15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah merupakan kesatuan dari semua golongan dan semua bagian dari seluruh anggota masyarakat sebagai satu kesatuan yang organis. Dalam pembukaan UUD 1945 yang berisi salah satu tujuan negara yaitu memajukan kesejahteraan umum. Untuk mewujudkan tujuan negara tersebut, pemerintah melaksanakan pembangunan dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Dari awal kemerdekaan sampai sekarang, pemerintah melakukan program pembangunan nasional. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan nasional dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia mulai dari organisasi unit terkecil pemerintahan yaitu desa. Desa yang dipimpin oleh seorang kepala desa beserta perangkat desa dan anggota masyarakatnya melaksanakan program pembangunan bukan hanya pembangunan fisik melainkan pembangunan nonfisik masyarakat. Pembangunan masyarakat dari berbagai aspek kehidupan diantaranya pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, budaya bahkan politikpun sangat diperlukan. Karena semakin hari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Mengingat masyarakat berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda pula. Sehingga diperlukan kesadaran dari tiap-tiap anggota masyarakat agar mau berpartisipasi aktif dalam membangun daerah tempat tinggalnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik 1. Kepemimpinan a. Pengertian kepemimpinan kepala desa Kepemimpinan adalah proses yang sangat penting dalam setiap organisasi karena kepemimpinan inilah yang menentukan sukses atau gagalnya sebuah organisasi. Menurut Ordway Tead (1935) yang dikutip dalam (Sutarto, 1989:12), kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan. Menurut Ralp M. Stogdill (1950) yang dikutip dalam (Sutarto, 1989:13), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisir dalam usaha mereka menetapkan tujuan dan mencapai tujuan. Menurut Robbins (1993) yang dikutip dalam Muchlas, Makuri (2005:318), kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi sebuah kelompok menuju pencapaian tujuan kelompok. Jadi, pemimpin tidaklah selalu diartikan sebagai bos,

BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

  • Upload
    lethien

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara adalah merupakan kesatuan dari semua golongan dan semua bagian dari seluruh anggota masyarakat sebagai satu kesatuan yang organis. Dalam pembukaan UUD 1945 yang berisi salah satu tujuan negara yaitu memajukan kesejahteraan umum. Untuk mewujudkan tujuan negara tersebut, pemerintah melaksanakan pembangunan dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Dari awal kemerdekaan sampai sekarang, pemerintah melakukan program pembangunan nasional.

Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan nasional dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia mulai dari organisasi unit terkecil pemerintahan yaitu desa. Desa yang dipimpin oleh seorang kepala desa beserta perangkat desa dan anggota masyarakatnya melaksanakan program pembangunan bukan hanya pembangunan fisik melainkan pembangunan nonfisik masyarakat.

Pembangunan masyarakat dari berbagai aspek kehidupan diantaranya pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, budaya bahkan politikpun sangat diperlukan. Karena semakin hari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Mengingat masyarakat berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda pula. Sehingga diperlukan kesadaran dari tiap-tiap anggota masyarakat agar mau berpartisipasi aktif dalam membangun daerah tempat tinggalnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik 1. Kepemimpinan

a. Pengertian kepemimpinan kepala desa Kepemimpinan adalah proses yang sangat penting dalam setiap

organisasi karena kepemimpinan inilah yang menentukan sukses atau gagalnya sebuah organisasi. Menurut Ordway Tead (1935) yang dikutip dalam (Sutarto, 1989:12), kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan. Menurut Ralp M. Stogdill (1950) yang dikutip dalam (Sutarto, 1989:13), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok orang yang terorganisir dalam usaha mereka menetapkan tujuan dan mencapai tujuan. Menurut Robbins (1993) yang dikutip dalam Muchlas, Makuri (2005:318), kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi sebuah kelompok menuju pencapaian tujuan kelompok. Jadi, pemimpin tidaklah selalu diartikan sebagai bos,

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

manajer atau ketua dalam organisasi, sementara orang biasa saja merasa dirinya bukanlah seorang pemimpin. Seorang pemimpin diri sendiri (personal leader) harus mampu membawa dirinya dalam setiap aktivitas yang dikerjakannya, dan dalam berbagai interaksi yang terjalin dengan siapapun.

Asal kata desa adalah dari bahasa India, yaitu ”swadesi”. Swadesi adalah tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas. Menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI. Kepala desa adalah pimpinan pemerintah desa di suatu instansi pemerintahan (pasal 1 Perda Kabupaten Banjarnegara nomor 12 tahun 2005).

Jadi, kepemimpinan kepala desa adalah kemampuan seseorang pimpinan pemerintahan untuk mempengaruhi warga masyarakat di desa menuju pencapaian tujuan desa.

b. Tipe kepemimpinan

Menurut Barlett (Bimo Walgito:1994) ada tiga macam tipe kepemimpinan yaitu : (1) Tipe Institusional

Pemimpin dengan tipe institusional biasanya dari pemimpin didasarkan atas adat kebiasaan atau oleh peraturan-peraturan yang telah disepakati.

(2) Tipe Dominan Tipe dominan adalah tipe pemimpin yang biasanya menggunakan paksaan ataupun dengan kekerasan dalam menyelesaikan suatu masalah.

(3) Tipe Persuasif Tipe persuasif adalah tipe pemimpin yang dalam pendekatan kepada yang dipimpin digunakan cara membujuk, tidak dengan paksaan, memberikan sugesti-sugesti agar yang dipimpin dapat mengikuti apa yang dikehendaki oleh pihak pimpinan.

Pendekatan kepemimpinan kepala desa ada 4 macam dalam Sutarto (1989) yaitu: 1) Pendekatan sifat

Pada mulanya pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Kemudian muncul pendapat bahwa pemimpin itu dapat diciptakan melalui latihan. Dengan demikian setiap orang dapat dilatih menjadi pemimpin. Beberapa sifat yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu : takwa, sehat, cakap, jujur, tegas, setia, cerdik, berani, berilmu, efisien, disiplin, manusiawi, bijaksana, bersemangat, percaya diri, berjiwa matang, bertindak adil, berkemauan keras, berdaya cipta asli, berwawasan situasi, berpengharapan baik, mampu berkomunikasi, berdaya tanggap tajam, mampu menyusun rencana, mampu membuat keputusan, mampu melakukan kontrol, bermotivasi kerja sehat,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

memiliki rasa tanggung jawab, satunya kata dengan perbuatan, dan mendahulukan kepentingan orang lain. Dalam kenyataan hidup ini tidak akan mungkin ada orang yang memiliki keseluruhan sifat-sifat yang tersebut di atas. Melainkan hanya dalam beberapa sifat saja, itu pun penonjolannya akan berbeda antara pemimpin yang satu dengan pemimpin yang lain. Dapat terjadi ada orang yang memiliki sifat-sifat itu justru tidak menjadi pemimpin, sebaliknya ada orang yang tidak memiliki sifat-sifat itu justru menjadi pemimpin. Dapat pula terjadi sebelum seseorang menjadi pemimpin tidak memiliki sifat-sifat yang diperlukan sebagai pemimpin, tetapi setelah orang itu mendapat kesempatan menjadi pemimpin barulah memiliki sifat-sifat yang diperlukan. Ada pula dijumpai adanya orang yang memiliki kharisma yang dapat menyebabkan orang lain taat mengikuti segala yang dikehendaki tanpa dapat menerangkan apa yang sesungguhnya menjadi dasar taat tadi.

2) Pendekatan perilaku Keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan bertindak akan nampak dari cara memberi perintah, cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara membuat keputusan, cara mendorong semangat bawahannya, cara memberikan bimbingan, cara menegakkan disiplin, cara mengawasi pekerjaan bawahannya, cara meminta laporan dari bawahannya, cara memimpin rapat, cara menegur kesalahan bawahannya, dll.

2. Kreatifitas Warga a. Pengertian

Kreatifitas warga adalah proses mental warga yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Menurut Munandar, Utami (1987) dalam (Lestari Mikarsa, Hera, dkk:2008), kreatifitas warga adalah kemampuan warga untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada. Menurut Munandar, Utami (1987) dalam (Lestari Mikarsa, Hera, dkk:2008), kreatifitas warga adalah kemampuan warga yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (memperkaya, mengembangkan, dan merinci) suatu gagasan.

b. Jenis-jenis Kreatifitas Warga 1) Karang Taruna

Adalah warga organisasi pemuda di bidang usaha kesejahteraan sosial. 2) Remaja Masjid

Adalah wadah organisasi pemuda di bidang keagamaan. 3) Persadek

Adalah wadah organisasi pemuda di bidang olahraga khususnya sepak bola.

4) PKK Adalah wadah organisasi ibu-ibu rumah tangga di bidang

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

keterampilan. 5) BPD

Adalah wadah warga masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya.

3. Keberhasilan Pembangunan a. Pengertian

Menurut Nugroho dan Rochim Dahuri (2004) pembangunan adalah suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi. Menurut Siagian (1994) pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).

1. Pengertian Hipotesis Secara etimologi, hipotesis terdiri dari kata hipo dan teas. Kata hipo

berarti di bawah, kurang dan lemah, sedangkan kata teas berarti teori, proposisi atau pernyataan.

Menurut Sumadi Suryabrata (1998:69) Hipotesis adalah ”jawaban

sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris”. Syarat-Syarat Hipoteis a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variable atau

lebih. b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau

pernyataan. c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat. d. Hipotesis hendaklah dapat diuji artinya hendaklah orang mungkin

mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipotesis tersebut. 2. Bunyi Hipotesis

a. Ada pengaruh antara kepemimpinan kepala desa dengan keberhasilan pembangunan di desa Kebanaran, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara.

b. Ada pengaruh antara kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan di desa Kebanaran, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara.

c. Ada pengaruh kepemimpinan kepala desa dan kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan di Desa Kebanaran, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini menggunakan tiga variable, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas kepemimpinan kepala desa dan ireatifitas warga masyarakat dan (X1 dan X2). Sedangkan variabel terikatnya adalah keberhasilan pembangunan (Y). Setelah data terkumpul dan dianalisis, dapat dideskripsikan secara umum mengenai data yang akan disajikan. Meliputi : rerata, skor tertinggi, skor terendah, distribusi frekuensi, dan histogram setiap variabel. 1. Variabel Kepemimpinan Kepala Desa

Data penelitian variabel kepemimpinan kepala desa, diperoleh dengan menyebarkan angket kepada responden. Dari data tersebut diperoleh skor tertnggi 90, skor terendah 25, rerata 50.52 dan simpangan baku 22.33. Untuk mengkategorikan tingkat gejala yang diamati, yaitu kepemimpinan kepala desa dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kategori ini didasarkan pada besarnya simpangan baku ideal dan skor rerata ideal. Penulis menggunakan tiga kategori ini, karena distribusi gejalanya berdistribusi normal dan kriteria ini menggunakan jarak pengukuran yang sama..

Menurut Sutrisno Hadi (1987) penggolongan tersebut adalah : Tinggi = M + 1 SD ------- Skor Tertinggi Sedang = M - 1 SD ------- M + 1 SD Rendah = Skor terendah ------- M - 1 SD

Dimana M = ½ (Skor Tertinggi + Skor Terendah), SD = (Skor Tertinggi - Skor Terendah). Berdasarkan data yang diperoleh, maka klasifikasi penggolongan data variabel kepemimpinan kepala desa, variabel berikut ini dapat disampaikan pada tabel berikut ini. Tabel 4.1 Klasifikasi Variabel Kepemimpinan Kepala Desa

Interval Kelas Frekuensi Frekuensi % Kategori 68.33 – 90.00 46.70 – 68.32 25.00 – 46.69

18 2 20

45 5 50

Tinggi Sedang Rendah

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa data

variabel kepemimpinan kepala desa (X1) 45,00% berada pada kategori tinggi 2,00% pada kategori sedang, dan 50,00% pada kategori rendah. Dengan demikian variabel kepemimpinan kepala desa (X1) dalam kategori tinggi, yang ditunjukkan oleh frekuensi yang paling banyak, yaitu 45%. Penyajian distribusi frekuensi kepemimpinan kepala desa (X1) dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 4.2 Sebaran Frekuensi Variabel Kepemimpinan Kepala Desa (X1)

Variat Frekuensi (F) Frekuensi % (F%) Frekuensi%-naik

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

79.5 – 98.5 68.5 – 79.5 57.5 – 68.5 46.5 – 57.5 35.5 – 46.6 24.5 – 35.5

7 11 0 0

16 16

14.00 22.50 0.00 0.00

32.00 32.00

100.00 86.00 64.00 64.00 64.00 32.00

Total 40 100.00 -

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

24.5 35.5 46.5 57.5 68.5 79.5 90.5 Skor

Gambar 4.1 Histogram Variabel Kepemimpinan Kepala Desa (X1)

2. Variabel Kreatifitas Warga Masyarakat Data penelitian variabel kreatifitas warga masyarakat tersebut

diperoleh skor tertinggi 75, skor terendah 20, mean 46.64, dan simpangan baku 17.02.

Untuk mengkategorikan tingkat gejala yang diamati yaitu variabel kreatifitas warga masyarakat (X2) menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kategori ini didasarkan pada besarnya simpangan baku ideal dan skor rerata ideal. Penulis menggunakan tiga kategori ini, karena distribusi gejalanya berdistribusi normal dan kriteria ini menggunakan jarak pengukuran yang sama.

Menurut Sutrisno Hadi (1987) penggolongan tersebut adalah : Tinggi = M + 1 SD -------------- Skor Tertinggi Sedang = M - 1 SD -------------- M + 1 SD Rendah = Skor terendah -------------- M - 1 SD

Dimana M = 1/2 (Skor Tertinggi + Skor Terendah), SD = (Skor Tertinggi - Skor Terendah). Berdasarkan data yang diperoleh, maka klasifikasi penggolongan data variabel kreatifitas warga masyarakat (X2)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

pada tabel berikut ini. Tabel 4.3 Klasifikasi Variabel Kreatifitas Warga Masyarakat (X2)

Interval Kelas Frekuensi Frekuensi % Kategori

57.17 – 75.00 37.88 – 57.16 20.00 – 37.87

14 5

21

35.00 12.50 52.50

Tinggi Sedang Rendah

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disampaikan bahwa data

variabel Kreatifitas Warga Masyarakat (X2) yaitu 35% berada pada kategori tinggi, 12.50 % pada kategori sedang, dan 52.50 % pada kriteria rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel kreatifitas warga masyarakat berada pada kategori rendah, yaitu 52.50 %.

Penyajian distribusi frekuensi kreatifitas warga masyarakat, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Sebaran Frekuensi Variabel Kreatifitas Warga Masyarakat (X2)

Variat Frekuensi (F) Frekuensi % (F%) Frekuensi%-naik

69.50 – 79.50 59.50 – 69.50 49.50 – 59.50 39.50 – 49.50 29.50 - 39.50 19.50 – 29.50

9 3

11 4

16 7

18.00 6.00

22.00 8.00

32.00 14.00

100.00 82.00 76.00 54.00 46.00 14.00

Total 40 100.00 -

Dari tabel distribusi frekuensi tersebut di atas dapat digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 4.2 Histogram Variabel Kreatifitas Warga Masyarakat (X2)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

3. Variabel Keberhasilan Pembangunan Data penelitian variabel keberhasilan pembangunan (y). Dari data

tersebut diperoleh skor tertinggi 57, skor terendah 20, mean 37.64, simpangan baku 12.42. Untuk mengkategorikan tingkat gejala yang diamati, yaitu variabel keberhasilan pembangunan (Y), dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kategori ini didasarkan pada besarnya simpangan baku ideal dan skor rerata ideal. Penulis menggunakan tiga kategori ini, karena distribusi gejalanya berdistribusi normal dan kriteria ini menggunakan jarak pengukuran yang sama.

Menurut Sutrisno Hadi (1987) penggolongan tersebut adalah : Tinggi = M + 1 SD --------------- Skor Tertinggi Sedang = M - 1 SD --------------- M + 1 SD Rendah = Skor terendah --------------- M - 1 SD

Dimana M = 1/2 (Skor Tertinggi + Skor Terendah), SD = (Skor Tertinggi - Skor Terendah). Berdasarkan data yang diperoleh, maka klasifikasi penggolongan data variabel keberhasilan pembangunan (Y) pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5 Klasifikasi Variabel Keberhasilan Pembangunan (Y)

Interval kelas Frekuensi Frekuensi % Kategori

44.17 – 57.00 32.38 – 44.16 20.00 – 32.37

18 6

16

45.00 15.00 40.00

Tinggi Sedang Rendah

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disampaikan bahwa data

variabel keberhasilan pembangunan (Y) yaitu 45.00% berada pada kategori tinggi, 15.00 % pada kategori sedang, dan 40.00% pada kriteria rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel keberhasilan pembangunan (Y) berada pada kategori tinggi, yaitu 45.00%.

Penyajian distribusi frekuensi keberhasilan pembangunan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Klasifikasi Variabel Keberhasilan Pembangunan (Y)

Variat Frekuensi (F) Frekuensi % (F%) Frekuensi %-Naik

74.5 – 79.5 69.5 – 74.5 64.5 – 69.5 59.5 – 64.5 54.5 – 59.5 49.5 – 54.5

0 11 6

12 2 9

0.00 27.50 15.00 30.00 5.00

22.50

100.00 100.00 72.50 57.50 27.50 22.50

Total 40 100.00 -

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

Dari tabel distribusi frekuensi tersebut di atas dapat digambarkan

dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 4.3 Histogram Variabel Keberhasilan Pembangunan (y)

B. Pembahasan Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas

Uji normalitas tiap variabel dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi kuadrat. Tujuan dilakukan uji normalitas yaitu untuk mengetahui kondisi masing-masing variabel, apakah skornya berdistribusi normal atau tidak. Uji signifikasi nilai Chi kuadrat dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikasi 5 %. Kriteria yang digunakan adalah jika apabila nilai Chi kuadrat hitung (X2) lebih kecil dari Chi kuadrat tabel (X2 tabel) maka distribusi datanya adalah sebarannya normal atau p > 0.05.

Untuk pengujian ini menggunakan program SPS Sutrisnohadi dan Yudi Pamardiningsih tahun 2002. a. Kepemimpinan Kepala Desa (X1)

Dari hasil perhitungan (X2) diperoleh X2 hitung sebesar 8.295, dengan db = 9, sehingga diperoleh X2 tabel dengan taraf signifikasi 5 % adalah 16.919, sedangkan p = 0.505. Dengan demikian X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel, maka dapat disimpulkan, variabel kepemimpinan kepala desa X1 berdisrtribusi normal.

b. Keaktifan Warga Masyarakat (X2) Dari hasil perhitungan (X2) diperoleh X2 hitung sebesar 16.444.

dengan db = 9, sehingga diperoleh X2 tabel dengan taraf signifikasi 5% adalah 16.919, sedangkan p = 0.058. Dengan demikian X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel, maka dapat disimpulkan, variabel kreatifitas warga masyarakat berdistribusi normal.

c. Keberhasilan Pembangunan (Y)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

Dari hasil perhitungan (X2) diperoleh X2 hitung sebesar 11.654, dengan db = 9, sehingga diperoleh X2 tabel dengan taraf signifikasi 5 % adalah 16.919, sedangkan p = 0.234. Dengan demikian X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel, maka dapat disimpulkan, keberhasilan pembangunan (Y) berdistribusi normal.

Secara singkat hasil uji normalitas tiga variabel dapat disampaikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Uji Normalitas

Variabel X2hitung db X2tabel t.s 5% p Kesimpulan

X1 X2 Y

2.270 6.076 5.557

2 5 3

3.841 11.070 7.815

0.321 0.229 0.135

Normal Normal Normal

2. Uji Linieritas Pengujian terhadap linieritas hubungan dilakukan melalui uji statistik

F. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dikatakan linier jika harga F hitung lebih besar dari harga F tabel atau P > 0.05. Berikut ini disajikan hasil uji linieritas dengan bantuan jasa komputer SPS 2000 diperoleh hasil uji yang menunjukkan hubungan fungsional masing-masing variabel bebas, kepemimpinan kepala desa dan kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan (Y). Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini disajikan tabel rangkuman hasil uji linieritas regresi variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).

Tabel 4.7 Rangkuman hasil uji linieritas regresi antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) Hubungan Fungsional Db F hitung F tabel p Kesimpulan

X1 – Y X2 – Y

1 – 47 1 – 47

122.058 154.589

5.10 5.10

0.782 0.657

Linier Linier

3. Uji Multikolinieritas

Selain data harus berdistribusi normal, hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat juga linier, hubungan sesama variabel bebas harus tidak terlalu tinggi (kurang dari 0,80).

Dari hasil data matrik interkolerasi antara variabel bebas, dengan bantuan jasa komputer program SPS versi IBM/IN 2001, yaitu X1 dengan X2 = 0.776. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.

C. Pengujian Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah sebelum dibuktikan secara empiris. Oleh karena itu jawaban sementara itu harus diuji kebenarannya secara empirik. Apakah data yang terkumpul

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

mendukung hipotesis atau tidak mendukung hipotesis. Dalam penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis kerja atau alternatif adalah hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Sedang hipotesis nihil adalah hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan suatu variabel dengan variabel yang lain.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik analisis korelasi product moment, korelasi parsial dan regresi ganda dua prediktor. Adapun kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis ditetapkan dengan taraf signifikasi 5 %. Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho), maka hipotesis kerja (Ha) yang diajukan terlebih dahulu diubah kedalam bentuk hipotesis nihil (Ho).

Ketiga hipotesis yang diajukan adalah : 1) Ada hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala desa dengan keberhasilan pembangunan. 2) Ada hubungan positif yang signifikan antara kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan. 3) Ada hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala desa dan kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan.

Dari ketiga hipotesis pada penelitian ini, hipotesis pertama dan kedua diuji menggunakan teknik korelasi product moment dan korelasi parsial. Sedangkan hipotesis ketiga diuji dengan analisis regresi ganda dua prediktor. 1. Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Desa dengan Keberhasilan

Pembangunan. Kriteria uji hipotesis ini yaitu jika r hitung lebih besar dari r tabel

dengan taraf signifikasi 5% maka kesimpulannya ada korelasi, berarti hipotesis altematif diterima dan hipotesis nihil ditolak. Dan sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel pada taraf signifikasi 5% atau p < 0.05, maka kesimpulannya tidak ada korelasi, maka hipotesis alternatif ditolak dan hipotesis nihil diterima.

Hipotesis yang akan diuji dalam variabel ini adalah ada hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala desa dengan keberhasilan pembangunan. Hipotesis tersebut adalah hipotesis alternatif dan untuk keperluan pengujian hipotesis perlu diubah menjadi hipotesis nihil (Ho); sehingga berbunyi tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala desa dengan keberhasilan pembangunan. Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment besarnya korelasi antara kepemimpinan kepala desa dan keberhasilan pembangunan adalah 0.847. Adapun harga r tabel dengan N = 50, pada taraf signifikasi 5% sebesar 0.279.

Karena r hitung lebih besar dari r tabel, kesimpulannya ada korelasi antara kepemimpinan kepala desa dengan keberhasilan pembangunan, berarti hipotesis alternatif (Ha) yang mengatakan ada hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala desa terhadap keberhasilan pembangunan diterima dan hipotesis nihil (Ho) yang mengatakan tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala desa dengan keberhasilan pembangunan ditolak.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

2. Hubungan antara Kreatifitas Warga Masyarakat dengan Keberhasilan Pembangunan.

Kriteria uji hipotesis ini yaitu jika r hitung lebih besar dari r tabel

dengan taraf signifikasi 5% maka kesimpulannya ada korelasi, berarti hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nihil ditolak. Dan sebaliknya jika

r hitung lebih kecil dari r tabel pada taraf signifikasi 5% atau p < 0.05, maka kesimpulannya tidak ada korelasi, maka hipotesis alternatif ditolak dan hipotesis nihil diterima.

Hipotesis yang akan diuji dalam variabel ini adalah ada hubungan positif dan signifikan antara kreatifitas warga masyarakat dengan

keberhasilan pembangunan. Hipotesis tersebut adalah hipotesis alternatif dan untuk keperluan pengujian hipotesis perlu diubah menjadi hipotesis

nihil (Ho), sehingga berbunyi tidak ada hubungan positif signif antara kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan. Berdasarkan hasil analisis antara kreatifitas warga masyarakat dan keberhasilan pembangunan adalah 0.847. Adapun harga r tabel dengan N = 50, para taraf signifikansi 5% sebesar 0.279.

Karena r hitung lebih besar dari r tabel, kesimpulannya ada korelasi antara kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan, berarti hipotesis alternatif (Ha) yang mengatakan ada hubungan positif dan

signifikan antara kreatifitas warga masyarakat terhadap keberhasilan

pembangunan diterima dan hipotesis nihil (Ho) yang mengatakan tidak ada

hubungan positif dan signifikan antara kreatifitas warga masyarakat dengan Keberhasilan pembangunan ditolak.

3. Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Desa dan Kreatifitas Warga

Masyarakat dengan Keberhasilan Pembangunan. Untuk mencari hubungan antara kepemimpinan kepala desa dan

kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan, menggunakan Komputer Program SPS-2000 (Seri Program Statistik) Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, versi IBM/IB 2001, diperoleh rangkuman anareg sebagai berikut.

Dari tabel di atas, diperoleh F reg hitung sebesar 118.991, sedangkan harga F tabel pada taraf signifikasi 5 % dengan db 2 lawan 47 adalah 5.10. Ternyata F reg hitung lebih besar dari F reg tabel (F hitung > F tabel). Dengan demikian hipoesis nihil (Ho) yang menyatakan tidak ada hubungan antara kepemimpinan kepala desa dan kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan, ditolak. Dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan ada hubungan antara kepemimpinan kepala desa dan kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan, diterima. Dari analisis di atas, diperoleh juga besamya koefisien determinan R2 sebesar 0.835 = 83.5%. Ini berarti variabel keberhasilan pembangunan berubah 83.5% karena pengaruh kepemimpinan kepala desa dan kreatifitas warga masyarakat. Sedangkan perubahan variabel keberhasilan pembangunan yang tidak disebabkan. oleh kepemimpinan kepala desa, sebesar 1 – 0.835 = 0.165 = 16.5%.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

D. Pembahasan Hasil Penelitian Sebagai upaya mengartikan hasil perhitungan statistik dan pengujian

hipotesis, maka diperlukan pembahasan dan penafsiran dalam penelitian. Hal ini mengingat bahwa hasil perhitungan statistik tidak ada fungsinya bila tidak disertai upaya penafsiran. Oleh sebab itu, berikut ini akan diuraikan penafsiran hasil analisis data dan pengujian hipotesis masing-masing hipotesis. 1. Pembahasan Hipotesis Pertama

Berdasarkan pengujian hipotesis ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala desa dengan keberhasilan pembangunan. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara kepemimpinan kepala desa dengan keberhasilan pembangunan atau r xy sebesar 0.847, dimana r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikasi 5% sebesar 0.279. Adapun sumbangan efektif variabel kepemimpinan kepala desa terhadap keberhasilan pembangunan sebesar

36.054%. Hasil analisis korelasi antara kepemimpinan kepala desa dengan keberhasilan pembangunan, menunjukkan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan, sehingga dapat diketahui bahwa semakin baik kepemimpinan kepala desa, semakin meningkat keberhasilan pembangunan. Dengan kata lain semakin baik kepemimpinan kepala desa maka dapat diramalkan akan semakin meningkat pula keberhasilan pembangunan. Demikian pula sebaliknya, semakin kurang baik kepemimpinan kepala desa, maka semakin kurang baik pula keberhasilan pembangunan. Penelitian ini ternyata kepemimpinan kepala desa pada kategori rendah.

2. Pembahasan Hipotesis Kedua Berdasarkan pengujian hipotesis ada hubungan yang positif dan

signifikan antara kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan atau r xy sebesar 0.847, dimana r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikasi 5% sebesar 0.279. Adapun sumbangan efektif variabel kepemimpinan kepala desa terhadap keberhasilan pembangunan sebesar 47.453%.

Hasil analisis korelasi antara kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan, menunjukkan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan, sehingga dapat diketahui bahwa semakin baik kreatifitas warga masyarakat, semakin meningkat keberhasilan pembangunan. Dengan kata lain semakin baik kreatifitas warga masyarakat maka dapat diramalkan akan semakin meningkat pula keberhasilan pembangunan. Demikian pula sebaliknya, semakin kurang baik kreatifitas warga masyarakat, maka semakin kurang baik pula keberhasilan pembangunan. Penelitian ini ternyata kreatifitas warga masyarakat pada kategori rendah.

3. Pembahasan Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil analisis regresi ganda dua prediktor didapatkan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

nilai P hitung F reg sebesar 118.991, sedangkan harga F reg tabel pada taraf signifikasi 5 % dengan db 2 lawan 47 adalah 5.10. Ternyata F reg hitung lebih besar dari F reg tabel pada taraf signifikasi 5% (118.991 > 5.10).

Dari analisis di atas, diperoleh juga besarnya koefisien determinan R2 sebesar 0.835 = 83.5%. Ini berarti variabel Keberhasilan pembangunan berubah 83.5% karena pengaruh variabel kepemimpinan kepala desa dan kreatifitas warga masyarakat. Sedangkan perubahan variabel keberhasilan pembangunan, yang tidak disebabkan oleh kepemimpinan kepala desa dan kreatifitas warga masyarakat, sebesar 1 - 0.835 = 0.165 = 16.5%.

Hasil analisis korelasi antara kepemimpinan kepala desa dan kreatifitas warga masyarakat, secara bersama-sama menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keberhasilan pembangunan. Berdasarkan hasil analisis di atas, diprediksikan bahwa semakin baik kepemimpinan kepala desa dan kreatifitas warga masyarakat, semakin baik pula keberhasilan pembangunan.

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di bahas dalam Bab IV, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala desa

dengan keberhasilan pembangunan. Sehingga dapat dikatakan semakin baik kepemimpinan kepala desa, semakin meningkat pula keberhasilan pembangunan. Demikian pula sebaliknya semakin tidak baik kepemimpinan kepala desa, semakin tidak baik pula keberhasilan pembangunan.

2. Ada hubungan positif yang signifikan antara kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan. Sehingga dapat dikatakan semakin baik kreatifitas warga masyarakat, semakin baik keberhasilan pembangunan. Demikian pula sebaliknya semakin tidak baik kreatifitas warga masyarakat, semakin tidak baik pula keberhasilan pembangunan.

3. Ada hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala desa dan kreatifitas warga masyarakat dengan keberhasilan pembangunan. Sehingga semakin baik kepemimpinan kepala desa dan makin baik kreatifitas warga masyarakat, maka makin baik pula keberhasilan pembangunan. Demikian pula sebaliknya, makin kurang baik kepemimpinan kepala desa dan makin kurang baik kreatifitas warga masyarakat, maka kurang baik pula keberhasilan pembangunan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. - stkipcatursakti.ac.idstkipcatursakti.ac.id/jurnal/3pengaruhkepemimpinan.pdfbelakang yang berbeda dan tiap anggota masyarakatnya memiliki kepentingan yang berbeda-beda

DAFTAR PUSTAKA

Bimo Walgito. 1994. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset. Muchlas, Makmuri. 2005. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Hasan Shadily. 1992. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve. Lestari Mikarsa, Hera, dkk. 2008. Pendidikan Anak Di SD. Jakarta : Universitas

Terbuka. Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production. Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi

Revisi II Cetakan ke Sembilan. Jakarta : Rineka Cipta. Sutarto. 1989. Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press. Wikipedia. tth. Kreatifitas. www Wikipedia. tth. Pembangunan. www