43
1 BAB I PENDAHULUAN Olahraga woodball masuk dan diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2006. (Kriswantoro, 2012,:1, Dwiyogo 2009). Sebagai olahraga baru, dalam artian baru dikenal oleh khalayak, jelas sekali perlu sosialisasi dari seluruh pihak terkait untuk memajukan olahraga ini. Semakin banyak orang mengetahui, semakin banyak orang bertanya tentang keberadaan olahraga ini, maka akan semakin banyak bahasan- bahasan tentang olahraga ini, sehingga secara otomatis banyak yang akan peduli, dan yang paling nyata, akan semakin banyak orang melakukan atau memainkan olahraga ini. Sehingga berbagai macam bentuk sosialisasi terkait dengan keberadaan olahraga ini, sangat diperlukan, terutama keberadaan olahraga woodball ini di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Buleleng pada khususnya. Tripilar pengembangan keolahragaan, olahraga pendidikan, olahraga prestasi dan olahraga kesehatan dan rekreasi merupakan wadah yang sangat ideal untuk pengembangan sebuah cabang olahraga (Nala, 1992:32). Ketika sebuah olahraga tersebut bisa masuk kedalam ketiga sistem/pilar dari pengemabangan keolahragaan maka bisa diharapkan sebuah olahraga tersebut bisa maju dan menjadi motor penggerak bagi sistem-sistem lainnya. Atau bagi olahraga itu sendiri jelas akan sangat menguntungkan karena akan banyak menjadi perhatian. Demikian juga dalam bidang olahraga prestasi, wacana publik tentang prestasi sangat mempengaruhi perkembangan sebuah olahraga. Dengan asumsi, seseorang memilih/menekuni sebuah kegiatan olahraga karena mereka pasti ingin berprestasi atau mendapatkan penghargaan dengan meraih hadiah atau sejumlah prize money dengan memenangkan sebuah turnamen atau kejuaraan dalam lingkup atau cakupan wilayah tertentu. Dengan demikian, pembinaan secara berjenjang untuk meraih prestasi optimal di usia puncak pasti akan sangat semarak dilakukan seperti halnya olahraga-olahraga populer lainnya seperti, sepakbola, bolavoli, renang, begitu juga dengan olahraga woodball.

BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

1

BAB I

PENDAHULUAN

Olahraga woodball masuk dan diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2006.

(Kriswantoro, 2012,:1, Dwiyogo 2009). Sebagai olahraga baru, dalam artian baru

dikenal oleh khalayak, jelas sekali perlu sosialisasi dari seluruh pihak terkait untuk

memajukan olahraga ini. Semakin banyak orang mengetahui, semakin banyak orang

bertanya tentang keberadaan olahraga ini, maka akan semakin banyak bahasan-

bahasan tentang olahraga ini, sehingga secara otomatis banyak yang akan peduli, dan

yang paling nyata, akan semakin banyak orang melakukan atau memainkan olahraga

ini. Sehingga berbagai macam bentuk sosialisasi terkait dengan keberadaan olahraga

ini, sangat diperlukan, terutama keberadaan olahraga woodball ini di Indonesia pada

umumnya dan di Kabupaten Buleleng pada khususnya.

Tripilar pengembangan keolahragaan, olahraga pendidikan, olahraga prestasi

dan olahraga kesehatan dan rekreasi merupakan wadah yang sangat ideal untuk

pengembangan sebuah cabang olahraga (Nala, 1992:32). Ketika sebuah olahraga

tersebut bisa masuk kedalam ketiga sistem/pilar dari pengemabangan keolahragaan

maka bisa diharapkan sebuah olahraga tersebut bisa maju dan menjadi motor

penggerak bagi sistem-sistem lainnya. Atau bagi olahraga itu sendiri jelas akan sangat

menguntungkan karena akan banyak menjadi perhatian.

Demikian juga dalam bidang olahraga prestasi, wacana publik tentang

prestasi sangat mempengaruhi perkembangan sebuah olahraga. Dengan asumsi,

seseorang memilih/menekuni sebuah kegiatan olahraga karena mereka pasti ingin

berprestasi atau mendapatkan penghargaan dengan meraih hadiah atau sejumlah prize

money dengan memenangkan sebuah turnamen atau kejuaraan dalam lingkup atau

cakupan wilayah tertentu. Dengan demikian, pembinaan secara berjenjang untuk

meraih prestasi optimal di usia puncak pasti akan sangat semarak dilakukan seperti

halnya olahraga-olahraga populer lainnya seperti, sepakbola, bolavoli, renang, begitu

juga dengan olahraga woodball.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

2

Mencapai prestasi harus didukung dengan tiga komponen prestasi antara lain: 1.

komponen fisik, 2. komponen teknik dan 3. komponen mental. Ke tiga komponen

ini harus saling berhubungan dan harus saling mendukung sehingga prestasi

olahraga akan bisa kita peroleh dengan maksimal. Ketiga komponen ini tidak

boleh timpang dalam artian, jika fisiknya kurang maka akan berpengaruh terhadap

teknik dan mental, begitu juga apabila tekniknya kurang maka prestasi tidak bisa

meningkat, mental juga sangat berpengaruh terhadap prestasi olahraga.

1.1 Analisis Situasi.

Woodball kabupaten Bangli, terbentuk tanggal 5 februari 2011 dengan jumlah

atlet pada saat itu adalah 20 orang. Sesuai dengan obsevasi ke Pengcab IWbA

Bangli. Tabel prestasi yang sudah dicapai oleh atlet woodball pengcab Bangli. dalam

perkembangannya woodball banyak memperebutkan medali pada event event lokal,

regional dan nasional. namun dalam kenyataanya, atlet atlet di kabupaten bangle

terutama usia pelajar masih minim prestasi, sebut saja namanya Alit Gunawan dari

SD 1 Bunutin, Atlet ini belum pernah memperoleh medali sama sekali, dari ke 20

Atlet yang dimiliki kabupaten bangle, hanya 50% saja yang dapat mendulang medali.

atlet yang mendulang medali antara lain, Ni Kadek Aryanthi Apsari (Juara 3 Pairw

perorangan Margarana cup. Juara 3 doble beregu struke porprov 2013), Pandu

waisnawa (Juara 3 parwai perorangan.) Galih Nugroho (Juara 3 doble beregu struke

porprov 2013), I Kadek Widiana (Juara 3 doble beregu putra struke porprov 2013) I

Gede Alit Banjar(Juara 3 doble beregu putra struke porprov 2013), itu pun hanya

duduk di peringkat 2 dan 3. setelah diindetifikasi ternyata ada beberapa hal yang

menyebabkan prestasi atlet Woodball di kabupaten bangle tidak mencapai

maksimal.Penurunan prestasi woodball di Kabupaten Bangli di karenakan oleh faktor

fisik, teknik dan mental yang belum diasah dengan baik. Terkait masalah fisik pemain

woodball bangli belum memiliki fisik yang baik ini terlihat dari:

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

3

Tabel 02. Analisis situasi fisik.

No Komponen Fisik Identifikasi Masalah

1 Daya tahan (Vo2

maks)

Pemain woodball harus memiliki daya tahan (Vo2

maks) yang baik. Rata-rata pertandingan woodball

adalah 4-5 jam, satu kali game. Atlet bangli belum

memiliki daya tahan yang bagus dan harus di

tingkatkan.

2 Kekuatan otot

tungkai dan daya

tahan otot

Ini dapat dilihat diketahui dari kekuatan

memegang mallet dan kuda kuda pada saat

memukul bola. Kuda-kuda persiapan memukul

bola masih belum kuat, posisi kuda-kuda masih

salah.

3 Kelentukan Kelentukan pinggang masih belum maksimal. Ini

dilihat dari gerakan mengayun mallet pada saat

pukulan panjang, belum baik.

4 Latihan fisik Belum mencakup keseluruhan komponen kondisi

fisik.

5 Instrumen fisik Belum ada instrument

Teknik harus benar-benar dikuasai dan harus benar, teknik yang salah akan

berakibat prestasi tidak di peroleh dengan maksimal. Teknik awal yang salah akan

berpengaruh terhadap teknik tersebut, karena teknik yang salah akan permanen atau

tetap, susah di rubah.

Tabel 03. Analisis situasi fisik Teknik.

No Komponen Teknik Identifikasi Masalah

1 Teknik pegangan

mallet,

Masih banyak yang salah dan goyang dalam

memegang mallet,

2 Teknik kuda-kuda Masih belum anatomis dan ergonomis, maka harus

di perhatikan kuda-kuda yang baik.

3 Teknik ayunan

mallet

Masih banyak yang belum tepat perkenaanya

dengan bola, ada yang diatas bola ada yang

mencangkul rumput.

4 Teknik

memasukkan bola

ke gawang.

Masih salah kuda-kudanya, jarak antara bola dan

kaki jauh sehingga akurasi kurang, dan atlet

mengalami masalah dalam memasukkan bola ke

gawang, akurasinya belum tepat.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

4

Faktor mental atau psikis, menjadi modal penting dalam mencapai prestasi woodball

di bangli, identifikasi masalah.

Tabel 04. Analisis Komponen Mental.

No Komponen Mental Identifikasi Masalah

1 Motivasi

berprestasi

Motivasi berprestasi masih rendah, semangat

berprestasi masih rendah.

2 Kecemasan,

Percaya diri

Kecemasan dan percaya diri masih rendah, masih

ada gerogi dalam bertanding

3 Latihan Mental Belum ada

4 Istrumen Mental Belum ada

Tabel di atas menunjukkan data atlet woodball Kabupaten Bangli masih

rendah prestasinya. Secara umum ketiga komponen prestasi harus di perhatikan

dengan baik sehingga berjalan beriringan untuk menghasilkan prestasi. Kondisi diatas

perlu mendapat perhatian berbagai pihak terutama akademisi yang perduli terhadap

perkembangan woodball di kabupaten Bangli. Universitas Pendidikan Ganesha

sebagai Perguruan Tinggi yang memiliki tugas Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu; 1)

pendidikan dan pengajaran, 2) penelitian, dan 3) pengabdian pada masyarakat,

mempunyai kewajiban untuk membantu memecahkan beberapa permasalahan

dimasyarakat melalui Tri Darma Perguruan Tinggi. Melalui program pengabdian

pada masyarakat tahun 2016 ini, kami bermaksud menyelenggarakan “Pelatihan

Komponen Olahraga Prestasi Bagi Pengcab Woodball di Kabupaten Bangli

Tahun 2016”.

1.2 Identifikasi Perumusan Masalah.

Berdasarkan analisis diatas, permasalahan yang di hadapi mitra (dalam hal ini

organisasi International Woodball Asociation (IWbA) Kabupaten Bangli dapat

difinisikan sebagai berikut :

Permasalahan Mitra Solusi yang ditawarkan

1. Terbatasnya pengetahuan dan Memberikan pengetahuan dan praktek

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

5

pengalaman terkait komponen

kondisi fisik

terkair dengan : Pelatihan Fisik dan

komponen kondisi fisik olahraga

woodball, komponen fisik terdiri dari :

1. Kekuatan.

2. Kelentukan.

3. Power otot tungkai.

4. Daya tahan umum.

5. Daya tahan otot.

6. Jenis latihan kondisi fisik.

7. Instrumen kondisi fisik

2. Terbatasnya pemahaman

pengetahuan dan praktek teknik

bermain woodball.

Memberikan pengetahuan dan praktek

terkait teknik olahraga woodball.

1. Teknik pegangan mallet,

2. Teknik ayunan mallet

3. Teknik memasukkan bola ke

gawang.

4. Latihan teknik woodball.

5. Belum menggunakan ilmu

biomekanika olahraga dan

kinesiologi olahraga.

6. Istrumen pengukuran teknik.

3. Terbatasnya pemahaman

pengetahuan dan praktek mental

(psikologis) bermain woodball.

Memberkan pengetahuan dan praktek

terkait mental (psikologis) olahraga

woodball. Faktor-faktor mental terdiri

dari.

1. Kecemasan,

2. Konsentrasi,

3. Percaya diri,

4. Imageri training.

5. Kuisener Psikis.

Oleh karena itu, permasalahan yang hendak di jawab melalui program

pengabdian pada masyarakat ini adalah :

1. Menerapkan proses pelatihan komponen fisik dalam pencapaian prestasi

olahraga woodball Pengcab Woodball Kabupaten Bangli Tahun 2016.

2. Menerapkan proses pelatihan komponen teknik dalam pencapaian prestasi

olahraga woodball Pengcab Woodball Kabupaten Bangli Tahun 2016.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

6

3. Menerapkan proses pelatihan komponen mental dalam pencapaian prestasi

olahraga woodball Pengcab Woodball Kabupaten Bangli Tahun 2016

1.3 Tujuan Kegiatan.

Tujuan kegiatan dalam pelaksanaan pengabdian pada masyarakat ini adalah :

1. Memberikan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan kepada atlet pemula

Pengcab Woodball Kabupaten Buleleng terkait analisis fisik olahraga

woodball sehingga bisa melahirkan atlet yang berprestasi.

2. Memberikan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan kepada atlet pemula

Pengcab Woodball Kabupaten Buleleng terkait analisis teknik olahraga

woodball sehingga bisa melahirkan atlet yang berprestasi.

1.4 Manfaat Kegiatan.

Manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini adalah :

1. Pengcab Woodball Kabupaten Bangli memiliki pemahaman, pengetahuan, dan

keterampilan terkait pelatihan komponen fisik dalam olahraga woodball.

2. Pengcab Woodball Kabupaten Bangli memiliki pemahaman, pengetahuan, dan

keterampilan terkait pelatihan komponen teknik dalam olahraga woodball.

3. Pengcab Woodball Kabupaten Bangli memiliki pemahaman, pengetahuan, dan

keterampilan terkait pelatihan komponen mental dalam olahraga woodball.

1.5 Khalayak Sasaran.

Khalayak sasaran strategis yang menjadi sasaran dalam pelaksanaan kegiatan

Pengabdian pada Masyarakat ini adalah Pengurus Cabang Woodball Kabupaten

Bangli, atlet pemula yang bergabung dibawah pengcab Woodball Kabupaten Bangli,

total peserta dalam pelaksaan Pengabdian pada Masyarakat ini adalah 35 orang.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

7

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

1.Fisik Woodball.

Permainan woodball mempunyai karakteristik yang mirip dengan permainan

golf. (Irdiyana. P. 2010) Dimana sasaran dalam permainan ini adalah berusaha

memasukkan bola kedalam sasaran yang telah ditentukan dengan sedikit mungkin

jumlah pukulan. Sehingga pemenang dalam permainan woodball ini adalah pemain

dengan jumlah pukulan paling sedikit dibanding dengan pemain lainnya. Sementara

itu, ada juga metode lain dalam penentuan kemenagnannya, yaitu pemenang di

tentukan dengan penghitungan jumlah kemenangan tiap ”gate” sasaran untuk

memasukkan bola dari total jumlah gate yang dipertandingkan.

Kondisi fisik dalam olahraga woodball sangat di perlukan, kondisi fisik sering

juga diistilahkan dengan komponen kesegaran jasmani (komponen biomotorik).

Menurut Nala (1998) ada 10 komponen kondisi fisik, antara lain :

1. Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakuakn kontraksi atau tegangan

maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktivitas.

2. Daya tahan adalah kemampuan tubuh dalam melakukan aktivitas terus

menerus yang berlangsung cukup lama.

3. Daya ledak adalah kemampun dalam melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan

cepat dalam mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat.

4. Kecepatan adalah kemampuan mengerjakan suatu aktivitas berulang yang

sama serta berkesinambungan dalam waktu yang singkat.

5. Kelentukan adalah kesanggupan tubuh atau anggota gerak tubuh untuk

melakukan gerakan pada sebuah atau beberapa sendi seluas luasnya.

6. Kelincahan adalah kemampuan tubuh atau baggian tubuh untuk mengubah

arah gerakan secara mendadak dalam kecepatan yang tinggi.

7. Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk mengendalikan gerak bebas

menuju ke suatu sasaran.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

8

8. Reaksi kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk bereaksi secepat mungkin

ketika ada rangsangan yang diterima oleh reseptor somatik, kinestetik atau

vestibular.

9. Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap

perubahan posisi tubuh sehingga tubuh tetap stabil terkendali.

10. Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk mengintegrasikan beberapa

gerakan yang berbeda menjadi gerakan tunggal yang harmonis dan efektif.

2.2. Mental untuk Woodball.

Drever (1971) mendefinisikan mind atau mental sebagai keseluruhan struktur

dan proses baik yang disadari maupun tidak, dan merupakan bagian dalam psike yang

terorganisir. Nideffer menyebut mental training sebagai mental rehearsal, suatu

proses perlakuan dimana akhirnya atlet dapat mengubah sikap mentalnya, memotivasi

diri sendiri, lebih cepat mempelajari ketrampilan baru serta dapat meningkatkan

seluruh kemampuannya dalam berbagai situasi pertandingan.

Unestahl membedakan pengertian antara mental conditioning dan mental

training/mental strength training:

1. mental conditioning: usaha menjaga keadaan mental atlet dalam keadaan tertentu

menunjukkan kemampuan untuk dapat menanggung beban mental yang

seharusnya atlit tersebut memang dapat menanggungnya (dalam berbagai situasi

pertandingan)

2. mental training/mental strength training: upaya untuk meningkatkan kemampuan

dan ketahanan mental atlit, yang mengandung kesanggupan untuk

mengembangkan kemampuan dalam keadaan bagaimanapun juga, menghadapi

hambatan dari dalam diri maupun luar di saat pertandingan.

3. Di samping mental strength training, Unestahl mengemukakan perlunya “the inner

mental preparation”, semacam teknik meditasi yang juga sering disebut

“trancendental meditation” untuk dapat mengembangkan kekuatan-kekuatan yang

terdalam (tenaga dalam) atlet. Di Tae Nung Training Centre (Korea), mental

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

9

training dilengkapi dengan teknik meditasi (kepercayaan dan agama). Sedangkan

tentang peran mental training, Unestahl (1988) mengatakan:

4. “Mental training merupakan latihan jangka panjang dan sistematis untuk

berkembang dan belajar mengendalikan: 1) tingkah laku 2) penampilan 3) emosi

dan mood-states (suasana hati) 4) proses-proses badaniah”

Teknik-teknik mental training Strategi pembinaan mental agar tidak gugup atau

cemas, dan semacamnya saat pertandingan, menurut Weinberg (1984):

1. Attentional focus atau concentration

2. Self-efficacy statement

3. Relaxation

4. Imagery

5. Preparatory Arousal

6. Relaxation: “I just tried to relax all of my muscles and think about

something else”.

Secara fisik, emosional dan mental, relaksasi ditandai dengan tidak adanya

aktivitas dan ketegangan (tension), suatu suasana penuh ketenangan apabila dapat

dijauhkan segala perasaan yang berhubungan kebutuhan hidup sehari-hari. Ini bisa

dengan tidur terlentang, duduk bersandar dan lainnya sesuai sifat kepribadian

individu, biasanya sekitar 5-15 menit. Mental Imagery: “I picture my self in perfect

balance”. Bagi Terry Orlick, visualisasi mental ini merupakan semi simulasi, terjadi

dalam otak. Mental Imagery dapat meningkatkan kemampuan individu dalam

menghadapi berbagai permasalahan; atlit lebih siap dengan gerakan sulit, karena

sebelumnya sudah divisualisasikan dalam pikiran.

Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa

dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan emosi,

pengembangan diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan

menghadapi pertandingan, dan sebagainya. Bentuk latihan kecakapan mental yang

paling umum dilakukan oleh atlet elit adalah:

a. Berfikir positif.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

10

Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang mengarahkan sesuatu ke arah

yang positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet,

tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berfikir

positif dapat menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi dan menjalin

kerjasama antara berbagai pihak. Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan

perkataan positif pula, karena pikiran akan menuntun tindakan.

b. Membuat catatan harian latihan mental (mental log).

Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang ditulis setiap atlet selesai

melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan olahraganya.

Dalam buku catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran, bayangan, ketakutan,

emosi, dan hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan oleh atlet. Catatan ini

semestinya dapat menceritakan bagaimana atlet berfikir, bertindak, bereaksi, juga

merupakan tempat untuk mencurahkan kemarahan, frustrasi, kecewa, dan segala

perasaan negatif jika melakukan kegagalan atau tampil buruk. Dengan melakukan

perubahan pola pikir akan hal-hal negatif tadi menjadi positif, atlet dapat

menggunakan catatan latihan mentalnya sebagai “langkah baru” — setelah anda

mengalami frustrasi, keraguan, ketakutan, ataupun perasaan berdosa/bersalah – untuk

kembali membangun sikap mental yang positif dan penuh percaya diri.

c. Penetapan sasaran (goal-setting).

Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang harus

dituju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari mengikuti suatu

kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa diukur agar dapat

melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan. Selain itu

pencapaian sasaran ini perlu ditetapkan sedemikian rupa secara bersama-sama antara

atlet dan pelatih. Sasaran tersebut tidak boleh terlalu mudah, namun sekaligus bukan

sesuatu yang mustahil dapat tercapai. Jadi, sasaran tersebut harus dapat memberikan

tantangan bahwa jika atlet bekerja keras maka sasaran tersebut dapat tercapai.

Dengan demikian penetapan sasaran ini sekaligus dapat pula berfungsi sebagai

pembangkit motivasi.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

11

d. Latihan relaksasi.

Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stres, adalah

untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan otot maupun ketegangan

psikologis. Ada berbagai macam bentuk latihan relaksasi, namun yang paling

mendasar adalah latihan relaksasi otot secara progresif. Tujuan daripada latihan ini

adalah agar atlet dapat mengenali dan membedakan keadaan rileks dan tegang.

Biasanya latihan relaksasi ini baru terasa hasilnya setelah dilakukan setiap hari

selama minimal enam minggu (setiap kali latihan selama sekitar 20 menit). Sekali

latihan ini dikuasai, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk bisa

mencapai keadaan rileks. Bentuk daripada latihan relaksasi lainnya adalah “autogenic

training” dan berbagai latihan pernapasan. Latihan relaksasi ini juga menjadi dasar

latihan pengendalian emosi dan kecemasan. Latihan relaksasi dapat pula dilakukan

dengan bantuan alat seperti “galvanic skin response”, “floatation tank”, dan juga

berbagai paket rekaman kaset latihan relaksasi yang mulai banyak beredar di pasaran.

e. Latihan visualisasi dan imajeri.

Latihan imajeri (mental imagery) merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa

pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri,

antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru; memperbaiki

suatu gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam pikiran;

latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera. Latihan imajeri ini seringkali

disamakan dengan latihan visualisasi karena sama-sama melakukan pembayangan

gerakan di dalam pikiran. Namun, di dalam imajeri si atlet bukan hanya ‘melihat’

gerakan dirinya namun juga memberfungsikan indera pendengaran, perabaan,

penciuman dan pengecapan. Untuk dapat menguasai latihan imajeri, seorang atlet

harus mahir dulu dalam melakukan latihan relaksasi.

f. Latihan konsentrasi.

Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang tertuju kepada

suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Dalam olahraga, masalah yang paling

sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan,

pukulan, tendangan, atau tembakan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

12

lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak

jalan sehingga atlet akhirnya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan

pasti kepercayaan dirinya pun akan berkurang. Selain itu, hilangnya konsentrasi saat

melakukan aktivitas olahraga dapat pula menyebabkan terjadinya cedera. Tujuan

daripada latihan konsentrasi adalah agar si atlet dapat memusatkan perhatian atau

pikirannya terhadap sesuatu yang ia lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau hal-

hal lain yang terjadi di sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga harus dapat

berlangsung dalam waktu yang dibutuhkan. Agar didapatkan hasil yang maksimal,

latihan konsentrasi ini biasanya baru dilakukan jika si atlet sudah menguasai latihan

relaksasi. Salah satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan memfokuskan

perhatian kepada suatu benda tertentu (misalnya: nyala lilin; jarum detik; bola atau

alat yang digunakan dalam olahraganya). Lakukan selama mungkin dalam posisi

meditasi.

Menurut Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000:191) menjelaskan

bahwa dengan mengembangkan kemampuan imagery (keterampilan psikologis),

kondisi fisik dan psikis seseorang akan menjadi lebih baik, hal ini disebabkan karena

adanya dampak :

a. Meningkatkan konsentrasi

b. Meningkatkan rasa percaya diri

c. Mengendalikan responsi emosional

d. Memperbaiki latihan keterampilan

e. Mengembangkan strategi

f. Mengatasi rasa sakit

Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa

dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan emosi, pengembangan

diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan menghadapi

pertandingan, dan sebagainya. Yuanita Nasution (2007) mengungkapkan Bentuk

latihan kecakapan mental yang paling umum dilakukan oleh atlet adalah:

1. Berfikir positf

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

13

Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang mengarahkan sesuatu ke

arah yang positif semisal melihat sisi baiknya.

2. Membuat catatan harian latihan mental (mental log)

Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang di tulis setiap atlet selesai

melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan

olahraganya. Dalam buku catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran,

bayangan, ketakutan, emosi, dan hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan

oleh atlet.

3. Penetapan sasaran (goal setting)

Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang

harus di tuju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari

mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa di

ukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan.

4. Latihan relaksasi

Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stres, adalah

untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan otot maupun ketegangan

psikologis contohnya latihan pernafasan.

5. Latihan visualisasi dan imageri (mental imagery)

Merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa pembayangan diri dan

gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah

untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru;memperbaiki suatu

gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam pikiran, latihan

bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera.

6. Latihan konsentrasi

Tujuan daripada latihan konsentrasi adalah agar atlet dapat memusatkan perhatian

atau pikirannya terhadap sesuatu yang di lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran

atau hal-hal lain yang terjadi di sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga

harus dapat berlangsung dalam waktu yang dibutuhkan. Agar mendapatkan hasil

yang maksimal, latihan konsentrasi ini biasanya baru dilakukan jika atlet sudah

menguasai latihan relaksasi. Salah satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

14

memfokuskan perhatian kepada suatu benda tertentu (misalnya : nyala lilin; jarum

detik, bola atau alat yang digunakan dalam olahraganya)

7. Latihan mental dilakukan hampir setiap saat, di rumah, menjelang dan sesudah

latihan, selama masa jedah (time-out) (Weinberg dan Gould dalam Satiadarma,

2000:195) atau pada saat istirahat, pada masa pemulihan atau rehabilitasi (Leleva

dan Orlick dalam Satiadarma, 2000:195). Pada periode latihan maupun

pertandingan, baik sebelum maupun sesudahnya, latihan imagery dapat dilakukan

selama lebih kurang 10 menit, pada sejumlah atlet dapat melakukan latihan imagery

dalam waktu yang relatif lebih lama namun bagi sejumlah atlet pemula jangka

waktu latihan melebihi 10 menit cenderung mengganggu konsentrasi atlet pemula

tersebut (Weinberg dan Gould dalam Satiadarma, 2000:195

4.2. Teknik woodball

Teknik dasar bermain woodball meliputi teknik, teknik tanpa menggunakan alat

dan teknik dengan menggunakan alat. Teknik tanpa menggunakan alat terdiri dari a.

Gerakan Mengayun, b.Setup (persiapan) dan c. Rutinitas preswing (wagle) tanpa alat.

Teknik menggunakan alat. a.Rutinitas preswing dengan mallet, b. Pukulan Jarak jauh,

c. Pukulan jarak menengah, d.Pukulan jarak jauh, dan e. Pukulan ke gawang (gating).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

15

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 . Kerangka Pemecahan Masalah.

Adapun kerangka pemecahan masalah pada Pengabdian pada Masyarakat

adalah :

1. Mengadakan kerjasama dengan International Woodball Asociation

(IWbA) Kabupaten Bangli sebagai mitra untuk mensosialisasikan dan

mengembangkan olahraga woodball di Kabupaten Bangli.

2. Menyampaikan surat undangan sebagai peserta pelatihan kepada Pengcab

Kabupaten Bangli.

3. Mengadakan kegiatan pengabdian pada masyarakat pelatihan komponen

olahraga prestasi bagi pengcab woodball di Kabupaten Bangli.

4. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Pengabdian pada

Masyarakat.

5. Menyusun laporan penyelenggaraan kegiatan Pengabdian pada

Masyarakat.

3.2 .Metode Kegiatan.

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini

adalah:

1. Metode ceramah yaitu menyampaikan materi komponen olahraga prestasi

yakni komponen fisik ilmu kondisi fisik, teknik di barengi dengan ilmu

biomekanika dan kinesiology olahraga dan mental (ilmu psikologi) dalam

olahraga woodball.

2. Metode pelatihan dengan memberikan pelatihan komponen olahraga

prestasi yakni komponen fisik, teknik dan mental dalam olahraga

woodball.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

16

3. Metode diskusi yaitu melakukan diskusi pada saat penyampaian materi

maupun praktek lapangan mengenai komponen olahraga prestasi yakni

komponen fisik, teknik dan mental dalam olahraga woodball.

4. Metode evaluasi dengan memberikan soal, kuisener dan penilain

langsung oleh pemateri.

3.3 Keterkaitan.

Penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam bentuk pelatihan

komponen olahraga prestasi di Kabupaten Bangli Tahun 2016 memiliki keterkaitan

untuk mensosialisasikan dan mengenalkan olahraga woodball sedini mungkin pada

generasi muda di Kabupaten Bangli, sebagai salah satu tujuan dari pemasalan dan

pembibitan olahraga dan meningkatkan prestasi olahraga woodball. Selain itu

keterkaitan lain adalah sebagai sorang dosen olahraga di Fakultas Olahraga dan

Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha hendaknya memiliki tanggung jawab

moral untuk memeberikan informasi terkait dengan pengembangan olahraga baru

khususnya olahraga woodball.

3.4 Rancangan Evaluasi.

Penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam bentuk pelatihan

komponen olahraga prestasi di Kabupaten Bangli Tahun 2016 memiliki keterkaitan

untuk mensosialisasikan dan mengenalkan olahraga woodball sedini mungkin pada

generasi muda di Kabupaten Bangli, sebagai salah satu tujuan dari pemasalan dan

pembibitan olahraga dan meningkatkan prestasi olahraga woodball. Selain itu

keterkaitan lain adalah sebagai sorang dosen olahraga di Fakultas Olahraga dan

Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha hendaknya memiliki tanggung jawab

moral untuk memeberikan informasi terkait dengan pengembangan olahraga baru

khususnya olahraga woodball.

.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN.

4.1 Hasil Pelaksanaan.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada 14-16 Juni 2016

mulai pukul 09.00-14.00 WITA, selama 3 hari materi di kelas dan praktek. Kegiatan

ini bertempat di SMA Negeri 1 Bangli dan peserta yang di berjumlah 35 orang

berasal dari Atlet PENGCAB Woodball Bangli. Fasilitator dalam kegiatan ini

berjumlah 2 orang yaitu Bapak I Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or staf dosen

Jurusan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga Undiksha dan Kadek Anderzen,

S.Pd., M.Pd staf dosen Jurusan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga Undiksha

dan Gede Doddy Tisna MS, S.Or., M.Or sataf dosen di staf dosen Jurusan Ilmu

Keolahraga, Fakultas Olahraga Undiksha

Berhubung pada waktu dilaksanakan pelatihan, Ketua LP3M Undiksha

berhalangan hadir, sehingga pembukaan secara resmi pelatihan pelatih dan wasit bagi

Pengcab woodball Kabupaten Bangli Tahun 2016 diwakili oleh Ketua Panitia.

Pemaparan materi pelatihan pelatih fisik dan program latihan dan pelatihan

fisik dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2016. Agenda pertama adalah pemberikan

materi pembuatan program pelatihan olahraga woodball dan materi teknik olahraga

woodball. Selanjutnya adalah praktek pembuatan program pelatihan dan praktek

teknik secara berkelompok, dimana kegiatan ini dilaksanakan di lapangan Taman

Kota Singaraja.

Hasil praktek pembuatan program pelatihan yang dibagi menjadi 5 kelompok,

dimana kelompok 1 memperoleh nilai 92, kelompok 2 memperoleh nilai 88,

kelompok 3 memperoleh nilai 90, kelompok 4 memperoleh nilai 85, kelompok 5

memperoleh nilai 95. Rata-rata pembuatan program pelatihan adalah 90.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

18

Pada hari ke dua tanggal 15 Juni 2016 di lakukan pelatihan mental dengan

narasumber bapak Kadek Anderzen S.Pd., M.Pd. Sedangkan hasil pelatihan mental di

bagi menjadi 5 kelompok dan hasilnya sesuai dengan butir pengamatan mental

mendapat keterangan score rata-rata sangat baik.

Pada hari ke tiga tanggal 16 Juni 2016 di laksanakan pelatihan teknik dengan

narasumber Gede Doddy Tisna Ms, S.Or., M.Or. Untuk keterampialan teknik yang

dibagi seluruh peserta pengabdian mahasyarakat sesuai dengan pengamatan pelatih

dengan katagori baik. Adapun rentangan nilai, 50-70 kurang, 70-80 cukup, 80-90

baik, dan 90-100 sangat baik.

Kegiatan pelatihan ditutup oleh ketua P2M mewakili ketua LPM Undiksha.

Selama kegiatan, peserta terlihat sangat antusias mengikuti acara P2M. Hal ini

terbukti dari tidak ada peserta yang izin selama kegiatan berlangsung.

4.2 Pembahasan.

Permainan woodball mempunyai karakteristik yang mirip dengan permainan

golf. (Irdiyana. P. 2010) Dimana sasaran dalam permainan ini adalah berusaha

memasukkan bola kedalam sasaran yang telah ditentukan dengan sedikit mungkin

jumlah pukulan. Sehingga pemenang dalam permainan woodball ini adalah pemain

dengan jumlah pukulan paling sedikit dibanding dengan pemain lainnya. Sementara

itu, ada juga metode lain dalam penentuan kemenagnannya, yaitu pemenang di

tentukan dengan penghitungan jumlah kemenangan tiap ”gate” sasaran untuk

memasukkan bola dari total jumlah gate yang dipertandingkan.

Sejalan dengan analisis permasalahan yang ditemukan dilapangan, dapat

diidentifikasi permasalahan :

1. Bagaimanakah proses pelatihan fisik berupa pembuatan program latihan bagi

Pengcab Woodball Kabupaten Bangli Tahun 2016?

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

19

2. Bagaimanakah proses pelatihan mental bagi Pengcab Woodball Kabupaten

Bangli Tahun 2016?

3. Baigamanakah proses pelatihan teknik bagi Pengcab Woodball Kabupaten

Bangli Tahun 2016?

1. Pelatihan Fisik dan Program Latihan Woodball.

Proses pelatihan pelatih bagi Pengcab Woodball Kabupaten Bangli, dibagi

menjadi 3 sesi. Sesi pertama adalah pemberian materi dan praktek pembuatan

program latihan oleh narasumber Bapak Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or

pada tanggal 14 Juni 2016. Sesi yang kedua adalah pemberian materi dan praktek

mental olahraga woodball oleh Bapak Kadek Anderzen S.Pd., M.Pd. Sedangkan sesi

ke 3 adalah pemberian materi dan praktek teknik woodball oleh Gede Doddy Tisna

MS, S.Or., M.Or.

Hasil praktek pembuatan program pelatihan yang dibagi menjadi 5 kelompok,

kelompok 1 memperoleh nilai 92, kelompok 2 memperoleh nilai 88, kelompok 3

memperoleh nilai 90, kelompok 4 memperoleh nilai 85, kelompok 5 memperoleh

nilai 95. Rata-rata pembuatan program pelatihan adalah 90.

Hasil tersebut membuktikan adanya peningkatan pemahaman, pengetahuan dan

keterampilan para peserta pengabdian pada masyarakat terkait pembuatan program

latihan. Program pelatihan adalah suatu pedoman yang mengikat secara tertulis berisi

cara-cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan masa mendatang yang telah

ditetapkan. Program Latihan terdiri dari : Jangka Panjang (5 – 12 tahun), Jangka

Menengah (2 – 4 tahun) dan Jangka Pendek (1 tahun kebawah). Sedangkan program

jangka pendek terdiri dari siklus myo (program harian), siklus mikro (program

mingguan), siklus messo (program bulanan) dan siklus makro (program tahunan).

Periodisasi dalam program pelatihan sangat penting diketahui oleh seorang

pelatih. Periodisasi adalah proses membagi-bagi program latihan tahunan kedalam

beberapa tahap latihan atau fases of training (musim-musim latihan). Program latihan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

20

tahunan dalam kebanyakan cabang olahraga pada dasarnya dibagi dalam tiga tahap

yaitu : a.tahap persiapan, b.tahap pertandingan/kompetisi dan c.tahap

transisi/peralihan.

Selain periodisasi volume dan intensitas latihan juga harus di perhatikan

dalam pembuatan program latihan. Pertimbangan penentuan volume dan intensitas

latihan. Pada tahap persiapan penekannanya pada volume atau kuantitas latihan,

sedangkan intensitas latihannya relatif masih rendah dan sebaliknya pada tahap

selanjutnya yaitu tahap pra pertandingan dan tahap pertadingan utama yang dominan

ialah intensitas latihannya, sedangkan volume latihannya semakin menurun.

Ketertarikan peserta menayakan contoh program bulanan, mingguan dan harian.

Berikut ini akan di paparkan terkait dengan program kerja bulanan, mingguan dan

harian.

Contoh program latihan bulanan.

Bulan Januari : Daya tahan, Kekuatan umum, Daya tahan aerobic

Bulan Februari : Daya tahan, Kekuatan umum, Daya tahan aerobik,

Kekuatan maksimal, Pengembangan daya tahan khusus.

Bulan Maret : Pengembangan daya tahan khusus, kekuatan maksimal,

Daya tahan aerobik.

Bulan April : Pengembangan daya tahan khusus, Kekuatan maksimal,

Daya tahan otot, Power, Daya tahan an aerobik.

Bulan Mei : Daya tahan khusus, Daya tahan otot, Power, Kecepatan

khusus.

Bulan Juni Daya tahan khusus, Daya tahan otot, Power, Kecepatan

khusus.

Bulan Juli : Daya tahan khusus, Pemeliharaan Power, Pemeliharaan

daya tahan otot, Pemeliharaan kecepatan khusus.

Bulan Agustus : Pemeliharaan Power, Daya tahan otot, Daya tahan khusus,

Pemeliharaan kecepatan

Bulan September : Pemeliharaan Power, Daya tahan otot, Daya tahan khusus,

Pemeliharaan kecepatan.

Bulan Oktober : Pemeliharaan Power, Daya tahan otot, Daya tahan khusus,

Pemeliharaan kecepatan.

Bulan Nopember : Daya tahan umum, Kekuatan umum.

Bulan Desember : Daya tahan umum, Kekuatan umum dan Rekreasi.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

21

Contoh program latihan mingguan.

Senin : Kekuatan umum

Selasa : Daya tahan umum

Rabu : Kekuatan umum

Kamis : Daya tahan umum

Jum’at : Kekuatan umum

Sabtu : Daya tahan umum

Minggu : Istirahat

Contoh penjabaran program harian

Hari : Senin

Tujuan : Kekuatan umum

Bagian I : Pemanasan

Jogging 5 menit, Streaching statis dinamis.

Bagian II : Latihan inti

Latihan berbeban seluruh otot tubuh, bentuknya :bench

press, squat, shoulder press, leg curl, arm curl, leg

extention, back extention, vertical ches, press, sit up, leg

pull down.

Intensitas : 70 % dari maksimal

Set : 3 set

Repetisi : 10 kali

Recovery : 2 menit

Irama : Lambat

Bagian III : Pendinginan

Straching statis.

2. Pelatihan Mental Woodball.

Pada hari ke dua adalah pemberian materi dan pendampingan pelatihan mental

oleh Bapak Anderzen, S.Pd., M.Pd. hasil yang di peroleh adalah Sedangkan hasil

pelatihan mental di bagi menjadi 5 kelompok dan hasilnya sesuai dengan butir

pengamatan mental mendapat keterangan score rata-rata sangat baik.

Mental training sebagai mental rehearsal, suatu proses perlakuan dimana

akhirnya atlet dapat mengubah sikap mentalnya, memotivasi diri sendiri, lebih cepat

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

22

mempelajari ketrampilan baru serta dapat meningkatkan seluruh kemampuannya

dalam berbagai situasi pertandingan.

Unestahl membedakan pengertian antara mental conditioning dan mental

training/mental strength training:

1. mental conditioning: usaha menjaga keadaan mental atlet dalam keadaan tertentu

menunjukkan kemampuan untuk dapat menanggung beban mental yang

seharusnya atlit tersebut memang dapat menanggungnya (dalam berbagai situasi

pertandingan)

2. mental training/mental strength training: upaya untuk meningkatkan kemampuan

dan ketahanan mental atlit, yang mengandung kesanggupan untuk

mengembangkan kemampuan dalam keadaan bagaimanapun juga, menghadapi

hambatan dari dalam diri maupun luar di saat pertandingan.

5. Di samping mental strength training, Unestahl mengemukakan perlunya “the inner

mental preparation”, semacam teknik meditasi yang juga sering disebut

“trancendental meditation” untuk dapat mengembangkan kekuatan-kekuatan yang

terdalam (tenaga dalam) atlet. Di Tae Nung Training Centre (Korea), mental

training dilengkapi dengan teknik meditasi (kepercayaan dan agama). Sedangkan

tentang peran mental training, Unestahl (1988) mengatakan:

6. “Mental training merupakan latihan jangka panjang dan sistematis untuk

berkembang dan belajar mengendalikan: 1) tingkah laku 2) penampilan 3) emosi

dan mood-states (suasana hati) 4) proses-proses badaniah”

Teknik-teknik mental training Strategi pembinaan mental agar tidak gugup atau

cemas, dan semacamnya saat pertandingan, menurut Weinberg (1984):

1. Attentional focus atau concentration

2. Self-efficacy statement

3. Relaxation

4. Imagery

5. Preparatory Arousal

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

23

6. Relaxation: “I just tried to relax all of my muscles and think about

something else”.

Secara fisik, emosional dan mental, relaksasi ditandai dengan tidak adanya

aktivitas dan ketegangan (tension), suatu suasana penuh ketenangan apabila dapat

dijauhkan segala perasaan yang berhubungan kebutuhan hidup sehari-hari. Ini bisa

dengan tidur terlentang, duduk bersandar dan lainnya sesuai sifat kepribadian

individu, biasanya sekitar 5-15 menit. Mental Imagery: “I picture my self in perfect

balance”. Bagi Terry Orlick, visualisasi mental ini merupakan semi simulasi, terjadi

dalam otak. Mental Imagery dapat meningkatkan kemampuan individu dalam

menghadapi berbagai permasalahan; atlit lebih siap dengan gerakan sulit, karena

sebelumnya sudah divisualisasikan dalam pikiran.

Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa

dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan emosi,

pengembangan diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan

menghadapi pertandingan, dan sebagainya. Bentuk latihan kecakapan mental yang

paling umum dilakukan oleh atlet elit adalah:

a. Berfikir positif.

Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang mengarahkan sesuatu ke arah

yang positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet,

tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berfikir

positif dapat menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi dan menjalin

kerjasama antara berbagai pihak. Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan

perkataan positif pula, karena pikiran akan menuntun tindakan.

b. Membuat catatan harian latihan mental (mental log).

Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang ditulis setiap atlet selesai

melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan olahraganya.

Dalam buku catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran, bayangan, ketakutan,

emosi, dan hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan oleh atlet. Catatan ini

semestinya dapat menceritakan bagaimana atlet berfikir, bertindak, bereaksi, juga

merupakan tempat untuk mencurahkan kemarahan, frustrasi, kecewa, dan segala

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

24

perasaan negatif jika melakukan kegagalan atau tampil buruk. Dengan melakukan

perubahan pola pikir akan hal-hal negatif tadi menjadi positif, atlet dapat

menggunakan catatan latihan mentalnya sebagai “langkah baru” — setelah anda

mengalami frustrasi, keraguan, ketakutan, ataupun perasaan berdosa/bersalah – untuk

kembali membangun sikap mental yang positif dan penuh percaya diri.

c. Penetapan sasaran (goal-setting).

Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang harus

dituju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari mengikuti suatu

kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa diukur agar dapat

melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan. Selain itu

pencapaian sasaran ini perlu ditetapkan sedemikian rupa secara bersama-sama antara

atlet dan pelatih. Sasaran tersebut tidak boleh terlalu mudah, namun sekaligus bukan

sesuatu yang mustahil dapat tercapai. Jadi, sasaran tersebut harus dapat memberikan

tantangan bahwa jika atlet bekerja keras maka sasaran tersebut dapat tercapai.

Dengan demikian penetapan sasaran ini sekaligus dapat pula berfungsi sebagai

pembangkit motivasi.

d. Latihan relaksasi.

Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stres, adalah

untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan otot maupun ketegangan

psikologis. Ada berbagai macam bentuk latihan relaksasi, namun yang paling

mendasar adalah latihan relaksasi otot secara progresif. Tujuan daripada latihan ini

adalah agar atlet dapat mengenali dan membedakan keadaan rileks dan tegang.

Biasanya latihan relaksasi ini baru terasa hasilnya setelah dilakukan setiap hari

selama minimal enam minggu (setiap kali latihan selama sekitar 20 menit). Sekali

latihan ini dikuasai, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk bisa

mencapai keadaan rileks. Bentuk daripada latihan relaksasi lainnya adalah “autogenic

training” dan berbagai latihan pernapasan. Latihan relaksasi ini juga menjadi dasar

latihan pengendalian emosi dan kecemasan. Latihan relaksasi dapat pula dilakukan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

25

dengan bantuan alat seperti “galvanic skin response”, “floatation tank”, dan juga

berbagai paket rekaman kaset latihan relaksasi yang mulai banyak beredar di pasaran.

e. Latihan visualisasi dan imajeri.

Latihan imajeri (mental imagery) merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa

pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri,

antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru; memperbaiki

suatu gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam pikiran;

latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera. Latihan imajeri ini seringkali

disamakan dengan latihan visualisasi karena sama-sama melakukan pembayangan

gerakan di dalam pikiran. Namun, di dalam imajeri si atlet bukan hanya ‘melihat’

gerakan dirinya namun juga memberfungsikan indera pendengaran, perabaan,

penciuman dan pengecapan. Untuk dapat menguasai latihan imajeri, seorang atlet

harus mahir dulu dalam melakukan latihan relaksasi.

f. Latihan konsentrasi.

Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang tertuju kepada

suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Dalam olahraga, masalah yang paling

sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan,

pukulan, tendangan, atau tembakan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih

lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak

jalan sehingga atlet akhirnya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan

pasti kepercayaan dirinya pun akan berkurang. Selain itu, hilangnya konsentrasi saat

melakukan aktivitas olahraga dapat pula menyebabkan terjadinya cedera. Tujuan

daripada latihan konsentrasi adalah agar si atlet dapat memusatkan perhatian atau

pikirannya terhadap sesuatu yang ia lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau hal-

hal lain yang terjadi di sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga harus dapat

berlangsung dalam waktu yang dibutuhkan. Agar didapatkan hasil yang maksimal,

latihan konsentrasi ini biasanya baru dilakukan jika si atlet sudah menguasai latihan

relaksasi. Salah satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan memfokuskan

perhatian kepada suatu benda tertentu (misalnya: nyala lilin; jarum detik; bola atau

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

26

alat yang digunakan dalam olahraganya). Lakukan selama mungkin dalam posisi

meditasi.

Menurut Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000:191) menjelaskan

bahwa dengan mengembangkan kemampuan imagery (keterampilan psikologis),

kondisi fisik dan psikis seseorang akan menjadi lebih baik, hal ini disebabkan karena

adanya dampak :

a. Meningkatkan konsentrasi

b. Meningkatkan rasa percaya diri

c. Mengendalikan responsi emosional

d. Memperbaiki latihan keterampilan

e. Mengembangkan strategi

f. Mengatasi rasa sakit

Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa

dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan emosi, pengembangan

diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan menghadapi

pertandingan, dan sebagainya. Yuanita Nasution (2007) mengungkapkan Bentuk

latihan kecakapan mental yang paling umum dilakukan oleh atlet adalah:

1. Berfikir positf

Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang mengarahkan sesuatu ke

arah yang positif semisal melihat sisi baiknya.

2. Membuat catatan harian latihan mental (mental log)

Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang di tulis setiap atlet selesai

melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan

olahraganya. Dalam buku catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran,

bayangan, ketakutan, emosi, dan hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan

oleh atlet.

3. Penetapan sasaran (goal setting)

Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang

harus di tuju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

27

mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa di

ukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan.

4. Latihan relaksasi

Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stres, adalah

untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan otot maupun ketegangan

psikologis contohnya latihan pernafasan.

5. Latihan visualisasi dan imageri (mental imagery)

Merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa pembayangan diri dan

gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah

untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru;memperbaiki suatu

gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam pikiran, latihan

bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera.

6. Latihan konsentrasi

Tujuan daripada latihan konsentrasi adalah agar atlet dapat memusatkan perhatian

atau pikirannya terhadap sesuatu yang di lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran

atau hal-hal lain yang terjadi di sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga

harus dapat berlangsung dalam waktu yang dibutuhkan. Agar mendapatkan hasil

yang maksimal, latihan konsentrasi ini biasanya baru dilakukan jika atlet sudah

menguasai latihan relaksasi. Salah satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan

memfokuskan perhatian kepada suatu benda tertentu (misalnya : nyala lilin; jarum

detik, bola atau alat yang digunakan dalam olahraganya)

8. Latihan mental dilakukan hampir setiap saat, di rumah, menjelang dan sesudah

latihan, selama masa jedah (time-out) (Weinberg dan Gould dalam Satiadarma,

2000:195) atau pada saat istirahat, pada masa pemulihan atau rehabilitasi (Leleva

dan Orlick dalam Satiadarma, 2000:195). Pada periode latihan maupun

pertandingan, baik sebelum maupun sesudahnya, latihan imagery dapat dilakukan

selama lebih kurang 10 menit, pada sejumlah atlet dapat melakukan latihan imagery

dalam waktu yang relatif lebih lama namun bagi sejumlah atlet pemula jangka

waktu latihan melebihi 10 menit cenderung mengganggu konsentrasi atlet pemula

tersebut (Weinberg dan Gould dalam Satiadarma, 2000:195

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

28

3. Pelatihan Teknik Woodball.

Pada hari ke tiga tanggal 16 Juni 2016 di laksanakan pelatihan teknik dengan

narasumber Gede Doddy Tisna Ms, S.Or., M.Or. Untuk keterampialan teknik yang

dibagi seluruh peserta pengabdian mahasyarakat sesuai dengan pengamatan pelatih

dengan katagori baik. Adapun rentangan nilai, 50-70 kurang, 70-80 cukup, 80-90

baik, dan 90-100 sangat baik.

Berikut ini di paparkan terkait dengan teknik woodball. Teknik dasar bermain

woodball meliputi teknik, teknik tanpa menggunakan alat dan teknik dengan

menggunakan alat. Teknik tanpa menggunakan alat terdiri dari a. Gerakan Mengayun,

b.Setup (persiapan) dan c. Rutinitas preswing (wagle) tanpa alat. Teknik

menggunakan alat. a.Rutinitas preswing dengan mallet, b. Pukulan Jarak jauh, c.

Pukulan jarak menengah, d.Pukulan jarak jauh, dan e. Pukulan ke gawang (gating).

Pergerakan dasar pemukulan bola dan penjelasannya

Gambar 1

Penjelasan : Posisi badan relax, kaki kanan dan kiri diletakkan sejajar dengan bahu

badan, lutut ditekuk, badan sedikit membungkuk (gambar 1).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

29

Gambar 2

Penjelasan : Dua tangan memegang mallet dan letakkan kepala mallet dibelakang

bola. Bola ditaruh di sudut yang tepat, di tengah-tengah kaki kiri dan

kanan.(Gambar 2).

Gambar 3.

Penjelasan : Cara memegang Mallet seperti pada memegang tongkat baseball. Pegang

mallet baik-baik dengan tangan yang mengunci dan bola diajun dan

mata diarahkan ke bola (Gambar 3).

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

30

Gambar 4.

Penjelasan : Letakkan bola di tempat yang rata dan ditaruh ditengah-tengah kaki

kanan dan kiri dan mallet ditaruh dibelakang bola (Gambar 4).

Gambar 5.

Penjelasan : Badan tegak dan ayunkan mallet seperti pendulum jam (Gambar 5).

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

31

Gambar 6.

Penjelasan : Postur badan pada waktu memukul bola, mallet diayunkan dan arahkan

mata kebola (Gambar 6).

Gambar 7.

Penjelasan : Ayunkan mallet dari atas arahkan mata ke bola, sampai mallet terangkat

ke bahu (Gambar 7).

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

32

Gambar 8.

Penjelasan : Ambil ancang-ancang dan arahkan bola ke gawang kemudian bidiklah

(Gambar 8)

Gambar 9.

Penjelasan : Pukulan untuk jarak dekat: Pukul atas bola dan bola akan menggelinding

untuk jarak dekat (Gambar 9).

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

33

Gambar 10.

Penjelasan : Pukulan untuk jarak jauh: Pukul bola di bawahnya, maka bola akan

sedikit melambung ke udara (Gambar 10).

Gambar 11.

Penjelasan : Pukul bola samping kiri, maka bola akan berputar searah jarum jam dan

kalau bola dipukuk sebelah kanan, maka bola akan berputar berlawanan

jarum jam

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

34

Gambar. 12.

Penjelasan : Pukulan bola untuk jarak menengah (Gambar 12).

Ganbar 12.

Penjelasan : Pukulan bola untuk jarak jauh (Gambar 12).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

35

Gambar 13.

Penjelasan : Pukulan untuk jarak dekat (Gambar 13).

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

36

Gambar 14.

Penjelasan : Bagaimana ya enaknya parker dulu apa langsung ditembak ke gawang

(Gambar 14)

Ganbar 16.

Penjelasan : Konsentrasi dan tidak usah buru-buru, masukkan bola ke gawang secara

baik-baik (Gambar 16).

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

37

BAB V.

SIMPULAN DAN SARAN.

5.1 Simpulan.

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil kegiatan P2M ini adalah :

1. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atlet terkait analisis fisik berupa

pembuatan program latihan fisik yang tergabung dalam PENGCAB Woodball

Kabupaten Bangli terkait komponen prestasi meningkat.

2. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atlet terkait mental yang tergabung

dalam PENGCAB Woodball Kabupaten Bangli meningkat.

3. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atlet, yang tergabung dalam

PENGCAB Woodball Buleleng terkait teknik woodball meningkat.

5.2. Saran-saran.

Beberapa hal yang dapat disarankan dalam kegitan P2M ini adalah :

1. Waktu kegiatan P2M perlu ditambah.

2. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan kepada atlet woodball, yang

tergabung dalam PENGCAB Woodball Bangli terkait komponen fisik, mental

dan teknik woodball perlu ditingkatkan lagi.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

38

DAFTAR PUSTAKA

Bao, Sheng Chang, 1995. Ilustration Of Woodball Rules & Techniquis. Taipe:

Chinese Taipei Woodball Association.

Dwiyogo, Wasis D dan Kriswantoro. 2009. Olahraga Woodball. Malang: Wineka

Media

International Woodball Federation, 2007. Indonesia Woodball Workshop 2007.

Semarang. International Woodball Asociation.

International Woodball Asociation (IWbA) Kabupaten Buleleng, 2013. Kabupaten

Buleleng.

Irdiyana. P. 2010. Depinisi Olahraga Woodball. Bandung.

Kriswantoro dkk, 2011. Teknik Dasar Bermain Woodball. Semarang : Multi Media

Production.

Mussen, Henry, dkk.1984. Child Development and Personality. Harper & Row, Inc.

Alih bahasa : FX. Budiyanto, dkk. Ctakan II tahun 1994. copyright dalam

bahasa Indonesia. 1989. Jakarta : Penerbit Arcan

Nala, Nguarah. 1992. Kebugaran Jasmani. Denpasar: Yayasan Ilmu Faal Widya

Laksana.

Pramono, Made. Mental Training, 2014.

http://ryanceetoz.blogspot.co.id/2014/03/mental-training.html. Diakses tanggal

14 Agustus 2016.

Ratih Tri Pratiwi. 2010. Pengertian Kecemasan. Tersedia pada: http://psikologi.or.id/

mycontents/uploads/2010/05/pengertian-kecemasan-anxiety.pdf. Diakses

tanggal: 1 Januari 2010

Satiadarma, M.P. (2000). Dasar-dasar Psikologi Olahraga. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan

Sugiono. 2008. Peraturan Permainan Woodball. Semarang : Indonesia Woodball

Association.

Soniarni, 2013. Komponen-komponen kondisi fisik terhadap hasil permainan

woodball pada atlet unit kegiatan mahasiswa woodball UPI Bandung.

Bandung: UPI.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

39

DOKUMENTASI KEGITAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

40

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

41

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

42

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_198405212008121002... · memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan

43