Upload
vuquynh
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kota Banjarmasin adalah ibu kota propinsi Kalimantan Selatan yang berkembang di
tepian sungai dan memiliki potensi alam berupa sungai-sungai yang membelah kotanya.
Menurut Subiyakto (2008) ratusan tahun lalu, Sungai Martapura dilalui oleh kapal-kapal
besar yang membawa barang-barang dari luar Kalimantan. Kelotok dan jukung berperan
menyusuri sungai-sungai dan masuk hingga ke pedalaman Pulau Borneo (Kalimantan) untuk
melakukan jual beli hasil kebun dan hutan mulai dari lada hingga hasil bumi berupa intan
yang dibawa hingga ke Eropa. Ekspedisi pada tahun 1847 oleh bangsa Belanda menyusuri
sungai yang berkelok-kelok dan saling tembus satu dengan lainnya menemukan kehidupan
orang Banjar yang hidup di tepian sungai dan memanfaatkan sungai untuk keperluan sehari-
hari dan terjalin intreraksi yang bersifat mutualisma dengan perahu sebagai sarana
transportasi utama pada masa itu. Perahu merupakan alat transportasi utama di Kota
Banjarmasin hingga tahun 1950an dan digunakan warga untuk menyusuri sungai yang
menghubungkan kampung-kampung dan pasar.
Perkembangan kota dan pertumbuhan penduduk yang pesat kemudian merubah budaya
warga tepian sungai dalam memanfaatkan potensi sungai. Fungsi sungai sebagai prasarana
transportasi, khususnya untuk kapal angkutan manusia mulai menurun seiring dengan
berkembangnya jaringan infrastruktur jalan darat yang dikenalkan kolonial. Orientasi
bangunan berubah arah dari "muka" menghadap sungai menjadi "belakang", dimana pada
zaman dahulu bagian "muka" tersebut memiliki akses langsung menuju sungai. Menurut
Subiyakto (2013) sebagian badan sungai di Kota Banjarmasin di pusat kota ditutup dengan
bangunan bahkan dijadikan lahan parkir. Pemanfaatan ruang sepanjang sempadan sungai di
Kota Banjarmasin menjadi tidak terarah dengan pola perkembangan yang tidak teratur.
2
Sejak tahun 2010 Pemerintah Kota Banjarmasin memasukkan konsep penataan kota
berbasis sungai ke dalam RTRW, salah satunya melalui program pemantapan fungsi
jaringan Sungai Martapura sebagai jalur pergerakan regional dan jalur pergerakan dalam
Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin dalam upaya mengembalikan “sungai” nya sebagai
basis penataan kota mengadakan sayembara bertaraf internasional berupa penataan waterfront
city dan menjadikan bantaran sungai sebagai ruang terbuka dengan konsep riverwalk. Sampai
tahun 2014, realisasi konsep tersebut berupa Taman Siring Sungai Martapura sepanjang 3 km
dari 5 km yang direncanakan, dengan relokasi permukiman sekitar 30-60 KK.
Relokasi perumahan pada badan sungai dilakukan melalui proses ganti rugi, penyediaan
lahan khusus pada kawasan perumahan yang direncanakan dan melalui insentif dan
disinsentif. Tepian Sungai Martapura direncanakan sebagai Obyek Wisata Tepian Sungai,
dengan menata berbagai kegiatan wisata seperti pameran, musik dan wisata kuliner yang
berbasis budaya lokal dan ramah lingkungan (sumber : RTRW Kota Banjarmasin 2010-
2030). RTRW Kota Banjarmasin 2011-2032 dalam sub bab rencana perwujudan pola ruang
kawasan lindung sempadan sungai dan rawa menetapkan bantaran sungai dan rawa harus
bebas dari bangunan kecuali untuk bangunan inspeksi untuk mempertahankan ekosistem
sungai dan rawa. Untuk mendukung program tersebut diatur pula penyusunan database dan
sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai. Gambar 1.1 tentang landuse eksissting
dalam dokumen RTRW Kota Banjarmasin 2010-2030 menunjukkan penggunaan lahan di
Kota Banjarmasin yang didominasi oleh guna lahan berupa permukiman, perdagangan & jasa
dan industri di sepanjang aliran Sungai Martapura.
Gambar 1.1 berisi rencana pemanfaatan Kota Banjarmasin dalam dokumen RUTR Kota
Banjarmasin 2001-2011 menunjukkan penggunaan lahan sepanjang Sungai Martapura
sebagai kawasan perumahan, perindustrian (besar, menengah dan kecil) juga sebagian
perdagangan dan jasa.
3
Gam
bar 1
.1. P
eta
Land
use
Eksi
stin
g K
ota
Ban
jarm
asin
Su
mbe
r : R
TRW
Kot
a B
anja
rmas
in 2
010-
2030
4
Gam
bar 1
.2 R
enca
na P
eman
faat
an R
uang
Kot
a B
anja
rmas
in
Sum
ber :
RU
TR K
ota
Ban
jarm
asin
200
1-20
11
5
1.2. Perumusan Masalah
Kota memiliki keunggulan komparatif untuk mewadahi penduduk dengan berbagai
macam kegiatannya dimana di dalam proses perencanaan sebuah kota kegiatan tersebut diatur
berdasarkan jenisnya melalui tata ruang, sehingga tata ruang dapat disama artikan dengan tata
laku. Melville dalam Suryantoro (2002) menyebutkan bahwa kota merupakan aglomerasi
penduduk dengan kegiatannya. Aglomerasi yang terjadi berupa kegiatan penduduk dalam
wilayah kota dengan kemampuan kota sebagai simpul produksi dan distribusi barang serta
jasa, pusat pelayanan kegiatan serta pusat komunikasi. Aglomerasi menyebabkan sebuah kota
mengalami perubahan pemanfaatan ruang, secara umum dapat diklasifikasikan dari lahan
belum terbangun berupa lahan kosong dan lahan pertanian yang berubah menjadi lahan
terbangun berupa permukiman dan lahan dengan fungsi pemenuhan kegiatan penduduk.
Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Banjarmasin, yang merupakan sebuah kota
yang memiliki keunggulan komparatif berupa sungai-sungai yang membelah kotanya.
Banjarmasin adalah sebuah kota yang berkembang dari tepian sungai, masyarakatnya
memanfaatkan sungai dalam kehidupan sehari-hari dan terjadi sebuah hubungan yang bersifat
mutualisma. Banjarmasin semakin berkembang dengan pola perkembangan tidak lagi linier
mengikuti jaringan sungai tetapi sudah berpindah orientasi mengikuti pola perkembangan
infrastruktur jalan. Kondisi yang terjadi adalah perubahan budaya yang tidak lagi
mempergunakan peran dan fungsi jaringan sungai sebagai potensi kota.
Menurut Subiyakto (2013) Kota Banjarmasin yang mendapat sebutan Kota Seribu
Sungai oleh ekspedisi Belanda pada abad ke-19 makin pudar pada masa sekarang, hal ini
terlihat pada sebagian badan sungai di pusat kota yang ditutup dengan bangunan dan
dijadikan lahan parkir pebuah pusat pertokoan. Perubahan yang lain juga terlihat penamaan
kampung di Kota Banjarmasin yang selalu dinamakan dengan nama sungai seperti Kampung
Sungai Jingah, Kampung Sungai Bilu, Kampung Sungai Alalak dan Kampung Saka (kanal)
6
Permai. Pada masa sekarang kampung-kampung tersebut tetap menyandang namanya tetapi
sungainya sudah tidak ada. Hilangnya sungai bagi orang Banjar berarti hilangnya asal-usul
mereka menurut Suriansyah dalam Subiyakto (2013).
Menurut Subiyakto (2010) pertumbuhan penduduk kota yang terus meningkat menjadi
salah satu sebab tidak berfungsinya kanal, seiring dengan pertumbuhan penduduk perubahan
pemanfaatan ruang juga semakin meningkat. termasuk adanya peningkatan pembangunan
sarana fisik kota, seperti fasilitas pendidikan, fasilitas komersial dan jasa, fasilitas jalan, dan
fasilitas lainnya. Penelitian perubahan pemanfaatan ruang Kota Banjarmasin dilakukan
dengan menggunakan interpretasi terhadap peta citra dan peta digital tahun 2005, 2010 dan
2014 dengan tinjauan utama pada perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai
Martapura Kota Banjarmasin. Peta citra satelit digunakan sebagai alat untuk melakukan
identifikasi dan interpretasi terhadap pemanfaatan ruang di tepian sungai. Peta citra satelit
memperlihatkan gambaran objek secara lengkap yang ada di permukaan bumi, bahkan dapat
dilakukan interpretasi terhadap objek yang tidak dapat dilihat secara langsung di lapangan.
Sesuai dengan tinjauan utama permasalahan perubahan pemanfaatan ruang sepanjang
tepian Sungai Martapura di Kota Banjarmasin maka dalam penelitian ini dikemukakan dua
permasalahan, yakni :
1. Bagaimana pemanfaatan ruang di sepanjang tepian Sungai Martapura sejalan dengan
perubahan fungsi sungai yang menurun.
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang di tepian
Sungai Martapura.
Penataan bantaran Sungai Martapura didalam RTRW Kota Banjarmasin salah satunya
disebutkan sebagai kawasan wisata dengan penggunaan lahan berupa pembangunan taman
siring dan ruang terbuka, diharapkan pembangunan tersebut menjadi faktor untuk
meningkatkan kembali interaksi antara manusia dengan sungai seperti dimasa lalu interaksi
7
yang bersifat mutualisma. Penggunaan lahan bantaran Sungai Martapura yang lain sebagai
lahan permukiman, kegiatan industri dan perdagangan di Kota Banjarmasin masih dapat
ditemui, penggunaan lahan berupa permukiman menunjukkan interaksi yang harmonis antara
manusia dengan sungai, penggunaan lahan untuk kegiatan industri dan perdagangan
diharapkan mampu menggerakkan roda ekonomi kota selain itu peran dan fungsi sungai
sebagai salah satu jalur transportasi utama kota tempo dulu juga diatur didalam RTRW Kota
Banjarmasin. Rencana perwujudan struktur ruang Kota Banjarmasin terkait dengan sistem
transportasi menyebutkan upaya untuk mengintegrasikan transportasi sungai dengan darat
yang menetapkan sistem trayek kendaraan umum/penumpang dan barang, perbaikan dan
pembangunan terminal, halte dan dermaga.
Pertumbuhan pembangunan sarana fisik yang pesat di Kota Banjarmasin dapat
dipastikan berakibat langsung terhadap perubahan pemanfaatan ruang kota, dimana sangat
diperlukan arahan dalam perencanaan melalui penelitian-penelitian sejenis, agar dapat
tercapai pembangunan kota yang tertib terkait dengan pemanfaatan potensi kota dalam hal ini
sungai di Kota Banjarmasin. Dari beberapa pembahasan di atas ditemukan satu inti masalah
yang disusun menjadi sebuah bentuk pertanyaan penelitian (research question), yaitu :
Bagaimanakah perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota
Banjarmasin dari tahun 2005 sampai tahun 2014 dan apakah faktor penyebabnya ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian
Sungai Martapura Kota Banjarmasin ini adalah untuk :
1. Menggambarkan perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota
Banjarmasin sejak tahun 2005 sampai tahun 2014.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan guna lahan sepanjang
tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin.
8
1.4. Lokasi Daerah Penelitian
Lokasi yang diambil sebagai objek penelitian adalah kawasan sepanjang tepian Sungai
Martapura di Kota Banjarmasin yang meliputi 5 (lima) kecamatan dengan dasar
pertimbangan : (i) tersedianya data berupa peta citra satelit dan peta digital serta data
sekunder lainnya untuk identifikasi keruangan pada lokasi penelitian, (ii) lokasi penelitian
terletak di Kota Banjarmasin sebagai Ibu Kota Propinsi yang menjadi pusat pertumbuhan
penduduk dengan segala aktivitasnya, serta aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya yang
berakibat pada penggunaan lahan kota menjadi bervariasi sesuai dengan kebutuhan
penduduk, (iii) lokasi penelitian dalam beberapa tahun terakhir menjadi fokus utama
pemerintah kota dan pemerintah provinsi untuk dikembangkan dan ditata ulang melalui
program revitalisasi.
Kota Banjarmasin memiliki luas 98,46 km² yang terdiri atas 5 Kecamatan, Yaitu
Kecamatan Banjarmasin Selatan seluas 38,27 km² (38,87%), Banjarmasin Timur seluas 23,86
km² (24,23%), Banjarmasin Barat seluas 13,13 km² (13,34%), Banjarmasin Tengah seluas
6,66 km² (6,76%) dan Banjarmasin Utara seluas 16,54 km² (16,80%) dengan total jumlah
kelurahan sebanyak 52 Kelurahan yang terbagi menjadi 118 Rukun Warga dan 1.552 Rukun
Tetangga pada tahun 2011.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota
Banjarmasin ini diharapkan mempunyai manfaat secara ilmiah maupun terapan. Manfaat
ilmiah dari penelitian ini berupa pengembangan pembahasan tentang perubahan pemanfaatan
ruang di Kota Banjarmasin khususnya di sepanjang tepian Sungai Martapura, dengan fokus
utama pembahasan tentang perubahan luas dan jenis penggunaan lahan serta faktor yang
mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang di sepanjang tepian Sungai Martapura Kota
Banjarmasin. Upaya identifikasi perubahan pemanfaatan ruang dan faktor yang
9
mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang, baik berupa faktor yang dapat diinterpretasi
dari peta citra satelit dan peta digital atau dari luar peta citra satelit dan peta digital
diharapkan dapat dilakukan langkah antisipasi terhadap pengaturan tata guna lahan di Kota
Banjarmasin khususnya di sepanjang tepian Sungai Martapura, mengingat sungai merupakan
keunggulan komparatif kota. Sedangkan manfaat terapan yang dapat diambil terhadap hasil
penelitian tentang perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura di Kota
Banjarmasin serta faktor yang mempengaruhinya diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keruangan agar didapatkan hasil optimal.
Kajian terhadap perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota
Banjarmasin yang mendasarkan informasi dan interpretasi dari peta citra satelit multi waktu
diharapkan pula dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan kota bagi
upaya-upaya serupa di masa yang akan datang. Sebagai rekomendasi kepada pemerintah
mengenai pola perubahan pemanfaatan ruang di tepian Sungai Martapura dan pemanfaatan
ruang yang tidak konsisten agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan
evaluasi rencana tata ruang agar dapat menjadi lebih relevan terhadap kondisi yang ada
sekarang.
1.6. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang perubahan pemanfaatan ruang perkotaan memang telah banyak
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Bastoni (1998)
dengan studi kasus Kota Atas Semarang. Penelitian ini mengambil rentang waktu antara
tahun 1980 sampai tahun 1996. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
perkembangan dan perluasan wilayah kota terhadap pemanfaatan lahan serta mengetahui
pengaruh yang disebabkan oleh faktor fisikal kota terhadap pergeseran tata guna lahan di
sana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya pergeseran penggunaan lahan yang dipengaruhi oleh
10
faktor jaringan transportasi, selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah fasilitas umum
yang nmenjadi pusat kegiatan serta faktor kemiringan lereng atau kondisi bentang lahan
wilayah penelitian.
Penelitian lain tentang perubahan pemanfaatan ruang dilakukan oleh Koesalireni (1999)
dengan mengambil kasus pada kawasan hutan mangrove Teluk Benoa Propinsi Bali.
Penelitian ini mengambil rentang waktu antara tahun 1983 sampai tahun 1997. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji perubahan pemanfaatan ruang yang terjadi di kawasan Teluk
Benoa, kemudian melakukan pengamatan dan menganalisis faktor apa yang menyebabkan
terjadinya perubahan pemanfaatan ruang di sana. Tujuan selanjutnya dari penelitian ini
adalah untuk mengakji dampak yang muncul setelahnya. Penelitian ini menggunaka metode
deskriptif kualitatif dengan teknik eksploratif dalam proses pengumpulan data primer. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pemanfaatan ruang terjadi dengan intensitas
yang terus meningkat dan berdampak terhadap kebutuhan sarana dan prasarana.
Penelitian tentang perubahan penggunaan selanjutnya dilakukan oleh Genep (2001)
yang bertujuan untuk mengidentifkasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
pemanfaatan lahan pada kawasan sempadan pantai di kawasan pariwisata Lovina, Buleleng,
Propinsi Bali. Penelitian ini mengambil rentang waktu antara tahun 1991 sampai tahun 2000.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan bersifat eksploratif dengan
metode pengumpulan data primer melalui observasi dan wawancara dan pemilihan responden
menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian diatas menunjukkan perubahan
guna lahan yang terjadi pada kawasan pariwisata Lovina dipengaruhi faktor-faktor antara lain
kurang efektifnya peran pemerintah dan lemahnya penegakan hukum, kurangnya
pemberdayaan masyarakat khususnya lembaga adat, minimnya pengetahuan dan pemahaman
terhadap peraturan serta keterlibatan pelaku ekonomi seperti pengusaha.
11
Penelitian lain tentang perubahan pemanfaatan ruang dilakukan oleh Bijuri (2005)
dengan mengambil lokasi penelitian di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu pada sepanjang
jalan arteri yang menghubungkan Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru. Penelitian ini
mengambil rentang waktu antara tahun 1992 sampai tahun 2003. Penelitian ini bertujuan
untuk mengenali faktor-faktor penyebab tingginya perubahan guna lahan dari lahan tidak
terbangun (non-built up area) menjadi lahan terbangun (built up area) pada kiri dan kanan
jalan arteri yang menghubungkan dua kota tersebut di atas. Penelitian ini dilakukan dengan
metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan
alat bantu kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pemanfaatan ruang
tergolong cepat dilihat dari Skala Likerts dengan pola memanjang, perubahan yang terjadi
dipengaruhi oleh faktor daya tarik jaringan jalan, aksesibilitas, dan posisi pusat kegiatan atau
dengan kata lain prospek bisnis.
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian perubahan pemanfaatan ruang kota dengan
fokus sepanjang kawasan Sungai Martapura Kota Banjarmasin dengan menggunakan bantuan
interpretasi peta citra satelit dan peta digital multi waktu untuk mengidentifikasi perubahan
jenis penggunaan lahan di sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2014, serta menganalisis dan menjelaskan faktor yang
mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang di sepanjang tepian sungai masih belum pernah
dilakukan sebelumnya. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya antara lain terletak pada
beberapa unsur utama penelitian, yaitu : (i) lokasi penelitian, (ii) tahun penelitian, (iii) tahun
data yang diambil sebagai waktu perekaman, (iv) analisis data, dan (v) kesimpulan hasil
penelitian dan rekomendasi yang diajukan.
12
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk mempermudah pemahaman terhadap penelitian
perubahan guna lahan sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. Lebih jelasnya
susunan sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang penelitian yang dimulai dari sejarah
dan perkembangan perencanaan tata guna lahan, pengelolaan sungai, tinjauan historis Kota
Banjarmasin, perumusan masalah, lokasi wilayah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II. Tinjauan Pustaka, bab ini membahas berbagai tinjauan teoritis dari beberapa
literatur tentang penggunaan lahan dan tentang sungai yang akan digunakan sebagai
pendekatan dalam melakukan analisis terhadap perubahan guna lahan di tepian Sungai
Martapura Kota Banjarmasin.
Bab III. Metodologi Penelitian, bab ini berisi tentang metode penelitian yang
digunakan, penentuan lokasi penelitian, metode pengambilan data penelitian, dan metode
analisis data.
Bab IV. Gambaran Umum Wilayah, bab ini berisi tentang gambaran umum wilayah
dan gambaran khusus lokasi penelitian.
Bab V. Hasil Temuan di Lapangan, bab ini berisi tentang hasil temuan di lapangan
yang diperoleh melalui pengumpulan data dan hasil analisis data.
Bab VI. Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisi tentang kesimpulan hasil
analisis penelitian yang digunakan dan rekomendasi sebagai respon terhadap kesimpulan
yang diperoleh.