12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kota Banjarmasin adalah ibu kota propinsi Kalimantan Selatan yang berkembang di tepian sungai dan memiliki potensi alam berupa sungai-sungai yang membelah kotanya. Menurut Subiyakto (2008) ratusan tahun lalu, Sungai Martapura dilalui oleh kapal-kapal besar yang membawa barang-barang dari luar Kalimantan. Kelotok dan jukung berperan menyusuri sungai-sungai dan masuk hingga ke pedalaman Pulau Borneo (Kalimantan) untuk melakukan jual beli hasil kebun dan hutan mulai dari lada hingga hasil bumi berupa intan yang dibawa hingga ke Eropa. Ekspedisi pada tahun 1847 oleh bangsa Belanda menyusuri sungai yang berkelok-kelok dan saling tembus satu dengan lainnya menemukan kehidupan orang Banjar yang hidup di tepian sungai dan memanfaatkan sungai untuk keperluan sehari- hari dan terjalin intreraksi yang bersifat mutualisma dengan perahu sebagai sarana transportasi utama pada masa itu. Perahu merupakan alat transportasi utama di Kota Banjarmasin hingga tahun 1950an dan digunakan warga untuk menyusuri sungai yang menghubungkan kampung-kampung dan pasar. Perkembangan kota dan pertumbuhan penduduk yang pesat kemudian merubah budaya warga tepian sungai dalam memanfaatkan potensi sungai. Fungsi sungai sebagai prasarana transportasi, khususnya untuk kapal angkutan manusia mulai menurun seiring dengan berkembangnya jaringan infrastruktur jalan darat yang dikenalkan kolonial. Orientasi bangunan berubah arah dari "muka" menghadap sungai menjadi "belakang", dimana pada zaman dahulu bagian "muka" tersebut memiliki akses langsung menuju sungai. Menurut Subiyakto (2013) sebagian badan sungai di Kota Banjarmasin di pusat kota ditutup dengan bangunan bahkan dijadikan lahan parkir. Pemanfaatan ruang sepanjang sempadan sungai di Kota Banjarmasin menjadi tidak terarah dengan pola perkembangan yang tidak teratur.

BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

  • Upload
    vuquynh

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kota Banjarmasin adalah ibu kota propinsi Kalimantan Selatan yang berkembang di

tepian sungai dan memiliki potensi alam berupa sungai-sungai yang membelah kotanya.

Menurut Subiyakto (2008) ratusan tahun lalu, Sungai Martapura dilalui oleh kapal-kapal

besar yang membawa barang-barang dari luar Kalimantan. Kelotok dan jukung berperan

menyusuri sungai-sungai dan masuk hingga ke pedalaman Pulau Borneo (Kalimantan) untuk

melakukan jual beli hasil kebun dan hutan mulai dari lada hingga hasil bumi berupa intan

yang dibawa hingga ke Eropa. Ekspedisi pada tahun 1847 oleh bangsa Belanda menyusuri

sungai yang berkelok-kelok dan saling tembus satu dengan lainnya menemukan kehidupan

orang Banjar yang hidup di tepian sungai dan memanfaatkan sungai untuk keperluan sehari-

hari dan terjalin intreraksi yang bersifat mutualisma dengan perahu sebagai sarana

transportasi utama pada masa itu. Perahu merupakan alat transportasi utama di Kota

Banjarmasin hingga tahun 1950an dan digunakan warga untuk menyusuri sungai yang

menghubungkan kampung-kampung dan pasar.

Perkembangan kota dan pertumbuhan penduduk yang pesat kemudian merubah budaya

warga tepian sungai dalam memanfaatkan potensi sungai. Fungsi sungai sebagai prasarana

transportasi, khususnya untuk kapal angkutan manusia mulai menurun seiring dengan

berkembangnya jaringan infrastruktur jalan darat yang dikenalkan kolonial. Orientasi

bangunan berubah arah dari "muka" menghadap sungai menjadi "belakang", dimana pada

zaman dahulu bagian "muka" tersebut memiliki akses langsung menuju sungai. Menurut

Subiyakto (2013) sebagian badan sungai di Kota Banjarmasin di pusat kota ditutup dengan

bangunan bahkan dijadikan lahan parkir. Pemanfaatan ruang sepanjang sempadan sungai di

Kota Banjarmasin menjadi tidak terarah dengan pola perkembangan yang tidak teratur.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

2

Sejak tahun 2010 Pemerintah Kota Banjarmasin memasukkan konsep penataan kota

berbasis sungai ke dalam RTRW, salah satunya melalui program pemantapan fungsi

jaringan Sungai Martapura sebagai jalur pergerakan regional dan jalur pergerakan dalam

Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin dalam upaya mengembalikan “sungai” nya sebagai

basis penataan kota mengadakan sayembara bertaraf internasional berupa penataan waterfront

city dan menjadikan bantaran sungai sebagai ruang terbuka dengan konsep riverwalk. Sampai

tahun 2014, realisasi konsep tersebut berupa Taman Siring Sungai Martapura sepanjang 3 km

dari 5 km yang direncanakan, dengan relokasi permukiman sekitar 30-60 KK.

Relokasi perumahan pada badan sungai dilakukan melalui proses ganti rugi, penyediaan

lahan khusus pada kawasan perumahan yang direncanakan dan melalui insentif dan

disinsentif. Tepian Sungai Martapura direncanakan sebagai Obyek Wisata Tepian Sungai,

dengan menata berbagai kegiatan wisata seperti pameran, musik dan wisata kuliner yang

berbasis budaya lokal dan ramah lingkungan (sumber : RTRW Kota Banjarmasin 2010-

2030). RTRW Kota Banjarmasin 2011-2032 dalam sub bab rencana perwujudan pola ruang

kawasan lindung sempadan sungai dan rawa menetapkan bantaran sungai dan rawa harus

bebas dari bangunan kecuali untuk bangunan inspeksi untuk mempertahankan ekosistem

sungai dan rawa. Untuk mendukung program tersebut diatur pula penyusunan database dan

sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai. Gambar 1.1 tentang landuse eksissting

dalam dokumen RTRW Kota Banjarmasin 2010-2030 menunjukkan penggunaan lahan di

Kota Banjarmasin yang didominasi oleh guna lahan berupa permukiman, perdagangan & jasa

dan industri di sepanjang aliran Sungai Martapura.

Gambar 1.1 berisi rencana pemanfaatan Kota Banjarmasin dalam dokumen RUTR Kota

Banjarmasin 2001-2011 menunjukkan penggunaan lahan sepanjang Sungai Martapura

sebagai kawasan perumahan, perindustrian (besar, menengah dan kecil) juga sebagian

perdagangan dan jasa.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

3

Gam

bar 1

.1. P

eta

Land

use

Eksi

stin

g K

ota

Ban

jarm

asin

Su

mbe

r : R

TRW

Kot

a B

anja

rmas

in 2

010-

2030

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

4

Gam

bar 1

.2 R

enca

na P

eman

faat

an R

uang

Kot

a B

anja

rmas

in

Sum

ber :

RU

TR K

ota

Ban

jarm

asin

200

1-20

11

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

5

1.2. Perumusan Masalah

Kota memiliki keunggulan komparatif untuk mewadahi penduduk dengan berbagai

macam kegiatannya dimana di dalam proses perencanaan sebuah kota kegiatan tersebut diatur

berdasarkan jenisnya melalui tata ruang, sehingga tata ruang dapat disama artikan dengan tata

laku. Melville dalam Suryantoro (2002) menyebutkan bahwa kota merupakan aglomerasi

penduduk dengan kegiatannya. Aglomerasi yang terjadi berupa kegiatan penduduk dalam

wilayah kota dengan kemampuan kota sebagai simpul produksi dan distribusi barang serta

jasa, pusat pelayanan kegiatan serta pusat komunikasi. Aglomerasi menyebabkan sebuah kota

mengalami perubahan pemanfaatan ruang, secara umum dapat diklasifikasikan dari lahan

belum terbangun berupa lahan kosong dan lahan pertanian yang berubah menjadi lahan

terbangun berupa permukiman dan lahan dengan fungsi pemenuhan kegiatan penduduk.

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Banjarmasin, yang merupakan sebuah kota

yang memiliki keunggulan komparatif berupa sungai-sungai yang membelah kotanya.

Banjarmasin adalah sebuah kota yang berkembang dari tepian sungai, masyarakatnya

memanfaatkan sungai dalam kehidupan sehari-hari dan terjadi sebuah hubungan yang bersifat

mutualisma. Banjarmasin semakin berkembang dengan pola perkembangan tidak lagi linier

mengikuti jaringan sungai tetapi sudah berpindah orientasi mengikuti pola perkembangan

infrastruktur jalan. Kondisi yang terjadi adalah perubahan budaya yang tidak lagi

mempergunakan peran dan fungsi jaringan sungai sebagai potensi kota.

Menurut Subiyakto (2013) Kota Banjarmasin yang mendapat sebutan Kota Seribu

Sungai oleh ekspedisi Belanda pada abad ke-19 makin pudar pada masa sekarang, hal ini

terlihat pada sebagian badan sungai di pusat kota yang ditutup dengan bangunan dan

dijadikan lahan parkir pebuah pusat pertokoan. Perubahan yang lain juga terlihat penamaan

kampung di Kota Banjarmasin yang selalu dinamakan dengan nama sungai seperti Kampung

Sungai Jingah, Kampung Sungai Bilu, Kampung Sungai Alalak dan Kampung Saka (kanal)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

6

Permai. Pada masa sekarang kampung-kampung tersebut tetap menyandang namanya tetapi

sungainya sudah tidak ada. Hilangnya sungai bagi orang Banjar berarti hilangnya asal-usul

mereka menurut Suriansyah dalam Subiyakto (2013).

Menurut Subiyakto (2010) pertumbuhan penduduk kota yang terus meningkat menjadi

salah satu sebab tidak berfungsinya kanal, seiring dengan pertumbuhan penduduk perubahan

pemanfaatan ruang juga semakin meningkat. termasuk adanya peningkatan pembangunan

sarana fisik kota, seperti fasilitas pendidikan, fasilitas komersial dan jasa, fasilitas jalan, dan

fasilitas lainnya. Penelitian perubahan pemanfaatan ruang Kota Banjarmasin dilakukan

dengan menggunakan interpretasi terhadap peta citra dan peta digital tahun 2005, 2010 dan

2014 dengan tinjauan utama pada perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai

Martapura Kota Banjarmasin. Peta citra satelit digunakan sebagai alat untuk melakukan

identifikasi dan interpretasi terhadap pemanfaatan ruang di tepian sungai. Peta citra satelit

memperlihatkan gambaran objek secara lengkap yang ada di permukaan bumi, bahkan dapat

dilakukan interpretasi terhadap objek yang tidak dapat dilihat secara langsung di lapangan.

Sesuai dengan tinjauan utama permasalahan perubahan pemanfaatan ruang sepanjang

tepian Sungai Martapura di Kota Banjarmasin maka dalam penelitian ini dikemukakan dua

permasalahan, yakni :

1. Bagaimana pemanfaatan ruang di sepanjang tepian Sungai Martapura sejalan dengan

perubahan fungsi sungai yang menurun.

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang di tepian

Sungai Martapura.

Penataan bantaran Sungai Martapura didalam RTRW Kota Banjarmasin salah satunya

disebutkan sebagai kawasan wisata dengan penggunaan lahan berupa pembangunan taman

siring dan ruang terbuka, diharapkan pembangunan tersebut menjadi faktor untuk

meningkatkan kembali interaksi antara manusia dengan sungai seperti dimasa lalu interaksi

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

7

yang bersifat mutualisma. Penggunaan lahan bantaran Sungai Martapura yang lain sebagai

lahan permukiman, kegiatan industri dan perdagangan di Kota Banjarmasin masih dapat

ditemui, penggunaan lahan berupa permukiman menunjukkan interaksi yang harmonis antara

manusia dengan sungai, penggunaan lahan untuk kegiatan industri dan perdagangan

diharapkan mampu menggerakkan roda ekonomi kota selain itu peran dan fungsi sungai

sebagai salah satu jalur transportasi utama kota tempo dulu juga diatur didalam RTRW Kota

Banjarmasin. Rencana perwujudan struktur ruang Kota Banjarmasin terkait dengan sistem

transportasi menyebutkan upaya untuk mengintegrasikan transportasi sungai dengan darat

yang menetapkan sistem trayek kendaraan umum/penumpang dan barang, perbaikan dan

pembangunan terminal, halte dan dermaga.

Pertumbuhan pembangunan sarana fisik yang pesat di Kota Banjarmasin dapat

dipastikan berakibat langsung terhadap perubahan pemanfaatan ruang kota, dimana sangat

diperlukan arahan dalam perencanaan melalui penelitian-penelitian sejenis, agar dapat

tercapai pembangunan kota yang tertib terkait dengan pemanfaatan potensi kota dalam hal ini

sungai di Kota Banjarmasin. Dari beberapa pembahasan di atas ditemukan satu inti masalah

yang disusun menjadi sebuah bentuk pertanyaan penelitian (research question), yaitu :

Bagaimanakah perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota

Banjarmasin dari tahun 2005 sampai tahun 2014 dan apakah faktor penyebabnya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian

Sungai Martapura Kota Banjarmasin ini adalah untuk :

1. Menggambarkan perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota

Banjarmasin sejak tahun 2005 sampai tahun 2014.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan guna lahan sepanjang

tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

8

1.4. Lokasi Daerah Penelitian

Lokasi yang diambil sebagai objek penelitian adalah kawasan sepanjang tepian Sungai

Martapura di Kota Banjarmasin yang meliputi 5 (lima) kecamatan dengan dasar

pertimbangan : (i) tersedianya data berupa peta citra satelit dan peta digital serta data

sekunder lainnya untuk identifikasi keruangan pada lokasi penelitian, (ii) lokasi penelitian

terletak di Kota Banjarmasin sebagai Ibu Kota Propinsi yang menjadi pusat pertumbuhan

penduduk dengan segala aktivitasnya, serta aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya yang

berakibat pada penggunaan lahan kota menjadi bervariasi sesuai dengan kebutuhan

penduduk, (iii) lokasi penelitian dalam beberapa tahun terakhir menjadi fokus utama

pemerintah kota dan pemerintah provinsi untuk dikembangkan dan ditata ulang melalui

program revitalisasi.

Kota Banjarmasin memiliki luas 98,46 km² yang terdiri atas 5 Kecamatan, Yaitu

Kecamatan Banjarmasin Selatan seluas 38,27 km² (38,87%), Banjarmasin Timur seluas 23,86

km² (24,23%), Banjarmasin Barat seluas 13,13 km² (13,34%), Banjarmasin Tengah seluas

6,66 km² (6,76%) dan Banjarmasin Utara seluas 16,54 km² (16,80%) dengan total jumlah

kelurahan sebanyak 52 Kelurahan yang terbagi menjadi 118 Rukun Warga dan 1.552 Rukun

Tetangga pada tahun 2011.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota

Banjarmasin ini diharapkan mempunyai manfaat secara ilmiah maupun terapan. Manfaat

ilmiah dari penelitian ini berupa pengembangan pembahasan tentang perubahan pemanfaatan

ruang di Kota Banjarmasin khususnya di sepanjang tepian Sungai Martapura, dengan fokus

utama pembahasan tentang perubahan luas dan jenis penggunaan lahan serta faktor yang

mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang di sepanjang tepian Sungai Martapura Kota

Banjarmasin. Upaya identifikasi perubahan pemanfaatan ruang dan faktor yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

9

mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang, baik berupa faktor yang dapat diinterpretasi

dari peta citra satelit dan peta digital atau dari luar peta citra satelit dan peta digital

diharapkan dapat dilakukan langkah antisipasi terhadap pengaturan tata guna lahan di Kota

Banjarmasin khususnya di sepanjang tepian Sungai Martapura, mengingat sungai merupakan

keunggulan komparatif kota. Sedangkan manfaat terapan yang dapat diambil terhadap hasil

penelitian tentang perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura di Kota

Banjarmasin serta faktor yang mempengaruhinya diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam merumuskan kebijakan keruangan agar didapatkan hasil optimal.

Kajian terhadap perubahan pemanfaatan ruang sepanjang tepian Sungai Martapura Kota

Banjarmasin yang mendasarkan informasi dan interpretasi dari peta citra satelit multi waktu

diharapkan pula dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan kota bagi

upaya-upaya serupa di masa yang akan datang. Sebagai rekomendasi kepada pemerintah

mengenai pola perubahan pemanfaatan ruang di tepian Sungai Martapura dan pemanfaatan

ruang yang tidak konsisten agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan

evaluasi rencana tata ruang agar dapat menjadi lebih relevan terhadap kondisi yang ada

sekarang.

1.6. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang perubahan pemanfaatan ruang perkotaan memang telah banyak

dilakukan oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Bastoni (1998)

dengan studi kasus Kota Atas Semarang. Penelitian ini mengambil rentang waktu antara

tahun 1980 sampai tahun 1996. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

perkembangan dan perluasan wilayah kota terhadap pemanfaatan lahan serta mengetahui

pengaruh yang disebabkan oleh faktor fisikal kota terhadap pergeseran tata guna lahan di

sana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil

penelitian ini menunjukkan adanya pergeseran penggunaan lahan yang dipengaruhi oleh

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

10

faktor jaringan transportasi, selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah fasilitas umum

yang nmenjadi pusat kegiatan serta faktor kemiringan lereng atau kondisi bentang lahan

wilayah penelitian.

Penelitian lain tentang perubahan pemanfaatan ruang dilakukan oleh Koesalireni (1999)

dengan mengambil kasus pada kawasan hutan mangrove Teluk Benoa Propinsi Bali.

Penelitian ini mengambil rentang waktu antara tahun 1983 sampai tahun 1997. Penelitian ini

bertujuan untuk mengkaji perubahan pemanfaatan ruang yang terjadi di kawasan Teluk

Benoa, kemudian melakukan pengamatan dan menganalisis faktor apa yang menyebabkan

terjadinya perubahan pemanfaatan ruang di sana. Tujuan selanjutnya dari penelitian ini

adalah untuk mengakji dampak yang muncul setelahnya. Penelitian ini menggunaka metode

deskriptif kualitatif dengan teknik eksploratif dalam proses pengumpulan data primer. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pemanfaatan ruang terjadi dengan intensitas

yang terus meningkat dan berdampak terhadap kebutuhan sarana dan prasarana.

Penelitian tentang perubahan penggunaan selanjutnya dilakukan oleh Genep (2001)

yang bertujuan untuk mengidentifkasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

pemanfaatan lahan pada kawasan sempadan pantai di kawasan pariwisata Lovina, Buleleng,

Propinsi Bali. Penelitian ini mengambil rentang waktu antara tahun 1991 sampai tahun 2000.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan bersifat eksploratif dengan

metode pengumpulan data primer melalui observasi dan wawancara dan pemilihan responden

menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian diatas menunjukkan perubahan

guna lahan yang terjadi pada kawasan pariwisata Lovina dipengaruhi faktor-faktor antara lain

kurang efektifnya peran pemerintah dan lemahnya penegakan hukum, kurangnya

pemberdayaan masyarakat khususnya lembaga adat, minimnya pengetahuan dan pemahaman

terhadap peraturan serta keterlibatan pelaku ekonomi seperti pengusaha.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

11

Penelitian lain tentang perubahan pemanfaatan ruang dilakukan oleh Bijuri (2005)

dengan mengambil lokasi penelitian di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu pada sepanjang

jalan arteri yang menghubungkan Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru. Penelitian ini

mengambil rentang waktu antara tahun 1992 sampai tahun 2003. Penelitian ini bertujuan

untuk mengenali faktor-faktor penyebab tingginya perubahan guna lahan dari lahan tidak

terbangun (non-built up area) menjadi lahan terbangun (built up area) pada kiri dan kanan

jalan arteri yang menghubungkan dua kota tersebut di atas. Penelitian ini dilakukan dengan

metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan

alat bantu kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan pemanfaatan ruang

tergolong cepat dilihat dari Skala Likerts dengan pola memanjang, perubahan yang terjadi

dipengaruhi oleh faktor daya tarik jaringan jalan, aksesibilitas, dan posisi pusat kegiatan atau

dengan kata lain prospek bisnis.

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian perubahan pemanfaatan ruang kota dengan

fokus sepanjang kawasan Sungai Martapura Kota Banjarmasin dengan menggunakan bantuan

interpretasi peta citra satelit dan peta digital multi waktu untuk mengidentifikasi perubahan

jenis penggunaan lahan di sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2014, serta menganalisis dan menjelaskan faktor yang

mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruang di sepanjang tepian sungai masih belum pernah

dilakukan sebelumnya. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya antara lain terletak pada

beberapa unsur utama penelitian, yaitu : (i) lokasi penelitian, (ii) tahun penelitian, (iii) tahun

data yang diambil sebagai waktu perekaman, (iv) analisis data, dan (v) kesimpulan hasil

penelitian dan rekomendasi yang diajukan.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88647/potongan/S2-2015-342446-introduction.pdf · sistem informasi untuk pemanfaatan lahan tepi sungai

12

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat untuk mempermudah pemahaman terhadap penelitian

perubahan guna lahan sepanjang tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin. Lebih jelasnya

susunan sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang penelitian yang dimulai dari sejarah

dan perkembangan perencanaan tata guna lahan, pengelolaan sungai, tinjauan historis Kota

Banjarmasin, perumusan masalah, lokasi wilayah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II. Tinjauan Pustaka, bab ini membahas berbagai tinjauan teoritis dari beberapa

literatur tentang penggunaan lahan dan tentang sungai yang akan digunakan sebagai

pendekatan dalam melakukan analisis terhadap perubahan guna lahan di tepian Sungai

Martapura Kota Banjarmasin.

Bab III. Metodologi Penelitian, bab ini berisi tentang metode penelitian yang

digunakan, penentuan lokasi penelitian, metode pengambilan data penelitian, dan metode

analisis data.

Bab IV. Gambaran Umum Wilayah, bab ini berisi tentang gambaran umum wilayah

dan gambaran khusus lokasi penelitian.

Bab V. Hasil Temuan di Lapangan, bab ini berisi tentang hasil temuan di lapangan

yang diperoleh melalui pengumpulan data dan hasil analisis data.

Bab VI. Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisi tentang kesimpulan hasil

analisis penelitian yang digunakan dan rekomendasi sebagai respon terhadap kesimpulan

yang diperoleh.