29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik merupakan salah satu unsur lingkungan binaan yang turut membentuk citra sebuah kota. Ruang ini dipergunakan oleh kelompok orang yang tinggal dalam suatu wilayah teritori secara bersama-sama. Sebagai ruang bersama, kontrol ruang ini bukan pada perorangan namun pada kelompok atau agen yang mewakili kelompok tersebut (Habraken, 1998). Dengan demikian bentukan dan wujud fisik serta segala perilaku yang terjadi pada ruang publik tersebut akan mencerminkan budaya dan tata nilai yang dianut oleh masyarakat pada kota yang bersangkutan. Ruang publik adalah bagian dari lingkungan binaan yang memiliki keterkaitan erat dengan unsur budaya masyarakat sebagai perencana dan penggunanya. Budaya merupakan suatu sistem yang didalamnya mencakup sistem nilai dan kepercayaan serta ekspresi 1

BAB I SEMINAR SEJARAH ARSITEKTUR KENDAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SEMINAR SEJARAH ARSITEKTUR KENDAL

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangRuang publik merupakan salah satu unsur lingkungan binaan yang turut membentuk citra sebuah kota. Ruang ini dipergunakan oleh kelompok orang yang tinggal dalam suatu wilayah teritori secara bersama-sama. Sebagai ruang bersama, kontrol ruang ini bukan pada perorangan namun pada kelompok atau agen yang mewakili kelompok tersebut (Habraken, 1998). Dengan demikian bentukan dan wujud fisik serta segala perilaku yang terjadi pada ruang publik tersebut akan mencerminkan budaya dan tata nilai yang dianut oleh masyarakat pada kota yang bersangkutan.Ruang publik adalah bagian dari lingkungan binaan yang memiliki keterkaitan erat dengan unsur budaya masyarakat sebagai perencana dan penggunanya. Budaya merupakan suatu sistem yang didalamnya mencakup sistem nilai dan kepercayaan serta ekspresi budaya lain seperti gaya hidup dan preferensi yang mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap segala sesuatu (Rapoport, 2001). Ekspresi-ekspresi budaya tersebut akan mempengaruhi kebutuhan-kebutuhan mereka akan ruang, dan selanjutnya termanifestasikan dalam cara mereka membangun, menata ruang, serta perilaku dalam penggunaannya. Alun-alun merupakan salah satu konsep ruang terbuka publik yang dikenal oleh masyarakat Jawa Tradisional. Konsep spasial alun-alun sebagai bagian dari komplek keraton atau pusat pemerintahan telah dikenal sejak abad 13-18 M, tepatnya pada masa kerajaan Majapahit hingga Mataram (Handinoto, 1992). Alun-alun adalah tanah lapang yang luas dimuka istana, biasanya dimuka tempat kediaman resmi gubernur, Bupati atau walikota (Kamus Tata Ruang, 1998). Alun-alun adalah tanah lapang yang berada di pusat sebuah kota yang pada zaman dahulu merupakan milik kerajaan yang digunakan untuk melakukan upacara resmi kerajaan dan kegiatan kultural kerajaan. Alun-alun juga menjadi tempat berlatih perang (gladi yudha) bagi prajurit kerajaan, tempat penyelenggaraan sayembara dan penyampaian titah (sabda) raja kepada kawula (rakyat). (Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia)Alun-alun merupakan sebuah area umum yang menjadi pusat keramaian suatu kota atau kabupaten. Di alun-alun, warga biasanya melakukan aktifitas berolahraga, bermain, bahan kegiatan kegiatan yang bersifat formal bagi pemerintahan setempat. Untuk itu pemerintah biasanya selalu memperhatikan keberadaan alun-alun sebagai perwujudan citra kotanya. Sebagai tempat yang selalu digunakan oleh kalangan umum, alun-alun perlu diperhatikan dari segi penataan dan pengelolaan sehingga tercipta suasana visual yang nyaman dan menyenangkan pada saat pengunjung datang. Ditempat ini selain berbagai kegiatan yang bersifat sosial dan budaya, juga sebagai tempat untuk kegiatan perekonomian warga. Sehingga muncul banyak pedagang kaki lima di kawasan ruang luar ini. Jika keberadaan mereka tidak diperhatikan maka kondisi alun-alun kurang terasa nyaman. Sebagai area yang selalu dikunjungi masyarakat, alun-alun harus mempunyai fasilitas yang bersifat umum, seperti sitting group, area bermain dan berolahraga, fasilitas service, fasilitas pendukung lainnya seperti tempat sampah dan utilitas yang baik, serta tampilan visual yang menarik dan berkualitas (Santoso, 2008). Kaliwungu merupakan salah satu kota bersejarah yang memiliki pola morfologi ruang yang dipengaruhi oleh konsep tradisional. Pada fase awal perkembangannya Kota Kaliwungu berkembang karena adanya aktivitas syiar agama Islam oleh utusan dari Kerajaan Demak yang ditandai dengan kemunculan pondok pesantren dan permukiman penduduk. Pada fase selanjutnya Kaliwungu berkembang menjadi kota pusat pemintahan bagi Kadipaten Kendal dengan penguasanya Tumenggung Bahurekso. Sebagaimana kota pusat pemerintahan lainnya di Jawa, Kaliwungu memiliki alun-alun sebagai pusat kotanya. Alun-alun ini dikelilingi oleh pendopo, kantor kadipaten, penjara, pasar, dan masjid. Kemudian pada tahun 1811 pusat pemerintahan Kabupaten Kendal dipindahkan ke Kota Kendal (pusat kota sekarang). Alun-alun Kawedanan Kaliwungu (dulu Kabupaten Kaliwungu) mempunyai ciri dan karakteristik yang hampir sama bahkan bisa dikatakan sama dengan alun-alun yang lain. Semua mengacu pada bentuk alun-alun dari jaman kerajaan masa lalu. Di tengah-tengah terdapat dua pohon beringin besar yang diberi pagar, yang mempunyai makna bahwa seorang pemimpin itu harus bisa memberi pengayoman kepada rakyatnya. Alun-alun juga terpisah oleh satu jalan tengah yang membelah alun-alun menjadi dua bagian yaitu bagian barat dan bagian timur. Jalan tengah itu menuju pendopo yang berada di sisi utara alun-alun. Jalan tengah mengandung makna bahwa rakyat yang akan sowan atau berkunjung ke rajanya atau pemimpinya harus menampakkan diri atau memberi salam sehingga lebih sopan, dibandingkan melalui jalan samping. Pembagian alun-alun di sebelah barat mempunyai makna kebaikan karena di sisi sebelah barat biasanya terdapat masjid (Masjid Al Muttaqin), dan sisi sebelah timur melambangkan keburukan karena biasanya di sisi sebelah timur terdapat pengadilan ataupun penjara.Kini, keberadaan alun-alun Kaliwungu sangat jauh dari karakteristik sebuah alun-alun tersebut. Tidak hanya bentuknya, tapi fungsi alun-alun juga sudah bergeser jauh. Walaupun pada pagi hari masih nampak keberadaannya, namun coba kita lihat pada sore hingga malam hari, alun-alun Kaliwungu berubah total menjadi pasar sore kaliwungu. Fungsi alun-alun sebagai ruang terbuka public telah terdominasi sebagai fungsi ekonomi. Seperti layaknya sebuah pasar, banyak para pedagang yang membuka dasaran untuk berdagang di situ, mulai dari yang hanya menggelar dagangan di trotoar, sampai tenda-tenda layaknya los pasar. Tidak hanya di tengah-tengah alun-alun, para pedagang juga sudah melebar di sekitar alun-alun. Dari sisi ekonomi, memang keberadaannya membawa berkah yang sangat luar biasa bagi masyarakat Kaliwungu yang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang ataupun wiraswastawan. Dan memang keramaian pasar sore kaliwungu betul-betul membuat hidup kota Kaliwungu. Namun ditinjau dari sisi estetika suatu kota, keadaan pasar sore kaliwungu sebagai pusat jantung kota Kaliwungu saat ini menjadi sangat tidak nyaman. Pada pagi hari, nampak jelas sekali tanda-tanda bahwa di tempat itu habis digunakan untuk berjualan, dimana sampah dan kayu atau besi untuk tenda masih banyak yang tercecer tidak disingkirkan. Bukan hanya masalah estetika kota saja, namun juga terjadi pergeseran fungsi alun-alun sebagai ruang terbuka publik yang bukan hanyan untuk kepentingan perekonomian saja, melainkan juga fungsi sosial dan budaya. Dengan latar belakang tersebut, kami mengangkat kajian peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu sebagai ruang terbuka publik sebagai bahan pembahasan pada laporan ini.1.2. PermasalahanPermasalahan yang kami angkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Bagaimanakah kondisi Alun-alun Kaliwungu yang ada pada saat ini?2. Bagaimanakah peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu sebagai Ruang Terbuka Publik?3. Bagaimanakah upaya-upaya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu?1.3. Tujuan Dan Sasaran PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah meninjau peran dan fungsi alun-alun Kaliwungu sebagai ruang terbuka publik. Sedangkan sasaran dari penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Mengumpulkan data terkait alun-alun Kaliwungu. 2. Mengidentifikasi kondisi Alun-alun Kaliwungu yang ada pada saat ini.3. Mengidentifikasi pergeseran peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu sebagai Ruang Terbuka Publik.4. Mengianalisis data-data yang ada untuk mengetahui peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu sebagai Ruang Terbuka Publik saat ini.1.4. Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya kajian terhadap peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu pada saati ini, sehingga dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu tersebut.1.5. Ruang Lingkup PenelitianRuang lingkup substansial penelitian ini adalah kajian terhadap peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu sebagai ruang terbuka publik, yaitu perjalanannya peran dan fungsi alun-alun Kaliwungu dari masa-kemasa hingga pada saat ini. Disini pengertian peran dan fungsi sendiri tidak bisa dipisahkan, keduanya saling berkaitan. Menurut Fadli dalam Kozier Barbara (2008), peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Jika pengertian tersebut kemudian di terjemahkan untuk sebuah benda, maka seperangkat tingkah laku adalah sebuah fungsi yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan kedudukannya. Jadi jika disimpulkan, peran alun-alun disini adalah fungsi yang diharapkan oleh masyarakat yang kedudukannya sebagai ruang terbuka publik. Sedangkan fungsi alun-alun sendiri sebagai ruang terbuka publik menurut Hakim (1993) memiliki dua fugsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi ekologi.2

1

Fungsi Sosial ruang terbuka: Tempat bermain, berolahraga Tempat bersantai Tempat komunikasi sosial Tempat peralihan, tempat menunggu Tempat mendapatkan udara segar dari lingkungan Pembatas atau jarak antar massa bangunanFungsi Ekologi ruang terbuka : Penyegaran udara Menyerap air hujan Pengendalian banjir Pemeliharaan ekosistem Pelembut arsitektur bangunan

Sedangkan ruang lingkup spasial penelitian ini berada di kawasan Alun-alun Kaliwungu yang merupakan pusat kegiatan dari Kota Kaliwungu. Kaliwungu sendiri merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Kendal. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Semarang, tepatnya di sebelah barat Kota Semarang, Indonesia. Wilayah penelitian berada di Kelurahan Kutoharjo yaitu sebuah desa yang terletak di pusat kecamatan Kaliwungu. Dan merupakan pusat kota yang menjadikan kawasan ini sebagai pusat kegiatan, sehingga dalam struktur tingkat pelayanan kota, kawasan Alun-alun Kaliwungu menjadi pusat kegiatan kota atau secara hirarki terletak pada tingkat yang paling tinggi.1.6. Metodologi PenelitianSesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengkaji peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu sebagai ruang terbuka publik. Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan jenis yang akan ditinjau, maka dipilih metode pembahasn penellitian ini adalah menggunakan studi kualitatif. Tujuan utamanya adalah diperolehnya pemahaman yang menyeluruh tentang suatu fenomena yang diteliti dengan pendekatan yang menyeluruh. Karena menyangkut fenomena perilaku masyarakat, maka keluasan cakupan dan kedalaman dalam meneliti kualitatif sangat diutamakan (Moeloeng, 2006).Didalam penelitian kualitatif dikenal beberapa pendekatan. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan kompleksitas hubungan antara perilaku dengan lingkungan. Pendekatan fenomenologi tidak menyarankan pemahaman suatu fenomena yang dilakukan secara parsial, dengan memecah-mecah kompleksitas fenomena menjadi hubungan setara beberapa variabel yang sederhana, melainkan serentak dan menyeluruh.1.6.1. Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi penelitian adalah kawasan Alun-alun Kaliwungu. Lingkup wilayah penelitian tidak lepas dari konteks sejarah bahwa Alun-alun Kaliwungu memiliki peran dan fungsi yang penting bagi Kota Kaliwungu sejak masa pemerintahanan berbentuk kawedanan hingga perkembangannya sampai sekarang. Alun-alun Kaliwungu merupakan salah satu ruang terbuka publik yang ada di Kota Kaliwungu yang memiliki arti penting bagi masyarakatnya. Banyak kegiatan masyarakat yang sudah diwadahi didalamnya, tidak terlepas pula tradisi khas yang ada.Seperti halnya alun-alun di pulau Jawa lainnya, yang memiliki pola dan tata ruang yang terkait dengan bangunan lainnya. Demikian juga dengan Alun-alun Kaliwungu yang juga berdampingan dengan beberapa fasilitas publik lainnya, seperti masjid dan pasar. Untuk mengetahui batas lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :Jawa TengahKab. KendalKec. Kaliwungu

Gambar 3.1 Lokasi PenelitianSumber : Dokumen Peneliti (2014) Waktu penelitian adalah pada pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Dan dilakukan pada hari kerja dan akhir pekan serta hari minggu. Karena masing-masing waktu dan hari tingkat kepadatan pengunjung pada Alun-alun Kaliwungu berbeda. Kepadatan yang paling terlihat adalah saat sore hari hingga menjelang tengah malam, karena Alun-alun Kaliwungu digunakan sebagai pasar sore, terutama saat akhir pekan dan hari minggu.1.6.2. Langkah-langkah Penelitiana. Tahap Pengumpulan data Pengumpulan data penelitian secara garis besar menjadi dua tahap yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan merupakan tahap awal untuk memperoleh metode penelitian sejenis, teori-teori yang berkaitan, serta data-data lainnya yang berkaitan dengan lokasi penelitian yaitu Alun-alun Kaliwungu. Kemudian dilakukan penelitian lapangan yang meliputi kegiatan observasi lapangan dan wawancara.b. Analisa Tahapan ini terdiri dari menganalisa data, menggali potensi dan permasalahan yang ada, mencari keterkaitan antar masalah sehingga diperoleh gambaran sebab timbulnya masalah, analisa didasari landasan teoritis dan tinjauan kawasan utamanya. Analisis data penelitian menggunakan kesamaan isi (content analysis) dan deskriptif. Mujahir (1992) mengatakan content analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Secara teknis mencakup upaya : klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi dan menggunakan dasar kriteria sebagai dasar klasifikasi. Maksud analisis kesamaan isi adalah untuk mencari kecenderungan tertentu teori dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu tertentu untuk mengetahui mengapa kecenderungan terjadi, dilakukan dengan observasi dan wawancara.c. Sintesa Merupakan tindak lanjut dari analisa dimana upaya pemecahan masalah dilakukan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku, potensi yang ada, serta faktor lain yang mempengaruhinya. Kemudian diolah secara terpadu hingga diperoleh suatu hasil berupa saran alternatif pemecahan masalah.1.6.3. Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data pada penelitian ini berfokus pada sumber data yang dapat digali. Sumber data mempunyai peran yang sangat penting dalam penelitian, karena dengan adanya sumber data penulis akan mendapatkan tempat/ sumber yang dapat digunakan untuk mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data PrimerYakni data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya. Data primer dalam penelitian ini adalah data hasil dari observasi dan wawancara.a. ObservasiDalam penelitian ini observasi yang dilakukan pengematan secara langsung dan pendataan mengenai kondisi yang ada pada alun-alun Kaliwungu. Juga dengan pemetaan wilayah obyek penelitian. Observasi yang dilakukan meliputi : Sarana atau fasilitas yang ada di alun-alun Kaliwungu; Kegiatan yang berlangsung di alun-alun Kaliwungu; Perilaku dari pengguna alun-alun Kaliwungu.b. WawancaraWawancara adalah cara memperoleh keterangan dan data dengan berhadapan langsung dengan narasumber melalui seperangkat daftar pertanyaan. Teknik penentuan narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu menentukan narasumber dengan cara memilih narasumber berdasarkan pertimbangan peniliti. Narasumber yang dipilih adalah narasumber yang mewakili dari beberapa pihak yang terkait yaitu : Pemerintah Daerah setempat dalam hal ini yang bertanggung jawab atas pengelolaan alun-alun Kaliwungu adalah Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kab. Kendal, Tokoh masyarakat, yaitu sejarahwan atau tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan yang cukup mendalam mengenai sejarah alun-alun Kaliwungu, Penjual kaki lima, yaitu koordinator atau perwakilan penjual kaki lima yang berdagang di alun-alun Kaliwungu, dan Masyarakat umum, yaitu masyarakat Kaliwungu yang merupakan pengguna alun-alun Kaliwungu.Adapun pertanyaan yang diajukan kepada narasumber yaitu informasi yang terkait dengan : Mengenai peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu sebagai ruang terbuka publik. Mengenai kondisi Alun-alun Kaliwungu saat ini sebagai ruang terbuka publik. Mengenai kondisi yang diharapkan dalam peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu sebagai ruang terbuka publik.2. Data SekunderYakni buku-buku pendukung, dokumen dan sumber referensi lainnya yang relevan dengan penelitian dimana peneliti dapat memperoleh data secara tidak langsung dari sumbernya yang terkait dengan pera dan fungsi Alun-alun Kaliwungu. Referensi yang diperlukan adalah teori-teori mengenai alun-alun sebagai ruang terbuka yang digunakan untuk aktivitas masyarakat umum.

1.6.4. Analisis Data Penelitian Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode jenis penelitian pendekatan kualitatif yaitu pendekatan dengan cara memandang objek kajian sebagai sistem, artinya objek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dan unsur yang saling terkait dan mendiskripsikan fenomena yang ada (Arikunto, 1997). Penelitian kualitatif menekankan sifat realita yang dibangun secara sosial, hubungan yang intim antara peneliti dengan yang dipelajari dan kendala situasional yang membentuk penyelidikan.Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka, tetapi mendiskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang peran dan fungsi peran dan fungsi alun-alun Kaliwungu sebagai ruang terbuka publik. Selain itu peneliti juga menggambarkan keadaan daerah yang diteliti yang meliputi lingkungan fisik, pemanfaatan alun-alun dari para penggunanya dan keadaan kawasan tersebut dari waktu ke waktu. Analisis data menggunakan analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan hasil wawancara dengan narasumber terkait peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu sebagai ruang terbuka publik. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata dari obyek yang diteliti yang diperoleh dari sumbernya. Serta mencari relevansi dan kecenderungan data mana yang mendekati kebenaran. Langkah-langkah analisis kualitatif menurut, Muhadjir (2000) adalah: 1. Meringkaskan data langsung orang, kejadian dan situasi di lokasi penelitian, termasuk meringkas dokumen yang relevan .2. Pengkodean terhadap ringkasan yang telah dibuat dan menyimpulkan analisis faktornya.3. Analisis selama pengumpulan data dengan pembuatan catatan obyektif sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi sebagaimana fakta atau obyeknya.4. Membuat catatan reflektif yang terpikir yang ada sangkut pautnya dengan catatan obyektif.5. Membuat catatan marginal dengan memisahkan komentar peneliti mengenai substansinya.6. Menyimpan data.7. Pembuatan ide dengan pengembangan pendapat atau proposisi.8. Melakukan studi pada lokasi beberapa kali.9. Pembuatan ringkasan sementara.Dalam analisis data digunakan metode content analysis. Content analysis adalah metode analisis yang digunakan untuk mengetahui suatu fenomena berdasarkan kesamaan isi. Analisis kesamaan isi adalah untuk mencari kecenderungan tertentu dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Untuk mengetahui kecenderungan yang terjadi dari peristiwa dan waktu tersebut dilakukan wawancara dan observasi. Proses diawali dengan mengkaji data fisik dan non fisik yang diperoleh dari hasil observasi. Dilanjutkan dengan penyusunan dan pengelompokan dalam kategori, berupa komponen perilaku pengguna yang meliputi pelaku, aktivitas, tempat dan waktu berlangsung, serta komponen fisik lingkungan meliputi alun-alun termasuk kelengkapannya, lansekap dan bangunan disekitarnya. Tahap selanjutnya mempresentasikan temuan berdasarkan zona pengamatan. Masalah terkait dengan peran alun-alun, perilaku pengguna dan berjalannya fungsi ruang. Kemudian dilakukan pembahassan ( pemakaan hasil temuan). Pembahasan dilakukan terhadap kondisi alun-alun dan lingkungannya berdasarkan relevansi hasil wawancara dengan kondisi nyata (hasil observasi), kemudian mengkaitkannya dengan teori-teori mengenai alun-alun sebagai ruang terbuka publik .Sehingga akan diperoleh gambaran berjalan atau tidaknya peran dan fungsi alun-alun bagi aktivitas penggunanya dan faktor property alun-alun bagi aktivitas pengguna untuk memenuhi kebutuhan peran dan fungsi peran dan fungsi Alun-alun Kaliwungu sebagai ruang terbuka publik. Hasil pembahasan merupakan kesimpulan penelitian disertai rekomendasi untuk penentu kebijakan, perencana dan perancangan kota serta untuk pengembangan ilmu arsitektur dan perilaku.

1.7. Sistematika Pembahasan Sistematika pemahasan dalam propoasl penelitian adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Berisi latar belakang, permasalahan, tujuan dan sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika pembahasan. Bab II Tinjauan Pustaka Berisi tentang hasil studi literatur yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian terdahulu dan juga buku literatur. Tinjauan pustaka yang diperlukan meliputi tinjaun pustaka mengenai alaun-alun, meliputi pengertian alun-alun, peran dan fungsi alun-alun, dan perkembangan alun-alun. Serta studi-studi terdahulu terkait kajian alun-alun. Bab III Kajian Alun-alun Kaliwungu Pada bab ini dijelaskan mengenai perkembangan peran dan fungsi alun-alun Kaliwungu dan kondisi alun-alun Kaliwungu pada saat ini Bab IV Pembahasan Pada bab ini dijelaskan mengenai pergeseran peran dan fungsi alunialun Klaiwungu dari massa ke massa dan kajian peran dan fungsi alun-alun Kaliwungu pada saat ini Bab V Simpulan Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran.