BAB I.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Telinga merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh yang berfungsi sebagai alat pengatur keseimbangan. Telinga terbagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam.Telinga luar berfungsi menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga dalam. Labirin merupakan bagian dari telinga dalam yang berisi saraf telinga dan organ-organ kecil yang membantu dalam fungsi pendengaran dan keseimbangan.1,2,3,4,5

Labirinitis adalah infeksi dari telinga dalam atau labirin. Klinisnya kondisi ini bisa menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran yang bisa terjadi baik pada satu telinga atau keduanya. Bakteri dan virus bisa menyebabkan infeksi akut pada labirin.1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11

Gejala labirinitis karena bakteri berupa vertigo berat yang timbul secara mendadak. Gejala pengiringnya berupa mual, muntah tuli konduktif atau preseptif dan tuli yang berat. Pada dasarnya labirinitis dikenal dua macam yaitu labirinitis umum (general/difus) dan labirinitis yang terbatas (local/sirkumkripta). Namun klasifikasi yang praktis berdasarkan klinis dan patologiknya adalah labirinitis sirkumkripta, labirinitis difus serosa, labirinitis difus supuratif (stadium akut dan kronik).3,6,8,9,10,11,12,13,14,15

BAB IIANATOMI DAN FISIOLOGI

Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah atau cavum tympani, dan telinga dalam atau labyrinth. Telinga dalam berisi organ pendengaran dan keseimbangan.1,2,3,4,5,6

Gambar 1 : Anatomi pembagian telinga luar,tengah, dan dalam telinga kanan4

Gambar 2. Bagian-bagian telinga luar, tengah,dan dalam telinga kanan, dilihat dari depan6

1. Telinga LuarTelinga luar terdiri dari daun telinga (auricular) dan liang telinga sampai membran timpani. 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 21/2-3 cm. 1,2,3,4,5, 8,9,10,11

Gambar 3. Bagian-bagian auricula telinga luar3Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.1,2,3,4,5,6,7,8,92. Telinga TengahTelinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis yang dilapisi oleh membrana mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membran tympani ke perilympha telinga dalam. Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, prosesus mastoideus, tuba eustacius. 1,2,3,4,5,7,8,9,10,11a. Membran TimpaniMembran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini panjang vertikal rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm. 1,2,3,4,5,6,9Letak membran timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membran timpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol kearah kavum timpani, puncak ini dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah tampak reflek cahaya (cone of light). Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu 1,2,3,4,5,6,7,81. Stratum korneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.3. Stratum fibrosum (lapisan propia) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum.Lamina propia yang terdiri dari dua lapisan anyaman penyambung elastik yaitu bagian dalam sirkuler dan bagian luar radier. 1,2,3,4,5,7,9,10,11Secara anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian: 1. Pars tensa merupakan bagian terbesar dari membran timpani suatu permukaan yang tegang dan bergetar sekeliling menebal dan melekat pada annulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.2. Pada flasida atau membrane Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu plika maleolaris anterior (lipatan muka) dan plika maleolaris posterior (lipatan belakang).Membran timpani dibagi dalam empat kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.1,2,3,4,5 Gambar 4. Membran tympani1

Gambar 5. Membran tympani4Kavum TimpaniKavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya bikonkaf atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertical 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm.1,2,3,4,5Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu :1,2,3,4,51. Atap kavum timpan2. Lantai kavum timpani3. Dinding medial4. Dinding posterior5. Dinding anterior6. Dinding lateral

Gambar 6. Diagram cavum tympani4

Dinding lateral kavum timpani adalah bagian tulang dan membran. Bagian tulang berada diatas dan dibawah membran timpani.Tulang-tulang pendengaran terdiri dari : 1,2,3,4,5 MalleusMalleus adalah tulang yang paling besar diantara semua tulang-tulang pendengaran dan terletak paling lateral, leher, prosesus brevis (lateral), prosesus anterior, lengan (manubrium). Panjang kira-kira 7,5 sampai 9,0 mm. InkusInkus terdiri dari badan inkus (corpus) dan 2 kaki yaitu : prosesus brevis dan prosesus longus. Inkus terletak pada epitimpanum, dimana prosesus brevis menuju antrum, prosesus longus jalannya sejajar dengan manubrium dan menuju ke bawah. StapesMerupakan tulang pendengaran yang teringan, bentuknya seperti sanggurdi beratnya hanya 2,5 mg, tingginya 4 mm 4,5 mm. stapes terdiri dari kepala, leher, krura anterior dan posterior dan telapak kaki (foot plate), yang melekat pada foramen ovale dengan perantara ligamentum anulare.

Gambar 7. Tulang-tulang pendengaran1,3Tuba EustachiusTuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani, bentuknya seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13 mm dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5mm.1,2,3,4,5 Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu:1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian)

Gambar 8. Tuba eustachius4

Prosesus MastoideaProsesus mastoideus muali berkembang tahun kedua kehidupan. Cellulae mastoideae adalah suatu rongga yang saling berhubungan didalam processus mastoideus, yang di atas berhubungan dengan antrum dan cavum tympani. Rongga-rongga ini dilapisi oleh membrana mucosa.1,2

3. Telinga DalamTelinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkuaris. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.1,2,3,4,5

Gambar 9. Telinga Dalam4Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.Hal ini penting untuk pendengaran. 1,2,3,4,5Dasar skala vestibule disebut sebagai membran vestibule (Reisner membran) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis.Pada membran ini terletak organ corti. 1,2,3,4,5

Gambar 10. Telinga dalam1

Gambar 11. Organ Corti6

FISIOLOGI Fisiologi PendengaranGetaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam skala vestibule. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimf dan membran basal kearah bawah, perilimf dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (foramen rotundum) terdorong ke arah luar.5,6,7,9Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong membran basal, sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf pada skala timpani.Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membrane basal ujung sel rambut menjadi lurus.Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VII, yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran diotak (area 39-40) melalui saraf pusat yang ada dilobus temporalis.5,6,7,9

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 DEFINISILabirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin). Keadaan ini dapat ditemukan sebagai bagian dari suatu proses sistemik atau merupakan suatu proses tunggal pada labirin saja.3,6,7,8,12

Labirinitis bakteri sering disebabkan oleh komplikasi intra temporal dari radang telinga tengah. Penderita otitis media kronik yang kemudian tiba-tiba vertigo, muntah dan hilangnya pendengaran harus waspada terhadap timbulnya labirinitis supuratif. 3,6,7,8,9,10,11,12,14,15

3.2 EPIDEMIOLOGILabirinitis lebih sering terjadi setelah infeksi telinga tengah, meningitis, atau infeksi saluran pernapasan atas. Hal ini dianggap lebih umum pada wanita dari pada laki-laki. Labirinitis biasanya terkena pada usia 30-60 tahun dan jarang ditemukan pada anak-anak.14

3.3 ETIOLOGIInfeksi labirin disebabkan oleh bakteri atau virus yang merupakan hasil penjalaran langsung infeksi ditelinga tengah pada otitis media akut atau kronik. Labirinitis juga dapat terjadi dari sekunder dari meningitis atau abses subdura.15,16 Bakteri dan virus yang sering mengenai Pada labirinitis akut (serous) mikroorganisme penyebab S. Pneumoni Streptokokus dan Hemofilus influenza. Pada labirinitis kronik mikroorganisme penyebab biasanya disebabkan campuran dari basil gram negatif, Pseudomonas, Proteus dan E.coli. Virus citomegalo, virus campak, mumps dan rubella (measles, mumps, rubella = MMR), virus herpes, influenza dan HIV merupakan patogen penyebab pada labirinitis viral.13

3.4 PATOGENISISLabirinitis merupakan perluasan infeksi dari rongga telinga tengah melalui fistula tulang labirin oleh kolesteatom atau melalui foramen rotundum dan foramen ovale. Foramen rotundum letaknya lebih dalam dari foramen ovale, hal tersebut memungkinkan terjadinya statis sekret yang terinfeksi pada celah foramen rotundumdibawah promontorium sehingga memungkinkan penerobosan kuman atau toksin kelabirin. Fistel bisa ada ataupun tidak.

Erosi menembus kapsul tulang labirin dari suatu infeksi telinga tengah biasanya disebabkan kolesteatom yang mengerosi bagian luar kanalis semisirkularis. Biasanya akan terjadi suatu fistel dengan gejala dan tanda-tanda karakteristik suatu labirinitis sirkumskripta. Bila infeksi disetiap bagian labirin pars vestibularis ataupun pars koklearis membentuk kapsul sebelum terjadinya labirinitis generalisata, maka akan terjadi labirinitis sirkumskripta, dengan ataupun tanpa fistel. 3.4 KLASIFIKASILabirinitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Labirinitis bakteri (supuratif) mungkin terjadi sebagai perluasan infeksi dari rongga telinga tengah melalui fistula tulang labirin oleh kolesteatom atau melalui foramen rotundum dan foramen ovale tapi dapat juga timbul sebagai perluasan infeksi dari meningitis bakteri melalui cairan yang menghubungkanruang subaraknoid dengan ruang perilimf dikoklea, melalui akuaduktus koklearis ataumelalui daerah kribrosa pada dasar modioluskoklea.3,6,12,14

Schuknecht (1974) membagi labirinitis bakteri atas 4 stadium:131. Labirinitis akut atau toksik (serous) yang terjadi sebagai akibat perubahan kimia didalam ruang perilimf yang disebabkan oleh proses toksik atau proses supuratif yang menembus membran barier labirin sepertimelalui membran rotundum tanpa invasi bakteri.2. Labirinitis akut supuratif terjadi sebagai akibat invasi bakteri dalam ruang perilimf disertai respon tubuh dengan adanya sel-sel radang. Pada keadaan ini kerusakan fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan irreversible.3. Labirinitis kronik supuratif yaitu terlibatnya labirin oleh bakteri dengan respons inflamasi jaringan sudah dalam waktu yang lama. Keadaan ini biasanya merupakan suatu komplikasi dari penyakit telinga tengah kronis dan penyakit mastoid.4. Labirinitis fibroseus yaitu suatu respons fibroseus di mana terkontrolnya proses inflamasi pada labirin dengan terbentuknya jaringan fibrous sampai obliterasi dari ruangan labirin dengan terbentuknya kalsifikasi dan osteogenesis. Stadium ini disebut juga stadium penyembuhan.

Labirinitis secara klinis terdiri dari 3 subtipe, yaitu: 151. Labirinitis sirkumskiptaMerupakan infeksi atau inflamasi suatu bagian dari labirin, biasanya lengan luar kanalis lateralis. Labirinitis sirkumskripta ini biasanya disebabkan oleh kolesteatom yang telah mengerosi kanalis lateralis dan membentuk fistel. Stadium akur labirinitis sirkumskripta berlangsung kira-kira seminggu, dimulai dengan serangan sempoyongan kadang-kadang disertai dengan nausea berulang yang memberat dengan gerakan badan dan kepala. Selama serangan akan terjadi nistagmus spontan ke arah sisi yang sakit. Suhu tubuh dan pendengaran masih normal.

2. Labirinitis difus serosa Merupakan sekunder dari labirinitis sirkumskripta, atau dapat terjadi primer pada otitis media akut dengan masuknya toksin atau bakteri melalui foramen rotundum atau foramen ovale ataupun melalui erosi tulang labirin. Erosi tersebut mencapai edosteatom melalui saluran darah yang disebut labirinitis serosa difusa ikutan, menurut Alexander dan Rudin seringkali terjadi setelah operasi mastoid, terutama bila sebelumnya pasien sudah menderita peri atau para labirinitis sirkumskripta. Gejala penyakit timbul pada hari pertama sampai hari kelima sesudah operasi. Gejala dan tanda serangan seperti vertigo spontan dan rotasi, nistagmus, biasanya ke arah sisi yang sakit kadang-kadang mual dan muntah, ataksia, dan permulaan dari tuli saraf. Gejala ini timbul mendadak bila labirinitis tipe ikutan.

3. Labirinitis Supuritif Labirinitis Supuratif AkutLabirinitis supuratif akut ditandai dengan tuli total ditelinga yang sakit disertai dengan vertigo yang berat, mual,muntah, ataksia, dan nistagmus spontan kearah sisi sehat. Suhu tubuh normal, dan tidak ada nyeri. Labirinitis ini merupakan lanjutan dari tipe sirkumskripta stsu dapat berkembang dari labirinitis serosa ikutan. Labirinitis Supuratif KronikLabirinitis supuratif kronik atau laten dimulai pada saat atau segera sesudah gejala vestibular akut mereda. Hal ini mulai dari 2-6 minggu sesudah onset periode akut. Gejala yang timbul seperti mual, muntah, vertigo, dan ataksia dapat berat sekali bila onsetnya cepat. Pada bentuk yang perkembangannya lebih lambat gejala dapat lebih ringan.

3.5 GEJALA DAN TANDAGejala yang timbul pada labirinitis lokalisata merupakan hasil dari gangguan fungsi vestibular dan gangguan koklea yaitu terjadinya vertigo dan kurang pendengaran derajat ringan hingga menengah secara tiba-tiba. Pada sebagian besar kasus, gejala ini dapat membaik sendiri sejalan dengan waktu dan kerusakan yang terjadi juga bersifat reversible.6,10,14

Pada labirinitis difusa (supuratif), gejala yang timbul sama seperti gejala pada labirinitis lokalisata tetapi perjalanan penyakit pada labirinitis difusa berlangsung lebih cepat dan hebat, didapati gangguan vestibular, vertigo yang hebat, mual dan muntah dengan disertai nistagmus. Gangguan pendengaran menetap, tipe sensori neural pada penderita ini tidak dijumpai demam dan tidak ada rasa sakit ditelinga. Penderita berbaring dengan telinga yang sakit ke atas dan menjaga kepala tidak bergerak. Pada pemeriksaan telinga tampak perforasi membrana timpani. 6,10,143.6 DIAGNOSISAnamnesaDari anamnesa dijumpai keluhan seperti vertigo, mual, muntah, ataksia, dan disertai adanya riwayat infeksi telinga sebelumnya.3,15

Pemeriksaan Fisik : 6,16Termasuk dalam pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan kepala leher dengan penekanan pada telinga, mata dan pemeriksaan saraf cranial.

Pemeriksaan telinga Lakukan pemeriksaan tanda-tanda mastoideus, selulitis atau operasi telinga sebelumnya Pemeriksaan liang telinga untuk melihat adanya otorrhea karena otitis eksterna atau vesikula Pemeriksaan membran timpani dan perforasi atau otitis media akut.

Pemeriksaaan mata Pemeriksaan rentang gerak mata dan pupil Lakukan pemeriksaan funduskopi untuk menilai papil oedema Perthatikan ada/tidak nistagmus Menyingkirkan penyakit lain yang bisa menyebabkan vertigo

Pemeriksaan neurologis (keseimbangan):6 Uji Romberg : Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

Tandem Gait : Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.

Gambar 12. Tandem Gait6

Uji Unterberger.Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang atau berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

Gambar 13. Uji unterberger6 Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup.Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Uji Babinsky-WeilPasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis6Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.a. Tes KaloriPenderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga.Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau nervus vestibulokoklearis, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.

b. Uji Dix Hallpike Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

Gambar 14. Uji Dix Hallpike6

Pemeriksaan Penunjang.6,16 Tes pendengaran (audiography)Audiography dapat menunjukkan hasil yang berbeda tergantung pada etiologi dari labirinitis.Orang dengan labirinitis virus memiliki HPS ringan sampai sedang pada telinga yang terkena.Pada labirinitis supuratif (bakteri) biasanya menyebabkan gangguan pendengaran yang berat, unilateral.Pada kasus meningitis gangguan pendengaran bersifat bilateral.Pada labirinitis serosa (bakteri) kehilangan bersifat unilateral dengan frekuensi tinggi pada telinga yang terkena.

CT ScanBerguna untuk membantu menyingkirkan mastoiditis sebagai penyebab yang potensial.CT scan dapat membantu pada penanganan pasien dengan kholesteatoma.

MRIDapat digunakan untuk membantu menyingkirkan penyakit lain seperti neuroma akustik, stroke, abses otak atau epidural hematom sebagai penyebab yang potensial untuk terjadinya vertigo dan gangguan pendengaran.3.7 DIAGNOSA BANDING111) Meniere disease2) Fistula perilimfe3) Benign paroksimal posisional vertigo4) Kehilangan pendengaran yang tiba-tiba5) Vertigo karena kerusakan SSP

3.8 PENATALAKSANAANPengobatan labirinitis sirkumskripta ditujukan terutama kepada otitis media kronik dan atau kolesteatomnya. Bila masih pada masih stadium akut, sebelum atau sesudah suatu tindakan bedah, harus diberikan pengobatan dengan antibiotik secara adekuat. 6,15,16

Pada labirinitis serosa difusa pada fase akut pasien harus beristirahat total. Dapat diberikan sedatif ringan. Pembedahan merupakan kontraindikasi. Pada stadium lanjut dari otitis media akut diperlukan mastoidektomi simpel. 6,15,16

Dosis antibiotik yang adekuat harus diberikan. Harus dilakukan kultur untuk indentifikasi kuman dan uji sensitivitas kuman. Harus segera diberikan antibiotik penisilin ataupun tetrasiklin, bila pasien sensitif terhadap penisislin sebelum hasil tes diperoleh. Diperlukan pemberian dosis tinggu secara parenteral. Respons klinik lebih utama dari pada hasil uji sensitivitas kuman dalam menentukan diteruskan atau ditukarnya antibiotik. 6,15,16

Drainase atau membuang sebagian labirin yang rusak dilakukan bila terdapat komplikasi intrakranial dan tidak memberi respon terhadap pengobatan antibiotik. 6,15,16

3.9 KOMPLIKASI16,17 Gangguan pendengaran yang permanen Gangguan keseimbangan yang permanen Meningitis

3.10 PROGNOSISKebanyakan pasien dengan labirinitis akan sembuh dengan baik, walaupun membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk menghilangkan gejala vertigo dan pendengaran pasien untuk kembali normal. Pada beberapa kasus berat, terdapat gangguan pendengaran yang permanen.16

BAB VKESIMPULAN

Labirinitis merupakan inflamasi pada telinga dalam yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang biasanya merupakan komplikasi penyakit telinga tengah atau komplikasi infeksi virus dari berbagai penyakit.Labirinitis dibagi atas labirinitis lokalisata (labirinitis serosa) dan labirinitis difusa (labirinitis supuratif).Keluhan dari penyakit ini berupa gangguan vestibular, vertigo dan gangguan fungsi pendengaran sensorineural hearing loss.Terapi dengan pengawasan yang ketat danterus menerus untuk mencegah perluasan penyakit ke intrakranial di samping itu dilakukan tindakan drainase dari labirin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, Richard. Anatomi Kilnik Edisi 6. Jakarta. EGC.20062. Moffat, David At A Glance Anatomi. Penerbit Erlangga; Jakarta : 2006. 55-573. Maqbool, DR Mohammad MBBS,DLO,MS,FICS. Textbook Of Ear, Nose, And Throat Diseases Six Edition. JAYPE BROTHRS MEDICAL PUBLISHERS PVT. New Delhi.1993.12-13-106-1074. http://www.usu.ac.id/file/ppgb_2006_askarullah5. CMFK. Anatomi dan Fisiologi Telinga file:///H:/labirin/Anatomi%20dan%20Fisiologi%20Telinga%20-%20Catatan%20Mahasiswa%20FK.htm. Unggah 10 Mei 2013.6. Mymine.Labirinitis. file:///H:/labirin/MY%20MIND%20%20LABIRINITIS.htm. Unggah 10 Mei 2013.7. Pearcen, E. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic, gramedia pustaka utama, Jakarta 20068. Dhingra, PL. Diseases of Ear, Nose, And Throat Fourth Edition. E-Book. 1-12 78-809. Ballenger, Jhon Jacob, Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher, Jilid II edisi 13, penerbit banipura hal 432-46110. Snow JR, James. Et al. Ballengers Otorhinolaryngology Head And Neck Surgery Sixteenth Edition. Bc Decker.2003.11. Soepardi, Prof.dr. Efiaty dkk. Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorokan, kepala dan leher, edisi 6 FKUI, Jakarta 2007, hal 10-16 dan 78-8112. William, Lippicott and Wilkins. Head And Neck Surgery-Otolaryngology Fourth Edition. 2006.13. Aboet, Askaroellah. Labirinitis.mkn-sep2006(18).pdf. Unggah 10 mei 201314. http://drsyahidamd.blogspot.com/2010/09/pendahuluan-adalah-radang-pada-telinga.html15. Ballenger M.S, M.D, Jhon Jacob. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Leher Edisi 13Jilid II. Jakarta. Binarupa Aksara. 1997.16. MedlinePlusColmans & Hall, Diseases of the nose, Throat and ear, and head and neck, Fourteenth Edition, hal 245-246. file:///H:/labirin/Labyrinthitis%20%20MedlinePlus%20Medical%20Encyclopedia.htm. Unggah 10 Mei 2013.17. Endysfile.labirinitis. file:///H:/labirin/Endhy%27s%20file.htm. Unggah 11Mei 201318. http://ismirayanti.blogspot.com/2010/10/labirinitis.html11