23
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pemandangan di sekitar Situ tampak asri dengan pepohonan rindang yang berumur ratusan tahun. Situ yang banyak dikunjungi, baik para turis maupun peziarah itu menyimpan banyak misteri yang hingga sekarang masih dipercaya oleh penduduk setempat. Salah satu di antaranya ikan yang mati dari Situ Sangiang harus dikuburkan layaknya manusia, sebab menurut riwayat, ikan lele, dan sejenisnya yang hidup di tempat tersebut merupakan jelmaan manusia. Pemimpin ikan jelmaan itu adalah putra Prabu Talaga Manggung Pucuk Umum yang bernama raden Panglurah, cucu Prabu Siliwangi, raja Pakuan Pajajaran. Riwayat di balik terbentuknya objek wisata yang banyak tersebar di Jawa Barat tidak ada buruknya untuk diketahui sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi semua, terutama bagi mereka yang menyukai cerita maupun sekelumit sejarah yang tersimpan rapi di balik misteri yang banyak dibicarakan orang. Situ Sangiang adalah salah satu peninggalan sejarah yang dijadikan objek wisata di desa sangiang kabupaten Majalengka. Situ ini mampu menangkap kehidupan sejarah pada masa itu di masa Kerajaan Talaga Manggung yang masih ada sampai sekarang yang kemudian dijadikan salah satu objek wisata di Kabupaten Majalengka. Situ Sangiang terletak 800 m atau sebelum kota Talaga dari arah selatan. Kawasan tersebut terletak pada ketinggian tanah antara 600-800 m. Ketinggian tanah terendah berada di desa Banjaran dan tertinggi di desa Sangiang. Bentuk permukaan tanah umumnya beragam, namun secara umum adalah relatif datar dengan kemiringan lahan sampai dengan 10%. Lahan- lahan demikian umumnya dipergunakan untuk area persawahan dan perairan. 1 Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

1

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pemandangan di sekitar Situ tampak asri dengan pepohonan rindang yang berumur

ratusan tahun. Situ yang banyak dikunjungi, baik para turis maupun peziarah itu menyimpan

banyak misteri yang hingga sekarang masih dipercaya oleh penduduk setempat. Salah satu di

antaranya ikan yang mati dari Situ Sangiang harus dikuburkan layaknya manusia, sebab menurut

riwayat, ikan lele, dan sejenisnya yang hidup di tempat tersebut merupakan jelmaan manusia.

Pemimpin ikan jelmaan itu adalah putra Prabu Talaga Manggung Pucuk Umum yang bernama

raden Panglurah, cucu Prabu Siliwangi, raja Pakuan Pajajaran. Riwayat di balik terbentuknya

objek wisata yang banyak tersebar di Jawa Barat tidak ada buruknya untuk diketahui sebagai

tambahan ilmu pengetahuan bagi semua, terutama bagi mereka yang menyukai cerita maupun

sekelumit sejarah yang tersimpan rapi di balik misteri yang banyak dibicarakan orang.

Situ Sangiang adalah salah satu peninggalan sejarah yang dijadikan objek wisata di desa

sangiang kabupaten Majalengka. Situ ini mampu menangkap kehidupan sejarah pada masa itu di

masa Kerajaan Talaga Manggung yang masih ada sampai sekarang yang kemudian dijadikan

salah satu objek wisata di Kabupaten Majalengka.

Situ Sangiang terletak 800 m atau sebelum kota Talaga dari arah selatan. Kawasan

tersebut terletak pada ketinggian tanah antara 600-800 m. Ketinggian tanah terendah berada di

desa Banjaran dan tertinggi di desa Sangiang. Bentuk permukaan tanah umumnya beragam,

namun secara umum adalah relatif datar dengan kemiringan lahan sampai dengan 10%. Lahan-

lahan demikian umumnya dipergunakan untuk area persawahan dan perairan.

1

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

2

Dari aspek iklim, kawasan Situ Sangiang termasuk tipe iklim C2 dengan intensitas curah

hujan rata-rata antara tahun 1990-1997 sebesar 1.802 mm/tahun. Curah hujan tertinggi pada

tahun 1990 sebesar 3.050 mm/tahun dan terendah terjadi pada tahun 1991 dengan curah hujan

sebesar 716 mm/tahun. Situ Sangiang merupakan bagian perairan. Selain sebagai sumber air

setempat bagi penduduk sekitar dan kegiatan perikanan, air dari Situ Sangiang dipergunakan

juga sebagai suplai untuk saluran irigasi yang terletak di bagian barat kota Talaga.

Ketinggian air tanah sekitar Situ Sangiang berkisar antara 2-20 m di bawah permukaan

tanah dengan sifat pengaliran tidak stabil. Sumur artesis yang dipergunakan penduduk untuk

mendapatkan air bersih berkisar pada kedalaman 5-15 m dengan ph 6,5 (normal). Dengan

kondisi demikian maka dapat disimpulkan bahwa air permukaan maupun air tanah disekitar Situ

Sangiang dapat dipergunakan juga untuk penggembangan pertanian, perikanan dan kegiatan

lainnya.

Jenis tanah disekitar kawasan terdiri dari 2 jenis yaitu assosiasi andosol dan assosiasi

podsolik dengan mayoritas tebaran adalah podsolik terutama pada daerah persawahaan dan

perairan. Tekstur tanah kedua jenis tanah tersebut adalah halus sampai sedang dengan top soil

antara 50-150 cm, memiliki tingkat kesesuaian S3-S2 untuk kegiatan pertanian. Secara umum,

penggunan lahan di sekitar lokasi Situ Sangiang (7 desa) terdiri dari lahan pertanian sawah,

perladangan, pemukiman dan perikanan. Persawahan menempati luas paling besar (657,33 ha),

kemudian ladang (550,59 ha), dan pemukiman (136,59 ha).

Dari jumlah 25.000 jiwa penduduk kawasan Situ Sangiang pada tahun 2000, jumlah

terbesar berada di desa Banjaran dengan jumlah penduduk sekitar 4.501 jiwa dan kepadatan 18

jiwa/ha. Namun, desa dengan kepadatan tertinggi adalah desa Talaga dengan jumlah penduduk

5.388 jiwa kepadatan 23 jiwa/ha. Dari sisi mata pencaharian penduduk, jumlah angkatan

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

3

kerja/penduduk yang bekerja adalah sejumlah 9.520 orang atau sekitar 48 % dari jumlah

penduduk. Jenis pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat sekitar Situ Sangiang

adalah bertani (3.348 orang) dan berternak (2.994 orang). Selain itu, buruh tani juga merupakan

golongan pekerjaan yang cukup besar sekitar 2.249 orang.

Kawasan Wana Wisata Situ Sangiang dengan pemandangan hutan campuran diantaranya

mahoni dan kayu manis ditemukan juga jenis-jenis lain diantaranya alang-alang, rumput teki,

gewar, rotan, saliara, kirinyuh, pohpohan, tepus, kiara, manglid, suren, benda, kemiri, pasang dan

lain-lain, sedangkan jenis fauna di antaranya ular sanca, ular sawah, burung kutilang, bincarung,

cangkakak, kera, lutung, bai. Kegiatan Wisata yang dapat dilakukan di antaranya lintas alam,

bersampan, memancing dan berkemah. Di wana wisata Situ Sangiang terdapat makam yang

dikeramatkan. Juru kunci setempat menyebutkan, makam yang ada di pinggir Situ Sangiang ini

merupakan salah satu makam tokoh penyebar Islam di daerah Majalengka dan sekitarnya. Wajar

saja bila berwisata di Situ Sangiang lebih bersifat religius. Ada yang jauh-jauh datang ke sana,

hanya ingin berziarah ke makam wali dan kemudian mandi di pinggir situ. Jadi, benar-benar

wisata itu sangat sakral. Menurut penduduk setempat dan juru kunci situ itu merupakan

penjelmaan dari sebuah kerajaan kuno yang disebut kerajaan Talaga.

Demikian Situ Sangiang semakin dikenal masyarakat di kabupaten Majalengka dan juga

di luar Majalengka sehingga Situ Sangiang semakin berkembang menjadi objek wisata sejarah

yang bersifat magis yang ada hingga saat ini. Masih banyak pengunjung yang datang, namun

berjalannya waktu keberadaan objek wisata yang bernilai sejarah kurang diminati wisatawan luar

negeri. Mereka lebih tertarik dengan wisata yang buatan yang lebih menyenangkan seperti wisata

kuliner dan wisata belanja daripada mengunjungi objek wisata yang menyajikan nuansa sejarah

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

4

seperti mengunjungi tempat-tempat bersejarah untuk mengenang sekaligus bukti para leluhur

pernah ada untuk berjuang di masa lalu.

Untuk mengatasi permasalahan di atas sangat perlu untuk meningkatkan minat

masyarakat untuk mengenal peninggalan-peninggalan sejarah melalui wisata sejarah. Bisa

dikembangkan dengan melengkapi terlebih dahulu fasilitas standar disesuaikan dengan tujuan

yang disajikan untuk wisata sejarahnya. Semua itu, dapat dikelola dengan baik apabila tercipta

sinkronisasi antara masyarakat dan dinas terkait sehingga tercipta objek wisata yang diinginkan,

yaitu objek wisata Situ Sangiang, Sehubungan dengan itu peran perhatian pemerintah daerah

Majalengka untuk menjaga dan mempromosikan daerah loka wisata ini dengan lebih baik lagi.

Hal ini yang mendasari ketertarikan peneliti untuk menjadikannya sebagai bahan skripsi dengan

judul seperti pada sampul.

J. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan pokok masalah sebagai berikut :

1. Situ Sangiang Sebagai Situs Sejarah Kabupaten Majalengka (1998 – 2016);

2. Silsilah Kerajaan Talaga Manggung dan Hubungannya dengan Kerajaan Lain;

3. Situ Sangiang sebagai Objek Wisata kabupaten Majalengka;

K. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengungkap :

1. Situ Sangiang Sebagai Situs Sejarah Kabupaten Majalengka (1998 – 2016);

2. Silsilah Kerajaan Talaga Manggung dan Hubungannya dengan Kerajaan Lain;

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

5

3. Situ Sangiang Sebagai Objek Wisata kabupaten Majalengka;

L. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

Secara Teori, dengan memberikan wawasan bagi peneliti dan kepada para pembaca

tentang sejarah lokal yang kemudian, Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi

dan bahan acuan bagi penelitian di masa yang akan datang. Secara Praktis, selanjutnya

diharapkan bagi mahasiswa prodi Sejarah khususnya, hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan bacaan dan bahan pembelajaran untuk gambaran penelitian yang baik di masa

yang akan datang agar dalam pengerjaannya bisa menjadi jauh lebih baik dari penelitian ini.

Untuk masyarakat, dapat memberikan wawasan dan pengetahuan agar mengetahui tentang

sejarah lokal yang dipaparkan dalam bentuk tulisan penelitian skripsi ini.

M. Tinjauan Pustaka

Objek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumberdaya wisata yang

dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat

dikunjungi wisatawan luar pulau ataupun luar negara (Pitana dan Gayatri, 2005 : 2). Situ

merupakan suatu wadah atau genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk, baik secara

alami maupun buatan yang airnya berasal dari tanah maupun air permukaan, berukuran relatif

kecil dibandingkan danau, tergolong ke dalam ekosistem perairan air tawar terbuka dan dinamis,

sebagai siklus hidrologis yang potensial dan merupakan salah satu bentuk kawasan lindung.

Fungsi situ dapat berupa sistem ekologi dan sistem tata air wilayah sekitarnya, daerah tampungan

air, pada kondisi tertentu dapat menjadi pembangkit listrik, pengimbuh (recharge) air pada

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

6

cekungan air tanah serta penahan intrusi air asin, sumber air baku, irigasi, pengendalian banjir,

dan fungsi ekonomi lainnya berupa rekreasi, perikanan, dll (Rahman 2010:6).

Situs adalah sebidang tanah yang mengandung benda-benda arkeologi seperti fosil

binatang masa purba, fosil manusia yang hidup pada masa purba, benda-benda peninggalan masa

purba, dan lain sebagainya di daerah itu sendiri untuk diteliti. Situs bisa berbentuk benda dan

bangunan yang merupakan sumber atau situs sejarah yang bisa dilihat dan bisa dipegang. Berkat

terlalu nyata, benda dan bangunan sering disebut artifact, artinya di satu sisi benda dan bangunan

itu disebut data sejarah, tetapi di sisi lain benda dan bangunan disebut fakta sejarah. Fakta benda

dan bangunan itu ada, tetapi fakta sosial (sosifact) sudah tidak terlihat lagi karena peristiwa itu

hanya terjadi satu kali. Begitu juga dengan mentifact. Mentifact adalah fakta yang benar–benar

terlihat lagi karena tersimpan dalam memori otak atau terkadang dalam dokumen–dokumen yang

dihasilkan oleh manusia. Dokumennya memang tampak jelas seperti artifact, tetapi mentifact

tidak dengan sendirinya keluar dari dokumen tanpa dibaca dan diteliti (Priyadi, 2013 :69).

Majalengka memiliki peninggalan arkeologis, sejarah dan kepurbakalaan situs-situs dari

berbagai masa salah satunya Goong Renceng yang tersimpan di musium. Situs-situs peninggalan

sejarah lokal kerajaan di Indonesia, yang sebenarnya sangat banyak, namun pada zaman

sekarang peninggalan-peninggalan tersebut sudah banyak yang hilang karena termakan waktu.

Peninggalan-peninggalan yang sampai sekarang masih ada salah satunya Situ yang terdapat di

desa Sangiang kabupaten majalengka. Dan untuk itulah peneliti melakukan penelitian ini guna

mengungkap sejarah terjadinya situ tersebut yang merupakan peninggalan Kerajaan Talaga

Manggung di Kabupaten Majalengka.

Penelitian tentang situs sejarah Situ Sangiang kabupaten Majalengka sejauh pengamatan

peneliti hingga sampai saat ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan. Untuk itulah

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

7

peneliti mencoba untuk meneliti lebih lanjut tentang Situ Sangiang ini. Namun, penelitian yang

berkaitan dengan situs sejarah Situ Sangiang kabupaten Majalengka ini pernah dilakukan oleh

peneliti–peneliti lain dan bahkan ada yang sudah dibukukan.

Sebagai perbandingan untuk menganalisa permasalahan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa penelitian skripsi Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan dari

sumber lain seperti terdapat pada penelitian yang sudah dibukukan dan lebih lengkap

cakupannya dan arsip-arsip yang tersebar, sebagai contoh telah diterbitkan November 2012 oleh

Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia, Cabang Jawa Barat dengan judul Sejarah Kerajaan

Talaga.

Basri (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Peninggalan Benda-Benda Purbakala di

Kecamatan Mrebet, mengatakan peninggalan-peninggalan yang terdapat di kecamatan Mrebet

terdiri dari mangkok, lumping, genta, binggel, gelang, yoni, kelir, makam dan lain-lain. Dari

situs-situs yang ditemukan di Kecamatan Mrebet masing-masing terdapat mitos yang berkaitan

dengan kegiatan ritual yang dilakukan di zaman purbakala. Mitos atau cerita lisan yang ada dan

melekat terhadap benda-benda purbakala pada dasarnya merupakan suatu usaha pewarisan

terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang dianggap baik oleh masyarakat sehingga hal ini dapat

diwariskan pula terhadap anak cucu atau kepada masyarakat sekitar berkembang pada

peninggalan benda-bendapurbakala di Kecamatan Mrebet.

Penelitian yang dilakukan Daryanti (2002) yang berjudul Situs-Situs Peninggalan

Sejarah di Baturraden Banyumas. Situs-situs sejarah yang terdapat di Baturraden juga

mempunyai mitos-mitos tertentu. Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan

arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita ini dapat dituturkan, tetapi juga diungkapkan

lewat tarian-tarian atau pementasan wayang. Mitos mengatasi cerita dalam arti kata modern

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

8

isinya lebih daripada rangkaian-rangkaian peristiwa yang menggambarkan dan menghibur saja.

Mitos tidak hanya terbatas pada semacam reportase mengenai peristiwa-peristiwa yang dahulu

terjadi. Mitos memberikan arah kepada kelakuan manusia dan merupakan semacam pedoman

untuk manusia.

N. Landasan Teori dan Pendekatan

a. Landasan Teori

Dalam sebuah penelitian landasan teori sebagai salah satu langkah untuk mendapatkan

hasil yang maksimal mutlak diperlukan. Sebagai bentuk kegiatan yang ilmiah, teori berfungsi

sebagai alat untuk memecahkan masalah penelitian. Teori Geneologi adalah kajian tentang

keluarga dan penelusuran jalur keturunan serta sejarahnya. Ahli geneologi menggunakan berita

dari mulut ke mulut, catatan sejarah, analisis genetik, serta rekaman lain untuk mendapatkan

informasi mengenai suatu keluarga dan menunjukkan kekerabatan dan silsilah dari anggota-

anggotanya. Hasilnya sering ditampilkan dalam bentuk bagan atau ditulis dalam bentuk narasi

(Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014 : 117).

Teori Arkeologi merupakan salah satu data sejarah yang penting adalah artifact. Di sini,

artifact dikatakan sebagai data dan di sisi lain juga disebut sebagai fakta. Artifact adalah data

yang bisa dilihat oleh kasat mata, bias diamati dan diteliti, dipegang, dan secara nyata memang

ada. Berbeda dengan data dalam bentuk pikiran. Sejarawan tidak tahu seperti apa data pikiran

apabila pikiran itu tidak ditulis atau dikatakan secara jelas. Artifact disebut data dan fakta

sekaligus Karena nyata tampak di depan mata. Baik berwujud benda ataupun bangunan. Benda-

benda peninggalan sejarah bias dilihat seperti kapak perimbas, kapak lonjong, kapak sepatu,

kapak neolithik, mahkota raja, baju, perhiasan, peralatan rumah tangga, peralatan kantor,

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

9

persenjataan perang, jenis kain tradisional dan lain-lain. Begitu pula dengan punden berundak,

menhir, bangunan candi, kuil, masjid, gereja, kerato, tempat peristirahatan, sekolah, perguruan

tinggi dan lain-lain. Jenis benda dan bangunan bisa menjadi objek ilmu arkeologi yang dapat

dispesialkan sebagai arkeologi prasejarah, arkeologi Hindu-Budha, arkeologi Islam dan

arkeologi Belanda dan masa kini (Priyadi, 2013 : 70).

Terdapat ketergantungan yang besar pada ilmu sejarah karena keterbatasan kemampuan

para sejarawan sehingga mereka lebih banyak mengandalkan para arkeolog. Padahal, ilmu

arkeologi hanya berkedudukan sebagai ilmu bantu. Ilmu sejarah seharusnya mengharapkan

bahwa sejarawan menjadi tuan rumah di rumahnya sendiri. Namun, sejarah merasa beruntung

Karena keterlibatan arkeologi sangat membantu dalam membantu membangun teks historis. Jika

fenomena itu terjadi di masa lampau, maka sejarawan harus lebih sigap dan tekun mempelajari

ilmu-ilmu bantu, terutama arkeologi. Sejarawan Indonesia baru mampu terlibat dalam penulisan

sejarah Nasional Indonesia pada masa kontemporer dengan adanya arsip Belanda sebagai data

historis. Sejarah kontemporer yang benar-benar terjadi di masa kini (abad XX dan XXI)

seharusnya tidak boleh dilewatkan penyimpanannya karenan manusia begitu lalai, maka

tebusannya di kemudian hari akan berat dengan hilngnnya data tanpa dirasakan (Priyadi, 2013:

71).

Manusia kelihatannya tidak merasa kehilangan sesuatu. Seiring berjalannya waktu, data

arkeologis semakin berkurang. Lama-kelamaan data arkeologis yang berasal dari masa

prasejarah dan Hindu-Budha rusak dan hilang karena orang semakin tidak peduli dengan data

tersebut. Jika orang mendengar dan menikmati kisah sejarah, maka muncul kesan bahwa sejarah

adalah murah meriah, Tetapi dalam kenyataan penyusunan sejarah membutuhkan biaya yang

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

10

tidak murah, bahkan mahal. Hilang dan hancurnya data arkeologis akan merugikan bagi

penulisan sejarah di kemudian hari (Priyadi, 2013: 71).

Menurut Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014: 112-113. Arkeologi adalah ilmu yang

mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang

ditinggalkan. Kajian sistematis, meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data

berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan candi) dan ekofak (berupa

nemda lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi, dan fosil) maupun fitur (artefak yang tidak

dapat dilepaskan dari tempatnya (situs arkeolog).

Tujuan arkeologi beragam dan menjadi perdebatan yang panjang. Di antaranya yang

disebut paradigm arkeologi yaitu, menyusun sejarah kebudayaan, memahami perilaku manusia,

serta mengerti proses perubahan budaya. Karena bertujuan memahami budaya manusia, maka

ilmu ini termasuk ke dalam kelompok ilmu humaniora.meskipun demikian, terdapat berbagai

ilmu bantuyang digunakan seperti sejarah, antropologi,geologi (ilmu tentang lapisan bumi yang

menjadi acuan relative umur suatu temuan arkeologis), geografi, arsitektur, paleontropologi dan

bioantropologi, fisika (antara lain dengan karbon c-14 untuk mendapatkan pertanggalan mutlak),

ilmu metalurgi (untuk mendapatkan unsur-unsur suatu benda logam), serta fitologi (mempelajari

naskah lama) (Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014 : 113).

Terdapat tiga fungsi sejarah yaitu memberi pelajaran, memberi inspirasi, dan memberi

kesenangan. Fungsi sejarah yang pertama yaitu memberi pelajaran, dalam memberikan pelajaran

kepada masyarakat masa kini secara terbalik masyarakat harus belajar sejarah. Belajar sejarah

bisa ditempuh melalui pendidikan sejarah di sekolah-sekolah atau orang bisa secara individual

mempelajari sejarah. Sehubungan dengan pendidikan sejarah berfungsi sebagai pendidikan

moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan masa depan, dan keindahan (Priyadi, 2013: 99).

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

11

Pendidikan moral melalui pembelajaran sejarah jauh lebih baik daripada pembelajaran yang lain,

pembelajaran sejarah adalah proses yang tidak melihat moral dari kecaman hitam putih.

Pembelajaran sejarah bukanlah ideologi, tetapi sejarah yang bersinergi ilmu pendidikan dapat

menjelaskan fenomena moralitas berdasarkan fakta-fakta sejarah. Pendidikan penalaran melalui

pembelajaran sejarah dapat menjalankan tugasnya agar peserta didik berpikir dengan baik.

Pendidikan politik juga menyadarkan akan pentingnya orang berkumpul dan berserikat dalam

berorganisasi, misalnya berpartai atau berormas. Pendidikan kebijakan juga bisa memakai

pembelajaran sejarah. Pendidikan perubahan juga selaras dengan pembelajaran sejarah karena

sifat sejarah yang hakiki adalah perubahan dan perkembangan.

Fungsi sejarah yang kedua yaitu memberi inspirasi, terpancar dari sejarah sebagai ilmu

bantu, latar belakang, rujukan, dan bukti (Priyadi, 2013: 104). Ilmu sejarah jelas tidak mandiri

karena memerlukan ilmu lain sebagai ilmu bantu. Sebaliknya, ilmu sejarah juga berstatus sebagai

ilmu bantu bagi ilmu lain. Sejarah yang dijadikan latar belakang suatu tindakan atau aktifitas

manusia adalah pemanfaatan pengalaman masa lampau yang dijadikan salah satu inspirasi.

Sejarah sebagai rujukan atau referensi juga termasuk pemanfaatan inspirasi Karena manusia

sering merujuk kepada sejarah agar dalam melakukan pengambilan kebijakan tidak melakukan

kesalahan. Sejarah sebagai bukti sering dipakai untuk alat pembenaran atau memberikan

kebenaran sejarah.

Fungsi yang ketiga yaitu memberi kesenangan, tampak dari sifat ilmu sejarah yang

terbuka, cara mengetahui masa lampau, pernyataan pendapat dan profesi (Priyadi, 2013 : 107).

Ilmu sejarah merupakan ilmu yang terbuka karena semua orang bisa menjadi sejarawan. Tidak

selalu mahasiswa lulusan sejarah bekerja menjadi sejarawan. Jika orang masa kini ingin

mengetahui masa lampau, maka cara terbaik adalah membaca karya sejarah. Kesenangan dan

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

12

kebahagiaan itu akan semakin bertambah ketika sejarawan mampu berhasil merekontruksi

sejarah yang sedang dihadapinya. Banyak sejarawan menyatakan pendapatnya melalui karya

sejarah karena di dalam pikiran sejarawan melekat subjektivitasnya, terutama ketika menafsirkan

fakta-fakta sejarah yang dihadapinya. Profesi kesejarahan yang didukung sebagai lulusan

pendidikan sejarah akan lebih menyenangkan. Di satu sisi, ia mendapatkan penghasilan, tetapi di

sisi lain ia mengembangkan ilmunya.

Teori kebudayaan menurut Ralph Linton adalah seluruh kehidupan dari masyarakat yang

manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh

masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Dalam arti cara hidup masyarakat itu

kalau kebudayaan diterapkan pada cara hidup kita sendiri, maka tidak ada sangkut pautnya

dengan main piano atau membaca karya sastrawan terkenal. Untuk seorang ahli ilmu sosial,

kegiatan seperti main piano tersebut, merupakan elemen-elemen belaka dalam keseluruhan

kebudayaan kita. Keseluruhan ini mencakup kegiatan-kegiatan duniawi seperti mencuci piring

atau menyetir mobil dan untuk tujuan mempelajari kebudayaan, hal ini sama derajatnya dengan

hal-hal yang lebih halus dalam kehidupan. Karena itu, bagi seorang ahli ilmu sosial tidak ada

masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai

kebudayaan, bagaimanapun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah mahluk

berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam sesuatu kebudayaan. Jadi, kebudayaan menunjuk

kepada berbagai aspek kehidupan. Meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan, dan

sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau

kelompok penduduk tertentu, penghormatan yang kuat terhadapat generasi tua seperti halnya

dengan sumpit dan teater kabuki adalah juga sebagian dari kebudayaan Jepang. Kita masing-

masing dilahirkan ke dalam suatu kebudayaan yang bersifat kompleks dan kebudayaan itu kuat

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

13

sekali pengaruhnya terhadap cara hidup serta cara berlaku yang akan kita ikuti selama hidup kita

(Ihromi, 2016 : 22-23).

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang

diselengarakan dari satu tempat ke tempat yang lain (Oka A Yoeti, 1993 : 109). Objek wisata

Situ Sangiang termasuk kedalam jenis pariwisata alam (menurut letak geografisnya termasuk

jenis pariwisata lokal ). Wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang

mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk perjalanan rekreasi

dan berlibur. Menurut G.A Schmoll (Oka A Yoeti,1993, : 127).

Menurut letak geografisnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisatam di

antaranya Pariwisata Lokal yaitu Pariwisata yang dimaksud adalah pariwisata setempat, yang

mempunyai ruang lingkup yang sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja, misalkan

kepariwisataan kota Bandung saja dan lain-lainnya. Kemudian Pariwisata Regional yaitu

kegiatan kepariwisataan yang berkembang disuatu tempat atau daerah yang luas ruang

lingkupnya, contohnya kepariwisataan Bali dan lain-lain. Pariwisata Nasional yaitu kegiatan

kepariwisataan yang berkembang dalam suatu wilayah suatu negara. Regional-internasional

Tourism yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang dalam suatu wilayah Internasional

yang terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah tersebut.

Misalkan kepariwisataan ASEAN, Timur Tengah, dan lain-lain.

Menurut Alasan / Tujuan Perjalanannya, diantaranya Business Tourism yaitu jenis

pariwisata dimana pengunjung datang untuk tujuan dinas, usaha dagang atau yang berhubungan

dengan pekerjaan.Vacational Tourism yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang

melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang–orang yang sedang berlibur atau cuti. Educational

Tourism yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang melakukan perjalanan untuk

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

14

tujuan study atau mempelajari sesuatu bidang ilmu pengetahuan, termasuk kedalamnya adalah

dharmawisata (study-tour)

Menurut saat atau waktu berkunjung, diantaranya Seasonal Tourism yaitu jenis

pariwisata yang kegiatanya berlangsung pada musim-musim tertentu. Occasional Tourism yaitu

jenis pariwisata dimana perjalanan wisatanya dihubungkan dengan kejadian (occasion) maupun

suatu events, seperti Galungan dan Kuningan di Bali, Blossom Festifal di Tokyo atau

Washington. Definisi wisatawan yang dimaksud wisatawan oleh G.A. Schmool adalah individu

atau kelompok individu yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang

dimilikinya untuk perjalanan rekreasi dan berlibur. Jenis dan macam wisatawan dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis, diantaranya melihat sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana

perjalanan wisata itu dilakukan, maka kita dapat mengklasifikasikan wisatawan sebagai berikut :

Foreign Tourist adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki

suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana ia tinggal. Domestic Foreign Tourist

adalah orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal pada suatu negara, yang melakukan

perjalanan wisata di wilayah daerah dimana ia tinggal. Transit Tourist adalah wisatawan yang

sedang melakukan perjalanan wisata ke suatu negara tertentu, yang menumpang kapal udara atau

kapal laut ataupun kereta api, yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu

pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri. Bussiness Tourist adalah orang yang

melakukan perjalanan, yang mengadakan perjalanan untuk tujuan lain bukan wisata, tetapi

perjalanan wisata akan dilakukan setelah tujuan yang utama selesai.

b. Pendekatan

Pendekatan merupakan suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian dalam sebuah

studi atau penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang Objek Wisata Situ

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

15

Sangiang di Kabupaten Majalengka adalah pendekatan historIs dan arkeologi. Sebagaimana arti

dari “Historia” yang berasal dari bahasa yunani yang berarti “Apa-apa yang berkaitan dengan

manusia sejak permulaan ia meninggalkan bekas (asar) di Bumi dengan menggambarkan dan

menceritakan kejadian yang berhubungan dengan kejadian-kejadian bangsa-bangsa atau

individu-individu”, sedangkan arkeologis sendiri lebih mengacu pada peninggalan-peninggalan

yang terdapat pada Objek Wisata Situ Sangiang di Kabupaten Majalengka. Pendekatan-

pendekatan yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat membantu mengetahui lebih dalam

tentang salah satu situs sejarah yang ada di Kabupaten Majalengka.

O. Metode Penelitian

Dalam rangka merekonstruksi peristiwa sejarah yang sudah ada dan peninggalannya,

maka sebuah penelitian harus dilakukan dengan meninjau suatu masalah berdasarkan pada

peninggalan tersebut atau dokumen sejarah yang masih ada serta memvalidkan data tersebut

berdasarkan keterangan dari tokoh atau saksi hidup. Penelitian ini termasuk katagori penelitian

sejarah karena di dalamnya terdapat unsur manusia, ruang, dan waktu.

Metode penelitian sejarah adalah suatu cara seorang sejarawan mendekati objek

penelitiannya dengan langkah-langkah yang terstruktur, sehingga akan mempermudah peneliti

dalam memperoleh data yang bersejarah. Kedudukan data sejarah sangat penting sebab tanpa

data, sejarah tidak akan mungkin ditulis (no data, no history). Data telah menjadi sebuah harga

mati bagi para peneliti (sejarawan peneliti) untuk mengungkap suatu fenomena bersejarah dari

peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Metode penelitian historis terdiri dari heuristik (mencari

sumber-sumber), kritik atau verifikasi (menilai sumber-sumber), interpretasi atau sintesis

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

16

(menafsirkan keterangan sumber-sumber), historiografi (penulisan) (Priyadi,2011:3). Oleh

karena itu akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Heuristik

Berasal dari bahasa Yunani heuristiken yang berarti menemukan atau mengumpulkan

sumber. Dalam kaitan dengan sejarah tentulah yang dimaksud sumber yaitu sumber sejarah yang

tersebar berupa catatan, kesaksian, dan fakta-fakta lain yang dapat memberikan penggambaran

tentang sebuah peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia. Hal ini bisa dikategorikan

sebagai sumber sejarah (Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014: 219).

Merupakan sebuah tahapan atau kegiatan untuk mencari atau menemukan sumber, data

dan informasi mengenai masalah yang diangkat, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang

disesuaikan dengan jenis sejarah yang akan ditulis. Penelitian sejarah sering menggunakan istilah

jejak sejarah, sumber sejarah atau data sejarah. Ketiga istilah itu dianggap sama atau data sejarah

terdapat pada sumber atau jejak sejarah sehingga data sejarah sama dengan teks yang terkandung

dalam manuskrip (naskah). Maka dari itu, penelitian sejarah harus menelusuri sumber tertulis

atau bahan-bahan documenter (Priyadi, 2013: 112).

Sejarawan mencari data tidak mudah seperti membalikan telapak tangan. Data sejarah

tidak selalu tersedia dengan mudah sehingga untuk memperolehnya harus bekerja keras mencari

data lapangan, khususnya artifact, baik pada situs-situs sejarah maupun lembaga museum (milik

pemerintah atau pribadi), atau mencari data lisan yang menyangkut para pelaku dan penyaksi

sejarah, atau dokumen yang tersimpan pada lembaga, baik kearsipan maupun arsip perorangan,

atau naskah-naskah yang juga tersimpan pada lembaga, baik perpustakaan maupun perorangan.

(Priyadi, 2013 :112).

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

17

Pencarian pada lembaga-lembaga museum, kearsipan, atau perpustakaan akan lebih

mudah karena sudah ada penanganan dan penataan. Artifact-artifact di museum sudah

dikategorikan berdasarkan zaman dan asal kebudayaan suku bangsa. Arsip-arsip di lembaga

kearsipan sudah ditata berdasarkan wilayah dan juga ada penerbitan bahan-bahan arsip seperti

yang sudah dilakukan oleh arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) kemudian ada naskah-

naskah lama banyak yang sudah dimicrofilm seperti yang sudah dilakukan oleh Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia (PNRI) (Priyadi, 2013 :112-113). Berbeda dengan pencarian dan

penemuan data sejarah yang tersimpan pada koleksi-koleksi perorangan justru yang paling sulit

karena tidak semua orang yang mewarisi data itu menyimpannya, misalnya ada satu keluarga

yang terdiri atas lima orang anak. Setelah orang tua mereka meninggal, data itu tersimpan tidak

jelas dan kadang-kadang saling lempar siapa yang menyimpannya. Sering terjadi, para pewaris

sejarah lebih tertutup dalam menghadapi para peneliti yang mencoba mengakses arsip pribadi,

buku harian, memoire, atau naskah-naskah kuno. Namun, di sisi lain, ada pewaris data sejarah,

yang merasa dirinya tidak mampu untuk memeliharanya atau merasa terbebani oleh data tersebut

sering diserahkan begitu saja. Pewaris data tersebut merasa bahwa data yang ia miliki tidak

mempunyai nilai ekonomis sehingga data itu lebih baik diberikan begitu saja kepada peneliti

karena mereka yakin si peneliti akan menyimpan dan memeliharanya dengan baik.

Penulisan sejarah tidak mungkin dapat dilakukan tanpa tersedianya sumber sejarah,

sumber-sumber sejarah dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:

a. Sumber benda, yaitu sumber sejarah yang berupa bangunan atau tempat yang dianggap situs-

situs peninggalan leluhur Talaga seperti makam, batu dan lain-lain. Peneliti mengadakan

penelitian arsip, surat-surat penting ataupun dokumen lainnya yang berkaitan dengan situs

sejarah Situ Sangiang di Kabupaten Majalengka, baik itu diambil dari kantor kepala desa

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

18

setempat dinas pariwisata kabupaten Majalengka.

b. Sumber non-kebendaan atau immaterial, dapat berupa tradisi, agama, kepercayaan dan lain

sebagainya (Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014 : 220).

c. sumber lisan, yaitu keterangan langsung dari saksi sejarah melalui wawancara (Priyadi, 2014:

90). Sumber lisan mempunyai arti penting manakala dokumen kurang atau tidak ditemukan.

Selama ini sumber lisan tidak mendapat perhatian dari para sejarawan karena informasi dari

mulut ke mulut kurang dipercaya. Seiring dengan kesadaran bahwa dokumen selalu tidak

tersedia, sejarawan menjadi terbuka matanya. Tentu saja kesadaran itu tidak disebabkan oleh

keterpaksaan situasi, tetapi kesadaran akan keautentikan dan kekredibilitasan sumber sejarah

lisan. Pandangan sebelah mata terhadap sumber lisan harus dihapus dari pikiran para

sejarawan. Berdasarkan pengalaman, wawancara yang intensif dengan tingkat perulangan

yang tinggi akan menghasilkan keakuratan data yang lebih baik daripada dokumen. (Priyadi,

2014 : 15).

Penulis melakukan pengumpulan sumber-sumber sejarah dalam penelitian ini dengan

melacak sumber-sumber lisan (informan). Pelacakan terhadap sumber lisan dilakukan melalui

serangkaian wawancara dengan sejumlah informan, yakni para tokoh yang masih aktif atau juru

kunci di objek wisata situ sangiang. Sebelum melakukan wawancara, penulis menyiapkan daftar

pertanyaan-pertanyaan dan diupayakan berlangsung dengan suasana informal yang akrab serta

terbuka.

2. Kritik atau Verifikasi

Setelah data dokumen, artifact dan sejarah lisan diperoleh, sejarawan harus melakukan

kritik atau verifikasi. Kritik terdiri dari kritik ekstern dan kritik intern, berupa langkah verifikasi

untuk mengkritisi sumber-sumber yang ditemukan, baik mengenai otensitas maupun

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

19

kredibilitasnya. Dengan demikian setelah ditemukan dokumen-dokumen, maka masing-masing

harus ditetapkan kelayakannya melalui dua pengujian.

Penulis menempuh langkah ini setelah mendapatkan sumber-sumber data dengan cukup

memadai. Langkah ini dilakukan penulis untuk memilih sumber-sumber data yang paling penting

dan relevan. Kritik ekstern dilakukan untuk menguji otentitas (keaslian) suatu sumber agar

mendapatkan sumber yang sungguh-sungguh asli dan bukannya tiruan ataupun palsu.

Keotentikan diperoleh melalui jawaban terhadap tiga hal, yaitu adakah sumber itu memang

sumber yang dikehendaki, adakah sumber asli atau turunan, dan adakah sumber itu utuh atau

telah berubah-ubah (Priyadi, 2013: 120).

Kritik internal yang dilakukan bertujuan untuk menguji makna isi sumber. Di dalam

penelitian ini, kritik ekstern untuk sumber lisan dilakukan dengan cara mengamati raut muka,

tata bahasa dan keseriusan informan ketika menjawab, sedangkan kritik intern untuk sumber

lisan dilakukan dengan cara membandingkan jawaban dari para informan. Adapun kritik ekstern

untuk sumber tertulis dilakukan dengan cara mengamati bentuk ejaan dan kondisi arsip

berdasarkan tahun pembuatannya, sedangkan kritik intern untuk sumber tertulis dilakukan

dengan membandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lainnya.

Kritik intern dalam metode sejarah tampaknya juga dilakukan pada sumber-sumber

folklor yang ditempuh dengan melakukan penentuann ciri-ciri umum atau sistem, yakni metode

komparatif dengan cara mengklasifikasikan folklor yang telah dikumpulkan berdasarkan

klasifikasi yang telah ditetapkan oleh Jan Harold Brunvand di atas. Klasifikasi Brunvand tadi

dapat diterapkan dalam suatu penelitian dengan penyesuaian bentuk-bentuk folklor yang akan

diteliti (Priyadi, 2011a :81-83). Dalam penelitian ini peneliti akan mencari beberapa informan

yang dapat dipercaya atau tidak untuk mendapatkan informasi. Dari hasil penelitian ini masih

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

20

ditemukan benda-benda pusaka yang masih terawat dengan Situ Sangiang sebagai objek

wisatanya.

Dalam hal ini peneliti melakukan kritik ekstern dengan mendatangi langsung sumber-

sumber sejarah yang ada di sekitar Situ Sangiang. Di sana peneliti melihat sumber benda yang

ditemukan di tempat penelitian terbukti terdapat sebuah danau atau Situ yang merupakan

peninggalan Kerajaan Talaga Manggung dan juga terbukti bahwa di sana terdapat peninggalan-

peninggalan benda sejarah termasuk batu-batu dan makam Sunan Parung.

3. Interpretasi

yaitu kegiatan penafsiran dan penyimpulan kesaksian yang dapat dipercaya. Pada tahap

ini juga dilakukan pemberian makna terhadap data dan menentukan saling hubungan antara

fakta-fakta yang kemudian disusun dan digabungkan satu sama lain sehingga membentuk cerita

peristiwa sejarah (Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014: 225). Dalam penulisan sejarah

diperlukan dua komponen, yaitu fakta sejarah dan interpretasi. Fakta sejarah cenderung akan

diam dan menyembunyikan sejarawan melalui interpretasi. Fakta yang tidak diinterpretasikan

bukanlah sejarah, ia baru masuk dalam katagori kronik, interpretasi tidak didasarkan fakta

merupakan fenomena yang spekulatif. Hal itu terjadi karena ada pemikiran sejarawan, sedangkan

fakta sejarah bersifat objektif sehingga karya sejarah bersifat objektifitas yang subjektif.

Perpaduan sifat tersebut menunjukkan keunikan sehingga objek dan nama ilmu itu sama, yaitu

sejarah. Objek dalamnya mengandung pengertian bahwa manusia hidup dalam ruang dan waktu.

Atau dengan kata lain, manusia itu telah menyejarah (Priyadi, 2013: 121).

Dalam menginterpretasikan fakta sejarah, sejarawan berusaha mendeskripsikan secara

detail fakta-fakta yang disebut analisis. Deskripsi ini dilakukan agar fakta-fakta yang sudah

diperoleh akan menampilkan jaringan antar fakta sehingga fakta-fakta itu saling bersinergi. Hal

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

21

itu akan menggambarkan pentingnya fakta dalam jaringan naratif sejarah. Analisis terhadap fakta

tentu berkaitan dengan rekontruksi narasi sejarah. Di sini, sejarawan melakukan dua aktivitas

dalam deskripsi naratif dan deskripsi analisis. Sejarah memang di samping disusun dalam bentuk

naratif yang dikombinasikan dengan analisis sehingga karya sejarah tidak murni dalam bentuk

cerita atau narasi, tetapi narasi yang diuraikan atau dijelaskan maknanya. Jika narasi yang lebih

diutamakan tanpa ada analisis dan sintesis, maka karya sejarah itu pada prinsipnya tidak ada

bedanya dengan karya novel sejarah. Analisis fakta dengan cara menguraikan sub-sub fakta

dengan sedetail dan secermat mungkin sehingga fakta akan menampilkan hal-hal yang selama ini

tidak tampak. Analisis fakta secara keseluruhan akan membutuhkan makna yang didukung oleh

makna-makna dari sub-sub fakta (Priyadi, 2013: 121-122).

Setelah dianalisis, sejarawan kemudian akan mensintesiskan deskripsi dari hasil analisis.

Sintesis berarti mengaitkan hasil-hasil analisis fakta yang berdiri sendiri-sendiri sehingga fakta-

fakta itu akan saling bertautan, saling menyulam, saling membentuk jaringan, atau teks sejarah

yang saling menguatkan. Dengan demikian, karya sejarah adalah karya jaringan tekstual, karya

yang meliputi fakta-fakta (mentifact, socifact, dan artifact) yang saling menguatkan (Priyadi,

2013: 122). Dalam penelitian ini peneliti menggabungkan semua fakta-fakta yang telah diperoleh

dari sumber tertulis maupun dari para informan menjadi satu kesatuan. Dalam memahami suatu

hal antara individu yang satu dengan yang lain kadang-kadang berbeda, seperti dalam hal

memahami peninggalan leluhur Talaga Manggung yang terdapat di sekitar Situ Sangiang ini

dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda. Opini dan kepercayaan masyarakat sudah dapat

dipercaya karena benda-benda peninggalan para leluhur Talaga Manggung masih terawat dengan

baik.

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

22

4. Historiografi,

Penulis menyusun rekonstruksi tertulis mengenai situs sejarah Situ Sangiang sesuai

dengan yang sebagaimana dikisahkan. Di sini, sejarah dipandang semata-mata sebagai suatu

cerita sejarah sebagaimana dikisahkan secara tertulis. Adapun historiografi di dalam penelitian

ini mengacu pada objek wisata itu sendiri sebagai salah satu situs sejarah yang ada di Kabupaten

Majalengka.

Langkah ini adalah langkah yang terakhir yang dapat peneliti lakukan dalam penulisan

sejarahnya, sejarah sebagaimana dikisahkan memang dibangun dengan cara atau dengan alat

yang disebut tulisan. Tanpa ditulis, sejarah tidak dapat diceritakan dengan akurasi yang tinggi

karena kelisanan lebih cenderung liar dan tidak terkendali. Ketika orang mendengar dan

menyimak cerita sejarah akan mengalami kebahagiaan karena ia sedang menikmati kisah sejarah,

bagaikan orang sedang melakukan perjalanan wisata dari berbagai lokalitas atau situs-situs

sejarah yang indah, seperti pergi berkunjung ke candi Borobudur, Prambanan, Sewu, Kalasan,

Plaosan, Ratu Boko, dan Sambisari. Historiografi yang sedemikian tradisional itu memang

disebut historiografi tradisional, yang lekat denagn cerita-cerita dongeng, legenda dan mitologi.

Masih lumayan orang-orang masa lampau mampu mengingat, menemukan, merekontruksi dan

mengisahkan kembali narasi-narasi yang telah hilang (Priyadi, 2013: 123). Unsur narasi agaknya

memang tidak dapat dilepaskan dari fenomena hostoriografi di Indonesia. Sejarah Nasional

Indonesia lebih banyak bernuansa naratif Karena karya itu disusun seperti karya sastra, misalnya:

karya Yamin (1950), dan Sugiman (1986). Karya sejarah yang di rekontruksi dengan fakta-fakta

yang diinterpretasikan sedangkan karya sastra ditulis dengan fakta-fakta sastra yang diciptakan

pengarang sastra sehingga orang sulit membedakan antara sejarah dan karya sastra (Priyadi,

2013: 124).

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB I.pdf · 1 BAB I . PENDAHULUAN . I. L. atar Belakang Pemandangan di. sekitar S

23

P. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam skripsi ini terbagi dalam lima bab. Antara bab yang satu

dengan bab yang lain merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan. Masing-masing

bab terdiri dalam sub bab, untuk mempermudah pemahaman maka susunannya dapat dijelaskan

sebagai berikut, Bab pertama memuat Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Masalah. Bab dua memuat

Tinjauan Pustaka yang meliputi Konteks penelitian. Bab tiga memuat Metodologi Penelitian

yang meliputi :Pengertian Metodologi penelitian, Landasan teori dan pendekatan serta

sistematika penyajian. Bab empat memuat Pembahasan meliputi Sejarah Desa Banjaran, Sejarah

Situ Sangiang, Objek Wisata Situ Sangiang, Larangan serta Kepercayaan yang ada di Wilayah

Objek Wisata Situ Sangiang, Peninggalan – Peninggalan di Sekitar Objek Wisata Situ Sangiang.

Bab lima memuat Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran.

Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017