Upload
ngonguyet
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Organizational Citizenship Behavior (OCB) semakin mendapat perhatian
baik dari kalangan akademis maupun praktisi organisasional. Hal ini tidak terlepas
dari semakin pentingnya perilaku ini dalam menunjang keefektifan organisasional.
Katz (1964) mengisyaratkan peran penting OCB bagi organisasi ketika
menemukakan bahwa tanpa keterlibatan karyawan di dalam perilaku-perilaku
peran ekstra, organisasi akan menjadi sebuah sistem sosial yang rapuh dan segera
akan tergilas dalam persaingan (Robinson dan Morrison, 1995). Bahkan dikatakan
perilaku ini menjadi semakin penting dalam kondisi dimana basis kompetisi telah
bergeser dan tergantung pada produktivitas, fleksibilitas, kecepatan untuk
merespon perubahan, serta kemampuan berinovasi. Seperti kondisi yang kita
hadapi saat ini. Penelitian terkini mengungkapkan bahwa ketertiban karyawan
dalam OCB memiliki hubungan yang positif dengan out come organisasional,
seperti kinerja dan unit kerja penjualan. Selain itu Bolino, Turnelly, dan
Bloodgood (2002) menyatakan bahwa OCB berpeluang untuk mendukung
terciptanya sosial kapital dalam organisasi, yang selanjutnya akan meningkatkan
kinerja organisasional sekaligus menciptakan sumber keunggulan kompetitif yang
berkesinambungan.
Peran penting OCB dalam mendukung keefektifan organisasional
mendorong munculnya penelitian-penelitian untuk menggali lebih dalam
anteseden yang membentuk perilaku ini. Namun Konovsky dan Pugh (1994)
2
menyatakan bahwa perkembangan teori-teori OCB masih terkesan lamban.
Pernyataan ini diperkuat oleh Podsakoff et al., 2000; dalam Cardena, Lawrence &
Bentler, 2003) yang menyatakan bahwa penelitian-penelitian berkaitan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi OCB masih berada pada tahapan awal.
Akibatnya, basis teori untuk membuat justifikasi mengenai peran penting OCB
bagi keefektifan organisasional juga masih lemah (Bolino et al., 2002). Untuk itu
masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai OCB, khususnya
mengenai anteseden-anteseden yang membentuk perilaku ini. Kenyataan ini
menarik minat penulis untuk melakukan penelitian lebih lama mengenai anteseden
OCB.
Mitchell, Holto, Lee, Sablynski, dan Erez (2001) mengemukakan konsep
baru berkaitan dengan ikatan (attachment) antara karyawan dengan organisasi
yang disebut dengan job embeddedness sebagai anteseden OCB. Konsep job
embeddedness menggambarkan bagaimana seorang karyawan terikat dengan
pekerjaan serta organisasi dimana dia bekerja karena akumulasi pengaruh aspek-
aspek yang berasal dari dalam pekerjaan (on-the-job) mau dari luar pekerjaan (off-
the-job) dalam (1) hubungan formal dan informal antara individu dengan
organisasi serta dengan individu lain di dalam organisasi (link to organization)
maupun dengan komunitas dimana dia tinggal (link to community). (2) kecocokan
antara individu dengan organisasi (fit to organization) maupun dengan komunitas
dimana dia tinggal (fit to community). (3) persepsi manfaat psikologis maupun
material yang diperoleh dengan menjadi bagian dari organisasi dan komunitas
yang sulit untuk dikorbankan oleh individu (organizational related sacrifice and
community related sacrife).
3
Mitchell et al., (2001) mengemukakan bahwa makin kuat jalinan hubungan
dan kecocokan antara individu karyawan dengan lingkungan di dalam organisasi
maupun dengan komunitas di luar komunitas di luar organisasi, serta semakin
besar penggorbanan yang harus di lakukuan jika meninggalkan organisasi maupun
komunitas disekitarnya, maka semakin kuat pula individu tersebut
mempersepsikan dirinya terikat dengan organisasi maupun dengan pekerjaannya.
Ikatan antara karyawan dengan pekerjaan dan organisasinya ini selanjutnya
mampu mempenggaruhi perilaku-perilaku individu. Individu yang merasa ada
ikatan yang kuat (embedded) antara dirinya dengan pekerjaan organisasinya
cenderung memiliki intensi turnover serta perilaku turnover yang rendah
dibandingkan individu yang kurang merasa ada ikatan antara dirinya dengan
organisasi.
Persepsi ikatan karyawan pada pekerjaan dan organisasi, seperti yang
dicerminkan pada konsep job embeddedness ini, juga berpeluang mendorong
karyawan untuk terlibat dalam perilaku-perilaku peran ekstra yang memberikan
kemanfaatan bagi keefektifan organisasi, khususnya OCB. Namun dugaan ini
belum teruji secara empiris. Oleh karenanya dalam penelitian ini akan di uji
bagaimana peran job embeddedness dalam memprediksikan ketertiban karyawan.
Penelitian job embeddedness diduga memiliki hubungan yang positif dengan
OCB. Meskipun demikian, kausalitas hubungan antara job embeddedness dan
OCB diduga di mediasi oleh variabel yang mencerminkan kepedulian atau rasa
tanggung jawab karyawan terhadap organisasi, sebagai perwujudan atau
manifestasi sikap dari terbentuknya persepsi keterikatan karyawan pada organisasi
tempat dia bekerja.
4
O’Reilly dan Chatman (1989) mengemukakan bahwa ikatan psikologis
antara karyawan dengan organisasi dapat menumbuhkan kepedulian karyawan
akan kemakmuran organisasi serta kesediaan karyawan untuk secara sukarela
mencurahkan upaya demi kepentingan organisasi. Shore dan Wayne (1993)
mengemukakan bahwa perilaku peran ekstra seperti OCB cenderung akan
dilakukan karyawan ketika mereka merasa ada semacam kewajiban untuk
membalas tindakan positif yang dilakuakan oleh organisasi.
Persepsi embeddeness individu pada organisasi, sebagai bentuk keterkaitan
individu terhadap organisasi. dapat mendorong timbulnya kepedulian atau rasa
tanggung jawab individu terhadap organisasi. Hal ini dapat disebabakan karena
individu yang embedded akan mempersepsikann dirinya sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari organisasinya (Mitchell et al., 2001). Persepsi ini akan
mendorong individu untuk merasa bahwa kepentingan-kepentingan organisasi,
sebagai tekanan dalam hubungan yang embedded ini, menjadi salah satu
kewajiban atau tanggung jawabnya. Perasaan kepedulian terhadap organisasi ini
selanjutnya diduga akan mendorong karyawan untuk terlibat dalam OCB, sebagai
bentuk aktualisasi perilaku yang diarahkan demi keefektifan organisasional.
Pengujian peran job embeddeness dalam konteks organisasi masih relatif jarang
dilakukan di Indonesia. Sehubungan dengan belum adanya pengunaan yang secara
spesifikasi menguji peran job embeddedness terhadap OCB, pengembangan
hipotesis dengan hubungan positif job embeddeness dan OCB akan dikaji dengan
menggunakan beberapa konsep sikap (attitude) yang memiliki kemiripan dengan
job embeddedness serta telah memperoleh dukungan empiris sebagai konsep yang
memilki hubungan positif dengan OCB, yaitu komitmen organisasional akan
5
kepuasan kerja
Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan
judul “Pengaruh Job Embeddedness Terhadap Organizational Citizenship
Behavior (OCB) Pada BANK BUKOPIN Jakarta”.
1.2 Alasan Pemilihan Judul
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dengan judul “Pengaruh Job
Embeddedness Terhadap Organization Citizenship Behavior (OCB) pada Bank
BUKOPIN”. Penulis memilih judul diatas dengan beberapa alasan:
1. Bahwa judul yang diangkat relevan dengan ilmu yang di dapat oleh penulis
yaitu, ilmu Ekonomi Manajemen dengan konsentrasi Manajemen Sumber
Daya Manusia (MSDM).
2. Bahwa judul di atas belum banyak dijadikan objek penelitian di kampus dan
releven untuk diangkat sebagai topik penelitian.
3. Penulis ingin mengetahui dan membuktikan apakah terdapat pengaruh dari job
embeddedness terhadap organization citizenship behavior (OCB) di BANK
BUKOPIN Jakarta..
1.3 Rumusan Masalah
Pengaruh job embeddeness terhadap OCB menarik untuk dikaji menggingat
arti penting OCB bagi keefektifan organisasional. Salah satu keunikan yang ada
dalam konsep job embeddeness ini adalah terlibatnya pengukuran terhadap aspek-
aspek diluar lingkungan organisasi dan sekaligus aspek-aspek yang dibentuk oleh
lingkungan organisasional sebagai pendorong seseorang untuk terikat pada
6
organisasi dimana dia bekerja. Hal ini membuka peluang untuk menggali
bagaimana dampak akumulasi kekuatan-kekuatan dari luar maupun dari dalam
lingkungan kerja yang mendorong karyawan untuk terikat dengan organisasi dan
pekerjaanya, pada keterlibatan karyawan dalam perilaku-perilaku citizenship.
Fokus pertama dalam penelitian ini adalah untuk menguji kemungkinan
hubungan atau korelasi positif antara job embeddedness dengan OCB.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
Apakah job embeddedness memiliki hubungan yang positif dengan perilaku-
perilaku citizenship para pekerja pada BANK BUKOPIN Jakarta dalam penelitian
ini.
1.4 Batasan Masalah
Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas dan menghindari hal-hal yang
tidak sesuai dengan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang diteliti
pada :
1. Penelitian dilakukan pada karyawan yang bekerja di BANK BUKOPIN yang
beralamat di Jl. MT. Haryono KAV 50-51 Jakarta.
2. Job Embeddedness merupakan akumulasi kekuatan yang berasal dari faktor-
faktor dalam maupun dari luar lingkungan kerja, mendorong karyawan untuk
bertahan (terikat) dengan pekerjaan serta institusi tempat dia bekerja saat ini.
Terdapat enam dimensi pembentuk embedded, yaitu : (1) hubungan formal
dan informal antara individu dengan organisasi dan dengan individu lain
dalam organisasi (link to organization); (2) hubungan antara individu dengan
7
komunitas dimana dia tinggal (link to community); (3) persepsi kecocokan dan
kenyamanan antara individu dengan organisasi (fit to organization); (4)
persepsi kecocokan dan kenyamanan dimana dia tinggal (fit to community);
(5) manfaat psikologis maupun material yang diperoleh dengan menjadi
bagian dari organisasi dan sulit untuk dikorbankan oleh individu karyawan
(organization related sacrifice); (6) manfaat psikologis maupun material yang
diperoleh dengan menjadi bagian dari masyarakat dan sulit untuk dikorbankan
oleh komunitas dia tinggal (community related sacrifice).
3. Oganizational citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku-perilaku yang
dilakukan secara sukarela dan secara sengaja oleh karyawan untuk menunjang
keefektifan organisasional, dan merupakan bentuk perilaku yang tidak secara
formal diakui dalam sistem reward organisasi (Organ, 1988 dalam Robinson
& Morrison, 1995). Terdapat tiga dimensi dalam OCB ini, yaitu : altruism
(sifat mementingkan orang lain), concientiousness (perilaku-perilaku yang
ditujukan sebagai bentuk kepatuhan terhadap peraturan serta kebijakan
organisasi), loyalty (kesetiaan).
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini diharapkan akan membantu para praktisi sumber daya
manusia dalam membuat kebijkan-kebijakan yang dapat mendorong karyawan
untuk terlibat dalam perilaku-perilaku peran ekstra. Selanjutnya, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori-teori mengenai
OCB, khususnya anteseden-anteseden yang membentuk perilaku ini.
8
1.6. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berarti dan
pengetahuan mengenai pengaruh job embeddedness terhadap organization
citizenship behavior (OCB).
2. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh
selama menuntut ilmu di bangku perkuliahan dan manambah wawasan atau
menambah pengetahuan penulis khususnya dalam bidang perilaku
organisasional dan sumber daya manusia ke dalam kondisi yang riil.
3. Bagi pihak Lain / Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan dan
wawasan para pembaca dan dapat berguna sebagai bahan masukan untuk
membahas berbagai masalah khususnya mengenai pengaruh job
embeddedness terhadap OCB.
1.7 Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual merupakan kerangka berfikir yang berfungsi sebagai
penuntun alur pikir dan dasar penelitian ini yang secara diagramik adalah:
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual Penelitian : Pengaruh Job Embeddedness Terhadap Organizational Citizenship Behavior
Job Embeddedness • Link to organization • Link to community • Fit with organization • Fit with community • Organizational sacrifice • Community sacrifice
Organizational Citizenship behavior
• Altruism • Conscientiousness • Loyalty
9
1.8 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara dari perumusan masalah yang harus
di buktikan kebenarannya. Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka
penulis mengajukan hipotesis sementara. Penelitian ini merupakan penelitian
empiris yang bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh job embeddeness
terhadap organizational citizenship behavior dan membantu para praktisi sumber
daya manusia dalam membuat kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong
karyawan untuk terlibat dalam perilaku-perilaku peran ekstra. Selanjutnya,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori-
teori mengenai OCB, khususnya anteseden-anteseden yang membentuk perilaku
ini.
Berdasarkan landasan teori dan permasalahan yang akan diteliti maka
hipotesis alternatif yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah :
Adanya hubungan yang positif antara job embeddedness dengan perilaku-perilaku
citizenship karyawan.
1.9. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini metodologi penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagai
berikut :
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu Bank BUKOPIN di Jakarta yang
beralamat di Jl. M.T. Haryono KAV 50-51 Jakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari 20 April 2006 sampai 26 April 2006.
10
3. Populasi Dan Sampel
Populasi :
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi
dalam jumlah ini adalah semua karyawan Bank Bukopin yang berjumlah 250
orang karyawan.
Sampel :
Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi objek
sesungguhnya dalam penelitian, dimana jumlah sampel lebih sedikit dari
jumlah populasi. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak
200 sampel atau responden yang merupakan karyawan Bank Bukopin Jakarta.
Metode pengambilan sampel yang di pakai adalah metode “simple random
sampling”, dimana setiap unsur dalam populasi di ikut sertakan sebagai
sampel.
Ukuran yang sesuai untuk AMOS adalah antara 100-200 sampel (Hair
dalam Ferdinand,2000).
4. Sumber Data dan Jenis Data
Data Primer :
Merupakan informasi yang dikumpulkan langsung oleh penulis dari
sumbernya. Dalam hal ini penulis bertindak sebagai pengumpul data sehingga
data yang diperoleh dapat dipercaya. Pada penelitian ini data primer diperoleh
dari riset lapangan dengan melalui instrument kuisioner, wawancara dan
observasi. Kuisioner dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan daftar
pertanyaan atau kuisioner yang dicobakan pada responden atau karyawan
Bank Bukopin Jakarta. Dengan cara ini responden atau karyawan membaca
11
semua pertanyaan yang ada, kemudian memilih salah satu jawaban yang
tersedia yang mana dirasa paling sesuai menurutnya. Oleh karena data yang
diperoleh dari perusahaan bersifat kualitatif maka data tersebut perlu
dikuantitatifkan untuk menjaga kebenaran di masa yang akan datang. Untuk
itu pemilihan atas jawaban yang dilakukan dengan menggunakan “skala
likert”. Skala Likert merupakan skala yang berisi lima tingkat jawaban
mengenai kesetujuan responden terhadap statement atau pernyataan yang
dikemukakan mendahului opsi jawaban yang disediakan. Dalam skala likert
yang asli, tingkat kesetujuan terhadap statement dalam angket dikelompokkan
sebagai berikut: (Ghozali, Imam, 2001:132).
Alternatif Jawaban Keterangan Nilai Jawaban
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
N Netral 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1
Tabel 1.1. Skala Likert
Data Sekunder :
Informasi yang dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder yang diperoleh
melalui literatur-literatur, buku, jurnal, artikel, yang berhubungan dengan
penelitian.
12
1.10. Metode Analisis Data
Metode ini menggunakan alat pengukur kuantitatif seperti : uji validitas dan
reliabilitas kuesioner, analisis prosentase, dan analisis SEM.
1.10.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Analisis validitas dan reliabilitas ini digunakan untuk mengetahui
kuesioner yang diberikan kepada responden valid dan reliabel. Suatu alat ukur
dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu.
Sedangkan suatu alat ukur dikatakan reliable bila alat itu dalam mengukur suatu
gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Jadi
alat yang reliable secara konsisten memberi hasil ukuran yang sama.
1.10.2. Analisis Prosentase
Analisis prosentase adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
profil dari responden yang diteliti. Untuk menganaliti profil responden yang
mana, yang paling banyak jumlahnya atau memiliki nilai prosentase tertinggi
berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, masa kerja. Rumus analisis
prosentase adalah sebagai berikut (Bowen & Staar, 1982) :
%100×Χ
=N
p
Dimana :
p = nilai persentase
X = jumlah responden dengan karakteristik tertentu
N = jumlah responden keseluruhan
13
1.10.3. Analisis SEM
Structural Equation Model adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal
yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif
rumit, sebagai teknik multivarian yang mengkombinasikan dengan analisis
regresi dan analisis faktor untuk menilai sebuah rangkaian dari interelasi
ketergantungan secara bersama. SEM telah luas dikenal dalam penelitian-
penelitian manajemen melalui berbagai nama antara lain : causal analysis,
causal modeling, simultaneous equation modeling atau analisis struktur
kovarians. Seringkali SEM juga disebut Confirmatory Factor Analysis.
Salah satu program komputer yang bisa digunakan untuk analisis SEM
adalah program AMOS (Analysis of Moment Structure), yang merupakan
salah satu program canggih saat ini untuk mengolah model-model
penelitian yang multidimensi dan berjenjang.
SEM cocok digunakan untuk :
• Menguji kesesuaian model sekaligus hubungan kausalitas antar faktor
yang dibangun/diamati dalam model tersebut.
• Menguji kesesuian/ketepatan sebuah model berdasarkan data empiris
yang diteliti.
• Mengkonfirmasi unidimensionalitas dari berbagai indikator untuk
sebuah konstruk/konsep/faktor.
14
1.10.3.1. Konvensi SEM
Beberapa konvensi yang berlaku dalam diagram SEM adalah sebagai berikut :
1. Variabel terukur (Measured variable)
Variabel ini disebut juga observed variables, indicator variables, atau
manifest variables, yang digambarkan dalam bentuk segi empat atau bujur
sangkar.
2. Faktor
Faktor adalah sebuah variabel bentukan yang dibentuk melalui indikator-
indikator yang diamati dalam dunia nyata (Ferdinand, 2002 : 10). Oleh karena
itu variabel bentukan disebut juga latent variables, construct atau unobserved
variables, yang digambarkan dalam bentuk diagram lingkar atau oval atau
elips.
3. Hubungan antar variabel
Hubungan antar variabel dinyatakan melalui garis (Ferdinand, 2002 : 11).
Karena itu bila tidak ada garis berarti tidak ada hubungan langsung yang
dihipotesakan.
Bentuk-bentuk hubungan antar variabel dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Garis dengan anak panah satu arah (→)
Garis ini menunjukkan adanya hubungan yang dihotesiskan antara dua
variabel, dimana variabel yang dituju oleh anak panah merupakan variabel
dependen. Dalam SEM terdapat dua kelompok hipotesis dengan anak
panah satu arah, yaitu :
• Hipotesa mengenai dimensi faktor.
15
Dimensi-dimensi sebuah faktor akan terlihat dalam diagram SEM
melalui anak panah satu arah yang digunakan. Anak panah dari
variabel laten yang menuju ke variabel indikator (variabel dependen),
secara bersama-sama dihipotesakan sebagai dimensi dari sebuah
konsep atau faktor.
• Hipotesa mengenai hubungan regresi.
Hipotesa mengenai pengaruh satu atau beberapa variabel independen
terhadap satu atau beberapa variabel dependen, dinyatakan pula
dalam satu anak panah satu arah. Anak panah satu arah dari variabel
dependen menuju variabel independen menunjukkan hipotesa yang
menyatakan bahwa ada penggaruh variabel dependen terhadap variabel
independen.
b. Garis dengan anak panah dua arah (↔)
Garis ini menunjukkan hubungan yang tidak dianalisis. Anak panah dua
arah ini dalam pemodelan SEM digunakan untuk menggambarkan
kovarians atau korelasi antara dua buah variabel.
1.10.3.2 Uji Kesesuaian dan Uji Statistik
Dalam analisis SEM tidak ada alat uji tunggal untuk mengukur atau
menguji hipotesis mengenai model (pendapat Hair dalam Ferdinand, 2005 : 84).
Umumnya terdapat berbagai fenis fit index yang digunakan untuk mengukur
derajad kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data yang disajikan.
Para peneliti diharapkan untuk melakukan pengujian dengan menggunakan
16
beberapa fit index untuk mengukur kebenaran model yang diajukannya. Tabel 1.2.
berikut ini disajikan Goodness-of-fit indices (Ferdinand, 2005 : 92).
Goodness of fit index Cut-off value Significance probability Diharapkan kecil
Chi - square ≥ 0,05 RMSEA ≤ 0,08
GFI ≥ 0,90 AGFI ≥ 0,90
CMIN / DF ≤ 2,00 TLI ≥ 0,95 CFI ≥ 0,95
Tabel 1.2. Goodness-of-fit Index
Dari tabel 1.2. disajikan Goodness-of-fit indices dan berikut ini adalah
beberapa indeks kesesuaian dan cut-off valuenya untuk digunakan dalam menguji
apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak
1. χ2 (chi – square statistic)
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah
likelihood - Ratio chi – square statistic (χ2). Chi – square ini bersifat sangat
sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Karena itu bila jumlah
sampel cukup besar yaitu melebihi 200 sampel, maka statistik chi – square
harus didampingi oleh alat uji lainnya (pendapat Hair dalam Ferdinand,
2005:84). Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai
chi – squarenya rendah. Semakin kecil nilai χ2 semakin baik model itu (karena
dalam uji beda chi-square, χ2 = 0, berarti benar-benar tidak ada perbedaan, H0
diterima) dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar
p>0,05 atau p>0,10 (pendapat Hulland dikutip dalam Ferdinand). Program
17
Amos akan memberikan nilai chi-square dengan perintah \cmin dan nilai
probabilitas dengan perintah \p, serta besarnya degree of freedom dengan
perintah \df.
2. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk
mengkompensasi chi – square statistic dalam sampel yang besar (pendapat
Baumgarter & Homburg dalam Ferdinand). Nilai RMSEA menunjukkan
goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi
(pendapat Hair dalam Ferdinand). Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama
dengan 0,08 merupakan indeks yang dapat diterimanya model yang
menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degree of freedom.
Program Amos akan memberikan nilai RMSEA dengan perintah \rmsea.
3. GFI (Goodness of fit index)
Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang
dari varians dalam matriks kovarian sampel yang dijelaskan oleh matriks
kovarians populasi yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-
statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0
(perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better
fit”. GFI yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0,90. Program Amos akan
memberikan nilai GFI dengan perintah \gfi.
4. AGFI (Adjusted Goodness of fit index)
18
Tanaka dan Huba dalam Ferdinand menyatakan bahwa GFI adalah
analog dari R2 dalam regresi berganda. Fit index ini dapat diadjust terhadap
degress of freedom yang tersedia (Ferdinand, 2005:87).
Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI
mempunyai nilai ≥ 0,90, ini pendapat dari Hair dan Hulland (Ferdinand, 2005
: 88). Perlu diketahui bahwa baik GFI maupun AGFI adalah kriteria untuk
memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks
kovarians sampel.
Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan sebagai tingkatan yang baik
(good overall model fit) sedangkan besaran nilai antara 0,90 – 0,95
menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit). AGFI yang diharapkan adalah
sebesar ≥ 0,90. Program Amos akan memberikan nilai AGFI dengan perintah
\agfi.
5. CMIN / DF
The minimum sample discrepancy function (CMIN) dibagi dengan
degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN / DF, yang umumnya
dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur
tingkat fitnya sebuah model. Menurut Arbuckle, dalam hal ini CMIN / DF
tidak lain adalah statistik chi – square, χ2 dibagi DF nya sehingga disebut χ2
relatif. Nilai χ2 relatif kurang dari 2,00 atau bahkan kurang dari 3,00 adalah
indikasi dari acceptable fit antara model dan data (Ferdinand, 2005 : 89).
Program Amos akan memberikan nilai CMIN / DF dengan perintah \cmindf.
19
6. TLI (Tuckor Lewis Index)
TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan
sebuah model yang diuji terhadap baseline model (pendapat Baumgartner &
Homburg dalam Ferdinand). Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan
untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 (menurut pendapat
Hair dalam Ferdinand), dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a
very good fit (menurut Arbuckle). TLI yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0,95.
Program Amos akan memberikan nilai TLI dengan perintah \tli.
7. CFI (Comparative Fit Index)
Menurut Arbuckle, besaran indeks CFI adalah pada rentang nilai sebesar
0 – 1 yang mengindikasikan tingkat fit yang tinggi (a very good fit). Nilai
yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,95 (Ferdinand, 2005 : 91).
Keunggulan dari indeks ini adalah bahwa indeks ini besarnya tidak
dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk mengukur
tingkat penerimaan sebuah model. Menurut Hulland seperti dikutip dalam
Ferdinand bahwa dalam penilaian model, indeks TLI dan CFI sangat
dianjurkan untuk digunakan karena indeks-indeks ini relatif tidak sensitif
terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi pula oleh kerumitan model
(Ferdinand, 2005 : 92). Program Amos akan memberikan nilai CFI dengan
perintah \cfi.
20
Sistematika Penulisan
Secara sistematika, penulisan skripsi ini terdiri dari lima (V) bab yang
dapat diuraikan sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan
Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, alasan
pemilihan judul, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kerangka konseptual, hipotesis, metodologi
penelitian, metode analisis data, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Dalam bab ini dikemukakan mengenai teori-teori yang berhubungan
dengan penelitian tersebut, antara lain pengertian job embeddedness,
yang meliputi definisi dan karakteristik job embeddedness, dimensi-
dimensi pembentuk job embeddedness, dan dampak job embeddedness
terhadap perilaku karyawan. Pengertian oganizational citizenship
behavior (OCB), yang meliputi : definisi dan karakteristik oganizational
citizenship behavior, dimensi perilaku oganizational citizenship
behavior, arti penting oganizational citizenship behavior bagi
organisasi. Serta penelitian terdahulu.
Bab III Gambaran Umum Perusahaan
Dalam bab ini dikemukakan mengenai sejarah singkat perusahaan,
lokasi perusahaan, visi dan misi struktur organisasi, jam kerja, gaji,
kegiatan sosial kemasyarakatan, layanan bank, divisi komersial, divisi
treasury dan international banking, keuntungan bank, dan struktur
organisasi
21
Bab IV Analisis Data
Dalam bab ini dikemukakan mengenai pengolahan data dan analisis data
serta penafsiran hasil analisis yang diperoleh dari kuesioner.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Merupakan bab akhir dalam rangkaian penelitian yang berisi tentang
kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasn penelitian, dan saran yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran