34
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sebagai upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan  belajar. upaya te rsebut umumnya perlu dilakukan dengan menggunakan berbagai cara. Pemilihan model, materi, dan metode pembelajaran lainya. Proses  pembelajaran di SD masi berpusat pada guru (teacher centered ) dan cenderung hanya menggunakan materi yang bersumber dari buku pelajaran. Selain itu  pendekatan dan metode yang digunakan masi menggunakan metode ceramah, tanya jawab, latihan. Sehingga siswa tidak dapat memahami pelajaran yang dipelajari. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap aktivitas belajar siwa disekolah SD Negeri 060894 Padang Bulan Medan yang menunjukkan bahwa kegiatan belajar menngajar disekolah pada umunya cenderung monoton dan tidak menarik, berakibat beberapa pelajaran ditakuti dan selalu dianggap sulit oleh  peserta didik, misalnya mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahhuan alam (IPA) yang saat ini ditakuti oleh sebahagian siswa. Beberapa penyebab ketakutan siswa terhadap mata-mata pelajaran khususnya sains lebih menekankan aspek kognitif dengan menggunakan hafalan dengan upaya menguasai ilmu pengetahuan, bukan mengembangkan keterampilan berpiki siswa. Hal lain yang mengembangkan bahwa siswa belum berhasil belajar sains

BAB I.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pembelajaran sebagai upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. upaya tersebut umumnya perlu dilakukan dengan menggunakan berbagai cara. Pemilihan model, materi, dan metode pembelajaran lainya. Proses pembelajaran di SD masi berpusat pada guru (teacher centered) dan cenderung hanya menggunakan materi yang bersumber dari buku pelajaran. Selain itu pendekatan dan metode yang digunakan masi menggunakan metode ceramah, tanya jawab, latihan. Sehingga siswa tidak dapat memahami pelajaran yang dipelajari. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap aktivitas belajar siwa disekolah SD Negeri 060894 Padang Bulan Medan yang menunjukkan bahwa kegiatan belajar menngajar disekolah pada umunya cenderung monoton dan tidak menarik, berakibat beberapa pelajaran ditakuti dan selalu dianggap sulit oleh peserta didik, misalnya mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahhuan alam (IPA) yang saat ini ditakuti oleh sebahagian siswa. Beberapa penyebab ketakutan siswa terhadap mata-mata pelajaran khususnya sains lebih menekankan aspek kognitif dengan menggunakan hafalan dengan upaya menguasai ilmu pengetahuan, bukan mengembangkan keterampilan berpiki siswa. Hal lain yang mengembangkan bahwa siswa belum berhasil belajar sains ditunjukkan banyaknya siswa yang memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh guru sekitar 40-50%. Sala satu penyebab hal ini adalah bahwa perilaku mengajar guru selama ini cenderung bersifat belajar pasif dengan menggunakan metode ceramah dan hampir disebagian besar aktivitas psoses belajar mengajar dikelas. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada pembelajaran IPA biasanya masi berpusat pada guru (teacher centered), guru sebagai sumber informasi, guru yang lebih banyak memiliki peranan dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang didengar dan diajarkan oleh guru. Pembelajaran IPA yang diajarkan oleh guru selama ini, lebih banyak mengandalakan informasi dari buku bacaan siswa, dan guru lebih suka memilih mengajar dengan metode ceramah,tanya jawab dan pemberian tugas dari pada memberikan kesempatan kepada siwa untuk belajar melakuakan (learning by doinng). Sehingga siswa cenderung acuh tak acuh pada saat proses belajar mengajar,dimana siswa bersiakap pasif, malas bertanya, tidak fokus pada saat materi disampaikan guru.Keberhasilan metode ini sangat bergantung kepada kemampuan siswa untuk mengingat dan kemampuan improvisasi guru, pada materi yang bersifat abstrak, seperti pada materi Pesawat Sederhana di kelas V sekolah dasar (SD) semester 2. Pada materi ini siswa dituntut untuk mampu memahami pengertian pesawat sederhana, jenis-jenis pesawat sederhana dan cara kerjanya, penyampaian materi pada pokok bahasan ini seharusnya tidak hanya diajarkan guru dengan metodeh ceramah dan pemberian tugas saja. Pembelajaran seharusnnya lebih menekankan pada aktivitas siswa (student centered), sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih baik. Meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran akan membuat pelajaran lebih bermakna bagi siswa. Dikatakan demikian, karena (1) Adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, (2) adanya keterlibatan intelektual emosional melalui dorongan dan semangat yang dimilikinya, (3 ) adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru.Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah dasar (SD), siswa dibimbing untuk mempelajari IPA secara toeri dan praktek. Dalam kegiatan praktek sering kali siswa belajar dalam kelompok-kelompok. Baik kelompok kecil maupun kelompok besar.tentunya siswa dituntut untuk mampu berinteraksi dengan siswa lain dan mampu bekerja sama dan belajar dalam kelompok, berani mengeluarkan pendapat dan menerima pendapat orang lain. Pembelajaran kelompok akan membantu siswa untuk bersosialisasi, berbagi tugas, menghargai orang lain, sehingga akan memicu ketertarikan siswa untuk mengikuti pelajaran. Akan tetapi pembelajaran kelompok yang diterapkan guru selama ini, belum diterapkan secara baik, karena kerja kelompok yang diterapkan guru masi berdasarkan abjad nama siswa dan belum melihat keragaman siswa dalam kelompok, sehingga tujuan pembelajaran kelompok tidak dapat diperoleh secara maksimal. Untuk memmperoleh hasil belajar yang lebih baik, sala satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement divisions) dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas belajar siswa, membuat suasana belajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Perlunya penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pengajaran yang bervariasi seperti pembelajaran kooperatif tipe STAD dan memamfaatkan berbagai media pembelajaran serta ditambah dengan melaksanakan pembelajaran yang menyenankan diharapkan akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila dilakukan dengan baik dan benar.B. Identifikasi masalahDari uraian latar belakang diatas beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) kurangnya aktifitas siswa dalam pembelajaran (2) Metode yang digunakn guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran (3) pengelolaan pembelajaran kelompok yang kurang maksimal (4) kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran (5) keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya dan bertanya masih rendah (6) motivasi dan minat siswa dalam belajar masih rendah (8) kurang menghargai pendapat oarang lain.C. Batasan masalahMengingat keterbatasan kemampuan biaya dan waktu untk menghindari kesalapahaman maksud dalam mengadakan penelitian ini penulis membatasi masalah dalam mengadakan penelitian ini pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan materi pesawat sederhana di kelas V SD negeri 060894 padang bulan Medan.D. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah: Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi pesawat sederhana dikelas V SD Negeri 060894 padang bulan Medan.E. Tujuan penelitianSejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan dilakukanya penelitian ini adalah: Meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi pesawat sederhana dikelas V SD Negeri 060894 padang bulan Medan melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD.F. Mamfaat penelitianPenelitian tindakan kelas ini diharapkan bermamfaat bagi:1. Bagi siswaMelalui pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan sala satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk memperkaya pengalaman belajarnya2. Bagi guruUntuk memperoleh pengalaman yang dapat memperbaiki pembelajaran.penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai sala satu Alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.3. Bagi sekolahPenerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD disekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan pendidikan.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Kerangaka Teoritis1. Pengertian belajar dan pembelajaran Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapain tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika di sekolah maupun di lingkung rumah atau keluarganya sendiri. Dengan belajar akan diperoleh perubahan-perubahan dalam kebiasaan kecakapan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, pengetahuan, dan pemahaman. Umumnya pengetahuan tersebut akan digunakan untuk tujuan yang telah ditetapkan. Banyak para ahli telah memberi pengertian tentang defenisi belajar. Namun pengertian dasar dari defenisi tersebut memuat hal yang sama yaitu adanya unsur-unsur aktivitas dan perubahan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidunya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Gagne dalam dahar (2006:4) dinyatakan bahwa belajar dapat didefenisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunnya sebagai akibat pengalaman. Sedangkan Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya, Selanjutnya Sardiman (2010:20) Bahwa belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkai kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan meniru dan lain sebagainya. Untuk mencapai hasil yang lebih maksimal, proses belajar harus dilakukan dengan cara yang berkesinambungan dimana proses ini sangat berhubungan dengan waktu dan juga komitmen pelajar itu sendiri. Menurut Mudjono dalam Sagala (2008:62) menyatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terperogram dalam desain intruksional, untuk membuat guru belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sedangakan Sagala (2003:61) pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

2. Hakikat hasil belajar Menurut Sudjana dalam Kunandar (2013:276) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukur, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution dalam kunandar (2013:276) berpendapat hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2009:3) mengatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasi belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Hasil belajar dapat dilihar dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Thomas F dalam Sardiman (2010:39-44) juga mengemukakan pendapat tentang faktor-faktor psikologi dalam belajar, yaitu sebagai berikut.1. Motivasi Seorang anak akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukuman pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan dan dorongan inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada dua unsur motivasi inilah ssebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tampa motivasi (tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal ini perlu dipelajari). Kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil.2. KonsentrasiKonsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Didalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga tidak perhatian sekadarnya. Didalam belajar juga ada perhatian sekadarnya, tetapi tidak konsentrasi, maka materi yang masuk dalam pikiran mempunyai kecenderungan berkesan, tetapi samar-samar didalam kesadaran. Kesan itu mungkin juga jelas bagi seorang untuk memahami secara umum apa yang telah dilihat atau didengarnya, tetapi tidak cukup kuat untuk membuat kesan yang hidup dan tahan lama (abadi).3. ReaksiDidalam belajar mengajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukanya. Belajar harus aktif, tidak sekedar apa adanya, menyerap pada lingkungan, tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi. Jadi orang yang belajar harus aktif, bertindak dan melakukan segala panca indranya secara optimal.4. OrganisasiBelajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran kedalam situasi kesatuan pengertian. Hal semacam inilah yang dapat membuat seseorangbbelajar mrnjadi mengerti dan lebih jelas, tetapi mungkin juga bertambah bingung. Perbedaan belajar berhasil dengan kebingungan, kemungkinan besar hanyalah perbedaan antara cara penerimaan dan pengaturan fakta-fakta dan ide-ide dalam pikiran siswa yang belajar.5. PemahamanPemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi-implikasinya serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahmi maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar pada proporsinya.tampa itu skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.6. UlanganLupa merupakan sesuatu yang yang tercela dalam belajar. Tetapi lupa adalah sifat umum manusia. Setiap orang dapat lupa penyelidikan menunjukkan, bahwa sehari sesudah para siswa ceramah, mereka banyak melupakan apa yang telah mereka peroleh selama jam pelajaran tersebut. Begitu seterusnya, semakin lama semakin banyak pula yang dilupakan, walaupun mungkin tidak lupa secara keseluruhan. Lupa merupakan gejalah psikologi yang harus diatasi. Sehingga dengan kenyataan itu untuk mengatasi kelupaan, diperlupan kegiatan ulangan. Mengulang-ulang suatu pekerjaan membuat kemampuan para siswa untuk mengingat akan semakin bertambah mengulangi atau memeriksa dan mempelajari kembali apa yang sudah dipelajari, maka kemungkinan untuk mengingat bahan pelajaran lebih besar. Sedangkan Djamarah (2011:176) juga mengemukakan pendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu sebagi berikut:a. Faktor lingkungan1) Lingkunngan alam, yaitu lingkungan hidup (tempat tinggal anak didik) dan lingkungan sekolah2) Lingkungan sosial budaya, yaitu lingkungan di dalam sekolah dan luar sekolah.b. Faktor instrumental1) Krikulum, dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran2) Program sekolah, dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar.3) Sarana dan fasilitas mencakup gedung sekolah (ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruanng dewan guru, ruang perpustakaan, ruanng Bp, ruang tata usaha, dan halaman sekolah yang memadai) buku-buku perpustakaan, buku pegangan anak didik, buku pegangan guru dan buku penunjang, alat dan peraga.c. Faktor fisiologis1) Kondisi fisiologis yaitu jasmani yang sehat dan tidak sehat.2) Kondisi panca indra yaitu mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh.d. Faktor psikologis1) Minat suatu rasa lebih suka dan rasaketerikatan pada suatu hal atau aktivitas, tampa ada yang menyuruh.2) Kecerdasan yaitu kecerdasan yang tinggi dan kecerdasan yang tinggi dan kecerdasan yang rendah.3) Bakat yaitu kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan.4) Motivasi yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu5) Kemampuan kognitif yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam waktu lama atau bahkan akan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar yang lebih baik lagi sehingga akan berubah cara berpikir dan menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahhuan dan latihan berupa angka (nilai).3. Hakikat pembelajaran IPA IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA dapat juga disebut SAINS (Science). Science mempunyai arti sebagai pengetahuan dan natural science atau ilmu pengetahuan alam (IPA). Dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut dapat mengajak anak didiknya memamfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan. Uraian ini tidak dimasukkan bahwa buku teks dengan demikian menjadi tidak penting. Buku teks sangat penting karena memuat secara lengkap dan sistematis tentang pengetahuan IPA dimana sistematis merupakan sala satu syarat dari kebenaran ilmu. Dilain pihak alam sekitar tidak menyajikan pengetahuan secara sistematis. Fakta-fakta yang masih berserakan akan menjadi bermakna bila telah tersusun secara sistematis. Dari segi istilah yang digunakan IPA atau pengetahuan alam berarti Ilmu tentang pengetahuan alam. Ilmu artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal atau logis, diterima oleh akan sehat; sedangkan objektif artinya sesuatu dengan objeknya, sesuai dengan kenyataanya, atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera. Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dan segala isinya. Adapun penngetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Menurut Nash dalam buku Hendro dkk (1993:3) mengatakan science is away of looking at the world. Disini Nash menyatakan bahwa IPA itu suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Selanjutnya Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang diamati itu. Sedangkan Bernal dalam Hendro dkk(1993:4) menyatakan bahwa Ipa dapat dipandang sebagai (1) ilustrasi, (2) metode, (3) kumpulan pengetahuan, (4) suatu faktor yang mempengaruhi terhadap peningkatan produksi, (5) sala satu faktor yang mempengaruhi sikap dan pandangan manusia terhadap alam. Benal juga menyebutkan dua fungsi pembelajaran IPA yang sangat penting yaitu untuk meningkatkan produksi dan untuk mengubah sikap dan pandangan manusia terhadap alam. IPA memang dapat dipandang sebagi faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi karena IPA menggunakan pendekatan eksperimentasi, dengan suatu uji coba sehingga dapat diketahui dengan jelas faktor penghambat untuk mencapai tujuan. 4. Hakikat motivasi Motivasi berasal dari katamotif, yang berarti sebagi daya upaya untuk mendorong seseoranng untuk melakukan sesuatu. Sardiman (2010:73) mengungkapkan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Sedangkan Eysenck dalam Slameto (2010:170) motivasi merupakan suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsintensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Belajar dapat timbul akibat adanya faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat berupa keinginan untuk sukses dan dorongan belajar, srta ingin tercapainya cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya berupa penghargaan dan lingkungan bealajar yang kondusif. Motivasi ini menetukan berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran siswa. Dengan adanya motivasi, siswa akan lebih semangat untuk bealajar sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Dalam pembelajaran IPA sangat diperlukan adanya motivasi karena dengan adanya motivasi hasil belajar akan optimal. Sehubungan dengan ini ada tiga fungsi motivasi menurut sardiman (2010:85) yaitu:1) Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini sebagi pengerak dari setiap kegiatan yanga akan dikerjakan.2) Menentukan arah perbuatan, yakni kerah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat diberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentuan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermamfaat bagi tujuan tersebuat. Menurut Sardiman (2010:83) motivasi belajar juaga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :1) Tekun menghadapai tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak perna berhenti sebelum selesai).2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.4) Lebih senang bekerja mandiri.5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.6) Dapat mempertahankan pendapatnya.7) Tidak mudah melapaskan hal yang diyakini.8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Menurut Sardiman (2010:92) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah, diantaranya adalah: (1) memebri angka, (2) hadiah (3) saingan/kompetisi, (4) ego-involment, (5) memberi ulangan, (6) mengetahui hasil, (7) pujian, (8) hukuman, (9) hasrat untuk belajar, (10) minat, (11) tujuan yang diakui. Memberi angka dalam menumbuhkan motivasi belajat siswa berguna untuk menjadi simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar hanya untuk mendapatkan angka/nilai yang baik. Siswa akan menjadi senang dan bersemangat jika nilai ulangan atau nilai-nilai rapot mereka memiliki angka-angka yang baik. Angka-angka yang baik itu merupakan motivasi yang sangat kuat bagi para siswa. Hadiah juga dapat dikatakan sebagi penumbuh motivasi, meskipun tdak selalu demikian. Dengan diberi hadiah, siswa akan lebih bersemangat untuk melakukan sesuatu. Demikian juga dengan saingan, saingan atau kompetisi antar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Menumbuhkan ego-involvement atau menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai sl stu bentuk motivasi yang cukup penting. Selain itu memberi ulangan serta mengetahui hasil ulangan merupakan motivasi yang baik juag bagi siswa. Dengan memberikan ulangan kepad siswa, mereka akan giat belajar untuk mendapatkan nilai yang bagus di hasil ulanganya. Setelah itu guru memberitahukan hasil ulangan sehingga mereka mengetahui nilai yang mereka peroleh. Pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tjuan yang diakui juga merupakan penumbuh motivasi yang cukup penting didalam pembelajaran. Menurut Dimyati dan Murdjiono (2009:85) motivasi belajar penting untuk siswa dan guru. Bagi siswa motivasi belajar penting karena:1) Menyadarkan kedudukan pada awa belajar,proses dan hasil akhir2) Mengimpormasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya.3) Mengarahkan kegiatan belajar4) Membesarkan semangat belajar5) Mentadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Sedangkan bagi guru, mamfaat mengetahui dan memahami motivasi belajar pada siswa adalah sebagai berikut:1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.2) Mengetahui dan memeilihara motivasi.3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran.4) Memberi peluang guru untuk unjuk gigi rekayasa pedagogis Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya motivasi dalam belajar baik motivasi yang berasal dari dalam diri maupun berasal dari luar. Dengan adanya motivasi tersebut, siswa akan menjadi lebih semangat untuk belajar sehingga tujuan belajar dapat dicapai dengan maksimal. Namun, jika siswa kehilangan motivasi, maka semangat belajar siswa akan menjadi rendah sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Dengan demikian. Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah serangkai ush yang membangkitkan, mengarahkan, menyenagkan atau siswa baik dari dalam maupun dari luar sehingga mendorong dan memberikan semangat untuk mencapai tujuan belajar sehingga meningkatkan belajar siswa tersebut.5. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe STAD Untuk mengatasi berbagai problem dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dianggap mampu mengatasi kesulitan guru dala mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Menurut Sagala (2010:175), menyatakan bahwa model diartikan krangka konseptual yang digunakan dalam melakukan kegiatan. Model dibuat sebagai interprestasi kenyataan yang sebenarnya, walaupun model tersebut bukan merupakan dari dunia yang sesungguhnya. Sedangakan menurut Istarani (2011:1) , menyatakan bahwa model adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya menurut soekamto dalam Trianto (2010:22) meyimpulkan bahwamodel pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagi pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Sedangkan menurut Slavin (2005:4) bahwa gagasan dari pembelajaran kooperatif yaitu jika siswa ingin berhasil sebagai sebuah kelompok, mereka akan berusaha mendukung teman-teman kelompok untuk bisa unggul, dan mereka akan salinng membantu satu sama lain, sehingga para siswa dapat memahami tugasnya masing-masing dan bisa menjelaskan kepada teman-temanya yang lain dengan menerjemahkan pemahaman guru kepemahaman mereka sendiri. Sanjaya (2010:242) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau susku yang berbeda hiterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersiaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam iniah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan memeiliki kesempatan yang sama untuk memeberikan kontribusi demi keberhasialan kelompok. Tedapat 6 fase-fase pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim dalam Trianto (2010:61) Tabel 4 Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STADFaseTingkah laku guru

Fase-1Menyampaikan tujuan dan motivasi siswaMenyampaikan semua tujuan peajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan motivasi siswa belajar.

Fase-2Menyajikan/menyampaikan informasiMenyajikan informasi kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien.

Fase-3Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kooperatifMenjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien.

Fase-4Membimbing kelompok bekerja dan belajarMembimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5EvaluasiMengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

Fase-6Memberikan penghargaanMencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Menurut Arend dalam Trianto (2010:65) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagi berikut: (1) siswa bekerja secara kooperatip untuk menuntaskan materi belajar (2) kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah (3) bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suka, dan jenis kelamin yang beragam (4) penghargaan lebih berorentasi kepada kelompok dari pada individu. Sedangkan Ibrahim dalam Ttianto (2010:59) struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siap mereka sama-sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil bealajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakanya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas menjadi lebih efektif. Menurut Johnson dan Sutton dalam Trianto (2010:60) Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, diantaranya adalah sebagai berikut:1. Saling ketergantungan yang positif antar siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikar satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses.2. Interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini terjadi dalam hal seoarng siswa membantu anggota kelompoknya, saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok.3. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: membantu siswa yang membutuhkan bantuan, siswa tidak dapt hanya sekedar membonceng pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang akan diberikan seorang siswa siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.5. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tampa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik. Slavin (1995). Johnso dan Johnson (1994) dalam Trianto (2010:57) bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individual maupun secara kelompok. Sedangkan Leusel dan Descamps dalam trianto(2010:57) mengatakan Karena siswa bekerja dalam satu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latar belakang entis dam kemampuan, mengembangkan keterampilan-keteramoilan proses kelompok dan pemecahan masalah. Selanjutnya Zamroni (2000) dalam Trianto (2010:57) mengemukakan bahwa penerapan kooperatif dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud imput pada level individual.6. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran tipe STAD Menurur slavin dalam Itarani (2011:19) menyatakan bahwa pada model pembelajaran ini siswa ditempatkan dalam tim belajar berangotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Agar pembelajaran yang dilakukan dengan mengunakan model STAD terukur dan sistematis dari model pembelajaran ini Ada langkah-langkah sebagi berikut: (1) Membentuk kelompok yang anggotanya + 4 orang secara heterogen (prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain) (2) Guru menyajikan pelajaran (3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok (4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu (5) Memberi evaluasi (6) Kesimpulan. Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Istarani (2011:20-21) adalah: (1) arah pelajaran akan jelas karena pada tahap awal guru terlebih dahulu menjelaskan uraian materi yang dipelajari (2) membuat suasana belajar lebih menyenangkan karena siswa dikelompokkan dalam kelompok yang hiterogen (3) pembelajaran lebih terarah sebab guru lebih dahulu menyajikan materi sebelum tugas kelompok dimulai (4) dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam suatu kelompok (5) dengan adanya pertanyaan model kuis akan dapat meningkatkan semangat anak untuk menjawab pertanyaan yang dajukan (6) dapat mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi ajar, sebab guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa, dan sebelum kesimpulan diambil guru terlebih dahulu melakukan evaluasi pembelajaran. Sedangkan kekurangan dari model kooperatif tipe STAD ini adalah: (1) tidak mudah bagi guru dalam menentukan kelompok yang hiterogen (2) karena keleompok ini bersiafat hiterogen, maka adanya ketidak cocokan diantar siswa dalam satu kelompok, sebab siswa yang lemah merasa minder ketika digabungkan dengan siswa yang dianggapnya bertentangan denganya (3) dalam diskusi ada kala hanya dikerjakanoleh beberapa siswa saja, sementara yang lainya hanya sekedar pelengkap saja (4) dalam evaluasi seringkali mencontek dari temanya sehingga tidak murni berdasarkan kemampuanya sendiri.B. Kerangka KonseptualPembelajaran dikelas idealnnya harus menyenagkan dan siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dengan kondisi tersebut hasil belajar yang diperoleh siswa juga memuaskan. Akan tetapi kenyataan yang terjadi, pembelajaran yang terjadi dikelas membosankan bagi siswa, dikarenaka pusat pembelajaran dilakukan oleh guru. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran dikarenakan sedikitnya kesempatan yang diberikan, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa juga tidak memuaskan. Pembelajran seperti ini terjadi hampir disemua mata pelajaran disekolah dasar (SD) termasuk mata pelajaran IPA.IPA adalah salah satu mata pelajaran penting pada jenjang pendidikan SD. Mata pelajaran ini tidak hanya berisi materi-materi pelajaran dalam bentuk teori tetapi juga berisi tentang materi-materi eksperimen (percobaan) sederhana, yang dibuat untuk memberikan pemahaman yang lebih terhadap materi pelajaran yang ada. Akan tetapi dikarenakan beberapa hal, seperti ketersediaan alat dan Bahan, pemahaman guru terhadap materi, dan lain-lain. materi materi tersebut diajarkan guru hanya dengan metode ceramah dan pemberian tugas saja, sehingga pengetahuan dan pemahaman siswa masih rendah terhadap beberapa materi IPA di SD. Sehingga mempengaruhi juga hasil belajar siswa, seperti pada materi pesawat sederhana.Pada materi pesawat sederhana siswa dituntut dapat memehami penegertian dan tujuan pembuatan peswat sederhana oleh manusia. Selain itu juga siswa diharapkan dapat mendiskrifsikan jenis-jenis pesawat sederhana, seperti pengungkit (terbagi menjadi tiga: pengungkit tipe pertama, kedua, dan ketiga), bidang miring, roda dan proses, serta katrol (katrol tetap,katrol bergerak, katrol berganda, dan katrol majemuk berganda). Berikutnya juga siswa diharapkan dapat menggolongkan dan mengetahui cara kerja masing-masing pesawat sederhana. Tentu saja materi ini tidak bisa dipahami siswa dengan baik jika guru hanya menerangkanya dengan metode ceramah saja.Jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas, dapat mengurangi kesempatan siswa untuk memperoleh kesempatan belajar dengan baik. Hal ini juga dapat mempengaruhi kesempatan siswa untuk dapat aktif dalam mengikuti pelajaran. Keaktifan siswa seperti membaca, menulis, mendengarkan, bertanya, menanggapi pertanyaan masi kurang, sehingga pembelajaran IPA yang seharusnya menyenangkan menjadi membosankan bagi siswa.Melalui pembelajara kooperatif tipe STAD akan terjadi kegiatan diskusi yang berpeluang terjalin komunikasi. Siswa saling berbagi ide atau pendapat. Melalui diskusi akan terjalin elaborasi kognitif yang baik, sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan memeberi kesempatan untuk siswa mengungkapkan pendapatnya. Dalam model pembelajaran ini siswa diharapkan dapat memiliki resefsi bahwa mereka kalah dan menang bersama, tergantung usaha dan kekompakan masing-masing anggota kelompok yang berdampak pada status kelompok mereka didalam kelas.Bedasarkan uraian yang telah dikemukakan dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA.C. Hipotesis TindakanBedasarkan kerangka teoritis, penelitian yang relevan, dan kerangka konseptual maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah jika guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi pesawat sederhana dikelas V SD Negeri 060894 Padang Bulan Medan.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dikelas V SD Negeri No 060894 Jln, Rebab Pasar Dua Padang Bulan medan. Penelitian ini akan dilakukan pada semester II tahun ajaran 2014/2015. Penentuan waktu akan mengacu pada kalender akademik sekolah, karena penelitian tindakan kelas (PTK) ini memerlukan beberapa sikslus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dikelas.

B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 060894 Padang Bulan Medan yang berjumlah 28 0rang. Siswa laki-laki berjumlah 15 orang dan siswa perempuan 13 orang.1. Pihak-pihak yang telibat dalam penelitian Pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini adalah: (1) peneliti sekaligus sebagai pelaku tindakan (2) rekan sejawat (guru) sebagai observer pertama, guru IPA Sd Negeri 060894 Padang Bulan Medan, dan (3) pembantu kepal sekolah SD Negeri 060894 padang Bulan Medan (PKS 1) sebagi observer kedua.2. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas yaitu (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan tindakan,(3) tahap pengamatan (observasi), (4) dan tahap refleksi. Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan model yang dikemukakan oleh Arikunto (2012:16) sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi pelaksanaanSIKLUS II

Pengamatan

?

Gambar 3. Skema Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto 2012:16)

3. Prosedur penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tahapan pelaksanaan yang dilakukan dalam kelas Arikunto (2012:16). a. Siklus I1) Perencanaan (plan) Pada tahap perencanaan siklus I peneliti bersama guru bidang studi mengadakan pembahasan tentang pelaksanaan tindakan kelas dan membuat rencana pembelajaran. Adapun tahap-tahapannya yaitu:a) Melakukan observasi awal dan wawancara dengan guru IPA kelas V SD Negeri 060894 padang ulan medan.b) Mengkaji kurikulum IPA tentang pesawat sederhana.c) Menyusun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan.d) Merencanakan pembagian kelompok siswa bekerja sama dengan guru mata pelajaran IPA. Pembagian kelompok terdiri dari 6 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Pembagian kelompok secara heterogen berdasarkan dari segi latar belakang akademik, jenis kelamin, suku dan sosial siswa.e) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) yang digunakan secara berkelompok.f) Menyiapakan instrumen pengumpulan data brupa tes evaluasi untuk mengukur hasil belajar IPA2) Tindakan (action) Pada tahap ini peneliti menerapkan skenario pembelajaran yang telah disusun mengarah pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun tahap pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan sebagi berikut:a) Melaksanakan skenario pembelajaran yang dilasanakanb) Penyampaian materi yang tercantum pada pokok bahsan pesawat sederhana.c) Pemberian lembar kerja siswa (LKS) pada setiap kelompok.d) Peneliti memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk melaksanakan diskusi atau tugas yang diberikan.e) Dengan bimbingan dan arahan peneliti dan guru tiap kelompok mencari jawaban terhadap masalah yang diberikan.f) Siswa mempersentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas dibimbing oleh penelitig) Peneliti melakukan evaluasih) Memberikan penilaian kapada siswa terhadap tugas yang telah diberikan lewat tes individu.i) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan terhadap materi yang telah diselesaikan.3) Pengamatan (observe) Pada proses observasi dilakukan selama kegiatan pelaksanaan berlangsung. Pengamatan dilakukan kepada aktivitas siswa, sehingga diperoleh gambaran aktivitas selam kegiatan belajar mengajar berlangsung.4) Refleksi (reflect) Refleksi dilakukan untuk melihat keseluruhan proses pelaksanaan tindakan dan hasil pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Refleksi diperoleh dari hasil observasi dan hasil belajar siaswa. Refleksi dilakukan mengarah pada perbaikan-perbaikan tindakan selanjutnya. Peneliti bersama guru bidang studi IPA atau observer mempelajari hasil tindakan yang telah dilakukan sebagai bahan pertimbangan apakah siklus I suadah tercapai atau tidak. Siklus I menentukan faktor-faktor yang paling dominan yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan memahami konsep materi pesawat sederhana. Kemudian mendiskusikan hasil analisis secara kolaboratif untuk perbaikan pada siklus II.

b. Siklus II Pada sisklus II ini peneliti menyususn rencana perbaikan dengan acuan dari hasil refleksi pada siklus I. Pada tahapan dalam siklus II sama dengan kegiatan pada siklus I. Perubahan mendasar adalah pola jenis tindakan yang diberikan sebagai mana sudah dikemukakan sebelumnya. Rencana tindakan pada siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi dan analisis data pada siklus I. Pada siklus II rencana tindakan yang dilakukan adalah mengubah pormasi tempat duduk atau sudut tempat duduk sesuai dengan hasil belajat IPA pada siklus I, serta gutu lebih memperhatikan aktivitas belajar siswa selama prosess belajar Mengajar berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

C. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data Kunandar (2008:125) mengemukakan teknik pengumpulan data dalam penelitian terdiri dari : (1) tes, (2) observasi, (3) wawancara, (4) didkusi antara teman guru, teman sejawat dan kolaborasi untuk refleksi hasil siklus PTK. Sedangkan sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tes dan observasi. Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan teknik pengumpulan data sebagi berikut:1. Tes Tes digunakan untuk mengumpulkan data yang sifatnya mengevaluasi hasil dan mengukur suatu proses. Tes dibagi atas dua tes awal (pre tes) dan tes akhir (post tes) yang keduanya berperan melihat kemampuan siswa. Tes awal diberikan untuk melihat sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi. Sedangkan tes akhir diberikan setelah pengajaran dilakukan dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.2. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan dikelas selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran. Observasi dimasukkan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki.a. Observasi siswaObservasi terhadap siswa untuk melihat aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada penilaian ini aktivitas siswa yang diamati adalah:1) Aktivitas berbicara yaitu aktivitas bertanya2) Aktivitas mendengarkan yaitu aktivitas mendengarkan saat guru menerangkan.3) Aktivitas menulis yaitu aktivitas menulis tugas, latihan ataupun materi pelajaran.4) Aktivitas motorik yaitu aktivitas melakukan percobaan.5) Aktivitas mental yaitu aktivitas menanggapi pertanyaan.

b. Observasi guruPada observasi guru yang diamati adalah: (1) apersepsi (2) penjelasan materi (3) penjelasan model pembelajran kooperatif tipe STAD (4) teknik pembagian kelompok (4) pengelolaan kegiatan diskusi (5) kemampuan melakukan evaluasi (6) memberi penghargaan individu atau kelompok (7) menentkan nilai individu atau kelompok (8) menyimpulkan materi pelajaran (9) menutup pelajaran.

D. Analisis Data Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dilihat dari seberapa besar persentase keberhasilan yang dicapai dilihat dari aktivitas belajar siswa. Langkahlangkah analisis data adalah :1. Melakukan pengecekan data yang sudah masuk.2. Melakukan penafsiran.3. Menyimpulkan apakah tindakan pembelajaran ini terjadi peningkatan hasil belajar siswa atau tidak berdasarkan hasil observasi.4. Tahap tindak lanjut yaitu merumuskan langkahlangkah perbaikan untuk siklus pembelajaran berikutnya.5. Penarikan kesimpulan.Analisis data yang digunakan adalah data kualitatif tes hasil belajar siswa.Analisis ini dihitung dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut ini.1. Hasil Observasi.Aktivitas-aktivitas yang diobservasi ialah semua aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :Nilai = (Sudjana, 2009:133)Kriteria penilaian dalam pelaksanaan pembelajaran ini menurut Adi Suryanto dan Tedjo Djatmiko (2009:279) adalah sebagai berikut :1) 90-100%= Baik Sekali2) 80-89% = Baik3) 70-79% = Cukup4) 70% = kurang

2. Rata-rata Nilai Siswa Secara Individu.Ketuntasan rata-rata nilai siswa secara individu jika mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah.Untuk mengetahui nilai ratarata siswa secara individu dapat dihitung dengan menggunakan rumus Trianto (2010:241) :

KB = 100 %Keterangan : KB= Ketuntasan BelajarT= Jumlah skor yang diperoleh siswa

= Jumlah skor totalTrianto mengatakan bahwa setiap siswa dikatakan tuntas secara individu, jika proporsi jawaban benar siswa mencapai 65.3. Ketuntasan Hasil Belajar SiswaUntuk mengetahui nilai ratarata siswa secara klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus Zainal Aqib dkk, (2009:41), yaitu :

x= 100 %keterangan :x = Nilai Rata-rata

= Jumlah semua nilai siswa

= Jumlah siswaDepdikbud, 1996:48 yang dikutip oleh Trianto (2009:241) Mengatakan suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal. Jika dalam kelas tersebut terdapat 85 % siswa yang telah mencapai tuntas belajarnya sesuai KKm yang ditentukan.4. Rata-rata Kelas.Untuk mengetahui nilai ratarata kelas dapat dihitung dengan menggunakan rumus Sudjana (2005:70), yaitu :

Keterangan := Rata-rata kelas

= Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas

= Tanda kelas interval