Upload
nguyenque
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Universitas Kristen Maranatha1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur
secara merata akan menghadapi banyak tantangan. Cara yang dapat dilakukan untuk
menghadapi tantangan-tantangan tersebut adalah dengan bertumpu pada kemampuan
bangsa sendiri. Semua potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia harus digali dan
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Salah satu potensi yang menunjang keberhasilan
pembangunan adalah pajak. Oleh sebab itu, pajak dijadikan andalan bagi
penerimaan negara sebagaimana tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Mengamati perkembangan komposisi APBN dari waktu ke waktu,
posisi dan peranan pajak bagi pemenuhan kebutuhan negara menjadi semakin vital.
Pentingnya pendapatan dari pajak dapat dilihat dalam persentase sumbangan
perolehan pajak bagi APBN yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Aparat perpajakan yang handal dalam melaksanakan tugasnya, dan kesadaran wajib
pajak dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak dapat mewujudkan penerimaan
pajak yang optimal. Salah satu syarat untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah
ketertiban administrasi, karena ketertiban administrasi merupakan landasan dan titik tolak
untuk ketertiban lainnya. Soemitro (1997) mengatakan bahwa usaha untuk memperbesar
penerimaan negara di sektor perpajakan antara lain dilakukan melalui:
1. Perluasan Wajib Pajak
2. Perluasan jenis dan besarnya penghasilan yang dikenakan pajak, baik pajak atas
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN | 2
pendapatan, pajak atas konsumsi, maupun pajak kekayaan
3. Penyempurnaan tarif pajak
4. Penyempurnaan administrasi pungutan pajak yang baik dan akurat
Menurut Hutagaol (2005), didalam self assessment system, fungsi pemerintah
dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak adalah memfasilitasi agar sistem perpajakan berjalan
dengan baik. Direktorat Jenderal Pajak berperan dalam memberikan penyuluhan perpajakan,
pelayanan perpajakan, dan pengawasan perpajakan. Pelayanan di bidang perpajakan
dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan kepastian bagi wajib pajak
didalam pemenuhan kewajiban dan haknya dibidang perpajakan.
Menurut Gunadi (2004), administrasi perpajakan harus dapat meningkatkan
kepatuhan pembayar pajak. Administrasi perpajakan pada prinsipnya merupakan
sistem yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku aparat serta tata nilai organisasi,
sehingga dapat menjadikan Direktorat Jenderal Pajak suatu institusi profesional
dengan citra yang baik di masyarakat.
Langkah-langkah perbaikan administrasi diharapkan dapat mendorong
kepatuhan wajib pajak melalui dua cara yaitu:
1. Wajib pajak patuh karena mendapatkan pelayanan yang baik, cepat, dan
menyenangkan serta pajak yang mereka bayar akan bermanfaat bagi
pembangunan bangsa.
2. Wajib pajak akan patuh karena mereka berpikir akan mendapat sanksi berat akibat
pajak yang tidak dilaporkan terdeteksi oleh sistem informasi, administrasi
perpajakan, serta kemampuan crosschecking informasi dengan instansi lain.
Menurut Bird dan Jantscher (1992), masalah pokok dalam administrasi
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN | 3
perpajakan adalah kesenjangan, bukan mengenai penerimaan. Kesenjangan ini
menyangkut kesenjangan kepatuhan, yakni kesenjangan antara pajak yang
seharusnya dibayar dan realisasi pajak yang dibayarkan oleh masyarakat. Hasil
penelitian terhadap kesenjangan tersebut menyimpulkan bahwa keberhasilan
pemenuhan pajak ditentukan oleh semakin kecilnya kesenjangan kepatuhan
tersebut.
Diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan pada tahun 1983 sebagaimana
telah diubah pada tahun 2000, dimana sistem pemungutan pajak yang semula official
assessment diubah menjadi self assessment. Self assessment merupakan sistem pemungutan
pajak dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, melapor, dan membayar
pajaknya sendiri pada waktu yang telah ditentukan. Melalui sistem self assesment,
wajib pajak dituntut kesadarannya untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dengan
baik dan benar sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku. Pemberian informasi dan
penyuluhan mengenai ketentuan perpajakan yang berlaku, baik ketentuan mengenai
hak maupun kewajiban wajib pajak dapat membuat wajib pajak melaksanakan tugasnya
dengan baik dan benar. Oleh karena itu, pelayanan dalam memberikan informasi dan
penyuluhan serta pelayanan akan hak dan kewajiban wajib pajak merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
Penelitian yang berhubungan dengan masalah pelayanan pajak yang penulis
ketahui telah dilakukan sebelumnya, yaitu oleh Siregar (2006). Perbedaan penelitian
sekarang dengan penelitian sebelumnya terdapat pada penggunaan objek dan tahun
yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, pelayanan mengenai hak dan kewajiban wajib
pajak merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN | 4
pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak tersebut kemudian
akan mempengaruhi tingkat penerimaan pajak yang masuk ke dalam kas negara
sebagai dana untuk pembangunan negara. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei dilakukan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung Bojonagara).”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang penelitian
maka penulis tertarik untuk membahas masalah-masalah yang secara rinci dapat
dijelaskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kinerja pelayanan pajak jika dilihat dari kepatuhan wajib
pajak?
2. Bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya?
3. Apakah terdapat pengaruh positif antara kualitas pelayanan pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui kinerja pelayanan pajak jika dilihat dari kepatuhan wajib
pajak.
2. Mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban
perpajakannya.
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN | 5
3. Mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara kualitas pelayanan
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi penulis, dapat memberikan pemahaman yang cukup baik mengenai
bagaimana pengaruh dari kualitas pelayanan pajak terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak.
2. Bagi KPP, dapat memberikan masukan, sumber pemikiran, sumbang saran
mengenai pelayanan pajak.
3. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi atau perbandingan dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini akan diuraikan secara singkat tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelititian, kegunaan penelitian,
keterbatasan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bab ini berisi pengertian dan definisi pelayanan, pengertian dan definisi
kualitas, pengertian dan definisi kualitas jasa (pelayanan), dimensi kualitas
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN | 6
jasa, proses penilaian kualitas jasa, pajak dan pelayanan publik, serta
kepatuhan perpajakan.
Bab III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu
meliputi model analisis, definisi operasional variabel, jenis dan sumber
data, metode pengumpulan data, populasi, sampel, dan analisis data.
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
• Menguraikan hasil pengolahan atau penganalisisan data untuk menjawab
pertanyaan penelitian (identifikasi masalah).
• Sejauh mana interpretasi dan evaluasi implikasi dari hasil dugaan
(hipotesis) yang telah dilakukan.
Bab V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN
• Kesimpulan
Pada bab ini menjawab identifikasi masalah dan penegasan kembali hal-
hal yang ditemukan dalam pembahasan masalah.
• Saran
Langkah-langkah yang dapat ditempuh sebagai implikasi dari
temuan/simpulan yang diperoleh, saran-saran spesifik sesuai dengan
masalah yang dibahas pada objek penelitian, serta saran-saran ilmiah
yang dapat mendorong pengembangan penelitian selanjutnya.
• Keterbatasan Penelitian
Menyebutkan keterbatasan-keterbatasan dari penelitian yang dilakukan
oleh penulis.
Universitas Kristen Maranatha7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Pengertian Kualitas
Beberapa ahli mengemukakan definisi kualitas, sebagai berikut:
1. (Goetsch dan Davis, 2005:10)
Kualitas didefinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan.
2. (Kotler, 2007:180)
Kualitas didefinisikan sebagai keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa
yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan
maupun yang tersirat.
3. (Lovelock, 2008:88)
Kualitas sebagai tingkat mutu yang diharapkan, dan pengendalian keragaman
dalam mencapai mutu tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas, penulis
menyimpulkan bahwa kualitas adalah tingkat mutu yang diharapkan dari suatu
barang atau jasa dalam usaha memenuhi kebutuhan.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |8
2.2 Kualitas Jasa
2.2.1 Pengertian Kualitas Jasa
Menurut Gronroos (1990: 31), kualitas jasa merupakan hasil persepsi dan
perbandingan antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual jasa atau layanan. Ada dua
komponen yang harus dijembatani dalam perspektif kualitas jasa yaitu jasa yang
diharapkan (expected service) dan jasa yang diterima (perceived service). Apabila jasa
yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa
dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan
pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Jika jasa yang
diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas dipersepsikan buruk.
(Tung, 1997: 3).
2.2.2 Dimensi Kualitas Jasa
Menurut Parasuraman, et al. (1996), terdapat lima dimensi yang digunakan
dalam menilai suatu kualitas pelayanan, yaitu:
1. Wujud fisik (Tangibles)
Bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam melanjutkan eksistensinya
kepada pihak eksternal, yang meliputi fasilitas fisik (sarana dan prasarana).
2. Kehandalan (Reliability)
Kehandalan merupakan kemampuan untuk memberikan jasa seperti yang
dijanjikan dengan akurat dan terpercaya sesuai yang diharapkan pelanggan
yang tercermin dari ketepatan waktu, serta layanan yang sama untuk semua
orang.
3. Ketanggapan (Responsiveness)
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |9
Daya tangkap merupakan suatu kemauan untuk membantu dan memberikan
pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan pelayanan
informasi yang jelas.
4. Jaminan (Assurance)
Dimensi assurance merupakan kemampuan perusahaan dalam menumbuhkan
kepercayaan konsumen pada perusahaan menyangkut jasa yang diberikannya.
Beberapa komponen yang dapat digunakan untuk mengukur antara lain
komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan sopan santun.
5. Empati (Empathy)
Dimensi emphaty merupakan kemampuan memberikan perhatian yang tulus dan
bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para konsumen dengan
berupaya memahami keinginan konsumen. Suatu perusahaan diharapkan
memiliki pengertian dan pengetahuan tentang konsumen dan memahami
kebutuhan konsumen secara spesifik.
2.2.3 Proses Penilaian Kualitas Jasa
Proses penilaian kualitas jasa dimulai sebelum pelanggan berinteraksi dengan
penyedia jasa. Pelanggan melakukan penilaian penjajakan untuk mempertimbangkan
tingkat kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi kebutuhannya. Sejak penilaian
terbentuk, maka terbentuk pula jasa yang diharapkan (expected service) dipikiran
konsumen.
Faktor utama yang mempengaruhi expected service (Zeithaml, 1996: 23):
1. Word of Communication (WOM)
Kabar dari mulut ke mulut tentang pengalaman orang lain dan reputasi penyedia
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |10
jasa menjadi pembanding bagi konsumen untuk mengevaluasi alternatif penyedia
jasa.
2. Personal needs
Personal needs merupakan faktor terkait yang akan membentuk harapan
konsumen.
3. Past experience
Past experience merupakan faktor terkait yang akan membentuk harapan
konsumen.
4. External communication
Komunikasi eksternal berupa janji penyedia jasa juga mempengaruhi jasa yang
diharapkan.
Pelanggan datang dengan jasa yang diharapkan (expected service) dan
berinteraksi dengan sistem operasional jasa untuk membeli atau mengkonsumsi jasa.
Pada tahap ini, dalam benak pelanggan akan terbentuk persepsi tentang jasa yang
diberikan (perceived service). Perbedaan antara expected service dan perceived service ini
yang akan membentuk kualitas jasa di mata pelanggan.
2.3 Pengertian Pelayanan
Beberapa ahli mengemukakan definisi pelayanan, sebagai berikut:
1. Menurut Tjiptono (1996)
Jasa (pelayanan) adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud
dan tidak menghasilkan pemilikan.”
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |11
2. (Boediono, 2003: 60)
Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara
tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta
kepuasan dan keberhasilan.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa jasa (layanan) adalah
proses interaksi antara pelanggan dengan instansi pemberi jasa yang bertujuan untuk
memberikan kepuasan kepada pelanggan melalui pemenuhan ekspektasi pelanggan.
2.4 Pajak
2.4.1 Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2002:1): “Iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.”
Pengertian pajak menurut pasal 1 UU No.28 tahun 2007 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan adalah: “Kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
undang dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas, penulis
menyimpulkan bahwa pajak merupakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
yang dibayarkan kepada negara untuk penyelenggaraan pemerintahan. Negara wajib
menyediakan pelayanan publik kepada wajib pajak untuk terselenggaranya
pemenuhan kewajiban pajak. Penyelenggara pelayanan publik ini adalah Direktorat
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |12
Jenderal Pajak (DJP), dan karena itu Direktorat Jenderal Pajak bertanggung jawab
terhadap kualitas layanan yang diberikan kepada wajib pajak. Melalui kualitas
layanan ini diharapkan wajib pajak merasa puas dan dapat memenuhi kewajiban
pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta dapat meningkatkan penerimaan
negara melalui sektor pajak.
2.4.2 Jenis Pajak
Jenis - jenis pajak menurut Soemitro (2001 : 68) sebagai berikut:
1. Jenis pajak berdasarkan pihak yang menanggung
a. Pajak Langsung, adalah pajak yang pembayarannya harus ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Contoh : PPh, PBB.
b. Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang pembayarannya dapat
dialihkan kepada pihak lain. Contoh : Pajak Penjualan, PPN, PPn-BM,
Bea Materai dan Cukai.
2. Jenis pajak berdasarkan pihak yang memungut
a. Pajak Negara atau Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat. Contoh : PPh, PPN, PPn dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah.
Contoh: Pajak tontonan, pajak reklame, PKB (Pajak Kendaraan
Bermotor) PBB, Iuran kebersihan, retribusi terminal, retribusi parkir,
retribusi galian pasir.
3. Jenis pajak berdasarkan sifatnya
a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang memperhatikan kondisi/keadaan
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |13
wajib pajak. Penentuan besarnya pajak harus didasarkan pada alasan-
alasan objektif yang berhubungan erat dengan kemampuan membayar
wajib pajak. Contoh : PPh.
b. Pajak Objektif, adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : PPN, PBB, PPn-BM.
2.4.3 Fungsi Pajak
Pajak bagi Indonesia mempunyai fungsi yang sangat penting (Waluyo dan
Wirawan, 2002 : 8), antara lain :
1. Fungsi Anggaran (budgertair), kegunaan pajak sebagai alat untuk memasukan
dana secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan
yang berlaku, jadi pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
negara terkait proses pemerintahan.
2. Fungsi mengatur (regulerend), yaitu suatu fungsi dimana pajak diperguanakan
oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, dan merupakan
fungsi tambahan, jadi sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak.
3. Fungsi Stabilitas, yaitu dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana
untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengatur
peredaran uang dimasyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang
efektif dan efisien.
4. Fungsi retribusi pendapatan, pajak yang sudah dipungut oleh negara akan
digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk untuk
membiayai pembangunan.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |14
2.5 Pengertian Kepatuhan
Pengertian kepatuhan secara terminologi berarti taat, patuh, dan disiplin
terhadap perintah/aturan dan sebagainya. Wajib pajak yang patuh merupakan wajib
pajak yang taat dalam memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan wajib
pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi sistem administrasi
perpajakan suatu negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan,
pemeriksaan pajak, dan tarif pajak.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003,
Wajib Pajak dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak patuh yang dapat diberikan
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila memenuhi semua
syarat sebagai berikut:
1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 2
tahun terakhir.
2. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih dari
3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut.
3. SPT Masa yang terlambat tersebut disampaikan tidak lewat dari batas waktu
penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya.
4. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak
1) Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak
2) Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang
diterbitkan 2 (dua) masa pajak terakhir
5. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |15
perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.
6. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang
pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.
1) Dalam hal laporan keuangan tidak diaudit oleh Akuntan Publik, maka
wajib pajak harus mengajukan permohonan tertulis paling lambat 3 bulan
sebelum tahun buku berakhir, untuk dapat ditetapkan sepanjang
memenuhi syarat pada huruf a sampai huruf e, ditambah syarat:
- Dalam 2 (dua) tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 UU KUP
- Apabila dalam 2 (dua) tahun terakhir terhadap wajib pajak pernah
dilakukan pemeriksaan pajak, maka koreksi fiskal untuk setiap jenis
pajak yang terutang tidak lebih dari 10% (sepuluh persen).
2.6 Pengertian Wajib Pajak
Menurut beberapa sumber, definisi wajib pajak adalah sebagai berikut:
1. Soemitro (2004: 59)
Wajib pajak adalah subjekpajak yang memenuhi syarat-syarat objektif, jadi
memenuhi tabestand yang ditentukan oleh undang- undang, yaitu dalam
rangka UU PPh 1984, menerima atau memperolah penghasilan kena pajak,
yaitu penghasilan yang melebihi pendapatan tidak kena pajak bagi wajib
pajak dalam negeri.
2. Menurut Undang undang No. 28 Tahun 2007
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |16
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.”
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli, maka penulis
menyimpulkan bahwa wajib pajak merupakan orang pribadi maupun badan yang
memiliki kewajiban untuk membayar pajak sesuai dengan undang-undang pajak
yang berlaku.
2.7 Layanan Pajak sebagai Layanan Publik
Pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi atau
lembaga lain yang tidak termasuk badan usaha swasta, yang berorientasi pada laba.
Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat sebagai
pelanggan merupakan perwujudan dan fungsi aparatur sebagai abdi masyarakat dan
abdi negara. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan
kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang
dapat dipertangungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus. Ruang
lingkup pelayanan publik yang diberikan pemerintah meliputi: melayani,
mengayomi, dan menumbuhkan peran serta masyarakat dalam pembangunan.
Menurut Boediono (2003: 60), hakikat pelayanan publik (umum) adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan instansi
pemerintah di bidang pelayanan umum.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |17
b. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan
sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna
dan berhasil guna (efisien dan efektif).
c. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat
dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
Bentuk layanan dan bantuan yang diberikan oleh Kantor Pajak kepada wajib
pajak dijelaskan oleh James. B. Horn (2000: 10-12) sebagai berikut:
1. Informasi dan Penyuluhan Pajak
Dalam rangka memberikan informasi dan penyuluhan, instansi ajak
(Direktorat Jenderal Pajak) secara rutin menerbitkan surat edaran yang
menjelaskan tentang aturan pelaksanaan undang-undang pajak. Direktorat
Jenderal Pajak juga secara aktif mengingatkan wajib pajak terhadap
kewajibannya, yaitu: menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melapor kewajiban perpajakannya sebelum jatuh tempo.
2. Menargetkan Penyuluhan Pajak
Tujuan dari penyuluhan pajak adalah agar wajib pajak memperoleh informasi
yang akurat dan relevan sehingga bermanfaat dan dapat dimengerti.
Penyuluhan pajak terutama ditargetkan pada wajib pajak yang tingkat
kepatuhannya masih rendah.
3. Formulir Pajak
Tugas instansi pajak adalah untuk menerjemahkan peraturan perundang-
undangan pajak yang kompleks menjadi jelas dan mudah dimengerti.
Formulir pajak harus lebih ditekankan untuk membantu wajib pajak
mengidentifikasi dan menghimpun informasi yang relevan.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |18
4. Membantu wajib pajak
Tugas instansi pajak adalah membantu wajib pajak untuk memnuhi kewajiban
perpajakannya dan mengurangi kesalahan dalam penerapannya. Petugas pajak
harus diberi pelatihan dan peralatan yang memadai seperti alat komunikasi
dan perangkat komputer sehingga petugas pajak dapat membantu dan
melayani wajib pajak serta menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh
wajib pajak.
Tugas pelayanan pajak dilaksanakan ditempat pelayanan terpadu, dibawah
pengawasan langsung Kepala Seksi Tata Usaha Perpajakan. Tapi, pada prinsipnya
seluruh aparat perpajakan dapat melakukan tugas pelayanan perpajakan kepada
masyarakat. Untuk ketertiban pelayanan perpajakan kepada wajib pajak serta adanya
pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas, khusus untuk pelayanan
pendaftaran wajib pajak dan penerimaan seluruh laporan kewajiban wajib pajak yang
bersifat formal, dilaksanakan di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).
2.8 Pengertian Kantor Pelayanan Pajak
Berdasarkan Keppres No. 84 tahun 2001 pasal 29, Kantor Pelayanan Pajak
adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak. Kantor Pelayanan Pajak mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,
pengawasan administratif, dan pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajak di
bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |19
2.9 Rerangka Pemikiran
Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang
sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai negara dan
pembangunan nasional. Mengamati perkembangan komposisi APBN dari waktu ke
waktu, posisi dan peranan pajak bagi pemenuhan kebutuhan negara menjadi semakin
vital. Pentingnya pendapatan dari pajak ini dapat dilihat dalam persentase sumbangan
perolehan pajak bagi APBN yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pajak merupakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dibayarkan
kepada negara untuk penyelenggaraan pemerintahan. Negara wajib menyediakan
pelayanan publik kepada wajib pajak untuk terselenggaranya pemenuhan kewajiban
perpajakan. Penyelenggara pelayanan publik ini adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP),
dan karena itu DJP bertanggung jawab terhadap kualitas layanan yang diberikan kepada
wajib pajak. Melalui kualitas layanan ini, diharapkan wajib pajak merasa puas dan dapat
memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga tingkat
kepatuhan wajib pajak meningkat yang pada akhirnya dapat juga meningkatkan
penerimaan negara melalui sektor pajak.
Keberhasilan dari pemungutan pajak ditentukan oleh tingkat kesadaran wajib
pajak, kepatuhan wajib pajak, dan juga kualitas dari KPP. Kualitas tersebut dapat dilihat
dari kemampuan KPP dalam menanggapi segala permasalahan di dalam masyarakat yang
berkaitan dengan masalah perpajakan, terampil dalam memberikan pelayanan kepada
wajib pajak, serta cepat dan cermat dalam melaksanakan tugas pelayanan dan pembinaan
kepada masyarakat/wajib pajak.
Sebagai salah satu instansi pemerintah dibawah Departemen Keuangan,
Direktorat Jenderal Pajak menyadari pentingnya peningkatan kualitas pelayanan.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |20
Berbagai upaya dilakukan oleh Dikrektorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan kualitas
layanan secara terus menerus baik dari segi kelembagaan, ketatalaksanaan, sumber daya
manusia dan sistem akuntabilitas. Salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan adalah dengan memberlakukan Kode Etik Pegawai Direktorat
Jenderal Pajak sebagai standar perilaku para karyawan.
KPP mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan kepuasan wajib pajak.
Segala keluhan dan kritik yang diperoleh dari wajib pajak harus ditindaklanjuti dan
diperbaiki sehingga wajib pajak merasa puas atas kualitas layanan yang diberikan.
Kemampuan dalam memberikan pelayanan prima akan mendorong kesadaran
masyarakat bahwa pajak memegang peranan penting. Pajak sebagai andalan utama dalam
pembiayaan pembangunan akan semakin disadari sebagai hal yang perlu didukung
keberhasilannya.
Gambar 2.1
Bagan Rerangka Pemikiran
Kualitas
Pelayanan
Kepatuhan
Wajib Pajak
Wajib
Pajak
Kantor
Pelayanan
Pajak
(KPP)
Direktorat
Jenderal
Pajak
Kode Etik
Pegawai
Direktorat
Jenderal Pajak
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I K A J I A N P U S T A K A , R E R A N G K A P E M I K I R A N ,
D A N P E N G E M B A N G A N H I P O T E S I S |21
2.10 Hipotesis Penelitian
menyatakan tidak adanya pengaruh antara variabel X dan variabel Y
sedangkan menyatakan adanya pengaruh antara variabel X dan variabel Y.
Adapun rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
: Kualitas pelayanan pajak tidak memiliki pengaruh dalam meningkatkan
kepatuhan wajib pajak.
: Kualitas pelayanan pajak memiliki pengaruh dalam meningkatkan kepatuhan
wajib pajak.
Universitas Kristen Maranatha22
BAB II I
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada wajib pajak pribadi yang terdaftar di KPP
Pratama Bandung Bojonagara.
3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Bojonagara
Instansi pajak di Indonesia sudah ada sejak zaman pemerintahan Belanda.
Pada waktu itu peraturan-peraturan masih menggunakan peraturan Belanda. Instansi
pajak di Indonesia mula-mula bernama “De Inspective finantien”, yaitu badan yang
mengurus soal-soal pemasukan pungutan pajak rakyat berdasarkan undang-undang
Belanda. Suatu jawatan Jepang yang mengurus soal-soal keuangan pada masa
pemerintahan Indonesia “Zaimuba” pada tanggal 17 Agustus 1945 diganti menjadi
kantor Inspeksi Pajak. Pada waktu itu agresi militer I tanggal 12 Juli 1947.
Gedung inspeksi yang berada di Concordia tepatnya di Gedung Merdeka
kemudian dipindahkan ke daerah Bandung Selatan. Perpindahan ini dikarenakan
adanya suatu demarkasi dalam peperangan, pada waktu pihak Belanda menguasai
daerah sebelah utara garis batas jalan rel kereta api yang memanjang dari barat ke
timur.
Pada waktu itu Belanda menguasai kantor keuangan yang kedua-duanya
dipindahkan ke suatu tempat yang sekarang menjadi Rumah Sakit Immanuel,
kemudian waktu pasukan Indonesia mundur ke sebelah selatan lagi maka personil
administrasi Kantor Inspeksi Keuangan dipindahkan lagi ke Tasikmalaya dengan
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 23
personil yang masing-masing membentuk kelomppok yang berbeda yaitu:
1. Kelompok Cooperative, yaitu kelompok yang mau bekerjasama dengan
Belanda dan tidak ikut pindah ke Tasikmalaya tetapi tetap berkedudukan di
Bandung.
2. Kelompok Non-Cooperative, yaitu kelompok personil yang ikut ke
Tasikmalaya karena tidak mau bekerjasama dengan Belanda.
Pada tanggal 17 Desember Inspeksi Keuangan Belanda dengan keputusan
Menteri Keuangan diganti menjadi Inspeksi Pajak Bandung. Berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 141 / KMK.01 / 1979 tanggal 6 April 1979 Inspeksi Pajak
Bandung mulai 1 Januari 1980 dipecah menjadi yaitu:
1. Inspeksi Pajak Bandung Timur yang beralamatkan di jalan Asia Afrika nomor
114 Bandung.
2. Inspeksi Pajak Bandung Barat yang beralamatkan di Purnawarman nomor 21
yang kemudian pada tanggal 1 Januari 1981 pindah menempati gedung baru
yang beralamatkandi jalan Soekarno Hatta sampai saat ini.
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor 94 / KMK.01 / 1994
tanggal 29 Maret 1994 terjadi reorganisasi pada Direktorat Jendral Pajak, semula
kantor Pelayanan Pajak yang ada di Kotamadya dan Kabupaten Bandung yang terdiri
dari empat Kantor Pelayanan Pajak antara lain tiga Kantor Pelayanan Pajak di Kodya
Bandung yaitu:
1. KPP Bandung Barat di Jalan Soekarno Hatta No.216 Bandung
2. KPP Bandung Timur di Jalan Kiaracondong No.372 Bandung
3. KPP Bandung Tengah di Jalan Purnawarman No.21 Bandung
4. KPP Bandung Cimahi di Cimahi
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 24
Kemudian dipecah lagi menjadi lima Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
1. KPP Pratama Bandung Tegallega di Jalan Soekarno Hatta No.216 Bandung
2. KPP Pratama Bandung Karees di Jalan Kiaracondong No.372 Bandung
3. KPP Pratama Bandung Cibeunying di Jalan Purnawarman No.21 Bandung
4. KPP Pratama Bandung Bojonagara di Jalan Ir. sutami No. 1 Bandung
5. KPP Pratama Cimahi di Cimahi
Selanjutnya pada akhir tahun 2007, dilakukan modernisasi dan penggabungan
antara Kantor Pelayanan Pajak, Kantor, Kantor Pemeriksa Pajak, Kantor Penyuluhan
Pajak dan Kantor Pajak Bumi dan Bangunan di lingkungan kantor wilayah Pajak
Jawa Barat 1, sehingga terbentuk 15 Kantor Pajak Pratama, yang diantaranya adalah
Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonagara yang beralamat di Jalan Asia Afrika
No.114 Bandung yang kemudian pindah ke alamat Jalan Ir. Sutami No. 1 Bandung.
3.1.2 Visi dan Misi KPP Pratama Bojonagara
3.1.2.1 Visi
Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dapat dipercaya masyarakat dengan
integritas dan profesionalisme yang tinggi.
3.1.2.2 Misi
Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan undang-undang
perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan anggaran
pendapatan dan belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif
dan efisien.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 25
3.1.3 Struktur Organisasi KPP Pratama
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 26
3.1.4 Tugas dan Fungsi Organisasi
Adapun tugas dan fungsi pada masing-masing seksi di KPP Pratama Bandung
Bojonagara adalah sebagai berikut :
• Sub Bagian Umum
Melakukan tugas dan fungsi urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan
rumah tangga.
• Seksi Pengawasan dan konsultasi
Seksi ini melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas ,
• Seksi Pusat Data dan Informasi
Seksi ini melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data,
pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman
dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan
aplikasi e-SPT dan e-filling, serta penyiapan laporan kerja.
• Seksi Pelayanan
Melakukan tugas sebagai penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas administrasi,
penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan serta penerimaan surat
lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak,
pelaksanaan ekstensifikasi serta melakukan kerjasama perpajakan.
• Seksi Penagihan
Seksi ini melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan
angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 27
pajak, serta penyimpangan dokumen-dokumen penagihan, serta administrasi
penagihan lainnya.
• Seksi Ekstensifikasi
Memilki tugas dalam hal pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan
kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan berlaku.
• Seksi Pemeriksaan
Seksi ini melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah
pemeriksaan pajak, serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
• Kelompok Fungsional
Kelompok ini melakukan pemeriksaan pajak, yang meliputi pemeriksaan
lengkap, pemeriksaan sederhana, dan pemeriksaan dalam rangka penagihan.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara pengaturan atau pemeriksaan sesuatu
untuk mencari kebenaran secara ilmiah yang didasarkan pada data yang diperlukan.
Sebagaimana dikemukakan Surakhmad (1995: 131) sebagai berikut: “Metoda
merupakan suatu alat utama yang dipergunakan dalam mencapai suatu tujuan
misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan teknik serta alat tertentu, cara
ini diperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi
penyelidikan.”
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan
metode deskriptif analitis dengan pendekatan verfikatif. Metode deskriptif analitis
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 28
adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu
kondisi, suatu sistem maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1999: 63-64). Penelitian verifikatif
merupakan penelitian untuk meneliti hubungan antar variabel, kemudian dianalisa
menggunakan analisa statistik dan diambil kesimpulan (Consuelo, 1988).
3.2.1 Variabel Operasional
Menurut (Sugiyono, 2004: 2), variabel merupakan gejala yang menjadi fokus
peneliti untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek
yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu.
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk mengetahui jenis dan indikator
dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Dari judul penelitian yang
telah dikemukakan, maka di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
terjadinya perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan pajak.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kepatuhan wajib pajak.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 29
Tabel I
Indikator Variabel Independen dan Dependen
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator Skala
X
(Kualitas
Pelayanan)
Service
Quality
Tangible
Reliability
Responsiveness
Assurance
- Sarana (gedung):
kenyamanan dan
kebersihan.
- Prasarana : kursi yang
tersedia bagi wajib
pajak, komputer
(teknologi informasi
terkini yang
mengintegrasikan
antar fungsi yang
ada), dll.
- Tepat waktu:
Ketepatan waktu
dalam memberikan
pelayanan.
- Pelayanan yang sama
untuk semua
pelanggan tanpa
kesalahan
- Sikap dan perilaku
yang simpatik :
keramahan, sopan
santun, dan tingkah
laku petugas.
- Daya tangkap yg
baik: daya tangkap
terhadap
permasalahan/keluhan
dari wajib pajak.
- Responsif: kecepatan
petugas dalam
melayani wajib pajak
- Komunikasi: tingkat
peyampaian informasi
tentang pajak dari
petugas kepada wajib
pajak.
- Keamanan: keamanan
baik di tempat parkir
Ordinal
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 30
Empathy
maupun di tempat
pelayanan terpadu
(TPT).
- Kompetensi:
pengetahuan petugas
pajak.
Kepedulian serta
perhatian kepada WP:
peduli dan perhatian
terhadap permasalahan/
keluhan/kesulitan yang
dihadapi wajib pajak.
Y
(Kepatuhan
Wajib
Pajak)
Kepatuhan
WP dalam
pemenuhan
kewajiban
perpajakan
formal dan
material
Tanggal
pembayaran
pajak
Pembayaran
pajak
Penghitungan
pajak
- Wajib pajak tepat
waktu dalam
melaporkan pajak
- Wajib pajak tepat
waktu dalam
membayar pajak
terutangnya
- Wajib pajak
membayar kewajiban
pajaknya sesuai
dengan ketentuan
pajak yang berlaku
- Wajib pajak tidak
mempunyai
tunggakan pajak
- Wajib pajak akurat
dalam menghitung
sendiri jumlah pajak
terutang yang harus
dibayar
- Kejujuran wajib pajak
dalam melakukan
penghitungan sendiri
atas pajak terutangnya
Ordinal
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 31
Variabel di atas akan diukur dengan ukuran ordinal dan menggunakan Skala
Likert. Menurut (Jogiyanto, 2004: 66), Skala Likert digunakan untuk mengukur
respon subyek ke dalam 5 poin skala dengan interval yang sama. Setiap nilai yang
diberikan wajib pajak terhadap kuesioner pengukuran ekspektasi dan persepsi
memiliki arti tersendiri. Pemberian arti bertujuan untuk mengurangi terjadinya bias
atau ambigu yang mungkin dirasakan wajib pajak ketika memberi penilaian. Skala
penilaian yang digunakan dan arti penilaian yang diberikan wajib pajak dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel II
Skala Likert
No. Jawaban Nilai Skor
1 Sangat Tidak Setuju 1
2 Tidak Setuju 2
3 Ragu-ragu/Netral 3
4 Setuju 4
5 Sangat Setuju 5
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Studi kepustakaan.
Penulis mencari dan membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan.
b. Studi lapangan, yaitu dengan pembuatan kuesioner.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner dengan
pertanyaan tertutup agar jawaban yang diperoleh dari responden yaitu wajib
pajak pribadi dapat diolah secara kuantitatif.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 32
3.2.3 Populasi dan Sampel
3.2.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
wajib pajak pribadi yang terdaftar efektif dalam menyampaikan SPT Tahunan di
KPP Pratama Bandung Bojonagara yaitu sebanyak 34.000 wajib pajak pribadi.
3.2.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel penelitian meliputi sejumlah elemen (wajib pajak) yang
lebih besar dari persyaratan minimal 30 wajib pajak. Untuk mengetahui kinerja
pelayanan dan kepatuhan wajib pajak, diambil sampel sebanyak 100 responden.
Pengambilan sampel hanya 100 responden dikarenakan izin yang diperoleh penulis
dari KPP Pratama Bandung Bojonagara hanya sebanyak itu.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif ( data berupa
angka dan dapat dilakukan operasi matematika). Dalam penelitian ini, penulis
mendapatkan data dari dua sumber, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan
secara langsung pada objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini
adalah data yang didapat dari hasil kuesioner yang disebarkan dalam
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 33
penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut maupun
data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari studi kepustakaan, literatur-literatur, dan sumber-sumber data
sekunder lainnya di KPP Pratama Bandung Bojonagara yang digunakan
penulis sebagai bahan uji hipotesis sehingga relevan dengan masalah yang
diteliti.
3.4 Pengujian Data
3.4.1 Uji Validitas
Menurut (Ghozali, 2009: 49), validitas merupakan alat untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner
tersebut. Valid menunjukan derajat ketepatan, yaitu ketepatan antara data yang
sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.
Pengujian validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik koefisien korelasi
Rank Spearman. Teknik ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan dua variabel yang datanya berupa jenjang atau rangking.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 34
3.4.2 Uji Reliabilitas
Menurut (Ghozali, 2009: 45), reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel. Reliabel menunjukan derajat konsistensi
yaitu konsistensi data dalam interval waktu tertentu.
Kusioner dapat dikatakan andal atau reliabel jika memiliki koefisien
keandalan reliabilitas sebesar 0.6 atau lebih. Uji reliabilitas yang digunakan adalah
dengan menggunakan pendekatan Cronbach Alpha, jika alpha lebih kecil dari 0.6
maka dinyatakan tidak reliabel dan sebaliknya jika alpha lebih besar dari 0.6 maka
dinyatakan reliabel. Kriteria indeks koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel III
Kriteria Koefisien Reliabilitas
No. Interval Kriteria
1. ˂ 0.200 Sangat Rendah
2. 0.200 – 0.399 Rendah
3. 0.400 – 0.599 Cukup
4. 0.600 – 0.799 Tinggi
5. 0.800 – 1.00 Sangat Tinggi
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan verifikasi model regresi, serangkaian uji asumsi klasik
perlu dilakukan terlebih dahulu. Menurut Ghozali (2007), serangkaian uji asumsi
klasik merupakan syarat bagi sebuah model regresi untuk disebut sebagai sebuah
model empirik yang baik. Adapun serangkaian uji asumsi klasik yang dimaksudkan
adalah :
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 35
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
bebas dan terikat keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji ini
biasanya digunakan untuk mengukur data yang berskala ordinal, interval
ataupun rasio. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka
persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari distribusi yang
normal. Jika data tidak berdistribusi normal, jumlah sampel sedikit atau data
berskala nominal maka metode yang digunakan adalah statistik non-
parametrik.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2007). Suatu cara untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model dapat dengan melihat
matriks korelasi variabel-variabel independen atau melihat Variance
Inflation Factor (VIF). Pada umumya nilai cut off yang digunakan untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah VIF > 10.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varians konstan maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda
disebut heteroskedastisitas.
3.5.2 Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 36
variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel
penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata
populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen
yang diketahui (Gujarati,2003).
Persamaan regresi yang berasal dari data sampel dapat dibentuk dalam model
berikut:
Y = a + bX
3.6 Penetapan Tingkat Signifikansi
Tingkat signifikansi yang digunakan dalam pengujian nilai statistik sampel
dalam penelitian ini adalah sebesar 95% (a = 0,05) yang artinya kemungkinan besar
dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi
kesalahan sebesar 5%. Tingkat signifikansi ini dinilai cukup ketat dan cukup nyata
untuk mewakili hubungan antar variabel-variabel yang diteliti atau diuji.
3.7 Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel X, yaitu variabel independen
adalah kualitas pelayanan pajak. Sedangkan variabel Y, yaitu variabel dependen
adalah kepatuhan wajib pajak.
Adapun rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
0H : Kualitas pelayanan pajak tidak memiliki pengaruh dalam meningkatkan
kepatuhan wajib pajak
: Kualitas pelayanan pajak memiliki pengaruh dalam meningkatkan kepatuhan
wajib pajak.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I I I M E T O D E P E N E L I T I A N | 37
Hipotesis di atas berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara kualitas
pelayanan pajak dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak Masing-masing
hipotesis tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
• Ho tidak disimpulkan jika p ≤ 0,05
• Ho disimpulkan jika p ≥ 0,05
Universitas Kristen Maranatha
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Dasar Analisis Penelitian
Dalam memperoleh bukti mengenai pengaruh kualitas pelayanan pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak, maka penulis melakukan survei pada KPP Pratama
Bandung Bojonagara. Sampel yang di ambil adalah 100 responden, karena KPP
Pratama Bandung Bojonagara hanya memberikan izin untuk menyebarkan kuesioner
sebanyak 100 buah. Pernyataan yang dirancang dalam kuesioner (disajikan dalam
lampiran 1), terutama ditujukan untuk memperoleh masukan guna menguji hipotesis
yang telah dirumuskan.
4.2 Deskriptif Frekuensi Tanggapan Responden
4.2.1 Kualitas Pelayanan Pajak (X)
Tabel IV
Persentase Jawaban Responden Terhadap Kualitas Pelayanan Pajak
Sumber : Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 57 responden atau 57%
responden setuju bahwa kebersihan ruang tunggu di KPP Pratama Bandung
Bojonagara sudah mendukung.
kualitas1
Frequency Percent
Valid 2.00 2 2.0
3.00 12 12.0
4.00 57 57.0
5.00 29 29.0
Total 100 100.0
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 39
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 58 responden atau 58%
responden setuju bahwa kenyamanan ruang tunggu yang disediakan KPP Pratama
Bandung Bojonagara sudah mendukung.
kualitas3
Frequency Percent
Valid 2.00 2 2.0
3.00 26 26.0
4.00 56 56.0
5.00 16 16.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 56 responden atau 56%
responden setuju bahwa teknologi informasi yang disediakan sudah memadai.
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 38 responden atau 38%
kualitas2
Frequency Percent
Valid 1.00 1 1.0
2.00 8 8.0
3.00 15 15.0
4.00 58 58.0
5.00 18 18.0
Total 100 100.0
kualitas4
Frequency Percent
Valid 1.00 1 1.0
2.00 19 19.0
3.00 29 29.0
4.00 38 38.0
5.00 13 13.0
Total 100 100.0
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 40
responden setuju dan 13 responden atau 13% responden sangat setuju bahwa lama
waktu menunggu bagi wajib pajak untuk menerima pelayanan dari petugas sudah
mendukung.
kualitas5
Frequency Percent
Valid 2.00 7 7.0
3.00 32 32.0
4.00 45 45.0
5.00 16 16.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 45 responden atau 45%
responden setuju dan 16 responden atau 16% responden sangat setuju bahwa
pelayanan yang sama diberikan oleh petugas terhadap semua lapisan wajib pajak.
kualitas6
Frequency Percent
Valid 2.00 8 8.0
3.00 15 15.0
4.00 60 60.0
5.00 17 17.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 60 responden atau 60%
responden setuju bahwa keramahan petugas dalam memberikan pelayanan kepada
wajib pajak sudah mendukung.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 41
kualitas7
Frequency Percent
Valid 2.00 4 4.0
3.00 16 16.0
4.00 56 56.0
5.00 24 24.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 56 responden atau 56%
responden setuju bahwa sopan santun dari para petugas pajak dalam memberikan
pelayanan sudah mendukung.
kualitas8
Frequency Percent
Valid 2.00 5 5.0
3.00 26 26.0
4.00 51 51.0
5.00 18 18.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 51 responden atau 51%
responden setuju bahwa tingkah laku para petugas pajak dalam memberikan
pelayanan sudah mendukung.
kualitas9
Frequency Percent
Valid 2.00 4 4.0
3.00 33 33.0
4.00 42 42.0
5.00 21 21.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 42 responden atau 42%
responden setuju dan 21 responden atau 21% responden sangat setuju bahwa
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 42
kemampuan petugas dalam menangkap permasalahan yang disampaikan oleh wajib
pajak sudah maksimal.
kualitas10
Frequency Percent
Valid 2.00 7 7.0
3.00 36 36.0
4.00 37 37.0
5.00 20 20.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 37 responden atau 37%
responden setuju dan 20 responden atau 20% responden sangat setuju bahwa
kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak sudah
maksimal.
kualitas11
Frequency Percent
Valid 2.00 3 3.0
3.00 29 29.0
4.00 49 49.0
5.00 19 19.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 49 responden atau 49%
responden setuju dan 19 responden atau 19% responden sangat setuju bahwa tingkat
penyampaian informasi mengenai pajak yang diberikan oleh petugas sudah baik.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 43
kualitas12
Frequency Percent
Valid 2.00 20 20.0
3.00 22 22.0
4.00 38 38.0
5.00 20 20.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 38 responden atau 38%
responden setuju dan 20 responden atau 20% responden sangat setuju bahwa
keamanan yang disediakan di tempat parkir KPP Pratama Bandung Bojonagara
sudah mendukung.
kualitas13
Frequency Percent
Valid 2.00 3 3.0
3.00 23 23.0
4.00 60 60.0
5.00 14 14.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 60 responden atau 60%
responden setuju bahwa keamanan yang disediakan di ruang tunggu sudah
mendukung.
kualitas14
Frequency Percent
Valid 2.00 2 2.0
3.00 32 32.0
4.00 53 53.0
5.00 13 13.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 44
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 53 responden atau 53%
responden setuju bahwa tingkat pengetahuan petugas dalam memberikan pelayanan
pajak sudah maksimal.
kualitas15
Frequency Percent
Valid 1.00 1 1.0
2.00 6 6.0
3.00 28 28.0
4.00 47 47.0
5.00 18 18.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010 Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 47 responden atau 47%
responden setuju dan 18 responden atau 18% responden sangat setuju bahwa
kepedulian petugas terhadap permasalahan yang dihadapi oleh wajib pajak sudah
maksimal.
4.2.2. Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Tabel V
Persentase Jawaban Responden Mengenai Kepatuhan Wajib Pajak
kepatuhan1
Frequency Percent
Valid 2.00 3 3.0
3.00 21 21.0
4.00 48 48.0
5.00 28 28.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 45
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 48 responden atau 48%
responden setuju dan 28 responden atau 28% responden sangat setuju bahwa wajib
pajak tepat waktu dalam melaporkan pajak terutangnya (melalui pelaporan SPT).
kepatuhan2
Frequency Percent
Valid 2.00 3 3.0
3.00 28 28.0
4.00 44 44.0
5.00 25 25.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 44 responden atau 44%
responden setuju dan 25 responden atau 25% responden sangat setuju bahwa wajib
pajak tepat waktu dalam membayar pajak terutangnya.
kepatuhan3
Frequency Percent
Valid 1.00 1 1.0
2.00 7 7.0
3.00 23 23.0
4.00 50 50.0
5.00 19 19.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 50 responden atau 50%
responden setuju bahwa wajib pajak dalam membayar kewajiban pajaknya telah
sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 46
kepatuhan4
Frequency Percent
Valid 2.00 4 4.0
3.00 25 25.0
4.00 49 49.0
5.00 22 22.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 49 responden atau 49%
responden setuju dan 22 responden atau 22% responden sangat setuju bahwa wajib
pajak tidak mempunyai tunggakan pajak.
kepatuhan5
Frequency Percent
Valid 2.00 10 10.0
3.00 18 18.0
4.00 47 47.0
5.00 25 25.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 47 responden atau 47%
responden setuju dan 25responden atau 25% responden sangat setuju bahwa wajib
pajak akurat dalam menghitung sendiri jumlah pajak terutang yang harus dibayar.
kepatuhan6
Frequency Percent
Valid 2.00 2 2.0
3.00 27 27.0
4.00 44 44.0
5.00 27 27.0
Total 100 100.0
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan keterangan pada tabel di atas, sebanyak 44 responden atau 44%
responden setuju dan 27 responden atau 27% responden sangat setuju bahwa wajib
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 47
pajak jujur dalam melakukan penghitungan sendiri (self assessment system) atas
pajak terutangnya.
4.3 Analisis dan Hasil Penelitian
4.3.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi
sebenarnya yang diukur. Menurut Ghozali (2009: 49) yang dikatakan valid adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu alat ukur, untuk
memastikan bahwa masing-masing pertanyaan atau pernyataan akan diklasifikasikan
pada variabel-variabel yang telah ditentukan (contruct validity), dilakukan pengujian
validitas menggunakan uji statistik Rank Spearman. Data yang diperoleh dari
kuesioner yang telah diolah dan hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
Tabel VI
Hasil Uji Validitas
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .658
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 495.302
df 210
Sig. .000
Sumber: Data Olahan, 2010
Hasil pada tabel di atas menunjukkan bahwa semua variabel yaitu Kualitas
Pelayanan Pajak (X) dan Kepatuhan Wajib Pajak (Y) adalah valid karena Kaiser-
Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy 0.658 > 0.5 dan dapat dilakukan
analisis data tahap selanjutnya.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 48
4.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya kekonsistenannya, dilakukan dengan internal consistency
menggunakan teknik analisis Cronbach Alpha, dimana suatu instrumen dapat
dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien Alpha sebesar 0,6 atau lebih. Hasil
Cronbach Alpha selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel VII
Hasil Uji Reliabilitas
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa semua variabel yaitu Kualitas Pelayanan
Pajak (X) dan Kepatuhan Wajib Pajak (Y) mempunyai nilai Alpha lebih besar dari
nilai minimum 0,6. Maka keseluruhan variabel tersebut adalah reliabel dan dapat
dilakukan analisis data tahap selanjutnya.
4.3.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.3.1 Uji Normalitas
Pada penelitian ini uji normalitas menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov.
Pengujian normalitas nilai residu dilakukan untuk melihat apakah persamaan yang
diperoleh memenuhi asumsi regresi yang mensyaratkan residual model taksiran yang
diperoleh harus berdistribusi normal. Hasil perhitungan yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
.776 .780 21
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 49
Tabel VIII
Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan hasil dalam tabel diatas, terlihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov
adalah 1.064 dengan probabilitas 0,208. Signifikansi Uji Kolmogorov-Smirnov lebih
besar dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai residual dari model regresi
berdistribusi normal.
4.3.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2007). Suatu cara untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model dapat dengan melihat
matriks korelasi variabel-variabel independen atau melihat Variance Inflation
Factor (VIF). Pada umumya nilai cut off yang digunakan untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah VIF > 10.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ratakualitas
N 100
Normal Parametersa,,b
Mean 3.7955
Std. Deviation .38563
Most Extreme Differences Absolute .106
Positive .063
Negative -.106
Kolmogorov-Smirnov Z 1.064
Asymp. Sig. (2-tailed) .208
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data Olahan, 2010
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 50
Tabel IX
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ratakualitas 1.000 1.000
a. Dependent Variable: ratakpatuhan
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan hasil dalam tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai VIF adalah sebesar
1.000 < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas di semua
variabelnya.
4.3.3.3 Uji Heterokedastisitas
Tabel X
Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.190 .308 3.868 .000
ratakualitas -.212 .081 -.257 -2.630 .010
a. Dependent Variable: Absud
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan hasil dalam tabel diatas terlihat bahwa nilai semua nilai Sig (Constant
dan ratakualitas) < 0.05. Jadi, dapat dibuktikan bahwa semua variabel bebas dari
heterokedastisitas.
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 51
4.3.4 Pengujian Asumsi Regresi
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan
variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel
penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata
populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen
yang diketahui (Gujarati, 2003). Persamaan regresi dikatakan merupakan penaksir
yang terbaik dalam menggambarkan hubungan fungsional variabel bebas terhadap
variabel terikat apabila persamaan tersebut memenuhi asumsi regresi.
Tabel XI
Hasil Uji Regresi
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) 2.489 .501 4.968 .000
ratakualitas .373 .131 .276 2.842 .005 1.000 1.000
Sumber: Data Olahan, 2010
Berdasarkan hasil dalam tabel diatas, diperoleh persamaan regresi model taksiran
untuk faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak adalah sebagai berikut :
Y = 2.489 + 0.373x + e
Persamaan regresi yang diperoleh memiliki nilai konstanta sebesar 2.489, dimana
pada saat variabel X (kualitas pelayanan pajak) konstan (tidak berubah) maka Y
(kepatuhan wajib pajak) sama dengan 2.489. Adapun nilai signifikansi yang
diperoleh dari perhitungan regresi antara pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan kewajiban perpajakannya, nilai
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 52
signifikansinya adalah sebesar 0.005. Untuk model ini, variabel independen untuk
variabel kualitas pelayanan pajak signifikan, dikarenakan nilai signifikansinya
dibawah 0,05. Interpretasi hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
Berdasarkan koefisien regresi X yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa
pengaruh kualitas pelayanan pajak (X) terhadap kepatuhan wajib pajak (Y)
berbanding lurus (positif). Diperoleh koefisien regresi sebesar 0.373, jadi apabila
kualitas pelayanan pajak (X) meningkat satu satuan, maka kepatuhan wajib pajak (Y)
naik sebesar 0.373. Diperoleh nilai signifikansi 0.005, berarti nilai signifikansinya
lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, artinya kualitas pelayanan pajak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian ini mendukung hipotesis yang telah ditetapkan.
4.3.5 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menunjukkan besarnya pengaruh variabel bebas yaitu
kualitas pelayanan pajak (X) terhadap kepatuhan wajib pajak (Y) seperti yang terlihat
pada Tabel XI sebagai berikut:
Tabel XII
Koefisien Determinasi
Sumber: Data Olahan, 2010
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .276a .076 .067 .50389
a. Predictors: (Constant), ratakualitas
b. Dependent Variable: ratakpatuhan
Universitas Kristen Maranatha
B A B I V H A S I L D A N P E M B A H A S A N | 53
Nilai pada kolom keempat (Adjusted R Square) menunjukkan besarnya pengaruh dari
variabel bebas yaitu kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Jadi,
besarnya pengaruh kualitas pelayanan pajak adalah 6.7%. Pengaruh faktor-faktor lain
yang tidak diamati oleh peneliti adalah sebesar (100%-6.7%) = 93.3%. Pengaruh
tersebut merupakan pengaruh lain di luar variabel kualitas pelayanan pajak.
4.4 Hasil Analisis
4.4.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki
tingkat signifikasi 0.005 yang berarti dibawah nilai signifikasi 0.05 sehingga ada
pengaruh yang signifikan yang membuat Ho ditolak. Dengan demikian maka
kualitas pelayanan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Universitas Kristen Maranatha
54
BAB V
KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan penulis
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonagara Bandung, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kinerja pelayanan pajak jika dilihat dari kualitas pelayanan pajak sudah baik,
dapat dilihat pada Tabel IV Persentase Jawaban Responden Mengenai
Kepatuhan Wajib Pajak, lebih dari 50% responden rata-rata menjawab setuju
dan sangat setuju.
2. Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya
sudah baik, dapat dilihat dari Tabel V Persentase Jawaban Responden
Mengenai Kepatuhan Wajib Pajak, lebih dari 50% responden rata-rata
menjawab setuju dan sangat setuju.
3. Hasil penelitian terhadap Kualitas Pelayanan Pajak yang diberikan kepada
wajib pajak memiliki pengaruh yang signifikan. Pengaruh Kualitas Pelayanan
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak berbanding lurus (positif). Jadi,
apabila Kualitas Pelayanan Pajak meningkat, maka Kepatuhan Wajib Pajak
juga meningkat.
5.2 Saran
Saran yang dikemukan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. KPP Pratama Bandung Bojonagara
Universitas Kristen Maranatha
B A B V K E S I M P U L A N , S A R A N , D A N
K E T E R B A T A S A N P E N E L I T I A N | 55
a. Diperlukan komitmen para pegawai KPP Pratama Bandung
Bojonagara untuk memberikan pelayanan prima serta mewujudkan
visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak, serta perbaikan budaya
organisasi agar lebih kondusif dalam memberikan layanan kepada
wajib pajak. Untuk meningkatkan motivasi kerja para pegawai,
sebaiknya perlu dikeluarkan kebijakan mengenai pemberian
penghargaan (reward) dan hukuman (punishment).
b. Kualitas pelayanan di KPP Pratama Bandung Bojonagara dapat
ditingkatkan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada
pegawai. Adapun manfaat dari pemberian pelatihan dan pendidikan
tersebut sebagai berikut:
- Agar pegawai dapat menguasai aturan perpajakan dan dapat
menerapkannya secara konsisten kepada semua wajib pajak.
- Memberikan bekal yang cukup untuk menangani perilaku wajib
pajak yang berbeda-beda.
- Mempermudah dan menyederhanakan sistem dan prosedur layanan
agar mudah dimengerti oleh semua wajib pajak.
2. Bagi Peneliti Mendatang
Bagi peneliti yang akan datang sebaiknya menambahkan variabel yang
lain untuk mengetahui faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
selain kualitas dari pelayanan yang diberikan KPP.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
Universitas Kristen Maranatha
B A B V K E S I M P U L A N , S A R A N , D A N
K E T E R B A T A S A N P E N E L I T I A N | 56
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada 1 (satu) Kantor Pelayanan Pajak. Oleh
karena itu, untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada beberapa
Kantor Pelayanan Pajak untuk mengetahui dan membandingkan
bagaimana pengaruh dari kualitas pelayanan pajak akan berpengaruh pada
kepatuhan wajib pajak di beberapa KPP.
2. Tidak dapat mengambil sampel lebih dari 100 responden karena KPP
Pratama Bandung Bojonagara hanya mengizinkan untuk menyebarkan
kuesioner sebanyak 100 buah.
3. Pengaruh yang dihasilkan dari hasil pengolahan sangat kecil yaitu sebesar
6.7%, 93.3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti tingkat
penghasilan wajib pajak, tingkat pendidikan wajib pajak, pemeriksaan
terhadap wajib pajak, penegakan hukum dan sanksi denda, kesadaran
wajib pajak terhadap perpajakan, tingkat pemahaman wajib pajak terhadap
Self Assessment System, dll.
Universitas Kristen Maranatha
57
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan Republik Indonesia (2000). Misi,
Visi, dan Strategi
Soemitro, Rochmat (1991). Asas dan Dasar Perpajakan 2, Penerbit PT. Eresco,
Bandung
Gunadi, Dr. MSc.Akt. (1997). Akuntansi Pajak. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia
Boediono B. (2003). Pelayanan Prima Perpajakan, Jakarta: PT Rineka Cipta
Mardiasmo, Prof. Dr, MBA., Ak. (2002). Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi,
Yogyakarta
Waluyo dan Wiryawan B. Ilyas (1999). Perpajakan Indonesia, Cetakan Pertama,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Nazir, Moh, Ph.D.(1983). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Sugiyono (2004), Metode Penelitian Administrasi, Edisi Kesepuluh, Bandung:
Penerbit Alfabeta
Zeithaml, Valerie A, A Parasuraman, LeonardI, Berry (1996) Delivering Service
Quality: Balancing Customer Perceptions and Expectations, New York: The
Free Press, A Division of Macmillan,Inc.
Fandy, Tjiptono, (1996). Manajemen Jasa. Andi Offset, Yogyakarta
Kotler, Philip, (2007). Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua Jilid 1. PT Indeks
Lovelock, C. (1996). Services Marketing. Australia: Prentice Hall
Hartono, Jogiyanto. (2004). Metodologi Penelitian Bisnis. Salah Kaprah dan
Pengalaman – Pengalaman.
Bird, Richard M. dan Mika Casanegra de Jantscher. (1992). Improving Tax
Administration in Developing Countries. Washington: International Monetery
Fund
Gronroos, Christian. (1990). Services Management and Marketing: managing the
moments of truth in service competition. Massachusetts: Lexington Books
Goetsch, L. Davis. (2000). Quality Management: introduction to TQM for
Universitas Kristen Maranatha
58
production, processing, and services. New Jersey: Prentice Hall
Sevilla, Consuelo G. (1988). An Introduction to Research Methods. Phillippines: Rex
Printing Company, Inc
Horn B, James. (1992). Improving Tax Compliance in Richard M. Bird and Mika
Casanegra de Jantscher: Washington DC: IMF
Winarno Surachmad. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan
Tehnik. Bandung: Tarsito
Gujarati, D. N. (2003). Basic Econometrics. th4 Edition, McGraw-Hill International
Edition, Singapore.
Ghozali, Imam. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang
Dokumen-dokumen
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK04/2000 sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003 dan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-550/PJ/2000 sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
213/PJ/2003, telah ditentukan kriteria Wajib Pajak Patuh.
Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang
Nomor 16 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 28
Tahun 2007
Keputusan Presiden Nomor 84 tahun 2001 pasal 29 tentang Kantor Pelayanan Pajak
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 141 / KMK.01 / 1979 tanggal 6 April 1979
tentang Inspeksi Pajak
Jurnal-Jurnal John Hutagaol. (2005). “Self Assessment: Implementasi dan Kendalanya”. Jurnal
Perpajakan Indonesia, Vol 4, No 4, Januari.
Khoe Yaou Tung. (1997). Relationship Marketing Strategi Kemampulabaan Jangka
Panjang Usahawan No. 3 Tahun Xxvi, Maret
Internet http://www.pajak.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=938:W_Pajak_patuh&catid=43:jenis-wajib-pajak&Itemid=83 http://fat.net76.net/Ekonomi/Pajak/materi3.html http://id-id.facebook.com/pages/Buku-2-Tentang-Ekonomi/107707785915556
Universitas Kristen Maranatha
B A B V K E S I M P U L A N , S A R A N , D A N
K E T E R B A T A S A N P E N E L I T I A N | 59
Universitas Kristen Maranatha
B A B V K E S I M P U L A N , S A R A N , D A N
K E T E R B A T A S A N P E N E L I T I A N | 61
Universitas Kristen Maranatha
B A B V K E S I M P U L A N , S A R A N , D A N
K E T E R B A T A S A N P E N E L I T I A N | 62
Universitas Kristen Maranatha
B A B V K E S I M P U L A N , S A R A N , D A N
K E T E R B A T A S A N P E N E L I T I A N | 63
Universitas Kristen Maranatha
B A B V K E S I M P U L A N , S A R A N , D A N
K E T E R B A T A S A N P E N E L I T I A N | 64
Universitas Kristen Maranatha
B A B V K E S I M P U L A N , S A R A N , D A N
K E T E R B A T A S A N P E N E L I T I A N | 65
Universitas Kristen Maranatha
B A B V K E S I M P U L A N , S A R A N , D A N
K E T E R B A T A S A N P E N E L I T I A N | 66
Universitas Kristen Maranatha
B A B V K E S I M P U L A N , S A R A N , D A N
K E T E R B A T A S A N P E N E L I T I A N | 67