Upload
yanii-wynnzeaclaire
View
106
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Analisis termal dalam pengertian luas adalah pengukuran sifat kimia
fisika bahan sebagai fungsi suhu. Penetapan dengan metode ini dapat
memberikan informasi pada kesempurnaan kristal, polimorfisma, titik lebur,
sublimasi, transisi kaca, dedrasi, penguapan, pirolisis, interaksi padat-padat
dan kemurnian. Data semacam ini berguna untuk karakterisasi senyawa yang
memandang kesesuaian, stabilitas, kemasan dan pengawasan kualitas.
Pengukuran dalam analisis termal meliputi suhu transisi, termogravimetri
dan analisis cemaran.
Teknik-teknik yang mencakup dalam metode analisis termal adalah :
(Analisis termogravimetri atau Termograimetric Analysis = TGA), yang
didasari pada perubahan berat akibat pemanasan. Analisis diferensial termal
(Diferential Thermal Analysis = DTA), di dasari pada perubahan kandungan
panas akibat perubahan temperatur dan titrasi termometrik. Dan analisis
termal DSC (Differential Scanning Calorimetry) yang akan di bahas pada
makalah ini.
Analisis termal DSC digunakan untuk mengetahui fase- fase transisi
pada polimer. Analisis ini menggunakan dua wadah sampel dan pembanding
yang identik dan umumnya terbuat dari alumunium (Martianingsih dan
Lukman, 2010).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Differential Scanning Calorimeter (DSC) ?
2. Bagaimana prinsip dasar Differential Scanning Calorimeter (DSC) ?
3. Apa saja tipe dasar Differential Scanning Calorimeter (DSC) ?
4. Bagaimana contoh analisis termal dengan metode Differential Scanning
Calorimeter (DSC) ?
1 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi Differential Scanning Calorimeter (DSC).
2. Mengetahui prinsip dasar Differential Scanning Calorimeter (DSC).
3. Mengetahui tipe dasar Differential Scanning Calorimeter (DSC).
4. Mengetahui contoh metode Differential Scanning Calorimeter (DSC).
2 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Differential Scanning Calorimeter (DSC)
Differential Scanning Calorimeter (DSC) merupakan salah satu alat
dari Thermal Analyzer yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas
panas dan entalpi dari suatu bahan. Differential Scanning Calorimetry
(DSC) adalah teknik analisa yang mengukur perbedaan kalor yang masuk ke
dalam sampel dan pembanding sebagai fungsi temperatur (Ginting et al.,
2005).
Differential Scanning Calorimetry (DSC) secara luas digunakan
untuk mengkarakterisasi sifat thermophysical polimer. DSC dapat mengukur
sifat termoplastik penting termasuk titik leleh, kalor peleburan, persen
kristalinitas dan suhu transisi gelas.
Kalorimetri pemindaian atau DSC Diferensial adalah teknik thermo
analytical di mana perbedaan dalam jumlah panas yang di butuhkan untuk
meningkatkan suhu dari sampel dan acuan yang diukur sebagai fungsi
temperatur. Baik sampel dan acuan yang sangat dipertahankan pada suhu
yang sama pada hampir seluruh percobaan. Secara umum, program suhu
untuk analisis DSC dirancang seperti bahwa peningkatan suhu pemegang
sampel linear sebagai fungsi waktu. Sampel referensi harus memiliki
kapasitas panas yang jelas atas kisaran temperatur akan dipindai.
3 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
2.2. Prinsip Dasar Differential Scanning Calorimeter (DSC)
Prinsip dasar yang mendasari teknik Differential Scanning
Calorimeter (DSC) adalah, bila sampel mengalami transformasi fisik seperti
transisi fase, lebih (atau kurang) panas harus mengalir kereferensi untuk
mempertahankan keduanya pada temperatur yang sama. Lebih atau kurang
panas yang harus mengalir ke sampel tergantung pada apakah proses ini
eksotermik atau endotermik. Misalnya, sebagai sampel padat meleleh, cairan
itu akan memerlukan lebih banyak panas mengalir ke sampel untuk
meningkatkan suhu pada tingkat yang sama sebagai acuan. Hal ini
disebabkan penyerapan panas oleh sampelkarena mengalami transisi fase
endotermik dari padat menjadi cair. Demikian juga sampel ini mengalami
proses eksotermik (seperti kristalisasi), panas yang lebih sedikit diperlukan
untuk menaikkan suhu sampel. Dengan mengamati perbedaan aliran panas
antara sampel dan referensi, diferensial scanning kalorimeter mampu
mengukur jumlah panas yang diserap atau dilepaskan selama transisi
tersebut.
DSC juga dapat digunakan untuk mengamati perubahan fasa lebih
halus, seperti transisi kaca. DSC banyak digunakan dalam pengaturan
industri sebagai instrumen pengendalian kualitas karena penerapannya
dalam mengevaluasi kemurnian sampel dan untuk mempelajari pengobatan
polimer. Hasil percobaan DSC adalah pemanasan atau pendinginan kurva.
Polimer sering dianggap sebagai material yang tidak mampu memberikan
performa yang baik pada termperatur tinggi. Namun, pada kenyataannya,
terdapat beberapa polimer yang cocok untuk penggunaan padatemperatur
tinggi, bahkan lebih baik daripada tradisional materials.
Menurut Nurjannah (2008), prinsip kerja analisis termal DSC
didasarkan pada perbedaan suhu antara sampel dan suatu pembanding yang
diukur ketika sampel dan pembanding dipanaskan dengan pemanasan yang
beragam. Perbedaan suhu antara sampel dan zat pembanding yang lambam
(inert) akan teramati apabila terjadi perubahan dalam sampel yang
4 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
melibatkan panas seperti reaksi kimia, perubahan fase atau perubahan
struktur. Jika ΔH (-) maka suhu sampel akan lebih rendah daripada suhu
pembanding, sedangkan jika ΔH (+) maka suhu sampel akan lebih
besar daripada suhu zat pembanding. Perubahan kalor setara dengan
perubahan entalpi pada tekanan konstan. Persamaannya :
Aliran panas antara sampel dan zat pembanding memiliki persamaan
Data yang diperoleh dari analisis DSC dapat digunakan untuk
mempelajari kalor reaksi, kinetika, kapasitas kalor, transisi fase, kestabilan
termal, kemurnian, komposisi sampel, titik kritis, dan diagram fase.
Termogram hasil analisis DSC dari suatu bahan polimer akan memberikan
informasi titik transisi kaca (Tg), yaitu suhu pada saat polimer berubah dari
bersifat kaca menjadi seperti karet, titik kristalisasi (Tc), yaitu pada saat
polimer berbentuk kristal, titik leleh (Tm), yaitu saat polimer berwujud
cairan, dan titik dekomposisi (d), yaitu saat polimer mulai rusak
5 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
Gambar 1. memperlihatkan contoh termogram hasil analisis DSC
(Nurjannah, 2008)
Gambar 2. Skema sebuah DSC. Segitiga adalah Penguat yang menentukan
perbedaan dalam dua sinyal masukan. Kekuatan pemanas sampel disesuaikan
untuk menjaga sampel dan referensi pada suhu yang sama selama pemindaian.
6 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
2.3. Tipe Dasar Sistem Differential Scanning Calorimeter (DSC)
Pada umumnya terdapat 2 tipe dasar sistem DSC yang biasa
digunakan yaitu :
1. Heat - flux DSC
Pada Heat - Flux DSC, sampel dan pembanding dihubungkan
dengan suatu lempengan logam. Sampel dan pembanding tersebut
ditempatkan dalam satu tungku pembakaran. Perubahan entalpi atau
kapasitas panas dari sampel menimbulkan perbedaan temperatur sampel
terhadap pembanding, laju panas yang dihasilkan nilainya lebih kecil
dibandingkan dengan Differential Thermal Analysis (DTA). Hal ini
dikarenakan sampel dan pembanding dalam hubungan termal yang baik.
Perbedaan temperatur dicatat dan dihubungkan dengan perubahan
entalpi dari sampel menggunakan percobaan kalibrasi.
Sistem Heat – Flux DSC merupakan sedikit modifikasi dari
DTA, hanya berbeda pada wadah untuk sampel dan pembanding
dihubungkan dengan lajur laju panas yang baik. Sampel dan pembanding
ditempatkan didalam tungku pembakaran yang sama.perbedaan energi
yang diperlukan untuk mempertahankannya pada suhu yang mendekati
sama dipenuhi dengan perubahan panas dari sampel. Adanya energi yan
berlebih disalurkan antara sampel dan pembanding melalui penghubung
lempengan ogam, merupakan suatu hal yang tidak dimiliki oleh DTA.
Rangkaian utama sel DSC ditempatkan pada pemanas silinder
yang menghamburkan panas ke sampel dan pembanding melalui
lempengan yang dihubungkan pada balok perak. Lempengan memiliki
dua plat yang ditempatkan diatas wadah sampel dan pembanding.
7 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
Sistem ini memiliki 3 tipe yaitu :
a. The Disk Type Measuring System
b. The Tuvret Measuring System
c. The Cylinder – Type Measuring System
2. Power compensation DSC
8 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
Pada Power - Compensation DSC, suhu sampel dan pembanding
diatur secara manual dengan menggunakan tungku pembakaran yang
sama dan terpisah.Suhu sampel dan pembanding dibuat sama dengan
mengubah daya masukan darikedua tungku pembakaran. Energi yang
dibutuhkan untuk melakukan hal tersebut merupakan ukuran dari
perubahan entalpi atau perubahan panas dari sampel
terhadap pembanding.
2.4. Contoh Analisis Metode Differential Scanning Calorimeter (DSC)
Salah contoh analisis polimer menggunakan metode DSC yaitu
penentuan ketahanan suhu dari polimer pektin yang telah dimodifikasi untuk
tujuan pemanfaatannya sebagai membran. Dimana Sampel ditimbang
sebanyak 5 - 20 mg. Untuk sampel serbuk, sampel langsung digerus halus,
dan diletakkan di dalam pan, sedangkan untuk sampel rubbery, sampel
diletakkan pada plat kaca dan dikeringkan, kemudian film yang dihasilkan
di potong seukuran pan (diameter film sekitar 3 - 4mm). Sampel dalam pan
di-crimping dengan tutup stainless steel menggunakan alat crimp. Alat DSC
dihidupkan dengan mengalirkan gas nitrogen dan diatur temperatur 2 ºC per
menit. Untuk kalibrasi temperatur dan panas DSC, pada alat diletakkan
blanko berupa pan kosong dan sampel berisi zat pengkalibrasi yaitu indium
dan/atau seng. Setelah kalibrasi selesai, sampel indium dan/atau seng
diganti dengan sampel polimer yang akan diukur, dan pan blanko tetap
9 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
pada posisi semula selama pengukuran. Untuk sampel serbuk yang rapuh
(Tg tinggi), alat diatur 50 ºC di bawah Tg. Untuk sampel rubbery (Tg
rendah), digunakan nitrogen cair untuk temperatur sangat rendah.
Berdasarkan perbandingan puncak t e rmogram hasil analisis
DSC dari pektin murni (Gambar 12) dengan pektin adipat (Gambar
13) terlihat ada perbedaan yang cukup nyata.Termogram DSC pektin
memperlihatkan adanya puncak pada 73° C dan 153° C. Suhu
73°C mengindikasikan adanya pengotor (air). Suhu 153°C
menunjukkan kemungkinan titik leleh (Tm) dari pektin. Termogram ini
juga menunjukkan bahwa pada kisaran suhu 0±200°C pektin berada
10 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
dalam fase yang heterogen. Pada kisaran 0-153°C pektin berwujud
padat s edangkan pada suhu di ata s 153° C pektin telah be rwu jud
cair. Termogram DSC pada pek tin adipat memperlihatkan kurva yang
homogen. Artinya, pada kisaran suhu 0-200°C pektin adipat berwujud
pada t . Tidak terlihatnya Tm mengindikasikan bahwa senyawa ini
kemungkinan memiliki titik leleh yang lebih tinggi dari 200° C sehingga
tidak terlihat dalam termogram pada Gambar 13.Perbedaan yang
cukup nyata ini membuktikan bahwa pektin telah dapat dimodifikasi
dengan asam adipat menghasilkan suatu polimer lain dengan Tm yang
lebih tinggi (Nurjannah, 2008).
11 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas, amaka dapat disimpulkan yaitu sebagai
berikut :
1. Differential Scanning Calorimeter (DSC) merupakan salah satu alat
dari Thermal Analyzer yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas
panas dan entalpi dari suatu bahan. Differential Scanning Calorimetry (DSC)
adalah teknik analisa yang mengukur perbedaan kalor yang masuk ke dalam
sampel dan pembanding sebagai fungsi temperatur.
2. Prinsip dasar yang mendasari teknik Differential Scanning Calorimeter (DSC)
adalah, bila sampel mengalami transformasi fisik seperti transisi fase, lebih
(atau kurang) panas harus mengalir kereferensi untuk mempertahankan
keduanya pada temperatur yang sama. Lebih atau kurang panas yang harus
mengalir ke sampel tergantung pada apakah proses ini eksotermik atau
endotermik.
3. Pada umumnya terdapat 2 tipe dasar sistem DSC yang biasa digunakan yaitu :
a. Heat - flux DSC
Pada Heat - Flux DSC, sampel dan pembanding dihubungkan dengan
suatu lempengan logam. Sampel dan pembanding tersebut ditempatkan
dalam satu tungku pembakaran. Perubahan entalpi atau kapasitas panas
dari sampel menimbulkan perbedaan temperatur sampel terhadap
pembanding. System ini memiliki 3 tipe yaitu The Disk Type Measuring
System, The Tuvret Measuring System dan The Cylinder – Type Measuring
System.
b. Power compensation DSC
Pada Power - Compensation DSC, suhu sampel dan pembanding
diatur secara manual dengan menggunakan tungku pembakaran yang sama
12 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
dan terpisah.Suhu sampel dan pembanding dibuat sama dengan mengubah
daya masukan darikedua tungku pembakaran. Energi yang dibutuhkan
untuk melakukan hal tersebut merupakan ukuran dari perubahan entalpi
atau perubahan panas dari sampel terhadap pembanding.
4. Salah contoh analisis polimer menggunakan metode DSC yaitu penentuan
ketahanan suhu dari polimer pektin yang telah dimodifikasi untuk
tujuan pemanfaatannya sebagai membran.
13 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)
DAFTAR PUSTAKA
Budianto, E., Noverra M. dan Tresye U., 2008. Pengaruh Teknik Polimerisasi
Emulsi Terhadap Ukuran Partikel Kopoli (Stirena/Butil Akrilat/Metil
Metakrilat). Makara Sains Volume 12.
Ginting, A. Br., Sutri I., dan Jan S., 2005. Penentuan Parameter Uji Dan
Ketidakpastian Pengukuran Kapasitas Panas Pada Differential
Scanning Calorimeter. J. Tek . Bhn. Nukl. Vol.1.
Klancnik ,G., Jozef M., Primoz Mrvar, 2009. Differential Thermal Analysis
(Dta)And Differential Scanning Calorimetry (Dsc) As A Method Of Material
Inestigation. RMZ-Materials and Geoenvironment, Vol. 57, No. 1, pp.
Martianingsih, N. dan Lukman A., 2010. Analisis Sifat Kimia, Fisik, Dan Termal
Gelatin Dari Ekstraksi Kulit Ikan Pari (Himantura gerrardi) Melalui
VariasiJenis Larutan Asam. Prosiding Skripsi Semester Gasal 2009/2010.
Jurusan Kimia FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya .
Nurjannah, St., 2008. Modifikasi Pektin Untuk Aplikasi Membran Dengan
AsamDikarboksilat Sebagai Agen Penaut Silang. Skripsi Departemen
KimiaFMIPA IPB. Bogor.
14 | Differential Scanning Calorimeter (DSC)