Upload
hakiet
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya pelajaran matematika masih menunjukkan tidak
tercapainya ketuntasan belajar. Para siswa masih sulit dalam memahami
prinsip dan konsep terutama dalam pembelajaran tentang geometri. Hal ini
dapat terjadi karena model yang sebelumnya, tidak menyentuh kebutuhan,
tidak menarik atau siswa tidak terlibat secara aktif di dalam menemukan
konsep maupun prinsip di atas.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyebab rendahnya
hasil belajar matematika di Sekolah Dasar karena guru masih menggunakan
model mengajar yang tidak sesuai dengan materi, karakteristik siswa, dan
guru biasanya hanya mengejar materi yang akan diajarkan dengan tujuan agar
cepat selesai. Oleh sebab itu siswa kesulitan dalam memahami, menguasai
konsep dan membuat siswa cenderung merasa jenuh dan bosan dengan
pembelajaran yang dilakukan. Khususnya akan merasa bosan pada mata
pelajaran matematika itu sendiri.
Selama ini pembelajaran matematika yang dilaksanakan sudah
menggunakan alat bantu pelajaran akan tetapi masih belum maksimal, hanya
menggunakan gambar dari bangun datar yang diterapkan oleh guru dan
metode yang digunakan hanya ceramah dan peragaan dari guru tanpa
melibatkan secara aktif dalam pembelajaran.
Selain itu interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain di kelas IV
SDN 6 Ampenan masih belum maksimal dan sebagian besar siswa pasif.
1
Tidak ada inisiatif dari siswa untuk menanyakan hal–hal yang belum
dipahami kepada gurunya. Aktivitas siswa hanya terbatas pada melihat,
mendengar dan mencatat hal yang disampaikan oleh guru. Guru menulis
dipapan tulis, siswa mengerjakan soal di buku kelas, serta pemberian PR yang
sifatnya monoton dan kurang variatif akibatnya siswa kurang aktif karena
hanya menerima dan mengerjakan yang diberikan oleh guru. Hal ini tentunya
akan berdampak pada siswa yang kurang percaya diri baik dalam bertanya,
menyampaikan ide, maupun dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
diberikan oleh guru.
Berdasarkan hasil ulangan semester I tahun lalu, dari 42 orang siswa,
rata-rata menunjukkan prestasi yang rendah, hanya sekitar 69 persen atau
sekitar 29 orang saja yang sudah mencapai KKM dengan nilai rata-rata 6,4
yang dapat memahami konsep pembelajran matematika dan 13 orang siswa
belum mencapai KKM.
Faktor-faktor lainnya yang menyebabkan prestasi siswa tidak
mencapai KKM secara maksimal antara lain adalah :
1. Proses pembelajaran lebih berorientasi pada target penguasaan materi,
tidak mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
2. Kurangnya kemampuan siswa dalam berpikir logis, analitis, sistimatis,
kritis dan kreatif.
3. Siswa kurang mampu memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antara konsep dan kurang mampu mengaplikasikan konsep
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecaahkan suatu masalah
2
4. Siswa kurang mampu menyerap cara yang ditempuh guru dalam
menerapkan konsep pembelajaran matematika.
5. Kepedulian dan perhatian orang tua dalam dunia pendidikan sangat
kurang.
Dengan menggunakan Alat Bantu Pelajaran diharapkan bisa
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa terutama dalam
pembelajaran geometri yaitu mencari luas dan keliling bangun datar sehingga
peserta didik dapat mengaitkan materi dengan dunia nyata peserta didik dan
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Ada dua manfaat penting alat peraga dalam pembelajaran Matematika
di SD/MI Pertama, Secara Psikologis, taraf berpikir peserta didik di SD/MI
masih berada pada tahap operasi konkret, sedangkan substansi Matematika
bersifat abstrak, sehingga dengan memanfaatkan alat peraga, peserta didik
akan lebih mudah memahami konsep, prinsip matematika yang abstrak
tersebut. Kedua, pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran matematika di
SD/MI dapat menumbuhkan rasa senang peserta didik untuk belajar
matematika. ( Meqip ; 2007 : 1 )
Dengan penelitian ini diharapkan siswa menjadi lebih akif dalam
pembelajaran dengan menggunakan Alat Bantu pelajaran sehingga
kemampuan siswa dalam pembelajaran keliling dan luas bangun datar
segitiga dan jajargenjang dapat ditingkatkan.
3
B. PEMBATASAN MASALAH
1. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut
kemampuan yang dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar
dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk
nilai dan hasil tes atau ujian.
2. Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasl pengalamannya.
3. Pembelajaran matematika dalam pada penelitian ini adalah menghitung
keliling dan luas bangun datar segitiga dan jajargenjang.
4. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas IV SDN 6 Amepnan tahun
pelajaran 2010/2011.
C. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
1. Perumusan Masalah
a. Apakah dengan menggunakan alat bantu pelajaran dalam pembelajaran
keliling dan luas bangun datar dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa kelas IV SDN 6 Ampenan tahun pelajaran 2010/2011 ?
b. Apakah dengan menggunakan alat bantu pelajaran dalam pembelajaran
keliling dan luas bangun datar dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas IV SDN 6 Ampenan tahun pelajaran 2010/2011 ?
2. Pemecahan Masalah
4
Dalam proses pembelajaran, tentu banyak kendala yang dihadapi
oleh guru yang mengakibatkan rendahnya aktivitas dan prestasi belajar
siswa. Oleh karena itu guru dituntut untuk menerapkan berbagai macam
cara dalam melaksanakan pembelajaran, di antaranya pembelajaran
menggunakan alat bantu pelajaran. Alat bantu pelajaran memberikan andil
yang cukup besar dalam proses pembelajaran.
Dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu
pelajaran siswa diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam
mengolah informasi dari benda konkret yang diberikan. Kegiatan
pembelajaran semacam ini dapat membuat siswa lebih banyak melibatkan
diri dalam menelaah materi.
Untuk memecahkan permasalahan di atas, dilakukan tindakan-
tindakan sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas, yaitu:
1. Menyusun perangkat pembelajaran yang mengacu pada penggunaan
Alat bantu pelajaran secara umum meliputi komponen: tujuan, materi,
kegiatan belajar mengajar di kelas, dan evaluasi.
2. Melaksanakan skenario pembelajaran yang mengacu pada
pemebelajaran dengan menggunakan alat bantu pelajaran untuk tiap-
tiap siklus tindakan (direncanakan tiga siklus), evaluasi dan refleksi.
3. Tindakan di dalam kelas disesuaikan dengan materi dan penggunaan
alat bantu pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
4. Mengusahakan keterlibatan siswa dengan bantuan guru untuk
menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep sendiri sesuai materi
matematika yang dipelajari.
5
5. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sedrhana ke komplek dan
dari yang konkret ke abstrak.
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran, guru dapat memodifikasi langkah-
langkah tersebut dengan tetap memperhatikan prinsip yang baku sesuai
dengan gaya mengajar dan fasilitas yang ada, maka pembelajaran dengan
menggunakan alat bantu pelajaran dengan baik dan benar diharapkan
aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran keliling dan luas
bangun datar dengan menggunakan alat bantu pelajaran siswa kelas IV
SDN 6 Ampenan tahun pelajaran 2010/2011.
b. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran keliling dan luas
bangun datar dengan menggunakan alat bantu pelajaran siswa kelas IV
SDN 6 Ampenan tahun pelajaran 2010/2011.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi guru :
6
a. Sebagai bahan perbandingan dan sekaligus memperkaya pengetahuan
guru dalam memahami dan menerapkan penggunaan Alat Bantu
pelajaran
b. Sebagai acuan untuk mengembangkan model-model Alat Bantu dalam
upaya meningkatkan prestasi belajar dan aktifitas siswa.
c. Sebagai pengalaman dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru
2. Bagi siswa :
a. Siswa lebih aktif, kreatif dan senang belajar matematika.
b. Meningkatkan rasa ingin tahu, perhatian dan minat siswa.
c. Meningkatkan aktivitas belajar supaya lebih bermakna.
3. Bagi Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah penelitian ini bermafaat dalam melakukan pembinaan
kemampuan guru dalam merancang, mengimplementasikan dan
mengevaluasi pembelajaran.
4. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan
mutu pembelajaran matematika dengan menggunakan alat bantu pelajaran.
5. Bagi Penentu Kebijakan
Bagi pihak penentu kebijakan dalam hal ini pihak Dinas Pendidikan
dapat memberikan dukungan dan arahan dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan Alat Bantu Pelajaran, baik pada
mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
7
A. Deskrpsi Teoritis
1. Belajar dan Pembelajaran
1.1. Pengertian belajar
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai belajar. Di antaranya adalah W.S. Winkel (1991 : 36) dalam bukunya yang berjudul: ‘Psikologi Pengajaran.’ Menurutnya, belajar adalah: “Suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Menurut S. Nasution MA, ( 1982:68 ), belajar adalah: “Sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.”
Sedangkan Mahfud Shalahuddin (1990 : 29) dalam buku: Pengantar Psikologi Pendidikan, mendefinisikan bahwa: “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.” (http://spesialistorch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=120.)
Jadi, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri.
1.2. Proses Pembelajaran.
8
Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa
untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa
yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No.
20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)
Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau
“pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau
mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian
pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan
Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu
kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah
kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang
dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.
Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan di sekolah, pembelajaran dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas atau sekolah yang memungkinkan kegiatan siswa belajar di sekolah). Dari pengertian tersebut jelas kiranya bahwa unsur pokok dalam pembelajaran adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran, guru dan siswa sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran. (http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri pem-belajaran/)
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa
9
belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan
baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena
adanya usaha.
2. Matematika dan Belajar Matematika
2.1. Pengertian Matematika
Matematika adalah terjemahan dari Mathematics. Namun arti
atau definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara
eksak ( pasti ) dan singkat. Definisi dari matematika makin lama makin
sukar untuk dibuat, karena cabang-cabang matematika makin
bertambah dan makin bercampur satu sama lainnya. ( dalam
Ruseffendi, 1993:27 )
James dan James ( 1976 ), dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Namun pembagian yang jelas sangatlah sukar untuk dibuat, sebab cabang-cabang itu semakin bercampur. Sebagai contoh, adapula pendapat yang mengatakan bahwa matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang terbagi menjadi 4 wawasan yang luas, yaitu aritmatika, aljabar, geometri dan analisis, dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistik. ( dalam Ruseffendi, 1993:27 )
Johnson dan Rising ( 1972 ), dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik; Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, refresentasenya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide ( gagasan ) daripada mengenai bunyi ; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan sifat-sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang telah dibuktikan
10
kebenarannya ; matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutannya dan keharmonisannya. Jadi menurut Johnson dan Rising, jelas bahwa matematika adalah ilmu deduktif. ( dalam Ruseffendi, 1993:28 )
Reys dkk. ( 1984 ) dalam bukunya mengatakan bahwa
matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan
atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. ( dalam
Ruseffendi, 1993:28 )
Kemudian Kline ( 1973 ) dalam bukunya mengatakan pula,
bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi karena adanya matematika itu
terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. ( dalam Ruseffendi, 1993:28)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu yang
membahas tentang metode mencari kebenaran dengan menggunakan
pola dan hubungan serta menggunakan alat.
2.2. Belajar Matematika
a. Belajar Matematika menurut Bruner
Jarome Brunner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda ( alat peraga). Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaiaman keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh siswa dihubungkan dengan keteraturan intuitif yang melekat pada dirinya.
11
Bruner sangat menyarankan keaktifan siswa dalam proses
belajar secara penuh lebih disukai lagi bila proses ini berlangsung di
tempat yang khusus, yang dilengkapi dengan obyek-obyek untuk
dimanipulasi siswa.
Bruner mengungkapkan dalam proses belajar siswa melewati
3 tahap, yaitu :
1) Tahap Enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam
memanipulasi obyek
2) Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan
dengan mental, yang merupakan gambaran dari obyek-obyek
yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi obyek
seperti yang dilakukan siswa seperti dalam tahap Enaktif.
3) Tahap Simbolik
Dalam tahap ini siswa memanipulasi simboil-simbol atau
lambang-lambang obyek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan
obyek-obyek pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah
mampumenggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap
obyek real. ( dalam Ruseffendi, 1993:109-110 )
b. Belajar Matematika menurut Zoltan P. Dienes
12
Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip
dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan
dapat difahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-
benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat
berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran
matematika.
Dalam teori yang dikemukakannya, Dienes menyatakan
bahwa konsep-konsep matematika akan berhasil bila dipelajari
dalam tahap-tahap tertentu. Dalam konsepnya itu Dienes membagi
tahap-tahap belajar dalam 6 tahap, yaitu :
1) Permainan bebas ( Free Play )
2) Permainan yang disertai aturan ( Games )
3) Permainan Kesamaan Sifat ( Searching For Comunities )
4) Representasi ( Representation )
5) Simbolisasi ( Symbolization )
6) Formalisasi ( Formalization )
Selanjutnya Dienes menekankan kepada perlunya anak diberi
beraneka ragam benda konkret sebagai model konkret dari konsep
matematika yang sedang dipelajari tersebut. Ada beberapa alasan
sehubungan dengan pemakaian alat peraga dalam pengajaran
matematika yang perlu mendapat perhatian, di antaranya :
1) Peragaan hendaknya dengan menggunakan berbagai contoh
supaya penghayatan siswa lebih besar. Misalnya jika kita
menyampaikan konsep lingkaran bisa digunakan alat peraga
13
seperti kaleng susu, cincin, roda, drum, bulatan dari triplek atau
karton, gambar lingkaran, terowongan, gelang, peralatan rumah
tangga, atau mainan yang berbentuk lingkaran, dan sebagainya.
2) Peragaan selain menggunakan berbagai contoh juga harus
beraneka ragam. Misalnya jika menggambar segitiga hendaknya
digambar dalam berbagai ukuran, berbagai bentuk dan berbagai
posisi/letak. ( dalam Ruseffendi, 1993:125,144 )
c. Belajar Matematika menurut Piaget
Piaget berpendapat bahwa siswa yang tahap berpikirnya masih ada pada tahap Operasi Konkret ( sebaran umur dari sekitar 7 tahun sampai sekitar 11/12 tahun atau 13 tahun kadang-kadang lebih ), yaitu tahapan umur pada anak-anak SD tidak akan dapat memahami operasi ( logis ) dalam konsep matematika tanapa dibantu oleh benda-benda konkret. Anak-anak pada tahap berpikir ini dapat dikelompokkan ke dalam 4 taraf berpikir, yaitu:
1) Taraf berpikir konkret yang dalam belajar selalu memerlukan
benda-benda konkret, sehingga anak pada taraf berpikir ini tidak
mungkin dapat menyelesaikan soal 3 + 5 =...... tanpa bantuan alat
peraga yang berupa benda-benda konkretnya.
2) Taraf berpikir semi konkret dapat mengerti dalam belajarnya,
bila dibantu dengan gambar benda konkret. Anak yang dapat
berpikir semi konkret dapat mengerti arti ” tiga ” bila tiga batang
pensil atau tiga buah kursi digambar, tidak perlu lagi tiga batang
pensil atau tiga buah kursi yang sebenarnya, jadi alat peraganya
sudah dapat berupa gambar.
14
3) Taraf berpikir semi abstrak dapat mengerti belajar matematika
dengan bantuan diagram, ttorus dan sebagainya. Untuk anak
yang berada pada taraf ini sudah tidak memerlukan tiga batang
pensil real atau tiga buah kursi real, juga tidak perlu digambar,
cukup digunakan tiga buah tanda hitung ( tally atau Torus ),
berarti alat peraga yang harus kita pakai berupa diagram.
4) Taraf berpikir abstrak yang merupakan taraf berpikir keempat
dari tahap berpikir operasi konkret. Pada taraf berpikir ini anak-
anak sudah mengerti arti ” tiga” tanpa bantuan alat peraga lagi.
( dalam Ruseffendi, 1993:143 )
Selain para ahli tersebut di atas yang sangat mendukung
pemakaian alat peraga dalam pengajaran matematika, juga ada
pendukung lainnya yaitu para peneliti. Sejak tahun 50-an sampai
tahun 70-an tidak kurang dari 20 rangkuman penelitian penggunaan
alat peraga dalam pengajaran matematika. Di antaranya yang paling
lengkap adalah rangkuman DR. Higgins dan DR. Suydan tahun
1976, yang antara lain menyimpulkan :
1. Pada umumnya penelitian itu berkesimpulan bahwa pemakaian
alat peraga dalam pengajaran matematika itu berhasil/efektif
dalam mendorong prestasi belajar siswa.
2. Sekitar 60% lawan 10% menunjukkan keberhasilan yang
meyakinkan dari yang belajar dengan alat peraga terhadap yang
tidak memakai. Besarnya persentase yang menyatakan bahwa
15
penggunaan alat peraga itu paling tidak berhasil belajarnya sama
dengan yang tidak menggunakan alat peraga adalah 90%
3. Manipulasi alat peraga itu pentingbagi siswa SD di semua
tingkatan.
4. Ditemukan sedikit bukti bahwa memanipulasikan alat peraga itu
hanya berhasil di tingkat yang lebih rendah.
5. Hasil penelitian tambahan menunjukkan bahwa kegunaan alat
peraga real (bendanya) sama gunanya seperti berupa gambarnya.
(dalam Ruseffendi, 1993:144)
3. Media Pembelajarn dan Alat Bantu Pelajaran
3.1. Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi semakin
mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil
tekhnologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu
menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak
tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat
menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana
dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam mencapai tujuan
pengajaran yang diharapkan. Di samping mampu menggunakan alat-
alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk mengembangkan
keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya
apabila media tersebut belum tersedia. Untuk itu guru harus memiliki
16
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994:6):
a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar;
a. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan;
b. Seluk-beluk proses belajar;
c. Hubungan antara metode mengajar dengan media pembelajaran;
d. Nilai atau manfaat media pembelajaran dalam penagajaran
e. Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran;
f. Berbagai jenis alat dan teknik media pembelajaran;
g. Media pembelajaran dalam setiap mata pelajaran;
h. Usaha inovasi dalam media pembelajaran.
Dalam proses belajar atau belajar bagaimana belajar
diperlukan keterampilan intelektual, keterampilan sosial dan
keterampilan fisik. Guru mengembangkan kemampuan dasar siswa
menjadi keterampilan intelektual, sosial dan fisik. Kepada siswa tidak
diberikan ” apa yang harus dipelajari ” tetapi yang lebih penting lagi
” bagaimana cara mempelajarinya ”. Siswa diajari cara belajar yang
baik atau belajar bagaimana belajar.
Jadi pemilihan media itu perlu kita lakukan agar kita dapat
menentukan media yang terbaik , tepat dan sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi sasaran didik. Untuk itu, pemilihan jenis media harus
dilakukan dengan prosedur yang benar, karena begitu banyak jenis
media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
17
Sebagai bagian dari sumber belajar, media harus dapat kita
manfaatkan secara maksimal untuk membantu siswa mmencapai
tujuan belajarnya. Alangkah minimnya pengalaman belajar anak didik
kita, jika mereka hanya memperoleh informasi dari sumber-sumber
yang terbatas, guru memang salah satu sumber belajar bagi siswanya,
tetapi bukan satu-satunya. Masih banyak sumber belajar lain yang
dapat kita manfaatkan untuk membuat siswa kita belajar. Salah
satunya adalah Alat bantu pelajaran. Peran penting guru adalah
mengupayakan agar setiap siswanya dapat berinteraksi dengan
sebanyak mungkin sumber belajar.
3.2. Alat Bantu Pelajaran.
Beberapa pengertian tentang alat bantu pelajaran, di antaranya :
1) Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar ( 1989:152 ) anak berusia 6-11 tahun dalam perkembanganya berada dalam tahap operasional konkret. Sarana yang tepat untuk menjembatani cara berfikir anak yang konkret dengan objek matematika yang abstrak adalah dengan alat peraga. Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah komunikasi maka harus digunakan sarana yang bisa membantu komunikasi yaitu alat peraga.
2) Menurut Anderson: Alat peraga sebagai media / perlengkapan yang
digunakan untuk membantu guru mengajar.
3) Menurut tim PKG: Alat peraga merupakan benda-benda konkret
sebagai model dan ide-ide matematika dan untuk penerapannya.
4) Alat peraga yaitu alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru
dalam berkomunikasi dengan siswa. Alat peraga ini dapat berupa
benda ataupun perilaku. (Rachman Natawidjaja:1979) ( dalam
18
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH2516/
c51f4a52.dir/doc.pdf)
Dalam Undang-Undang No.2 tahun 1989 pada Penjelasan Pasal 35 tercantum bahwa pelaksanaan pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan dan para peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan. Salah satu sumber belajar yang sangat penting dalam hal ini adalah alat peraga/praktek yang dapat membantu guru untuk memperjelas dan memvisualkan konsep atau pengertian serta melatih untuk mencapai keterampilan tertentu. Untuk mata pelajaran yang tujuan instruksionalnya lebih banyak menekankan segi keterampilan (Psikomotorik) seperti pada mata pelajaran Matematika, alat peraga/praktik sangat diperlukan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. ( Depdikbud, 1998:i )
Dengan menggunakan Alat Bantu Pelajaran diharapkan bisa
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa terutama dalam
belajar geometri yaitu mencari luas dan keliling bangun datar
sehingga peserta didik dapat mengaitkan materi dengan dunia nyata
peserta didik dan membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
4. Aktivitas belajar dan Prestasi Belajar
4.1. Aktivitas belajar
Menurut Hamalik (2003 : 170-171), pengajaran yang efektif
adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri. Anak belajar sambil bekerja, dengan
bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-
aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang
bermakna untuk hidup di masyarakat. Oleh karena itu, guru yang
bertindak sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran
19
hendaknya mampu menciptakan pembelajaran yang dapat
mengikutsertakan siswa secara aktif baik individu maupun kelompok
dalam kegiatan pembelajaran.
Montessori dalam Sardiman (2001: 96) menyatakan bahwa
yang banyak melakukan aktivitas di dalam pembelajaran diri anak
adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan
dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak
didik. (http://episentrum.com/search/definisi%20aktivitas%20belajar)
Aktivitas siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan karena
berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar yang optimal. Untuk
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran guru dapat
melakukannya dengan merancang kegiatan siswa dalam fase-fase
pembelajaran yang disusun berdasarkan tahap perkembangan kognitif
siswa dimana dalam fase-fase pembelajaran tersebut siswa dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka.
Berdasarkan paparan di atas, aktivitas belajar adalah suatu
kegiatan edukatif yang dilakukan oleh siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan cara mengkonstruksinya sendiri dengan guru
sebagai fasilitator.
4.2. Prestasi Belajar.
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh
individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu
tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal
20
yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan
pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Lebih lanjut Nurkancana dan
Sunartana (1992) mengatakan :
Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah
siswa yang bersangkutan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kecakapan nyata (actual) bukan kecakapan potensial. Menurut Nila
Parta, prestasi siswa pada mata pelajaran matematika dipengaruhi oleh
faktor dalam diri siswa yang belajar yang meliputi IQ, motivasi, minat,
bakat, kesehatan dan faktor luar siswa yang belajar yang meliputi guru
pengajar, materi ajar, latihan, sarana kelengkapan belajar siswa, tempat
di sekolah atau di rumah serta di lingkungan sosial siswa.
Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau
nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk
menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur
aspek – aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman
atau aplikasi suatu konsep. (http://ipotes.wordpress.
com/2008/05/24/prestasi-belajar/)
Berdasarkan paparan di atas, prestasi belajar merupakan hasil
penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa setelah melakukan
aktivitas belajar.
21
B. Kerangka Berpikir
Salah satu sumber belajar yang sangat penting dalam pembelajaran
matematika adalah alat peraga/praktek yang dapat membantu guru untuk
memperjelas dan memvisualkan konsep atau pengertian serta melatih untuk
mencapai keterampilan tertentu. Untuk mata pelajaran yang tujuan
instruksionalnya lebih banyak menekankan segi keterampilan (Psikomotorik)
seperti pada mata pelajaran matematika, alat peraga/praktik sangat diperlukan
sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran matematika, antara lain :
1) Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih
banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga
minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Anak akan
senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran
matematika.
2) Dengan disajikannya konsep abstrak matematika
dalam bentuk konkrit, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah
akan lebih mudah memahami dan mengerti
3) Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang,
karena tidak membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama bentuk
geometri ruang sehingga dengan melalui gambar dan benda-benda
nyatanya akan terbantu daya tiliknya sehingga lebih berhasil dalam
belajarnya
22
4) Anak akan menyadari adanya hubungan antara
pembelajaran dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu
dengan alam sekitar dan masyarakat.
5) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam
bentuk konkret, yaitu dalam bentuk model matematika dapat dijadikan
obyek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide
baru dan relasi-relasi baru.
Selain itu, manfaat alat bantu pelajaran yang lain adalah merupakan
sarana fisik dan sarana komunikasi untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran. Alat bantu pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat
mengantarkan pesan, merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik
sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik
secara optimal.
Untuk mendapatkan prestasi belajar yang diharapkan, penggunaan
Alat Bantu pelajaran dalam pembelajaran adalah suatu hal yang sangat
penting dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi peserta didik.
Dalam penelitian ini difokuskan pada penggunaan alat bantu pelajaran
dalam proses pembelajaran sehingga memungkinkan memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
23
” Penggunaan Alat Bantu Pelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar siswa pada pembelajaran keliling dan luas bangun datar kelas IV SDN
6 Ampenan Tahun pelajaran 2010/2011 ”
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek penelitian.
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN
6 Ampenan yang berlokasi di Kecamatan Mataram Kota Mataram, pada
semester I tahun pelajaran 2010-2011. Subyek penelitian ini adalah 30 orang
siswa yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.
Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Juli s/d
September 2010 di SDN 6 Ampenan Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan terdiri atas tiga siklus dengan rincian materi dan pertemuan tiap
siklusnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Rincian materi dan pertemuan tiap siklus.
Siklus Materi Alokasi Waktu
IUnsur-unsur dan jenis segitiga
dan jajargenjang2 x 35 menit
evaluasi 1 x 35 menit
IIKeliling dan luas segitiga 2 x 35 menit
evaluasi 1 x 35 menit
IIIKeliling dan luas jajargenjang 2 x 35 menit
evaluasi 1 x 35 menit
24
B. Variabel yang diselidiki
- Variabel Tindakan :
- Variabel Harapan/Output :
C. Rencana Tindakan
Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan evaluasi, dan tahap refleksi.
Adapun penjelasan tiap tahap yaitu:
1. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini yaitu:
a) Membuat alat peraga segitiga dan jajargenjang.
b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c) Menyusun lembar kerja siswa dan soal-soal latihan.
25
Penggunaan Alat Bantu Pelajaran dalam
Pembelajaran Matematika ( Geometri )
terutama pembelajaran keliling dan luas
bangun datar.
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi
Belajar Matematika ( Geometri ) pada
pembelajaran keliling dan luas bangun
datar
d) Membuat pedoman observasi guru untuk
mengamati kesesuaian antara proses pembelajaran dengan Rencana
Pelaksanaan pembelajaran.
e) Membuat pedoman observasi siswa untuk
mengetahui tingkat aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
f) Menyusun soal evaluasi setiap siklus dalam bentuk
pilihan ganda untuk mendapatkan data hasil belajar.
g) Menyusun pedoman penilaian evaluasi.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan RPP yang
telah direncanakan.
3. Tahap Observasi
Pada tahap observasi yang akan diamati adalah pelaksanaan
kegiatan pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Semua aktivitas tersebut akan dicatat dalam
lembar observasi yang sudah disiapkan.
4. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui pemahaman atau
penguasaan siswa terhadap konsep yang telah dipelajari dengan
memberikan tes evaluasi belajar berupa soal pilihan ganda pada tiap akhir
siklusnya.
5. Tahap refleksi
26
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksaan
tindakan. Dari hasil observasi dan evaluasi, peneliti dan guru
mengidentifikasi kekurangan atau hambatan selama proses pembelajaran,
selanjutnya dilakukan langkah-langkah perbaikan untuk pelaksanaan
proses pembelajaran pada siklus berikutnya.
D. Data dan Cara Pengumpulannya
1. Sumber data
Sumber data dari penelitian ini adalah siswa dan guru
2. Jenis data
Jenis data yang didapatkan adalah data kwantitatif dan data
kwalitatif yang tediri dari :
a. Data kualitatif : data aktivitas belajar siswa dan data aktivitas guru.
b. Data Kuantitatif : data hasil evaluasi belajar siswa.
2. Cara pengambilan data
Cara pengambilan data pada penelitian ini yang dilakukan peneliti adalah
sebagai berikut:
a. Data aktivitas belajar siswa dalam kelas diambil dengan
menggunakan lembar observasi pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
27
b. Data hasil evaluasi belajar siswa diambil dengan memberikan tes
kepada siswa pada akhir pembelajaran.
c. Data aktivitas guru dalam kelas diambil dengan menggunakan
lembar observasi pada tiap pertemuan.
Seluruh tim peneliti yang terlibat dalam pengumpulan data harus
mempunyai kesamaan persepsi sehingga data yang dikumpulkan valid dan
selanjutnya berdiskusi tentang data yang diperlukan dan cara
pengumpulannya sebelum dilakukan pengumpulan data.
E. Instrumen Penelitian
Agar data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan maka
diperlukan instrumen pengumpulan data yang baik. Sehubungan dengan
penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah:
1. Lembar observasi siswa, yang berisi beberapa indikator aktivitas belajar
siswa yang diantaranya:
a. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran
b. Antusias siswa dalam kegiatan belajar mengajar
c. Timbulnya inisiatif siswa
d. Keaktifan siswa
e. Keterampilan siswa
f. Kerjasama kelompok dalam diskusi
28
2. Tes prestasi belajar siswa untuk tiap siklus. Jenis tes yang digunakan
adalah bentuk uraian untuk dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap suatu materi.
3. Lembar observasi guru digunakan untuk menilai rancangan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dari persiapan sampai pada tahap evaluasi di
antaranya :
a) Perencanaan dan persiapan mengajar
b) Menyajikan materi pembelajaran
c) Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
d) Memberi bimbingan saat diskusi kelompok
e) Pemberian umpan balik terhadap hasil diskusi
f) Menutup Pembelajaran
F. Pengolahan dan Analisis
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya
peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dari siklus ke siklus, yang
akan diteliti dengan cara sebagai berikut:
1. Data Kualittatif
a) Data Aktivitas Siswa
1. Data aktivitas siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut:
Menentukan skor aktivitas belajar siswa secara klasikal dilakukan
dengan menilai setiap deskriptor dari setiap indikatornya. Setiap
deskriptor pada penelitian ini pemberian skornya mengikuti aturan
sebagai berikut:
a) Skor 1 diberikan jika X ≤ 25%
29
b) Skor 2 diberikan jika 25% < X ≤ 50%
c) Skor 3 diberikan jika 50% < X ≤ 75%
d) Skor 4 diberikan jika X ≥ 75%
dimana X = banyaknya siswa yang aktif melakukan aktivitas sesuai
deskriptor
2. Menentukan skor maksimal ideal ( SMI )
- Banyaknya indikator = 6
- Skor maksimal tiap indikator = 4
- Skor setiap indikator = jumlah skor deskriptor yang tampak pada
tiap indikator dibagi banyaknya deskriptor dan tiap indikator
terdiri dari 3 deskriptor.
- Jadi skor maksimal ideal ( SMI ) = 6 x 4 =24
3. Analisis data aktivitas belajar siswa menggunakan MI ( Mean Ideal )
dan SDI ( Standar Deviasi Ideal )
=
Tabel 2. Kriteria untuk menentukan aktivitas belajar siswa berdasarkan skor standar.
Interval Interval Skor KategoriMI + 1,5 SDI ≤ AS ≤ MI + 3 SDI 19,5 ≤ AS ≤ 24 Sangat tinggiMI + 0,5 SDI ≤ AS MI + 0,5 SDI 16,5 ≤ AS ≤ 19,5 TinggiMI – 0,5 SDI ≤ AS ˂ MI + 0,5 SDI 13,5 ≤ AS ≤ 16,5 SedangMI – 1,5 SDI ≤ AS ˂ MI – 0,5 SDI 10,5 ≤ AS ≤ 13,5 RendahMI – 3 SDI ≤ AS ˂ MI- 1,5 SDI 6 ≤ AS ≤ 10,5 Sangat Rendah
30
Keterangan ;AS = total rata-rata skor aktivitas siswa
b) Data Aktivitas Guru
1. Indikator perilaku guru pada penelitian ini penilaiannya mengikuti
aturan berikut:
a. Skor 4 diberikan jika semua ( 3 ) deskriptor yang tampak
b. Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor yang tampak
c. Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor yang tampak
d. Skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor yang tampak
2. Analisis data aktivitas guru
menggunakan MI ( Mean Ideal) dan SDI ( Standar Deviasi Ideal )
=
Tabel 3. Kriteria untuk menentukan aktivitas guru berdasarkan skor standar.
Interval Interval Skor KategoriMI + 1,5 SDI ≤ AG ≤ MI + 3 SDI 19,5 ≤ AG ≤ 24 Sangat BaikMI + 0,5 SDI ≤ AG˂ MI + 0,5 SDI 16,5 ≤ AG ≤ 19,5 BaikMI – 0,5 SDI ≤ AG˂ MI + 0,5 SDI 13,5 ≤ AG ≤ 16,5 Cukup BaikMI – 1,5 SDI ≤ AG˂ MI – 0,5 SDI 10,5 ≤ AG ≤ 13,5 Kurang BaikMI – 3 SDI ≤ AG˂ MI- 1,5 SDI 6 ≤ AG ≤ 10,5 Sangat Kurang Baik
Keterangan : AG = Seluruh skor yang dicapai guru pada seluruh indikator.
31
2. Data Kuantitatif
Data Prestasi Belajar Siswa
a. Ketuntasan Klasikal
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal dianalisis
dengan rumus:
KB = 100 %
Ket. KB = Prosentase Ketuntasan Belajar
P = Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 65, dengan
KKM Mata pelajaran Matematika 6,5.
N = Banyaknya siswa yang hadir
c) Ketuntasan Individu
Ketuntasan belajar secara individu dikatakan tuntas apabila siswa
memperoleh nilai ≥ 65 dengan rumus
G. Indikator kinerja
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah peningkatan aktivitas
dan prestasi belajar siswa dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila aktivitas belajar
siswa berkategori aktif.
2. Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila nilai rata-rata siswa
secara klasikal ≥ 65 dan tercapai ketuntasan klasikal 85 % dari siswa
yang mendapat nilai ≥ 65.
32
33