makanan.3. hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan.4. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sirkulasi udara kepermukaan kulit (tirah baring lama), tonjolan tulang.5. ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyalit (proses inflamasi kerusakan integritas jaringan)6. gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tulang, proses penyakit (deformitas dan bau pada luka)7. resiko infeksi berhubungan dengan port de entery kuman.C. Intervensi KeperawatanNoDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilIntervensi

1. Nyeri akut Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International association for the study of pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.Batasan karakteristik: Perubahan selera makan Perubahan tekanan darah Perubahan frekwensi jantung Perubahan frekwensi pernapasan Laporan isyarat Diaphoresis Perilaku distraksi (mis., berjalan mondar mandir -mencari orang lain dan atau aktivitas lain,aktivitas yang berulang) Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis) Masker wajah (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu focus meringis) Sikap melindungi area nyeri Focus menyempit (mis., gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) Indikasi nyeri yang dapatdiamati Perubahan posisi untuk menghindari nyeri Sikap tubuh melindungi Dilatasi pupil Melaporkan nyeri secara verbal Gangguan tidurFaktor yang berhubungan: Agen cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis).NOC Pain level, Pain control, Comfort levelKriteria Hasil: Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurangNIC1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitas2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan9. Kurang faktor presipitas nyeri10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal)11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 15. Tingkatkan istirahat16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeriAnalgesic Administrationa. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obatb. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensic. Cek riwayat alergid. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari Satue. Tentukan pilihan tergantung tipe dan beratnya nyerif. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimalg. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teraturh. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kalii. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebatj. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhDefinisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolicBatasan karakteristik: Kram abdomen Nyeri abdomen Menghindari makanan Berat badan 20 % atau lebih dibawah berat badab ideal Kerapuhan kapiler Diare Kehilangan rambut berlebihan Bising usus hiperaktif Kurang makan Kurang informasi Kurang minat pada makanan Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat Kesalahan konsepsi Kesalahan informasi Membrane mukosa pucat Ketidakmampuan memakan makanan Tonus otot menurun Mengeluh gangguan sensasi rasa Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance) Cepat kenyang setelah makan Sariawan rongga mulut Steatorea Kelemahan otot pengunyah Kelemahan otot untuk menelanFaktor- faktor yang berhubungan Faktor biologis Faktor ekonomi Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien Ketidakmampuan untuk mencerna makanan Ketidakmampuan menelan makanan Faktor psikologisNOC Nutritional Status: Nutritional Status: food and Fluid Intake Nutritional Status: nutrient Intake Weight controlKriteria Hasil: Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan Tidak terjadi penurunan berat badan yang berartiNICNutrition Management1. Kaji adanya alergi makanan2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C5. Berikan substansi gula6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi11. Kaji kemempuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkanNutrition Monitoring1. BB pasien dalam batas normal2. Monitor adanya penurunan berat badan3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan4. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan5. Monitor lingkungan selama makan 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi8. Monitor turgor kulit9. Monitor kekeringan, rambutkusam, dan mudah patah10. Monitor mual dan muntah11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan13. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva14. Monitor kalori dan intake nutrisi15. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral16. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

3. Hambatan Mobilitas fisikDefinisi : keterbatasan pada pergerakakn fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitan secara mandiri dan terarah.Batasan karakteristik: Penurunan waktu reaksi Kesulitan membolak balik posisi Melakukan aktifitas lain sebagai pengganti pergerakan ( misalna, meningkatkan perhatian pada aktifitas orang lain, mengendalikan prilaku, fokus pada ketunadaaan atau aktifitas sebelum sakit Dispneau setelah beraktifitas Perubahan cara berjalan Gerakakn bergetar Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus Keterbatasan melakukan keterampilan motorik kasar Keterbatasan rentang pergerakan sendi Tremor akibat pergerakan Ketidakstabilan postur Pergerakan lambat Pergerakan tidak terkoordinasi

Faktor yang berhubungan: Intoleransi aktivitas Perubahan metabolisme seluler Ansietas Indeks masa tubuh diatas perentil ke tujuhpuluh lima sesuai usia Gangguan kognitif Konstraktur Kepercaaan budaa tentang aktifitas sesuai usia Fisik tidak bugar Penurunan kesadaran tubuh Penurunan kendali otot Penurunan masa otot Mallnutrisi Gangguan musculuskletal Gangguan neoro muskular, neri Agens obat Penurunan kekuatan otot Kurang pengetahuan tetang aktifitas fisik Keadaaan mut depresif Keterlambatan perkembangan Ketidaknyamanan Bisuse, kaku sendi Kurang dukungan lingkungan( mis: fisik atau sosial) Keterbasan ketahanan kardiovaskuler Kerusakan integritas struktur tulang Program pembatasan gerak Keenggenan memulai pergerakkan Gaa hidup monoton Gangguan sensori perceptualNOC Joint movement: aktife Mobility level Save care: ADLs TransverperformanceKriteria hasil : Klien meningkat dalam aktivitas fisik Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah Memperagakan penggunaan alatBantu auntuk mobilisai( walk er)NICExercise therapy ambulation Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cidera Ajarkan klien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu memenuhi kebutuhan ADLs ps Berikan alat bantu jika klien memerlukan Ajarkan klien bagaimana mengubah posisi dan berikan bantuan jika di perlukan

4. Kerusakan integritas kulitDefinisi : perubahan gangguan epidermis dan/atau dermisBatasan karakteristik : Kerusakan lapisan kulit (dermis) Gangguan permukaan kulit (epidermis) Invasi struktur tubuhFactor yang berhubungan: Eksternal : Zat kimia,radiasi Usia yang ekstrime Kelembapan Hipertermia,hipotermia Factor mekanik, (mis, gaya gunting, [shearing forces]) Medikasi lembab Imobilitas fisik Internal: Perubahan status cairan Perubahan pigmentasi Perubahan turgor Factor perkembangan Kondisi ketidak seimbangan nutrisi (mis, obesitas, emasiasi) Penurunan imunologi Penurunan sirkulasi Kondisi gangguan metabolic Gangguan sensasi Tonjolan tulangNOC Tissue integrity: skin and mucous Membranes Hemodyalis aksesCriteria hasil: Integritas kulit yang baik bias di pertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi) Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi jaringan yang baik Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alamiNICPressure management Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar Hindari kerutan pada tempat tidur Jaga kebersiahan kulit agar tatap bersih dan kering Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali Monitor kulit akan adanya kemerahan Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan Monitor aktivitas dan mobilitas pasien Monitor status nutrisi pasien Memandikan pasien dengan sabun dan air hangatInsision site care Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan, klip atau straples Monitor proses kesembuhan area insisi Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, menggunakan lidi kapas steril Gunakan preparat anyiseptic, sesuai program Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai programDialysis acces maintenance

5. Ketidak efetktifan termoregulasiDefinisi : fruktuassi suhu diantara hipotermi dan hipertmi

Batasan karakteristik : Dasar kuku siasnostik Fruktuasi suhu tubuh diatas dan di bawah kisran normal Kulit kemerahan Hipertensi Peningkatan suhu tubuh diatas normal Peningkatan frekuesi pernapasan Sedikit mengigil, kejang Pucat sedang Piloereksi Penurunan suhu tubuh di bawah normal Kulit dingin, kulit hangat Pengisian kalpiler ang lambat TakikardiFaktor yang berhubungan : Usia yang ekstrim Fruktuasi suhu lingkungan Penyakit traumaNOC Hidration Adherence behavior Imune status Risk control Risk detection

Kriteria hasil : Keseimbangan antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas Seimbang antra produksi panas yang diterima dan kehilangan panas selama 28 hari pertama kehidupan Keseimbangan asam basa bayi baru lahir Temperature stabil 36,5- 37 oc Tidak ada kejang Tidak ada perubahan warna kulit Glukosa darah stabil Pengendalian resiko : hipertemian Pengendalian reesiko : hiportemia Pengendalian resiko: proses menular Pengendalian resiko : paparan sinar matahariNICTemperature regalition ( pengaturan suhu) Monitor suhu minimal tiap dua jam Rencanakan monitoring suhu secara cntinue Monitot TD, nadi, dan RR Monitor warna dan suhu kulit Monitor tanda- tanda hipotermi dan hipertermi Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh Ajarkan pasien cara mencegah keletihan akibat panas Diskusikan tentan pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan suhu negatif dari kedinginan Beri tahu tentang indikasi terjadina keletihan dan penanganan emergenc y ang di perlukan Ajarkan indikasi dari hiportermi dan penanganan yang diperlukan Berikan anti pirectik jika perlu.

6. Gangguan Citra tubuhDefinisi : konfusi dalam gambaran mental tentang diri fisik individuBatasan Karakteristik : Perilaku mengenali tubuh individu Perilaku menghindari tubuh individu Perilaku memantau tubuh individu Respon non verbal terhadapap perubahan aktual pada tubuh (mis; penampilan, struktur,fungsi,) Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan terhadap tubuh (mis; penampilan, fungsi,struktur) Mengungkapkan perasaaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu(mis; penampilan,fungdi,struktur) Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan individu dalam individuObjectif Perubahan aktual pada fungsi Perubahan aktual pada struktural Perilaku mengenal tubuh indifidu Perilaku memantau tubuh indifidu Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan spesial tubuh terhadap lingkungan Secara sengaja menembunikan bagian tubuh Secara sengaja menonjlkan bagian tubuh Kehilangan bagian tubuh Tidak menyentuh bagian tubuh Trauma pada bagian ang tidak berfungsi Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuhSubjectif Depersonalisasi kehilangan melalui kata ganti yang netral Depersonalisasi bagian melalui kata ganti ang netral Penekanan pada kekuatan yang tersisa Ketakutan terhadap reaksi orang lain Fokus pda penampilan masa lalu Perasaan negatif tentang sesuatu Personalisasi kehilangan dengan menyebutkanya Fokus pada perubahan, Fokus pada kehilangan Menolak memferifikasi perubahan aktual Mengungkapkan perubahan gaa hidupFaktor yang berhubungan ; Biofisik,kognitif Budaya, tahap perkembangan Penyakit, cedera Perseptual,pesikososial,spiriual Pembedahan,trauma Terapi penyakit

NOC Body image Self steemKriteri hasil : Body image positif Mampu mengidentifikasi kekuatan personal Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh Mempertahankan interaksi sosial

NICBody image enhacement Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya Monitor frekuensi menkritik dirinya Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit Dorong kliren mengungkapkan perasaaannya Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil.

7. Resiko infeksiDefinisi : mengalami peningkatan resiko terserang organism patogenikFactor-faktor resiko: Penyakit kronis-diabetes mellitus-obesitas Penegtahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjangan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjangan pathogen Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat Gangguan peristalsis Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasif) Perubahan sekresi Ph Penurunan kerja siliaris Pecah ketuban dini Pecah ketuban lama Merokok Stasis cairan tubuh Trauma jaringan (mis, trauma destruksi jaringan) Ketidak adekuatan pertahanan sekunder Penurunan hemoglobin Imunosupresi (mis, imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutikal termasuk imunosupresan, steroid, antibody monoclonal,imunomudulator) Supresi respon inflamasi Vaksinasi tidak adekuat Pemajanan terhadap pathogen Lingkungan meningkat Wabah Prosedur invasive MalnutrisiNOCImmune statusKnowledge : infeksion controlRisk controlCriteria hasil:Klien bebas dari tanda dan gejala infeksiMendeskripsikan proses penularan penyakit factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya, menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi jumlah leukositdalam batas normal menunjukan prilaku hidup sehatNICInfection control (kontrol infeksi) bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain pertahankan teknik isolasi batasi pengunjung bila perlu intruksikan pada pengunjung utuk mencuci tangan saat berkunjung meninggalkan pasien gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan gunakan baju, ssarung tangan sebagai alat pelindung pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat ganti letak IV perifer line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing tingkatkan intake nutrisi berikan terapi antibiotic bila perluinfection protection (proteksi terhadap infeksi) monitor hitung granulosit, WBC monitor kerentanan terhadap infeksi batasi pengunjung sering pengunjung terhadap penyakit menular pertahankan teknik aspesis pada pasien yang berisiko pertahankan teknik isolasi k/p berikan perawayan kulit pada area epidema inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas,drainase inspeksi kondisi luka/insisi bedah dorong masukan nutrisi yang cukup dorong masukan cairan dorong istirahat instruksikan pasien untuk minum antibiotic sesuai resep ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi ajarkan cara menghindari infeksi laporkan kecurigaan infeksi laporkan kultur positif

D. ImplementasiTindakan atau implementasi berdasarkan rencana atau intervensi keperawatan yang telah dibuat.E. EvaluasiEvaluasi dilakukan dengan memperhatikan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanOsteomielitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik.Osteomielitis dapat timbul akut atau kronik.Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 1995:1200).Berikut ini merupakan lapisan lapisan penyusun tulang, yaitu: Periosteum, Tulang Kompak (Compact Bone), Tulang Spongiosa (Spongy Bone), dan Sumsum Tulang (Bone Marrow).Etiologi osteomyelitis antara lain: (Henderson, 1997)Bakteri: (Staphylococcus aureussebanyak 90%, Haemophylus influenzae(50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun, Streptococcus hemolitikus, Pseudomonas aurenginosa, Escherechia coli,Clastridium perfringen, Neisseria gonorhoeae, Salmonella thyposa), virus, jamur, dan mikroorganisme lain serta dapat melalui aliran darah, penyebaran langsung, dan infeksi dari jaringan lunak didekatnya.Klasifikasi osteomielitis 1. Osteomielitis Primer dan Osteomielitis Sekunder.2. Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:a. Osteomielitis akut (Osteomielitis hematogen dan Osteomielitis direk)b. Osteomielitis sub-akutc. Osteomielitis kronis3. Osteomielitis menurut penyebabnya adalah osteomielitis biogenik yang paling sering :a. Staphylococcus (orang dewasa)b. Streplococcus (anak-anak)c. Pneumococcus dan GonococcusManifestasi klinis osteomielitis berkembang secara progenesis penyakit, antara lain :1. Osteomielitis akut berkembang secara progresif atau cepat. 2. Osteomielitis hematogen subakut.3. Osteomielitis kronisKomplikasi yang dapat terjadi antara lain: Menurut Arif muttaqin (2008) :Septikemia, Infeksi yang bersifat metastatik, Artitis supuratif, dan Gangguan pertumbuhan. Pemeriksaan penunjang(Brunner, suddarth. (2001)1. Pemeriksaan darah2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus3. Pemeriksaan feses4. Pemeriksaan biopsy tulang 5. Pemeriksaan ultra sound Pemeriksaan radiologis6. Pemeriksaan radiologis7. Pemeriksaan tambahan :a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertamab. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.Cara pencegahan Osteomielitis dapat dilakukan dengan cara :1. Berhenti merokok2. Diet sehat3. Mengelola berat badan4. Menghindari alkohol5. Olahraga terturPenerapan Asuhan Keperawatan Osteomielitis:Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan EvaluasiB. Saran Cukup sekian makalah dari kami,semoga dapat membantu pembaca untuk semakin mengetahui tentang penyakit Osteomielitis dan dapat menjaga pola hidup sehingga dapat terhindar dari penyakit Osteomielitis.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner,Suddarth,(2001). Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGC.Depkes RI, 1995. Pusat Data Kesehatan.Doenges, Marilyn E, dkk,. 2001. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGCHenderson, 1997. Effects of Air Quality Regulation on in Polluting Industries.Kamus Kedokteran Edisi 29. Alih bahasa : Andy Setiawan, et al. Jakarta : EGC.Nanda. 2015. Aplikasi asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: MediactionMuttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuluoskeletal. Jakarta: EGC.https://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis/

25