52
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar. Para siswa masih sulit dalam memahami prinsip dan konsep terutama dalam pembelajaran tentang geometri. Hal ini dapat terjadi karena model yang sebelumnya, tidak menyentuh kebutuhan, tidak menarik atau siswa tidak terlibat secara aktif di dalam menemukan konsep maupun prinsip di atas. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyebab rendahnya hasil belajar matematika di Sekolah Dasar karena guru masih menggunakan model mengajar yang tidak sesuai dengan materi, karakteristik siswa, dan guru biasanya hanya mengejar materi yang akan diajarkan dengan tujuan agar cepat selesai. Oleh sebab itu siswa kesulitan dalam memahami, menguasai konsep dan membuat siswa cenderung merasa jenuh dan bosan dengan pembelajaran 1

BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

  • Upload
    hakiet

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak

tercapainya ketuntasan belajar. Para siswa masih sulit dalam memahami

prinsip dan konsep terutama dalam pembelajaran tentang geometri. Hal ini

dapat terjadi karena model yang sebelumnya, tidak menyentuh kebutuhan,

tidak menarik atau siswa tidak terlibat secara aktif di dalam menemukan

konsep maupun prinsip di atas.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyebab rendahnya

hasil belajar matematika di Sekolah Dasar karena guru masih menggunakan

model mengajar yang tidak sesuai dengan materi, karakteristik siswa, dan

guru biasanya hanya mengejar materi yang akan diajarkan dengan tujuan agar

cepat selesai. Oleh sebab itu siswa kesulitan dalam memahami, menguasai

konsep dan membuat siswa cenderung merasa jenuh dan bosan dengan

pembelajaran yang dilakukan. Khususnya akan merasa bosan pada mata

pelajaran matematika itu sendiri.

Selama ini pembelajaran matematika yang dilaksanakan sudah

menggunakan alat bantu pelajaran akan tetapi masih belum maksimal, hanya

menggunakan gambar dari bangun datar yang diterapkan oleh guru dan

metode yang digunakan hanya ceramah dan peragaan dari guru tanpa

melibatkan secara aktif dalam pembelajaran.

Selain itu interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain di kelas IV

SDN 6 Ampenan masih belum maksimal dan sebagian besar siswa pasif.

1

Page 2: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

Tidak ada inisiatif dari siswa untuk menanyakan hal–hal yang belum

dipahami kepada gurunya. Aktivitas siswa hanya terbatas pada melihat,

mendengar dan mencatat hal yang disampaikan oleh guru. Guru menulis

dipapan tulis, siswa mengerjakan soal di buku kelas, serta pemberian PR yang

sifatnya monoton dan kurang variatif akibatnya siswa kurang aktif karena

hanya menerima dan mengerjakan yang diberikan oleh guru. Hal ini tentunya

akan berdampak pada siswa yang kurang percaya diri baik dalam bertanya,

menyampaikan ide, maupun dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang

diberikan oleh guru.

Berdasarkan hasil ulangan semester I tahun lalu, dari 42 orang siswa,

rata-rata menunjukkan prestasi yang rendah, hanya sekitar 69 persen atau

sekitar 29 orang saja yang sudah mencapai KKM dengan nilai rata-rata 6,4

yang dapat memahami konsep pembelajran matematika dan 13 orang siswa

belum mencapai KKM.

Faktor-faktor lainnya yang menyebabkan prestasi siswa tidak

mencapai KKM secara maksimal antara lain adalah :

1. Proses pembelajaran lebih berorientasi pada target penguasaan materi,

tidak mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

2. Kurangnya kemampuan siswa dalam berpikir logis, analitis, sistimatis,

kritis dan kreatif.

3. Siswa kurang mampu memahami konsep matematika, menjelaskan

keterkaitan antara konsep dan kurang mampu mengaplikasikan konsep

secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecaahkan suatu masalah

2

Page 3: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

4. Siswa kurang mampu menyerap cara yang ditempuh guru dalam

menerapkan konsep pembelajaran matematika.

5. Kepedulian dan perhatian orang tua dalam dunia pendidikan sangat

kurang.

Dengan menggunakan Alat Bantu Pelajaran diharapkan bisa

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa terutama dalam

pembelajaran geometri yaitu mencari luas dan keliling bangun datar sehingga

peserta didik dapat mengaitkan materi dengan dunia nyata peserta didik dan

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Ada dua manfaat penting alat peraga dalam pembelajaran Matematika

di SD/MI Pertama, Secara Psikologis, taraf berpikir peserta didik di SD/MI

masih berada pada tahap operasi konkret, sedangkan substansi Matematika

bersifat abstrak, sehingga dengan memanfaatkan alat peraga, peserta didik

akan lebih mudah memahami konsep, prinsip matematika yang abstrak

tersebut. Kedua, pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran matematika di

SD/MI dapat menumbuhkan rasa senang peserta didik untuk belajar

matematika. ( Meqip ; 2007 : 1 )

Dengan penelitian ini diharapkan siswa menjadi lebih akif dalam

pembelajaran dengan menggunakan Alat Bantu pelajaran sehingga

kemampuan siswa dalam pembelajaran keliling dan luas bangun datar

segitiga dan jajargenjang dapat ditingkatkan.

3

Page 4: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

B. PEMBATASAN MASALAH

1. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut

kemampuan yang dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta

perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar

dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk

nilai dan hasil tes atau ujian.

2. Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasl pengalamannya.

3. Pembelajaran matematika dalam pada penelitian ini adalah menghitung

keliling dan luas bangun datar segitiga dan jajargenjang.

4. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas IV SDN 6 Amepnan tahun

pelajaran 2010/2011.

C. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

1. Perumusan Masalah

a. Apakah dengan menggunakan alat bantu pelajaran dalam pembelajaran

keliling dan luas bangun datar dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa kelas IV SDN 6 Ampenan tahun pelajaran 2010/2011 ?

b. Apakah dengan menggunakan alat bantu pelajaran dalam pembelajaran

keliling dan luas bangun datar dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa kelas IV SDN 6 Ampenan tahun pelajaran 2010/2011 ?

2. Pemecahan Masalah

4

Page 5: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

Dalam proses pembelajaran, tentu banyak kendala yang dihadapi

oleh guru yang mengakibatkan rendahnya aktivitas dan prestasi belajar

siswa. Oleh karena itu guru dituntut untuk menerapkan berbagai macam

cara dalam melaksanakan pembelajaran, di antaranya pembelajaran

menggunakan alat bantu pelajaran. Alat bantu pelajaran memberikan andil

yang cukup besar dalam proses pembelajaran.

Dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu

pelajaran siswa diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam

mengolah informasi dari benda konkret yang diberikan. Kegiatan

pembelajaran semacam ini dapat membuat siswa lebih banyak melibatkan

diri dalam menelaah materi.

Untuk memecahkan permasalahan di atas, dilakukan tindakan-

tindakan sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas, yaitu:

1. Menyusun perangkat pembelajaran yang mengacu pada penggunaan

Alat bantu pelajaran secara umum meliputi komponen: tujuan, materi,

kegiatan belajar mengajar di kelas, dan evaluasi.

2. Melaksanakan skenario pembelajaran yang mengacu pada

pemebelajaran dengan menggunakan alat bantu pelajaran untuk tiap-

tiap siklus tindakan (direncanakan tiga siklus), evaluasi dan refleksi.

3. Tindakan di dalam kelas disesuaikan dengan materi dan penggunaan

alat bantu pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas

4. Mengusahakan keterlibatan siswa dengan bantuan guru untuk

menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep sendiri sesuai materi

matematika yang dipelajari.

5

Page 6: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

5. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sedrhana ke komplek dan

dari yang konkret ke abstrak.

6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Dalam proses pembelajaran, guru dapat memodifikasi langkah-

langkah tersebut dengan tetap memperhatikan prinsip yang baku sesuai

dengan gaya mengajar dan fasilitas yang ada, maka pembelajaran dengan

menggunakan alat bantu pelajaran dengan baik dan benar diharapkan

aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran keliling dan luas

bangun datar dengan menggunakan alat bantu pelajaran siswa kelas IV

SDN 6 Ampenan tahun pelajaran 2010/2011.

b. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran keliling dan luas

bangun datar dengan menggunakan alat bantu pelajaran siswa kelas IV

SDN 6 Ampenan tahun pelajaran 2010/2011.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi guru :

6

Page 7: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

a. Sebagai bahan perbandingan dan sekaligus memperkaya pengetahuan

guru dalam memahami dan menerapkan penggunaan Alat Bantu

pelajaran

b. Sebagai acuan untuk mengembangkan model-model Alat Bantu dalam

upaya meningkatkan prestasi belajar dan aktifitas siswa.

c. Sebagai pengalaman dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru

2. Bagi siswa :

a. Siswa lebih aktif, kreatif dan senang belajar matematika.

b. Meningkatkan rasa ingin tahu, perhatian dan minat siswa.

c. Meningkatkan aktivitas belajar supaya lebih bermakna.

3. Bagi Kepala Sekolah

Bagi kepala sekolah penelitian ini bermafaat dalam melakukan pembinaan

kemampuan guru dalam merancang, mengimplementasikan dan

mengevaluasi pembelajaran.

4. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan

mutu pembelajaran matematika dengan menggunakan alat bantu pelajaran.

5. Bagi Penentu Kebijakan

Bagi pihak penentu kebijakan dalam hal ini pihak Dinas Pendidikan

dapat memberikan dukungan dan arahan dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan Alat Bantu Pelajaran, baik pada

mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

7

Page 8: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

A. Deskrpsi Teoritis

1. Belajar dan Pembelajaran

1.1. Pengertian belajar

Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai belajar. Di antaranya adalah W.S. Winkel (1991 : 36) dalam bukunya yang berjudul: ‘Psikologi Pengajaran.’  Menurutnya, belajar adalah: “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Menurut S. Nasution MA, ( 1982:68 ), belajar adalah: “Sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.”

Sedangkan Mahfud Shalahuddin (1990 : 29) dalam buku: Pengantar Psikologi Pendidikan, mendefinisikan bahwa: “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai  atau dimilikinya dan dipergunakannya  sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.” (http://spesialistorch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=120.)

Jadi, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan

oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri.

1.2. Proses Pembelajaran.

8

Page 9: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang

bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi

serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa

untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa

yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)

Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No.

20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau

“pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau

mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian

pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan

Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu

kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah

kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang

dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.

Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan di sekolah, pembelajaran dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas atau sekolah yang memungkinkan kegiatan siswa belajar di sekolah). Dari pengertian tersebut jelas kiranya bahwa unsur pokok dalam pembelajaran adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran, guru dan siswa sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran. (http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri pem-belajaran/)

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa

9

Page 10: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang

belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan

baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena

adanya usaha.

2. Matematika dan Belajar Matematika

2.1. Pengertian Matematika

Matematika adalah terjemahan dari Mathematics. Namun arti

atau definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara

eksak ( pasti ) dan singkat. Definisi dari matematika makin lama makin

sukar untuk dibuat, karena cabang-cabang matematika makin

bertambah dan makin bercampur satu sama lainnya. ( dalam

Ruseffendi, 1993:27 )

James dan James ( 1976 ), dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Namun pembagian yang jelas sangatlah sukar untuk dibuat, sebab cabang-cabang itu semakin bercampur. Sebagai contoh, adapula pendapat yang mengatakan bahwa matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang terbagi menjadi 4 wawasan yang luas, yaitu aritmatika, aljabar, geometri dan analisis, dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistik. ( dalam Ruseffendi, 1993:27 )

Johnson dan Rising ( 1972 ), dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik; Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, refresentasenya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide ( gagasan ) daripada mengenai bunyi ; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang telah dibuktikan

10

Page 11: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

kebenarannya ; matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutannya dan keharmonisannya. Jadi menurut Johnson dan Rising, jelas bahwa matematika adalah ilmu deduktif. ( dalam Ruseffendi, 1993:28 )

Reys dkk. ( 1984 ) dalam bukunya mengatakan bahwa

matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan

atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. ( dalam

Ruseffendi, 1993:28 )

Kemudian Kline ( 1973 ) dalam bukunya mengatakan pula,

bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat

sempurna karena dirinya sendiri, tetapi karena adanya matematika itu

terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai

permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. ( dalam Ruseffendi, 1993:28)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang

membahas tentang metode mencari kebenaran dengan menggunakan

pola dan hubungan serta menggunakan alat.

2.2. Belajar Matematika

a. Belajar Matematika menurut Bruner

Jarome Brunner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda ( alat peraga). Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaiaman keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh siswa dihubungkan dengan keteraturan intuitif yang melekat pada dirinya.

11

Page 12: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

Bruner sangat menyarankan keaktifan siswa dalam proses

belajar secara penuh lebih disukai lagi bila proses ini berlangsung di

tempat yang khusus, yang dilengkapi dengan obyek-obyek untuk

dimanipulasi siswa.

Bruner mengungkapkan dalam proses belajar siswa melewati

3 tahap, yaitu :

1) Tahap Enaktif

Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam

memanipulasi obyek

2) Tahap Ikonik

Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan

dengan mental, yang merupakan gambaran dari obyek-obyek

yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi obyek

seperti yang dilakukan siswa seperti dalam tahap Enaktif.

3) Tahap Simbolik

Dalam tahap ini siswa memanipulasi simboil-simbol atau

lambang-lambang obyek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan

obyek-obyek pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah

mampumenggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap

obyek real. ( dalam Ruseffendi, 1993:109-110 )

b. Belajar Matematika menurut Zoltan P. Dienes

12

Page 13: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip

dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan

dapat difahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-

benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat

berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran

matematika.

Dalam teori yang dikemukakannya, Dienes menyatakan

bahwa konsep-konsep matematika akan berhasil bila dipelajari

dalam tahap-tahap tertentu. Dalam konsepnya itu Dienes membagi

tahap-tahap belajar dalam 6 tahap, yaitu :

1) Permainan bebas ( Free Play )

2) Permainan yang disertai aturan ( Games )

3) Permainan Kesamaan Sifat ( Searching For Comunities )

4) Representasi ( Representation )

5) Simbolisasi ( Symbolization )

6) Formalisasi ( Formalization )

Selanjutnya Dienes menekankan kepada perlunya anak diberi

beraneka ragam benda konkret sebagai model konkret dari konsep

matematika yang sedang dipelajari tersebut. Ada beberapa alasan

sehubungan dengan pemakaian alat peraga dalam pengajaran

matematika yang perlu mendapat perhatian, di antaranya :

1) Peragaan hendaknya dengan menggunakan berbagai contoh

supaya penghayatan siswa lebih besar. Misalnya jika kita

menyampaikan konsep lingkaran bisa digunakan alat peraga

13

Page 14: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

seperti kaleng susu, cincin, roda, drum, bulatan dari triplek atau

karton, gambar lingkaran, terowongan, gelang, peralatan rumah

tangga, atau mainan yang berbentuk lingkaran, dan sebagainya.

2) Peragaan selain menggunakan berbagai contoh juga harus

beraneka ragam. Misalnya jika menggambar segitiga hendaknya

digambar dalam berbagai ukuran, berbagai bentuk dan berbagai

posisi/letak. ( dalam Ruseffendi, 1993:125,144 )

c. Belajar Matematika menurut Piaget

Piaget berpendapat bahwa siswa yang tahap berpikirnya masih ada pada tahap Operasi Konkret ( sebaran umur dari sekitar 7 tahun sampai sekitar 11/12 tahun atau 13 tahun kadang-kadang lebih ), yaitu tahapan umur pada anak-anak SD tidak akan dapat memahami operasi ( logis ) dalam konsep matematika tanapa dibantu oleh benda-benda konkret. Anak-anak pada tahap berpikir ini dapat dikelompokkan ke dalam 4 taraf berpikir, yaitu:

1) Taraf berpikir konkret yang dalam belajar selalu memerlukan

benda-benda konkret, sehingga anak pada taraf berpikir ini tidak

mungkin dapat menyelesaikan soal 3 + 5 =...... tanpa bantuan alat

peraga yang berupa benda-benda konkretnya.

2) Taraf berpikir semi konkret dapat mengerti dalam belajarnya,

bila dibantu dengan gambar benda konkret. Anak yang dapat

berpikir semi konkret dapat mengerti arti ” tiga ” bila tiga batang

pensil atau tiga buah kursi digambar, tidak perlu lagi tiga batang

pensil atau tiga buah kursi yang sebenarnya, jadi alat peraganya

sudah dapat berupa gambar.

14

Page 15: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

3) Taraf berpikir semi abstrak dapat mengerti belajar matematika

dengan bantuan diagram, ttorus dan sebagainya. Untuk anak

yang berada pada taraf ini sudah tidak memerlukan tiga batang

pensil real atau tiga buah kursi real, juga tidak perlu digambar,

cukup digunakan tiga buah tanda hitung ( tally atau Torus ),

berarti alat peraga yang harus kita pakai berupa diagram.

4) Taraf berpikir abstrak yang merupakan taraf berpikir keempat

dari tahap berpikir operasi konkret. Pada taraf berpikir ini anak-

anak sudah mengerti arti ” tiga” tanpa bantuan alat peraga lagi.

( dalam Ruseffendi, 1993:143 )

Selain para ahli tersebut di atas yang sangat mendukung

pemakaian alat peraga dalam pengajaran matematika, juga ada

pendukung lainnya yaitu para peneliti. Sejak tahun 50-an sampai

tahun 70-an tidak kurang dari 20 rangkuman penelitian penggunaan

alat peraga dalam pengajaran matematika. Di antaranya yang paling

lengkap adalah rangkuman DR. Higgins dan DR. Suydan tahun

1976, yang antara lain menyimpulkan :

1. Pada umumnya penelitian itu berkesimpulan bahwa pemakaian

alat peraga dalam pengajaran matematika itu berhasil/efektif

dalam mendorong prestasi belajar siswa.

2. Sekitar 60% lawan 10% menunjukkan keberhasilan yang

meyakinkan dari yang belajar dengan alat peraga terhadap yang

tidak memakai. Besarnya persentase yang menyatakan bahwa

15

Page 16: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

penggunaan alat peraga itu paling tidak berhasil belajarnya sama

dengan yang tidak menggunakan alat peraga adalah 90%

3. Manipulasi alat peraga itu pentingbagi siswa SD di semua

tingkatan.

4. Ditemukan sedikit bukti bahwa memanipulasikan alat peraga itu

hanya berhasil di tingkat yang lebih rendah.

5. Hasil penelitian tambahan menunjukkan bahwa kegunaan alat

peraga real (bendanya) sama gunanya seperti berupa gambarnya.

(dalam Ruseffendi, 1993:144)

3. Media Pembelajarn dan Alat Bantu Pelajaran

3.1. Media Pembelajaran

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi semakin

mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil

tekhnologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu

menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak

tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan

perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat

menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana

dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam mencapai tujuan

pengajaran yang diharapkan. Di samping mampu menggunakan alat-

alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk mengembangkan

keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya

apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki

16

Page 17: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media

pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994:6):

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses

belajar mengajar;

a. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan;

b. Seluk-beluk proses belajar;

c. Hubungan antara metode mengajar dengan media pembelajaran;

d. Nilai atau manfaat media pembelajaran dalam penagajaran

e. Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran;

f. Berbagai jenis alat dan teknik media pembelajaran;

g. Media pembelajaran dalam setiap mata pelajaran;

h. Usaha inovasi dalam media pembelajaran.

Dalam proses belajar atau belajar bagaimana belajar

diperlukan keterampilan intelektual, keterampilan sosial dan

keterampilan fisik. Guru mengembangkan kemampuan dasar siswa

menjadi keterampilan intelektual, sosial dan fisik. Kepada siswa tidak

diberikan ” apa yang harus dipelajari ” tetapi yang lebih penting lagi

” bagaimana cara mempelajarinya ”. Siswa diajari cara belajar yang

baik atau belajar bagaimana belajar.

Jadi pemilihan media itu perlu kita lakukan agar kita dapat

menentukan media yang terbaik , tepat dan sesuai dengan kebutuhan

dan kondisi sasaran didik. Untuk itu, pemilihan jenis media harus

dilakukan dengan prosedur yang benar, karena begitu banyak jenis

media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing-masing.

17

Page 18: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

Sebagai bagian dari sumber belajar, media harus dapat kita

manfaatkan secara maksimal untuk membantu siswa mmencapai

tujuan belajarnya. Alangkah minimnya pengalaman belajar anak didik

kita, jika mereka hanya memperoleh informasi dari sumber-sumber

yang terbatas, guru memang salah satu sumber belajar bagi siswanya,

tetapi bukan satu-satunya. Masih banyak sumber belajar lain yang

dapat kita manfaatkan untuk membuat siswa kita belajar. Salah

satunya adalah Alat bantu pelajaran. Peran penting guru adalah

mengupayakan agar setiap siswanya dapat berinteraksi dengan

sebanyak mungkin sumber belajar.

3.2. Alat Bantu Pelajaran.

Beberapa pengertian tentang alat bantu pelajaran, di antaranya :

1) Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar ( 1989:152 ) anak berusia 6-11 tahun dalam perkembanganya berada dalam tahap operasional konkret. Sarana yang tepat untuk menjembatani cara berfikir anak yang konkret dengan objek matematika yang abstrak adalah dengan alat peraga. Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah komunikasi maka harus digunakan sarana yang bisa membantu komunikasi yaitu alat peraga.

2) Menurut Anderson: Alat peraga sebagai media / perlengkapan yang

digunakan untuk membantu guru mengajar.

3) Menurut tim PKG: Alat peraga merupakan benda-benda konkret

sebagai model dan ide-ide matematika dan untuk penerapannya.

4) Alat peraga yaitu alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru

dalam berkomunikasi dengan siswa. Alat peraga ini dapat berupa

benda ataupun perilaku. (Rachman Natawidjaja:1979) ( dalam

18

Page 19: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH2516/

c51f4a52.dir/doc.pdf)

Dalam Undang-Undang No.2 tahun 1989 pada Penjelasan Pasal 35 tercantum bahwa pelaksanaan pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan dan para peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan. Salah satu sumber belajar yang sangat penting dalam hal ini adalah alat peraga/praktek yang dapat membantu guru untuk memperjelas dan memvisualkan konsep atau pengertian serta melatih untuk mencapai keterampilan tertentu. Untuk mata pelajaran yang tujuan instruksionalnya lebih banyak menekankan segi keterampilan (Psikomotorik) seperti pada mata pelajaran Matematika, alat peraga/praktik sangat diperlukan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. ( Depdikbud, 1998:i )

Dengan menggunakan Alat Bantu Pelajaran diharapkan bisa

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa terutama dalam

belajar geometri yaitu mencari luas dan keliling bangun datar

sehingga peserta didik dapat mengaitkan materi dengan dunia nyata

peserta didik dan membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

4. Aktivitas belajar dan Prestasi Belajar

4.1. Aktivitas belajar

Menurut Hamalik (2003 : 170-171), pengajaran yang efektif

adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau

melakukan aktivitas sendiri. Anak belajar sambil bekerja, dengan

bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-

aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang

bermakna untuk hidup di masyarakat. Oleh karena itu, guru yang

bertindak sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran

19

Page 20: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

hendaknya mampu menciptakan pembelajaran yang dapat

mengikutsertakan siswa secara aktif baik individu maupun kelompok

dalam kegiatan pembelajaran.

Montessori dalam Sardiman (2001: 96) menyatakan bahwa

yang banyak melakukan aktivitas di dalam pembelajaran diri anak

adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan

dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak

didik. (http://episentrum.com/search/definisi%20aktivitas%20belajar)

Aktivitas siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan karena

berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar yang optimal. Untuk

meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran guru dapat

melakukannya dengan merancang kegiatan siswa dalam fase-fase

pembelajaran yang disusun berdasarkan tahap perkembangan kognitif

siswa dimana dalam fase-fase pembelajaran tersebut siswa dapat

mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka.

Berdasarkan paparan di atas, aktivitas belajar adalah suatu

kegiatan edukatif yang dilakukan oleh siswa dalam mengikuti

pembelajaran dengan cara mengkonstruksinya sendiri dengan guru

sebagai fasilitator.

4.2. Prestasi Belajar.

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh

individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu

tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal

20

Page 21: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

yang dicapai seseorang dalam suatu  usaha yang menghasilkan

pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Lebih lanjut Nurkancana dan

Sunartana (1992) mengatakan :

Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability).

 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah

siswa yang bersangkutan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

kecakapan nyata (actual) bukan kecakapan potensial. Menurut Nila

Parta, prestasi siswa pada mata pelajaran matematika dipengaruhi oleh

faktor dalam diri siswa yang belajar yang meliputi IQ, motivasi, minat,

bakat, kesehatan dan faktor luar siswa yang belajar yang meliputi guru

pengajar, materi ajar, latihan, sarana kelengkapan belajar siswa, tempat

di sekolah atau di rumah serta di lingkungan sosial siswa.

Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau

nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk

menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur

aspek – aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman

atau aplikasi suatu konsep. (http://ipotes.wordpress.

com/2008/05/24/prestasi-belajar/)

Berdasarkan paparan di atas, prestasi belajar merupakan hasil

penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa setelah melakukan

aktivitas belajar.

21

Page 22: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

B. Kerangka Berpikir

Salah satu sumber belajar yang sangat penting dalam pembelajaran

matematika adalah alat peraga/praktek yang dapat membantu guru untuk

memperjelas dan memvisualkan konsep atau pengertian serta melatih untuk

mencapai keterampilan tertentu. Untuk mata pelajaran yang tujuan

instruksionalnya lebih banyak menekankan segi keterampilan (Psikomotorik)

seperti pada mata pelajaran matematika, alat peraga/praktik sangat diperlukan

sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.

Ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan alat peraga dalam

pembelajaran matematika, antara lain :

1) Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih

banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga

minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Anak akan

senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran

matematika.

2) Dengan disajikannya konsep abstrak matematika

dalam bentuk konkrit, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah

akan lebih mudah memahami dan mengerti

3) Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang,

karena tidak membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama bentuk

geometri ruang sehingga dengan melalui gambar dan benda-benda

nyatanya akan terbantu daya tiliknya sehingga lebih berhasil dalam

belajarnya

22

Page 23: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

4) Anak akan menyadari adanya hubungan antara

pembelajaran dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu

dengan alam sekitar dan masyarakat.

5) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam

bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model matematika dapat dijadikan

obyek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide

baru dan relasi-relasi baru.

Selain itu, manfaat alat bantu pelajaran yang lain adalah merupakan

sarana fisik dan sarana komunikasi untuk menyampaikan isi/materi

pembelajaran. Alat bantu pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat

mengantarkan pesan, merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik

sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik

secara optimal.

Untuk mendapatkan prestasi belajar yang diharapkan, penggunaan

Alat Bantu pelajaran dalam pembelajaran adalah suatu hal yang sangat

penting dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi peserta didik.

Dalam penelitian ini difokuskan pada penggunaan alat bantu pelajaran

dalam proses pembelajaran sehingga memungkinkan memiliki pengaruh yang

sangat besar terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

23

Page 24: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

” Penggunaan Alat Bantu Pelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi

belajar siswa pada pembelajaran keliling dan luas bangun datar kelas IV SDN

6 Ampenan Tahun pelajaran 2010/2011 ”

BAB III

RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek penelitian.

Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN

6 Ampenan yang berlokasi di Kecamatan Mataram Kota Mataram, pada

semester I tahun pelajaran 2010-2011. Subyek penelitian ini adalah 30 orang

siswa yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.

Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Juli s/d

September 2010 di SDN 6 Ampenan Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan terdiri atas tiga siklus dengan rincian materi dan pertemuan tiap

siklusnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Rincian materi dan pertemuan tiap siklus.

Siklus Materi Alokasi Waktu

IUnsur-unsur dan jenis segitiga

dan jajargenjang2 x 35 menit

evaluasi 1 x 35 menit

IIKeliling dan luas segitiga 2 x 35 menit

evaluasi 1 x 35 menit

IIIKeliling dan luas jajargenjang 2 x 35 menit

evaluasi 1 x 35 menit

24

Page 25: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

B. Variabel yang diselidiki

- Variabel Tindakan :

- Variabel Harapan/Output :

C. Rencana Tindakan

Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu tahap perencanaan,

tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan evaluasi, dan tahap refleksi.

Adapun penjelasan tiap tahap yaitu:

1. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini yaitu:

a) Membuat alat peraga segitiga dan jajargenjang.

b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

c) Menyusun lembar kerja siswa dan soal-soal latihan.

25

Penggunaan Alat Bantu Pelajaran dalam

Pembelajaran Matematika ( Geometri )

terutama pembelajaran keliling dan luas

bangun datar.

Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi

Belajar Matematika ( Geometri ) pada

pembelajaran keliling dan luas bangun

datar

Page 26: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

d) Membuat pedoman observasi guru untuk

mengamati kesesuaian antara proses pembelajaran dengan Rencana

Pelaksanaan pembelajaran.

e) Membuat pedoman observasi siswa untuk

mengetahui tingkat aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

f) Menyusun soal evaluasi setiap siklus dalam bentuk

pilihan ganda untuk mendapatkan data hasil belajar.

g) Menyusun pedoman penilaian evaluasi.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan RPP yang

telah direncanakan.

3. Tahap Observasi

Pada tahap observasi yang akan diamati adalah pelaksanaan

kegiatan pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Semua aktivitas tersebut akan dicatat dalam

lembar observasi yang sudah disiapkan.

4. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui pemahaman atau

penguasaan siswa terhadap konsep yang telah dipelajari dengan

memberikan tes evaluasi belajar berupa soal pilihan ganda pada tiap akhir

siklusnya.

5. Tahap refleksi

26

Page 27: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksaan

tindakan. Dari hasil observasi dan evaluasi, peneliti dan guru

mengidentifikasi kekurangan atau hambatan selama proses pembelajaran,

selanjutnya dilakukan langkah-langkah perbaikan untuk pelaksanaan

proses pembelajaran pada siklus berikutnya.

D. Data dan Cara Pengumpulannya

1. Sumber data

Sumber data dari penelitian ini adalah siswa dan guru

2. Jenis data

Jenis data yang didapatkan adalah data kwantitatif dan data

kwalitatif yang tediri dari :

a. Data kualitatif : data aktivitas belajar siswa dan data aktivitas guru.

b. Data Kuantitatif : data hasil evaluasi belajar siswa.

2. Cara pengambilan data

Cara pengambilan data pada penelitian ini yang dilakukan peneliti adalah

sebagai berikut:

a. Data aktivitas belajar siswa dalam kelas diambil dengan

menggunakan lembar observasi pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

27

Page 28: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

b. Data hasil evaluasi belajar siswa diambil dengan memberikan tes

kepada siswa pada akhir pembelajaran.

c. Data aktivitas guru dalam kelas diambil dengan menggunakan

lembar observasi pada tiap pertemuan.

Seluruh tim peneliti yang terlibat dalam pengumpulan data harus

mempunyai kesamaan persepsi sehingga data yang dikumpulkan valid dan

selanjutnya berdiskusi tentang data yang diperlukan dan cara

pengumpulannya sebelum dilakukan pengumpulan data.

E. Instrumen Penelitian

Agar data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan maka

diperlukan instrumen pengumpulan data yang baik. Sehubungan dengan

penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah:

1. Lembar observasi siswa, yang berisi beberapa indikator aktivitas belajar

siswa yang diantaranya:

a. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran

b. Antusias siswa dalam kegiatan belajar mengajar

c. Timbulnya inisiatif siswa

d. Keaktifan siswa

e. Keterampilan siswa

f. Kerjasama kelompok dalam diskusi

28

Page 29: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

2. Tes prestasi belajar siswa untuk tiap siklus. Jenis tes yang digunakan

adalah bentuk uraian untuk dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa

terhadap suatu materi.

3. Lembar observasi guru digunakan untuk menilai rancangan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru dari persiapan sampai pada tahap evaluasi di

antaranya :

a) Perencanaan dan persiapan mengajar

b) Menyajikan materi pembelajaran

c) Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

d) Memberi bimbingan saat diskusi kelompok

e) Pemberian umpan balik terhadap hasil diskusi

f) Menutup Pembelajaran

F. Pengolahan dan Analisis

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya

peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dari siklus ke siklus, yang

akan diteliti dengan cara sebagai berikut:

1. Data Kualittatif

a) Data Aktivitas Siswa

1. Data aktivitas siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut:

Menentukan skor aktivitas belajar siswa secara klasikal dilakukan

dengan menilai setiap deskriptor dari setiap indikatornya. Setiap

deskriptor pada penelitian ini pemberian skornya mengikuti aturan

sebagai berikut:

a) Skor 1 diberikan jika X ≤ 25%

29

Page 30: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

b) Skor 2 diberikan jika 25% < X ≤ 50%

c) Skor 3 diberikan jika 50% < X ≤ 75%

d) Skor 4 diberikan jika X ≥ 75%

dimana X = banyaknya siswa yang aktif melakukan aktivitas sesuai

deskriptor

2. Menentukan skor maksimal ideal ( SMI )

- Banyaknya indikator = 6

- Skor maksimal tiap indikator = 4

- Skor setiap indikator = jumlah skor deskriptor yang tampak pada

tiap indikator dibagi banyaknya deskriptor dan tiap indikator

terdiri dari 3 deskriptor.

- Jadi skor maksimal ideal ( SMI ) = 6 x 4 =24

3. Analisis data aktivitas belajar siswa menggunakan MI ( Mean Ideal )

dan SDI ( Standar Deviasi Ideal )

=

Tabel 2. Kriteria untuk menentukan aktivitas belajar siswa berdasarkan skor standar.

Interval Interval Skor KategoriMI + 1,5 SDI ≤ AS ≤ MI + 3 SDI 19,5 ≤ AS ≤ 24 Sangat tinggiMI + 0,5 SDI ≤ AS MI + 0,5 SDI 16,5 ≤ AS ≤ 19,5 TinggiMI – 0,5 SDI ≤ AS ˂ MI + 0,5 SDI 13,5 ≤ AS ≤ 16,5 SedangMI – 1,5 SDI ≤ AS ˂ MI – 0,5 SDI 10,5 ≤ AS ≤ 13,5 RendahMI – 3 SDI ≤ AS ˂ MI- 1,5 SDI 6 ≤ AS ≤ 10,5 Sangat Rendah

30

Page 31: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

Keterangan ;AS = total rata-rata skor aktivitas siswa

b) Data Aktivitas Guru

1. Indikator perilaku guru pada penelitian ini penilaiannya mengikuti

aturan berikut:

a. Skor 4 diberikan jika semua ( 3 ) deskriptor yang tampak

b. Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor yang tampak

c. Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor yang tampak

d. Skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor yang tampak

2. Analisis data aktivitas guru

menggunakan MI ( Mean Ideal) dan SDI ( Standar Deviasi Ideal )

=

Tabel 3. Kriteria untuk menentukan aktivitas guru berdasarkan skor standar.

Interval Interval Skor KategoriMI + 1,5 SDI ≤ AG ≤ MI + 3 SDI 19,5 ≤ AG ≤ 24 Sangat BaikMI + 0,5 SDI ≤ AG˂ MI + 0,5 SDI 16,5 ≤ AG ≤ 19,5 BaikMI – 0,5 SDI ≤ AG˂ MI + 0,5 SDI 13,5 ≤ AG ≤ 16,5 Cukup BaikMI – 1,5 SDI ≤ AG˂ MI – 0,5 SDI 10,5 ≤ AG ≤ 13,5 Kurang BaikMI – 3 SDI ≤ AG˂ MI- 1,5 SDI 6 ≤ AG ≤ 10,5 Sangat Kurang Baik

Keterangan : AG = Seluruh skor yang dicapai guru pada seluruh indikator.

31

Page 32: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

2. Data Kuantitatif

Data Prestasi Belajar Siswa

a. Ketuntasan Klasikal

Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal dianalisis

dengan rumus:

KB = 100 %

Ket. KB = Prosentase Ketuntasan Belajar

P = Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 65, dengan

KKM Mata pelajaran Matematika 6,5.

N = Banyaknya siswa yang hadir

c) Ketuntasan Individu

Ketuntasan belajar secara individu dikatakan tuntas apabila siswa

memperoleh nilai ≥ 65 dengan rumus

G. Indikator kinerja

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah peningkatan aktivitas

dan prestasi belajar siswa dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila aktivitas belajar

siswa berkategori aktif.

2. Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila nilai rata-rata siswa

secara klasikal ≥ 65 dan tercapai ketuntasan klasikal 85 % dari siswa

yang mendapat nilai ≥ 65.

32

Page 33: BAB I - adedelfiana.files.wordpress.com file · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG . Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak tercapainya ketuntasan belajar

33